Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

34
Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu, Survei dan Diskusi Laa- Tambalako No Dinas/ Instansi terkait Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan 1. BBWS Sulawesi III Pengembangan Pengembangan Daerah Irigasi Karaopa Seluas 704 Ha (Tahap Usulan 2008 seluas 2400 Ha) Poin Pengembangan 1. Debit Andalan DI Karaopa akan dimanfaatkan untuk mememenuhi kebutuhan air irigasi. 2. Jaringan irigasi (Bendung, saluran dan bangunan irigasi) yang telah ada (eksisting) akan tetap dipertahankan dengan rekomendasi perbaikan kerusakan yang ada. 3. Kajian Hidrolis terhadap jaringan irigasi DI. Karaopa dilakukan terhadap : a. Elevasi Mercu Bendung Karaopa Elevasi mercu bendung perlu ditinjau sehubungan dengan adanya perluasan lahan yang akan diairi, karena direncanakan untuk merubah dimensi jaringan utama, maka lebih cenderung untuk menambah tinggi muka air (h). penambahan elevasi muka air setelah adanya peninggian tersebut harus dibandingkan dengan elevasi mercu yang ada dan tidak boleh melebihi atau lebih tinggi. b. Kapasitas Intake Kapasitas intake pada Bendung Karaopa baik intake kiri maupun kanan akan ditinjau terhadap kebutuhan air irigasi setelah adanya perluasaan. Diupayakan agar lebar pintu pengambilan tersebut tidak Studi Terdahulu : DETAIL DESAIN KARAOPA EXTENTION 704 HA (tahun 2009)

description

rencana pengembangan

Transcript of Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

Page 1: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu, Survei dan Diskusi

Laa- Tambalako

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

1. BBWS Sulawesi III PengembanganPengembangan Daerah Irigasi Karaopa Seluas 704 Ha (Tahap Usulan 2008 seluas 2400 Ha)Poin Pengembangan1. Debit Andalan DI Karaopa akan dimanfaatkan untuk mememenuhi kebutuhan air irigasi.2. Jaringan irigasi (Bendung, saluran dan bangunan irigasi) yang telah ada (eksisting) akan tetap

dipertahankan dengan rekomendasi perbaikan kerusakan yang ada.3. Kajian Hidrolis terhadap jaringan irigasi DI. Karaopa dilakukan terhadap :

a. Elevasi Mercu Bendung KaraopaElevasi mercu bendung perlu ditinjau sehubungan dengan adanya perluasan lahan yang akan diairi, karena direncanakan untuk merubah dimensi jaringan utama, maka lebih cenderung untuk menambah tinggi muka air (h). penambahan elevasi muka air setelah adanya peninggian tersebut harus dibandingkan dengan elevasi mercu yang ada dan tidak boleh melebihi atau lebih tinggi.

b. Kapasitas IntakeKapasitas intake pada Bendung Karaopa baik intake kiri maupun kanan akan ditinjau terhadap kebutuhan air irigasi setelah adanya perluasaan. Diupayakan agar lebar pintu pengambilan tersebut tidak berubah (dipertahankan)

c. Kapasitas SaluranPerhitungan kembali kapasitas saluran primer dan sekunder dilakukan mengingat adanya penambahan luas areal DI. Karaopa. Saluran yang baru akan didesain dengan bentuk trapesium untuk memperkecil kehilangan air irigasi di saluran. Bagi saluran dengan bahan timbunan yang terindikasi adanya kebocoran akan dilapisi dengan lining beton K 125

d. Bangunan IrigasiBangunan - bangunan irigasi existing yang mengalami kerusakan perlu didesain ulang dengan mempertimbangkan penyebab – penyebab kerusakan sehingga diharapkan setelah direhabilitasi dapat berfungsi optimal. Gorong – gorong silang didesain tipe box culvert dengan bentuk persegi. Dengan pertimbangan aspek ekonomis untuk kegiatan pemeliharaan. Untuk kemudahan dalam operasional dan pemeliharaan serta keamanan terhadap pengaruh sedimentasi/sampah, maka

Studi Terdahulu :DETAIL DESAIN KARAOPA EXTENTION 704 HA (tahun 2009)

Page 2: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

dimensi gorong – gorong silang/pembuang disarankan dibuat dengan dimensi yang cukup besar.4. Data teknis untuk perencanaan pengembangan Jaringan Irigasi DI. Karaopa adalah sebagai berikut :

Kebutuhan air di sawah (NFR) = 1.20 lt/dt/haPola tanam : Padi – Palawija - padiTata pemberian air : Sistem Golongan (3 golongan)Masa tanam : 4 bulan (1,5 bulan olah tanah, 2,5 bulan penanaman dan 0,5 bulan pemasakan dan panen)Intensitas tanam : 160 %Perkolasi : 4 mm/hrCurah hujan efektif : 70% Curah Hujan Andalan (R80%)Efisiensi saluran : 0,65

2. BBWS Sulawesi III PengembanganInventarisasi kondisi Pantai di 3 WS dan juga Penentuan Potensi pengembangan kawasan pantai di 3 WS tersebut (Luasan Potensi Belum tergambar secara jelas)Poin Inventarisasi

1. Wilayah Sungai Parigi Poso- Untuk Hasil inventarisasi didapatkan kondisi pantai yang mengalami kerusakan dan dibutuhkan

bangunan pengaman pantai kondisi pantai yang memerlukan bangunan pengaman pantai adalah Pantai Tandaigi, Pantai Donggulu, dan Pantai Tiwa’a dengan prioritas sangat diutamakan. Sedangkan pantai dengan prioritas diutamakan,dilakukan rehabiltasi. Bangunan pada lokasi tersebut berupa tembok laut (seawall). Pada masing-masing lokasi dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi pasangan batu sepanjang 100 m.

- Sedangkan potensi pantai di WS. Parigi Poso kebanyakan berpotensi untuk budidaya perikanan dan pariwisata. Budidaya perikanan biasanya tambak ikan dan kramba.

2. Wilayah Sungai Palu Lariang- Untuk Hasil inventarisasi didapatkan kondisi pantai yang mengalami kerusakan dan dibutuhkan

bangunan pengaman pantai. Dari hasil tersebut, kondisi pantai yang memerlukan bangunan pengaman pantai adalah Pantai Tanjung Batu, Pantai Pasang Kayu, dan Pantai Sikara dengan prioritas sangat diutamakan. Sedangkan pantai dengan prioritas diutamakan,dilakukan

Studi Terdahulu :INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI POTENSI PANTAI WS PARIGI POSO, WS PALU LARIANG, DAN WS LAA TAMBALAKO (2011)

Page 3: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

rehabiltasi. Bangunan pada lokasi tersebut berupa tembok laut (seawall). Pada lokasi pantai Tanjung Batu dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi pasangan batu sepanjang 200 m, lokasi pantai Pasang Kayu dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi beton siklop sepanjang 500 m, lokasi pantai Sikara dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi pasangan batu sepanjang 100 m.

- Sedangkan potensi pantai di WS. Palu Lariang kebanyakan berpotensi untuk budidaya perikanan. Budidaya perikanan biasanya tambak ikan dan kramba.

3. Wilayah Sungai Laa-Tambalako- Untuk Hasil inventarisasi didapatkan kondisi pantai yang mengalami kerusakan dan dibutuhkan

bangunan pengaman pantai.- Kondisi pantai yang memerlukan bangunan pengaman pantai adalah Pantai Bohansuai, Pantai

Larobenu, dan Pantai Naktahuti dengan prioritas sangat diutamakan. Sedangkan pantai dengan prioritas diutamakan,dilakukan rehabiltasi.

- Bangunan pada lokasi tersebut berupa tembok laut (seawall). Pada lokasi pantai Bohansuai dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi beton siklop sepanjang 200 m, lokasi pantai Larobenu dan Naktahuti dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi pasangan batu masing – masing sepanjang 100 m.

- Sedangkan potensi pantai di WS. Palu Lariang kebanyakan berpotensi untuk budidaya perikanan. Budidaya perikanan biasanya tambak ikan dan kramba. Berikut ditampilkan identifikasi potensi pada tabel dibawah ini.

No Daerah Keterangan

1 Tondo - Terdapat tanaman bakau (mangrove)

2 Umpanga - Terdapat tanaman bakau (mangrove)

3 Manguni - Terdapat tanaman bakau (mangrove)

4 Wosu - Berpotensi untuk perikanan (tambak )

5 Bahomante - Berpotensi untuk perikanan (depo ikan)

6 Bungku - Terdapat tanaman bakau (mangrove)

Page 4: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

7 Bahontobongku - Terdapat tanaman bakau (mangrove)

- Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)

8 Tudua - Terdapat tanaman bakau (mangrove)

9 Lahuafu - Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)

10 Usangi - Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)

11 Nambo - Terdapat tanaman bakau (mangrove)

12 Kolono - Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)

13 Bahomotofe - Berpotensi untuk perikanan (tambak)

14 Siumbatu - Berpotensi untuk perikanan (karamba)

3 BBWS Sulawesi III PengembanganInventarisasi kondisi Rawa Saembawalati, konsidi rawa yang masuk dalam kajian Revisi Pola Laa-tambalako adalah rawa Saembawalati 2 (wilayah Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali Utara).Poin InventarisasiRawa Saembawalati :a. Rawa Saembawalati I dengan luas 1.200 Ha. Rawa Saembawalati I terletak di Desa Barati Kecamatan

Pamona Timur Kabupaten Poso.b. Rawa Saembawalati II dengan luas 2.300 Ha. Rawa Saembawalati II terletak di Desa Saemba dan Desa

Tomui Karya Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali.c. Rawa Saembawalati III terletak di Desa Salindu, Desa Singkona Kecamatan Pamona Tenggara dan Desa

Masewe Kecamatan Pamona Timur Kabupaten Poso.d. Rawa Saembawalati IV dengan luas 2.000 Ha. Rawa Saembawalati IV terletak di Desa Matialemba

Kecamatan Pamona Timur Kabupaten Poso.e. Rawa Saembawalati V dengan luas 2.000 Ha. Rawa Saembawalati V terletak di Desa Kancuu, Desa

Poleganyara, Desa Tiu, Desa Taripa, dan Desa Petiro Kecamatan Pamona Timur Kabupaten Poso.Permasalahana. Saat musim hujan dengan curah hujan yang sangat tinggi, menyebabkan terjadinya backwater/ aliran

kembali akibat penyempitan saluran (sungai masuk kebawah gunung). Aliran kembali/ backwater ini

Studi Terdahulu :INVENTARISASI PRASARANA DAN POTENSI RAWA OYOM LAMPASIO DAN RAWA SAEMBAWALATI(2011)

Page 5: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

akhirnya meluap dan menggenangi areal sawah dan perkebunan warga, adapaun ketinggian air bisa mencapai mencapai 1,5 m sampai 2 m. (lihat permasalahan Rawa Saembawalati I poin a).

b. Tanggul saluran mengalami erosi yang cukup parah. Kondisi ini terdapat di Saluran pembuang Rui.c. Kondisi bangunan pintu pengatur yang mengalami kerusakan dan pintu air banyak yang tidak

berfungsi.d. Kondisi bangunan air yang rusak serta tertutupi oleh rumput liar dan ilalang.e. Penurunan tanggul banjir, yang disebabkan oleh karena struktur tanah gambut dari tanggul banjir itu

sendiri.Luasan Wilayah Rawa :a. Daerah Desa Saemba :

Termanfaatkan (eksisting : 417 Ha)- Jenis = rawa Lebak- Tanaman pangan = 350 Ha- Perkebunan = 67 HaStatus jaringan :- ½ teknis = 2200 Ha (Potensial pengembangan 1783 Ha)Rekomendasi Pengembangan Potensi : Ekstensifikasi dan Pengembangan OP

b. Daerah Desa Tomu Karya :Termanfaatkan (eksisting : 200 Ha)- Jenis = rawa Lebak- Tanaman pangan = 100 Ha- Perkebunan = 100 HaStatus jaringan :- ½ teknis = 100 HaRekomendasi Pengembangan Potensi : Ekstensifikasi dan Pengembangan OP

4 BBWS Sulawesi III PengembanganPenanganan pantai di 7 titik sepanjang pantai Kab. Morowali, berikut ini adalah lokasi-lokasi titik tinjau

1. Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya sepanjang 4,65 km.2. Desa Larobenu & Desa Wosu Kecamatan Bungku Barat sepanjang 11.49 km3. Desa Bahontobongku, Desa Tunda Kecamatan Bungku Tengah sepanjang 3,5 km

Studi Terdahulu :SID PENANGANAN PANTAI KABUPATEN MOROWALI (2008)

Page 6: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

4. Desa Lahoafu Kecamatan Bungku Tengah sepanjang 2,0 km

N

o

Kecamatan Desa Permasalahan

1.Bumi Raya Bahonsuai Abrasi pada garis pantai telah mengancam pasar,

permukiman nelayanan dan jalan raya.

Dari informasi penduduk, pada kondisi air pasang

dan gelombang tinggi, perahu yang ditambatkan

di sekitar tembok laut bisa terhempas ke tembok

dan merusak perahu.

2.Bungku Barat W o s u Abrasi pantai yang terjadi sepanjang 8,2 km

mengancam jalan dan perkebunan kelapa.

Tembok laut sebagian sudah rusak, bangunan

pelindung lainnya rusak karena tidak mempunyai

pengaman bangunan. Abrasi pantai di sebelah

utara disebabkan oleh adanya bekas dermaga

yang menjorok ke laut.

Larobenu Abrasi pantai yang terjadi telah mengancam

permukiman penduduk. Tembok laut yang ada

dari pasangan batu tanpa pelindung kaki

sehingga terjadi erosi pada kaki tembok.

3.Bungku Lahuafu Abrasi terjadi di antara 2 tanjung sepanjang 1

Page 7: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Tengah km. Bangunan pemecah gelombang yang ada

kurang berfungsi, pada saat gelombang tinggi

masih dapat melimpas di atas mercu tembok laut

di belakang pemecah gelombang sehingga

mengenai permukiman penduduk.

Tudua (dusun

1)

Abrasi pantai telah mengancam badan jalan raya

Poso - Kendari sepanjang 2 km, saat ini jarak

garis pantai terhadap badan jalan diperkirakan

hanya 4 m.

Tudua (dusun

2)

Mundurnya garis pantai (sepanjang 2 km) telah

mengancam badan jalan dan permukiman

penduduk. Tanggul dan revetment yang ada

masih bisa dilewati gelombang tinggi sehingga

mengancam badan jalan dan permukiman

penduduk.

Bahontobungk

u

Abrasi pantai sepanjang 1 km merubah garis

pantai sehingga mengancam permukiman

penduduk. Bangunan tembok laut yang ada

kurang efektif melindungi.

Page 8: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

N

o

Kecamatan Desa Pembangunan yang dilakukan

1.Bumi Raya Bahonsuai - Tembok laut pasar

- Tembok laut pendek- Jeti pendek- Jeti panjang- Tembok laut Kp. Bahonsuai- Rencana Perbaikan tembok laut- Rencana pembuatan pemecah gelombang- Rencana pembuatan sistem krib

2.Bungku Barat W o s u - Tembok laut tanpa pelindung kaki

- Pemecah gelombang dari susunan batu kosong- Bronjong diisi batu kosong dan dilengkapi

pemecah gelombang- Tembok laut dilengkapi pelindung kaki

Larobenu - Revetment tipe rubble mound

3.Bungku

Tengah

Lahuafu - Tembok laut pendek- Jeti pendek- Jeti panjang- Tembok laut Kp. Bahonsuai- Rencana Perbaikan tembok laut

Page 9: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Tudua (dusun

1)

- Perkuatan tebing- Pemasangan pemecah gelombang

Tudua (dusun

2)

- Perkuatan tebing- Pemasangan pemecah gelombang

Bahontobungk

u

- Tembok laut pendek- Jeti pendek- Jeti panjang- Tembok laut Kp. Bahonsuai- Rencana Perbaikan tembok laut

5 BBWS Sulawesi III PengembanganStudi untuk mengidentifikasi potensi dan sarana prasarana air baku yang ada di WS Laa-Tambalako.

No. Dusun Desa Kecamatan

1. Padabaho Padabaho Bahodopi

2. Siumbatu Siumbatu Bahodopi

3. Bahomotefe Bahomotefe Bungku Tengah

4. Lanona Lanona Bungku Tengah

5. Maralee Maralee Petasia

6. Mandula Mandula Lembo

7. Bintangor Mukti Bintangormukti Lembo

8. Mayumba Mayumba Mori Utara

9. Peleru Peleru Mori Utara

Studi Terdahulu :STUDI IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI POTENSI PRASARANA AIR BAKU WS LAA TAMBALAKO (2011)

Page 10: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

10. Era Era Mori Utara

No. Prasarana Air BakuPosisi

Lintang Selatan Bujur Timur

1. Padabaho 2 54’ 32,1” 122 11’ 14,6”

2. Siumbatu 2 46’ 52,2” 122 2’ 49,4”

3. Bahomotefe 2 42’ 27,4” 121 57’ 40,9”

4. Lanona 2 27’ 4,8” 121 51’ 54,6”

5. Maralee 2 0’ 58,2” 121 18’ 18,6”

6. Mandula 2 19’ 32,8” 121 15’ 25,3”

7. Bintangor Mukti 2 10’ 5,8” 121 21’ 9,5”

8. Mayumba 1 54’ 13,3” 120 57’ 55,8”

9. Peleru 1 49’ 6,4” 121 3’ 14,4”

10. Era 1 50’ 53,3” 121 7’ 9,4”

No. Bendung Desa Kecamatan Luas Potensial (ha)

1. Bahomotefe Bahomotefe Bungku Tengah 500

2. Maralee Maralee Petasia 100

3. Mandula Mandula Lembo 300

Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang dikembangkan sebagai pendukung pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan digunakan untuk menentukan prioritas pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih perlu ditindak lanjuti dalam tahap survei selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Page 11: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Rencana pengembangan jangka pendek lebih diarahkan untuk menangani masalah kesulitan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air dalam bentuk prasarana air baku.

Rencana pengembangan jangka menengah adalah kegiatan yang dapat dimulai saat ini dan pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih tetap diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi yang tidak dapat dilaksanakan dalam rencana pengembangan jangka pendek.

Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air baku dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana jangka pendek dan menengah berfungsi dengan baik.

6 BBWS Sulawesi III PengembanganStrategi Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Laa Tambalako disusun berdasarkan 3 (tiga) kerangka waktu, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Strategi jangka Pendek merupakan strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola Pengelolaan Sumber Daya Air ini ditetapkan. Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 10 tahun kedepan. Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 25 tahun kedepan.

Dalam implementasinya nanti berbagai strategi tersebut akan dijabarkan kedalam berbagai program kegiatan yang disusun sesuai dengan kebutuhan nyata dan kondisi nyata yang dituangkan dalam Pola Pengelolaan sumber Daya air wilayah sungai Laa Tambalako pada Laporan selanjutnya dan dapat dilihat pada Tabel 5.1 serta Gambar 5.1 sampai dengan Gambar 5.5. (Laporan PENYUSUNAN POLA INDUK PENANGANAN WS LAA TAMBALAKO)

Strategi Jangka Pendek (2009–2015)Strategi Jangka Pendek dalam Pola Pengelolaan SDA WS Laa-Tambalako adalah sebagai berikut :

1. Penetapan kebijakan zona pengambilan air tanah

Studi Terdahulu :PENYUSUNAN POLA INDUK PENANGANAN WS LAA TAMBALAKO (2008)

Page 12: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

2. Pembangunan sumur resapan3. Penyusunan pedoman teknis pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan4. Penetapan zona penambangan bahan tambang5. Penataan Kegiatan Pembangunan/Usaha di bantaran sungai.6. Penyuluhan dan pelatihan konservasi tanah dan air7. Pengaturan batas garis sempadan sungai, danau dan sumber air lainnya melalui Perda8. Pembuatan dan pemeliharaan batas Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan pelestarian Suaka

Alam9. Sosialisasi program konservasi DTA Laa Tambalako10. Pengaturan dan Pengendalian pengambilan/pemanfaatan air bawah tanah melalui Perda11. Pemetaan lokasi dan identifikasi sumber serta potensi beban pencemaran.12. Pembuatan Check Dam13. Pengerukan sedimen di sungai14. Pembuatan pintu pengatur banjir dan pelimpah banjir15. Pembuatan Krib16. Pembuatan Retarding Basin17. Pembuatan sistem peringatan dini18. Pengaturan zona pemanfaatan lahan di bantaran sungai19. Penyusunan PERDA tata ruang kawasan wilayah sungai secara terpadu20. Peninggian tanggul21. Penataan Drainase Kawasan Perkotaan22. Penataan Kawasan Lindung dan Budidaya dengan porsi 30% untuk Kawasan Hutan23. Penetapan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air24. Peningkatan Jaringan Pos Hidrologi25. Peningkatan SDM dalam bidang hidrologi26. Penataan Sempadan Sungai dan Sumber air27. Pengaturan distribusi pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan28. Penatagunaan SDA berbasis pada masyarakat29. Pembuatan sumur gali/sumur pompa oleh masyarakat30. Penyediaan air bersih perdesaan31. Peningkatan Jaringan Irigasi

Page 13: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

32. Penataan Danau sebagai Kawasan Pariwisata33. Pembuatan sumur bor34. Perbaikan dan pemeliharaan jaringan pos hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi35. Rasionalisasi jaringan pos hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi36. Pembangunan sistem informasi SDA.37. Penyusunan dan pemeliharaan data spasial secara terintegrasi, mencakup seluruh DAS38. Peningkatan SDM dalam bidang sistem informasi39. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi.40. Peningkatan integrasi sistem informasi pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten41. Peningkatan kemampuan SDM aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan

SDA dan kehutanan.42. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai43. Pengembangan kemitraan dalam pengelolaan hutan antara Pemerintah, masyarakat dan swasta;44. Pembentukan kelembagaan yang bergerak di bidang konservasi tanah dan air dalam rangka

pelestarian SDA wilayah sungai yang difasilitasi pemerintah.45. Program commodity development secara konsisten dan berkesinambungan46. Pembentukan kelembagaan kader konservasi hutan, tanah, dan air47. Pemberdayaan kelompok penyuluh yang selama ini kurang aktif seperti Himpunan Pelestarian

Hutan Andalan (HPHA), Kelompok Usaha produktif dan Kader Konservasi.48. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai.49. Pembentukan kelompok pelopor penyuluh konservasi SDA yang beranggotakan masyarakat

sekitar sungai50. Penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Provinsi Sulawesi Tengah51. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air setiap WS Laa Tambalako52. Penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air WS Laa Tambalako53. Sosialisasi Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) di tingkat propinsi, kabupaten,

kecamatan dan desa

Strategi Jangka Menengah (2015–2025)1. Pembangunan embung resapan air2. Pembangunan jebakan air hujan (Retarding Basin) untuk recharge air tanah.

Page 14: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

3. Peningkatan sarana dan prasarana sanitasi4. Mempertahankan kawasan dengan vegetasi permanen pada bagaian hulu sumber mata air, dan

penanaman lahan kritis selebar 400 m mengelilingi sumber mata air5. Perlindungan kawasan lindung dan bididaya kehutanan serta budidaya pertanian yang berpotensi

meresapkan air6. Penghijauan lahan kritis milik rakyat dengan pola agroforestri dan hutan rakyat7. Penanaman cover crop pada lahan perkebunan rakyat dan swasta8. Reboisasi dan pengayaan pada kawasan hutan (kawasan lindung dan kawasan budidaya

kehutanan) serta penghijauan pada kawasan budidaya pertanian9. Penataan lingkungan permukiman di sepanjang sempadan sungai, mata air, dan danau.10. Pengendalian kebakaran, peladang berpindah, perambahan, pencuriankayu pada HP, HPT, dan

HPK11. Penebangan pohon pada fungsi HP hanya diijinkan yang berdiameter 60 cm up, sedangkan pada

HPT hanya yang berdimater 50 cm up12. Rehabilitasi hutan bakau di pesisir pantai13. Pembangunan aneka usaha kehutanan14. Pemberian insentif dari Hilir ke bagian hulu Das/sub DAS, agar masyarakat bagian hulu memiliki

dana untuk penanaman lahan kritis15. Reboisasi dan pengayaan KSA dan PSA16. Pembangunan Bendung/PLTMH, Sumber Air Baku PDAM17. Peningkatan Irigasi Semi Teknis menjadi Teknis18. Diversifikasi Pertanian19. Pemberdayaan masyarakat pertanian dalam pengaturan sistem pembagian air irigasi secara

berkeadilan20. Peningkatan partisipasi masyarakat petani pemakai air dalam O&P jaringan irigasi21. Audit lingkungan22. Pembuatan revetment23. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit24. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri25. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik26. Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)

Page 15: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

27. Pengembangan pemanfaatan air hasil daur ulang28. Pengembangan Sistem Irigasi29. Pengembangan Air Tanah

Strategi Jangka Panjang (2025–2033)1. Rehablitasi dan Pemeliharaan Kawasan Hutan Lindung2. Rehabiltasi dan Pemeliharaan Kawasan Hutan Cagar Alam3. Pencegahan kawasan Hutan Lindung (HL) dari gangguan kebakaran, perambahan/perladangan

rotasi, penebangan liar, dan pemukiman kembali penduduk dalam kawasan Hutan Lindung4. Pencegahan kawasan Cagar Alam (CA) dari gangguan kebakaran, perambahan/perladangan

rotasi, penebangan liar, dan pemukiman kembali penduduk dalam kawasan Cagar Alam5. Pengendalian Pembuangan Limbah Padat Domestik & Non Domestik dan Industri6. Penghijauan dan pemeliharaan tebing sungai7. Pelestarian tumbuhan alami di bagian hulu8. Penghutanan kembali di daerah yang telah rusak9. Penyediaan fasilitas pengungsian dan penanggulangan darurat tanggul bobol10. Rehabilitasi konstruksi tebing sungai.11. Normalisasi Alur Sungai12. Rehabilitasi Bendung13. O & P Jaringan Hidrologi14. Perlindungan sumber air dan mata air15. Updating Data SDA untuk menentukan Ketersediaan dan Kebutuhan Air16. Peningkatan PDAM17. Pembangunan Bendungan/PLTA18. Pengembangan air baku untuk air minum19. Pengembangan air baku untuk industri dan lain sebagainya20. Pengembangan Perikanan Darat21. Peningkatan pengelolaan sistem informasi SDA22. Penyebarluasan informasi SDA ke seluruh stakeholder23. Peningkatan koordinasi antar kelembagaan pemerintah dan non pemerintah dalam koordinasi

SDA, melalui suatu otoritas di setiap DAS

Page 16: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

24. Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana SDA yang berbasis masyarakat25. Sosialisasi tentang lingkungan hidup, sumber daya air dan kehutanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku26. Sosialisasi sarana/prasarana air bersih dan sanitasi terhadap masyarakat27. Peningkatan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (LH).28. Penegakan Hukum dalam pengelolaan SDA dan LH.29. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pelestarian hutan secara

berkelanjutan30. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan31. Peningkatan peran serta masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan sumber daya air32. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, waduk

dan mata air.33. Penyuluhan terhadap masyarakat dalam membuat berbagai teknik konservasi tanah.34. Peningkatan kesadaran masyarakat berbagai kalangan dalam pemeliharaan lingkungan keairan35. Bantuan teknis dan pembinaan usaha terhadap masyarakat di sekitar kawasan hutan36. Pengembangan air kemasan37. Pengembangan Perikanan Tambak

KONSEP RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI LAA TAMBALAKOBerdasarkan uraian tersebut di atas dan dalam rangka pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Laa Tambalako yang lestari, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut, maka perlu dibuat suatu pedoman yang menjadi acuan bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Laa Tambalako.Penyusunan Konsep Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Laa Tambalako yang mengacu pada ketentuan kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004. Adapun rumusan konsep rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Laa Tambalako disusun secara terpisah dalam bentuk lampiran khusus.

7 Dinas ESDM Kab. Pengembangan Data Sekunder Dinas

Page 17: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Morowali Utara Diperoleh luasan untuk pertambangan daerah Morowali Utara sebesar 3620.558 Ha (tahap eksplorasi), 5578.26 Ha (Tahap operasi).

Rincian Luasan untuk Daerah Pertambangan (Eksplorasi)Lokasi Luas wilayah

(Ha)Desa KecamatanTamainusi Soyo jaya 4.91Bau Soyo jaya 4.98Bau Soyo jaya 4.98Lembah sumara Soyo jaya 319.00Tamainusi Soyo jaya 198.00Tamainusi Soyo jaya 2.19Tamainusi Soyo jaya 328.00Lembah sumara Soyo jaya 5.55Lambolo Petasia 344.00Ganda-ganda Petasia 433.00Bungintimbe, Molino Petasia 6.09Towi Petasia 795.00Ganda-ganda Petasia 191.00Ganda-ganda Petasia 532.00Ganda-ganda Petasia 325.00Korowou, Molino, Bimor jaya Petasia 4.66Mohoni Petasia 2.90Kolo bawah Mamosalato 1.41Lijo,Sea, Lemowalia,Salubiro Mamosalato 14.30Winangabino, Lijo Mamosalato 27.12Lembobelala Lembo 5.91Korowou Lembo 1.95

Pertambangan (Mineral)

Page 18: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Lawangke Lembo 12.13Boba, Ueruru, Siliti Bungku Utara 2.98Lemo, tanakuraya, Siliti, Tirongan Atas, Woomparigi Bungku utara 5.62

Boba, Kolo atasBungku utara, Mamosalato 3.63

Lemo, Boba, Lemowalia, Salubiru, Rompi, Kolo atas, Sea

Bungku utara, Mamosalato 23.44

Bimor jaya, Bintangormukti 5.14Tambale Mamosalato 2.49Lijo Mamosalato 1.70Lijo Mamosalato 10.10Tambale Mamosalato 1.40

Rincian Luasan untuk Daerah Pertambangan (Operasi)Lokasi Luas wilayah

(Ha)Desa KecamatanTamainusi Soyo jaya 198.60Tamainusi Soyo jaya 199.00Tambayoli Soyo jaya 145.00Tamainusi Soyo jaya 120.00Ganda-ganda Petasia 134.00Tiu Petasia 5.48Mondowe, Koromatantu Petasia 190.00Molino Petasia 3.74Ganda-ganda Petasia 199.90Ganda-ganda Petasia 64.00Ganda-ganda Petasia 603.00Lambolo, Ganda-ganda Petasia 636.50

Page 19: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Ganda-ganda Petasia 974.00Ganda-ganda Petasia 533.00Tompira, Bungintimbe, Towara 1.21Lambolo, Ganda-ganda, Kolonedale, Maralee, Korolama Petasia 4.78Keuno Petasia 198.00Bimor jaya Petasia 102.00Ganda-ganda Petasia 200.00Ganda-ganda Petasia 424.00Ganda-ganda Petasia 2.64Towi Petasia 160.00Ganda-ganda Petasia 85.00Molino Petasia Timur 176.00Keuno Petasia Timur 2.81Keuno, Mohoni, Molino,Bungintimbe, Tompira, Korowou Petasia Timur 4.78Uewajo Bungku Utara 3.53Uewajo Bungku utara 1.51Uewajo Bungku utara 2.67Kolo bawah Mamosalato 199.50Tambale Mamosalato 3.61

8 BPDAS Palu-Poso PengembanganPengembangan kerjasama antar sektor : kerjasama antar instansi terkait secara terintegrasi dan difasilitasi i pemerintah daerah, dalam pelaksanaan pemerintah daerah dapat dibantu oleh lembaga lai yang berperan sebagai fasilitator.Pengembangan akses pasar : kegiatan akses pasar dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain :

1. Kegiatan promosi melalui berbagai media informasi

Studi Terdahulu :PENYUSUNAN RENCANA TEKNIS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DAS (RTK-RHL DAS) (2009)

Page 20: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

2. Kegiatan temu usaha antara petani dengan lembaga usaha3. Membangun media informasi pasar4. Melaksanakan kunjungan dagang antar daerah5. Memfasilitasi kerjasama kemitraan

Pengembangan usaha kemitraan : unsur kemitraan adalah BUMN, BUMD, BUMS atau Koperasi, dimana kegiatan ini memberikan kepastian usaha terhadap hasil-hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan RHL.

Pelaksanaan kegiatan RHL diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi; penghijauan; pemeliharaan; pengkayaan tanaman; penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan pembuatan bangunan konservasi tanah secara sipil teknis dan tidak produktif.Sehubungan dengan hal diatas, setiap lokasi diadakan pemasangan Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) diproyeksikan pada peta RTkRHL DAS yang nantinya digunakan untuk monitoring dan evaluasi tata air DAS. Informasi mengenai tata letak mata air yang telah di identifikasikan dan di inventarisasi juga diproyeksikan pada peta RTkRHL DAS yang dapat digunakan untuk pengembangan sumber daya air

9 Dinas Sumber daya Mineral Kab. Morowali Utara

PengembanganPembangunan PLTM (2 x 5 MW Tomata)Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Desa Tomata Kecamatan Mori Atas Kab. Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah (2014)

Pembangunan PLTA Laa 2 (160 MW Mori Atas)Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Kecamatan Mori Atas Termasuk dalam kawasan pengusahaan PT. PLN wilayah VIII (2014)

Pembangunan PLTA Laa (4 x 2.5 MW Mori Atas)Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Kecamatan Mori Atas (2014)

Terdiri dari 4 buah studi (Kesemua studi masih dalam tahap studi kelayakan dan usulan

10 Badan Lingkungan Hidup Kab.

Pengembangana. Kawasan budidaya Kehutanan

Dalam rencana kawasan budidaya, ruang bagi kawasan hutan produksi di Kabupaten Morowali

Page 21: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Morowali dibedakan menjadi :1. Kawasan hutan produksi biasa2. Kawasan hutan produksi terbatas3. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversiPenunjukkan areal hutan produksi terbatas dilakukan jika memenuhi kriteria sesuai SK Menteri Pertanian No. 683/KPTA/UM/8/1981, dengan fungsi dan sebagai kawasan penyangga.

b. Kawasan budidaya PertanianUntuk wilayah luas (Kab. Morowali), pembagian pengembangan harus di kaji dengan survei sumberdaya lahan, karakteristik tanah dan iklim.

c. Kawasan budidaya Pertanian Lahan KeringArahan dan kebijakan pemanfaatan ruang dan pengembangan kawasan budidaya lahan kering yang perlu dilakukan di Kab. Morowali mencakup :1. Pengembangan konsep “lahan pertanian abadi” untuk lahan subur kelas satu, baik untuk lahan

kering maupun lahan basah.2. Penyelesaian dengan tumpang tindih kegiatan budidaya lainnya pada kawasan/ lokasi.3. Usaha penanggulangan banjir yang berpotensi melanda kawasan pertanian.4. Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering diarahkan pada komoditas

jagung sebagai andalan utam, dan untuk kepentingan diversifikasi juga dikembangkan hortikultura.

5. Diversifikasi memerlukan metode tumpang sari bagi komoditas-komoditas yang secara komposit sesuai dikembangkan.

6. Menerapkan sistem usaha tani konservasi terutama pada lahan-lahan dengan potensi erosi tinggi untuk menghindari degradasi lahan.

d. Kawasan budidaya Pertanian Lahan BasahSistem lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian adalah kecamatan Mori Atas, Menui kepulauan, Bumi Raya. Rencana pemanfaatan ruang dan pengembangan kawasan adalah :1. Perluasan areal persawahan. Meningkatkan produktivitas “lahan tidur”, baik melalui sistem

pompa maupun melalui sistem pembuatan cekdam baru.2. Pengembangan prasarana pengairan untuk mendukung pengembangan tanaman padi sawah.3. Penyusunan rencana kawasan sawah beririgasi dan pelaksanaan persiapan lahan bagi kawasan

Page 22: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

sentra produksi di Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Wita Ponda, sebagai kawasan strategis kabupaten.

4. Penyusunan rencana pengembangan dan pemantapan kawasan-kawasan transmigrasi.5. Perencanaan dan penetapan lahan-lahan kategori kelas I untuk dijadikan “lahan pertanian

abadi”.6. Pengaturan pembagian lahan pada kawasan baru dikembangkan untuk petani-petani

transmigrasi lokale. Kawasan budidaya Tanaman Perkebunan

Saat ini sedang dikembangkan konsep KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebuanan). Pengembangan Kimbun perlu dilakukan melalui rencana dan strategi :1. Peningkatan kerjasama dan jejaring antara masyarakat (kelompok), antara masyarakat dan

perusahaan perkebunan, untuk menciptakan sinergi usaha dan peningkatan produktivitas.2. Pengembangan sumberdaya manusia perkebunan, baik petani, pekebun, maupun pelaku usaha

lainnya untuk menumbuhkan inovasi dan adaptasi guna berkembangnya sistem usaha agribisnis berbasis perkebunan.

3. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang efektivitas sistem agribisnis.4. Peningkatan pengelolaan dan pemantapan kawasan-kawasan lindung atau konservasi sekitar

kimbun, untuk menghindari meningkatnya resiko banjir terutama pada wilayah-wilayah hulu daerah sungai.

5. Peningkatan ketersediaan informasi mengenai kimbunf. Kawasan Pengembangan Peternakan

Rencana pengembangan kawasan budidaya peternakan adalah sebagai berikut :1. Peningkatan diversivitas ternak, meskipun perlu mempertimbangkan kondisi wilayah yang sesuai

serta budaya masyarakat.2. Pembuatan skim pengembangan usaha peternakan skala besar, karena potensi pengembangan

yang sesuai bagi pastur cukup luas.3. Pengembangan sarana pendukung usaha peternakan seperti pakan ternak, pembangunan rumah

potong hewan, penggemukan ternak (cattle fatening), industri pengalengan daging, pembibitan.

Pengelolaana. Pengelolaan Kawasan Kehutanan

Page 23: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Kebijakan daerah diutamakan untuk1. Revegetasi lahan dan hutan2. Program hutan kemasyarakatan (HKM)3. Peningkatan dan pemanfaatan hutan rakyat4. Peningkatan upaya pemerintah dalam hal rehabilitasi5. Peningkatan peran serta masyarakat6. Peningkatan percepatan produksi kayu7. Pengembangan hasil hutan non kayu yang potensial8. Pembentukan kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP)9. Upaya pemanfaatan hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi yang dpt

dikonversi.10. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan tanpa merubah keseimbangan hutan.

b. Pengelolaan Tanah dan AirProgram Departemen Kehutanan sejak tahun 2005 di Kabupaten Morowali dalam bentuk Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) adalah salah satu upaya nyata yang diharapkan dapat membantu merehabilitasi lahan di sepanjang Daerah Aliran Sungai agar dapat sesuai dengan fungsinya

c. Pengelolaan Sumber Daya AirDalam bentuk intervensi kebijakan dan program, dilakukan dengan kegiatan :1. Pembersihan sungai utama dalam wilayah Kab. Morowali2. Mengintensifkan kegiatan monitoring dan evaluasi kualitas air secara periodik3. Memperbanyak penambahan TPS dan jangkauan layanan pengelolaan sampah4. Pemasangan papan himbauan5. Melakukan perlindungan, konservasi dan rehabilitasi kawasan hulu yang menjadi daerah

tangkapan air.d. Pengelolaan lingkungan laut, pesisir dan pantai

Peningkatan monitoring terhadap kawasan-kawasan yang mengalami gangguan untuk dilakukan pemulihan kualitas lingkungan serta menjaga ketat kawasan potensial.

11 Bappeda Kab. Pengembangan Dokumen teknis :

Page 24: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

Morowali Utara Kawasan mandiriProyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Desa Tomata Kecamatan Mori Atas Kab. Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah (2014)

NO Sudut Pandang KepentinganKawasan Strategis

Provinsi

1 Pertumbuhan Ekonomi - Kawasan Kota terpadu

Mandiri (KTM) Bungku

- Kawasan Teluk

Matarape

2 Pendayagunaan sumber daya alam

dan teknologi tinggi

- Kawasan Andalan

Teluk Tolo

Kawasan strategis nasional Pertanian, perikanan, pariwisata, perkebunan agro industri, dan pertambangan; perikanan dan pariwisata (Kawasan Unggulan Laut)RTRW :

1. Pengembangan Jaringan irigasi yang belum termanfaatkan2. Pembuatan jaringan Sistem Jaringan Drainase3. Perlindungan kawasan hutan4.

DATA DOKUMEN TEKNIS RTRW KABUPATEN MOROWALI UTARA

Page 25: Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu

No Dinas/ Instansi terkait

Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan