Rencana Tata Ruang DKI Abaikan Unsur Manusia - ftp.unpad.ac.id · Rencana Tata Ruang DKI Abaikan...

1
Rencana Tata Ruang DKI Abaikan Unsur Manusia 7 M EGAPOLITAN RABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA MATHIAS BRAHMANA M ANUSIA meru- pakan unsur uta- ma sebuah kota, tapi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI 2030 justru mengabaikan unsur manusia. Pembangun- an kota lebih didominasi pada aspek sik. Hal itu disampaikan Anggota DPD Dapil DKI Djan Faridz da- lam rapat kerja dengan Badan Legislasi Daerah di Gedung DPRD DKI, Senin (14/2). Rapat kerja tersebut terkait dengan pembahasan Rancang- an Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI 2010-2030. Djan Faridz menilai raperda saat ini belum berpihak kepada kepentingan masyarakat Konsep yang dijadikan acuan adalah kota dengan masyarakat homogen dan berdimensi tung- gal (dimensi ekonomi). Konsep tersebut akan menuju pada terbentuknya kota yang ‘sakit’ dan tidak berkelanjutan. Anggota DPD yang juga seorang pengusaha tersebut mengingatkan supaya DPRD DKI membawa Jakarta men- jadi kota jasa yang sejahtera, nyaman, berkelanjutan, manu- siawi, dinamis, dengan mitigasi bencana. Dia mengungkapkan per- soalan yang ada dalam RTRW DKI 2030, yakni masyarakat tidak merasa aman dengan per- mukimannya. Sewaktu-waktu bisa digusur untuk kepenting- an pembangunan sik. Masyarakat juga merasa ti- dak aman dari bencana banjir dan ancaman kriminal akibat kesenjangan sosial yang se- makin meningkat. Masyarakat juga tidak aman dari degra- dasi sosial budaya serta status kepemilikan lahan mengingat RTRW DKI 2030 menggeser peran stakeholder menjadi share- holder. Pembangunan Jakarta 2030 seharusnya bisa lebih ber- orientasi kepada masyarakat yang tinggal di perkampungan. “Seperti yang dilakukan pada zaman Bang Ali (mantan Gu- bernur DKI Ali Sadikin).” Program ruang hijau hen- daknya tidak membabat habis perkampungan di Jakarta. Ja- ngan sampai warga kampung digusur karena pemerintah mau mendirikan jalur hijau. Djan juga membedah trans- portasi Jakarta yang harus mengedepankan basis rel dan angkutan massal. Menurutnya, perlu dipikirkan kembali pe- nanganan infrastruktur trans- portasi yang lebih menekankan pada pembangunan jalan tol. Di California, Amerika Seri- kat, lanjutnya, setiap 1% pe- ningkatan panjang jalan per mil menghasilkan peningkatan kendaraan 0,9% dalam waktu lima tahun. Di Jakarta, setiap pertambahan jalan sepanjang 1 km selalu dibarengi peningkat- an jumlah kendaraan sebanyak 1.923 mobil pribadi. Perencanaan yang tepat Menurut Koordinator TMC Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Indra Jafar, jumlah kendaraan su- dah mencapai 11.362.396 unit. Dari jumlah tersebut, seba- nyak 8.244.346 unit merupakan kendaraan roda dua. Sisanya 3.118.050 unit roda empat. Angka perjalanan di Jakarta mencapai 20 juta unit per hari. Dengan adanya permasalahan seperti itu, pemprov DKI harus memiliki perencanaan yang tepat untuk mengatasinya. Dari aspek kependudukan, pengamat perkotaan Yayat Supriyatna melihat kelemahan paling mendasar adalah asumsi jumlah penduduk dicantum- kan 10 juta jiwa pada 2030. Padahal, tahun lalu saja sudah mencapai 9,6 juta jiwa. Badan Pusat Statistik memprediksi penduduk DKI pada 2030 men- capai 12,8 juta jiwa. “Jumlah penduduk menen- tukan jumlah fasilitas dan kapasitas infrastruktur yang harus disediakan dalam waktu 20 tahun mendatang.’’ (*/J-2) brahmana@ mediaindonesia.com Angka perjalanan kendaraan di Jakarta mencapai 20 juta unit per hari. Pemerintah Provinsi DKI harus memiliki perencanaan yang tepat untuk mengatasinya. GUBERNUR DKI Jakarta Fauzi Bowo akan mengutus Asisten Sekretaris Daerah DKI Bidang Kesejahteraan Masyarakat Mara Oloan Siregar guna men- jelaskan rencana pemindahan Stadion Sepak Bola Lebak Bu- lus kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng. Fauzi mengatakan pemin- dahan stadion itu tidak me- langgar aturan perundang-un- dangan. “Saya akan mengutus Asis- ten Sekda Bidang Kesejahte- raan Masyarakat DKI untuk mengomunikasikan masalah ini dengan Menpora. Saya lihat Andi sudah benar, tapi saya kira beliau juga paham urusan stadion ini bukan urusannya menteri, melainkan gubernur,” kata Foke--sapaan Fauzi Bowo- -di Balai Kota, Senin (14/2). Sebelumnya, Menpora me- ngatakan bahwa sesuai aturan perundangan-undangan, peng- alihfungsian atau peniadaan prasarana olahraga tanpa reko- mendasi menteri dan tanpa izin atau persetujuan dari pihak yang berwenang tidak diper- bolehkan. Hal itu diatur dalam Pasal 67 ayat 7 UU No 3/2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Pelanggaran terha- dap ketentuan ini diancam dengan pidana maksimal lima tahun penjara dan denda pa- ling banyak Rp20 miliar. Namun, menurut Guber- nur, pengalihfungsian Stadion Lebak Bulus itu dibutuhkan untuk kepentingan yang lebih besar dan prioritas. Stadion kebanggaan warga Jakarta itu tidak dihilangkan begitu saja, tapi akan dipindahkan ke loka- si lain. “Saya menjamin Pemprov DKI tidak akan menghilang- kannya. Hanya dipindah de- ngan mengganti Stadion Lebak Bulus ke lokasi lain. Bahkan de- ngan fasilitas yang lebih bagus dan lebih luas,” jelas Foke. Untuk itulah, lanjut Foke, pihaknya sedang mencari lokasi pengganti Lebak Bulus yang lebih baik di Jl TB Sima- tupang. Direncanakan, di lokasi itu dibangun stasiun pusat dan depo MRT tahap I yang akan menghubungkan Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indo- nesia. Saat ini, Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) DKI sedang mencari lahan yang tepat untuk dijadikan stadion sepak bola. Baru ada satu usulan lahan, yaitu di kawasan Jl TB Simatu- pang, Jakarta Selatan. Untuk tahun ini, lanjut Foke, pihaknya menargetkan pengo- songan lokasi Stadion Sepak Bola Lebak Bulus dapat dilak- sanakan. Kemudian pada 2012, Dis- orda DKI akan membebaskan lahan untuk stadion yang baru. Diharapkan, pada 2013 akan di- lakukan pembangunan stadion pengganti di lahan yang telah ditetapkan. (Ssr/J-2) Foke Utus Wakil Jelaskan Pemindahan Stadion ke Andi AKAN MENJADI DEPO MRT: Suasana Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pekan lalu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membongkar Stadion Lebak Bulus untuk dijadikan depo (tempat perbaikan) atau stasiun pusat mass rapid transit (MRT). M ALANG, kata itu mungkin paling tepat untuk menggambarkan nasib Suwardi, 33, seorang pemulung di Penjaringan, Jakarta Utara. Ia tidak menyangka peristiwa tujuh bulan silam membuatnya harus mendekam di ruang tahanan Polsek Metro Penjaringan, Jakarta Utara. Suwardi pun terancam hukuman tujuh tahun penjara. Kejadiannya berawal ketika pria malang ini tengah melepas lelah di gubuknya, di kolong Tol Muara Karang Timur, Penjaringan, Jakarta Utara. Menjelang tengah malam, datanglah Baharudin, seorang preman dan mantan residivis yang ditakuti di daerah itu, menghampiri gubuk kecilnya. Baharudin atau sering disebut Codet datang dalam keadaan mabuk. Ia mendatangi Suwardi untuk meminta uang. Karena takut melihat tubuh Codet yang jauh lebih besar, Suwardi terpaksa merelakan uang miliknya sebesar Rp50 ribu. Namun, rupanya uang yang diperoleh Suwardi dari hasil memulung selama tiga hari itu belum cukup. Preman itu pun meminta uang lebih besar lagi sambil mengacung- acungkan pisau. Melihat gelagat Codet yang semakin beringas, pria kurus dengan tinggi 155 cm ini pun memutuskan untuk segera melarikan diri. Melihat Suwardi kabur, Codet mengejar. Sambil berlari menerobos malam, Suwardi sempat melihat kayu kaso di tengah jalan yang dilintasinya. Kayu itu pun digunakan untuk memukul Codet. “Pertama saya pukul tangan kanannya yang memegang pisau,” ujarnya. Namun ternyata, Codet berusaha mengambil kembali pisau yang sempat terjatuh dari genggamannya. Karena panik, Suwardi pun menghantamkan kembali kayu ke bagian pelipis Codet satu kali. Rupanya hantamannya sudah cukup membuat Codet tersungkur. Suwardi sama sekali tidak menyangka Codet tewas. “Saya baru tahu ya setelah saya ditangkap ini,” ujarnya. Setelah melihat Codet tersungkur, tebersit di benaknya kemungkinan balas dendam Codet dan kawan- kawannya. Suwardi pun segera pulang ke desanya di Dusun Sumur Rangka, Kabupaten Serang, Banten. Di kampung, Suwardi bekerja sebagai buruh tani di sawah milik orang lain dengan upah Rp6.000 per hari. Upah ini jauh lebih rendah daripada pendapatannya sebagai pemulung yang bisa memperoleh Rp20 ribu per hari. Biasnya, per tiga bulan ia mengirimkan uang Rp150 ribu kepada istrinya. Kini setelah ia ditangkap polisi, Suwardi tidak dapat lagi mengirim uang bagi keempat anaknya itu. Di benaknya kini hanya bisa memikirkan nasib keempat anaknya yang terancam tidak dapat bersekolah. Humas Polsek Metro Penjaringan, Ajun Komisaris Teddy Hartanto, mengakui bahwa Suwardi memang bermaksud membela diri. Hal itu juga diperkuat dengan kesaksian tetangga. Namun karena menyebabkan kematian, ia tidak dapat begitu saja lolos dari jerat hukum. Suwardi tentu tidak menyangka usahanya untuk membela diri diganjar ancaman hukuman tujuh tahun penjara. Yang bisa dilakukan Suwardi saat ini hanya berharap keadilan belum punah di negeri ini. (*/J-2) Berharap Keadilan belum Punah di Negeri Ini Suwardi sama sekali tidak menyangka Codet tewas.’’ D n Djan Faridz Anggota DPD Dapil DKI MI/PANCA SYURKANI DOK PRIBADI un na pe Jak m bu ha tah Pe Su hu ke m di Ti Ut da pr ya m Ba Co m Su ua tu be m se ya ha ha itu be ac

Transcript of Rencana Tata Ruang DKI Abaikan Unsur Manusia - ftp.unpad.ac.id · Rencana Tata Ruang DKI Abaikan...

Rencana Tata Ruang DKI Abaikan Unsur Manusia

7MEGAPOLITANRABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

MATHIAS BRAHMANA

MANUSIA meru-pakan unsur uta-ma sebuah kota, t a p i R e n c a n a

Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI 2030 justru mengabaikan unsur manusia. Pembangun-an kota lebih didominasi pada aspek fi sik.

Hal itu disampaikan Anggota DPD Dapil DKI Djan Faridz da-lam rapat kerja dengan Badan Legislasi Daerah di Gedung DPRD DKI, Senin (14/2).

Rapat kerja tersebut terkait dengan pembahasan Rancang-an Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI 2010-2030.

Djan Faridz menilai raperda saat ini belum berpihak kepada kepentingan masyarakat

Konsep yang dijadikan acuan adalah kota dengan masyarakat homogen dan berdimensi tung-gal (dimensi ekonomi). Konsep tersebut akan menuju pada terbentuknya kota yang ‘sakit’ dan tidak berkelanjutan.

Anggota DPD yang juga seorang pengusaha tersebut mengingatkan supaya DPRD DKI membawa Jakarta men-jadi kota jasa yang sejahtera, nyaman, berkelanjutan, manu-siawi, dinamis, dengan mitigasi bencana.

Dia mengungkapkan per-soalan yang ada dalam RTRW DKI 2030, yakni masyarakat tidak merasa aman dengan per-mukimannya. Sewaktu-waktu bisa digusur untuk kepenting-an pembangunan fi sik.

Masyarakat juga merasa ti-dak aman dari bencana banjir dan ancaman kriminal akibat kesenjangan sosial yang se-makin meningkat. Masyarakat juga tidak aman dari degra-dasi sosial budaya serta status kepemilikan lahan mengingat RTRW DKI 2030 menggeser peran stakeholder menjadi share-holder.

Pembangunan Jakarta 2030 seharusnya bisa lebih ber-orientasi kepada masyarakat yang tinggal di perkampungan. “Seperti yang dilakukan pada

zaman Bang Ali (mantan Gu-bernur DKI Ali Sadikin).”

Program ruang hijau hen-daknya tidak membabat habis perkampungan di Jakarta. Ja-ngan sampai warga kampung digusur karena pemerintah mau mendirikan jalur hijau.

Djan juga membedah trans-portasi Jakarta yang harus mengedepankan basis rel dan angkutan massal. Menurutnya, perlu dipikirkan kembali pe-nanganan infrastruktur trans-portasi yang lebih menekankan pada pembangunan jalan tol.

Di California, Amerika Seri-kat, lanjutnya, setiap 1% pe-ningkatan panjang jalan per mil menghasilkan peningkatan kendaraan 0,9% dalam waktu lima tahun. Di Jakarta, setiap pertambahan jalan sepanjang 1 km selalu dibarengi peningkat-

an jumlah kendaraan sebanyak 1.923 mobil pribadi.

Perencanaan yang tepat Menurut Koordinator TMC

Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Indra Jafar, jumlah kendaraan su-dah mencapai 11.362.396 unit. Dari jumlah tersebut, seba-nyak 8.244.346 unit merupakan kendaraan roda dua. Sisanya 3.118.050 unit roda empat.

Angka perjalanan di Jakarta mencapai 20 juta unit per hari. Dengan adanya permasalahan seperti itu, pemprov DKI harus memiliki perencanaan yang tepat untuk mengatasinya.

Dari aspek kependudukan, pengamat perkotaan Yayat Supriyatna melihat kelemahan paling mendasar adalah asumsi jumlah penduduk dicantum-kan 10 juta jiwa pada 2030. Padahal, tahun lalu saja sudah mencapai 9,6 juta jiwa. Badan Pusat Statistik memprediksi penduduk DKI pada 2030 men-capai 12,8 juta jiwa.

“Jumlah penduduk menen-tukan jumlah fasilitas dan kapasitas infrastruktur yang harus disediakan dalam waktu 20 tahun mendatang.’’ (*/J-2)

[email protected]

Angka perjalanan kendaraan di Jakarta mencapai 20 juta unit per hari. Pemerintah Provinsi DKI harus memiliki perencanaan yang tepat untuk mengatasinya.

GUBERNUR DKI Jakarta Fauzi Bowo akan mengutus Asisten Sekretaris Daerah DKI Bidang Kesejahteraan Masyarakat Mara Oloan Siregar guna men-jelaskan rencana pemindahan Stadion Sepak Bola Lebak Bu-lus kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng.

Fauzi mengatakan pemin-dahan stadion itu tidak me-langgar aturan perundang-un-dangan.

“Saya akan mengutus Asis-ten Sekda Bidang Kesejahte-raan Masyarakat DKI untuk mengomunikasikan masalah ini dengan Menpora. Saya lihat Andi sudah benar, tapi saya kira beliau juga paham urusan stadion ini bukan urusannya menteri, melainkan gubernur,” kata Foke--sapaan Fauzi Bowo--di Balai Kota, Senin (14/2).

Sebelumnya, Menpora me-ngatakan bahwa sesuai aturan perundangan-undangan, peng-alihfungsian atau peniadaan

prasarana olahraga tanpa reko-mendasi menteri dan tanpa izin atau persetujuan dari pihak yang berwenang tidak diper-bolehkan. Hal itu diatur dalam Pasal 67 ayat 7 UU No 3/2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Pelanggaran terha-dap ketentuan ini diancam dengan pidana maksimal lima tahun penjara dan denda pa-ling banyak Rp20 miliar.

Namun, menurut Guber-nur, pengalihfungsian Stadion Le bak Bulus itu dibutuhkan untuk kepentingan yang lebih besar dan prioritas. Stadion kebanggaan warga Jakarta itu tidak dihilangkan begitu saja, tapi akan dipindahkan ke loka-si lain.

“Saya menjamin Pemprov DKI tidak akan menghilang-kannya. Hanya dipindah de-ngan mengganti Stadion Lebak Bulus ke lokasi lain. Bahkan de-ngan fasilitas yang lebih bagus dan lebih luas,” jelas Foke.

Untuk itulah, lanjut Foke,

pihaknya sedang mencari lokasi pengganti Lebak Bulus yang lebih baik di Jl TB Sima-tupang.

Direncanakan, di lokasi itu dibangun stasiun pusat dan depo MRT tahap I yang akan menghubungkan Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indo-nesia.

Saat ini, Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) DKI sedang mencari lahan yang tepat untuk dijadikan stadion sepak bola. Baru ada satu usulan lahan, yaitu di kawasan Jl TB Simatu-pang, Jakarta Selatan.

Untuk tahun ini, lanjut Foke, pihaknya menargetkan pengo-songan lokasi Stadion Sepak Bola Lebak Bulus dapat dilak-sanakan.

Kemudian pada 2012, Dis-orda DKI akan membebaskan lahan untuk stadion yang baru. Diharapkan, pada 2013 akan di-lakukan pembangunan stadion pengganti di lahan yang telah ditetapkan. (Ssr/J-2)

Foke Utus Wakil Jelaskan Pemindahan Stadion ke Andi

AKAN MENJADI DEPO MRT: Suasana Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pekan lalu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membongkar Stadion Lebak Bulus untuk dijadikan depo (tempat perbaikan) atau stasiun pusat mass rapid transit (MRT).

MALANG, kata itu mungkin paling tepat

untuk menggambarkan nasib Suwardi, 33, seorang pemulung di Penjaringan, Jakarta Utara. Ia tidak menyangka peristiwa tujuh bulan silam membuatnya harus mendekam di ruang tahanan Polsek Metro Penjaringan, Jakarta Utara. Suwardi pun terancam hukuman tujuh tahun penjara.

Kejadiannya berawal ketika pria malang ini tengah melepas lelah di gubuknya, di kolong Tol Muara Karang Timur, Penjaringan, Jakarta Utara.

Menjelang tengah malam, datanglah Baharudin, seorang preman dan mantan residivis yang ditakuti di daerah itu, menghampiri gubuk kecilnya. Baharudin atau sering disebut Codet datang dalam keadaan mabuk. Ia mendatangi Suwardi untuk meminta uang. Karena takut melihat tubuh Codet yang jauh lebih besar, Suwardi terpaksa merelakan uang miliknya sebesar Rp50 ribu.

Namun, rupanya uang yang diperoleh Suwardi dari hasil memulung selama tiga hari itu belum cukup. Preman itu pun meminta uang lebih besar lagi sambil mengacung-acungkan pisau.

Melihat gelagat Codet yang semakin beringas, pria kurus dengan tinggi 155 cm ini pun memutuskan untuk segera melarikan diri.

Melihat Suwardi kabur, Codet mengejar. Sambil berlari menerobos malam, Suwardi sempat melihat kayu kaso di tengah jalan yang dilintasinya. Kayu itu pun digunakan untuk memukul Codet. “Pertama saya pukul tangan kanannya yang memegang pisau,” ujarnya.

Namun ternyata, Codet berusaha mengambil kembali pisau yang sempat terjatuh dari genggamannya. Karena panik, Suwardi pun menghantamkan kembali kayu ke bagian pelipis Codet satu kali. Rupanya hantamannya sudah cukup membuat Codet tersungkur. Suwardi sama sekali tidak menyangka Codet tewas. “Saya baru tahu ya setelah saya ditangkap ini,” ujarnya.

Setelah melihat Codet tersungkur, tebersit di benaknya kemungkinan balas dendam Codet dan kawan-kawannya. Suwardi pun

segera pulang ke desanya di Dusun Sumur Rangka, Kabupaten Serang, Banten.

Di kampung, Suwardi bekerja sebagai buruh tani di sawah milik orang lain dengan upah Rp6.000 per hari. Upah ini jauh lebih rendah daripada pendapatannya sebagai pemulung yang bisa memperoleh Rp20 ribu per hari. Biasnya, per tiga bulan ia mengirimkan uang Rp150 ribu kepada istrinya.

Kini setelah ia ditangkap polisi, Suwardi tidak dapat lagi mengirim uang bagi keempat anaknya itu. Di benaknya kini hanya bisa memikirkan nasib keempat anaknya yang terancam tidak dapat bersekolah.

Humas Polsek Metro Penjaringan, Ajun Komisaris Teddy Hartanto, mengakui bahwa Suwardi memang bermaksud membela diri. Hal itu juga diperkuat dengan kesaksian tetangga. Namun karena menyebabkan kematian, ia tidak dapat begitu saja lolos dari jerat hukum.

Suwardi tentu tidak menyangka usahanya untuk membela diri diganjar ancaman hukuman tujuh tahun penjara. Yang bisa dilakukan Suwardi saat ini hanya berharap keadilan belum punah di negeri ini. (*/J-2)

Berharap Keadilan belumPunah di Negeri Ini

Suwardi sama sekali tidak

menyangka Codet tewas.’’

Dn

Djan Faridz Anggota DPD Dapil DKI

MI/PANCA SYURKANI

DOK PRIBADI

unnapeJakmbuhatahPeSuhu

kemdiTiUt

dapryamBaComSuuatubemse

yahahaitubeac