Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia
Transcript of Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia
RENCANA TANGGAP DARURAT BAHAN KIMIARespon terhadap tumpahan bahan kimia atau buangan lain mungkin
mengandung banyak kegiatan yang berbeda dan mungkin terkait dengan
syarat peraturan yang bermacam-macam. Kegiatan dan prosedur respon
juga tidak akan terduga tergantung dari sifat alamiah dan jumlah bahan
yang terbuang. Bila perusahaan menyimapan bahan kimia dalam jumlah
besar yang dikirim dengan tempat yang besar (truk tanker atau kereta),
maka harus disiapkan tindakan untuk merespon insiden atas bahan dalam
jumlah besar. Bahan yang terbuang dalam jumlah besar mungkin
memerlukan evakuasi perusahaan, tempat tumpahan, dan pembersihan dan
pembuangan bahan sisa limbah. Jumlah bahan yang terbuang dalam jumlah
kecil mungkin hanya memerlukan sedikit persiapan lanjutan.
Secara umum, prosedur tanggap darurat harus ditargetkan untuk bahan
kimia yang disimpan dalam tangki besar atau digunakan secara luas di
perusahaan, dengan persyaratan terdapat semua pelaporan peraturan yang
spesifik pada saat terbuangnya bahan kimia, dan pada bahan berbahaya
yang akut, walaupun dalam jumlah kecil. Apakah insiden mengandung
tumpahan bahan berbahaya atau terbuangnya gas atau uap, koordinasi
masyarakat merupakan hal yang kritis bila terbuangnya bahan kimia
mungkin memiliki dampak keluar perusahaan. Karenanya, perusahaan yang
mungkin mengalami terbuangnya bahan kimia dengan potensi berdampak
keluar perusahaan harus memiliki suatu mekanisme dalam memberikan
peringatan dini yang memberitahukan bangunan tetangga dan masyarakat.
Menggunakan sensor dan detektor kebocoran bahan kimia yang tepat dapat
membantu memberikan peringatan dini saat terjadi terbuangnya bahan
kimia.
Pelepasan atau kecelakaan dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia
berbahaya dapat menjadi ancaman bagi karyawan perusahaan,masyarakat,
dan lingkungannya.
Persiapan-persiapan ini harus menjamin bahwa prosedur yang efektif
dilakukan untuk mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat
bahan kimia ini. Rencana ini memberikan alat bantu yang penting untuk
mengevaluasi bahaya bahan kimia di perusahaan dan menjamin cara-cara
yang tepat ditempat untuk mengontrol bahan kimia tersebut pada situasi
darurat.
Rencana ini juga dimaksudkan untuk membantu perusahaan untuk
mengembangkan prosedur tanggapan darurat atas bahan kimia. Saat
mengembangkan prosedur-prosedur ini, perusahaan harus memperhatikan
peraturan setempat yang mungkin mengharapkan kegiatan respon khusus
dan pemberitahuan pada lembaga setempat yang berwenang. Prosedur
yang mungkin perlu dikembangkan oleh perusahaan mungkin berbeda
tergantung dari bahan kimia yang digunakan.
Pengendalian bahaya-bahaya bahan kimia menyangkut manajemen resiko
dan prosedur tanggap darurat. Kegiatan manajemen resiko memainkan
peran penting dalam pencegahan kecelakaan terlepasnya dan keadaan
darurat bahan kimia.
A. PERSYARATAN
Kecelakaan atau lepasnya bahan kimia dapat menimbulkan situasi yang
mengancam karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Persyaratan yang
mengarah pada bahaya kimia merupakan cerminan dari bahan kimia yang
digunakan di perusahaan. Suatu proses dua langkah harus dilakukan untuk
menggambarkan bahaya bahan kimia:
(1) Identifikasi dan evaluasi bahan kimia dan
(2) Menjamin adanya peralatan untuk mengendalikan bahaya bahan kimia.
Penggambaran ini akan membantu perusahaan dalam mempersiapkan dan
menanggapi dengan benar keadaan darurat yang melibatkan bahaya bahan
kimia.
B. EVALUASI BAHAYA BAHAN KIMIA
Semua bahan kimia di perusahaan harus dievaluasi untuk menentukan
beragamnya efek bahan – bahan tersebut dalam kondisi buruk, seperti
suatu keadaan darurat atau tumpahan/buangan. Untuk mengerjakan
evaluasi bahaya bahan kimia, perusahaan pertama kali harus menentukan
bahan apa yang ada didalamnya. Kemudian, harus diidentifikasikan bahaya
yang berhubungan dengan setiap bahan kimia. Informasi bahaya bahan
kimia harus dievaluasi dengan membandingkan kuantitas dan potensi resiko
dari suatu keadaan darurat akibat bahan kimia tersebut. Metode ini akan
membantu perusahaan untuk mencapai target aktivitas perencanaan
keadaan darurat bahan kimia.
Perusahaan pertama kali harus mengembangkan Daftar Bahan Kimia Yang
Disetujui, yang memuat daftar bahan kimia yang sedang digunakan atau
disimpan di perusahaan. Untuk setiap bahan kimia pada Daftar Bahan
Kimia Yang Disetujui, Formulir Identifikasi dan pelacakan Bahan Kimia
harus diisi yang mengidentifikasikan nama bahan kimia, lokasi penggunaan
atau penyimpanan, perkiraan kuantitas, dan kelas bahan kimia (seperti
mudah terbakar, korosif, radioaktif, beracun, dan lain-lain. Formulir ini
termasuk informasi bahaya bahan kimia dan respon terhadap bahan kimia.
Perusahaan harus menggunakan lembar data keselamatan bahan (MSDS-
Material Safety Data Sheets) yang berlaku dan pelabelan bahan kimia untuk
menentukan bahaya yang terkait dengan setiap bahan kimia. Lembar data
keselamatan bahan (MSDS) harus mudah dijangkau oleh karyawan sebagai
acuan pada saat terjadi keadaan darurat bahan kimia. Semua wadah bahan
kimia (seperti tangki, drum, botol, pipa, dll.) harus diberi label dengan
benar. Label-label ini harus diberi nama bahan kimia dan peringatan akan
bahaya yang cepat. Identifikasi wadah dan peringatan yang benar
merupakan kesatuan dari tanggap darurat atas buangan bahan kimia.
C.P3K ATAS KERACUNAN
Cara pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang
terkena bahan toksik, secara garis besar adalah sebagai berikut :
• Bila bahan kimia terhirup, maka bawa korban ke lingkungan dengan
udara bersih.
• Bila bahan kimia masuk mata, cuci bersih dengan air mengalir terus
menerus selama 5-10 menit.
• Meminumkan karbon aktif untuk menurunkan konsentrasi zat kimia
dengan cara adsorpsi.
• Meminumkan air untuk pengenceran.
• Meminumkan susu untuk menetralkan dan mengadsorpsi asam atau basa
kuat dan fenol.
• Untuk memperlambat atau mengurangi pemasukan racun maka dapat
diberikan garam laksania (hanya boleh dilakukan oleh Paramedis!!!)
(MgSO4, Na2SO4) yang akan merangsang peristaltik dari seluruh saluran
pencernaan sehingga efek osmotik akan memperlambat absorbsi air dan
membuat racun terencerkan.
• Jika keracunan sudah agak lama, maka korban dibuat muntah untuk
mengosongkan lambung, dengan pemberian larutan NaCl (garam dapur)
hangat. Tetapi hal ini tidak diperbolehkan untuk korban yang masih pingsan
atau keracunan deterjen, bensin, BTX (Benzene, Toluen, Xylene), CCl4.
• Segera bawa ke klinik.
IDENTIFIKASI BAHAYA BAHAN KIMIA
Dalam upaya memastikan bahan kimia yang berbahaya ada di tempat kerja,
maka perlu dilakukan identifikasi awal.
Identifikasi awal dapat dilakukan berdasarkan pada:
1. Data bahan kimia yang diterima oleh pihak gudang.
2. Bahan kimia yang biasa dipergunakan oleh suatu tempat kerja.
3. Proses yang ada.
Identifikasi awal yang dilakukan secara umum memakai format berikut:
1. Nama bahan kimia:
Keperluan untuk ini jelas, tetapi nama populer ataupun nama merek harus
di berikan sebagaimana nama kimianya. Hal ini seperti asam asetil salisilat
yang berarti aspirin bagi ahli kimia, tidak membingungkan operator yang
telah berpengalaman. Contoh lain adalah H2S bagi ahli kimia berarti
hidrogen sulfida bagi insinyur, kalsium hipoklorit sama dengan kapur klor,
fenol menjadi asam karbolat, dan soda kue menjadi soda bikarbonat.
2. Apa kondisi fisiknya?
Obyek ini untuk menentukan secara sederhana apakah bahan kimia yang
diterima berbentuk padat,cair, atau gas- bukan sifat fisik secara umum.
Juga harus diperhatikan pada kondisi apa suatu bahan kimia berbentuk
padat,cair, atau gas. Misalnya natrium hidroksida (NaOH) yang dapat dibeli
sebagai padatan di drum atau larutan kuat di tankker atau drum; karbon
dioksida dapat dibeli sebagai padatan,cairan, atau gas. Secara umum, panas
masuk atau panas keluar diperlukan untuk pengubahan bentuk, sehingga
identifikasi ini menentukan bagaimana dan dimana bahan kimia harus
disimpan.
Apakah matahari dan panas mempengaruhi? Apakah bahan itu akan
membeku bila dibiarkan terbuka? Bila berbentuk padat, apakah berupa
bubuk ? Perhatian harus diberikan jika bahan disimpan dalam bentuk yang
stabil, seperti karbon dioksida yang disimpan dalam bentuk padat. Bahaya
dapat terjadi karena beberapa hal, seperti temperatur yang naik dengan
cepat karena kebakaran.dan emisi yang cepat karena kebocoran. Bila
berupa cairan, kemana mengalirnya kebocoran? Dapatkah aliran dari drum
ke lubang penampung (damp ground), atau membuat korosi internal bila
disimpan dalam waktu lama?
3. Apakah beracun?
• Apakah menyebabkan akut?
• Apakah menyebabkan kronis?
• Apakah masuk melalui saluran makanan?
• Apakah masuk melalui pernapasan?
• Apakah masuk melalui absorpsi?
• Apakah kadar toksisitas dapat segera ditentukan?
• Berapakah nilai Ambang Batas (MAC) nya?
Klarifikasi antara kadar racun dengan bahaya harus dimengerti dengan
jelas. Kadar racun bahan kimia adalah satu dari sipat-sipat alami nyang
tidak dapat dihilangkan bila bahan kimia tersebut tetap sama rumus
bangunnya, tetapi bahaya ditentukan oleh frekuensi dan lamanya
pemaparan dan konsentrasi bahan kimia. Cedera tidak akan terjadi tanpa
pemaparan konsentrasi yang diberikan dan rancangan dan operasi proses
bahan kimia yang menentukan banyaknya pemaparan,konsentrasi dan lain-
lain.
Karenanya, dengan rancangan yang benar dan penanganan yang aman,
bahaya dapat dihilangkan atau tanda-tanda potensinya dapat diredakan.
Karena penggunaannya yang sangat umum, hampir dapat dikatakan bahwa
semua mengetahui bahwa asam sulfat pekat merupakan cairan korosif yang
dengan cepat dapat menghancurkan jaringan badan dan membuat luka
bakar. Meskipun demikian, ratusan ton asam sulfat dimanipulasi,ditransfer,
dan disimpan setiap hari tanpa bahaya yang besar. Hal ini disebabkan sifat-
sifat racunnya telah diketahui dan difahami dan cara-cara pencegahan
kecelakaannya telah dibuat. Hasil; kontak dengan asam sulfat terjadi
dengan cepat dan akut, tetapi meskipun benzene dalam kuantitas sedikit
dikulit tidak merupakan hal yang berbahaya, efek akumulatif dari sifat-
sifatnya dapat memicu anemia yang serius dan kematian.
Aspek lanjutan dari pertanyaan mengenai kadar racun dapat segera
ditentukan dan apakah Nilai Ambang Batas (NAB) yang dinyatakan dalam
bagian per juta, yang menyatakan kondisi yang karyawan dapat terpapar
setiap hari tanpa mengalami efek yang berarti. Tetapi, peringatan harus
diberikan bahwa NAB, dalam konteks yang benar, hanya dapat
dinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih dalam higiene
industri, dan tidak boleh digunakan sebagai:
1. Indeks relatif atas bahaya atau kadar racun;
2. Alat evaluasi pada gangguan polusi udara;
3. Perkiraan potensi racun pada pemaparan terus-menerus yang tidak
berhenti.
Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar,
tetapi tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia
merupakan indikasi yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun
bukan konsentrasinya. Berikut ini adalah bahaya dari pemantauan dengan
orang. Sebagai contoh, bau dari klorin (Cl2 ) dapat dikenali dengan tercium
pada konsentrasi yang sangat kecil, dan karena tidak ada efek iritasi
yangnyata dalam waktu cepat, maka tidak ada tindakan perbaikan. Tetapi
konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk klorin di udara adalah
satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam
pemaparan, dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia
pada umumnya adalah tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian
udara. Hal ini menunjukkan bahwa bila klorin tercium berarti ada instalasi
yang perlu diperbaiki.
4. Berapakah:
- Densitas uap?
- Tekanan uap?
- Titik beku?
- Specific Gravity?
- Kelarutan dalam air?
Pengetahuan atas kelima karakter fisik di atas memberikan fakta dan
informasi yang terpisah dan berharga. Semua cairan akan menguap, tetapi
kecepatan penguapannya tergantung pada suhu dan tekanan; secara umum
cairan panas menguap lebih cepat daripada cairan dingin. Tekanan uap
cairan dan larutan harus diperhatikan, terutama pada suhu ruang. Hal ini
sangat penting bila menyimpan drum berisi cairan berbahaya. Kebocoran
dari beberapa bahan kimia, dapat menimbulkan bahaya. Perbandingan
berat jenis antara uap/gas dengan udara menunjukkan apakah uap pada
suhu normal (0° C) dan tekanan normal (76cm-Hg) lebih padat atau lebih
renggang daripada udara; karena uap itu akan naik ke atmosfir atau turun.
Sebagai contoh adalah petroleum yang memiliki berat jenis 2,5. Kebocoran
petroleum, setelah menguap pada suhu normal, membentik uap cenderung
bergerak sepanjang permukaan. Beberapa kondisi yang mempengaruhi
seperti kecepatan angin dan suhu sekitar membantu petrpleum menyebar
cukup jauh dari lubang inpeksi, tetapi uap petroleum bergerak disepanjang
lubang, menghasilkan atmosfir mudah meledak yang dapat menghasilkan
bencana hanya dengan adanya letikan api.
Pentingnya pengetahuan tentang specfic grafvity terlihat nyata saat
menentukan tindakan yang hrus diambil saat menghadapi kebocoran besar.
Perbandingan berat jenis bahan kimia dengan berat jenis air menunjakan
apakah bahan kimia akan mengambang di atas air atau tenggelam. Semua
cairan bocor diarahkan mencapai saluran buang, dan ledakan dibawah
tanah akibat kontaminasi oleh cairan sangat mudah terbakar dapat
membuat kerusakan hebat di area yang luas. Bahan tersebut contohnya
adalah petroleum memiliki berat jenis 0,80, sehingga bocoran akan
mengambang di atas air. Karenanya air tidak direkomendasikan sebagai
bahan pemadam untuk kebakaran petroleum cair, karena air akan
tenggelam di bawah petroleum, dan dengan naiknya volume cairan, maka
akan cenderung memperlebar area kebakaran. Membiarkan petroleum
keluar kesaluran buang hanya akan meningkatkan bahaya.
Sebaliknya, bila cairan karbon disulfida yang sangat mudah terbakar,
memiliki titik nyala yang rendah dan titiok bakar yang rendah, memiliki
specific gravity 1,26 terbakar, maka dapat dikendalikan dengan
menggunakan air yang cukup.
Bila bahan kimia dapat larut dalam air, kebocoran apapun akan mudah
bergabung karena dapat dijenuhkan dengan air dan setelah pencegahan
yang layak telah dilakukan, dapat dikeluarkan ke sistem efluen.
Sehubungan dengan kemampuan pelarutan bahan kimia ke dalam air, harus
pula diperhatikan bahaya yang mungkin terjadi pada beberapa bahan kimia.
Beberapa kasus pernah terjadi yang menimbulkan cedera serius yang
timbul akibat masuknya air ke dalam wadah kosong berbagai bahan kimia
menyebabkan reaksi yang hebat. Sebagai contoh adalah fosfor klorida yang
bukan bahan kimia korosif, tetapi setelah kontak dengan air atau uap air,
akan bereaksi hebat, melepas panas dan uap klorosif asam klorida. Contoh
lain adalah sejumlah natrium sianida dengan air di saluran buang. Reaksi
antara natrium sianida dengan air di saluran buang memperbesar volume
gas asam sianida yang mematikan.
Bahan kimia seperti asam sulfat jika bercampur dengan air akan
menghasilkan uap air yang cukup untuk menyebabkan semburan.
Karenanya, kemempuan suatu bahan kimia untuk larut dalam air
memerlukan penanganan yang tepat.
5. Apa bahan yang inkompatibilitas?
Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain dan bahan-
bahan yang berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Sebagai contoh
adalah asetilene yang akan bereaksi hebat dengan klorin, Sehingga
kecelakaan yang memungkinkan bergabingnya dua bahan kimia tersebut
harus dicegah. Sama halnya dengan asam nitrat yang tidak boleh dibawa
sampai kontak dengan cairan yang mudah terbakar. Bahaya sesungguhnya
dari inkompatibilitas terjadi akibat kesalahan dalam melakukan asesmen,
sehingga saat beberapa bahan kimia dibawa bersama-sama dengan kurang
hati-hati, terjadi reaksi hebat, dan merusak pabrik dan personilnya.
Kemungkinan akibat pencampuran yang tidak direncanakan harus selalu
diawasi.
Bahan inkompabilitas lain adalah oksidator dan reduktor. Beberapa bahan
kimia yang tidak terbakar mampu membantu dengan baik pembakaran saat
berkombinasi dengan bahan kimia lain yang menghasilkan oksigan dalam
jumlah yang besar. Tidak hanya atmosfir dengan cepat dipenuhi oleh
oksigen, tetapi panas reaksi mungkin cukup untukj membuat pembakaran
dan kebakaran dapat terjadi. Oksidsi adalah kombinasi oksigen bahan kimia
denga bahan lain; dapat cepat atau lambat, dan bahan yang dengan cepat
dapat memberikan oksigennya ke bahan lain disebut oksidator, seperti
asam nitrat (HNO3), mangan oksida (MnO2), hidrogen peroksida (H2O2 ),
dan asam kromat (CrO3).
Sebaliknya, bahan yang mengambil oksigen dari senyawa dan kombinasinya
disebut reduktor, seperti hidrogen, karbon,hidrokarbon, bahan organik, dan
lain-lain.
Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berlawanan yang selalu terjadi
bersamaan, dan bahan yang inkompatibilitas seperti kalium permanganat
(KmnO4 ), yang merupakan oksidator kuat, bila tergabung dengan bubuk
alumunium, yang merupakan reduktor kuat, dengan cepat mengibah sifat-
sifat alamiahnya dengan memperlihatkan bahwa kedua bahan tidak boleh
disimpan berdekatan.
6. Apakah bahan mudah terbakar atau sangat mudah terbakar?
- Berapa titik nyalanya?
- Berapa batas LEL dan UEL nya?
- Berapa titk bakarnya?
7. Tipe pemadam api apa yang harus digunakan?
8. Alat pelindung diri apa yang harus digunakan?
9. Sistem pencegahan lain?
Proses yang ada, selain proses yang sudah fix, yang berpotensi
menyebabkan bahaya akibat bahan kimia antara lain adalah:
1. Pengelasan dalam ruang terbatas ( confined space), seperti di dalam
tangki; akan menghasilkan NO, ozon, uap logam.
2. Pengelasan , bila logam yang akan di las telah dibersihkan dengan
chlorinated hydrocarbon (seperti CC4 ); akan menghasilkan NO, ozon, uap,
fosgene,HC1.
3. Dekomposisi bahan organik; akan menghasilkan hidrogen sulfida,
amoniak,metana,CO2.
4. Asam klorida, HC1, bila disimpan dalam wadah baja ‘pickle’ , tidakhanya
pengetahuan bagaimana menangani asam itu sendiri, tetapi juga evolusi
hidrogen dalam proses dan sisa bahan yang tidak diinginkan karena
tertinggal di wadah.
Cara memahami LDKB/MSDS
Cara memahami LDKB :
• Identifikasi bahan:
Bagian ini menjelskan nama bahan kimia, dan meliputi :
1. Nomur urut LDKB.
2. CAS (Chemical Abstract Services) registry Number International se[erti
halnya nomor RTECS (registry Toxic Effects of Chemical Substances).
3. Sinonim, baik dalam nama kimia maupun nama dagang.
4. Rumus dan berat molekul.
• Label bahaya :
Label bahaya diberikan dalam bentuk gambrar untuk memberikan
gambaran cepat sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut
PBB (internasional) dan NFPA (Amerika). Label bahaya menurut Eropa
tidak diberikan karena mirip dengan PBB. Label NFPA ditunjukkan di
gambar dan tabel dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking
bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran
(merah) dan reaktivitas (kuning). Kotak putih untuk ketarangan tambahan.
RANKING BAHAYA KESEHATAN BAHAYA KEBAKARAN BAHAYA
REAKTIVITAS
4 Penyebab kematian, cedera fatal meskipun ada pertolongan. Segera
menguap dalam keadaan normal dan dapat terbakar secara cepat. Mudah
meledak atau diledakkan, sensitif terhadap panas danmekanik.
3 Berakibat serius pada keterpaan singkat, meskipun ada pertolongan. Cair
atau padat dapat dinyalakan pada suhu biasa. Mudah meledak tetapi
memerlukan penyebab panas dan tumbukan kuat.
2 Keterpaan intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada
pertolongan. Perlu sedikit ada pemanasan sebelum bahan dapat dibakar.
Tidak stabil, bereaksi hebat tetapi tidak meledak.
1 Penyebab iritasi atau cedera ringan. Datap dibakar tetapi memerlukan
pemanasan terlebih dahulu. Stabil pada suhu normal, tetapi tidak stabil
pada suhu tinggi.
0 Tidak berbahaya bagi kesehatan meskipun kena panas (api). Bahan tidak
dapat dibakar sama sekali. Stabil, tidak reaktif, meskipun kena panas atau
suhu tinggi.
• Informasi bahan singkat :
Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat serta bahaya-
bahaya utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya, secara cepat
bisa dipahami kehati-hatian dalam menangani bahan kimia tersebut.
• Sifat-sifat bahaya :
1. Bahaya kesehatan :
Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut)
dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam
satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara
yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari.
Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan, yakni :
o LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen
binatang percobaan mati.
o LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap
50 persen binatang percobaan.
o IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang
berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.
2. Bahaya kebakaran :
Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat
dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar
ditentukan oleh :
o Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
o Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat
dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut
LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat
dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan
membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
o Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
3. Bahaya reaktivitas :
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi
dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga
eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.
• Sifat-sifat fisika :
Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat
bahaya suatu bahan.
• Keselamatan dan pengamanan :
Diberikan langkah-langkah keselamatn dan pengamanan :
1. Penanganan dan penyimpanan : usaha keselamatan yang dilakukan
apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.
2. Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan
tertumpah atau bocor.
3. Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai
usaha untuk mengurangi keterpaan bahan.
4. Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan
kulit atau tertelan.
5. pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk
memadamkan api yang belum terlalu besar dan cara penanggulangan
apabila sudah membesar.
• Informasi lingkungan :
Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani
limbah atau buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas.
Termasuk di dalamnya cara pemusnahan.
PRINSIP – PRINSIP KESELAMATAN MUATAN ANGKUTAN BARANG
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
I. LATAR BELAKANG.
1. Perkembangan Industri yang sangat pesat membutuhkan kelancaran
pasokan bahan-bahan yang dibutuhkan dan juga kelancaran pengelolaan
bahan-bahan sisa dari hasil kegiatan industri tersebut yang sebagian besar
adalah merupakan Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Dari data
beberapa Perusahaan B3, Jenis Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
yang sering di angkut adalah :
• Fly Ash;
• Copper slag:
• Steel Slag (sejenis pasir besi);
• Sludge Oil dan Slope Oil (Minyak bekas);
• Zat Radio Aktif : Cobalt-60;
• Wet Fly Ash (bottom ash);
• Limbah Klinis;
• Liquid Oksigen;
• Spent Katalis RRC 15 Ex;
• Carbon Disulfid (CS2);
• Amonium Nitrate.
• Acid Waste;
• Copper Chloride (CuCl2)
• Carbon-Sulfur ex T-760(solid);
• Hidrogen Peroxyde (Gas) B3;
• Sludge Belt Press dari Industri Kertas
Titik/ Simpul simpul utama bangkitan angkutan B3 adalah daerah-daerah di
Kawasan Industri seperti Gresik dan Paiton dan di Jawa Timur, Cikarang,
Cibinong dan Tangerang di Jawa Barat, Balongan di Jawa Tengah, Tanjung
Uncang, Kabil, Batuampar di Batam.
2. Dasar Hukum dalam penyelenggaraan Angkutan B3 untuk mewujudkan
lalu lintas dan angkutan B3 yang selamat, aman, lancar, tertib dan teratur
adalah sebagai berikut :
a. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; Pasal 40 : Pengangkutan bahan berbahaya, barang
khsusus, peti kemas, dan alat berat diatur dengan Peraturan Pemerintah
b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan
1) Pasal 13 ayat 2 : Pengangkutan barang terdiri dari barang umum, barang
berbahaya, barang khusus, peti kemas, dan alat berat;
2) Pengangkutan bahan berbahaya diklasifikasikan menjadi pengangkutan
bahan :
• mudah meledak;
• gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau pendingin tertentu;
• cairan mudah menyala;
• (minyak dan gas bumi termasuk dalam kategori/klasifikasi 2 dan 3 karena
sifatnya berupa cairan yang mudah menyala dan gas mampat/cair).
• padatan mudah menyala;
• oksidator, peroksida organik;
• racun dan bahan yang mudah menular;
• radioaktif;
• korosif;
• berbahaya lain.
c. Keputusan Presiden RI Nomor 21 tahun 2003 tentang pengesahan
protocol 9 Dangerous goods ( protokol 9 barang berbahaya );
Merupakan hasil kesepakatan antara negara 9 (sembilan negara), yaitu :
Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik
Demokrasi Rakyat Laos, Malaysia, Uni Nyanmar, Republik Philipina,
Republik Singapura, Kerajaan Thailand dan Republik Sosialis Viet Nam;
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Barang Di Jalan;
1) Sesuai dengan pasal 12 KM. 69 Tahun 1993 pengangkut bahan
berbahaya wajib mengajukan permohonan persetujuan kepada Dirjen
Perhubungan Darat sebelum pelaksanaan pengangkutan.
2) Dalam permohonan tersebut di atas memuat keterangan sekurang-
kurangnya mengenai :
• nama, jenis dan jumlah bahan berbahaya yang akan diangkut serta
dilengkapi dengan dokumen pengangkutan bahan berbahaya dari instansi
yang berwewenang;
• tempat pemuatan, lintasan yang akan dilalui, tempat pemberhentian dan
pembongkaran;
• identitas dan tanda kualifikasi awak kendaraan;
• waktu dan jadwal pengangkutan;
• jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang akan digunakan untuk
mengangkut.
e. Surat Dirjen perhubungan Darat Nomor : AJ.306/6524/LLAJ edaran
perihal : Prosedur penerbitan persetujuan pengangkutan bahan beracun
dan bebahaya (B3).
f. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : SK
725/AJ.302/DRJD/2004, tentang Pengangkutan Bahan Beracun dan
Berbahaya ( B3 ) tanggal 30 April 2004.
g. Peraturan Pemerintah Nomor : 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun.
h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 91 tahun 2003
tentang rekomendasi pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun
3. Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3), adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan / atau
beracun yang karena Sifat, konsentrasinya dan /atau jumlahnya jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup manusia atau mahluk hidup lainnya.
Oleh karena itu pengaturan muatan bahan berbahaya dan beracun (B3)
sangat penting. Sejalan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Protocol 9 Dangerous Goods yang
diterbitkan pada tanggal 11 April 2003 dimana Protocol 9 Dangerous Goods
merupakan hasil kesepakatan 9 negara dan merupakan acuan umum bagi
negara-negara ASEAN dalam penerapan regulasi dan pelaksanaan
pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang salah satunya
melalui jalan raya dan dalam pelaksanaannya melibatkan aparat dari
institusi yang terkait dalam pengawasan transportasi. Maka agar dalam
pengangkutan bahan berbahaya dari tempat kegiatan pemuatan sampai ke
tempat pembongkaran akhir dilakukan oleh orang atau badan yang memiliki
izin dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari pihak terkait
sebelum melakukan kegiatan pengangkutan bahan berbahaya tersebut.
II. PRINSIP – PRINSIP KESELAMATAN MUATAN B3
1. Bila sebuah kendaraan berubah arah – berkelok atau menyusul dll-
pergesekan tidak cukup untuk menghentikan muatan yang tak aman untuk
bergerak. Tidak benar berasumsi bahwa berat muatan akan tetap di
posisisnya. Sebenarnya muatan lebih berat besar kemungkinanya bergerak
ketika kendaraan melaju karena energi kinetiknya lebih besar. Di bawah
pengereman sulit, berat yang berperan kearah depan bisa sama dengan
acting down pada kendaraan. Oleh karena itu, muatan yang tidak
dikendalikan tidak akan aman.
2. kekuatan angin terhadap muatan selama pengereman menigkat dengan
tingkat perlambatan dan berat muatan. Jadi, bila kendaraan mengerem
muatan akan terus bergeser dari posisi semula.; semakin sulit anda
mengerem, semakin banyak muatan akan mencoba untuk bergerak.
3. Pergesekan saja tidak bisa untuk diandalkan untuk menjaga muatan tetap
pada tempatnya. Ketika kendaraan bergerak, pergerakan vertikal
disebabkan oleh gelombang di jalan akan mengurangi daya pengekangan
karena pergesekan.
4. Diperlukan lebih banyak lagi daya untuk menghentikan satu muatan yang
telah mulai bergerak dibandingkan daya mencegah pergerakan pertama
kali. Efek benturan berulang-ulang (battering ram) meningkat dengan cepat
dengan peningkatan jarak dimana muatan bergerak berhubungan dengan
kendaraan. Oleh karena itu penting sekali muatan dikendalikan sedemikian
rupa sehingga pergeseran muatan pada kendaraan dapat dicegah.
5. Prinsip dasar dimana Code Of Practice adalah menggabungkan kekuatan
sistem pengendalian muatan harus cukup untuk menahan kekuatan angin
tidak kurang dari total berat kedepan (load forward), agar mencegah
muatan bergerak dalam pengereman sulit, dan separoh berat muatan
kebelakang (load backward), dan kesamping (sideways),. Pergerakan
vertikal mungkin terjadi namun seharusnya dapat diatasi jika kondisi diatas
terjadi. Ini berlaku bagi semua kendaraan, tidak peduli ukuran, dari van
kecil hingga kendaraan barang yang besar. Prinsip-prinsip ini didasarkan
pada daya maksimum yang mungkin dialami selama penggunaan jalana
biasa. Kekuatan angin lebih besar mungkin dihadapi jika kendaraan,
misalnya, terlibat kecelakaan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip ini harus
dianggap sebagai persyaratan minimum.
III. TATA CARA PEMUATAN B3
1. Dalam Perundang-undangan di bidang jalan di negara-negara Eropa,
Pengemudi memiliki tugas untuk mengamankan semua muatan kendaraan
mereka dan untuk menghindari luka fisik dan kerusakan baik orang dan
properti selama operasi transportasi. Pengangkutan barang-barang
berbahaya, seperti barang mengandung racun, korosif, bahan peledak, atau
bahan bahan mudah terbakar, menciptakan resiko tambahan yang timbul
dari sifat barang- barang itu sendiri. Sangat penting bahwa pengemudi
kendaraan yang mengangkut barang-barang berbahaya mengetahui
bagaimana menyimpan dan mengamankan muatan ini dengan tepat, apakah
barang-barang tersebut dibawa dengan tangki atau pengemasan (ini
termasuk petikemas ukuran sedang dan pengemasan besar). Jika peti
kemas bocor atau rusak, bahan-bahan mungkin keluar/hilang dan
menciptakan bahaya bagi orang-orang disekitar, ditempat terdekat,
dan/atau merusak lingkungan. Pelatihan bagi pengemudi kendaraan
pengangkut barang-barang berbahaya diberikan oleh suatu Badan Nasional
dibawah kontrol Departemen Transportasi.
2. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mempertahankan daftar semua
barang-barang berbahaya dan memberikan masing-masing empat angka
identifikasi, dan kemudian menempatkan mereka dalam salah satu dari
sembilan kelompok menurut jenis bahaya yang akan mereka timbulkan jika
mereka secara tak sengaja tumpah selama pengangkutan. Kelompok ini
memiliki tanda-tanda peringatan, yang digunakan untuk menandai
bungkus/pak dan kendaraan yang mengangkut barang-barang berbahaya
dalam sistem taransportasi.
3. Pengepakan barang-barang berbahaya, seperti drum baja, drum plastik,
kantung plastik, dan berbagaimacam kotak, dirancang dengan seksama dan
dibuat untuk memastikan bahwa isi benar-benar aman selama perjalanan
angkutan darat. Bagaimanapun, dengan pengecualian beberapa bungkus
bahan – bahan radioaktif dan zat menular, mereka tidak dirancang untuk
menghadapi terjadinya kecelakaan, seperti tabrakan dalam kecepatan
tinggi, atau kelebihan panas (overheating) dalam kebakaran mobil.
Oleh karena itu penting sekali mengenai pengemasan yang aman sehingga
tidak jatuh dari kendaraan, bahkan sekalipun kendaraan bertabrakan atau
terjungkal. Ini yang terbaik yang bisa dicapai dengan membawanya dalam
box, atau bodi terbuka atau
ditutup dengan gorden disamping. Jika tidak, kemasan harus diamankan
dengan kain terpal, jaringan, tali muatan dll. Pemuatan yang kokoh juga
diperlukan untuk mencegah pergesekan atau chafing ’melukai’ antara pak
selama penagngkutan, yang bisa menyebabkan kerusakan atau kebocoran.
Penting bahwa pak-pak diperiksa sebelum pemuatan dan yang
menunjukkan tanda-tanda rusak atau bocor tidak dimuat.
4. Silinder gas sangat kuat, yang memungkinkan benda itu menehan
tekanan gas dengan aman dibagian dalam, namun untuk alasan ini, silinder
gas tersebut juga sangat berat. Yang terbaik mereka angkut tegak lurus di
rak yang ada pada kendaraan, di tempat penyimpanan (crib) atau rangka
yang bisa buka-tutup. Jika diangkut satu persatu, silinder gas tersebut
harus diamankan dengan tali atau rantai guna mencegah pergerakan
diruang muatan, yang bisa menyebabkan kerusakan pada silinder itu
sendiri, atau terhadap barang-barang muatan lainnya. Katup peti kemas gas
harus dilindungi dengan sambungan (fittings)seperti ring atau tutup. Kalau
tidak, jika katup rusak, gas yang keluar dibawah tekanan mungkin
menggerakkan peti kemas dengan kekuatan besar, peti kemas gas harus
selalu diangkut dengan kendaraan yang terbuka dengan atmosfir sehingga
kebocoran kecil bisa berhenti tanpa bahaya. Jika sejumlah kecil silinder
diangkut dengan van tertutup, mesti ada ventilasi yang cukup dari ruang
muatan. Gas beracun jangan pernah diangkut dengan ruang yang sama
dengan pengemudi atau awak kendaraan. Petikemas LPG (Liquefied
petrolium gas,seperti butane dan propane) harus diangkut tegak lurus,
guna mencegah kegagalan pemakaian (malfunction) setiap peralatan yang
lepas karena bersentuhan langsung dengan Liquefied gas.
5. Intermediate Bulk Container (IBC) adalah pengemasan portable fleksibel
yang semi-rigid/ semi keras dan kekakuan lebih besar dengan kapasitas
sampai 3 meter kubik dirancang untuk penanganan mekanis. IBC bisa
mengangkut antara 0,5 hingga 2,5 ton bahan, baik cairan, butiran kecil,
atau serbuk, dan mungkin dilengkapi dengan dasar jenis palet atau dengan
tali untuk menangani dengan truk forklift. IBC harus dimuat denganaman di
kendaraan, misalnya masing-masing IBC bisa diamankan dengan rantai, tali
pengikat atau kelem. IBC harus diperiksa sebelum pemuatan, untuk
memastikan benda tersebut dalam kondisi baik, dan tidak ada kebocoran
yang terjadi, khususnya sekitar sambungan untuk mengisi dan
mengeluarkannya.
Kemasan lebih besar terdiri dari bahan-bahan pengemasan bagian luar dan
bagian dalam, berlawanan dengan bulk material. Pengemasan besar ini
dirancang untuk penanganan mekanis dan memiliki kapasitas melebihi 3
meter kubik. Penggunannya terbatas pada bahan tertentu dan perlu dimuat
dengan ketelitian yang sama dengan IBC.
6. Satu masalah khusus dengan pengangkutan barang-barang berbahaya
adalah beberapa bahan bisa bereaksi bahaya dengan lainnya jika mereka
secara tak sengaja bercampur. Misalnya, asam bisa bereaksi dengan garam
logam untuk menghasilkan gas dengan kadar racun tinggi. Bungkus bahan
yang tidak kompatibel, terbaik diangkut dengan kendaraan terpisah. Jika
mereka diangkut dengan kendaraan yang sama, mereka harus dengan
efektif dipisahkan dan diamankan sehingga bahan-bahan tadi tidak
bercampur, bahkan dalam kondisi kecelakaan. Pengirim barang harus
memberikan informasi kepada pengangkut tentang tidak kompatibelnya
setiap barang-barang berbahaya yang
di kirimkannya, namun jika ragu, pengangkut harus mendapatkan
pengetahuan tambahan dari ahli. Maka pengemudi harus memastikan
mengerti cara pemisahan yang diharuskan dipertahankan selama
perjalanan. Pada umumnya, jenis barang-barang berbahaya berikut jangan
diangkut bersama-sama kecuali kalau bahan-bahan tersebut dapat
dipisahkan secara efektif.
• Asam dengan Sianida, Sulfida atau Klorit.
• Oxidiser yang mudah terbakar
• Mudah terbakar dengan gas beracun
• Korosif dengan tekanan peti kemas gas
Pemisahan efektif bisa dicapai dengan cara-cara berikut.
• Memuat bahan dalam ruang terpisah di kendaraan
• Pengepakan masing-masing petikemas dengan kekuatan bahan cukup
untuk memberikan perlindungan ekstra, dan untuk menahan setiap
kebocoran dari peti kemas penyimpan bagian dalam.
Bahan makanan manusia dan makanan binatang tidak bisa diangkut
bersama dengan bahan-bahan beracun atau yang mudah menular, dan
beberapa barang-barang berbahaya lainnya seperti asbes, kecuali kalau
bahan makanan berhasil dengan efektif dipisahkan dari barang-barang
berbahaya. Tidak diperbolehkan mengangkut bahan makanan dalam
kendaraan yang telah digunakan untuk barang-barang berbahaya ini,
kecuali kalau kendaraannya telah dibersihkan secara menyeluruh.
7. Peti kemas barang (freight containers) dibuat berdasarkan standart
internasional untuk pengiriman lewat transportasi multi-modal, yakni
gabungan transportasi jalan darat, kereta api dan laut. Bersamaan dengan
semua perlengkapan transportasi, peti kemas harus dimuat dengan aman
untuk mencegah kerusakan pada pak/bungkus, dan kebocoran bahan-bahan
berbahaya. Ini penting bagi transportasi laut, dimana peti kemas didalam
kapal mungkin terkena kekuatan hebat karena aksi gelombang dalam waktu
lama. Pemisahan bahan-bahan yang tidak kompatibel dalam peti kemas
diatur dengan ketat dibawah Peraturan Barang-barang Berbahaya Maritim
Internasional (IMDG Code). Pedoman lebih jauh tentang masalah ini
diberikan pada Catatan Pedoman eksekutif Keselamatan HSG78 ” Barang-
barang berbahaya dalam Unit-unit Transportasi Kargo-Pengepakan dan
pengangkutan untuk transportasi laut”.
8. Tanki digunakan untuk membawa gas, zat cair, dan bubuk dalam jumlah
besar. Titik-titik akses, yakni lubang palka (hatches) dan katup (valves),
harus tertutup dengan aman selama pengangkutan. Semua lubang,
termasuk peralatan pengurangan tekanan, dll, harus diperiksa keamanan
dan kebocoran sebelum mengadakan perjalanan. Tanki bisa dengan kuat
diikatkan ke kendaraan pengangkut atau trailer, atau mungkin dalam
bentuk peti kemas tangki (tank container), dengan tanki di pasang di bagian
dalam satu angka ISO untuk pengangkutan multi modal, dengan cara yang
sama sebagai peti kemas muatan. Peti kemas muatan dan petikemas tanki
harus di amankan dengan tepat ke kendaraan pengangkut.
9. Bahan peledak sensitif terhadap panas, dan mungkin juga sensitif
terhadap goncangan. Oleh karena itu barang-barang muatan bahan peledak
harus diamankan dengan baik untuk mencegah tergosok dan pergesekan,
dan untuk mencegah tubrukan antara mereka selama pengangkutan.
Barang-barang lain yang diangkut dalam ruang muatan, misalnya tas
perkakas, alat pemadam api, atau perlengkapan berat lainya juga harus
aman guna mencegah pengaruh barang yang mudah meledak. Untuk
meminimalisir resiko kebakaran atau reaksi berbahaya, bahan peledak
jangan diangkut dengan muatan barang
–barang berbahaya, kecuali diizinkan di bawah Pengangkutan bahan-bahan
peledak yang aman. Terlepas dari aspek keselamatan juga ada masalah
sangat penting mengamankan bahan peledak dalam pengamanannya
terhadap pencuri. Ini terbaik dicapai dengan menggunakan ruang muatan
yang sama sekali tertutup, terjamin keamanannya dengan pintu yang bisa
dikunci.
10. Semua barang- barang bersifat mudah meledak telah di kelompokkan
oleh PBB memiliki tanda satu huruf, untuk menunjukkan Compabilitiy
Group. Idealnya, barang-barang dalam kelompok berbeda jangan diangkut
di muatan yang sama, karena resiko inisiasi antara mereka, yang bisa
mendatangkan hasil berbahaya. Dalam prakteknya, beberapa kelompok
diperbolehkan untuk diangkut bersama-sama, misalnya kelompok C dan D.
Beberapa kelompok harus selalu diangkut secara terpisah, misalnya
kelompok A dan L. Aturan untuk pemisahan harus dipelajari dengan rinci
untuk masing-masing kasus. Biasanya pengirim barang atau operator
kendaraan bertanggung jawab untuk memutuskan pemisahan, dan
pengemudi untuk menjamin hal itu dilaksanakan dilapangan.
11. Paket bahan-bahan radioaktif harus terjaga sedemikian rupa untuk
mempertahankan tingkat radiasi di permukaan luar pada level yang aman.
Paket tersebut tidak bahaya selama pengangkutan selama pengemasan
tetap utuh. Bagaimanapun, praktek terbaik selalu ditujukan untuk
mengurangi setiap radiasi level serendah mungkin paket radioaktif, oleh
karena itu harus dimuat di belakang ruang muatan, sejauh mungkin dari
pengemudi. Paket tersebut bisa diangkut dengan muatan umum lainnya,
namun biasanya tidak dengan bahan peledak.
12. Ada tiga set Peraturan berhubungan dengan pengangkutan barang-
barang berbahaya di inggris, untuk barang-barang berbahaya secara umum,
bahan-bahan peledak dan radio aktif. Peraturan di Inggris mewajibkan
untuk mengisi form terhadap orang-orang yang secara langsung terlibat
dalam operasi pengangkutan, yakni pengirim barang, operator kendaraan,
pengemudi dan pembantu dan juga pihak lain yang terkait dengan
pemuatan dan penyimpanan kendaraan, misalnya pengemudi truk forklift
dan derek. Tugas –tugas ini harus dicatat dan dipahami dengan baik oleh
individu-individu berkepentingan. Peraturan tersebut didukung oleh
Dokumen yang diakui (dikeluarkan oleh health and Safety Executive),
denganmemberikan petunjuk tentang cara yang lebih disukai dalam
mengimplementasikan peraturan di lapangan. Sejumlah point dari
dokumen-dokumen ini berhubungan dengan tata cara penyimpanan dan
keamanan, namun dokumen itu sendiri harus di pelajari dan diikuti dengan
rinci oleh mereka yang terlibat dalam pemindahan barang-barang
berbahaya.
13. Satu masalah khusus tentang tanggung jawab muncul dari pengemudi
yang tidak dilibatkan dalam pemuatan barang-barang berbahaya. Misalnya
ketika pelaksanaan pemuatan kontainer muatan yang telah dimuat dan
disegel untuk di pindahkan ke pelabuhan untuk pengiriman lewat laut.
Pengemudi harus berpikir bahwa muatan di dalam peti kemas telah aman,
kecuali kalau mereka mempunyai alasan yang bagus untuk meyakini
sebaliknya, misalnya jika kebocoran zat cair dari bawah pintu, atau jika
bunyi terdengar yang mengindikasikan pergeseran muatan di dalam. Pada
kejadian seperti itu, pengemudi harus menghentikan perjalanan, dan
mengambil tindakan untuk memeriksa bagian dalam peti kemas sebelum
berjalan.
14. Kendaraan yang melakukan perjalanan internasional harus tunduk pada
persyaratan IMDG Code untuk melintas laut dari dan ke luar negeri, dan
pada ketentuan ADR untuk pergerakan antara sebagian besar negara-
negara di Eropa. Pengepakan dan pemisahan muatan barang-barang
berbahaya di peti kemas barang dan aturan yang sama berlaku untuk
kendaraan dan trailer yang bergerak lewat laut berdasarkan IMDG Code.
Untuk pergerakan ADR, standart yang sama pemuatan dan pengamanan
muatan harus diberlakukan. Ketentuan ADR juga memiliki persyaratan
pemisahan, tergantung pada kelompok barang-barang yang terlibat. Satu
ketentuan penting adalah bahan peledak jangan secara umum diangkut
dengan barang-barang berbahaya, terlepas dari gas dan radioaktif harus
dibuat dalam paket yang disetujui PBB. Ini bisa diakui dengan tanda
disamping yang nenunjukkan ”u diatas n dalam sebuah lingkaran”.
REFERENSI
• Peraturan pengangkutan Barang-barang Berbahaya di jalan 1996 (SI
1996/2095) (Dikenal sebagai CDG Road) ISBN 0 11 062926 4
• Peraturan pengangkutan Barang-barang Berbahaya ( Klarifikasi,
Pengemasan dan pemberian label) dan Penggunaan Petikemas Bertekanan
yang bisa diangkut 1996 (SI 1996/2092) (Dikenal sebagai CDGCPL 2) ISBN
0 11 062923 X
• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya (Amandemen ) 1998
(SI 1998/2885) ISBN 0 11 079850 3
• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya (Amandemen ) 1999
(SI 1999/303) ISBN 0 11 080470 8
NB : Peraturan Amandemen ini memperbaiki CDGRoad dan CDGCPL2 dan
peraturan lain.
• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya di Jalan (Pelatihan
Pengemudi) 1996 (SI 1996/2094) (Dikenal sebagai DTR) ISBN 0 11 062928
0
• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya di Jalan (Pnasehat
Keselamatan) 1999 (SI 1999/257) (Dikenal sebagai TDGSA) ISBN 0 11
080434 1
• NB: TDGSA Peraturan juga mengamandemen CDG Road.
• Peraturan Bahan-Bahan Kimia ( informasi bahaya dan pengemasan untuk
pasokan) 1994 (SI 1994/3247) (Dikenal sebagai CHIP2) ISBN 0 11 043877 9