Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

28
RENCANA TANGGAP DARURAT BAHAN KIMIA Respon terhadap tumpahan bahan kimia atau buangan lain mungkin mengandung banyak kegiatan yang berbeda dan mungkin terkait dengan syarat peraturan yang bermacam-macam. Kegiatan dan prosedur respon juga tidak akan terduga tergantung dari sifat alamiah dan jumlah bahan yang terbuang. Bila perusahaan menyimapan bahan kimia dalam jumlah besar yang dikirim dengan tempat yang besar (truk tanker atau kereta), maka harus disiapkan tindakan untuk merespon insiden atas bahan dalam jumlah besar. Bahan yang terbuang dalam jumlah besar mungkin memerlukan evakuasi perusahaan, tempat tumpahan, dan pembersihan dan pembuangan bahan sisa limbah. Jumlah bahan yang terbuang dalam jumlah kecil mungkin hanya memerlukan sedikit persiapan lanjutan. Secara umum, prosedur tanggap darurat harus ditargetkan untuk bahan kimia yang disimpan dalam tangki besar atau digunakan secara luas di perusahaan, dengan persyaratan terdapat semua pelaporan peraturan yang spesifik pada saat terbuangnya bahan kimia, dan pada bahan berbahaya yang akut, walaupun dalam jumlah kecil. Apakah insiden mengandung tumpahan bahan berbahaya atau terbuangnya gas atau uap, koordinasi masyarakat merupakan hal yang kritis bila terbuangnya bahan kimia mungkin memiliki dampak keluar perusahaan. Karenanya, perusahaan yang mungkin mengalami terbuangnya bahan kimia dengan potensi berdampak keluar perusahaan harus memiliki suatu mekanisme dalam memberikan peringatan dini yang memberitahukan bangunan tetangga dan masyarakat. Menggunakan sensor dan detektor kebocoran bahan kimia yang tepat dapat membantu memberikan peringatan dini saat terjadi terbuangnya bahan kimia. Pelepasan atau kecelakaan dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia berbahaya dapat menjadi ancaman bagi karyawan perusahaan,masyarakat, dan lingkungannya.

Transcript of Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

Page 1: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

RENCANA TANGGAP DARURAT BAHAN KIMIARespon terhadap tumpahan bahan kimia atau buangan lain mungkin

mengandung banyak kegiatan yang berbeda dan mungkin terkait dengan

syarat peraturan yang bermacam-macam. Kegiatan dan prosedur respon

juga tidak akan terduga tergantung dari sifat alamiah dan jumlah bahan

yang terbuang. Bila perusahaan menyimapan bahan kimia dalam jumlah

besar yang dikirim dengan tempat yang besar (truk tanker atau kereta),

maka harus disiapkan tindakan untuk merespon insiden atas bahan dalam

jumlah besar. Bahan yang terbuang dalam jumlah besar mungkin

memerlukan evakuasi perusahaan, tempat tumpahan, dan pembersihan dan

pembuangan bahan sisa limbah. Jumlah bahan yang terbuang dalam jumlah

kecil mungkin hanya memerlukan sedikit persiapan lanjutan.

Secara umum, prosedur tanggap darurat harus ditargetkan untuk bahan

kimia yang disimpan dalam tangki besar atau digunakan secara luas di

perusahaan, dengan persyaratan terdapat semua pelaporan peraturan yang

spesifik pada saat terbuangnya bahan kimia, dan pada bahan berbahaya

yang akut, walaupun dalam jumlah kecil. Apakah insiden mengandung

tumpahan bahan berbahaya atau terbuangnya gas atau uap, koordinasi

masyarakat merupakan hal yang kritis bila terbuangnya bahan kimia

mungkin memiliki dampak keluar perusahaan. Karenanya, perusahaan yang

mungkin mengalami terbuangnya bahan kimia dengan potensi berdampak

keluar perusahaan harus memiliki suatu mekanisme dalam memberikan

peringatan dini yang memberitahukan bangunan tetangga dan masyarakat.

Menggunakan sensor dan detektor kebocoran bahan kimia yang tepat dapat

membantu memberikan peringatan dini saat terjadi terbuangnya bahan

kimia. 

Pelepasan atau kecelakaan dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia

berbahaya dapat menjadi ancaman bagi karyawan perusahaan,masyarakat,

dan lingkungannya. 

Persiapan-persiapan ini harus menjamin bahwa prosedur yang efektif

Page 2: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

dilakukan untuk mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat

bahan kimia ini. Rencana ini memberikan alat bantu yang penting untuk

mengevaluasi bahaya bahan kimia di perusahaan dan menjamin cara-cara

yang tepat ditempat untuk mengontrol bahan kimia tersebut pada situasi

darurat.

Rencana ini juga dimaksudkan untuk membantu perusahaan untuk

mengembangkan prosedur tanggapan darurat atas bahan kimia. Saat

mengembangkan prosedur-prosedur ini, perusahaan harus memperhatikan

peraturan setempat yang mungkin mengharapkan kegiatan respon khusus

dan pemberitahuan pada lembaga setempat yang berwenang. Prosedur

yang mungkin perlu dikembangkan oleh perusahaan mungkin berbeda

tergantung dari bahan kimia yang digunakan.

Pengendalian bahaya-bahaya bahan kimia menyangkut manajemen resiko

dan prosedur tanggap darurat. Kegiatan manajemen resiko memainkan

peran penting dalam pencegahan kecelakaan terlepasnya dan keadaan

darurat bahan kimia.

A. PERSYARATAN

Kecelakaan atau lepasnya bahan kimia dapat menimbulkan situasi yang

mengancam karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Persyaratan yang

mengarah pada bahaya kimia merupakan cerminan dari bahan kimia yang

digunakan di perusahaan. Suatu proses dua langkah harus dilakukan untuk

menggambarkan bahaya bahan kimia:

(1) Identifikasi dan evaluasi bahan kimia dan 

(2) Menjamin adanya peralatan untuk mengendalikan bahaya bahan kimia.

Penggambaran ini akan membantu perusahaan dalam mempersiapkan dan

menanggapi dengan benar keadaan darurat yang melibatkan bahaya bahan

kimia.

B. EVALUASI BAHAYA BAHAN KIMIA

Semua bahan kimia di perusahaan harus dievaluasi untuk menentukan

Page 3: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

beragamnya efek bahan – bahan tersebut dalam kondisi buruk, seperti

suatu keadaan darurat atau tumpahan/buangan. Untuk mengerjakan

evaluasi bahaya bahan kimia, perusahaan pertama kali harus menentukan

bahan apa yang ada didalamnya. Kemudian, harus diidentifikasikan bahaya

yang berhubungan dengan setiap bahan kimia. Informasi bahaya bahan

kimia harus dievaluasi dengan membandingkan kuantitas dan potensi resiko

dari suatu keadaan darurat akibat bahan kimia tersebut. Metode ini akan

membantu perusahaan untuk mencapai target aktivitas perencanaan

keadaan darurat bahan kimia.

Perusahaan pertama kali harus mengembangkan Daftar Bahan Kimia Yang

Disetujui, yang memuat daftar bahan kimia yang sedang digunakan atau

disimpan di perusahaan. Untuk setiap bahan kimia pada Daftar Bahan

Kimia Yang Disetujui, Formulir Identifikasi dan pelacakan Bahan Kimia

harus diisi yang mengidentifikasikan nama bahan kimia, lokasi penggunaan

atau penyimpanan, perkiraan kuantitas, dan kelas bahan kimia (seperti

mudah terbakar, korosif, radioaktif, beracun, dan lain-lain. Formulir ini

termasuk informasi bahaya bahan kimia dan respon terhadap bahan kimia.

Perusahaan harus menggunakan lembar data keselamatan bahan (MSDS-

Material Safety Data Sheets) yang berlaku dan pelabelan bahan kimia untuk

menentukan bahaya yang terkait dengan setiap bahan kimia. Lembar data

keselamatan bahan (MSDS) harus mudah dijangkau oleh karyawan sebagai

acuan pada saat terjadi keadaan darurat bahan kimia. Semua wadah bahan

kimia (seperti tangki, drum, botol, pipa, dll.) harus diberi label dengan

benar. Label-label ini harus diberi nama bahan kimia dan peringatan akan

bahaya yang cepat. Identifikasi wadah dan peringatan yang benar

merupakan kesatuan dari tanggap darurat atas buangan bahan kimia. 

C.P3K ATAS KERACUNAN 

Cara pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang

terkena bahan toksik, secara garis besar adalah sebagai berikut :

• Bila bahan kimia terhirup, maka bawa korban ke lingkungan dengan

Page 4: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

udara bersih.

• Bila bahan kimia masuk mata, cuci bersih dengan air mengalir terus

menerus selama 5-10 menit.

• Meminumkan karbon aktif untuk menurunkan konsentrasi zat kimia

dengan cara adsorpsi.

• Meminumkan air untuk pengenceran.

• Meminumkan susu untuk menetralkan dan mengadsorpsi asam atau basa

kuat dan fenol.

• Untuk memperlambat atau mengurangi pemasukan racun maka dapat

diberikan garam laksania (hanya boleh dilakukan oleh Paramedis!!!)

(MgSO4, Na2SO4) yang akan merangsang peristaltik dari seluruh saluran

pencernaan sehingga efek osmotik akan memperlambat absorbsi air dan

membuat racun terencerkan.

• Jika keracunan sudah agak lama, maka korban dibuat muntah untuk

mengosongkan lambung, dengan pemberian larutan NaCl (garam dapur)

hangat. Tetapi hal ini tidak diperbolehkan untuk korban yang masih pingsan

atau keracunan deterjen, bensin, BTX (Benzene, Toluen, Xylene), CCl4.

• Segera bawa ke klinik. 

IDENTIFIKASI BAHAYA BAHAN KIMIA

Dalam upaya memastikan bahan kimia yang berbahaya ada di tempat kerja,

maka perlu dilakukan identifikasi awal.

Identifikasi awal dapat dilakukan berdasarkan pada:

1. Data bahan kimia yang diterima oleh pihak gudang.

2. Bahan kimia yang biasa dipergunakan oleh suatu tempat kerja.

3. Proses yang ada.

Identifikasi awal yang dilakukan secara umum memakai format berikut:

1. Nama bahan kimia:

Keperluan untuk ini jelas, tetapi nama populer ataupun nama merek harus

di berikan sebagaimana nama kimianya. Hal ini seperti asam asetil salisilat

Page 5: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

yang berarti aspirin bagi ahli kimia, tidak membingungkan operator yang

telah berpengalaman. Contoh lain adalah H2S bagi ahli kimia berarti

hidrogen sulfida bagi insinyur, kalsium hipoklorit sama dengan kapur klor,

fenol menjadi asam karbolat, dan soda kue menjadi soda bikarbonat. 

2. Apa kondisi fisiknya?

Obyek ini untuk menentukan secara sederhana apakah bahan kimia yang

diterima berbentuk padat,cair, atau gas- bukan sifat fisik secara umum.

Juga harus diperhatikan pada kondisi apa suatu bahan kimia berbentuk

padat,cair, atau gas. Misalnya natrium hidroksida (NaOH) yang dapat dibeli

sebagai padatan di drum atau larutan kuat di tankker atau drum; karbon

dioksida dapat dibeli sebagai padatan,cairan, atau gas. Secara umum, panas

masuk atau panas keluar diperlukan untuk pengubahan bentuk, sehingga

identifikasi ini menentukan bagaimana dan dimana bahan kimia harus

disimpan. 

Apakah matahari dan panas mempengaruhi? Apakah bahan itu akan

membeku bila dibiarkan terbuka? Bila berbentuk padat, apakah berupa

bubuk ? Perhatian harus diberikan jika bahan disimpan dalam bentuk yang

stabil, seperti karbon dioksida yang disimpan dalam bentuk padat. Bahaya

dapat terjadi karena beberapa hal, seperti temperatur yang naik dengan

cepat karena kebakaran.dan emisi yang cepat karena kebocoran. Bila

berupa cairan, kemana mengalirnya kebocoran? Dapatkah aliran dari drum

ke lubang penampung (damp ground), atau membuat korosi internal bila

disimpan dalam waktu lama? 

3. Apakah beracun?

• Apakah menyebabkan akut? 

• Apakah menyebabkan kronis?

• Apakah masuk melalui saluran makanan?

• Apakah masuk melalui pernapasan?

• Apakah masuk melalui absorpsi?

• Apakah kadar toksisitas dapat segera ditentukan?

• Berapakah nilai Ambang Batas (MAC) nya?

Page 6: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

Klarifikasi antara kadar racun dengan bahaya harus dimengerti dengan

jelas. Kadar racun bahan kimia adalah satu dari sipat-sipat alami nyang

tidak dapat dihilangkan bila bahan kimia tersebut tetap sama rumus

bangunnya, tetapi bahaya ditentukan oleh frekuensi dan lamanya

pemaparan dan konsentrasi bahan kimia. Cedera tidak akan terjadi tanpa

pemaparan konsentrasi yang diberikan dan rancangan dan operasi proses

bahan kimia yang menentukan banyaknya pemaparan,konsentrasi dan lain-

lain.

Karenanya, dengan rancangan yang benar dan penanganan yang aman,

bahaya dapat dihilangkan atau tanda-tanda potensinya dapat diredakan. 

Karena penggunaannya yang sangat umum, hampir dapat dikatakan bahwa

semua mengetahui bahwa asam sulfat pekat merupakan cairan korosif yang

dengan cepat dapat menghancurkan jaringan badan dan membuat luka

bakar. Meskipun demikian, ratusan ton asam sulfat dimanipulasi,ditransfer,

dan disimpan setiap hari tanpa bahaya yang besar. Hal ini disebabkan sifat-

sifat racunnya telah diketahui dan difahami dan cara-cara pencegahan

kecelakaannya telah dibuat. Hasil; kontak dengan asam sulfat terjadi

dengan cepat dan akut, tetapi meskipun benzene dalam kuantitas sedikit

dikulit tidak merupakan hal yang berbahaya, efek akumulatif dari sifat-

sifatnya dapat memicu anemia yang serius dan kematian. 

Aspek lanjutan dari pertanyaan mengenai kadar racun dapat segera

ditentukan dan apakah Nilai Ambang Batas (NAB) yang dinyatakan dalam

bagian per juta, yang menyatakan kondisi yang karyawan dapat terpapar

setiap hari tanpa mengalami efek yang berarti. Tetapi, peringatan harus

diberikan bahwa NAB, dalam konteks yang benar, hanya dapat

dinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih dalam higiene

industri, dan tidak boleh digunakan sebagai: 

1. Indeks relatif atas bahaya atau kadar racun;

2. Alat evaluasi pada gangguan polusi udara;

Page 7: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

3. Perkiraan potensi racun pada pemaparan terus-menerus yang tidak

berhenti.

Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar,

tetapi tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia

merupakan indikasi yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun

bukan konsentrasinya. Berikut ini adalah bahaya dari pemantauan dengan

orang. Sebagai contoh, bau dari klorin (Cl2 ) dapat dikenali dengan tercium

pada konsentrasi yang sangat kecil, dan karena tidak ada efek iritasi

yangnyata dalam waktu cepat, maka tidak ada tindakan perbaikan. Tetapi

konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk klorin di udara adalah

satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam

pemaparan, dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia

pada umumnya adalah tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian

udara. Hal ini menunjukkan bahwa bila klorin tercium berarti ada instalasi

yang perlu diperbaiki. 

4. Berapakah: 

- Densitas uap?

- Tekanan uap?

- Titik beku?

- Specific Gravity?

- Kelarutan dalam air? 

Pengetahuan atas kelima karakter fisik di atas memberikan fakta dan

informasi yang terpisah dan berharga. Semua cairan akan menguap, tetapi

kecepatan penguapannya tergantung pada suhu dan tekanan; secara umum

cairan panas menguap lebih cepat daripada cairan dingin. Tekanan uap

cairan dan larutan harus diperhatikan, terutama pada suhu ruang. Hal ini

sangat penting bila menyimpan drum berisi cairan berbahaya. Kebocoran

dari beberapa bahan kimia, dapat menimbulkan bahaya. Perbandingan

berat jenis antara uap/gas dengan udara menunjukkan apakah uap pada

suhu normal (0° C) dan tekanan normal (76cm-Hg) lebih padat atau lebih

Page 8: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

renggang daripada udara; karena uap itu akan naik ke atmosfir atau turun. 

Sebagai contoh adalah petroleum yang memiliki berat jenis 2,5. Kebocoran

petroleum, setelah menguap pada suhu normal, membentik uap cenderung

bergerak sepanjang permukaan. Beberapa kondisi yang mempengaruhi

seperti kecepatan angin dan suhu sekitar membantu petrpleum menyebar

cukup jauh dari lubang inpeksi, tetapi uap petroleum bergerak disepanjang

lubang, menghasilkan atmosfir mudah meledak yang dapat menghasilkan

bencana hanya dengan adanya letikan api.

Pentingnya pengetahuan tentang specfic grafvity terlihat nyata saat

menentukan tindakan yang hrus diambil saat menghadapi kebocoran besar.

Perbandingan berat jenis bahan kimia dengan berat jenis air menunjakan

apakah bahan kimia akan mengambang di atas air atau tenggelam. Semua

cairan bocor diarahkan mencapai saluran buang, dan ledakan dibawah

tanah akibat kontaminasi oleh cairan sangat mudah terbakar dapat

membuat kerusakan hebat di area yang luas. Bahan tersebut contohnya

adalah petroleum memiliki berat jenis 0,80, sehingga bocoran akan

mengambang di atas air. Karenanya air tidak direkomendasikan sebagai

bahan pemadam untuk kebakaran petroleum cair, karena air akan

tenggelam di bawah petroleum, dan dengan naiknya volume cairan, maka

akan cenderung memperlebar area kebakaran. Membiarkan petroleum

keluar kesaluran buang hanya akan meningkatkan bahaya. 

Sebaliknya, bila cairan karbon disulfida yang sangat mudah terbakar,

memiliki titik nyala yang rendah dan titiok bakar yang rendah, memiliki

specific gravity 1,26 terbakar, maka dapat dikendalikan dengan

menggunakan air yang cukup.

Bila bahan kimia dapat larut dalam air, kebocoran apapun akan mudah

bergabung karena dapat dijenuhkan dengan air dan setelah pencegahan

yang layak telah dilakukan, dapat dikeluarkan ke sistem efluen.

Page 9: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

Sehubungan dengan kemampuan pelarutan bahan kimia ke dalam air, harus

pula diperhatikan bahaya yang mungkin terjadi pada beberapa bahan kimia.

Beberapa kasus pernah terjadi yang menimbulkan cedera serius yang

timbul akibat masuknya air ke dalam wadah kosong berbagai bahan kimia

menyebabkan reaksi yang hebat. Sebagai contoh adalah fosfor klorida yang

bukan bahan kimia korosif, tetapi setelah kontak dengan air atau uap air,

akan bereaksi hebat, melepas panas dan uap klorosif asam klorida. Contoh

lain adalah sejumlah natrium sianida dengan air di saluran buang. Reaksi

antara natrium sianida dengan air di saluran buang memperbesar volume

gas asam sianida yang mematikan. 

Bahan kimia seperti asam sulfat jika bercampur dengan air akan

menghasilkan uap air yang cukup untuk menyebabkan semburan.

Karenanya, kemempuan suatu bahan kimia untuk larut dalam air

memerlukan penanganan yang tepat.

5. Apa bahan yang inkompatibilitas?

Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain dan bahan-

bahan yang berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Sebagai contoh

adalah asetilene yang akan bereaksi hebat dengan klorin, Sehingga

kecelakaan yang memungkinkan bergabingnya dua bahan kimia tersebut

harus dicegah. Sama halnya dengan asam nitrat yang tidak boleh dibawa

sampai kontak dengan cairan yang mudah terbakar. Bahaya sesungguhnya

dari inkompatibilitas terjadi akibat kesalahan dalam melakukan asesmen,

sehingga saat beberapa bahan kimia dibawa bersama-sama dengan kurang

hati-hati, terjadi reaksi hebat, dan merusak pabrik dan personilnya.

Kemungkinan akibat pencampuran yang tidak direncanakan harus selalu

diawasi.

Bahan inkompabilitas lain adalah oksidator dan reduktor. Beberapa bahan

kimia yang tidak terbakar mampu membantu dengan baik pembakaran saat

berkombinasi dengan bahan kimia lain yang menghasilkan oksigan dalam

Page 10: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

jumlah yang besar. Tidak hanya atmosfir dengan cepat dipenuhi oleh

oksigen, tetapi panas reaksi mungkin cukup untukj membuat pembakaran

dan kebakaran dapat terjadi. Oksidsi adalah kombinasi oksigen bahan kimia

denga bahan lain; dapat cepat atau lambat, dan bahan yang dengan cepat

dapat memberikan oksigennya ke bahan lain disebut oksidator, seperti

asam nitrat (HNO3), mangan oksida (MnO2), hidrogen peroksida (H2O2 ),

dan asam kromat (CrO3).

Sebaliknya, bahan yang mengambil oksigen dari senyawa dan kombinasinya

disebut reduktor, seperti hidrogen, karbon,hidrokarbon, bahan organik, dan

lain-lain. 

Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berlawanan yang selalu terjadi

bersamaan, dan bahan yang inkompatibilitas seperti kalium permanganat

(KmnO4 ), yang merupakan oksidator kuat, bila tergabung dengan bubuk

alumunium, yang merupakan reduktor kuat, dengan cepat mengibah sifat-

sifat alamiahnya dengan memperlihatkan bahwa kedua bahan tidak boleh

disimpan berdekatan.

6. Apakah bahan mudah terbakar atau sangat mudah terbakar?

- Berapa titik nyalanya?

- Berapa batas LEL dan UEL nya?

- Berapa titk bakarnya?

7. Tipe pemadam api apa yang harus digunakan?

8. Alat pelindung diri apa yang harus digunakan?

9. Sistem pencegahan lain?

Proses yang ada, selain proses yang sudah fix, yang berpotensi

menyebabkan bahaya akibat bahan kimia antara lain adalah: 

1. Pengelasan dalam ruang terbatas ( confined space), seperti di dalam

tangki; akan menghasilkan NO, ozon, uap logam. 

Page 11: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

2. Pengelasan , bila logam yang akan di las telah dibersihkan dengan

chlorinated hydrocarbon (seperti CC4 ); akan menghasilkan NO, ozon, uap,

fosgene,HC1.

3. Dekomposisi bahan organik; akan menghasilkan hidrogen sulfida,

amoniak,metana,CO2.

4. Asam klorida, HC1, bila disimpan dalam wadah baja ‘pickle’ , tidakhanya

pengetahuan bagaimana menangani asam itu sendiri, tetapi juga evolusi

hidrogen dalam proses dan sisa bahan yang tidak diinginkan karena

tertinggal di wadah.

Cara memahami LDKB/MSDS

Cara memahami LDKB : 

• Identifikasi bahan:

Bagian ini menjelskan nama bahan kimia, dan meliputi : 

1. Nomur urut LDKB.

2. CAS (Chemical Abstract Services) registry Number International se[erti

halnya nomor RTECS (registry Toxic Effects of Chemical Substances).

3. Sinonim, baik dalam nama kimia maupun nama dagang.

4. Rumus dan berat molekul.

• Label bahaya :

Label bahaya diberikan dalam bentuk gambrar untuk memberikan

gambaran cepat sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut

PBB (internasional) dan NFPA (Amerika). Label bahaya menurut Eropa

tidak diberikan karena mirip dengan PBB. Label NFPA ditunjukkan di

gambar dan tabel dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking

bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran

(merah) dan reaktivitas (kuning). Kotak putih untuk ketarangan tambahan. 

Page 12: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

RANKING BAHAYA KESEHATAN BAHAYA KEBAKARAN BAHAYA

REAKTIVITAS

4 Penyebab kematian, cedera fatal meskipun ada pertolongan. Segera

menguap dalam keadaan normal dan dapat terbakar secara cepat. Mudah

meledak atau diledakkan, sensitif terhadap panas danmekanik.

3 Berakibat serius pada keterpaan singkat, meskipun ada pertolongan. Cair

atau padat dapat dinyalakan pada suhu biasa. Mudah meledak tetapi

memerlukan penyebab panas dan tumbukan kuat.

2 Keterpaan intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada

pertolongan. Perlu sedikit ada pemanasan sebelum bahan dapat dibakar.

Tidak stabil, bereaksi hebat tetapi tidak meledak.

1 Penyebab iritasi atau cedera ringan. Datap dibakar tetapi memerlukan

pemanasan terlebih dahulu. Stabil pada suhu normal, tetapi tidak stabil

pada suhu tinggi.

0 Tidak berbahaya bagi kesehatan meskipun kena panas (api). Bahan tidak

dapat dibakar sama sekali. Stabil, tidak reaktif, meskipun kena panas atau

suhu tinggi.

• Informasi bahan singkat :

Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat serta bahaya-

bahaya utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya, secara cepat

bisa dipahami kehati-hatian dalam menangani bahan kimia tersebut. 

• Sifat-sifat bahaya : 

1. Bahaya kesehatan :

Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut)

dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam

Page 13: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara

yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari.

Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan, yakni : 

o LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen

binatang percobaan mati.

o LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap

50 persen binatang percobaan.

o IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang

berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.

2. Bahaya kebakaran :

Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat

dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar

ditentukan oleh : 

o Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.

o Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat

dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut

LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat

dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan

membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.

o Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.

3. Bahaya reaktivitas :

Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi

dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga

eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.

• Sifat-sifat fisika :

Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat

bahaya suatu bahan. 

• Keselamatan dan pengamanan :

Diberikan langkah-langkah keselamatn dan pengamanan : 

Page 14: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

1. Penanganan dan penyimpanan : usaha keselamatan yang dilakukan

apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.

2. Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan

tertumpah atau bocor.

3. Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai

usaha untuk mengurangi keterpaan bahan.

4. Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan

kulit atau tertelan.

5. pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk

memadamkan api yang belum terlalu besar dan cara penanggulangan

apabila sudah membesar.

• Informasi lingkungan :

Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani

limbah atau buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas.

Termasuk di dalamnya cara pemusnahan. 

PRINSIP – PRINSIP KESELAMATAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

I. LATAR BELAKANG.

1. Perkembangan Industri yang sangat pesat membutuhkan kelancaran

pasokan bahan-bahan yang dibutuhkan dan juga kelancaran pengelolaan

bahan-bahan sisa dari hasil kegiatan industri tersebut yang sebagian besar

adalah merupakan Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Dari data

beberapa Perusahaan B3, Jenis Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

yang sering di angkut adalah :

• Fly Ash;

• Copper slag:

• Steel Slag (sejenis pasir besi);

• Sludge Oil dan Slope Oil (Minyak bekas);

• Zat Radio Aktif : Cobalt-60;

• Wet Fly Ash (bottom ash);

Page 15: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

• Limbah Klinis;

• Liquid Oksigen;

• Spent Katalis RRC 15 Ex;

• Carbon Disulfid (CS2);

• Amonium Nitrate.

• Acid Waste;

• Copper Chloride (CuCl2)

• Carbon-Sulfur ex T-760(solid);

• Hidrogen Peroxyde (Gas) B3;

• Sludge Belt Press dari Industri Kertas

Titik/ Simpul simpul utama bangkitan angkutan B3 adalah daerah-daerah di

Kawasan Industri seperti Gresik dan Paiton dan di Jawa Timur, Cikarang,

Cibinong dan Tangerang di Jawa Barat, Balongan di Jawa Tengah, Tanjung

Uncang, Kabil, Batuampar di Batam.

2. Dasar Hukum dalam penyelenggaraan Angkutan B3 untuk mewujudkan

lalu lintas dan angkutan B3 yang selamat, aman, lancar, tertib dan teratur

adalah sebagai berikut :

a. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan; Pasal 40 : Pengangkutan bahan berbahaya, barang

khsusus, peti kemas, dan alat berat diatur dengan Peraturan Pemerintah

b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan

1) Pasal 13 ayat 2 : Pengangkutan barang terdiri dari barang umum, barang

berbahaya, barang khusus, peti kemas, dan alat berat;

2) Pengangkutan bahan berbahaya diklasifikasikan menjadi pengangkutan

bahan :

• mudah meledak;

• gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau pendingin tertentu;

• cairan mudah menyala;

• (minyak dan gas bumi termasuk dalam kategori/klasifikasi 2 dan 3 karena

Page 16: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

sifatnya berupa cairan yang mudah menyala dan gas mampat/cair).

• padatan mudah menyala;

• oksidator, peroksida organik;

• racun dan bahan yang mudah menular;

• radioaktif;

• korosif;

• berbahaya lain.

c. Keputusan Presiden RI Nomor 21 tahun 2003 tentang pengesahan

protocol 9 Dangerous goods ( protokol 9 barang berbahaya );

Merupakan hasil kesepakatan antara negara 9 (sembilan negara), yaitu :

Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik

Demokrasi Rakyat Laos, Malaysia, Uni Nyanmar, Republik Philipina,

Republik Singapura, Kerajaan Thailand dan Republik Sosialis Viet Nam;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Barang Di Jalan;

1) Sesuai dengan pasal 12 KM. 69 Tahun 1993 pengangkut bahan

berbahaya wajib mengajukan permohonan persetujuan kepada Dirjen

Perhubungan Darat sebelum pelaksanaan pengangkutan.

2) Dalam permohonan tersebut di atas memuat keterangan sekurang-

kurangnya mengenai :

• nama, jenis dan jumlah bahan berbahaya yang akan diangkut serta

dilengkapi dengan dokumen pengangkutan bahan berbahaya dari instansi

yang berwewenang;

• tempat pemuatan, lintasan yang akan dilalui, tempat pemberhentian dan

pembongkaran;

• identitas dan tanda kualifikasi awak kendaraan;

• waktu dan jadwal pengangkutan;

• jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang akan digunakan untuk

mengangkut.

e. Surat Dirjen perhubungan Darat Nomor : AJ.306/6524/LLAJ edaran

Page 17: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

perihal : Prosedur penerbitan persetujuan pengangkutan bahan beracun

dan bebahaya (B3).

f. Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : SK

725/AJ.302/DRJD/2004, tentang Pengangkutan Bahan Beracun dan

Berbahaya ( B3 ) tanggal 30 April 2004.

g. Peraturan Pemerintah Nomor : 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Bahan Berbahaya dan Beracun.

h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 91 tahun 2003

tentang rekomendasi pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun

3. Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3), adalah sisa suatu

usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan / atau

beracun yang karena Sifat, konsentrasinya dan /atau jumlahnya jumlahnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau

merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan

hidup manusia atau mahluk hidup lainnya.

Oleh karena itu pengaturan muatan bahan berbahaya dan beracun (B3)

sangat penting. Sejalan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.

21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Protocol 9 Dangerous Goods yang

diterbitkan pada tanggal 11 April 2003 dimana Protocol 9 Dangerous Goods

merupakan hasil kesepakatan 9 negara dan merupakan acuan umum bagi

negara-negara ASEAN dalam penerapan regulasi dan pelaksanaan

pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang salah satunya

melalui jalan raya dan dalam pelaksanaannya melibatkan aparat dari

institusi yang terkait dalam pengawasan transportasi. Maka agar dalam

pengangkutan bahan berbahaya dari tempat kegiatan pemuatan sampai ke

tempat pembongkaran akhir dilakukan oleh orang atau badan yang memiliki

izin dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari pihak terkait

sebelum melakukan kegiatan pengangkutan bahan berbahaya tersebut.

Page 18: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

II. PRINSIP – PRINSIP KESELAMATAN MUATAN B3

1. Bila sebuah kendaraan berubah arah – berkelok atau menyusul dll-

pergesekan tidak cukup untuk menghentikan muatan yang tak aman untuk

bergerak. Tidak benar berasumsi bahwa berat muatan akan tetap di

posisisnya. Sebenarnya muatan lebih berat besar kemungkinanya bergerak

ketika kendaraan melaju karena energi kinetiknya lebih besar. Di bawah

pengereman sulit, berat yang berperan kearah depan bisa sama dengan

acting down pada kendaraan. Oleh karena itu, muatan yang tidak

dikendalikan tidak akan aman.

2. kekuatan angin terhadap muatan selama pengereman menigkat dengan

tingkat perlambatan dan berat muatan. Jadi, bila kendaraan mengerem

muatan akan terus bergeser dari posisi semula.; semakin sulit anda

mengerem, semakin banyak muatan akan mencoba untuk bergerak.

3. Pergesekan saja tidak bisa untuk diandalkan untuk menjaga muatan tetap

pada tempatnya. Ketika kendaraan bergerak, pergerakan vertikal

disebabkan oleh gelombang di jalan akan mengurangi daya pengekangan

karena pergesekan.

4. Diperlukan lebih banyak lagi daya untuk menghentikan satu muatan yang

telah mulai bergerak dibandingkan daya mencegah pergerakan pertama

kali. Efek benturan berulang-ulang (battering ram) meningkat dengan cepat

dengan peningkatan jarak dimana muatan bergerak berhubungan dengan

kendaraan. Oleh karena itu penting sekali muatan dikendalikan sedemikian

rupa sehingga pergeseran muatan pada kendaraan dapat dicegah.

5. Prinsip dasar dimana Code Of Practice adalah menggabungkan kekuatan

sistem pengendalian muatan harus cukup untuk menahan kekuatan angin

tidak kurang dari total berat kedepan (load forward), agar mencegah

muatan bergerak dalam pengereman sulit, dan separoh berat muatan

Page 19: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

kebelakang (load backward), dan kesamping (sideways),. Pergerakan

vertikal mungkin terjadi namun seharusnya dapat diatasi jika kondisi diatas

terjadi. Ini berlaku bagi semua kendaraan, tidak peduli ukuran, dari van

kecil hingga kendaraan barang yang besar. Prinsip-prinsip ini didasarkan

pada daya maksimum yang mungkin dialami selama penggunaan jalana

biasa. Kekuatan angin lebih besar mungkin dihadapi jika kendaraan,

misalnya, terlibat kecelakaan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip ini harus

dianggap sebagai persyaratan minimum.

III. TATA CARA PEMUATAN B3

1. Dalam Perundang-undangan di bidang jalan di negara-negara Eropa,

Pengemudi memiliki tugas untuk mengamankan semua muatan kendaraan

mereka dan untuk menghindari luka fisik dan kerusakan baik orang dan

properti selama operasi transportasi. Pengangkutan barang-barang

berbahaya, seperti barang mengandung racun, korosif, bahan peledak, atau

bahan bahan mudah terbakar, menciptakan resiko tambahan yang timbul

dari sifat barang- barang itu sendiri. Sangat penting bahwa pengemudi

kendaraan yang mengangkut barang-barang berbahaya mengetahui

bagaimana menyimpan dan mengamankan muatan ini dengan tepat, apakah

barang-barang tersebut dibawa dengan tangki atau pengemasan (ini

termasuk petikemas ukuran sedang dan pengemasan besar). Jika peti

kemas bocor atau rusak, bahan-bahan mungkin keluar/hilang dan

menciptakan bahaya bagi orang-orang disekitar, ditempat terdekat,

dan/atau merusak lingkungan. Pelatihan bagi pengemudi kendaraan

pengangkut barang-barang berbahaya diberikan oleh suatu Badan Nasional

dibawah kontrol Departemen Transportasi.

2. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mempertahankan daftar semua

barang-barang berbahaya dan memberikan masing-masing empat angka

identifikasi, dan kemudian menempatkan mereka dalam salah satu dari

sembilan kelompok menurut jenis bahaya yang akan mereka timbulkan jika

mereka secara tak sengaja tumpah selama pengangkutan. Kelompok ini

Page 20: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

memiliki tanda-tanda peringatan, yang digunakan untuk menandai

bungkus/pak dan kendaraan yang mengangkut barang-barang berbahaya

dalam sistem taransportasi.

3. Pengepakan barang-barang berbahaya, seperti drum baja, drum plastik,

kantung plastik, dan berbagaimacam kotak, dirancang dengan seksama dan

dibuat untuk memastikan bahwa isi benar-benar aman selama perjalanan

angkutan darat. Bagaimanapun, dengan pengecualian beberapa bungkus

bahan – bahan radioaktif dan zat menular, mereka tidak dirancang untuk

menghadapi terjadinya kecelakaan, seperti tabrakan dalam kecepatan

tinggi, atau kelebihan panas (overheating) dalam kebakaran mobil.

Oleh karena itu penting sekali mengenai pengemasan yang aman sehingga

tidak jatuh dari kendaraan, bahkan sekalipun kendaraan bertabrakan atau

terjungkal. Ini yang terbaik yang bisa dicapai dengan membawanya dalam

box, atau bodi terbuka atau

ditutup dengan gorden disamping. Jika tidak, kemasan harus diamankan

dengan kain terpal, jaringan, tali muatan dll. Pemuatan yang kokoh juga

diperlukan untuk mencegah pergesekan atau chafing ’melukai’ antara pak

selama penagngkutan, yang bisa menyebabkan kerusakan atau kebocoran.

Penting bahwa pak-pak diperiksa sebelum pemuatan dan yang

menunjukkan tanda-tanda rusak atau bocor tidak dimuat.

4. Silinder gas sangat kuat, yang memungkinkan benda itu menehan

tekanan gas dengan aman dibagian dalam, namun untuk alasan ini, silinder

gas tersebut juga sangat berat. Yang terbaik mereka angkut tegak lurus di

rak yang ada pada kendaraan, di tempat penyimpanan (crib) atau rangka

yang bisa buka-tutup. Jika diangkut satu persatu, silinder gas tersebut

harus diamankan dengan tali atau rantai guna mencegah pergerakan

diruang muatan, yang bisa menyebabkan kerusakan pada silinder itu

sendiri, atau terhadap barang-barang muatan lainnya. Katup peti kemas gas

harus dilindungi dengan sambungan (fittings)seperti ring atau tutup. Kalau

tidak, jika katup rusak, gas yang keluar dibawah tekanan mungkin

Page 21: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

menggerakkan peti kemas dengan kekuatan besar, peti kemas gas harus

selalu diangkut dengan kendaraan yang terbuka dengan atmosfir sehingga

kebocoran kecil bisa berhenti tanpa bahaya. Jika sejumlah kecil silinder

diangkut dengan van tertutup, mesti ada ventilasi yang cukup dari ruang

muatan. Gas beracun jangan pernah diangkut dengan ruang yang sama

dengan pengemudi atau awak kendaraan. Petikemas LPG (Liquefied

petrolium gas,seperti butane dan propane) harus diangkut tegak lurus,

guna mencegah kegagalan pemakaian (malfunction) setiap peralatan yang

lepas karena bersentuhan langsung dengan Liquefied gas.

5. Intermediate Bulk Container (IBC) adalah pengemasan portable fleksibel

yang semi-rigid/ semi keras dan kekakuan lebih besar dengan kapasitas

sampai 3 meter kubik dirancang untuk penanganan mekanis. IBC bisa

mengangkut antara 0,5 hingga 2,5 ton bahan, baik cairan, butiran kecil,

atau serbuk, dan mungkin dilengkapi dengan dasar jenis palet atau dengan

tali untuk menangani dengan truk forklift. IBC harus dimuat denganaman di

kendaraan, misalnya masing-masing IBC bisa diamankan dengan rantai, tali

pengikat atau kelem. IBC harus diperiksa sebelum pemuatan, untuk

memastikan benda tersebut dalam kondisi baik, dan tidak ada kebocoran

yang terjadi, khususnya sekitar sambungan untuk mengisi dan

mengeluarkannya.

Kemasan lebih besar terdiri dari bahan-bahan pengemasan bagian luar dan

bagian dalam, berlawanan dengan bulk material. Pengemasan besar ini

dirancang untuk penanganan mekanis dan memiliki kapasitas melebihi 3

meter kubik. Penggunannya terbatas pada bahan tertentu dan perlu dimuat

dengan ketelitian yang sama dengan IBC.

6. Satu masalah khusus dengan pengangkutan barang-barang berbahaya

adalah beberapa bahan bisa bereaksi bahaya dengan lainnya jika mereka

secara tak sengaja bercampur. Misalnya, asam bisa bereaksi dengan garam

logam untuk menghasilkan gas dengan kadar racun tinggi. Bungkus bahan

yang tidak kompatibel, terbaik diangkut dengan kendaraan terpisah. Jika

Page 22: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

mereka diangkut dengan kendaraan yang sama, mereka harus dengan

efektif dipisahkan dan diamankan sehingga bahan-bahan tadi tidak

bercampur, bahkan dalam kondisi kecelakaan. Pengirim barang harus

memberikan informasi kepada pengangkut tentang tidak kompatibelnya

setiap barang-barang berbahaya yang

di kirimkannya, namun jika ragu, pengangkut harus mendapatkan

pengetahuan tambahan dari ahli. Maka pengemudi harus memastikan

mengerti cara pemisahan yang diharuskan dipertahankan selama

perjalanan. Pada umumnya, jenis barang-barang berbahaya berikut jangan

diangkut bersama-sama kecuali kalau bahan-bahan tersebut dapat

dipisahkan secara efektif.

• Asam dengan Sianida, Sulfida atau Klorit.

• Oxidiser yang mudah terbakar

• Mudah terbakar dengan gas beracun

• Korosif dengan tekanan peti kemas gas

Pemisahan efektif bisa dicapai dengan cara-cara berikut.

• Memuat bahan dalam ruang terpisah di kendaraan

• Pengepakan masing-masing petikemas dengan kekuatan bahan cukup

untuk memberikan perlindungan ekstra, dan untuk menahan setiap

kebocoran dari peti kemas penyimpan bagian dalam.

Bahan makanan manusia dan makanan binatang tidak bisa diangkut

bersama dengan bahan-bahan beracun atau yang mudah menular, dan

beberapa barang-barang berbahaya lainnya seperti asbes, kecuali kalau

bahan makanan berhasil dengan efektif dipisahkan dari barang-barang

berbahaya. Tidak diperbolehkan mengangkut bahan makanan dalam

kendaraan yang telah digunakan untuk barang-barang berbahaya ini,

kecuali kalau kendaraannya telah dibersihkan secara menyeluruh.

7. Peti kemas barang (freight containers) dibuat berdasarkan standart

internasional untuk pengiriman lewat transportasi multi-modal, yakni

gabungan transportasi jalan darat, kereta api dan laut. Bersamaan dengan

Page 23: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

semua perlengkapan transportasi, peti kemas harus dimuat dengan aman

untuk mencegah kerusakan pada pak/bungkus, dan kebocoran bahan-bahan

berbahaya. Ini penting bagi transportasi laut, dimana peti kemas didalam

kapal mungkin terkena kekuatan hebat karena aksi gelombang dalam waktu

lama. Pemisahan bahan-bahan yang tidak kompatibel dalam peti kemas

diatur dengan ketat dibawah Peraturan Barang-barang Berbahaya Maritim

Internasional (IMDG Code). Pedoman lebih jauh tentang masalah ini

diberikan pada Catatan Pedoman eksekutif Keselamatan HSG78 ” Barang-

barang berbahaya dalam Unit-unit Transportasi Kargo-Pengepakan dan

pengangkutan untuk transportasi laut”.

8. Tanki digunakan untuk membawa gas, zat cair, dan bubuk dalam jumlah

besar. Titik-titik akses, yakni lubang palka (hatches) dan katup (valves),

harus tertutup dengan aman selama pengangkutan. Semua lubang,

termasuk peralatan pengurangan tekanan, dll, harus diperiksa keamanan

dan kebocoran sebelum mengadakan perjalanan. Tanki bisa dengan kuat

diikatkan ke kendaraan pengangkut atau trailer, atau mungkin dalam

bentuk peti kemas tangki (tank container), dengan tanki di pasang di bagian

dalam satu angka ISO untuk pengangkutan multi modal, dengan cara yang

sama sebagai peti kemas muatan. Peti kemas muatan dan petikemas tanki

harus di amankan dengan tepat ke kendaraan pengangkut.

9. Bahan peledak sensitif terhadap panas, dan mungkin juga sensitif

terhadap goncangan. Oleh karena itu barang-barang muatan bahan peledak

harus diamankan dengan baik untuk mencegah tergosok dan pergesekan,

dan untuk mencegah tubrukan antara mereka selama pengangkutan.

Barang-barang lain yang diangkut dalam ruang muatan, misalnya tas

perkakas, alat pemadam api, atau perlengkapan berat lainya juga harus

aman guna mencegah pengaruh barang yang mudah meledak. Untuk

meminimalisir resiko kebakaran atau reaksi berbahaya, bahan peledak

jangan diangkut dengan muatan barang

–barang berbahaya, kecuali diizinkan di bawah Pengangkutan bahan-bahan

peledak yang aman. Terlepas dari aspek keselamatan juga ada masalah

Page 24: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

sangat penting mengamankan bahan peledak dalam pengamanannya

terhadap pencuri. Ini terbaik dicapai dengan menggunakan ruang muatan

yang sama sekali tertutup, terjamin keamanannya dengan pintu yang bisa

dikunci.

10. Semua barang- barang bersifat mudah meledak telah di kelompokkan

oleh PBB memiliki tanda satu huruf, untuk menunjukkan Compabilitiy

Group. Idealnya, barang-barang dalam kelompok berbeda jangan diangkut

di muatan yang sama, karena resiko inisiasi antara mereka, yang bisa

mendatangkan hasil berbahaya. Dalam prakteknya, beberapa kelompok

diperbolehkan untuk diangkut bersama-sama, misalnya kelompok C dan D.

Beberapa kelompok harus selalu diangkut secara terpisah, misalnya

kelompok A dan L. Aturan untuk pemisahan harus dipelajari dengan rinci

untuk masing-masing kasus. Biasanya pengirim barang atau operator

kendaraan bertanggung jawab untuk memutuskan pemisahan, dan

pengemudi untuk menjamin hal itu dilaksanakan dilapangan.

11. Paket bahan-bahan radioaktif harus terjaga sedemikian rupa untuk

mempertahankan tingkat radiasi di permukaan luar pada level yang aman.

Paket tersebut tidak bahaya selama pengangkutan selama pengemasan

tetap utuh. Bagaimanapun, praktek terbaik selalu ditujukan untuk

mengurangi setiap radiasi level serendah mungkin paket radioaktif, oleh

karena itu harus dimuat di belakang ruang muatan, sejauh mungkin dari

pengemudi. Paket tersebut bisa diangkut dengan muatan umum lainnya,

namun biasanya tidak dengan bahan peledak.

12. Ada tiga set Peraturan berhubungan dengan pengangkutan barang-

barang berbahaya di inggris, untuk barang-barang berbahaya secara umum,

bahan-bahan peledak dan radio aktif. Peraturan di Inggris mewajibkan

untuk mengisi form terhadap orang-orang yang secara langsung terlibat

dalam operasi pengangkutan, yakni pengirim barang, operator kendaraan,

pengemudi dan pembantu dan juga pihak lain yang terkait dengan

pemuatan dan penyimpanan kendaraan, misalnya pengemudi truk forklift

Page 25: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

dan derek. Tugas –tugas ini harus dicatat dan dipahami dengan baik oleh

individu-individu berkepentingan. Peraturan tersebut didukung oleh

Dokumen yang diakui (dikeluarkan oleh health and Safety Executive),

denganmemberikan petunjuk tentang cara yang lebih disukai dalam

mengimplementasikan peraturan di lapangan. Sejumlah point dari

dokumen-dokumen ini berhubungan dengan tata cara penyimpanan dan

keamanan, namun dokumen itu sendiri harus di pelajari dan diikuti dengan

rinci oleh mereka yang terlibat dalam pemindahan barang-barang

berbahaya.

13. Satu masalah khusus tentang tanggung jawab muncul dari pengemudi

yang tidak dilibatkan dalam pemuatan barang-barang berbahaya. Misalnya

ketika pelaksanaan pemuatan kontainer muatan yang telah dimuat dan

disegel untuk di pindahkan ke pelabuhan untuk pengiriman lewat laut.

Pengemudi harus berpikir bahwa muatan di dalam peti kemas telah aman,

kecuali kalau mereka mempunyai alasan yang bagus untuk meyakini

sebaliknya, misalnya jika kebocoran zat cair dari bawah pintu, atau jika

bunyi terdengar yang mengindikasikan pergeseran muatan di dalam. Pada

kejadian seperti itu, pengemudi harus menghentikan perjalanan, dan

mengambil tindakan untuk memeriksa bagian dalam peti kemas sebelum

berjalan.

14. Kendaraan yang melakukan perjalanan internasional harus tunduk pada

persyaratan IMDG Code untuk melintas laut dari dan ke luar negeri, dan

pada ketentuan ADR untuk pergerakan antara sebagian besar negara-

negara di Eropa. Pengepakan dan pemisahan muatan barang-barang

berbahaya di peti kemas barang dan aturan yang sama berlaku untuk

kendaraan dan trailer yang bergerak lewat laut berdasarkan IMDG Code.

Untuk pergerakan ADR, standart yang sama pemuatan dan pengamanan

muatan harus diberlakukan. Ketentuan ADR juga memiliki persyaratan

pemisahan, tergantung pada kelompok barang-barang yang terlibat. Satu

ketentuan penting adalah bahan peledak jangan secara umum diangkut

dengan barang-barang berbahaya, terlepas dari gas dan radioaktif harus

Page 26: Rencana Tanggap Darurat Bahan Kimia

dibuat dalam paket yang disetujui PBB. Ini bisa diakui dengan tanda

disamping yang nenunjukkan ”u diatas n dalam sebuah lingkaran”.

REFERENSI

• Peraturan pengangkutan Barang-barang Berbahaya di jalan 1996 (SI

1996/2095) (Dikenal sebagai CDG Road) ISBN 0 11 062926 4

• Peraturan pengangkutan Barang-barang Berbahaya ( Klarifikasi,

Pengemasan dan pemberian label) dan Penggunaan Petikemas Bertekanan

yang bisa diangkut 1996 (SI 1996/2092) (Dikenal sebagai CDGCPL 2) ISBN

0 11 062923 X

• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya (Amandemen ) 1998

(SI 1998/2885) ISBN 0 11 079850 3

• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya (Amandemen ) 1999

(SI 1999/303) ISBN 0 11 080470 8

NB : Peraturan Amandemen ini memperbaiki CDGRoad dan CDGCPL2 dan

peraturan lain.

• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya di Jalan (Pelatihan

Pengemudi) 1996 (SI 1996/2094) (Dikenal sebagai DTR) ISBN 0 11 062928

0

• Peraturan Pengangkutan Barang-barang Berbahaya di Jalan (Pnasehat

Keselamatan) 1999 (SI 1999/257) (Dikenal sebagai TDGSA) ISBN 0 11

080434 1

• NB: TDGSA Peraturan juga mengamandemen CDG Road.

• Peraturan Bahan-Bahan Kimia ( informasi bahaya dan pengemasan untuk

pasokan) 1994 (SI 1994/3247) (Dikenal sebagai CHIP2) ISBN 0 11 043877 9