RENCANA STRATEGIS (RESTRA) PANWASLIH PROVINSI ACEH

29
RENCANA STRATEGIS (RESTRA) PANWASLIH PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2024

Transcript of RENCANA STRATEGIS (RESTRA) PANWASLIH PROVINSI ACEH

RENCANA STRATEGIS (RESTRA)

PANWASLIH PROVINSI ACEH

TAHUN 2020-2024

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Kuasa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Rencana

Strategis (Renstra) Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Provinsi Aceh

Tahun 2020-2024, dapat diselesaikan. Renstra ini disusun dalam rangka

memenuhi amanat Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10) dan

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata

Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2020-2024.

Perencanaan merupakan sebuah proses mendefinisikan tujuan

lembaga, membuat strategi untuk mencapai tujuan dan mengembangkan

rencana aktivitas kerja lembaga. Tanpa sebuah perencanaan yang matang,

mustahil bagi tugas pokok dan fungsi lembaga dapat berjalan dengan baik.

Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Benjamin Franklin mengungkapkan

bahwa “if you fail to plan, you are planning to fail”. Tujuan dari penyusunan

Renstra dimaksudkan untuk menentukan strategi atau arah serta

mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber daya untuk

mencapai strategi dimaksud.

Renstra Panwaslih Provinsi Aceh yang telah disusun ini diharapkan

dapat memberikan informasi, gambaran dan manfaat yang nyata, akurat,

relevan dan transparan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang

berkepentingan. Tentunya dalam penyusunan Renstra ini mungkin masih

terdapat kekurangan dan keterbatasan sehingga saran dan masukan dari

berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan ke depan. Atas peran

serta dan kerja keras seluruh jajaran Panwaslih Provinsi Aceh,

disampaikan ucapan terima kasih.

PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN PROVINSI ACEH

KETUA,

F A I Z A H

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Kondisi Umum ...................................................................................... 1

1.2 Potensi dan Permasalahan ..................................................................... 11

BAB II TUJUAN MISI, TUJUAN STRATEGIS DAN SASARAN

STRATEGIS ......................................................................... 14

2.1 Visi Bawaslu ........................................................................................... 14

2.2 Misi Bawaslu ......................................................................................... 14

2.3 Tujuan Strategis ..................................................................................... 15

2.4 Sasaran Strategis ................................................................................... 15

2.5 Program Strategis Panwaslih Provinsi Aceh ............................................. 16

BAB III TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1 Target Kinerja ........................................................................................ 19

3.2 Kerangka Pendanaan ............................................................................. 22

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum

Pemilihan Umum merupakan sarana kedaulatan rakyat guna

menghasilkan pemerintahan Negara Indonesia yang demokratis

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945, sebagaimana Pasal 1

ayat (2) yang berbunyi, "Kedaulatan berada ditangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Pemilihan Umum

merupakan instrumen penting untuk menuju negara yang

demokratis, Indeks demokrasi di suatu negara dapat diukur dari

berbagai indikator, diantara berbagai indikator tersebut, terdapat

tiga indikator utama yang memiliki pengaruh besar terhadap

kemajuan demokrasi di suatu negara, tiga hal itu adalah regulasi

yang baik, pemilih cerdas yang partisipatif hingga peserta dan

penyelenggara Pemilu yang berintegritas.

Guna mewujudkan cita luhur di atas, maka pada Pasal 22E

UUD NRI Tahun 1945, Konstitusi mengamanatkan pembentukan

suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan

mandiri. Amanat tersebut diwujudkan sebagai satu kesatuan

fungsi dengan deferensiasi dan spesialisasi disesuaikan dengan

fungsinya masing-masing, yaitu: (1) Komisi Pemilihan Umum (KPU)

sebagai pelaksana Pemilu; (2) Badan Pengawas Pemilihan Umum

(Bawaslu) sebagai pengawas pelaksanaan Pemilu; dan (3) Dewan

Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP) sebagai

penegak kode etik penyelenggara Pemilu.

Badan Pengawas Pemilihan Umum adalah lembaga yang lahir

dari semangat reformasi dengan cita-cita mewujudkan Pemilihan

Umum yang menjamin tersalurkannya suara rakyat secara

Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil. Secara De Jure,

Badan Pengawas Pemilu dibentuk secara permanen dan mandiri

pada tahun 2008, sedangkan Panwaslih Provinsi Aceh dibentuk

secara permanen pada tahun 2012.

Pengesahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang

Pemilihan Umum (UU Pemilu) oleh Presiden Republik Indonesia

pada 15 Agustus 2017 yang kemudian diundangkan oleh Menteri

Hukum dan HAM pada 16 Agustus 2017 membawa babak baru

2

terhadap regulasi yang dianggap membawa perubahan regulasi

Pemilu kearah yang lebih baik. UU Pemilu ini terdiri 573 Pasal,

penjelasan dan 3 lampiran. UU Pemilu telah berkontribusi besar

dalam memperbaiki regulasi khususnya pada perluasan wewenang

pengawas Pemilu, sebagai contohnya adalah penguatan

kelembagaan Pengawas Pemilu dengan dipermanenkannya

Pengawas Pemilu di tingkat Kabupaten/Kota dan pemberian

kewenangan adjudikasi kepada Pengawas Pemilu, baik itu dalam

mekanisme penyelesaian sengketa proses Pemilu maupun melalui

penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu.

Pada Undang-Undang nomor 42 tahun 2008, Undang-

Undang nomor 15 tahun 2011 dan Undang-Undang nomor 8 tahun

2012 yang kesemuanya telah dicabut keberlakuannya oleh Undang-

Undang Nomor 7 tahun 2017, wewenang pengawas Pemilu didalam

melakukan penindakan pelanggaran dan sengketa proses Pemilu

hanya pada ranah pemberian rekomendasi, sedangkan pada

Undang nomor 7 tahun 2017, wewenang tersebut telah diperluas,

pengawas Pemilu diberi wewenang untuk mengeluarkan putusan

yang sifatnya wajib dilaksanakan dan dipatuhi oleh para pihak.

Selain daripada UU Pemilu, Pengawas Pemilu juga diberikan

Tugas, Wewenang dan Kewajiban oleh Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi

Undang-Undang (UU Pemilihan Kepala Daerah) yang

mengamanahkan Pengawas Pemilu untuk mengawasi proses

penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah.

Perbedaan nomenklatur dan sifat kelembagaan Pengawas

Pemilu antara ketentuan yang diatur dalam UU Pemilu dan

Pemilihan Kepala Daerah sempat menimbulkan polemik hukum,

kebingungan dan pro-kontra ditengah masyarakat demokrasi

mengenai bagaimana tugas, wewenang dan kewajiban pengawas

Pemilu dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepada Daerah.

Terdapat tiga isu utama dalam polemik hukum tersebut, yang

pertama, UU Pemilu telah menetapkan institusi Bawaslu sebagai

3

lembaga permanen hingga tingkat Provinsi dan tingkat

Kabupaten/Kota, sedangkan UU Pemilihan Kepala Daerah masih

mengatur mengenai Panwas Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota

yang bersifat ad hoc (sementara). Yang kedua, UU Pemilihan Kepala

Daerah mengatur keanggotaan Panwas Provinsi dan Panwas

Kabupaten/Kota hanya berjumlah tiga orang, sedangkan dalam

lampiran II UU Pemilu, komposisi jumlah keanggotaan tidak

semuanya berjumlah tiga orang, melainkan ada yang berjumlah

lima orang bahkan tujuh orang yang disesuaikan dengan jumlah

penduduk dan kondisi geografis daerah. Yang ketiga, UU Pemilihan

Kepala Daerah mengatur bahwa yang berwenang menetapkan

keanggotaan terpilih jajaran pengawas Pemilu di tingkat

Kabupaten/Kota adalah kewenangan Pengawas Pemilu di tingkat

Provinsi, sedangkan dalam UU Pemilu menyatakan bahwa hal

tersebut menjadi kewenangan Bawaslu RI.

Polemik hukum di atas diselesaikan oleh Mahkamah

Konstitusi dalam putusannya nomor 48/PUU-XVII/2019 tertanggal

29 Januari 2020. “… dalam memosisikan penyelenggara Pemilihan,

Mahkamah tidak membedakan antara penyelenggara Pemilihan

Umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR,

DPD, dan DPRD sebagaimana termaktub dalam Pasal 22E ayat (2)

UUD 1945 dengan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

sebagaimana termaktub didalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang

didalam UU Pilkada termasuk juga Pemilihan Wakil Gubernur, Wakil

Bupati dan Wakil Walikota”.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dalam konteks

polemik hukum sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka MK

memutuskan UU Pemilu sebagai landasan hukum yang mengatur

ihwal kelembagaan Bawaslu, harus dijadikan rujukan ketika

lembaga tersebut diberi tugas, wewenang dan kewajiban

pengawasan Pemilihan dalam UU Pemilihan Kepala Daerah, oleh

karena itu, pengawasan Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan

oleh lembaga Bawaslu sesuai dengan nomenklatur, sifat dan

hierarki kelembagaannya sebagaimana dimaksud dalam UU

Pemilu.

Uraian di atas menjadi salah satu bukti konkret bahwa

perkembangan regulasi demokrasi berjalan kearah yang lebih baik,

4

berbagai benang hukum yang kusut, diusahakan terurai dan

kembali rapi demi penyelenggaraan demokrasi yang berkepastian

hukum, jujur dan adil.

Panwaslih Provinsi Aceh merupakan perpanjangantanganan

dari Bawaslu Republik Indonesia yang hubungannya bersifat

hirarkies, dengan tugas pokok dan fungsi untuk melakukan

pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu di

wilayah Provinsi Aceh. Provinsi Aceh memiliki wilayah cukup luas

yang terdiri dari 18 Kabupaten, 5 Kotamadya, 289 kecamatan,

6.497 desa dan untuk melaksanakan pemungutan suara yang

mempertimbangkan aspek geografis, kemudahan akses dan jumlah

pemilih maka pada Pemilu tahun 2019 lalu, dibentuklah 15.616

tempat pemungutan suara (TPS).

Provinsi Aceh adalah wilayah yang berada pada proses

transisi dari situasi konflik bersenjata ke situasi damai, selain itu,

Provinsi juga harus membangun dirinya dari posisi nol akibat

hantaman bencana gempa dan tsunami tahun 2004 sehingga

praktis seluruh wilayah provinsi Aceh memiliki sosial budaya

masyarakat yang sedang berusaha bangkit dari keterpurukan.

Situasi transisi konflik tadi juga membawa dampak kepada aspek

hukum yang berlaku di Aceh, bermula dari Memorandum of

Understanding (MoU) Helsinki sebagai bentuk perjanjian damai

antara Pemerintahan Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh

Merdeka, pada aspek hukum sangat dipengaruhi, termasuk dalam

pelaksanaan pemilihan umum, Provinsi Aceh memiliki aturan

khusus seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh, yang salah satunya mengatur kekhususan

Aceh dibidang Pemilu dan Pemilihan, kemudian ada Qanun Aceh

Nomor 3 Tahun 2008 tentang Partai Politik Lokal Peserta Pemilihan

Umum Anggota DPRA dan DPRK, yang melahirkan Partai Politik

Lokal dengan keikutsertaannya juga bersifat lokal serta yang

terakhir ada Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2018 tentang Perubahan

Atas Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2016 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum dan Pemilihan di Aceh yang mengatur syarat-

syarat menjadi penyelenggara Pemilu, tata cara perekrutan dan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggara Pemilu di

provinsi Aceh.

5

Untuk mewujudkan penyelenggaraan Pemilu demokratis di

wilayah Provinsi Aceh, Panwaslih Provinsi Aceh sesuai tugas,

fungsi, dan wewenangnya membuat Rencana Strategis (Renstra)

dengan mengacu kepada sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN) yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) : RPJMN I

Tahun 2005-2009, RPJMN II Tahun 2010-2014, RPJMN III Tahun

2015-2019, dan RPJMN IV Tahun 2020-2025 serta Rencana

Strategis Bawaslu Republik Indonesia Tahun 2020-2024.

1.1.1. Analisis Data Kepegawaian Panwaslih Provinsi Aceh

Panwaslih provinsi Aceh memiliki 22 orang Pegawai Negeri

Sipil dengan jenjang pendidikan 1 orang Diploma IV, 17

orang Strata 1 dan 3 orang Strata 2, dengan jenis kelamin

15 orang laki-laki dan 7 orang perempuan serta dengan jenis

pegawai 16 orang Pegawai Organik dan 6 orang Pegawai

Ditugaskan.

Panwaslih provinsi Aceh juga memiliki 12 orang Pegawai

Pemerintah Non PNS dengan jenjang pendidikan 1 orang

Diploma 1, 8 orang Strata 1 dan 2 orang Strata 2, selain

daripada itu, Panwaslih provinsi Aceh juga memiliki 6 orang

pengemudi, 3 orang tenaga pengaman, 2 orang tenaga

kebersihan serta 1 orang pramusaji.

Panwaslih provinsi Aceh memiliki 14 pegawai yang terlah

berstatus Jabatan Fungsional Umum dengan rincian analis

hukum sebanyak 2 orang, analis materi sidang 1 orang,

analis sengketa peradilan 1 orang, analis keuangan 3 orang,

analis perencanaan anggaran 1 orang, analis sumber daya

manusia aparatur 1 orang, analisis barang milik negara,

pengawas pemilihan umum 1 orang, analis data dan

informasi 1 orang, analis hubungan antar lembaga 1 orang

dan pengelola keuangan 1 orang

1.1.2. Analisis Data Sarana & Prasarana Panwaslih Provinsi Aceh

Barang adalah bagian dari kekayaan negara yang

merupakan satuan tertentu yang dapat

6

dinilai/dihitung/diukur dan ditimbang, tidak termasuk

uang dan surat berharga. Menurut Undang Undang Nomor

1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Barang Milik

Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah.

Panwaslih provinsi Aceh masih berkantor di gedung yang

statusnya sewa dari pihak ketiga, kemudian untuk

kepemilikan kendaraan operasional, Panwaslih provinsi

Aceh memiliki 10 unit mobil senilai Rp. 3.166.260.000,- dan

sarana prasarana lainnya dengan total kuantitas sebanyak

4318 unit senilai Rp. 19.274.104.990,-

1.1.3. Evaluasi Keberhasilan Kinerja Renstra 2014-2019

Pada tanggal 25 Oktober 2019, kerja keras Pengawas Pemilu

di Provinsi Aceh diganjar penghargaan dalam ajang apresiasi

Bawaslu Award, dengan memenangkan 5 kategori dengan

rincian sebagai berikut :

1. Panwaslih Provinsi Aceh meraih terbaik 3 tingkat Provinsi

dalam kategori “Inovasi Pencegahan Tingkat Provinsi”;

2. Panwaslih Provinsi Aceh meraih terbaik 3 tingkat Provinsi

dalam kategori “Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan

Umum”

3. Panwaslih Kabupaten Nagan Raya meraih terbaik 1

tingkat Kabupaten/Kota dalam kategori “Mediator dalam

Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum”

4. Panwaslih Kabupaten Simeulue meraih terbaik 1 tingkat

Kabupaten/Kota dalam kategori “Penyelesaian Sengketa

Proses Pemilihan Umum”

5. Panwaslih Kota Banda Aceh meraih terbaik 3 tingkat

Kabupaten/Kota dalam kategori “Tata Kelola Sumber

Daya Manusia”

Penghargaan tersebut dapat menggambarkan keberhasilan

kinerja Renstra 2014-2019, hal tersebut tentu menjadi

tantangan yang lebih besar bagi Panwaslih provinsi Aceh

agar Renstra 2020-2024 meraih keberhasilan sebagaimana

Renstra 2014-2019.

7

1.1.4. Analisis Data Penyelenggaraan Pengawas Pemilu Panwaslih

Provinsi Aceh

Provinsi Aceh memiliki wilayah cukup luas yang

terdiri dari 18 Kabupaten, 5 Kotamadya, 289 kecamatan,

6.497 desa dan untuk melaksanakan pemungutan suara

yang mempertimbangkan aspek geografis, kemudahan

akses dan jumlah pemilih maka pada Pemilu tahun 2019

lalu, dibentuklah 15.616 tempat pemungutan suara (TPS).

Dalam rangka pelaksanaan Tugas, Wewenang dan

Kewajiban pengawasan Pemilu tahun 2019, Bawaslu telah

membentuk dan berupaya secara maksimal dalam

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Pengawas Pemilu

yang berkerja di wilayah Provinsi Aceh secara berjenjang

yang terdiri dari 5 Pengawas di tingkat Provinsi, 75

Pengawas di tingkat Kabupaten/Kota, 867 Pengawas di

tingkat kecamatan, 6497 Pengawas di tingkat Desa dan

15.616 Pengawas di tingkat TPS.

Dari sisi keikutsertaan Peserta, setelah tahapan

pendaftaran dan verifikasi yang diawasi langsung oleh

Pengawas Pemilu secara berjenjang, Pemilu di Provinsi Aceh

diikuti oleh 16 Partai Politik Nasional, 4 Partai Politik Lokal

dan 26 calon perseorangan peserta Pemilu anggota DPD

serta 2 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Pada

Pemilu tahun 2019, pengawas Pemilu di provinsi Aceh telah

melatih 52 saksi calon perseorangan DPD dan 38.322 saksi

partai politik peserta Pemilu. Kemudian Pemilu tahun 2019

juga dipantau oleh 9 pemantau Pemilu.

Provinsi Aceh memiliki Daerah Pemilihan (Dapil)

untuk tingkat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

(DPR RI) yang dibagi kedalam 2 Dapil, sedangkan untuk

tingkat DPRA dibagi kedalam 10 Dapil yang ditata

berdasarkan prinsip kesetaraan nilai suara, proposionalitas,

integralitas wilayah, berkesinambungan serta kosehivitas

dengan memperhatikan sejarah, kondisi sosial budaya, adat

istiadat dan kelompok minoritas. Dalam proses

pemukhtahiran data Pemilih di Provinsi Aceh, Pengawas

Pemilu berusaha memastikan seluruh komponen

8

masyarakat yang memiliki hak untuk memilih agar terdaftar

dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan melakukan

pencermatan dan sanggahan secara berjenjang jika terdapat

kekeliruan data, Pemilih di Provinsi Aceh sejumlah

3.523.774 Pemilih yang terdiri dari 1.734.675 Pemilih laki-

laki dan 1.789.099 Pemilih perempuan, selain itu Pengawas

Pemilu secara berjenjang juga mencermati data Pemilih

disabilitas yang nantinya sangat berkaitan dengan

pengawasan pengadaan logistik Pemilu, dalam Provinsi Aceh

terdapat 11.610 pemilih disabilitas yang terdiri dari 3.212

pemilih penyandang tuna daksa, 2.991 pemilih penyandang

tuna grahita, 1.965 pemilih penyandang tuna rungu, 1.536

pemilih penyandang tuna netra, dan 1.897 pemilih

penyandang disabilitas lainnya.

Guna meningkatkan pengetahuan tentang

pelaksanaan pesta demokrasi, Panwaslih provinsi Aceh

mengadakan Memorandum of Understanding (MoU) dengan

UIN Ar-Raniry dan Universitas Samudra, selain daripada itu,

Panwaslih provinsi Aceh juga melakukan sosialisasi

pengawasan Pemilu kepada komponen masyarakat

termasuk masyarakat disabilitas.

Di sisi pencegahan, Panwaslih Provinsi Aceh

senantiasa berinovasi agar langkah-langkah pencegahan

dapat dengan efektif menurunkan tingkat pelanggaran

Pemilu tahun 2019, diantara inovasi tersebut adalah

dibentuknya gampong-gampong binaan anti “money politic”,

deklarasi netralitas ASN dengan tema “Aku Siap Netral”,

pembuatan video dengan tema “Stop Money Politic” yang

dikemas dengan menarik agar pesan yang ingin

disampaikan dapat difahami oleh masyarakat luas.

Kemudian untuk meningkatkan partisipasi pengawasan

Pemilu tahun 2019, Panwaslih Provinsi Aceh telah

melakukan sosialisasi kepemiluan kepada berbagai

komponen masyarakat baik dari komponen Pemilih Pemula,

Organisasi Kepemudaan, Lembaga Swadaya Masyarakat

hingga komponen masyarakat minoritas serta penyandang

disabilitas, itu semua dilakukan agar seluruh komponen

9

masyarakat mengetahui posisinya sebagai pemegang

kedaulatan dan ikut berpartisipasi mewujudkan Pemilu

yang jujur dan adil.

Hasil Indeks Kerawanan Pemilu tahun 2019 (IKP

2019) untuk tingkat provinsi menunjukkan terdapat

beberapa yang tingkat kerawanannya di atas rata-rata

nasional dengan kata lain indeks kerawanannya di atas

48,85, salah satunya adalah Provinsi Aceh dengan titik

kerawanan pada poin 50,59, Pengawas Pemilu di Provinsi

Aceh telah berhasil mengantisipasi semua indikator

kerawanan tersebut sehingga Pemilu tahun 2019 secara

umum dapat berjalan dengan baik dan damai, namun ada

sedikit kekisruhan di Aceh Besar yang pada IKP 2019

memiliki tingkat “kerawanan sedang” dengan poin 42.86

sehingga Panwaslih Provinsi Aceh setelah berkonsultasi ke

Bawaslu mengambilalih fungsi pengawasan pada tahapan

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di tingkat

DPRK Aceh Besar yang dapat diselesaikan dengan baik.

Pada Pemilihan Umum tahun 2019, Panwaslih

Provinsi Aceh juga dihadapi dengan persoalan verifikasi

calon partai politik peserta Pemilu yang dihadapi oleh partai

politik lokal Gabungan Rakyat Aceh Mandiri (GRAM) yang

dinyatakan tidak memenuhi syarat setelah dilakukannya

penelitian administrasi dan keabsahan dokumen

persyaratan yang mana dalam penyelesaian pelanggaran

administratif Pemilu, Panwaslih Provinsi Aceh memberi

putusan dengan memerintahkan KIP Aceh agar tidak

menggunakan Sistem Informasi Partai Politik (SIPOL) dalam

menentukan keabsahan dokumen persyaratan pada

tahapan verifikasi Partai Politik sehingga partai GRAM diberi

kesempatan untuk memenuhi dokumen persyaratan secara

manual.

Selain pada tahapan verifikasi partai politik peserta

Pemilu tahun 2019, Panwaslih Provinsi Aceh juga diuji

kapasitas dan kapabilitasnya dengan munculnya persoalan

pencalonan mantan terpidana korupsi yang dicoret oleh

Komisi Independen Pemilihan Aceh dari proses pencalonan

10

perseorangan peserta Pemilu anggota DPD, dalam persoalan

ini, Pemohon menggunakan jalur penyelesaian sengketa

proses Pemilu ke Panwaslih Provinsi Aceh, sebelum ke tahap

adjudikasi, Panwaslih Provinsi Aceh telah berusaha

memediasi para pihak namun dikarenakan para pihak tetap

pada pendiriannya, proses penyelesaian dilanjutkan dengan

adjudikasi. Dalam adjudikasi, Panwaslih Provinsi Aceh

memutuskan mengabulkan permohonan Pemohon untuk

seluruhnya dan menyatakan Pemohon sudah memenuhi

syarat yang didasarkan kepada pertimbangan terhadap

fakta persidangan dan fakta hukum yang berlaku serta

yurisprudensi demi menegakkan keadilan Pemilu. putusan

tersebut juga menjadi yurisprudensi bagi pengawas Pemilu

seluruh Indonesia dalam menyelesaikan kasus yang

berkaitan dengan mantan terpidana korupsi.

Dalam menjalankan wewenang kuasi Peradilan

Pemilu tahun 2019, Panwaslih Provinsi Aceh telah

mengadjudikasi 5 (lima) permohonan penyelesaian sengketa

proses Pemilu dan 10 (sepuluh) laporan dan temuan

pelanggaran administratif Pemilu. Pada sisi lain, Panwaslih

Kabupaten/Kota yang berkerja di wilayah Provinsi Aceh

berhasil memediasi 12 (dua belas) permohonan dan

mengadjudikasi 23 (dua puluh tiga) permohonan

penyelesaian sengketa proses Pemilu. Pada Pemilu tahun

2019, di provinsi Aceh terdapat 58 dugaan pelanggaran

administratif Pemilu, 45 dugaan pelanggaran kode etik

penyelenggara Pemilu, 85 dugaan pelanggaran pidana

Pemilu dan 14 dugaan pelanggaran netralitas ASN.

Pengawas Pemilu berperan sebagai pemberi

keterangan dalam perselisihan hasil Pemilihan Umum yang

diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi, keterangan

Pengawas Pemilu dijadikan sebagai keterangan penengah

antara permohonan dari peserta Pemilu dengan jawaban

dari termohon yaitu KPU. Dalam pemilu tahun 2019,

pengawas Pemilu di Provinsi Aceh memberi keterangan

dalam 12 perkara yang terdiri dari 1 perkara pada tingkat

11

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dan 11

perkara pada tingkat DPR RI, DPRA dan DPRK.

1.2 Potensi dan Permasalahan

Panwaslih Provinsi Aceh mengidentifikasi potensi dan

permasalahan untuk mengatasi dinamika lingkungan strategis

terutama kondisi politik lokal dan politik nasional terhadap

program dan kegiatan yang akan dilaksanakan Panwaslih Provinsi

Aceh, berikut ini identifikasi beberapa potensi dan permasalahan

yang berpengaruh terhadap Panwaslih Provinsi Aceh.

Analisis potensi permasalahan yang terjadi di Panwaslih

Provinsi Aceh didasarkan pada identifikasi dimensi-dimensi

organisasi yang dipandang memiliki fungsi dan peran strategis ke

depan. Proses pengidentifikasian dan analisis atas faktor internal

maupun eksternal akan dilakukan menggunakan metode analisis

SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats) dan BSC

(Balanced Score Card). Konsep yang ringkas ini mengkombinasikan

dua metode dalam melakukan identifikasi faktor-faktor strategis

yang berdampak pada strategi. Empat perspektif didalam BSC

dikombinasikan dengan empat dimensi dari SWOT, ke dalam

sebuah matriks untuk menemukan strategi yang mungkin dapat

dilakukan.

12

SWOT BSC

STRENGTHS (KEKUATAN)

WEAKNESSES (KELEMAHAN)

OPPORTUNITIES (PELUANG)

THREATS (ANCAMAN)

Institusional (Kelembagaan)

a. Kelembagaan Panwaslih Provinsi Aceh dan Panwaslih Kabupaten/Kota bersifat Permanen

b. Lembaga Pengawas Pemilu berwenang melaksanakan Pengawasan, Penanganan Pelanggaran dan Adjudikasi

c. Adanya Fasilitas Kantor

d. Panwaslih provinsi Aceh telah memperoleh penghargaan di bidang Pengawasan, Penyelesaian Sengketa dan Keterbukaan Informasi Publik

a. Restrukturisasi Sekretariat sebagaimana Perbawaslu nomor 7 Tahun 2019 belum sepenuhnya terlaksana di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

b. Struktur Sekretariat belum sempurna berjalan sehingga dukungan teknis dan administratif terhadap pelaksanaan wewenang pengawasan, penanganan pelanggaran dan adjudikasi belum dapat dilakukan secara maksimal

c. Fasilitas Kantor Masih Sewa

d. Panwaslih provinsi Aceh kekurangan anggaran dibidang pengembangan inovasi di bidang Pengawasan, Penyelesaian Sengketa dan Keterbukaan Informasi Publik

a. Adanya sistem penugasan Pegawai Pemerintah Daerah ke instansi vertikal guna pengisian jabatan struktural sementara

b. Strategi Pengawasan dan Adjudikasi yang efektif dan efisien

c. Adanya mekanisme Tanah Hibah

dari Pemerintah Daerah untuk pembangunan kantor permanen

d. Kapasitas dan Kapabilitas Sumber Daya Manusia Pengawas dan Sekretariat dalam melakukan inovasi

a. Adanya dualisme kelembagan pengawas Pemilihan

b. Tahapan Pemilu dan Pemilihan yang padat, Pelanggaran Pemilu dan Pemilihan serta Sengketa Proses yang terjadi pada saat yang bersamaan

c. Tidak tersedia anggaran

pembangunan kantor permanen

d. Beberapa Sumber Daya sarana dan prasarana hanya dapat diperoleh melalui anggaran keuangan

People (SDM)

a. Perbawaslu nomor 7 tahun 2019 dan Perbawaslu nomor 3 tahun 2020 telah mereformasi pola kerja sumber daya manusia di lembaga pengawas Pemilu

a. Sebagian besar pegawai Sekretariat masih bersifat non- Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau non Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K)

a. Adannya rencana penambahan alokasi Calon Pegawai Negeri Sipil secara berkelanjutan dan mekanisme perekrutan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

a. Recofussing anggaran yang menghambat pelaksanaan penambahan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)

Financial (Anggaran)

a. Ketersediaan Anggaran

a. Lambatnya penyesuaian sistem kerja lembaga terhadap perubahan mekanisme pelaporan anggaran negara

a. Inovasi sistem kerja yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan mekanisme pelaporan anggaran negara

a. Birokrasi lembaga keuangan negara yang kaku

13

SWOT BSC

STRENGTHS (KEKUATAN)

WEAKNESSES (KELEMAHAN)

OPPORTUNITIES (PELUANG)

THREATS (ANCAMAN)

b. Anggaran sesuai Tugas Pokok dan Fungsi

b. Anggaran yang tersedia belum dapat mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara maksimal

b. Inovasi program pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang tepat sasaran dan hemat anggaran

b. Program prioritas yang luput dari perencanaan anggaran

Internal Processes (Proses Bisnis)

a. Kewenangan Mengusulkan Standar Operasional Prosedur ke Bawaslu RI untuk ditetapkan

a. Birokrasi penetapan Standar Operasional Prosedur menghabiskan waktu yang lama

a. Koordinasi secara berkelanjutan dengan Bawaslu RI dalam proses penyusunan draft usulan Standar Operasional Prosedur.

a. Peraturan yang berubah memerlukan turunan Standar Operasional Prosedur untuk melaksanakan peraturan dengan segera.

Customer (Stakeholder)

a. Kewenangan melakukan kerjasama antarlembaga

a. Pendanaan pelaksanaan kerjasama antarlembaga

a. Lembaga Negara lain dengan tugas pokok dan fungsi yang dapat menunjang program pengawas Pemilu

a. Keadaan force majeure yang mengancam keberlangsungan kerjasama antar lembaga

14

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN STRATEGIS DAN

SASARAN STRATEGIS

Undang-undang nomor 7 tahun 2017 mengamanatkan bahwa

pengawasan penyelenggaraan Pemilu dilakukan oleh Bawaslu yang

terdiri atas Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,

Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu Luar Negeri

dan Pengawas TPS yang mana kesemuanya bersifat hierarkis, termasuk

Panwaslih provinsi Aceh yang masuk kategori berada pada satuan

pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa.

Bawaslu bertekad untuk dapat berkembang menjadi lembaga yang

paling dipercaya dan diandalkan oleh rakyat Indonesia dalam mengawasi

penyelenggaraan Pemilu, Bawaslu bertanggungjawab menghasilkan

Pemilu Presiden-Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD serta

Pemilihan Kepala Daerah yang demokrastis, berintegirtas, transparan,

akuntabel, kredibel, berkualitas dan partisipatif.

Sebagai upaya dari mewujudkan hal tersebut di atas, maka

Panwaslih provinsi Aceh sebagai lembaga yang hierarkis dengan

Bawaslu, harus ikut andil dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan

sasaran strategis Bawaslu dengan menyusun program dan kegiatan

berdasarkan isu-isu strategis yang diukur akan berdampak besar

terhadap pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Bawaslu,

oleh karena itu, sebelum menyusun program dan kegiatan Panwaslih

provinsi Aceh maka perlu dijabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran

strategis Bawaslu sebagai berikut :

2.1 Visi Bawaslu

Visi Bawaslu 2020-2024 adalah:“Menjadi Lembaga Pengawas

Pemilu yang Terpercaya”.

2.2 Misi Bawaslu

Guna mencapai Visi tersebut, Bawaslu menyusun Misi yang akan

dilaksanakan oleh seluruh Satuan Kerja selama periode 2020-2024.

Adapun Misi Bawaslu adalah :

1. Meningkatkan kualitas pencegahan dan pengawasan Pemilu

yang inovatif serta kepeloporan masyarakat dalam pengawasan

partisipatif;

15

2. Meningkatkan Kualitas penindakan pelanggaran dan

penyelesaian sengketa proses Pemilu yang progresif, cepat dan

sederhana;

3. Meningkatkan kualitas produk hukum yang harmonis dan

terintegrasi;

4. Memperkuat sistem teknologi informasi untuk mendukung

kinerja pengawasan, penindakan serta penyelesaian sengketa

Pemilu terintegrasi, efektif, transparan dan aksesibel;

5. Mempercepat penguatan kelembagaan, dan SDM pengawas

serta aparatur Sekretariat di seluruh jenjangkelembagaan

pengawas Pemilu, melalui tata kelola organisasi yang profesional

dan berbasis teknologi informasi sesuai dengan prinsip tata-

pemerintahan yang baik dan bersih.

2.3 Tujuan Strategis

Tujuan yang ditetapkan Bawaslu adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pencegahan dan pengawasan

Pemilu, memperkuat peran serta masyarakat dalam pengawasan

Pemilu partisipatif;

2. Meningkatkan kualitas dan efektifitas kegiatan penindakan

pelanggaran Pemilu dan penyelesaian sengketa proses Pemilu;

3. Mewujudkan kajian dan produk hukum serta layanan bantuan

hukum yang berkualitas;

4. Membangun dan mengembangkan sistem teknologi informasi

yang terintegrasi, efektif, transparan dan aksesibel;

5. Meningkatkan kualitas SDM dan tata kelola organisasi secara

professional dan sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang

baik, bersih dan modern.

2.4 Sasaran Strategis

Adapun yang menjadi Sasaran strategis yang ditetapkan Bawaslu

yang akan dicapai pada periode 2020-2024, antara lain:

1. Meningkatnya ketepatan dan kesesuaian kegiatan pencegahan

dan pengawasan Pemilu, serta peran masyarakat dalam

pengawasan Pemilu partisipatif;

2. Meningkatnya kualitas penindakan pelanggaran Pemilu dan

penyelesaian sengketa proses Pemilu;

16

3. Terwujudnya kajian dan produk hukum serta layanan bantuan

hukum yang berkualitas;

4. Terbangunnya sistem teknologi informasi yang terintegrasi,

efektif, transparan dan aksesibel;

5. Meningkatnya kualitas SDM dan tata kelola organisasi yang

professional dan sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang

baik, bersih dan modern.

Berdasarkan penjabaran Visi, Misi, dan Tujuan Renstra

Bawaslu 2020-2024 Bawaslu memiliki 2 program strategis yang

digunakan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Bawaslu 2020-

2024.

2.5 Program Strategis Panwaslih Provinsi Aceh

Panwaslih provinsi Aceh menyusun program strategis sebagai

upaya mengimplementasikan visi, misi, tujuan dan sasaran

strategis yang telah ditetapkan oleh Bawaslu sebagaimana pada

poin 2.1 sampai dengan 2.4 diatas.

Yang pertama, guna meningkatnya kualitas pencegahan dan

pengawasan Pemilu/Pemilihan yang inovatif serta kepeloporan

masyarakat dalam pengawasan partisipatif, maka Panwaslih

provinsi Aceh menyusun program sebagai berikut :

1. Pengembangan pusat pendidikan dan pelatihan pengawasan

Pemilu/Pemilihan partisipatif;

2. Pembentukan forum keluarga sadar Pemilu/Pemilihan;

3. Penguatan kualitas Pemilih dalam pengawasan partisipatif

berbasis komunitas;

4. Penguatan peran stakeholders dalam pencegahan politik uang

dan netralitas ASN;

5. Penguatan sarana dan prasarana kehumasan guna branding

kinerja lembaga kepada masyarakat.

Yang kedua, guna meningkatkan kualitas penindakan

pelanggaran dan penyelesaian sengketa proses Pemilu/Pemilihan

yang progresif, cepat dan sederhana, maka Panwaslih provinsi

Aceh menyusun program sebagai berikut :

17

1. Sosialisasi hukum acara penyelesaian sengketa dan

penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu/Pemilihan

kepada stakeholders;

2. Intensifasi peningkatan kapasitas dan kapabilitas internal

dalam penyelesaian sengketa dan penyelesaian pelanggaran

administratif Pemilu/Pemilihan;

3. Pembentukan pusat studi (Think Tank) terhadap potensi

pelanggaran Pemilu dan tata cara penindakannya yang efektif

dan efisien.

Yang ketiga, guna meningkatkan kualitas produk hukum yang

harmonis dan terintegrasi, maka Panwaslih provinsi Aceh

menyusun program pembentukan pusat studi (Think Tank) yang

akan mengkaji elemen pembentukan dan perbaikan hukum

sebagai berikut :

1. Kajian terhadap kelemahan-kelemahan regulasi dalam

pelaksanaan Pemilu dan Pemilihan yang lalu serta analisa

perbaikannya;

2. Kajian terhadap kearifan lokal yang akan diadvokasi untuk

diakomodir dalam regulasi di tingkat pusat baik dalam

Peraturan Bawaslu, Pedoman Teknis, Petunjuk Teknis dan lain

sebagainya.

Yang keempat, guna memperkuat sistem teknologi informasi

untuk mendukung kinerja pengawasan, penindakan serta

penyelesaian sengketa Pemilu terintegrasi, efektif, transparan dan

aksesibel, maka Panwaslih provinsi Aceh menyusun program

sebagai berikut :

1. Integrasi data dan informasi yang komprehensif, mudah

diakses dan tersedia saat dibutuhkan;

2. Digitalisasi data dan informasi.

Yang kelima, guna mempercepat penguatan kelembagaan, dan

SDM pengawas serta aparatur Sekretariat di seluruh jenjang

kelembagaan pengawas Pemilu, melalui tata kelola organisasi

yang profesional dan berbasis teknologi informasi sesuai dengan

prinsip tata-pemerintahan yang baik dan bersih, maka Panwaslih

provinsi Aceh menyusun program sebagai berikut :

18

1. Pembentukan zona integritas, manajemen perubahan,

pentaaan tata laksana, penataan manajemen SDM, penguatan

akuntabilitas, penguatan pengawasan, dan peningkatan

kualitas pelayanan publik;

2. Membangun sistem perencanaan kinerja dan program yang

terstruktur, penyusunan indikator pengukuran kinerja

penyusunan pelaporan berbasis kinerja, menyusun SOP

evaluasi internal dan indikator guna mewujudkan

akuntabilitas organisasi;

3. Penguatan kapasitas internal organisasi dan pembentukan

karakter adaptif dan responsif terhadap eksternal melalui

pengembangan sistem organisasi pembelajaran (Learning

Organization)

4. Penguatan dan pengembangan kerjasama multi stakeholders

bagi kemitraan strategis

-

19

BAB III TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi, tujuan dan sasaran

strategis Bawaslu, Panwaslih Provinsi Aceh telah menetapkan indikator-

indikator sebagai pengukur capaian kinerja yang direncanakan.

Indikator dimaksud baik berupa indikator program maupun indikator

kegiatan yang tertuang pada cascading kinerja Renstra Bawaslu secara

umum. Rincian indikator dan target pada masing-masing program dan

kegiatan, sebagaimana disampaikan pada lampiran Renstra ini. Adapun

target kinerja Panwaslih Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2020 – 2024

sebagaimana yang tertuang pada Renstra Bawaslu adalah sebagai

berikut :

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN BAWASLU TAHUN 2020

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET

1 2 3 4

1. Meningkatnya kualitas

pengawasan penyelenggaraan

Pemilu/Pilkada di Bawaslu

Provinsi, Bawaslu

Kabupaten/Kota, dan Lembaga

Pengawas Pemilu Ad-hoc

Persentase Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu

oleh Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota 100%

Persentase Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu

oleh Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota 100%

Persentase pengembangan pusat pendidikan dan

pelatihan pengawasan Pemilu 100%

Persentase penyelesaian pelayanan administrasi

dan tugas teknis lainnya Bawaslu Provinsi dan

Kabupaten/Kota

100%

Persentase Penyelenggaraan Pengawasan

Pemilu/Pilkada serta Pengelolaan Dukungan

Administratif dan Operasional Panwaslu

Kecamatan, Pengawas Desa/Kelurahan,

Pengawas TPS

100%

Persentase penyelesaian pelayanan dukungan

operasional kerja Bawaslu Provinsi,

Kabupaten/Kota (pembayaran gaji, operasional

100%

-

20

INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKRETARIAT PANWASLIH PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2024

Program : Penyelenggaraan Pemilu dalam Proses Konsolidasi Demokrasi Sasaran Program : Mewujudkan Penyelenggaraan Pemilu dengan Asas Langsung, Umum, Bebas, Jujur, dan Adil

Indikator Kinerja Program : Indeks Demokrasi Indonesia (Indikator 5: Terbebas dari hambatan/gangguan dalam penggunaan hak pilih dalam pemilu

Kegiatan

Sasaran Kegiatan (SKeg)/Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Target Satuan

2021 2022 2023 2024

Kegiatan: Teknis penyelenggaraan

pengawasan Pemilu/

Pilkada oleh Bawaslu

Provinsi dan Bawaslu

Kabupaten/Kota serta

Lembaga Pengawas Pemilu

ad-hoc

SKeg: Meningkatnya kualitas pengawasan penyelenggaraan Pemilu/Pilkada di Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,

dan Lembaga Pengawas Pemilu Ad-hoc

IKK

1

Persentase Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu/Pilkada serta Pengelolaan

Dukungan Administratif dan Operasional Panwaslu Kecamatan, Pengawas

Kelurahan/Desa, Pengawas TPS dan Pengawas Luar Negeri

- 100 100 100 %

IKK

2

Jumlah daerah yang melaksanakan kegiatan Teknis Pengawasan atas

Penyelenggaraan Pemilu/Pilkada oleh Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota

yang disesuaikan dengan regulasi

- 548 548 548 Daerah

IKK

3

Jumlah daerah yang mengembangkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Pengawasan Pemilu Partisipatif hasil piloting

34 34 34 34 Daerah

IKK

4

Persentase Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu/Pilkada oleh Bawaslu

Provinsi, Kabupaten/Kota

100 100 100 100 %

-

21

Program : Dukungan Manajemen Sasaran Program : Terwujudnya Tata Kelola Bawaslu yang Bersih, Efisien, dan Efektif

Indikator Kinerja Program : Nilai Implementasi Reformasi Birokrasi (Area Penataan Lembaga dan Penguatan Organisasi, Area Penataan Tata Laksana, Area

Manajemen Perubahan, Area Akuntabilitas Kinerja, Area Penataan Sumber Daya Manusia)

Kegiatan

Sasaran Kegiatan (SKeg)/Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Target Satuan

2021 2022 2023 2024

Kegiatan: Teknis penyelenggaraan

pengawasan Pemilu/

Pilkada oleh Bawaslu

Provinsi dan Bawaslu

Kabupaten/Kota serta

Lembaga Pengawas Pemilu

ad-hoc

SKeg: Meningkatnya kualitas pengawasan penyelenggaraan Pemilu/Pilkada di Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,

dan Lembaga Pengawas Pemilu Ad-hoc

IKK

1

Persentase penyelesaian pelayanan administrasi dan tugas teknis lainnya Bawaslu Provinsi, Kabupaten/Kota

100 100 100 100 %

IKK

2

Persentase penyelesaian pelayanan dukungan operasional kerja Bawaslu Provinsi, Kabupaten/Kota (pembayaran gaji, operasional dan pemeliharaan

perkantoran, serta langganan daya dan Jasa) yang tepat waktu

100 100 100 100 %

IKK

3

Persentase pengadaan sarana dan prasarana Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan

100 100 100 100 %

-

22

4.2. Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan merupakan perencanaan kebutuhan riil

anggaran atau detail penjabaran strategi pendanaan program dan

kegiatan yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Bawaslu disusun

berdasarkan pagu sementara yang ditetapkan Kementerian Keuangan

dengan mengacu pada Rencana Kerja (Renja) Bawaslu.

Penyusunan RKA Bawaslu dilakukan dengan menggunakan

pendekatan penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Karena itu, kerangka

pendanaan untuk Renstra Bawaslu 2020-2024 disusun dalam perspektif

jangka menengah yang merupakan wujud dari penerapan RPJM.

Penerapan RPJM merupakan pendekatan pendanaan berdasarkan

kebijakan dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan. Hal

tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran.

Tentu saja dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang

bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan

maju. Penerapan KPJM dilakukan selama lima tahun.

Kerangka pendanaan Panwaslih Provinsi Aceh 2020-2024 dilakukan

untuk mewujudkan visi dan misi, serta tercapainya tujuan dan sasaran

strategis Bawaslu dalam bentuk pelaksanaan program/kegiatan yang

telah disusun berdasarkan indikator dan target kinerja setiap tahun.

Kerangka pendanaan disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut:

1. Penelaahan (review) program dan kegiatan;

2. Penyusunan program dan kegiatan baru untuk periode 2020-2024;

3. Penyusunan anggaran tahun dasar (2020) bagi program dan

kegiatan baru; dan

4. Menyusun prakiraan maju jangka menengah. Perhitungan

prakiraan maju dilakukan untuk tahun anggaran 2021, 2022, 2023,

hingga 2024 dengan menggunakan tahun dasar 2020

-

23

Matrik kerangka pendanaan Bawaslu tahun 2020

Kode Program / sasaran Program / Indikator Kinerja Program

/ Kegiatan/ Indikator Kinerja Kegiatan / Out Put Satuan/Volume 2020

5245 Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu oleh Panwaslih Provinsidan Lembaga Pengawas Pemilu Ad-hoc

5245.001

Jumlah Laporan Layanan Administrasi Indikator output :

- Persentase penyelesaian pelayanan administrasi dan tugas teknis lainnya Panwaslih Provinsidan Kabupaten/Kota

24 Laporan 3.431.436.000

5245.002

Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu Panwaslih Provinsidan Kabupaten/Kota

Indikator output :

- Persentase Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu oleh Panwaslih Provinsidan Kabupaten/Kota

24 Laporan 7.803.760.000

5245.008 Laporan Fasilitasi Bidang Hukum Indikator output :

- Persentase Fasilitasi Bidang Hukum

1 laporan 421.650.000

5245.009 Laporan Pengelolaan Kehumasan dan Data Informasi Indikator output :

- Persentase Pengelolaan Kehumasan dan Data Informasi

1 laporan 319.007.000

5245.951

Layanan Sarana dan Prasarana Internal Indikator output :

- Jumlah Pengadaan kendaraan bermotor = xx unit01 - Jumlah Pengadaan perangkat pengolah data dan

komunikasi = xx unit

- Jumlah Pengadaan peralatan fasilitas perkantoran = xx unit03

- Luas Pembangunan/ renovasi gedung dan bangunan = xx m204

- Luas Pengadaan tanah untuk pembangunan/ renovasi gedung dan bangunan = xx m2

1 layanan 1.085.753.000

5245.994

Layanan Perkantoran Indikator output :

- Persentase penyelesaian pelayanan dukungan operasional kerja (pembayaran gaji, operasional dan pemeliharaan perkantoran, serta langganan daya dan Jasa) yang tepat waktu

1 layanan 43.912.972.000

-

24

Matrik Kerangka Pendanaan Panwaslih Provinsi Aceh Tahun 2021-2024

Program/Kegiatan/KRO/RO/Komponen Input n+1 n+2 n+3 n+4

Kode Program/Kegiatan/KRO/RO/Komponen Input Volume 2021 2022 2023 2024

2021 2022 2023 2024 Satuan

1 2 4 5 6 7 8 9

115.CQ PROGRAM PENYELENGGARAAN PEMILU DALAM PROSES KONSOLIDASI DEMOKRASI

5245 TEKNIS PENYELENGGARAAN PENGAWASAN PEMILU OLEH PANWASLIH PROVINSIDAN BAWASLU KABUPATEN/ KOTA SERTA LEMBAGA PENGAWAS PEMILU AD-HOC

10.628.878 11.691.765 12.860.941 14.147.035

BAH Pelayanan Publik lainnnya 2 2 2 2 layanan 451.205 496.325 545.957 600.552

Indikator KRO:

Persentase Pengelolaan Administrasi Dan Manajemen Penanganan Pelanggaran Dan Penyelesaian Sengketa Proses

100 100 100 100 %

BKC Pemantauan Lembaga 73 73 73 73 Laporan 8.364.843 9.201.327 10.121.459 11.133.604

Indikator KRO:

Persentase Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu Oleh Panwaslih Provinsi dan Kabupaten/Kota

100 100 100 100 %

Persentase Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah

0 0 0 100 %

EAB Layanan Perencanaan dan Penganggaran Internal 2 2 2 2 Layanan 281.514 309.665 340.631 374.694

Indikator KRO :

Persentase penyelesaian pelayanan adminitrasi perencanaan dan anggaran Panwaslih Provinsidan Kabupaten/Kota

100 100 100 100 %

EAC Layanan Umum 2 2 2 2 Layanan 427.238 469.961 516.957 568.653

Indikator KRO :

Persentase penyelesaian pelayanan administrasi umum Panwaslih Provinsidan Kabupaten/Kota

100 100 100 100 %

EAD Layanan sarana Internal 56 58 58 60 Unit 226.500 249.150 274.065 301.471

Indikator KRO

Persentase Pengadaan sarana sesuai kebutuhan 80 85 85 100 %

EAE Layanan Prasarana Internal 0 1 2 2 Unit 0 254.852 280.337 308.370

Indikator KRO

Persentase Pengadaan Prasarana sesuai kebutuhan 80 100 100 100 %

EAF Layanan SDM 375 375 380 385 Orang 49.700 54.670 60.137 66.150

Indikator KRO

Persentase penyelesaian pelayanan 100 100 100 100 %

EAG Layanan Hukum 2 2 2 2 Layanan 156.386 172.024 189.227 208.150

Indikator KRO

Persentase fasilitasi Bidang Hukum 100 100 100 100

EAI Layanan Kehumasan dan Protokol 2 2 2 2 Layanan 142.866 157.153 185.726 204.299

Indikator KRO

-

25

Persentase Pengelolaan Kehumasan 80 85 90 100 %

EAJ Layanan Data dan Informasi 2 2 2 2 Layanan 26.980 29.678 32.646 35.910

Indikator KRO

Persentase Pengelolaan Data dan Informasi 80 85 90 100 %

ÈAL Layanan Monitoring dan Evaluasi Internal 26 26 26 26 Laporan 48.076 52.884 58.172 63.989

Indikator RO

Persentase Penyelesaian Laporan Pelaksanaan Program Panwaslih Provinsidan Kabupaten/Kota

100 100 100 100 %

EAN Pengelolaan Keuangan dan Kinerja Internal 24 24 24 24 Dokumen 33.570 37.125 40.837 44.921

Indikator

Persentase Penyelesaian pelayanan Administrasi keuangan Panwaslih Provinsidan Bawaslu Kabupaten/Kota

100 100 100 100 %

QDC Fasilitasi dan Pembinaan Masyarakat 1 1 1 1 Daerah 420.000 462.000 508.200 559.020

Indikator KRO

Jumlah daerah yang mengembangkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan pengawasan pengawasan Pemilu Partisipatif Hasil Piloting

1 1 1 1 Daerah

115.WA PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN 38.805.641 42.686.205 46.954.825 51.650.307

4352 PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN DAN ASET 38.805.641 42.686.205 46.954.825 51.650.307

EAA Layanan Perkantoran 2 2 2 2 layanan 38.805.641 42.686.205 46.954.825 51.650.307

indikator KRO

Persentase penyelesaian pelayanan dukungan operasional kerja (pembayaran gaji, Operasional dan pemeliharaan perkantoran, serta langganan daya dan jasa) yang tepat waktu

100 100 100 100 %

26

BAB IV

PENUTUP

Secara yuridis dan fungsional, Renstra Panwaslih Provinsi Aceh

Periode 2020-2024 merupakan panduan dan arah bagi Panwaslih Provinsi

Aceh dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajiban secara kelembagaan

Panwaslih Provinsi Aceh ke depan. Renstra Panwaslih Provinsi Aceh bisa

menjadi bahan acuan bagi Panwaslih Kabupaten/Kota, Panwaslu

Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa dan Pengawas TPS dalam

menjalankan fungsi, tugas dan kewajiban masing- masing. Selain itu,

melalui Renstra Panwaslih Provinsi Aceh, seluruh struktur dan sumber

daya manusia di lingkungan Panwaslih Provinsi Aceh, dapat menjalankan

tugas, fungsi dan kewajiban secara transparan, dan akuntabel serta selalu

berorientasi kepada penguatan lembaga dan peningkatan kinerja sumber

daya manusia.

Pada akhirnya, keberhasilan pelaksanaan Renstra Panwaslih Provinsi

Aceh Periode 2020-2024 sangat ditentukan oleh banyak faktor, baik faktor

internal maupun eksternal, antara lain regulasi, pengorganisasian, sarana

dan prasarana, penganggaran, kualitas sumber daya manusia,

infrastruktur kepemiluan dan hubungan baik dengan stakeholder Pemilu.

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum

Provinsi Aceh

F A I Z A H