RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU KALIMANTAN · PDF fileb. penyusunan rencana tata ruang wilayah...
Transcript of RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU KALIMANTAN · PDF fileb. penyusunan rencana tata ruang wilayah...
RANCANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
(NOMOR: .......... TAHUN: ..........)
TENTANG
RENCANA TATA RUANG (RTR)
PULAU KALIMANTAN
Edisi : Desember 2005
BADAN KOORDINASI TATA RUANG NASIONAL SEKRETARIAT TIM TEKNIS: DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
1
RANCANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …… TAHUN………
TENTANG
RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU KALIMANTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 65 Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
dan untuk mengoperasionalkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional ke dalam rencana pemanfaatan ruang di Pulau Kalimantan
perlu ditetapkan pengaturan lebih lanjut mengenai perwujudan
struktur dan pola pemanfaatan ruang nasional di Pulau Kalimantan;
b. bahwa untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang
nasional di Pulau Kalimantan perlu ditetapkan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang di Pulau Kalimantan agar dapat
menjamin keterpaduan pembangunan lintas wilayah dan lintas
sektor;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir a
dan b, maka perlu ditetapkan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
yang diatur dengan Peraturan Presiden;
Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-Undang No 25 Tahun 1956 tentang pembentukan Provinsi
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur;
3. Undang-Undang Darurat No.10 Tahun 1957 tentang pembentukan
Provinsi Kalimantan Tengah;
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
2
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
6. Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU KALIMANTAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Rencana Tata Ruang Pulau yang selanjutnya disingkat RTR Pulau adalah hasil
perencanaan tata ruang pada wilayah pulau/kepulauan yang terbentuk dari
kesatuan wilayah geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas-
batasnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsionalnya.
2. Pulau Kalimantan adalah kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem
yang mencakup wilayah darat, laut dan udara yang menjadi bagian dari Provinsi
Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan
Provinsi Kalimantan Timur menurut Undang-Undang pembentukannya.
3. Ruang Lintas Wilayah adalah bagian ruang wilayah nasional yang perencanaannya,
pemanfaatannya dan pengendalian pemanfaatan ruangnya diselenggarakan dengan
memperhatikan kesatuan fungsional wilayah yang tidak dibatasi oleh batas-batas
administrasi wilayah provinsi, kabupaten dan kota.
3
4. Ruang Lintas Sektor adalah bagian ruang wilayah nasional yang proses
perencanaannya, pemanfaatannya, dan pengendalian pemanfaatan ruangnya
diselenggarakan oleh lebih dari satu sektor secara terpadu.
5. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh,
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas,
dan produktivitas lingkungan hidup.
6. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
7. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.
8. Hutan Lindung adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
9. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
10. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
11. Cagar Alam yang selanjutnya disingkat CA adalah kawasan suaka alam yang karena
keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara
alami.
12. Suaka Margasatwa yang selanjutnya disingkat SM adalah kawasan suaka alam yang
mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang
untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
13. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
14. Taman Nasional yang selanjutnya disingkat TN adalah kawasan pelestarian alam
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.
4
15. Taman Nasional Laut yang selanjutnya disingkat TNL adalah habitat biota perairan
yang memiliki satu atau beberapa ekosistem yang kondisi alam secara fisik tidak
mengalami perubahan, serta mempunyai arti untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
16. Taman Hutan Raya yang selanjutnya disingkat THR adalah kawasan pelestarian
alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis
asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
17. Taman Wisata Alam yang selanjutnya disingkat TWA adalah kawasan pelestarian
alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
18. Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
berburu.
19. Kawasan Andalan adalah bagian dari kawasan budidaya yang dapat berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri dan kawasan di
sekitarnya serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang di wilayah
nasional.
20. Kawasan Perbatasan Negara adalah bagian dari wilayah nasional yang secara
geografis berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga, baik terletak di
daratan, di lautan, dan di udara.
21. Alur Laut Kepulauan Indonesia yang selanjutnya disebut ALKI adalah alur laut
yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut berdasarkan
konvensi hukum laut internasional.
22. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang
dari atau sama dengan 2.000 Km2.
23. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara
alami yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
24. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah pusat permukiman
yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional
dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya serta sebagai pusat
jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi yang melayani beberapa provinsi dan
nasional.
25. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah pusat permukiman
sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani
beberapa kabupaten.
5
26. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah pusat permukiman
sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transpotasi yang mempunyai
pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan.
27. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah pusat
permukiman sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang
terletak di kawasan yang memiliki nilai strategis politik pertahanan keamanan
negara di perbatasan dengan Negara Bagian Sarawak-Malaysia dan Sabah-Malaysia.
28. Pusat Pelayanan Primer adalah kota atau kawasan perkotaan yang memiliki
tingkat kelengkapan prasarana wilayah tertinggi, yang dapat mendukung peran
kota atau kawasan perkotaan untuk menjadi simpul utama jasa distribusi dan
pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang melayani wilayah pulau dan/atau antar
pulau.
29. Pusat Pelayanan Sekunder adalah kota yang memiliki tingkat kelengkapan
prasarana wilayah sedang, yang dapat mendukung peran kota untuk menjadi
simpul utama jasa distribusi dan pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang
melayani beberapa bagian wilayah pulau.
30. Pusat Pelayanan Tersier adalah kota yang memiliki tingkat kelengkapan prasarana
wilayah terendah, yang dapat mendukung peran kota untuk menjadi simpul utama
jasa distribusi dan pengumpul kegiatan ekonomi wilayah yang melayani bagian
wilayah pulau secara terbatas.
31. Perangkat Insentif adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan
terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan rencana tata ruang.
32. Perangkat disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
33. Pemerintah Pusat adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri dari Presiden beserta para Menteri.
34. Menteri adalah menteri yang bertugas mengkoordinasikan penataan ruang.
35. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang
lain sebagai Badan Eksekutif Daerah yang meliputi Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota.
36. Wilayah Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah.
37. Terminal Penumpang Tipe A adalah terminal penumpang yang berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antar-kota antar-provinsi dan/atau angkutan
lintas batas negara, angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota dan
angkutan perdesaan
6
38. Aturan Pemintakatan atau Zoning Regulation adalah ketentuan pengaturan zonasi
dan penerapannya ke dalam pemanfaatan lahan, yang menjadi acuan prosedur
pengendalian pemanfaatan ruang kota.
39. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang selanjutnya disingkat SBNP merupakan
prasarana keselamatan pelayaran, seperti menara suar, rambu suar, stasiun radio
pantai, dan sebagainya, yang memerlukan lahan (ruang) tertentu dan di beberapa
wilayah berada di luar lingkungan pelabuhan seperti pulau-pulau kecil, karang laut,
dan pesisir pantai yang sekaligus berfungsi sebagai penanda bagi wilayah teritorial
Indonesia di darat maupun di laut.
Bagian Kedua
Tujuan dan Sasaran
Pasal 2
(1) Tujuan penetapan RTR Pulau Kalimantan adalah untuk:
a. menetapkan RTR Pulau Kalimantan dalam rangka operasionalisasi Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
b. mengatur tata laksana dan kelembagaan perwujudan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional di Pulau Kalimantan sebagai landasan hukum yang mengikat
bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangannya;
c. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan berfungsi
lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan perairannya;
d. meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan
pengembangan prasarana wilayah dalam satu ekosistem pulau dan perairannya
dengan memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan wilayah;
e. meningkatkan efektifitas dan efisiensi penataan ruang lintas sektor dan lintas
wilayah provinsi yang konsisten dengan kebijakan nasional;
f. memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya bencana yang
lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan.
(2) Sasaran Peraturan Presiden tentang RTR Pulau Kalimantan adalah:
a. tersedianya landasan hukum yang mengikat bagi pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai tugas dan fungsi kewenangannya dalam mengoperasionalkan
RTRWN di Pulau Kalimantan;
b. terarahnya pengembangan Pulau Kalimantan secara lebih terpadu dan sinergis
sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan memperhatikan
potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya;
7
c. terlaksananya pembangunan lintas sektor dan lintas provinsi secara lebih
efektif dan efisien serta konsisten dengan kebijakan nasional yang
memayunginya;
d. tersedianya landasan pencapaian keterpaduan dan kerjasama pembangunan
lintas wilayah provinsi dan lintas sektor guna mewujudkan struktur dan pola
pemanfaatan ruang yang optimal;
e. tersedianya acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan
lintas wilayah provinsi.
Bagian Ketiga
Peran dan Fungsi RTR Pulau
Pasal 3
RTR Pulau Kalimantan berperan sebagai alat untuk menyinergikan aspek-aspek yang
menjadi kepentingan Nasional yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah yang direncanakan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.
Pasal 4
RTR Pulau ini berlaku sebagai acuan untuk:
a. keterpaduan pemanfaatan ruang lintas wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota di
Pulau Kalimantan;
b. penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, kota dan kawasan di
Pulau Kalimantan;
c. perumusan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Swasta, dan masyarakat di Pulau Kalimantan;
d. pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan di seluruh wilayah Pulau
Kalimantan.
Pasal 5
Fungsi RTR Pulau Kalimantan adalah memberikan dasar pencapaian keterpaduan,
keserasian dan keterkaitan ruang lintas wilayah provinsi dan lintas sektor sebagai
suatu kesatuan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang.
8
BAB II
RENCANA TATA RUANG PULAU KALIMANTAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 6
(1) RTR Pulau Kalimantan merupakan penjabaran struktur dan pola pemanfaatan
ruang wilayah nasional ke dalam kebijaksanaan dan strategi pemanfaatan ruang
Pulau Kalimantan.
(2) RTR Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digambarkan pada
peta dengan tingkat ketelitian minimal berskala 1 : 500.000, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini.
Pasal 7
RTR Pulau Kalimantan disusun berdasarkan kebijaksanaan berikut:
a. memelihara dan memulihkan kawasan-kawasan yang berfungsi lindung dan kritis
lingkungan dalam rangka mendukung keberlanjutan pemanfaatan sumber daya
kehutanan, pertambangan, dan pertanian, serta sumberdaya kelautan, pesisir dan
pulau-pulau kecil, serta mengurangi resiko dampak bencana alam;
b. mendayagunakan posisi strategis secara geografis yang berdekatan dengan negara
bagian Malaysia di Sarawak dan Sabah dalam kerangka kerjasama ekonomi sub-
regional BIMP-EAGA;
c. mendorong percepatan penanganan kawasan perbatasan antar negara dengan
negara Malaysia di Serawak dan Sabah sebagai beranda depan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia di Pulau Kalimantan;
d. meningkatkan aksesibilitas internal wilayah Pulau Kalimantan untuk mewujudkan
sinergi pengembangan potensi wilayah dan pemerataan tingkat perkembangan
antar wilayah melalui percepatan fungsionalisasi jaringan jalan lintas Kalimantan
secara terpadu dengan pengembangan jaringan angkutan sungai, angkutan laut,
jaringan jalan rel kereta api dan angkutan udara;
e. mendorong peran kawasan andalan sebagai penggerak pengembangan ekonomi
wilayah Kalimantan;
f. mengembangkan industri pengolahan yang berbasis pada sektor kelautan,
pertanian, perkebunan, pertambangan, dan kehutanan secara berkelanjutan serta
industri pariwisata yang berbasis pada penguatan dan pengembangan ekonomi,
sosial dan budaya masyarakat lokal dan kelestarian lingkungan hidup;
9
g. mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa
koleksi dan distribusi di Pulau Kalimantan.
Bagian Kedua
Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
Pasal 8
Struktur ruang Pulau Kalimantan merupakan struktur ruang sebagaimana tercantum
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dapat dilihat pada Lampiran I yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
Pasal 9
Pola pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan merupakan pola pemanfaatan ruang
sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana
dapat dilihat pada Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan
Presiden ini.
BAB III
STRATEGI PEMANFAATAN RUANG
Bagian Pertama
Umum
Pasal 10
(1) Strategi pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1), diwujudkan dalam Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan yang berisi:
a. strategi pengembangan struktur ruang;
b. strategi pengelolaan pola pemanfaatan ruang.
(2) Strategi pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
a mencakup:
a. strategi pengembangan sistem pusat permukiman;
b. strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.
(3) Strategi pengelolaan pola pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
huruf b mencakup:
a. strategi pengelolaan ruang kawasan lindung;
b. strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya.
10
Pasal 11
(1) Strategi perwujudan rencana tata ruang dituangkan dalam indikasi program
pembangunan.
(2) Indikasi program pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut
prioritas penanganannya diklasifikasikan ke dalam indikasi program pembangunan
prioritas tinggi, prioritas sedang, dan prioritas rendah.
(3) Indikasi program pembangunan prioritas tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun pertama.
(4) Indikasi program pembangunan prioritas sedang dan prioritas rendah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan setelah jangka waktu 5
(lima) tahun pertama.
Bagian Kedua
Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman
Pasal 12
(1) Pengembangan sistem pusat permukiman di wilayah Pulau Kalimantan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a ditekankan pada terbentuknya fungsi dan
hirarki pusat permukiman sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
(2) Sistem pusat permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi PKN, PKW,
dan PKL sebagai satu kesatuan sistem yang berhirarki.
(3) Dalam rangka mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara,
dikembangkan PKSN.
Pasal 13
Pengembangan PKN di Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(2) meliputi upaya untuk:
a. mendorong pengembangan kota Balikpapan, Banjarmasin, dan Pontianak sebagai
pusat pelayanan primer;
b. mendorong pengembangan kota Palangka Raya, Samarinda, Bontang, dan Tarakan,
sebagai pusat pelayanan sekunder;
Pasal 14
Pengembangan PKW di Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2) meliputi upaya untuk:
11
a. mendorong pengembangan kota Singkawang, Sambas, Ketapang, Sintang, Sanggau,
Sampit, Kuala Kapuas, Tanjung Redeb, Sangata, Tanjung Selor, Malinau, Nunukan,
dan Tenggarong dan sebagai pusat pelayanan sekunder;
b. mendorong pengembangan kota Mempawah, Putussibau, Entikong, Pangkalan Bun,
Buntok, Muarateweh, Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru, Tanlumbis,
Sungai Nyamuk, Sangasanga, Tanah Grogot, dan Sendawar, dan sebagai pusat
pelayanan tersier.
Pasal 15
(1) PKL di Pulau Kalimantan ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi
berdasarkan usulan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan kriteria sebagaimana
ditetapkan dalam RTRWN.
(2) Pengembangan kota-kota PKL merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengembangan sistem pusat permukiman di Pulau Kalimantan.
Pasal 16
Pengembangan PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) di kawasan perbatasan negara merupakan upaya untuk mendorong pengembangan Kota Aruk, Jagoibabang, Nangabadau, Entikong, Jasa, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan Long Pahangai.
Pasal 17
Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14,
dan Pasal 16 dijelaskan secara lebih rinci dalam Lampiran II merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
Bagian Ketiga
Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 18
Strategi pengembangan jaringan prasarana dan sarana Pulau Kalimantan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b meliputi:
a. strategi Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat yang terdiri dari
jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau,
dan penyeberangan;
12
b. strategi Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut yang terdiri dari jaringan
prasarana dan jaringan pelayanan;
c. strategi Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara yang terdiri dari bandar
udara dan ruang lalu lintas udara;
d. strategi Pengembangan Sistem Jaringan Energi dan Tenaga Listrik;
e. strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sumber Daya Air yang terdiri dari air
permukaan dan air bawah tanah;
f. strategi Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan yang terdiri dari
sistem jaringan air bersih, air limbah, drainase, persampahan, jalan kota, dan
telekomunikasi.
Pasal 19
Strategi pengembangan sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a meliputi upaya untuk:
a. memelihara tingkat pelayanan jaringan jalan untuk menjamin keberlangsungan
pergerakan orang dan barang dari sentra-sentra produksi menuju pusat-pusat
distribusi, tujuan-tujuan dan pusat-pusat permukiman;
b. memantapkan aksesibilitas dari sentra-sentra produksi menuju tujuan-tujuan
utama pulau, yaitu Pontianak, Banjarmasin, dan Balikpapan;
c. mendorong berfungsinya jaringan jalan lintas Pulau Kalimantan secara bertahap
dengan prioritas secara berurutan adalah Lintas Selatan, Tengah, dan Utara;
d. meningkatkan aksesibilitas menuju kawasan perbatasan antar negara dan kawasan
tertinggal;
e. meningkatkan pemanfaatan potensi unggulan wilayah secara optimal, yang diikuti
dengan meningkatnya daya saing produk-produk unggulan di Pulau Kalimantan;
f. mewujudkan keterpaduan sisten transportasi wilayah Kalimantan, Nasional, dan
sub-regional ASEAN;
g. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan jalan dengan sistem jaringan
transportasi lainnya;
h. mengembangkan terminal penumpang tipe A sebagai simpul jaringan transportasi
jalan pada kota-kota yang berfungsi sebagai PKN atau kota-kota lain yang memiliki
permintaan tinggi untuk pergerakan penumpang antar-kota dan antar-provinsi.
13
Pasal 20
Strategi pengembangan sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 huruf a meliputi upaya untuk:
a. meningkatkan keterkaitan intra dan intermoda transportasi di Pulau Kalimantan
yang terpadu dan saling melengkapi;
b. menyediakan prasarana transportasi darat untuk angkutan penumpang dan barang,
khususnya untuk pengangkutan produk komoditas berskala besar, berkecepatan
tinggi, berbiaya murah, dengan energi yang rendah;
c. mendukung peningkatan keterkaitan ekonomi antar wilayah di Pulau Kalimantan
dan intra wilayah dengan negara tetangga Sarawak – Sabah;
d. mewujudkan keterpaduan sistem transportasi wilayah Kalimantan, Nasional, dan
sub-regional ASEAN;
e. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan kereta api dengan sistem jaringan
transportasi lainnya;
f. mengembangkan strasiun kereta api sebagai simpul jaringan kereta api diarahkan
pada kota-kota PKN dan PKW sebagai mana disebut dalam Pasal 13 dan Pasal 14.
Pasal 21
Strategi pengembangan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a meliputi upaya untuk:
a. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi sungai untuk pelayanan
angkutan lintas antar provinsi serta antar kabupaten/kota dalam provinsi diarahkan
pada daerah-daerah potensial di Pulau Kalimantan dan diarahkan menjadi tulang
punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah yang
terisolir;
b. memprioritaskan pengembangan angkutan sungai pada lintas-lintas yang sulit
dikembangkan dengan jaringan jalan.
Pasal 22
Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf b meliputi upaya untuk:
a. meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi investasi pengembangan pelabuhan laut
dengan memanfaatkan jalur ALKI I yang melintasi Selat Karimata dan jalur ALKI II
yang melintasi Selat Makassar;
14
b. meningkatkan kelancaran proses koleksi dan distribusi orang dan barang dalam
rangka mendukung pengembangan ekonomi wilayah;
c. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan ke tujuan pemasaran;
d. meningkatkan volume ekspor-impor melalui pelabuhan peti kemas yang didukung
oleh keberadaan industri manufaktur dan/atau industri pengolahan;
e. mengembangkan jaringan transportasi laut antar-provinsi, antar-pulau dan antar-
negara;
f. mengembangkan sistem jaringan transportasi laut antar-negara yang sesuai dengan
kebutuhan ekspor-impor perekonomian, pertahanan negara dan kepentingan
nasional lainnya;
g. mengembangkan sistem jaringan transportasi laut Kalimantan sebagaimana secara
terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi wilayah Kalimantan, nasional,
dan internasional;
h. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan transportasi laut dengan sistem jaringan
transportasi lainnya;
i. mengembangkan jaringan transportasi laut dengan memanfaatkan Alur Laut
Pelayaran yang telah ditetapkan menurut peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 23
Strategi pengembangan jaringan prasarana transportasi udara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf c meliputi upaya untuk:
a. meningkatkan aksesibilitas antar kota dalam lingkup wilayah Pulau Kalimantan
maupun antar kota dalam lingkup nasional dan internasional;
b. mendorong pengembangan potensi pariwisata dan potensi ekonomi lainnya pada
lokasi-lokasi yang sangat potensial dan belum dilayani jaringan transportasi lainnya
yang memadai;
c. menjalin sinergi jaringan prasarana transportasi wilayah antar moda;
d. membuka dan memantapkan jalur-jalur penerbangan internasional antar kota-kota
PKN dengan negara tetangga dan negara-negara pusat pemasaran produk dan jasa
dari Kalimantan;
e. mengembangkan sistem jaringan transportasi udara Pulau Kalimantan secara
terpadu sebagai satu kesatuan sistem transportasi wilayah Kalimantan, nasional,
dan internasional;
f. mewujudkan keterpaduan sistem jaringan transportasi udara dengan sistem
jaringan transportasi lainnya;
15
g. mengembangkan sistem jaringan transportasi udara secara dinamis dengan
memperhatikan tatanan kebandarudaraan nasional.
Pasal 24
Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d meliputi upaya untuk:
a. mengamankan pasokan energi kepada pusat-pusat permukiman perkotaan dan
perdesaan serta kawasan-kawasan strategis nasional lain meliputi kawasan
industri, pariwisata dan pelabuhan;
b. mengembangkan jaringan tenaga listrik interkoneksi lintas wilayah termasuk
dengan negara tetangga Sarawak-Sabah;
c. mengatasi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan atas tenaga listrik di
Kalimantan – baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang;
d. mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti biomassa dan
mikrohidro sebagai alternatif energi konvensional;
e. mengembangkan sistem jaringan prasarana energi dan tenaga listrik yang selaras
dengan pengembangan kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman.
Pasal 25
Strategi pengembangan sistem pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf e meliputi upaya untuk:
a. menjamin kelestarian fungsi sarana dan prasarana sumber daya air melalui
pengamanan kawasan-kawasan tangkapan air;
b. menyediakan prasarana air baku untuk menunjang pengembangan sentra-sentra
pangan, kawasan perkebunan, kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri
dan sumber energi tenaga air secara berkelanjutan untuk mendukung
pengembangan kawasan-kawasan andalan dan pusat koleksi-distribusi;
c. menjamin ketersediaan air baku bagi kawasan-kawasan sentra pertanian, industri,
pariwisata, dan sebagainya, serta kota-kota strategis yang meliputi kota
metropolitan, kota besar, ibukota provinsi, dan kabupaten/kota;
d. menanggulangi dampak bencana alam yang terkait dengan air, diantaranya banjir,
longsor, dan kekeringan;
16
e. mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya air dengan mengacu pada Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai dan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
Pasal 26
(1) Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf f meliputi upaya untuk:
a. meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar perkotaan secara
terpadu dalam rangka memantapkan fungsi kota;
b. mengembangkan kerjasama pengelolaan prasarana dan sarana dasar perkotaan,
khususnya antara kota-kota yang bertetangga;
c. menjamin keberlanjutan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan sesuai
dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan oleh penduduk perkotaan;
d. memperbaiki kualitas lingkungan perkotaan dari ancaman pencemaran air,
tanah dan pencemaran udara.
(2) Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana perkotaan melalui upaya untuk:
a. meningkatkan kualitas dan kapasitas, serta perluasan jaringan air bersih
perpipaan melalui pengembangan sistem transmisi dan distribusi;
b. meningkatkan kapasitas dan perluasan jaringan pelayanan Satuan Sambungan
Telepon pada kawasan perkotaan;
c. mengembangkan jaringan serat optik, terutama untuk PKN dan PKW;
d. meningkatkan kapasitas dan perluasan jaringan distribusi listrik;
e. meningkatkan kapasitas dan perluasan cakupan pelayanan pengelolaan air
limbah perkotaan;
f. meningkatkan kapasitas dan perluasan cakupan pelayanan pengelolaan
persampahan yang meliputi koleksi, transportasi, dan pengolahan serta lokasi
pembuangan akhir;
g. meningkatkan kapasitas dan perluasan cakupan pelayanan prasarana drainase
perkotaan yang terintegrasi dengan sistem drainase wilayah untuk
pengendalian banjir dan genangan;
h. meningkatkan kapasitas dan perluasan jaringan prasarana jalan kota termasuk
mengembangkan jalan lingkar untuk mengatasi arus lalu lintas menerus pada
kawasan perkotaan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku;
i. mengendalikan pencemaran lingkungan perkotaan meliputi air permukaan, air
tanah, udara, dan tanah.
17
Bagian Keempat
Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Lindung
Pasal 27
Strategi pengelolaan ruang kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (3) huruf a meliputi upaya untuk:
a. strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan bawahannya yang terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan
bergambut, dan kawasan resapan air;
b. strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat
yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan
waduk serta kawasan sekitar mata air;
c. strategi pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya;
d. strategi pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana lingkungan.
Pasal 28
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a meliputi upaya
untuk:
a. mempertahankan luasan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan
vegetasi tetap;
b. mempertahankan fungsi lindung sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan
erosi;
c. mempertahankan keberadaan hutan lindung agar kesuburan tanah pada hutan
lindung dan daerah sekitarnya dapat terpelihara;
d. melindungi ekosistem bergambut yang khas serta mengkonservasi cadangan air
tanah;
e. menberikan ruang yang memadai bagi peresapan air hujan pada zona-zona resapan
air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan
banjir;
f. merehabilitasi kawasan lindung yang telah mengalami kerusakan.
Pasal 29
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b meliputi upaya untuk:
18
a. melindungi kawasan pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi
pantai;
b. melindungi sungai dari kegiatan budidaya penduduk yang dapat mengganggu
dan/atau merusak kualitas air sungai, kondisi fisik bantaran sungai dan dasar
sungai, serta mengamankan aliran sungai;
c. melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau
merusak kualitas air danau serta kelestarian fungsi danau/waduk;
d. melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau
merusak kualitas mata air serta kelestarian fungsi mata air.
Pasal 30
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c meliputi upaya untuk:
a. melestarikan cagar alam dan cagar alam laut beserta segenap flora dan ekosistem
didalamnya yang tergolong unik dan atau langka sehingga proses alami yang terjadi
senantiasa dalam keadaan stabil;
b. melestarikan suaka margasatwa dengan segenap fauna yang tergolong unik dan
atau langka, serta komunitas biotik dan unsur fisik lingkungan lainnya;
c. melestarikan Taman Nasional dan Taman Nasional Laut dengan segenap kekhasan
dan keindahan ekosistemnya yang penting secara nasional maupun internasional
untuk tujuan keilmuan, pendidikan, dan pariwisata;
d. melestarikan kawasan Taman Hutan Raya dengan segenap kekhasan ekosistemnya;
e. melestarikan taman wisata, taman wisata laut, dan taman buru dengan segenap
keunikan alam dan ekosistemnya yang alami sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan rekreasi dan pariwisata;
f. melestarikan cagar budaya yang berisikan benda-benda bersejarah peninggalan
masa lalu, dan atau segenap adat istiadat, kebiasaan, tradisi setempat, unsur alam
lainnya yang unik.
Pasal 31
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 huruf d meliputi upaya untuk:
a. mengurangi resiko gangguan dan ancaman langsung maupun tidak langsung dari
terjadinya bencana lingkungan;
19
b. melindungi asset-asset sosial ekonomi masyarakat meliputi infrastruktur,
permukiman, dan sentra-sentra produksi dari gangguan dan ancaman bencana
lingkungan;
c. menyelenggarakan tindakan preventif dalam penanganan bencana alam
berdasarkan siklus bencana melalui upaya mitigasi bencana, pengawasan terhadap
pelaksanaan rencana tata ruang, kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan
rawan bencana, tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan kembali pasca
bencana;
d. menyiapkan peta bencana lingkungan sebagai acuan dalam pengembangan wilayah
provinsi, kabupaten, dan kota;
e. melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam rangka
penetapan kawasan rawan bencana lingkungan dan wilayah pengaruhnya.
Bagian Kelima
Strategi Pengelolaan Ruang Kawasan Budidaya
Pasal 32
Strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (3) huruf b meliputi upaya untuk:
a. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan
perkebunan;
b. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan;
c. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kehutanan;
d. strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pariwisata;
e. strategi pengelolaan ruang pada kawasan-kawasan permukiman;
f. strategi pengelolaan pada kawasan industri;
g. strategi pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan;
h. strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan dan kawasan andalan laut;
i. strategi pengelolaan ruang pada kawasan yang perlu mendapatkan perhatian
khusus.
Pasal 33
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan
perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a meliputi upaya untuk:
20
a. mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional;
b. mewujudkan tertib penataan ruang kawasan strategis dan diprioritaskan yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari penataan ruang nasional pulau wilayah
propinsi dan atau wilayah kabupaten/kota;
c. meningkatkan kualitas fungsi kawasan budidaya pertanian dan perkebunan;
d. mengatur pemanfaatan ruang untuk terwujudnya keseimbangan kepentingan
kesejahteraan dan keamanan demi menghindari terjadinya konflik kepentingan
baik sosial ekonomi maupun fisik;
e. mengatur pemanfaaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara efesien
dan efektif bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kegiatan usaha.
Pasal 34
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b meliputi upaya untuk:
a. mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan tangkap dan budidaya secara
berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu
dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi;
b. mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan yang didukung
oleh fasilitas pelayanan informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan
yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar;
c. mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran dengan daerah-daerah
produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar negara.
Pasal 35
Strategi pengelolaan ruang kawasan budidaya kehutanan sebagaimana dimaksud pada
dalam Pasal 32 huruf c meliputi upaya untuk:
a. mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan
hutan, perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu melalui
pengendalian penebangan liar dan penanggulangan kebakaran hutan serta
rehabilitasi kawasan hutan kritis;
b. memenuhi bahan baku industri hilir dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri
(HTI) dan pengembangan hutan rakyat;
21
c. memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka mitra sepaham pembangunan
kehutanan dan peningkatan kesejahteraan;
d. menghindari terjadinya konflik kepentingan/penguasaan lahan/kawasan hutan;
e. mengembangkan kerjasama dengan lembaga peneliti lokal/regional /internasional
dalam rangka mengembangkan produk hasil hutan.
Pasal 36
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf d didasarkan atas strategi untuk mengembangkan kawasan pariwisata
tanpa merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat.
Pasal 37
(1) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan-kawasan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf e meliputi pusat-pusat permukiman perkotaan
dan pusat-pusat permukiman perdesaan.
(2) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi upaya untuk :
a. mendorong pengembangan pusat-pusat permukiman perdesaan sebagai desa
pusat pertumbuhan terutama wilayah desa yang mempunyai potensi cepat
berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa di sekitarnya;
b. mendorong pengembangan permukiman sub-urban atau kota baru pada daerah
peripheral kota-kota metropolitan dan kota besar untuk memenuhi kebutuhan
perumahan pada kota-kota tersebut dan sekaligus berperan sebagai penyaring
arus migrasi desa-kota.
Pasal 38
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 huruf f meliputi upaya untuk mendorong pengembangan industri pengolahan dan
agro industri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah seperti
pertambangan, pertanian, perkebunan dan hasil hutan.
22
Pasal 39
Strategi pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf g meliputi upaya untuk :
a. mengembangkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya energi dan mineral
secara optimal dengan memperhatikan daya dukung lingkungan secara
makro dan mikro;
b. mengendalikan pengelolaan pemanfaatan sumber daya pertambangan
secara ilegal terutama untuk mencegah dampak lingkungan terhadap
wilayah sekitarnya.
Pasal 40
(1) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf h meliputi upaya untuk:
1. merevitalisasi kawasan andalan di Pulau Kalimantan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah;
2. memantapkan keterkaitan antar kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi kawasan;
3. meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan melalui pengembangan
industri pertambangan, kehutanan, perkebunan, kelautan;
4. meningkatkan intensitas dan perluasan jangkauan promosi investasi kawasan,
baik melalui kerjasama ekonomi bilateral, kerjasama ekonomi sub regional
segitiga pertumbuhan Brunei-Indonesia-Malaysia-Philipina, maupun kerjasama
ekonomi internasional ;
5. meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kawasan;
6. meningkatkan aksesibilitas antar kota di dalam kawasan dan ke tujuan-tujuan
pemasaran melalui keterpaduan pengembangan sistem transportasi antar
moda;
7. mengurangi tingkat dampak pengembangan kawasan terhadap lingkungan
sekitar;
8. menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penyederhanaan prosedur
perizinan di kawasan andalan.
(2) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan andalan laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf h meliputi upaya untuk:
a. mengembangkan potensi sumberdaya kelautan secara optimal dengan
memperhatikan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan;
23
b. mengembangkan pusat pengolahan hasil produksi kelautan untuk meningkatkan
nilai tambahnya termasuk pengembangan pelabuhan khusus untuk mendukung
kegiatan ekspor-impor;
c. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan laut ke kota-kota di wilayah
pesisir dan tujuan-tujuan pemasaran melalui pembangunan prasarana dan
sarana transportasi;
d. mengurangi tingkat dampak pengembangan kawasan andalan laut terhadap
kawasan lindung di sekitarnya;
e. mengembangkan potensi dan fungsi pulau-pulau kecil atau gugus pulau sebagai
pendorong kegiatan ekonomi lokal, regional dan nasional melalui
pengembangan investasi, khususnya pada bidang pariwisata bahari.
Pasal 41
(1) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan budidaya yang perlu mendapatkan
perhatian khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf i, meliputi:
a. kawasan perbatasan antar-negara;
b. kawasan perbatasan lintas wilayah provinsi;
c. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil atau gugus pulau.
(2) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan perbatasan antar-negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) butir a meliputi upaya untuk:
1. menjaga dan mengamankan wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik
Indonesia di Pulau Kalimantan, termasuk pulau-pulau kecil dan gugus
kepulauan;
2. mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas batas dengan negara
tetangga dalam penanganan penyelundupan dan perdagangan ilegal;
3. mengembangkan kawasan perbatasan sebagai beranda depan sekaligus pintu
gerbang menuju dunia internasional;
4. mengembangkan kawasan perbatasan dengan menganut keserasian antara
prinsip keamanan dan prinsip kesejahteraan masyarakat;
5. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perbatasan secara
selektif yang didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai;
6. meningkatkan Kerjasama Ekonomi Sub-Regional melalui skema Sosek Malindo
dan KESR BIMP-EAGA;
7. memaduserasikan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perbatasan
dengan wilayah negara tetangga.
24
(3) Strategi pengelolaan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah provinsi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir b meliputi upaya untuk:
a. memaduserasikan rencana tata ruang pada kawasan perbatasan tersebut
melalui penyusunan Rencana Detail Tata Ruang kawasan perbatasan lintas
wilayah provinsi;
b. mengembangkan pola-pola kerjasama pembangunan lintas wilayah provinsi
yang saling menguntungkan.
(4) Strategi pengelolaan ruang pada Pulau-pulau kecil pada kawasan perbatasan
negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir c yang menjadi sasaran
prioritas program termuat dalam lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Presiden ini.
Bagian Keenam
Indikasi Program Strategis
Pasal 42
(1) Indikasi Program Strategis yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah provinsi disusun dengan mengacu pada RTR Pulau Kalimantan.
(2) Penyusunan indikasi program strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan sistem dan mekanisme perencanaan pembangunan nasional dan daerah.
(3) Indikasi Program Strategis Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dijabarkan lebih lanjut ke dalam program Departemen/Badan/ Lembaga/Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan lingkup kewenangan masing-masing.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penyusunan program sektor dan
daerah dalam rangka penjabaran RTR Pulau Kalimantan lebih lanjut diatur dalam
bentuk pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang.
Pasal 42a
Indikasi Program untuk Sistem Kota
Pasal 43
Indikasi program pembangunan sistem jaringan jalan Kalimantan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 menurut prioritas penanganannya meliputi:
25
1. Peningkatan jaringan jalan Lintas Selatan yang menghubungkan kota-kota : Temajo
- Sambas – Pemangkat – Singkawang – Mempawah – Pontianak – Tayan – Nangatayap
– Nangabulik – Pangkalan Bun – Sampit – Kotabesi – Kasongan – Palangka Raya –
Pulang Pisau - Kuala Kapuas – Banjarmasin – Pleihari – Pagatan – Batulicin – Tanah
Grogot – Kuaro – Penajam – Balikpapan – Loa Janan – Samarinda – Bontang – Sangata
– Simpang Pedau – Muarawahau – Labanan - Tanjung Redeb – Tanjung Selor –
Malinau – Simanggaris – Batas Negara dengan prioritas tinggi;
2. Peningkatan dan Pembangunan jaringan jalan Lintas Tengah yang menghubungkan
kota-kota : Mempawah – Ngabang – Sanggau – Sekadau – Tebelian – Nangapinoh –
Tumbang Jutuh – Kuala Kurun – Tumbang Talaken - Puruk Cahu – Muaralaung –
Muarateweh – Simpang Blusuh – Resak – Kotabangun - Tenggarong – Loa Janan -
Samarinda dengan prioritas sedang;
3. Peningkatan dan Pembangunan jaringan jalan Lintas Utara yang menghubungkan
kota-kota : Temajo – Aruk – Jagoibabang – Sanggau Ledo – Balai Karangan– Jasa –
Nangabadau – Putussibau – Tiong Ohang - Long Pahangai – Long Boh – Mahak Baru –
Long Ampung – Long Nawang – Long Alango – Tanjung Nanga – Pulau Sapi - Malinau –
Long Semamu – Long Bawan – Long Midang – Batas Negara dengan prioritas sedang;
4. Peningkatan jaringan Jalan Pengumpan yang menghubungkan jaringan jalan Lintas
Utara – Tengah - Selatan serta menghubungkan kota-kota : Galing – Sambas,
Jagoibabang – Bengkayang – Sei Pinyuh, Tayan – Sosok, Tebelian - Sintang –
Putussibau, Kuala Kurun – Palangka Raya, Palangka Raya – Buntok – Muara Teweh,
Long Pahangai – Sendawar – Simpang Tiga Damai, Banjarmasin – Martapura – Rantau
– Kandangan – Pantai Hambawang – Barabai – Paringin - Tanjung – Muara Koman –
Batu Sopang – Kuaro – Tanah Grogot dengan prioritas sedang.
Pasal 44
Indikasi program pembangunan sistem jaringan jalur kereta api di Pulau Kalimantan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 diwujudkan secara bertahap menurut
prioritasnya meliputi:
1. sistem jaringan dengan prioritas tinggi pada jalur-jalur: Samarinda – Balikpapan,
Bontang – Samarinda, Banjarmasin – Palangka Raya, Tanjung – Barabai – Rantau –
Martapura – Banjarmasin, Sambas – Kuching, Samarinda – Tenggarong –
Kotabangun, dan Pontianak – Mempawah – Singkawang – Sambas;
2. sistem jaringan dengan prioritas sedang pada jalur-jalur: Malinau – Sesayap –
Tanjung Redeb, Banjarmasin – Batulicin, Tanjung Redeb – Sangkulirang – Bontang,
Balikpapan – Tanah Grogot - Tanjung, Tanjung – Buntok – Muarateweh, dan
Sanggau – Pontianak;
26
3. sistem jaringan dengan prioritas rendah pada jalur-jalur: Sanggau – Sintang –
Putussibau, Buntok – Palangka Raya, Palangka Raya – Sampit – Pangkalan Bun,
Pangkalan Bun – Sanggau, dan Sanggau – Sambas.
Pasal 45
Indikasi program pembangunan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan
di Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi upaya untuk:
1. memelihara dan meningkatkan prasarana terusan/anjir yang menghubungkan
sungai-sungai besar yang meliputi Sungai Kapuas, Sungai Sampit, Sungai Kahayan,
Sungai Barito, Sungai Mahakam, Sungai Lamandau, Sungai Kelay, Sembakung,
Sebuku, Sesayap dan Sungai Kayan;
2. menjamin kehandalan alur-alur sungai melalui peningkatan prasarana di Sungai
Kapuas, Sungai Punggur Besar, Sungai Sambas, Sungai Landak, Sungai Kubu, Sungai
Padang Tikar, Sungai Kahayan, Sungai Rungan, dan Sungai Sebangau;
3. mengarahkan pengembangan jaringan penyeberangan lintas antar negara, yang
menghubungkan Nunukan di Kalimantan Timur dengan Tawau di Malaysia;
4. mengarahkan pengembangan jaringan penyeberangan lintas penyeberangan antar
provinsi dengan eksternal Pulau Kalimantan yang memiliki interaksi kuat yang
meliputi: Jawa Tengah dengan Kalimantan Tengah yang menghubungkan Taipa –
Kariangau, Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Timur yang menghubungkan
Mamuju – Balikpapan, Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Timur yang
menghubungkan Toli-toli – Tarakan, dan Kalimantan Selatan dengan Kalimantan
Selatan;
5. mengarahkan pengembangan jaringan penyeberangan lintas antar kabupaten/kota
dalam provinsi yang meliputi Rasau Jaya – Teluk Batang, Tanjung Selor – Tarakan,
Tarakan – Ancam, Tarakan – Sembakung, dan Tarakan – Tanjung Selor – Ancam;
6. mengarahkan pengembangan jaringan penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota
meliputi Penajam – Balikpapan, Tanjung Harapan – Tanjung Kalong, Tayan – Teraju,
Tebas Kuala – Parigi – Piai, Parit Salim – Sungai Nipah, Batulicin – Kotabaru, dan
Batulicin – Tanjung Serdang.
Pasal 46
Indikasi program pengembangan simpul jaringan prasarana pelabuhan laut sebagai
bagian dari sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
menurut prioritas penanganannya meliputi:
a. Pelabuhan Internasional di Balikpapan – Kaltim, Bontang – Kaltim, Samarinda –
Kaltim, Tarakan – Kaltim, Tanjung Sangata-Kaltim, dan Pontianak – Kalbar, dengan
prioritas tinggi;
27
b. Pelabuhan Nasional di Ketapang – Kalbar, Nunukan – Kaltim, Pasir/Tanah Grogot -
Kaltim, Tanjung Redeb - Kaltim, Tanjung Selor – Kaltim, Pasir Panjang – Kaltim,
Berau – Kaltim, Senipah – Kaltim, Tanjung Santan - Kaltim, Kumai - Kalteng,
Batulicin – Kalsel, dan Banjarmasin - Kalsel, dengan prioritas sedang;
c. Pelabuhan regional di Kotabaru, Pagatan, Sangkulirang, Temajo, Kendawangan,
Paloh/Sekura, Sambas, Sintete, Telok Air, Pangkalan Bun, Pulang Pisau, Sampit,
Sukamara, Sei Danau/Satui, Stagen, Kampung Baru, Pulau Bunyu, Sangatta, dan
Tanjung Laut.
Pasal 47
Indikasi program pengembangan sistem jaringan transportasi udara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan secara dinamis dengan memperhatikan tatanan
kebandarudaraan nasional dengan prioritas penanganan meliputi:
1. bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan primer di Sepinggan –
Balikpapan, dengan prioritas tinggi;
2. bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan sekunder di Supadio –
Pontianak dan Samsuddin Noer – Banjarmasin, dengan prioritas tinggi;
3. bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan tersier di Paloh – Sambas,
Pangsuma – Putussibau, Susilo – Sintang, Rahadi Usman – Ketapang, Cilik Riwut –
Palangkaraya, Iskandar – Pangkalan Bun, Stagen – Tarakan, Juwata – Tarakan,
Temindung – Samarinda, Kalimarau-Berau – Tanjung Redep, Nunukan – Nunukan,
dan Bontang - Bontang dengan prioritas sedang;
4. bandar udara bukan pusat penyebaran di Nangapinoh, Tumbang Samba, Kuala
Kurun, Purukcahu, M. Hasan – Sampit, Pulau Laut, Stagen – Kotabaru, Batulicin,
Kotabangun, Long Ampung, Long Bawan, Datah Dawai, dan Tanjung Selor dengan
prioritas sedang.
Pasal 48
Indikasi program pengembangan sistem prasarana jaringan prasarana energi dan
tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 menurut prioritas penanganannya
meliputi:
1. peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk Sistem
Kalimantan Barat dengan prioritas tinggi pada: PLTU Wajok, PLTD Ketapang 1,2,
PLTD Putussibau 1,2,3, PLTD Sambas 1,2,3, PLTD Singkawang 1, PLTU Pontianak,
PLTA Pade Kembayung, PLTA Nangapinoh, PLTD Sanggau 1-2, 3,4, PLTD Sentebang
1, 2-3, PLTD Sintang 1, 2-4, 5,6, dan PLTG Baru;
28
2. peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk Sistem
Kalimantan Barat dengan prioritas sedang pada PLTM Merasap 1 dan PLTU
Pontianak;
3. peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk Sistem
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur dengan prioritas
tinggi pada: PLTA Riam Kanan, PLTU Asam-asam, PLTD Sektor Barito, PLTD
Kotabaru 1-2,3-4,5, PLTD Bontang 1,2-3, PLTD Buntok 1,2-3, PLTD Muarateweh
1,2,3,4, PLTD Nunukan 1,2,3, PLTD Pangkalan Bun 1-2,3-5, PLTD Petung 1,2, PLTD
Sampit 1-2,3-4,5, PLTD Sangatta, PLTD Tanah Grogot 1,2,3,4, PLTD Tanjung
Redeb 1,2,3,4, PLTD Tanjung Selor 1,2,3, PLTD Tarakan 1-2,3,4, PLTG Baru, PLTG
Tanjung Batu, PLTD Malinau, dan PLTGU Baru;
4. peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik untuk Sistem
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur dengan prioritas
sedang pada : PLTA Kusan; PLTU Baru, PLTA Telake, dan PLTU Biomassa.
Pasal 49
Indikasi program pengembangan sistem pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 menurut prioritas penanganannya meliputi:
a. penanganan sungai-wilayah sungai yang berada pada kondisi kritis, yaitu Wilayah
Sungai Kapuas, Wilayah Sungai Barito Hulu dan Hilir, Wilayah Sungai Mempawah-
Sambas, Wilayah Sungai Pawan, Wilayah Sungai Landak, Wilayah Sungai Melawai,
Wilayah Sungai Sesayap, Wilayah Sungai Kayan, Wilayah Sungai Berau-Kelay,
Wilayah Sungai Karangan, Wilayah Sungai Mahakam, Wilayah Sungai Kahayan, dan
Wilayah Sungai Sebangau;
b. penerapan konsep “Satu Sungai, Satu Rencana, Satu Pengelolaan Terpadu” dari
hulu hingga hilir;
c. pemeliharaan jaringan irigasi strategis berupa Irigasi Riam Kanan, Irigasi Rawa
Siang Gantung, irigasi di Barito Kuala, irigasi di Banjang, Irigasi Merancang, Irigasi
Waru, Irigasi Rapak Lembur, dan Irigasi Merowi;
d. peningkatan fungsi dan kapasitas waduk-waduk sebagai penyimpan dan pengendali
banjir, yakni: Bendungan Kelian, Bendungan Riam Kanan, Waduk Lambakan, Waduk
Manggar, Waduk Benanga, Waduk Merancang, dan Waduk Tumbang Jutuh;
e. pengendalian pemanfaatan air tanah pada kawasan perkotaan dengan akifer
terbatas, air tanah langka dan zona resapan rendah;
f. perlindungan daerah tangkapan air, sempadan sungai, sempadan waduk dan danau
dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
29
g. penghutanan kembali kawasan-kawasan konservasi pada hulu sungai-sungai,
terutama Sungai Barito, Sungai Kahayan, Sungai Katingan, Sungai Kapuas dan
Sungai Mahakam;
h. pengendalian pencemaran sungai dan air permukaan lain secara ketat yang
bersumber dari kegiatan permukiman perkotaan, pertanian, industri,
pertambangan, dan kegiatan pariwisata.
Pasal 50
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan
pada kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 meliputi upaya
untuk:
1. mengendalikan luasan hutan lindung Pulau Kalimantan seluas 6.706.700 Ha dengan
rincian di 2.357.000 Ha di Provinsi Kalbar, 1.075.000 Ha di Provinsi Kalteng,
560.700 Ha di Provinsi Kalsel, dan 2.714.000 Ha di Provinsi Kaltim;
2. mencegah terjadinya erosi dan/atau sedimentasi pada kota-kota atau kawasan-
kawasan produksi pertanian, perkebunan, pariwisata, dan sebagainya, khususnya
yang berada pada kelerengan terjal;
3. melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam rangka
penetapan kawasan bergambut;
4. mempertahankan keberadaan zona-zona resapan air di Pulau Kalimantan, yakni di
daerah penangkapan air Riam Kanan, Batulicin dan Pegunungan Muller serta
Schwaner.
Pasal 51
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan pada
kawasan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 meliputi upaya untuk:
menetapkan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Provinsi,
Kabupaten dan Kota, yakni di kawasan Pantai Barat, Timur dan Selatan Pulau Kalimantan;
a. menetapkan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan berfungsi lindung pada
RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota, meliputi DAS Kapuas, Landak, Mempawah,
Sambas, Pawan, Melawi, Membuluh, Airhitam, Sungai Puning, Jelai, Paloh,
Kahayan, Sebangau, Martapura, Barito, Kapuas, Mentayan, Seruyan, Katingan,
Lamandau, Murung, Barito, Riam Kiri, Riam Kanan, Negara, Kusan, Sampanahan,
Mahakam, Sesayap, Kayan, Kelay dan Sebakung;
30
b. menetapkan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi lindung pada
RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota;
c. menetapkan kawasan sekitar danau/waduk secara bijaksana agar proses
pendangkalan sungai-danau besar dapat dicegah, yang meliputi Danau Sentarum,
Danau Sembuluh, Danau Jempang, Danau Melitang, dan Danau Semayang;
d. menetapkan kawasan sekitar mata air sebagai kawasan berfungsi lindung pada
RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota.
Pasal 52
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan yang suaka alam, pelestarian alam
dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi upaya untuk:
1. Mengelola Cagar Alam meliputi CA Mandor (2.000 ha), CA Gunung Raya Pasi (3.700
ha), CA Muara Kendawangan (150.000 ha), CA Bukit Sapat Hawung (239.000 ha), CA
Bukit Tangkiling (2.061 ha), CA Pararawen I/II (5.855 ha), CA Lamandau (76.110
ha), CA Bukit Bakitap (261.000 ha), CA Teluk Kelumpang/Selat Laut/Selat Sebuku
(66.650 ha), CA Teluk Pamukan (20.618,84 ha), CA Sungai Lulan dan Sungai Bulan
(1.857,63 ha), CA Muara Kaman Sedulang (62.500 ha), CA Padang Luwai (5.000 ha),
CA Teluk Ampar (46.900 ha), CA Teluk Adang (61.900 ha), CA Lo Pat Fun Pi (8 ha),
CA Gunung Kentawan (257,90 ha), CA Gunung Sebatung (250 ha), dan CA Laut
Kepulauan Karimata (77.000 ha);
2. Mengelola Suaka Margasatwa meliputi SM Sungai Lamandau (76.110 ha), SM Pleihari
Tanah Laut (6.000 ha), SM Kuala Lupak (3.375 ha), SM Pulau Kaget (85 ha), SM Laut
Pulau Sumama (220 ha), SM Laut Pantai Selimpai (7.600 ha);
3. Mengelola Taman Nasional meliputi TN Betung Kerihun (800.000 ha), TN Danau
Sentarum (132.000 ha), TN Gunung Palung (90.000 ha), TN Gunung Niut-Gunung
Penrissen (180.000 ha), TN Bukit Baka-Bukit Raya (181.090 ha), TN Tanjung Putting
(415.040 ha), TN Kayan Metarang (1.360.500 ha), dan TN Kutai (198.629 ha);
4. Mengelola Taman Hutan Raya meliputi THR Sultan Adam (112.000 ha);
5. Mengelola Taman Wisata Alam meliputi TW Gunung Asuangsang (27.100 ha), TW
Tanjung Keluang (2.000 ha), TW Pleihari Tanah Laut (1.500 ha), TW Bukit Soeharto
(61.850 ha), TW Gunung Raya Pasi (61.680 ha), TW Belimbing (3.742 ha), TW
Asuangsang (5.821 ha), TW Gunung Dungan (1.073 ha), TW BT. Melintang (17.605
ha), TW Gunung Kelam (520 ha), TW Pulau Kembang (60 ha), TW Bukit Tangkiling
(533 ha), TW Baning (315 ha), dan TW Laut Pulau Sangalaki (280 ha);
6. Mengelola Kawasan Cagar Budaya meliputi Kawasan Wisata dan Cagar Budaya
Loksado, Keraton Kutai Kertanegara di Tenggarong, dan Pampang di Samarinda.
31
Pasal 53
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi upaya untuk:
1. kawasan rawan tanah longsor, abrasi pantai, dan sedimentasi, meliputi kawasan
bekas penambangan, dan lahan rusak bekas perladangan atau penebangan liar yang
tersebar pada keempat Provinsi di wilayah Pulau Kalimantan;
2. kawasan rawan banjir terutama meliputi wilayah bantaran sungai;
3. kawasan rawan kebakaran hutan dan alang-alang, meliputi seluruh areal hutan,
alang-alang, lahan bergambut, dan pertanian kering yang tersebar pada keempat
Provinsi di Pulau Kalimantan;
4. kawasan rawan gempa di Tarakan, Sesayap, dan sekitarnya;
5. kawasan potensi terkena dampak kenaikan air laut sebagai akibat pemanasan
global yang meliputi sepanjang pesisir Pantai Barat dan Selatan Kalimantan.
Pasal 54
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pertanian dan perkebunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 menurut prioritas penanganannya meliputi:
1. sentra produksi pangan di Kabupaten/Kota: Sambas, Pontianak, Bengkayang,
Landak, Ketapang, Sanggau, Singkawang, Sukamara, Kuala Kapuas, Pulang Pisau,
Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Utara, Tabalong, Samarinda, Tenggarong, Malinau, Sembakung, dan Atap;
2. sentra agribisnis hortikultura di Kabupaten Sambas, Kota Pontianak, dan Kabupaten
Pontianak;
3. sentra perkebunan di Kabupaten: Sambas, Bengkayang, Pontianak, Landak,
Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Kapuas Hulu, Ketapang, Nangabulik,
Sukamara, Kualakuayan, Pangkalan Bun, Sampit, Pleihari, Sendawar, Tenggarong,
Tanah Grogot, Tanjung Selor, dan Malinau.
32
Pasal 55
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan perikanan
dalam Pasal 34 menurut prioritas penanganannya meliputi:
1. budidaya tambak di pesisir barat Kabupaten Pontianak, Sambas, Bengkayang,
Ketapang, Muara Kintap, Muara Katingan, Kahayan Kuala, Kuala Jelai, Tanjung Aru,
Pasir Balengkong, Tanah Grogot, Kuaro, Linuangkayang, Nunukan Selatan, Pulau
Ahus, Delta Mahakam, pesisir Kabupaten Pasir, dan Kabupaten Bulungan;
2. budidaya laut di gugus Pulau Karimata, Pulau Penata, Pulau Lemukutan, Pulau
Tinabasan, Pulau Laut bagian selatan, Kepulauan Derawan, Kepulauan Bala-Balakan
dan Kepulauan Sangkurilang;
3. perikanan tangkap di wilayah Pantai Barat Kalimantan, Pantai Selatan Kalimantan
dan Pantai Timur Kalimantan.
Pasal 56
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya kehutanan dalam Pasal 35
menurut prioritas penanganannya meliputi:
1. pembangunan sentra produksi hasil hutan kayu di Kabupaten Ketapang, Sanggau,
Sekadau, Sintang, Kotawaringin Barat, Barito Selatan, Barito Utara, Kotawaringin
Timur, Seruyan, Katingan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, Nunukan,
Malinau, Berau, Tabalong, Kotabaru, Tanah Bumbu, Balangan, Tanah Laut, serta
Banjar;
2. pembangunan sentra produksi hasil hutan non kayu di Kabupaten Hulu Sungai
Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Nunukan, Malinau, Berau,
Bulungan, dan Kutai Barat;
3. pembangunan sentra industri pengolahan hasil hutan (kayu dan non kayu) di Kota
Palangkaraya, Kota Pontianak, Kota Banjarbaru, Kota Banjarmasin, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Tarakan, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kabupaten Ketapang, serta Kabupaten Barito Kuala;
4. pembangunan kawasan hutan penunjang industri pariwisata di Kabupaten Kapuas
Hulu, Kotawaringin Barat, Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala, Tanah Laut, dan
Tanah Bumbu (Batulicin).
33
Pasal 57
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan budidaya pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 meliputi upaya untuk:
1. mengembangkan wisata alam dan hutan, di TN Betung Kerihun, TN Danau
Sentarum, TN Tanjung Puting, TW Baning, TW Gunung Kelam, TW Gunung Raya
Pasi, TW Asuangsang, TW Pulau Kembang, TW Pegunungan Meratus, TW Danau
Sembuluh, TW Bukit Baka Raya, TW Bukit Mangkikit, Kawasan Wisata Lembah
Kahung, TW Pulau Sambar gelap, TW Pleihari, TW Bukit Tangkiling, TW Bukit
Suharto, Hutan Kutai Kertanegara, Sultan Adam, Hutan Wisata Pulau Kembang, TN
Kayan Mentarang, TN Kutai, dan Arung Jeram Mahakam;
2. mengembangkan wisata bahari di Camar Bulan, Kepulauan Karimata, Pantai
Selimpai Paloh, Teluk Temajo, Pantai Kijing, Pantai Sekubang, Tanjung Intan,
Pantai Kubu, Pantai Tanjung Kaluang, Teluk Bogang, Kabupaten Kota Baru dan
Tanah Laut, Terumbu Karang Pulau Kunyit (Kotabaru), Pulau Derawan, Pulau
Sangalaki, Pulau Bilang-bilangan, Pulau Matah, Pulau Samama, Pulau Kakaban,
Pulau Maratua, Pelabuhan Laut Podang, Pasir Mayang, Teluk Balikpapan dan
Tanjung Aru;
3. mengembangkan pariwisata budaya terutama di Keraton Kesultanan Sambas,
Pontianak, Loksado, Pasar Terapung Dayak Meratus, Bukit Batu Kasongan, Keraton
Kutai Kertanegara, dan Pampang.
Pasal 58
Indikasi program pengelolaan Pemanfaatan ruang pada kawasan industri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 meliputi upaya untuk memberikan prioritas penanganan
kawasan-kawasan industri yang meliputi kawasan industri Paloh-Sajingan, Tayan,
Pontianak, Batulicin, Bati-Bati, Liang Anggang-Banjarbaru, Jelapat Barito Kuala,
Bontang, Palaran-Samarinda, Nunukan dan Sebatik serta kawasan industri Balikpapan.
Pasal 59
Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 meliputi upaya untuk memprioritaskan pengelolaan
kawasan pertambangan yang memperhatikan daya dukung lingkungan,
meliputi:
1. kawasan pertambangan batubara, minyak bumi dan gas di wilayah Cekungan
Mahakam, Cekungan Pasir, Cekungan Tarakan, Cekungan Barito, Sintang, Murung
Raya, Barito Utara, Barito Timur, Barito Selatan, Kapuas, Gunung Mas, Banjar,
Tabalong, Kotabaru, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai
34
Tengah, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Balangan, Berau, Nunukan, Bulungan, Kutai
Timur, Kutai Barat, Kutai Kertanegara, Samarinda, Penajam Pasir Utara, Pasir
serta pengilangan di Bontang dan Balikpapan;
2. kawasan pertambangan bahan galian logam di wilayah Pontianak, Landak, Tayan,
Bengkayang, Sanggau, Sintang, Ketapang, Banjarbaru, Martapura, Kandangan,
Tanjung, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Sandai, Kendawangan, Kapuas
Hulu, Lamandau, Kotawaringan Barat, Kotawaringin Timur, Katingan, Seruyan,
Palangka Raya, Gunung Mas, Barito Selatan, Barito Timur, Murung Raya, Kapuas,
Pasir, Berau, Kutai, Samarinda, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat,
Bulungan, Malinau dan Balikpapan.
Pasal 60
(1) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan andalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (1) menurut prioritas penanganannya meliputi:
a. Kawasan Andalan Pontianak dsk, Sanggau, Sampit-Pangkalan Bun, Kuala
Kapuas, Kandangan dsk, Banjarmasin Raya dsk, Batulicin, Tanjung Redeb dsk,
Sasemawa, Tatapanbuma dsk, dan Bonsamtebajam, dengan prioritas tinggi;
b. Kawasan Andalan Singkawang dsk, Ketapang dsk, Kapuas Hulu dsk, Buntok, dan
Muarateweh, dengan prioritas sedang.
(2) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan andalan laut sebagaimana
dimaksud Pasal 40 ayat (2) menurut prioritas penanganannya meliputi :
a. Kawasan Andalan laut Pontianak dsk, Natuna dsk, dan Bontang dsk dengan
prioritas tinggi;
b. Kawasan Andalan laut Ketapang dsk, Kuala Pembuang,, dan Pulau Laut
Bengkayang-Singkawang, dengan prioritas sedang.
Pasal 61
(1) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan perbatasan antar negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) menurut prioritas penanganannya
meliputi:
1. peningkatan akses dari kota-kota kecil di perbatasan menuju kota-kota utama
terdekat di Pulau Kalimantan, yaitu Entikong – Pontianak, Jagoibabang –
Bengkayang - Singkawang, Nangabadau – Putussibau, Singkawang – Sambas –
Liku – Aruk, Singkawang – Sambas – Galing – Aruk, Malinau – Longmidang,
Malinau - Simanggaris – Nunukan, dan Long Pahangai – Sendawar;
35
2. pengembangan pelayanan penunjang kegiatan perdagangan internasional, baik
berskala kecil hingga besar;
3. penerapan insentif dan disinsentif untuk pengembangan kawasan perbatasan
yang meliputi pembebasan pajak untuk investor, kemudahan perizinan, dan
bentuk-bentuk lain yang sah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
(2) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan perbatasan lintas provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (3) menurut prioritas penanganannya
meliputi : Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat-Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah-Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah-Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Selatan-Kalimatan Timur.
(3) Indikasi program pengelolaan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
atau gugus pulau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (4) menurut prioritas
penanganannya meliputi:
a. pulau-pulau kecil atau gugus pulau di Wilayah Pesisir Kalimantan Barat: Pulau
Lemukutan, Pulau Padang Tikar, Pulau Maya, Pulau Kelelawar, Pulau
Penebangan, Pulau Suka, Pulau Buan, Pulau Karimata, Pulau Surung Gading,
Pulau Serutu, Pulau Maledang, Pulau Bawal, Pulau Cempedak, dan Pulau
Gelam; dengan potensi pengembangan Perikanan tangkap dan budidaya,
budidaya rumput laut, wisata bahari dan kawasan konservasi/lindung terumbu
karang;
b. pulau-pulau kecil atau gugus pulau di Wilayah Pesisir Kalimantan Selatan: Pulau
Sebuku, Pulau Perdamaian Besar, Pulau Perdamaian Kecil, Pulau Keluang, Pulau
Alur, Pulau Sambar Gelap, Pulau manti, Pulau Sewangi, Pulau Burung, Pulau
Tampakan, Pulau Hantu, Pulau Nangka, Pulau Tabuan, Pulau Nangka Kecil,
Pulau Kapak, Pulau Kerasian, Pulau Serudung, Pulau Kerumputan, Pulau
Kerayaan, Pulau Kunyit, Pulau Terusan, Pulau Birah-Birahan, Pulau Mara
Batuan, Pulau Batu Barat, Pulau Sarang, Pulau Denawan, Pulau Payung-
payungan, Pulau Batu Utara, Pulau Adang, Pulau Maradapan, Pulau Matasirih,
Pulau Karang Batu, Pulau Datu, Pulau Kaget, Pulau Tempurung, Pulau Alalak,
Pulau Kembang; dengan potensi pengembangan Perikanan tangkap dan
budidaya, budidaya rumput laut, wisata bahari, dan kawasan
konservasi/lindung terumbu karang;
c. pulau-pulau kecil atau gugus pulau di Wilayah Pesisir Kalimantan Timur: Pulau
Nunukan, Pulau Derawan, Pulau Bunyu, Pulau Tarakan, Pulau Maratua; dengan
potensi pengembangan perikanan tangkap dan budidaya, budidaya rumput laut,
wisata bahari dan kawasan konservasi/lindung terumbu karang.
36
BAB IV
STRATEGI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 62
(1) Pengawasan pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan pada tingkat nasional dilakukan
melalui Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.
(2) Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional sebagaimana dimaksud melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan.
(3) Kinerja pemanfaatan ruang sebagai hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Presiden secara berkala sekurang-
kurangnya dua kali dalam setahun.
(4) Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi dikoordinasikan oleh Badan Koordinasi
Tata Ruang Nasional setelah memperoleh arahan Presiden.
(5) Departemen/Badan/Lembaga/Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
melaksanakan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara monitoring dan evaluasi serta tindak
lanjutnya diatur dengan Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang menangani
urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.
Pasal 63
(1) Pengawasan pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan pada tingkat provinsi
dikoordinasikan oleh Gubernur.
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Gubernur membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(3) Badan Koordinasi Tata Ruang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan.
(4) Gubernur melaporkan penyelenggaraan pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan pada
wilayah administratifnya kepada Presiden melalui Badan Koordinasi Tata Ruang
Nasional secara berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun.
Pasal 64
(1) Penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang Pulau Suawesi dilaksanakan
melalui pengenaan sanksi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bentuk sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sanksi administratif,
sanksi pidana, dan sanksi perdata.
37
Pasal 65
(1) Dalam rangka penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang dilaksanakan
pemeriksaan dan penyelidikan.
(2) Pemeriksaan dan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
menurut peraturan perundang-undangan.
(3) Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib
membantu proses pemeriksaan dan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) melalui penyediaan data dan informasi yang berkaitan dengan pelanggaran
pemanfaatan ruang.
BAB V
KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Pertama
Umum
Pasal 66
1. Lingkup kelembagaan dalam rangka pelaksanaan strategi pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan meliputi aspek organisasi
kerja sama pembangunan lintas provinsi, peran Badan Koordinasi Tata Ruang
Nasional, peran Gubernur, mekanisme pemberian insentif dan disinsentif dan
pembinaan.
2. Lingkup peran masyarakat dalam pelaksanaan strategi pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan meliputi peran masyarakat
dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Bagian Kedua
Kelembagaan
Pasal 67
(1) Gubernur se-Kalimantan dapat membentuk lembaga kerjasama pembangunan lintas
provinsi dalam rangka koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian
pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan.
(2) Tata kerja lembaga kerjasama pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur berdasarkan kesepakatan para Gubernur.
38
(3) Pembiayaan dalam penyelenggaraan kerjasama pembangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada APBN, APBD Provinsi dan sumber lainnya
yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 68
(1) Koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau
Kalimantan dalam lingkup nasional dilakukan melalui Badan Koordinasi Tata Ruang
Nasional.
(2) Mekanisme koordinasi, fasilitasi, mediasi, dan pengendalian pemanfaatan ruang
Pulau Kalimantan dalam lingkup nasional ditetapkan oleh Menteri yang menangani
urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.
(3) Ketua Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional melaporkan kinerja pemanfaatan
ruang Pulau Kalimantan kepada Presiden secara berkala sekurang-kurangnya dua
kali dalam setahun.
Pasal 69
3. Gubernur melaksanakan koordinasi, fasilitasi, sinkronisasi, pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan RTR Pulau Kalimantan pada masing-masing wilayah
administratifnya.
4. Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Gubernur membentuk dan atau memfungsikan Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah.
5. Dalam hal terjadi konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas wilayah
provinsi, penyelesaiannya dilakukan melalui mekanisme koordinasi yang melibatkan
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, lembaga kerjasama pembangunan lintas
provinsi se-Kalimantan, dan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.
6. Gubernur melaporkan kepada Presiden melalui Badan Koordinasi Tata Ruang
Nasional perihal penyelenggaraan pemanfaatan ruang Pulau Kalimantan pada
wilayah administratifnya secara berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun.
Pasal 70
(1) Pemerintah dapat memberikan insentif kepada pemerintah provinsi, kabupaten
dan kota dalam setiap upaya untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan
ruang sebagaimana tertuang dalam RTR Pulau Kalimantan.
(2) Rekomendasi pemberian insentif kepada pemerintah provinsi oleh Pemerintah,
didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh
Tim Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang.
39
(3) Rekomendasi pemberian insentif kepada pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan
pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis
yang ditunjuk dengan Keputusan Gubernur.
(4) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penambahan dana
alokasi khusus dan dana dekonsentrasi, pembangunan prasarana dan sarana, dan
insentif lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk dan mekanisme pemberian insentif
diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 71
(1) Pemerintah dapat memberikan disinsentif kepada pemerintah provinsi, kabupaten
dan kota yang pemanfaatan ruang wilayahnya tidak sesuai dengan RTR Pulau
Kalimantan.
(2) Rekomendasi pemberian disinsentif kepada pemerintah provinsi oleh Pemerintah,
didasarkan pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh
Tim Teknis yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang.
(3) Rekomendasi pemberian disinsentif kepada pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan
pada hasil penilaian kinerja pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh Tim Teknis
yang ditunjuk dengan Keputusan Gubenur.
(4) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengurangan dana
alokasi khusus dan dana dekonsentrasi, pembangunan prasarana dan sarana, dan
disinsentif lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk dan mekanisme pemberian
disinsentif diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 72
3. Pembinaan dalam pelaksanaan RTR Pulau Kalimantan diselenggarakan untuk
menyelaraskan dan menyerasikan pemanfaatan ruang yang bersifat lintas wilayah
provinsi dan lintas sektor.
4. Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
oleh Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.
40
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 73
(1) Pemerintah berkewajiban mendorong peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang
Pulau Kalimantan.
(2) Dalam upaya mendorong peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan sosialisasi RTR Pulau Kalimantan secara berkesinambungan.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 74
(1) Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan berlaku untuk jangka waktu 20 tahun sejak
ditetapkan Peraturan Presiden ini.
(2) RTR Pulau Kalimantan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
setelah berlakunya Peraturan Presiden ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali atas
RTR Pulau Kalimantan diatur dengan Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang
menangani urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.
41
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75
(1) Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ... 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal ...............
MENTERI HUKUM DAN HAM
REPUBLIK INDONESIA
ttd
HAMID AWALUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ….. NOMOR ….
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 1
Lampiran II
Peraturan Presiden Tentang RTR Pulau Kalimantan
Strategi Pengembangan Sistem Pusat Permukiman di Pulau Kalimantan
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
I Provinsi Kalimantan Barat
1.1 Pontianak PKN Jasa Pemerintahan, Perkebunan,
perdagangan, agroindustri,
kehutanan, industri pengolahan hasil
hutan, perikanan tambak, pariwisata,
serta pertambangan galian logam.
• Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada
upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti perkebunan,
agroindustri, perdagangan, pertambangan (bauksit) dan pariwisata.
• Memantapkan peran Pontianak sebagai pusat koleksi dan distribusi skala pulau,
terutama bagian barat Kalimantan dengan memperhatikan lokasi strategis pada Jalur
ALKI melalui peningkatan outlet Pelabuhan Pontianak dan Pelabuhan Temajo serta
dukungan outlet Bandara Supadio yang merupakan pusat penyebaran primer. Hal
tersebut dipandang sebagai satu sistem yang didukung oleh pembangunan jalur kereta
api dengan prioritas tinggi dan sedang serta peningkatan kualitas serta kapasitas
jaringan jalan Lintas Selatan dan angkutan sungai menuju sentra-sentra produksi di
Singkawang, Sanggau, Sambas, Bengkayang dan kawasan perbatasan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran
Pontianak sebagai pusat pelayanan regional dan nasional melalui kerjasama dengan
pihak swasta secara selektif.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat meliputi
perdagangan, pendidikan, kesehatan dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas pelayanan jasa keuangan dan pemerintahan yang mendukung
kegiatan eksport-import.
• Mengembangkan kawasan industri pengolahan (komoditas kelapa sawit dan
holtikultura, pertambangan galian logam, dan perikanan tambak) yang komplementer
dengan keberadaan kandidat Pelabuhan Internasional Pontianak dan Temajo.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 2
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
1.2 Mempawah PKW Jasa Pemerintahan, pertanian
pangan, perikanan, perkebunan dan
pertambangan.
• Diarahkan sebagai kota agropolitan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
wilayah provinsi yang mendorong pertumbuhan produksi pertanian, perikanan, dan
perkebunan Wilayah Prop. Kalimantan Barat.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD Kota yang mendukung fungsi kota
agropolitan dan pusat pelayanan antar kota berskala provinsi.
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Tengah menuju sentra-sentra
produksi di Ngabang, Sanggau, Sekadau, melalui jaringan jalan Lintas Selatan menuju
Singkawang, Sambas, Pontianak, Pangkalan Bun dan sekitarnya.
• Meningkatkan kualitas aksesibilitas dari pusat-pusat produksi di perdesaan ke outlet-
outlet pemasaran (Pelabuhan Sintete dan Pelabuhan Teluk Air).
• Meningkatkan aksesibilitas di sepanjang koridor Mempawah-Pontianak dan
Mempawah – Sungai kunyit (pelabuhan Temajo) dalam rangka mendukung proses
distribusi dan koleksi di wilayah Mempawah dan sekitarnya.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi perdagangan, kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Memantapkan fungsi lindung pada kawasan sempadan sungai di Kota Mempawah.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat kota Mempawah.
• Menangani Wilayah Sungai Mempawah-Sambas yang berada dalam kondisi kritis.
1.3 Singkawang PKW Jasa Pemerintahan, Iindustri,
pertanian, perkebunan, perikanan
dan pertambangan.
• Diarahkan sebagai kota agropolitan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
wilayah provinsi yang mendorong pertumbuhan produksi pertanian dan perkebunan
(jagung dan nenas) di Wilayah Prop. Kalimantan Barat.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD Kota yang mendukung fungsi kota
agropolitan dan pusat pelayanan antar kota berskala provinsi.
• Meningkatkan kualitas aksesibilitas dari pusat-pusat produksi di perdesaan ke outlet-
outlet pemasaran (Pelabuhan Sintete dan Pelabuhan Teluk Air).
• Meningkatkan aksesibilitas di sepanjang koridor Singkawang-Mempawah-Pontianak
dan Singkawang – Sungai kunyit (Pelabuhan Temajo) dalam rangka mendukung
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 3
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
proses distribusi dan koleksi di wilayah Singkawang dan sekitarnya.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi perdagangan, kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat kota Singkawang.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
1.4 Ketapang PKW Jasa pemerintahan, pertanian,
perkebunan, perikanan tambak,
kehutanan, industri pengolahan hasil
hutan, dan pertambangan bahan
galian logam.
• Diarahkan sebagai kota outlet/pelabuhan melalui Pelabuhan Nasional di Ketapang
serta Bandara Pusat Penyebaran Sekunder di Rahadi Usman yang berfungsi sebagai
pusat koleksi dan distribusi wilayah provinsi yang mendorong pertumbuhan produksi
pertanian, perkebunan, kehutanan, industri pengolahan hasil hutan (kayu dan non
kayu), perikanan tambak, serta pertambangan bahan galian Wilayah Prop. Kalimantan
Barat.
• Memantapkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan dan
pertambangan di Nangatayap, Tanjung dan Tumbangtiti serta kawasan produksi
lainnya.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD Kota yang mendukung fungsi kota
pelabuhan dan pusat pelayanan antar kota berskala provinsi.
• Mengembangkan fasilitas akomodasi wisata bahari dan ecotourism berskala provinsi
dengan memanfaatkan potensi kawasan andalan laut Kep. Karimata.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi perdagangan, kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat kota Ketapang.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
1.5 Sanggau PKW Jasa pemerintahan, pertanian
tanaman pangan, perkebunan,
perikanan, kehutanan, dan
pertambangan bahan galian logam.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi
Kalimantan Barat bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah seperti
pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan pertambangan.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 4
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
pertambangan bahan galian logam. • Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Tengah menuju sentra-sentra
produksi di Ngabang dan Mempawah serta melalui jalur kereta api menuju Pontianak,
Sintang, Putussibau, Pangkalan Bun, Sambas dan sekitarnya.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, pariwisata dan pengolahan hasil pertanian tanaman pangan (jagung,
kacang kedelai, ubi kayu, dan padi), perkebunan (karet dan kelapa sawit), perikanan
air tawar, dan pertambangan (bauksit, batu granit, emas, kaolin feld spart, mika dan
pasir kuarsa).
• Meningkatkan aksesibilitas menuju pintu gerbang perbatasan antar negara di
Nangabadau melalui peningkatan kualitas jaringan jalan Putusibau – Manggur –
Nangabadau.
• Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi hutan (logging, sawmil, dsb)
• Membangunan fasilitas akomodasi wisata alam yang didukung strategi pemasaran
yang memadai dengan memanfaatkan daya tarik Danau Sentarum, dan TN Betung
Karihun.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi perdagangan, kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat kota Sanggau.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
1.6 Sintang PKW Jasa pemerintahan, pertanian
tanaman pangan, perkebunan dan
pertambangan bahan galian logam.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi
Kalimantan Barat bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah seperti
pertanian, perkebunan (kelapa sawit), kehutanan dan pertambangan (bauksit dan batu
bara).
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, pariwisata dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan hasil
hutan.
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan pengumpan menuju sentra-sentra
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 5
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
produksi di Putussibau, Sanggau dan sekitarnya serta melalui dukungan outlet
Bandara Susilo sebagai suatu sistem.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju pintu gerbang perbatasan antar negara di
Nangabadau melalui peningkatan kualitas jaringan jalan Putusibau – Manggur –
Nangabadau.
• Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi hutan (logging, sawmil, dsb).
• Membangunan fasilitas akomodasi wisata alam yang didukung strategi pemasaran
yang memadai dengan memanfaatkan daya tarik Danau Sentarum, dan TN Betung
Karihun.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi perdagangan, kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat kota Sintang.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
1.7 Putussibau PKW Jasa pemerintahan, pertanian,
kehutanan, dan pariwisata
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi
Kalimantan Barat bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah seperti
pertanian, kehutanan, tanaman pangan dan pariwisata (Danau Sentarum).
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan pengumpan dan jalur kereta api
menuju sentra-sentra produksi di Sintang dan sekitarnya serta dukungan outlet
Bandara Pangsuma sebagai Pusat Penyebaran Sekunder sebagai satu sistem.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, pariwisata dan pengolahan hasil pertanian dan hasil hutan.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju pintu gerbang perbatasan antar negara di
Nangabadau melalui peningkatan kualitas jaringan jalan Putusibau – Manggur –
Nangabadau.
• Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi hutan (logging, sawmil, dsb).
• Membangunan fasilitas akomodasi wisata alam yang didukung strategi pemasaran
yang memadai dengan memanfaatkan daya tarik Danau Sentarum, dan TN Betung
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 6
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
Karihun.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi perdagangan, kesehatan, pariwisata dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Putussibau.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
1.8 Sekadau PKW Jasa pemerintahan, kehutanan, dan
perkebunan.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi
Kalimantan Barat bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah seperti
perkebunan dan kehutanan (hasil kayu).
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Tengah menuju sentra-sentra
produksi di Ngabang, Mempawah, Sanggau dan sekitarnya.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan dan perkebunan.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi pemerintahan, perkebunan, dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Sekadau.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
• Meningkatkan aksesibilitas Kota Sekadau menuju kota-kota utama lain dengan
peningaktan kualitas jaringan jalan melalui kota-kota Mempawah – Ngabang –
Sanggau – Sekadau.
1.9 Ngabang PKW Jasa pemerintahan dan perkebunan. • Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi
Kalimantan Barat bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah perkebunan.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, pariwisata dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan hasil
hutan.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 7
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
• Meningkatkan aksesibilitas Kota Ngabang menuju kota-kota utama lain dengan
peningaktan kualitas jaringan jalan melalui kota-kota Mempawah-Ngabang-Sanggau-
Sekadau.
• Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi perkebunan.
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi pemerintahan, perkebunan dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Ngabang.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
1.10 Nanga Pinoh PKW Jasa pemerintahan, perkebunan, dan
kehutanan.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi
Kalimantan Barat bagian utara yang mendukung sektor produksi kehutanan.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung industri pengolahan
hasil hutan.
• Meningkatkan aksesibilitas Kota Nanga Pinoh menuju kota-kota utama lain dengan
peningaktan kualitas jaringan jalan lintas tengah Pulau Kalimantan yang melalui kota-
kota Nanga Pinoh - Tumbang Jutuh - Kuala Kurun - Tumbang Talaken - Puruk Cahu –
Muaralaung – Muarateweh - Simpang Blusuh – Resak – Kotabangun – Tenggarong -
Loa Janan – Samarinda.
• Membangun fasilitas pemrosesan hasil-hasil produksi hutan (logging).
• Mengembangkan jasa-jasa perkotaan dengan skala regional Kalimantan Barat,
meliputi pemerintahan, perkebunan, kehutanan dan jasa-jasa sosial lainnya.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Nanga Pinoh.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
1.11 Aruk PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Sambas dan Landak.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 8
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
transhipment point. • Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra
produksi di Putussibau dan Lintas Selatan menuju Singkawang, Sambas, Mempawah,
Pontianak dan sekitarnya.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung
sebagai pintu gerbang lintas negara.
• Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Aruk dsk dengan kawasan
perbatasan di wilayah Sarawak.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan negara
tetangga.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Aruk.
1.12 Jasa PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Sambas, Bengkayang dan
Kabupaten Landak.
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra
produksi di Putussibau dan sekitarnya.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung
sebagai pintu gerbang lintas negara.
• Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan jagoibabang dsk dengan
kawasan perbatasan di wilayah Sarawak.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah
negara tetangga.
1.13 Jagoibabang PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Sambas, Bengkayang dan
Kabupaten Landak.
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra
produksi di Putussibau dan sekitarnya serta melaui jaringan jalan pengumpan menuju
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 9
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
Bengkayang, Sungai Pinyuh, dan Singakwang.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung
sebagai pintu gerbang lintas negara.
• Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan jagoibabang dsk dengan
kawasan perbatasan di wilayah Sarawak.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah
negara tetangga.
1.14 Nangabadau PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Utara menuju sentra-sentra
produksi di Putussibau, Nangamerakai, dan kawasan lainnya di Kabupaten Kapuas
Hulu.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung
sebagai pintu gerbang lintas negara.
• Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Nangabadau dsk dengan
kawasan perbatasan di wilayah Sarawak.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah
negara tetangga.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Nangabadau.
• Meningkatkan fasilitas kepariwisataan dan aksesibilitas menuju TN Danau Sentarum
dalam rangka mendukung pengembangan sektor kepariwisataan.
1.15 Entikong PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Sanggau.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 10
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
transhipment point. • Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di Sanggau, Sintang,
Sekadau dan kawasan lainnya di Kabupaten Sanggau.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung
sebagai pintu gerbang lintas negara.
• Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang pada kawasan andalan Sanggau dsk
dengan kawasan perbatasan di wilayah Sarawak.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah
negara tetangga.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Entikong.
II Provinsi Kalimantan Tengah
2.1 Palangka Raya PKN Jasa Pemerintahan, perdagangan,
pertanian dan pertambangan galian
logam.
• Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada
upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti perdagangan,
pertanian, dan pertambangan galian logam.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, pertanian tanaman pangan dan perdagangan.
• Meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan jalan Lintas Selatan dan jaringan
pengumpan serta jalur kereta api menuju sentra-sentra produksi pertanian
(Kualakurun, Pulang Pisau, Kasongan, Kuala Kapuas, Bahaur dan Lupakdolom) dan
perkebunan yang terpadu antara moda jalan raya dan sungai.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju outlet/pusat koleksi distribusi di Banjarmasin dan
Sampit melalui Bandara Pusat Penyebaran Sekunder Cilik Riwut.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 11
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Palangkaraya.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
2.2 Sampit PKW jasa pemerintahan, perikanan,
perkebunan, pertanian serta
pertambangan.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk
mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan perikanan, pertanian,
dan perdagangan.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, pertanian tanaman pangan dan perdagangan.
• Meningkatkan aksesibilitas kota Palangkaraya ke sentra-sentra produksi pertanian
(Kualakurun, Pulang Pisau, Kasongan, Kuala Kapuas, Bahaur dan Lupakdolom) dan
perkebunan melalui peningkatan kualitas prasarana transportasi darat yang terpadu
(antara jalan raya dan sungai).
• Meningkatkan aksesibilitas menuju outlet/pusat koleksi distribusi di Banjarmasin dan
Sampit.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Sampit.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
2.3 Pangkalan Bun PKW Jasa pemerintahan, industri
pengolahan kayu, perkebunan,
perikanan tangkap serta
pertambangan.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk
mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan perikanan tangkap,
idnustri pengolahan kayu dan pertambangan kwarsa.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, industri pengolahan kayu, perkebunan, perikanan tangkap serta
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 12
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
pertambangan kwarsa.
• Meningkatkan aksesibilitas kota Pangkalan Bun ke sentra-sentra produksi pertanian
(Kualakurun, Pulang Pisau, Kasongan, Kuala Kapuas, Bahaur dan Lupakdolom) dan
perkebunan melalui peningkatan kualitas prasarana transportasi darat yang terpadu
antara moda jalan raya dan sungai.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju outlet/pusat koleksi distribusi di Banjarmasin dan
Sampit.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Pangkalan Bun.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
2.4 Buntok PKW Jasa pemerintahan, industri
pengolahan kayu dan perkebunan.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk
mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan industri pengolahan
kayu dan perkebunan.
• Meningkatkan aksesibilitas kota Buntok ke sentra-sentra produksi pertanian
(Kualakurun, Pulang Pisau, Kasongan, Kuala Kapuas, Bahaur dan Lupakdolom) dan
perkebunan melalui peningkatan kualitas prasarana transportasi darat yang terpadu
antara moda jalan raya dan sungai.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju outlet/pusat koleksi distribusi di Banjarmasin dan
Sampit.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional yang mendukung fungsi kota
pemerintahan, industri pengolahan kayu dan perkebunan.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 13
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Buntok.
2.5 Muarateweh PKW Jasa pemerintahan, pertanian,
perkebunan, industri pengolahan
kayu dan pertambangan batubara.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk
mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan pertambangan
batubara, industri pengolahan kayu, pertanian dan perkebunan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan aksesibilitas Kota Muarateweh ke kota-kota utama lainnya (Tebelian –
Nanga Pinoh – Tumbangsamba – Kualakurun – Muarateweh – Sendawar –
Tenggarong – Samarinda) dengan memanfaatkan jaringan jalan secara terpadu.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Muarateweh.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
2.6 Kuala Kapuas PKW Jasa pemerintahan dan pertanian
tanaman pangan.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk
mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan pemerintahan dan
pertanian tanaman pangan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan aksesibilitas Kota Kuala Kapuas ke kota-kota utama lainnya dengan
memanfaatkan jaringan jalan Lintas Selatan.
• Pemanfaatan ruang pada kawasan Kota Kuala Kapuas sebagai sentra produksi
pangan.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Kuala Kapuas.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 14
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
investasi pasar modal.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
III Provinsi Kalimantan Selatan
3.1 Banjarmasin PKN Jasa Pemerintahan, perkebunan,
pertambangan dan industri.
• Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada
upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti
perkebunan,kehutanan pertambangan dan agroindustri serta industri pengolahan.
• Pemantapan keterkaitan antar kota Banjarmasin dengan kota-kota di provinsi lain
seperti Palangkaraya, Balikpapan, Samarinda, Pontianak dan kota-kota di Pulau Jawa
serta Indonesia Bagian Timur melalui peningkatan sarana dan prasarana perhubungan
darat, sungai, laut dan udara.
• Pemantapan peran Banjarmasin sebagai pusat koleksi dan distribusi di Provinsi Kalsel
dan sebagian Kalteng bagian selatan melalui peningkatan kapasitas dan pelayanan
pelabuhan internasional Trisakti Banjarmasin dan pelabunan udara Syamsudin Noor.
• Mendorong penerapan konsep dekosentrasi sebagian fungsi Kota Banjarmasin
kepada kawasan perkotaan di sekitarnya, seperti pemerintahan ke Banjarbaru, industri
ke Kab. Barito Kualau dan kws. Liang Anggang – Banjarbaru, dan permukiman ke
Alalak, handil Bakti, Gambut, Kertak Hanyar dan Aluh-Aluh untuk meningkatkan
kualitas lingkungan hidup perkotaan di Banjarmasin.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) agar Banjarmasin tetap mampu mengembang fungsinya
sebagai kota yang memberikan pelayanan regional dan nasional melalui kerjasama
dengan pihak swasta secara selektif.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Mengamankan alur Sungai Barito melalui penertiban dan penanganan kegiatan-
kegiatan yang mencemari lingkungan dan kegiatan-kegiatan di kawasan hulu Barito.
• Meningkatkan kerjasama pengelolaan PSD kota dan wilayah dengan kota Banjarbaru,
Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 15
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
3.2 Amuntai PKW Jasa Pemerintahan, perkebunan dan
industri pengolahan hasil hutan.
• Diarahkan sebagai kota agropolitan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor produksi wilayah seperti
perkebunan, industri pengolahan hasil hutan dan kerajinan untuk peralatan/perabotan
kayu.
• Pemantapan aksesibilitas kota Amuntai menuju sentra-sentra produksi hasil hutan dan
pusat-pusat koleksi dan distribusi seperti di Buntok, Muarateweh (Kalteng) dan Tanah
Grogot, Balikpapan dan Samarinda (Kaltim) disamping kota-kot alainnya di Kalimantan
Selatan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Amuntai.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
3.3 Martapura PKW Jasa Pemerintahan, perkebunan dan
industri perrtambangan batubara.
• Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional yang mendukung kegiatan perkebunan
dan industri pertambangan batubara.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan aksesibilitas Kota Martapura ke kota-kota utama lainnya (Banjarmasin –
Banjarbaru – Martapura – Rantau – Kandangan – Pantai Hambawang – Amuntai –
Tanah Grogot) dengan memanfaatkan jaringan jalan arteri primer secara terpadu.
• Menetapkan kawasan sempadan sungai sebagai kawasan berfungsi lindung pada
RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota, pada DAS Martapura.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 16
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
• Meningkatkan aksesibilitas menuju outlet/pusat koleksi distribusi terutama di
Banjarmasin.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Martapura.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
3.4 Marabahan PKW Jasa Pemerintahan, permukiman dan
perkebunan.
• Diarahkan sebagai agropolitan dan pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang
mendorong pertumbuhan produksi perkebunan.
• Pemantapan aksesibilitas kota Marabahan menuju sentra-sentra produksi perkebunan
dan pusat-pusat koleksi dan distribusi, terutama Banjarmasin.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD Kota yang mendukung fungsi kota
agropolitan.
• Mendorong pengembangan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah hasil
produksi perkebunan.
• Meningkatkan aksesbilitas pada fasilitas jasa-jasa keuangan untuk mendukung
kelancaran proses produksi kegiatan perkebunan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
3.5 Kotabaru PKW Jasa pemerintahan, perikanan,
kehutanan hasil kayu, dan industri
pariwisata bahari, dan pertambangan
batubara, minyak bumi, dan gas.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk
mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan pemerintahan,
perikanan, kehutanan hasil kayu, dan industri pariwisata bahari, dan pertambangan
batubara, minyak bumi, dan gas.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju outlet/pusat koleksi distribusi terutama di
Banjarmasin melalui jaringan transportasi darat dan transportasi sungai dan
penyeberangan yang terpadu.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD Kota yang mendukung industri pariwisata
bahari Terumbu Karang Pulau Kunyit.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 17
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Kotabaru.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
IV Provinsi Kalimantan Timur
4.1 Balikpapan PKN Jasa pemerintahan, pariwisata,
industri pengolahan, pertambangan
mineral dan gas bumi.
• Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada
upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti industri
pengolahan,pertambangan perdagangan dan jasa, perkebunan,dan kehutanan.
• Pemantapan keterkaitan antar kota Balikpapan dengan kota-kota di provinsi lain
seperti Palangkaraya, Samarinda, Pontianak dan kota-kota di Pulau Jawa serta
Indonesia Bagian Timur melalui peningkatan sarana dan prasarana perhubungan
darat, sungai, laut dan udara.
• Pemantapan peran Balikpapan sebagai pusat koleksi dan distribusi di Provinsi Kaltim
melalui peningkatan kapasitas dan pelayanan pelabuhan internasional dan pelabunan
udara Sepinggan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) agar Balikpapan tetap mampu mengembang fungsinya
sebagai kota yang memberikan pelayanan regional dan nasional melalui kerjasama
dengan pihak swasta secara selektif.
• Mengamankan alur Sungai Mahakam sebagai alternatif moda transportasi melalui
penertiban dan penanganan kegiatan-kegiatan yang mencemari lingkungan dan
kegiatan-kegiatan di kawasan hulu Barito.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
• Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan konsentrasi pembangunan kawasan
terbangun dan permukiman di kawasan pesisir (Kota Balikpapan).
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 18
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
4.2 Samarinda PKN Jasa pemerintahan, pariwisata,
industri pengolahan batubara dan
minyak serta pariwisata bahari.
• Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada
upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti industri
pengolahan,pertambangan perdagangan dan jasa, perkebunan,dan kehutanan.
• Pemantapan keterkaitan antar kota Samarinda dengan kota-kota di provinsi lain
seperti Palangkaraya, Balikpapan, Pontianak dan kota-kota di Pulau Jawa serta
Indonesia Bagian Timur melalui peningkatan sarana dan prasarana perhubungan
darat, sungai, laut dan udara.
• Mengembangkan kualitas pelayanan PSD yang mendukung fungsi kegiatan di
Samarinda.
• Mengamankan alur Sungai Mahakam sebagai alternatif moda transportasi melalui
penertiban dan penanganan kegiatan-kegiatan yang mencemari lingkungan dan
kegiatan-kegiatan di kawasan hulu Barito.
• Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan konsentrasi pembangunan kawasan
terbangun dan permukiman di kawasan pesisir (Kota Balikpapan).Dipertahankan
untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah
nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat
pertumbuhan wilayah internasional.
• Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan konsentrasi pembangunan kawasan
terbangun dan permukiman di kawasan pesisir (Kota Samarinda).
• Diarahkan untuk mendorong perkembangan sektor industri, kehutanan, perkebunan
dan perikanan.
• Memantapkan rencana pengembangan kapasitas dan kualitas pelayanan sistem
perangkutan masal intra urban melalui jaringan jalan rel kereta api.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar Internasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Samarinda menuju kota-kota PKN lainnya di Provinsi
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 19
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
Kalimantan Timur dan di Pulau Kalimantan serta di wilayah nasional lainnya, melalui
peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kawasan Kota Samarinda.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Bonsamtebajam, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.3 Bontang PKN Jasa pemerintahan, perdagangan,
pertambangan dan perdagangan.
• Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah
nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat
pertumbuhan wilayah internasional.
• Diarahkan untuk mengembangkan sektor industri dan pertambangan di kawasan Kota
Bontang.
• Memantapkan rencana pengembangan kapasitas dan kualitas pelayanan sistem
perangkutan masal intra urban melalui jaringan jalan rel kereta api.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar Internasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Bontang menuju kota-kota PKN lainnya di Provinsi
Kalimantan Timur dan di Pulau Kalimantan serta di wilayah nasional lainnya, melalui
peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kawasan Kota Bontang.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Bonsamtebajam, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 20
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.4 Long Pahangai PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Meningkatkan pengamanan pada penegasan batasan wilayah antar Negara di
kawasan Kota Long Pahangai.
• Mendorong pengembangan Kota Long Pahangai sebagai kota di kawasan perbatasan
yang berperan sebagai pintu gerbang antara Indonesia dengan Malaysia (Serawak).
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Tatapanbuma dsk berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Melakukan penataan pemukinan agar tidak mengganggu kawasan lindung.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst).
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Long Pahangai menuju kota-kota berfungsi PKN
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Long Pahangai.
4.5 Tanlumbis PKW Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, kehutanan, dan transhipment
point.
• Mendukung peningkatan pengamanan pada penegasan batasan wilayah antar Negara
di kawasan Kota Tanlumbis.
• Mendorong pengembangan Kota Tanlumbis sebagai kota di kawasan perbatasan yang
berperan sebagai pendukung kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia
(Serawak).
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Tatapanbuma, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 21
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
bersih, dst).
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Tanlumbis menuju kota-kota lainnya di Pulau
Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas sistem jaringan
transportasi darat, serta transportasi sungai dan penyeberangan.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Tanlumbis.
4.6 Tanjung Redep PKW Jasa Pemerintahan, industri,
perkebunan dan pertambangan.
• Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Diarahkan untuk mendukung fungsi pelabuhan dalam proses distribusi pengembangan
sektor industri, perkebunan dan pertambangan melalui Pelabuhan Tanjung Redep.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Tanjung Redep menuju Kota-kota Balikpapan,
Samarinda dan Bontang selaku kota berfungsi PKN di Provinsi Kalimantan Timur serta
kota-kota nasional lain melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat
dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Tanjung Redep.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Tanremawa dsk. berdasarkan RTR
Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 22
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
4.7 Sangata PKW Jasa Pemerintahan, industri,
perkebunan dan pertambangan.
• Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Diarahkan untuk mendukung perkembangan sektor industri, perkebunan serta
pertambangan (batubara).
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional, terutama pengembangan Pelabuhan
Teluk Sangata.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Sangata menuju menuju Kota-kota Balikpapan,
Samarinda dan Bontang selaku kota berfungsi PKN di Provinsi Kalimantan Timur serta
kota-kota nasional lain melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat.
• Memantapkan rencana pengembangan kapasitas dan kualitas pelayanan sistem
perangkutan masal intra urban melalui jaringan jalan rel kereta api.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Sangata.
• Mendorong pertumbuhan kawasan tertinggal di Kec. Sangata.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Sasamawa berdasarkan RTR Pulau
Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.8 Sungai Nyamuk PKW Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, dan transhipment point.
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Nunukan.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi terutama di Nunukan
melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat, serta transportasi
sungai dan penyeberangan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 23
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
persampahan, air bersih, dst).
• Mendukung peningkatan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan
dengan wilayah negara tetangga.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat kota Sungai Nyamuk.
4.9 Sangasanga PKW Jasa pemerintahan, pertambangan
batubara, perikanan, pariwisata
bahari, dan kehutanan.
• Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Diarahkan untuk mendukung pengembangan pertambangan batubara di Kota
Samarinda.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Tenggarong menuju kota-kota berfungsi PKN
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Sangasanga.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Bonsamtebajam, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.10 Tanjung Selor PKW Jasa Pemerintahan, industri dan
pertambangan batubara.
• Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 24
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
pertambangan batubara. fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Diarahkan untuk mendukung fungsi sektor industri pengolahan kayu dan
pertambangan batubara.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Tanjung Selor menuju kota-kota berfungsi PKN
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Tanjung Selor.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Tatapanbuma dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.11 Malinau PKW Jasa Pemerintahan, dan perkebunan. • Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Diarahkan untuk mendukung pengembangan sektor perkebunan di Kota Malinau.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Malinau menuju kota-kota utama (Balikpapan,
Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota lainnya di Pulau
Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas kesatuan
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 25
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
sistem jaringan transportasi darat serta sungai dan penyeberangan.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Malinau.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Tatapanbuma dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.12 Tanah Grogot PKW Jasa pertambangan batubara dan
pendukung sektor kehutanan.
• Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional untuk pengembangan sektor
pertambangan barubara dan sektor kehutanan.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Tanah Grogot menuju kota-kota berfungsi PKN
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Tanah Grogot.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Bonsamtebajam, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.13 Sendawar PKW Jasa perkebunan dan pertambangan
barubara.
• Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 26
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional untuk pengembangan sektor
perkebunan.
• Diarahkan untuk mendukung pengembangan pertambangan batubara di Kota
Sendawar.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Sendawar menuju kota-kota berfungsi PKN
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Sendawar.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Bonsamtebajam, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.14 Tenggarong
PKW Jasa Pemerintahan dan perkebunan. • Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang mendukung
pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dengan tetap memantapkan fungsi-
fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah nasional.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional untuk mendukung pengembangan sektor
perkebunan.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Tenggarong menuju kota-kota berfungsi PKN
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 27
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Tenggarong.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Bonsamtebajam, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.15 Penajam
PKW Jasa pemerintahan, perikanan, dan
perkebunan.
• Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk
mendukung sektor produksi wilayah sekitarnya seperti kegiatan perikanan dan
perkebunan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst) yang memenuhi standar nasional untuk mendukung pengembangan sektor
perkebunan.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Penajam menuju kota-kota berfungsi PKN
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Penajam.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Bonsamtebajam, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW
Kota.
4.16 Nunukan PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Nunukan dan Bulungan.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 28
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kabupaten Nunukan dan Bulungan.
• Meningkatkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi di Bulungan, Nunukan dan
Tarakan dsk.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung
sebagai pintu gerbang lintas negara.
• Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Nunukan dsk dengan kawasan
perbatasan di wilayah Sabah.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah
negara tetangga.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat kota Nunukan.
4.17 Simanggaris PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi
sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Kaltim bagian utara.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas perkotaan (jalan,
persampahan, air bersih, dst) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung
sebagai pintu gerbang lintas negara.
• Menyiapkan padu serasi pemanfaatan ruang kawasan Simanggaris dsk dengan
kawasan perbatasan di wilayah Sabah.
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah
negara tetangga.
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Simanggaris.
4.18 Long Midang PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
• Meningkatkan pengamanan pada penegasan batasan wilayah antar Negara di
kawasan Kota Long Midang.
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 29
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
kawasan Kota Long Midang.
• Mendorong pengembangan Kota Long Midang sebagai kota di kawasan perbatasan
yang berperan sebagai pintu gerbang antara Indonesia dengan Malaysia (Serawak).
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Tatapanbuma, dsk. berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst).
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Long Midang menuju kota-kota lainnya di Pulau
Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas sistem jaringan
transportasi darat.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Long Midang.
4.19 Long Pahangai PKSN Pelayanan administrasi pelintas batas
negara, perdagangan-jasa dan
transhipment point.
• Meningkatkan pengamanan pada penegasan batasan wilayah antar Negara di
kawasan Kota Long Pahangai.
• Mendorong pengembangan Kota Long Pahangai sebagai kota di kawasan perbatasan
yang berperan sebagai pintu gerbang antara Indonesia dengan Malaysia (Serawak).
• Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian
pemanfaatan ruang dan sumber daya di Kawasan Tatapanbuma dsk berdasarkan
RTR Pulau Kalimantan.
• Melakukan penataan pemukinan agar tidak mengganggu kawasan lindung.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, dst).
• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat
investasi pasar modal.
• Memantapkan aksesibilitas Kota Long Pahangai menuju kota-kota berfungsi PKN
Lampiran II Keppres RTR Pulau Kalimantan 30
No Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
(Balikpapan, Samarinda dan Bontang) di Provinsi Kalimantan Timur dan kota-kota
lainnya di Pulau Kalimantan dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan sungai.
• Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas
masyarakat Kota Long Pahangai.