RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS KETAHANAN PANGAN … · Visi adalah kondisi yang dicita-citakan untuk...
Transcript of RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS KETAHANAN PANGAN … · Visi adalah kondisi yang dicita-citakan untuk...
RENCANA KINERJA TAHUNAN
DINAS KETAHANAN PANGAN
TAHUN ANGGARAN 2017
DINAS KETAHANAN PANGAN
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017
i
KATA PENGANTAR
Menindaklanjuti Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah maka
dianggap perlu dilakukan penysunan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan OPD Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Lampung ini bertujuan untuk menyelaraskan visi, misi, tujuan dan sasaran
serta strategi untuk mencapai tujuan kegiatan pada tahun 2017 Dinas Ketahanan
Pangan Provinsi Lampung.
Semoga dengan disusunnya Rencana Kinerja Tahunan ini dapat memandu
pelaksanaan tugas dan fungsi serta meningkatkan kinrja Dinas Ketahanan Pangan.
Bandar Lampung, Januari 2017
Kepala Dinas,
Ir. KUSNARDI, M.Agr. Ec
Pembina Utama Madya NIP. 19631123 198803 1 005
ii
Ringkasan Eksekutif
Tahun 2017 merupakan tahun ketiga dalam RPJMD, Rencana Kinerja Tahun Dinas
Ketahanan Pangan Provinsi Lampung secara umum sebagai berikut :
I. Tujuan Rencana Kinerja Tahunan 2017
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai
atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat
kemandirian pangan
Tujuan : Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat
sampai tingkat perseorangan secara berkelanjutan melalui penganekaragaman
pangan, penguatan ketersediaan, distribusi pangan dan kualitas konsumsi pangan
yang bermutu dan aman berbasis sumberdaya lokal.
II. Sasaran Srategis
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung mempunyai sasaran strategis
sesuai dengan sasaran Rencana Strategis Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
Lampung, berikut adalah sasaran strategis Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
Lampung:
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam;
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan;
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen;
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman;
5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG);
6. Tercapainya keamanan pangan segar.
Dengan indikator dan target sebagai berikut:
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi : 85,9
2. Jumlah Konsumsi energi : 2034
3. Jumlah Konsumsi Protein : 56,5
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan : 88
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan : 1%
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen ≥ HPP
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen CV < 10
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi: 10%
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji: 80%
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANATAR .................................................................................... i
HALAMAN RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Landasan Hukum ................................................................................. 2
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ...................................................................... 3
BAB II RENCANA STRATEGIS .................................................................. 6
2.1 Renstra DKP Provinsi Lampung ......................................................... 6
2.1.1 VISI ............................................................................................ 6
2.1.2 MISI ............................................................................................ 8
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra ........... 11
2.3 Rencana Kinerja Tahunan 2017........................................................... 64
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 74
LAMPIRAN ...................................................................................................... 75
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia untuk
hidup dan beraktifitas, dengan demikian pangan sangat mempengaruhi
stabilitas Nasional, stabilitas nasional dapat terguncang jika ketersediaan
pangan tidak terjamin.
Secara umum Ketahanan Pangan dapat dikatakan terwujud apabila tersedianya
pangan yan cukup dan merata untuk seluruh penduduk, kemudian setiap
penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk
memenuhi gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke
hari.
Ketahanan Pangan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi
Ketahanan Pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar bagi ketahanan
pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka salah
satu prioritas utama pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan
masyarakat, agar mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri,
serta mewujudkan ketahanan pangan rumah tangganya secara berkelanjutan.
Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Ketahanan Pangan adalah kondisi
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin
dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Salah satu upaya Pemerintah untuk mewujudkan Ketahanan Pangan
dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan, yang menyatakan bahwa penyediaan pangan
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga
yang terus berkembang dari waktu ke waktu melalui : a) pengembangan sistem
produksi pangan yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya
lokal; b) pengembangan efisiensi sistem usaha pangan; c) pengembangan
teknologi produksi pangan; d) pengembangan sarana dan prasarana produksi
pangan; dan e) mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 2
1.2 Landasan Hukum
Dalam penyusunan Renja Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun
2018, peraturan perundangan yang digunakan sebagai landasan hukum adalah:
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 Tentang Pembentukan Daerah
Tingkat I Lampung;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang – Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan
keuangan dan kinerja instansi pemerintah;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumber Daya Lokal;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
15. Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/0T.140/10/2009
tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumberdaya Lokal;
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 3
16. Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/0T.140/12/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi
dan Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Lampung;
18. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9 Tahun 2008 tentang
pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. Selanjutnya
Pergub tersebut diperbaharui melalui Peraturan Gubernur Lampung
Nomor 25 tahun 2013 tentang Dewan Ketahanan Pangan Provinsi
Lampung;
19. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 46 Tahun 2009 tentang Gerakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya
Lokal di Provinsi Lampung;
20. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 26 Tahun 2010 tentang
Penyediaan dan Penyaluran Cadangan Pangan Pokok (Beras) Pemerintah
Provinsi Lampung;
21. Peraturan Gubernur Provinsi Lampung Nomor 70 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tatakerja Dinas
Ketahanan Pangan Provinsi Lampung.
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Kelembagaan di bidang Ketahanan Pangan Provinsi Lampung dimulai pada saat
pembentukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan pada
tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 17 Tahun
2000. Saat itu pembangunan di bidang ketahanan pangan ditangani oleh Sub
Dinas Ketahanan Pangan. Selanjutnya pada tahun 2007 melalui melalui Perda
Nomor 10 tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung tanggal 1 Maret 2007 dibentuk
Dinas Ketahanan Pangan Daerah. Kemudian diperbaharui melalui Perda Nomor
12 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Dinas
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi
Lampung. Sejak awal tahun anggaran 2008 Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi mulai menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam bidang
ketahanan pangan.
Saat ini Dinas Ketahanan Pangan mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi
dan keamanan pangan;
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 4
b. pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,penganekaragaman konsumsi
dan keamanan pangan;
c. koordinasi penyediaan infrastruktur dan pendukung di bidang ketersediaan
pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
d. peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang ketersediaan pangan,
kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman
konsumsi dan keamanan pangan;
e. pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan di
bidang ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan,
cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
f. pelaksaanaan administrasi Dinas Ketahanan Pangan; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur.
Tugas Dinas Ketahanan Pangan mempunyai tugas membantu Gubernur
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan
tugas pembantuan di bidang ketahanan pangan. Dalam melaksanakan tugas
sehari-hari, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung didukung oleh 6
Pejabat Administrator dengan struktur organisasi, yaitu:
1. Sekretariat Dinas,
tugas melakukan pemberian pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung.
2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis serta pemantauan dan evaluasi di bidang
ketersediaan pangan dan kerawanan pangan.
3. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan,
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis serta pemantauan dan evaluasi di bidang
distribusi pangan dan cadangan pangan.
4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis serta pemantauan dan evaluasi di bidang
konsumsi pangan dan penganekaragaman pangan.
5. Bidang Keamannan Pangan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 5
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis serta pemantauan dan evaluasi di bidang
keamanan pangan
6. UPT
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaranan pelayanan
administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil
pertanian secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
simplifikasi, keamanan pangan dan kepastian.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 6
BAB II
RENCANA STRATEGIS
2.1 Rencana Strategis DKP Prov Lampung 2015 – 2019
Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Jangka Panjang Daerah
(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD). Pada lingkup Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dokumen perencanaan lima tahunan berupa
dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang merupakan penjabaran dari
RPJMD.
Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung maka disusunlah Rencana Strategik
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 yang
merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang mTerdapat
beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar bagi
perencanaan kinerja. Beberapa dokumen tersebut adalah Rencana
Pembangunan Nasional dan Daerah berupa Dokumen Rencana Pembangunan
Jangkemuat arah, kebijakan dan strategi serta program – program
pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan langsung oleh Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung maupun mendorong Badan
Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten/Kota serta peran aktif masyarakat.
Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program
pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu
2015 – 2019 dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas Nasional,
Daerah dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Renstra Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran,
kebijakan, program, indikator yang akan dicapai sampai tahun 2019.
2.1.1 Visi
Visi adalah kondisi yang dicita-citakan untuk di wujudkan. Secara ontologis, visi
merupakan das sollen, yaitu apa yang sebenarnya menjadi tujuan atau
keinginan yang ideal yang disepakati oleh seluruh stakeholders dan
terkristalisasi dalam bentuk jati diri.
Pada umumnya visi dibangun untuk mendorong semangat seluruh stakeholders
agar dapat berperan serta aktif dalam pembangunan dan sekaligus sebagai
inspirasi untuk menggerakkan seluruh kemampuan stakeholders untuk secara
bersama dan sinergis membangun daerah.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 7
Masyarakat Lampung berkehendak untuk menjadikan visi pembangunan
sebagai aspirasi, peta jalan atau langkah strategik, energi masyarakat untuk
pembangunan, dan identitas masyarakat untuk bergerak ke arah yang lebih
maju, baik secara komparatif ataupun secara kompetitif. Visi pembangunan
Provinsi Lampung ini merupakan kondisi akhir daerah dan wilayah Lampung
yang dikehendaki oleh seluruh komponen pemangku kepentingan
(stakeholders) di Provinsi Lampung dalam periode 2015—2019.
Hal-hal penting memasuki tahapan III dari RPJPD Provinsi Lampung, adalah:
1. Mengembangkan kemajuan daerah dan meningkatkan pemerataan kualitas
dan kesejahteraan antar wilayah;
2. Dinamika ekonomi yang atraktif dimantapkan dengan memperluas
jangkauan jaringan kerja kegiatan ekonomi dalam skala Nasional dan
Internasional.
3. Pengembangan, Pemanfaatan dan penerapan Iptek serta Penguatan Inovasi
pada upaya optimalisasi pendayagunaan potensi sumber daya dan
infrastruktur.
Oleh karenanya penting sekali menjadikan visi pembangunan Provinsi Lampung
menjadi visi bersama (shared vision). Dengan mendasarkan modal dasar
Provinsi Lampung, tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun ke depan, dan
mengacu pada visi pembangunan jangka panjang Indonesia Tahun 2005-2025
dan visi pembangunan jangka panjang Provinsi Lampung Tahun 2005-2025,
maka visi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sama dengan visi
Provinsi Lampung Tahun 2015—2019 yaitu:
“ Lampung Maju dan Sejahtera 2019”
Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan
daerah yang maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai
pengertian Provinsi Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi
dimana untuk menjadi daerah yang maju harus di dukung dengan kualitas
sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang tinggi akan didapatkan bila
status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung juga tinggi. Menjadi wilayah
sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat Provinsi Lampung yang
sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan pembagian
yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan
tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik.
Masyarakat sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan
yang sama untuk meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan,
kesehatan dan pelayanan sosial serta kebutuhan dasar yang layak.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 8
2.1.2 Misi
Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti
Misi Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah
dirumuskan menjadi 5 (lima) misi yaitu:
1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian
daerah
2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan
sosial
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya
masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama
4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang
berkelanjutan
5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis
kearifan lokal, dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif
Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertama dalam RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu :
“Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian
Daerah”.
Misi ini adalah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth)
melalui pengembangan potensi dan keunggulan yang dimiliki Provinsi Lampung
dengan memperkuat investasi (pro investment) diberbagai sektor dan ekonomi
yang berbasis kerakyatan dan kemitraan. Pertumbuhan ekonomi yang kuat
ditandai juga oleh upaya pemerataan dengan trickle down effect yang tinggi.
Upaya memperkuat ekonomi Lampung dengan mengembangkan potensi dan
keunggulan yang dimiliki dengan orientasi ekonomi nasional dan global.
Ekonomi berbasis agro terus dimantapkan dan diperkuat, kemudian
ditransformasikan ke ekonomi berbasis industri, perdagangan, dan jasa
berbasis teknologi. Investasi baru (dalam dan luar negeri) harus dipacu untuk
memperluas kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi dan pemerataannya
harus diorientasikan untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan
pendapatan masyarakat, dan menurunkan jumlah penduduk miskin.
Pembangunan ekonomi tidak mengeksploitisasi sumber daya alam dan tidak
merusak lingkungan.
Perkuatan ekonomi merupakan penciptaan daya saing berkelanjutan atau
sustainable competitive advantage sebagai hasil dari pengelolaan sumber daya
didukung kompetensi yang tinggi (core competence). Produktivitas barang dan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 9
jasa yang dihasilkan dengan kualitas tinggi dan berdaya saing sehingga
meningkatkan nilai tambah produk dan kemandirian daerah. Penguatan
kemandirian daerah diindikasikan oleh kapasitas fiskal yang tinggi terutama
dicirikan oleh pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi.
Dampak akhir dari pembangunan ekonomi Lampung adalah kesejahteraan
sosial yang berkeadilan. Kesejahteran dicapai melalui pemberdayaan dan
partisipasi masyarakat, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 1 antara lain Urusan Pertanian,
Urusan Kelautan dan Perikanan, Urusan Kehutanan, Urusan Perindustrian,
Urusan Perdagangan, Urusan Pangan, Urusan Koperasi dan UMKM, Urusan
Penanaman Modal dan Perijinan, Urusan Pariwisata, serta Urusan Pendapatan.
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai
atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Tujuan : Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat
sampai tingkat perseorangan secara berkelanjutan melalui
penganekaragaman pangan, penguatan ketersediaan,
distribusi pangan, dan kualitas konsumsi pangan yang
bermutu dan aman berbasis sumberdaya lokal.
Indikator Tujuan : 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
1. Jumlah Konsumsi energi (kkal/kap/hr)
2. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)
3. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
4. Persentase Jumlah Penduduk Rawan Pangan %)
5. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp.)
6. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (%)
7. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
8. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
Tabel 2. Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan Jangka Menengah
Misi Tujuan
Tujuan Indikator Tujuan Satuan Target 2019
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Pangan
Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat perseorangan
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor PPH Ketersediaan
5. Persentase Jumlah
-
Kkal/kap/hr
Gram/kap/hr
87,7
2.064
57,00
88,7
1 %
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 10
secara berkelanjutan melalui penganeka- ragaman pangan, penguatan ketersediaan, distribusi pangan, dan kualitas konsumsi pangan yang aman berbasis sumberdaya lokal
Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
-
%
(Rp.)
%
%
%
≥ HPP
CV<10%
10
80% (dibawah ambang batas)
SASARAN
Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai
atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu Terpenuhinya
kebutuhan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk
memenuhi kecukupan energi perkapita, dengan indikator kinerja sebagai
berikut :
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
Indikator Kinerja dari sasaran strategis diatas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Indikator Tujuan dan Sasaran
Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019 Misi : Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Pangan
Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Target 2019
Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat perseorangan
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor Pola Pangan Harapan
Terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
3. Jumlsh Konsumsi Protein
4. Skor Pola Pangan Harapan
87,7
2.064
57,00
88,7
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 11
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD
A. Kondisi Ketahanan Pangan 2016
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja
masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel
dibawah ini:
Tabel Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian
2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
70,31 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th)
0,68 1 0,43 43 1% 43
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP Rp.
4.100
≥ HPP Rp. 3.700
≥ HPP Rp. 3.776
100 ≥ HPP
HPP tahun 2019 belum
diketahui
4. Coefisien Variasi
pangan beras di tingkat konsumen
CV : 6% CV<10% CV : 2% 100 CV <10% 100
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
79,3 85,0 78,0
91,76 92,5 84,32
6.
Jumlah Konsumsi energi(kkal/kap/hr)
1.841,5 2.019 1.856,7 91,96 2.150 86,36
secara berkelanjutan melalui penganeka- ragaman pangan, penguatan ketersediaan, distribusi pangan dan kualitas konsumsi pangan yang bermutu dan aman berbasis sumberdaya lokal
(PPH) Ketersediaan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
aman untuk memenuhi kecukupan energi per kapita
(PPH) Ketersediaan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
1
≥ HPP CV<10% 10
80% (dibawah ambang batas)
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 12
7. Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/hr)
49,6 56,3 50,3 89,34 57 88,25
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)
3,16 10 7,33 73,3 10 73,3
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)
91,39
80% 83,78 104,73 80% 104,73
Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU)
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator
menunjukkan capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤
90, 1 indikator kinerja memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan
capaian kinerja antara ≤ 50. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 5 indikator
menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator menunjukkan capaian tinggi, 1
indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator menunjukkan capaian
sangat rendah.
Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016
Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana
dan realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :
Tabel. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan
Sangat Tinggi 55,56%
Tinggi 22,22%
Sangat Rendah 11,11%
Sedang 11,11%
Tingkat Capaian IKU Tahun 2016
Sangat Tinggi 55,56%
Tinggi 22,22%
Sedang 11,11%
Sangat Rendah 11,11%
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 13
No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan Target Tahuna
n Triwulan
Target
Realisasi %
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
- 85,6 Triwulan I 85,6 79,3 92,64 Triwulan II 85,6 79,3 92,64 Triwulan III 85,6 79,3 92,64 Triwulan IV 85,6 75,08 87,71
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Pesentase Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
% 1 Triwulan I 1 0,43 43 Triwulan II 1 0,43 43 Triwulan III 1 0,43 43 Triwulan IV 1 0,43 43
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 3.915 100 Triwulan II 3.700 ≤ 3.577 99 Triwulan III 3.700 ≤ 3.822 100 Triwulan IV 3.700 ≤ 3.776 100
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% 10% > Triwulan I 10% > 6 100 Triwulan II 10% > 6 100 Triwulan III 10% > 6 100 Triwulan IV 10% > 2 100
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
- 85,0 Triwulan I 85,0 79,3 93,29 Triwulan II 85,0 79,3 93,29 Triwulan III 85,0 79,3 93,29 Triwulan IV 85,0 78,0*) 91,76
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
Jumlah Konsumsi Energi
Kkal/kap/hr
2.019 Triwulan I 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan II 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan III 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan IV 2.019 1.856,7*) 91,96
Jumlah Konsumsi Protein
Gram/kap/hr
56,3 Triwulan I 56,3 49,6 88,10 Triwulan II 56,3 49,6 88,10 Triwulan III 56,3 49,6 88,10 Triwulan IV 56,3 50,3*) 89,34
6. Tercapainya keamanan pangan segar
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
-% 10 Triwulan I 10 7,4 74 Triwulan II 10 7,4 74 Triwulan III 10 7,4 74 Triwulan IV 10 7,33 73,3
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
% 80 Triwulan I 80 91,39 114,24 Triwulan II 80 91,39 114,24 Triwulan III 80 91,39 114,24 Triwulan IV 80 83,78 104,73
Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016
Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi
triwulan dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter
indikator yang spesifik, termasuk tentang metode pengukuran indikator.
Indikator yang dimaksud dan penjelasan mengapa dipergunakan proxy
indikator adalah sebagai berikut :
1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana
pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi
pada pencapaian target kinerja IKU secara langsung, seperti indikator
penurunan jumlah penduduk rawan pangan.
2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran
secara periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang
biasanya dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam
kategori ini adalah PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH)
konsumsi, Konsumsi energi dan Konsumsi Protein.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 14
Tabel Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017
No Sasaran Strategi
Indikator Kinerja
Satuan
Tahun 2016 Tahun 2017
Target Capaian Realisasi Target RPJMD
PK
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
- 85,6 75,08 87,71 88,0 88,0
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,43 43 1 1
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/Kg HPP≤
3.700≤ 3.776 100 3.700 3.700
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% <10% 2% 100 < 10% < 10%
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 85,0 78,0 91,76 85,9 85,9
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
Jumlah Konsumsi Energi Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7 91,96 2.034 2.034
Jumlah Konsumsi Protein Gram/kap/
hr 56,3 50,3 89,34 56,5 56,5
6. Tercapainya keamanan pangan segar
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
% 10 7,33 73,3 10 10
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
%
80% (dibawah ambang batas)
83,78 104,73 80 % 80
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang
menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam
sub bab sebelumnya. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
memiliki 6 sasaran, yaitu :
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
6. Tercapainya keamanan pangan segar
yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :
1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 15
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen
4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen
5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi
6. Jumlah konsumsi energi
7. Jumlah konsumsi protein
8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji
Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator
yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.
Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja tahun kedua dari
periode 5 (lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung. Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun
2016 adalah sebagai berikut:
Tabel . Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016
NO Sasaran Srategis
Indikatir Kinerja Satuan 2016 2019
Target Realisasi % Target RPJMD
%
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
- 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,43 43 1 43
3.
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/Kg HPP≤
3.700
3.776 100 HPP≤ Belum diketahui HPP nya
4. Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% <10% 2% 100 <10% 100
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
- 85,0 78,0 91,76 92,5 84,32
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
6. Jumlah Konsumsi Energi
Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7 91,96 2.150 86,36
7. Jumlah Konsumsi Protein
Gram/kap/hr
56,3 50,30 89,34 57 88,25
6. Tercapainya keamanan pangan segar
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
% 10 7,33 73,3 10 73,3
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
% 80% (dibawah ambang batas)
83,78 104,73 80 104,73
Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam
menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 16
Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut
dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang
telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi
Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT serta Sekretariat Badan
Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan
Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran
realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri
wulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar
mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai
bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar
untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka
mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk
mencapai tujuan dan sasaran.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja
kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja
dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung
menjadi satu dalam analisis ini. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun
2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat
dijelaskan sebagai berikut :
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia
mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki
dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan
pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai
subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan
dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan
sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan
mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun
produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi
volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya
serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan
pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 17
yang dapat berfungsi menjaga kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan,
disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara disebabkan gangguan
atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana
dan sarana transportasi akibat bencana alam.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan,
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan
70,31 85,60
75,08
87,71
88,70
84,64
Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016
ini ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian
kinerjanya belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah
tergolong tinggi yaitu mencapai 87,71%.
Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung 2012 – 2016
Kelompok Pangan Skor Maks
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2012 2013 2014 2015 2016
Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-Kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-Lain
25 2,5 24
5 1
10 2,5 30
-
25 2,5
7,08 5,0
0
1,55 2,5
30,0 -
25 1,97
10,06 2,36
-
1,97 2,5 30
-
25 2,00 9,87 2,82
-
1,72 2,50
30,00 -
25 1,65 9,40 1,03
-
0,73 2,50
30.00 -
25 1,0
10,7 3,2 1,0
1,6 2,5
30,0 -
T O T A L 100 73,63 73,86 73,92 70,31 75,08 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 18
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung
Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi
Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan,
hanya saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada
beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga
masih dibawah skor maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan
buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk
kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor
maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung
belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan
harapan (PPH) ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun
mengalami peningkatan di tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan
bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang
karena belum mencapai 100.
Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan
selama lima tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
73,63 73,86 73,92
70,31
75,08
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
SKOR PPH KETERSEDIAAN
Series 1
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 19
Tabel Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2012 – 2016
No. Komoditas Surplus (+)/Minus (-) (ton)
2012 2013 2014 2015 2016 I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
1
Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir
889.523
1.508.442 -87.733
1.671 -2.796
6.810.249 11.125
-340.047 1.230.602
49.240 650.819
952.622
1.506.991 -91.857
1.442 -3.469
6.752.862 8.367
-360.415 1.609.894
-48.954 722.018
780.725
1.557.589 -85.814
274 -77
8.122.537 19.889
-444.243 1.481.576
-63.528 628.267
873.967
1.509.246 -80.588
7.257 -9
6.657.508 14.042
- 20.764.046
- -
1.020.287 1.315.733
- 87.702 2.440
- 1 6.101.486
1.337 - -
16.613 531.241
II. 1. 2. 3. 4.
Pangan Hewani Daging Telur Susu Ikan
-4.528 87.443
-341.961 248.798
19.134 98.106
-350.308 491.323
5.927 3.176
-362.463 367.435
-
-15.943 -
7.913
6.897 2.231
- 362.707 -
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan
pangan di Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya
energi dan protein yang telah melebihi standar yang ditetapkan melalui
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Sebagai gambaran
ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016.
No. Uraian Standar
WNPG Tahun 2012
(ATAP 2011) Tahun 2013
(ATAP 2012) Tahun 2014
(ATAP 2013) Tahun 2015
(ATAP 2014) Tahun 2016 (ATAP 2015
1
Energi (kal/kap/hr)
2.200 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819
a. Nabati
2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686
b. Hewani
78,36 111,71 109,93 104,66 133
2
Protein (gram/kap/hr)
57 58,31 68,23 55,90 67,93 68,67
a. Nabati
49,36 55,47 43,57 55,65 51,82
b. Hewani
8,95 12,76 12,33 12,28 16,85
Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 20
Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2012 - 2016
Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2012 – 2016
Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah
melakukan penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan
Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan
pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu. Neraca Bahan Makanan (NBM)
digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan
pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu dan
berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau
pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai
-
500,00
1.000,00
1.500,00
2.000,00
2.500,00
3.000,00
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
78,36 111,71 109,93 104,66 133,00
2.791,68 2.800,13 2.877,91
2.630,63 2.686,00
2.870,04 2.911,84 2.987,84
2.735,29 2.819,00
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Energi
0
10
20
30
40
50
60
70
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
8,95 12,76 12,33 12,28
16,85
51,19 49,36
55,47
43,57
51,82
66,41
58,31
68,23
55,9
68,67
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Protein
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 21
acuan dalam perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan
dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi.
Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan
sebesar 85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di
Provinsi Lampung baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di
inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi
Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil
penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM)
menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di
dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula (7,96%),
kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak
(5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-
kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%.
Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena
Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut
belum seluruhnya mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan
yang memiliki skor dibawah skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian
sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor
maksimal 24) kelompok kacang-kacangan sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan
kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor maksimal 5). Hal ini
mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang
dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor
maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam
komposisi gizi seimbang.
Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang,
maka untuk komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbi-
umbian, kacang-kacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan
lemak) agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi
lahan yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk beberapa
komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat
dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna meningkatkan
pendapatan daerah.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan
mengukur rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna
sebagai masukan bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan
meningkatkan penyediaan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan ketersediaan dan konsumsi,
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 22
dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi aktual dengan angka
kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan protein.
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu
memperoleh bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi
tingkat ketersediaan di targetkan 2.400 Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan
neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi
tingkat ketersediaan mencapai 2.819 Kkal/kapita/hari (117,45% dari target
angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.400
Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar berasal
dari pangan nabati yaitu sebesar 2.686 kkal/kapita/hari atau 95,28% dan
sisanya 4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari
kelompok pangan tersebut sebagai berikut :
Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya
Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein
Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %
Nabati 2.686 95,28 51,82 75,46
Hewani 133 4,72 16,85 24,54
Total 2.819 100 68,67 100
Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016
Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016
NABATI; 95,28%
HEWANI; 4,72%
KETERSEDIAAN ENERGI
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 23
Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016
Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih
besar 9 % dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat
sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi,
protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 1.876
kkal/kapita/hari atau 66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan
10,03%, gula 7,95%, makanan berpati 1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak
5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur 0,92%, dan buah/biji berminyak
2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah
kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1% per 1000
kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016
75,46%
24,54%
Ketersediaan Protein
Nabati Hewani
Padi-Padian ; 66,55%
Buah-Buahan ; 10,03%
Gula 7,95%
Minyak dan Lemak 5,36%
Ikan 2,66%
Makanan Berpati 1,74%
Daging 1,06%
Sayuran 0,99%
Telur 0,92%
% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN
Padi-Padian 66,55%
Buah-Buahan 10,03%
Gula 7,95%
Minyak dan Lemak 5,36%
Buah/Biji Beminyak 2,69%
Ikan 2,66%
Makanan Berpati 1,74%
Daging 1,06%
Sayuran 0,99%
Telur 0,92%
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 24
Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan
Makanan tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi
Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut :
Tabel Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th.
2016
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % %
AKE*) Bobot
Skor Aktual
Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 1.876 66,54 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 25,00
Umbi-umbian 49 1,73 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 1,0 Pangan Hewani 128 4,55 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 10,7
Minyak &Lemak 155 5,51 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00 3,2
Buah/Biji Berminyak
58 2,04 2,4 0,50 1,02 1,20 1,00 1,0
Kacang-kacangan
20 0,69 0,8 2,00 1,39 1,63 10,00 1,6
Gula 224 7,96 9,3 0,50 3,98 4,67 2,50 2,50 Sayur dan Buah 309 10,97 12,9 5,00 54,85 64,44 30,00 30,00 Lain-lain - - - - - - - -
Total 2.819 100 117,5 107,24 125,98 100 75,08
Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok
Pangan
Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan
berdasarkan pola pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun
2016 memiliki ketersediaan energi sebesar 2.819 kkal/kapita/hari atau lebih
17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH
Skor Maksimum
0,00
10,00
20,00
30,00 25,00
2,50
24,00
5,00 1,00
10,00
2,50
30,00
0,00
25,00
1,00
10,70
3,20 1,00 1,60 2,50
30,00
0,00 Skor Maksimum
Skor PPH
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 25
75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung
belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.
Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas)
telah mencapai 2.819 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka
kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH
75,08) belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut
disebabkan karena :
1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan
tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak
seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan
2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan
kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan
pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu
pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-
umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan
kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini dikarenakan produksi untuk
masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih rendah.
Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015)
menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras
surplus 1.020.287 ton, Jagung surplus 1.315.733 ton, Kacang Tanah surplus
2.440 ton, Ubi Kayu surplus 6.101.486 ton, Ubi Jalar surplus 1.337 ton, cabe
merah 4.122, daging sapi 6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur
2.231 ton, gula pasir 531.241 ton, dan minyak goreng 16.613 ton, sedangkan
untuk komoditas kedelai, kacang hijau, bawang merah, dan susu
ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus 87.702
ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan susu
minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 26
Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015)
No. Komoditas Produksi (Ton) Benih/Pakan/Tercecer
Ketersediaan (Ton)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Konsumsi/kapita (Kg/Kap/Th)
Total Konsumsi (Ton)
Surplus/Minus
Ketersediaan/Konsumsi
(%) Skor % (Ton)
Padi 3.641.895 7,3 265.858 3.376.037
1. Beras 2.133.655 3,3 70.411 2.063.245 9.890.538 105,45 1.042.957 1.020.287 197,83 1
2. Jagung 1.502.800 11 165.308 1.337.492 9.890.538 2,20 21.759 1.315.733 6.146,79 1
3. Kedelai 9.815 5 491 9.324 9.890.538 9,81 97.026 - 87.702 9,61 4
4. Kacang Tanah 4.963 5 248 4.715 9.890.538 0,23 2.275 2.440 207,26 1
5. Kacang Hijau 2.445 7 171 2.274 9.890.538 0,23 2.275 - 1 99,96 3
6. Ubi Kayu 7.387.084 15 1.108.063 6.279.021 9.890.538 17,95 177.535 6.101.486 3.537 1
7. Ubi Jalar 28.494 12 3.419 25.075 9.890.538 2,40 23.737 1.337 105,63 1
8. Bawang Merah 1.987 1.987 9.890.538 33,18 317.207 - 315.220 0,63 4
Cabe Merah 31.273 31.273 9.890.538 2,84 27.151 4.122 115,18 1
9. Daging Sapi 12.337 12.337 9.890.538 0,55 5.440 6.897 226,79 1
10. Daging ayam ras
dan buras
57.203 57.203 9.890.538 5,06 50.046 7.157 114,30 1
Susu 78,19 78 9.890.538 36,68 362.785 - 362.707 0,02 4
11. Telur (ayam,itik) 79.377 79.377 9.890.538 7,80 77.146 2.231 102,89 1
Gula Pasir 723.711 723.711 9.890.538 19,46 192.470 531.241 376,01 1
12. Minyak Goreng 129.167 129.167 9.890.538 11,38 112.554 16.613 114,76 1
Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%) Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%) Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%) Skor 4 : Defisit (rasio < 95%)
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 27
Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan
(PPH) ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015
skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun
2016 naik menjadi 75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok
pangan ada yang mengalami peningkatan seperti kelompok pangan umbi-
umbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacang-
kacangan.
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di
bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah
target renstra dan nasional pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan
pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru mencapai 87,71% dari target
renstra dan nasional
Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan
(PPH) ketersediaan, antara lain :
1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk
mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya
program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan
suatu wilayah.
Solusi
1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya
perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju
alih fungsi lahan, serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar
2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan
melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan
potensi wilayah
3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile
dan di Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat
tergantung pasokan dari luar
PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)
Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan
pangan, sebagai berikut :
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 28
Tabel Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)
0,68 1
0,43
43 1%
43
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan
jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa
dicapai 0,43% atau terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran
menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1%
tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator persentase penurunan
jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat rendah,
Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini
sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang
mempengaruhi dan harus diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan
berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:
a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat
b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka
panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi
Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran,
karena terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli
masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan
jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 – 2016
cenderung turun :
Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin
Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah 2012 (Maret)
2012 (Sept)
2013 (Maret)
2013 (Sept)
2014 (Maret)
2014 (Sept)
2015 (Maret)
2015 (Sept)
2016 (Maret)
2016 (Sept)
241,10
240,11
235,47
224,81
230,63
224,21
233,27
197,94
233,39
227,44
1.023,39
990,05
939,88
919,95
912,28
919,73
930,22
902,74
936.21
912,34
1.264,48
1.230,16
1.175,35
1.144,76
1.142,92
1.143,93
1.163,49
1.100,68
1.169,60
1.139,78
12,00
11,88
11,59
10,89
11,08
10,68
10,94
9,25
10,53
10,15
17,63
16,96
15,99
15,62
15,41
15,46
15,56
15,05
15,69
15,24
16,18
15,65
14,86
14,39
14,28
14,21
14,35
13,53
14,29
13,86
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 29
Sumber Data : BPS Provinsi Lampung
Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2012 -
2016
Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2012 - 2016, bahwa jumlah
penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016
penurunan penduduk miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan
target Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Pada tahun 2016 dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu
1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung
tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1%
per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata-rata
penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%
menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung
selama lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk
rawan pangan.
Tabel Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%
Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%
Realisasi Capaian
Kinerja
0,92% 1,26% 0,18% 0,68% 0,43%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
11,88 10,89 10,68
9,25 10,15
16,96
15,62 15,46 15,05 15,24 15,65 14,39 14,21
13,53 13,86
Kota
Desa
Jumlah
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 30
Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan
Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu
:
a. Pengembangan desa mandiri pangan
b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP
c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah
d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat
e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.
f. Akses Pangan
g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan
pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan
pembinaan dan pemantauan di 6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil
pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri
pangan, antara lain :
meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga
Keuangan Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa
(TPD)
Menurunkan tingkat kemiskinan
Menurunkan kerawanan pangan
Meningkatkan tahan pangan
Meningkatkan pola pikir
0,92%
1,26%
0,18%
0,68%
0,43%
1% 1% 1% 1% 1%
0,00%
0,20%
0,40%
0,60%
0,80%
1,00%
1,20%
1,40%
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Realisasi Kinerja
Target Renstra
Target Nasional
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 31
Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan
yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan,
Tanggamus, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil
pembinaan dan pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini
dampaknya belum terlihat karena rata-rata pemberian bantuan modal dari
anggaran APBN ke kawasan desa mandiri pangan untuk usaha kelompok belum
menunjukkan perubahan yang signifikan, pada umumnya dana tersebut untuk
usaha pertanian, seperti menanam bawang merah, jahe, memelihara ikan dsb.
Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi
pangan dan Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor
penyebab dominan yaitu indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada
satupun dalam kondisi aman, untuk faktor ketersediaan pangan dalam kondisi
waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur,
Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat,
sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten Lampung
Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan
Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif
serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan
pangan yang baik, hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan
akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15
Kabupaten tiadak ada yang posisi rawan, untuk akses pangan di Provinsi
Lampung dalam kondisi aman dan waspada. Sementara untuk indikator
pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif aman, hanya Kabupaten
Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk pemanfaatan
pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator (Komposit)
yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada
yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah,
Pesawaran, Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan
jika dilihat dari ke tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan,
Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.
Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 2.632
desa di bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas
1, 358 desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, 1.425
desa/pekon prioritas 4.
Faktor yang menyebabkan desa/pekon tersebut menjadi rawan terhadap
kerentanan pangan disebabkan oleh :
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 32
a. Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata-
rata 0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 – 4 rumah tangga dari 10
rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
b. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar
dengan rata-rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa
terdapat 7 – 8 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki
sanitasi yang baik.
c. Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan
rata-rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga
dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.
d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih
dengan rata-rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah
tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya
surat dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang
perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi
adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan Direksi Perum Bulog no. KD-
199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan
melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai kompensasi
terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan
pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena
belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan
pemerintah yang sudah dititipkan di Bulog. Sehingga kegiatan cadangan pangan
anggarannya diubah pada APBD-P tahun 2016.
Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan
pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di
masyarakat yaitu lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang
No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih bersifat sosial dan
sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat di musim paceklik.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 33
Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara
sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi
salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah
salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan
dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi
perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan lumbung pangan pada akhir-akhir
ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan sistem perdagangan dan
berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2) terjadinya reformasi
peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang sebagai salah satu
solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di pedesaan
dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai
program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah
satu alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan
di musim paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya
di wilayah sentra produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
sejak tahun 2011 melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan
masyarakat, dan pada tahun 2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat
untuk pengisian lumbung dianggarkan dari dana APBN, masing-masing
lumbung mendapat anggaran Rp. 20.000.000,- untuk pengisian lumbung.Pada
tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung dan terealisasi 38 lumbung yang
berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu :
No. Nama Kelompok Alamat Lumbung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Bangun Karya I Jaya Lestari Karya Maju Margo Seto Mekar Jaya Rejosari II Subur Makmur Suka Maju Sumber Rejeki Harapan Tani II Baru Muncul Mugi lestari Rukun Sentosa Sido Dadi Sido Makmur Sido Dadi Trimo Maju Tunas Baru I Tunas Remaja Untung Jaya Ngudi Makmur Tani Maju Setia Bakti Tirta Waru Flamboyan
Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 34
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Harapan Jaya Sederhana Sumber Nabati Tri Kencana Tani Maju Muda Karya Sumber Makmur Ngudi Agung Ngudi Santoso Ngudi Luhur Mekar Sari Margo Mukti II
Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat
Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD
tahun 2016, didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada
panen, maka rata-rata kelompok lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu
antara Rp. 4.500 – Rp. 5.000, tapi masih sesuai dengan RUK. Dari hasil
pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok lumbung meningkatkan
pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar dalam pengelolaan
lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat.
HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN
KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN
Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan
kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga
bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,
permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar
internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli
masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis
informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang
diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan
ketahanan pangan.
Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di
tingkat produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen
No Indikator Kinerja Capaian
2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2015
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Harga Gabah Kering Panen (GKP)) di Tingkat produsen
Koefisien Variasi
3.557 (HPP : 3.300)
≥ HPP (3.700)
CV<10%
≥ HPP (4.000)
100
100
≥ HPP
CV<10%
HPP tahun 2019 belum
diketahui
100
3
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 35
2.
Pangan (beras) di tingkat konsumen
CV : 6% CV = 2%
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan
yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan
pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data.
Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data
harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan
pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi
yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan
kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi
beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan,
kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya
beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam
negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan
menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.
Situasi harga tahun 2016 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi
Lampung sebagai berikut :
Tabel Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016
Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg
Produsen Grosir Eceran Padi.Gabah - GKP
- GKPG - GKG
3.776 4.049 4.603
- - -
- - -
Beras - Premium - Medium - Asalan
8.719 8.034
-
9.937 8.797 7.982
10.558 9.374 8.505
Kacang kedelai - Kering 6.268 8.648 9.962
Jagung pipilan kering - Kering 3.052 4.371 5.363 Cabe - Merah Keriting 26.081 34.750 39.415
Bawang Merah - Bawang Merah 28.520 31.604 36.110
Daging - Sapi di tingkat pemotong - 103.661 -
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 36
- Sapi hidup tingkat peternak
- Daging sapi murni - Ayam broiler/potong
- - -
45.440 -
27.194
- 116.755
30.808
Telur - Ayam ras - 19.153 21.183
Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal - 12.889 14.201
Minyak Goreng - - 12.279 Tepung Terigu - - 7.451
Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat
dari tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari
harga pembelian pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015,
Harga HPP Tahun 2016 untuk Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg.
Berdasarkan Panel harga yang dilakukan dihasilkan harga gabah kering panen
di produsen pada tahun 2016 di Provinsi Lampung mencapai Rp. 3.776/kg atau
lebih tinggi 2,05% dari harga pembelian pemerintah (HPP).
Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen
Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan
untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang
berbeda atau perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang
dinyatakan dengan persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan
untuk mengetahui tingkat kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil,
maka harga tersebut semakin stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV,
maka harga komoditas tersebut tidak stabil. Kondisi kestabilan harga pangan
tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2016 di Provinsi Lampung
No. Komoditas Tahun 2016
Target CV Realisasi CV Ket.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering Beras Premium Beras Medium Beras Termurah Bawang merah Cabai Merah Keriting Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni Tepung Terigu Minyak goring
5 5 5 5 5
25 25 10 10 10 10 10 10
2 3 2 2 2 7
35 6 4 5 2 2 4
S S S S S S
TS S S S S S S
Keterangan :CV : Koefisien Variasi S : Stabil TS : Tidak Stabil
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 37
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi
Pangan (Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari
Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 harga beras baik yang
kualitas premium, medium ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang
ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.
Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 – 2016
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Target Nasional (>HPP) Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Target Renstra (>HPP) Rp. 3.300 Rp.3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Capaian Kinerja Rp. 3.453 Rp. 3.350 Rp. 3.557 Rp. 4.067 Rp. 3.776
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di
tingkat produsen dari tahun 2012 – 2016 sudah diatas harga pembelian
pemerintah (HPP). Dan pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat
konsumen jika dibandingkan dengan target nasional dan target renstra dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 - 2016
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6% CV : 2%
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki
topografi yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung
sektor tersebut (produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu
wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa
wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen
raya sehingga petani, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani selalu
dihadapkan pada berbagai masalah :
- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan,
penyimpanan, pendistribusian/pemasaran
- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan
dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya
dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara)
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 38
- Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena
tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,
menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat
menyebabkan :
- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat
terjadi panen raya
- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani,
gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui
Kementerian pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah
mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan
gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan
penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-PLDPM). Dan
melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap
gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering
panen (GKP) di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di
tingkat konsumen yaitu melalui kegiatan
a. Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan
b. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan
Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di
tingkat produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering
panen (GKP) di tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di
tingkat konsumen, salah satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan
dalam rangka stabilisasi harga pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh
Gapktan ataupun poktan antara lain :
1. Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan,
penyimpanan, pendistribusian/pemasaran;
2. Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan
dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya
dengan harga rendah;
3. Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena
tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan
pendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 39
1. Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen
raya
2. Kekurangan pangan pada saat musim paceklik.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani/Gapoktan di daerah sentra
produksi padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq.
Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN
untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai
akses terhadap pangan melalui Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat ( Penguatan LDPM). Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai
tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran APBN untuk PLDPM kepada 113
gapoktan yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung
Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang, Tanggamus,
Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang sudah
masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang
dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi
PLDPM tahap mandiri (PLDPM tahun 2009 - 2012) pada tahun 2016
dilaksanakan di 83 Gapoktan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung
Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus.
Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Perkembangan Unit Distribusi/Pemasaran
Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P- LDPM sebanyak 25
gapoktan, tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17
Gapoktan, dan tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang
mendapat dana P-LDPM dari tahun 2009 – 2012 sebanyak 83 Gapoktan.
Dana pada unit distribusi mengalami kenaikan sebesar 10,8% untuk
Gapoktan Tahun 2009, untuk Gapoktan tahun 2010 naik 11%, Gapoktan
Tahun 2011 naik sebesar 10,7% dan perkembangan dana bansos
gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5%.
2. Perkembangan Unit Cadangan Pangan
Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini
dikarenakan unit ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok
cadangan pangan di butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan
pada saat panen dengan penambahan sebanyak 5 – 10%.
Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang
dihadapi, antara lain :
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 40
1. Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar
desa/kecamatan
2. Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan
modal untuk saprodi
3. SDM gapoktan yang belum memadai
4. Masih rendahnya mutu/kualitas gabah/jagung anggota gapoktan/petani
5. Sarana transportasi yang kurang mendukung (jalan rusak, jarak jauh, dll)
sehingga biaya angkut jadi tinggi
6. Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak
yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan.
7. Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan
8. Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan
terhadap gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan
kesibukan diluar tugas sebagai PPL.
Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani
terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya
bantuan modal dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli
kelompok terhadap hasil produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga
tetap stabil baik pada saat panen raya ataupun pada saat musim paceklik dan
harga bisa diatas harga pembelian pemerintah (HPP), harga tidak lagi
dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen raya harga jual
turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani. Dan
diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok
tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.
Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah
ketergantungan pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan
ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan air hujan dan pemasaran
menghadapi hari-hari besar, makan sebagian besar sentra produksi pangan
mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga mengalami pola panen
serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang luas, maka disebut
dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil panen
yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani
mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah
ditingkat petani umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP)
dan harga panen asal temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di
bawah harga biaya produksi.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 41
Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen
(petani) sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman
fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada
giliranya juga berdampak pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga petani. Lemahnya daya "Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh
tersedianya modal usaha, tingkat penerapan teknologi pasca panen,
ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi prasarana
angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya
segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses
pengolahan dan penyimpanan terlebih dahulu.
Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil
pertanian pada saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem
"tunda jual " yang sesuai dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal
sistem tunda jual di daerah sentra produksi pangan bertujuan untuk
memperkuat permodalan kelompok tani yang selama ini masih menjadi kendala
besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini maka posisi tawar
dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian, sasaran
untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah
tangga dapat terealisasi.
Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan
produk komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen
secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Aspek distribusi dalam hal ini sangat berperan dalam rangka
stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan data dan informasi distribusi
pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah satu upaya untuk
mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan mobilitas
pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way
Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu
gabah/beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur
ayam ras dan pangan pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan
pasokan komoditas pangan di Kabupaten/Kota yang berupa jembatan timbang
gayam dan way urang Kabupaten Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way
Kanan dan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan
sungai : pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan
Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota Agung Kabupaten Tanggamus,
Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 42
Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan
koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini
telah memenuhi target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra
maupun target nasional.
Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat
Produsen dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat
konsumen menemui beberapa masalah di antaranya :
1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-
hasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan
konsumen pangan khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik
dan hari-hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan
peraturan untuk menjamin siste pemasaran yang adil dan
bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras dan lunak untuk
mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya kemampuan
teknis petugas dan pelaku pemasaran.
2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang
memadai serta terjadinya bencana alam
3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah
bersaing dengan para tengkulak
4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin
kemitraan, baik dengan pihak perbankan maupun pihak swasta
5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan
usahanya
6. Kualitas SDM yang masih kurang
7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi
masih berantakan
Solusi
1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran
serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana
umum distribusi serta pengaturan agar proses distribusi pangan
terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran
masyarakat baik bersifat individu skala kecil, usaha kelompok/koperasi
hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha distribusi di bidang
jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus
di tinngkatkan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 43
2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan
program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui
peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan
kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta peningkatan akses
pangan.
3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin
kemitraan agar usahanya lebih berkembang
4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis
melalui pelatihan dan pendampingan
5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI
ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN
Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator
Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu,
karena kegiatan yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut
sama.
Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di
Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi,
identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan
penganekaragaman pangan.
Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan
aman berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan
ketahanan pangan daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman
pangan. untuk meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan, antara lain : Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi
pangan (pelatihan bagi petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu
tingkat Provinsi dan Nasional, Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan
usaha pangan lokal.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi,
Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2016 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
1.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 44
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019
(%) Targ
et Capaian %
1.
2.
3.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi Protein (Gr/kap/hr)
79,3
1.841,5
49,6
85,0
2.019
56,3
78,0*)
1.856,7*)
50,3*)
91,76
91,96
89,34
87,7
2.064
57
88,94
89,96
88,25
Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan
keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan
utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola ketersediaan dan atau
konsumsi pangan. FAO –RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelomok
pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan
atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi
kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi daya
terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi pangan
penduduk dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya sebagai skor
PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.
Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan
mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup
kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka
100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi
pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang
dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman
konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam
evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik
secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi
Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2016
tercapai yaitu 78,0 (Angka Sementara), seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 45
Tabel Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % %
AKE*) Bobot
Skor Aktual
Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 1.038,4 55,9 51,9 0,5 28,0 26,0 25,0 25,0
Umbi-umbian 25,9 1,4 1,3 0,5 0,7 0,6 2,5 0,6 Pangan Hewani 160,5 8,6 8,0 2,0 17,3 16,0 24,0 16,0
Minyak &Lemak 284,4 15,3 14,2 0,5 7,7 7,1 5,0 5,0
Buah/Biji Berminyak
59,8 3,2 3,0 0,5 1,6 1,5 1,0 1,0
Kacang-kacangan
75,5 4,1 3,8 2,0 8,1 7,6 10,0 7,6
Gula 100,7 5,4 5,0 0,5 2,7 2,5 2,5 2,5 Sayur dan Buah 81,1 4,4 4,1 5,0 21,8 20,3 30,0 20,3 Lain-lain 30,5 1,6 1,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Total 1.856,7 100 92,8 87,9 81,6 100 78,0 Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan pada
tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya baru akan
keluar sekitar bulan Juni 2017.
Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-padian,
sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu
ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari
umbi-umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih
bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging
yang cukup besar. Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu
ditingkatkan, namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan
masyarakat, karena harga produk hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di
kegiatan kawasan rumah pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau
ternak ikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun
bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh
memerlukan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan
kebutuhan untuk dapat menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.
Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat
gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang
cukup dan tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu
manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses
dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut akan terpenuhi bila pangan yang kita
konsumsi beragam, karena secara alami komposisi setiap jenis bahan pangan
memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu, sehingga dengan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 46
mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya
akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga
mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan
memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman
konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih
beranekaragam, seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup
(Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing
rumah tangga.
Tabel Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2012 2013 2014 2015 2016
Target Nasional 89,8 91,5 93,3 84,10 86,2
Target Renstra 89,8 91,5 93,3 84,10 85,0
Realisasi Kinerja 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0
Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2012 - 2016
Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein
(gr/kapita/hari)
Pada tahun 2016 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 1.856,7
kkal/ kapita/hari dari target 2.019 kkal/kapita/hari atau 91,96%, sedangkan
untuk jumlah konsumsi protein terealisasi 50,3 gram/kapita/hari dari yang
ditargetkan sebesar 56,3 atau 89,34%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah
konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein capaian kinerjanya termasuk
tinggi karena pencapainnya antara dari 76 ≤ 90%. Secara rinci pencapaian
Target Nasional
Target Renstra Realisasi Kinerja
70
75
80
85
90
95
2012 2013 2014 2015
2016
89,8 91,5
93,3
84,1 86,2
89,8 91,5
93,3
84,1 85
86,5
84,3 83,4
79,3 78
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 47
jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
2.
Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hr)
1.841,5
49,6
2.016
56,3
1.856,7
50,3
92,10
89,34
2.064
57
89,96
88,25
Sumber Data BKPD Prov. Lampung
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi
dalam satuan Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau
dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung
bahan pangan. Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi
pangan sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang
dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk menilai kuantitas
konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi
(TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan
bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma
atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain
juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada
aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya
beranekaragam makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi
bahan pangan lainnya.
Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan
disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016
PPH Jumlah Konsumsi
Energi
Jumlah Konsumsi
Protein
Target Nasional
Target Renstra
Capaian Kinerja
86,2
85,0
78,0*)
2.040
2.019
1.856,7*)
56,4
56,3
50,30*)
Keterangan *) Data Sementara
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 48
Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk
indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi protein
dan jumlah konsumsi energi masih dibawah target nasional dan target di
renstra.
Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan
konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2016 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 -
2016
Uraian Th. 2012 Th. 2013 Th.
2014 Th. 2015 Th. 2016
Skor PPH Konsumsi
86,5 84,3 83,4 79,3 78,0
Jumlah Konsumsi Energi
2.228 2.156 2.067 1.841,5 1.856,7
Jumlah Konsumsi Protein
59,5 57,2 54,8 49,6 50,3
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
86,2 56,4
2.040
85,0 56,3
2.019
78,0 50,3
1.856,7
0
500
1000
1500
2000
2500
PPH Konsumsi Protein Konsumsi Energi
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 49
Grafik 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Grafik 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-2016
Grafik 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-2016
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi
masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada beragam, bergizi,
86,5
84,3 83,4
79,3 78,0
72
74
76
78
80
82
84
86
88
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
SKOR PPH KONSUMSI
PPH
2.228,0 2.156,0 2.067,0 1.841,5 1.856,7
0,0
500,0
1.000,0
1.500,0
2.000,0
2.500,0
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
59,5
57,2
54,8
49,6 50,3
44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Protein
Konsumsi Protein
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 50
Seimbang dan Aman (B2SA), PPH konsumsi dari tahun 2012 – 2016 terjadi penurunan,
hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada
tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan dalam pengelompokan jenis pangan.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini
yaitu melalui beberapa kegiatan diantaranya terus mensosialisasikan dan
mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan
sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.
upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :
a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional
c. Pengembangan usaha pangan lokal
Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua
aspek penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas
konsumsi (mutu Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan
dalam hal ini dapat mencakup aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan
mikrobiologi/aspek keamanan pangan, aspek organoleptic dan aspek gizi.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada
aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukan hanya
beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga anekaragaman
konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan yang
dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak
ada satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup
jumlah jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan
Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung
menggunakan pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin
beragam dan komposisinya semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman
konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat
perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan pangan
dan gizi.
Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan
Ketahanan Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya
melalui kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran
anak SD/usia dini, petugas Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan
kelompok wanita tani di 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Utara,
Way Kanan dan Bandar Lampung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD
dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan
aman (B2SA).Serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok beras.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 51
Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan
sosialisasi gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan
beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK,
karena tim penggerak PKK merupakan organisasi wanita yang mempunyai
anggota sampai pada tingkat desa, oleh karena itu TP_PKK merupakan mitra
yang sangat cocok dan tepat dalam mensosialisasikan dan menyebarluaskan
gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan
konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung tombak dalam
menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.
Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam,
bergizi, seimbang dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah
harus melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta mengubah pola konsumsi
pangan masyarakat menuju beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam
rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan daerah
melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang
diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun
2016 ini lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10
Oktober 2016 yang diikuti oleh 13 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Adapun
2 Kabupaten tidak ikut yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan
oleh APBD setempat dan Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri
mengikuti LCM tingkat nasional tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung,
karena pada tahun 2015 Kabupaten Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM
tingkat Provinsi.
Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) ini merupakan
salah satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu
rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan
diversifikasi penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di
tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju
ketahanan pangan nasional.
Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber
daya lokal dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha
pengolahan pangan lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin
sulit berkembang dan makin terpinggirkan oleh produk-produk makanan
produk industri yang umumya berbahan baku terigu. Pada tahun 2016, Badan
Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung memberikan bantuan alat
penepung kepada kelompok wanita di 7 Kabupaten, yaitu
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 52
No Nama Kelompok Ketua Kelompok Kecamatan Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tlawung Sari
Tresno Maju
Dewi Sri
Kuntum Berseri
Serunai
Karya Sejahtera
Permata Bunda
Samitri
Hindun Muasoma
Dewi Novita Sari
Suparni
Titik Sadarsih
Darsilah
Tri Handayani
Gunung Sugih
Way Kenanga
Tanjung Raya
Sumberejo
Gading Rejo
Tanjung Sari
Bengkunat
Lampung Tengah
Tlg. Bawang Barat
Mesuji
Tanggamus
Pringsewu
Lampung Selatan
Pesisir Barat
Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan
(PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai
berikut :
Masalah
1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan
pangan secara umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat
disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan
sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan
masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta masih rendahnya
konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur dan buah
2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan
asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal
3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan
pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih
relative lebih tinggi daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan
yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta
masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman
konsumsi pangan melalui berbagai media.
Solusi
1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya
pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.
2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan
keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola
konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam
diversifikasi konsumsi pangan.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 53
3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan
makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha
dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)
PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)
Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada
tahun 2016 sebesar 10% dan terealisasi 7,33% atau 73,3%. Secara rinci di
sajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
No Indikator Kinerja Tahun 2016 Target Akhir Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1..
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10% 7,33%
73,3%
10% 73,3%
Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi baru mencapai 7,33% dari yang ditargetkan. Target renstra dan
tar get nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi adalah 10%, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi belum dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan
indikator. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi
Tahun Jumlah Kebun dan lahan usaha yang sudah Teregister
Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah
tersertifikasi Presentase
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
360 430 468
42 76
117
11,67 17,67 25,00
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2016 baru mencapai 7,33% atau
73,30% dari yang ditargetkan yaitu 10%.
2.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 54
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi yaitu dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara
sosiallisasi atau pelatihan pelatihan
dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman.
Dalam upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan
domestik dan internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan
keamanan pangan produk (food safety) agribisnis terutama untuk produk segar
adalah sanngat penting dan menjadi satu keharusan, sehingga Petani/pelaku
usaha dituntut menjalankan proses produksi yang baik, yang berujung pada
penerapan Hazard analysis critical control point (HACCP), selain hal tersebut,
untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan segar dengan benar
diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan segar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk jaminan
mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label
yang menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI)
atau standar lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan
keamanan pangan, petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan
mutu dan mengajukan permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait
seperti Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa
faktor, yaitu :
1. Dari segi pelaku usaha
Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami
tentang tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun
prima 2 dan belum memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas
produk yang sudah bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras
dari OKKP-D untuk mensosialisasikan tata cara pengajuan
sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir petani/pelaku usaha untuk
menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini kurang dipahami
dan kurang diperhatikan
2. Dari segi konsumen
Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi
sehingga pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap
penting sertifikat untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang
dihasilkannya.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 55
3. Dari segi pasar
Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh
petani/pelaku usaha, dipasaran harga produk pertanian baik yang
bersertifikat maupun yang tidak memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal
ini menjadi salah satu sebab petani enggan untuk mengajukan sertifikasi
atas produk pangan segar yang dihasilkannya.
Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan
beberapa upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang
penerapan mutu dan keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk
yang sudah memiliki sertifikat agar tetap konsisten menerapkan mutu dan
keamanan pangan dalam budidaya produk pangan segarnya, melakukan
sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi produknya, dan juga
melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi dan
registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai
jualnya.
Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan
segar yang tersertifikasi, antara lain :
1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang
teregister
2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh
atas produk yang telah bersertifikat/teregister
3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang
dimiliki oleh petani/pelaku usaha)
4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi
Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir)
untuk lebih menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai
media massa secara intensif
2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir
dalam hal pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi
3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi
4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya
sertifikasi/registrasi dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya
saing produk hortikultura
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 56
PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR
Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah
menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem
Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur
Lampung No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung merupakan revisi dari Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor
G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30 September 2013 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dengan
menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap bahan berbahaya yang
disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan Segar dilakukan
melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan
pangan segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)
No Indikator Kinerja Capaian
2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar (Uji Lab)
91,39% (114,24%)
80% (dibawah
ambang batas)
83,78%
104,73
80% (dibawah
ambang batas)
104,73
Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada
tahun 2016 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung
melakukan inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern.
Sidak dilaksanakan dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat
menyambut bulan suci ramadhan 1437 H dan hari raya idul fitri 1437 H serta
menjelang hari raya natal tahun 2016.
Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di
dapatkan hasil tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai
83,78% dari target 80%. Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium
menunjukkan ada beberapa sampel yang mengandung bahan berbahaya seperti
3.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 57
Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi kadarnya masih di bawah
ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.
Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2016 Badan Ketahanan
Pangan Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 83,78%. Upaya Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan
pangan segar antara lain melalui kegiatan
1. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)
2. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan
segar
3. Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat
4. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga
Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja,
tetapi merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan
membentuk jejaring kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien.
Keamanan pangan menjadi sangat penting mengingat bahwa pada saat ini
tuntutan akan mutu dan keamanan pangan oleh masyarakat dan dunia semakin
tinggi.
Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung
pada tahun 2016 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan
pangan, masih rendahnya kesadaran masyarakat
(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan, kurangnya
monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. Dari
permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan
pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas
pengawas serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas
keamanan pangan, koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring
keamanan pangan serta menggiatkan sosialisasi dan promosi keamanan pangan
secara berkesinambungan. Jejaring keamanan pangan daerah menjadi kunci
kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh karena itu memerlukan
upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi fungsi-fungsi
jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program yang
ada di daerah.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 58
TABEL REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2016
No. Kabupaten Jenis uji Jumlah
Sampel yang Diuji
Hasil Uji Jumlah Komoditi
Asal Komoditi
Negatif Positif
Terdeteksi Aman
dikonsumsi
1 Lampung Barat Formalin 6 4 2 4 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu
Pestisida**) 4 4 0 4 Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu
2 Pringsewu Formalin 1 1 0 1 Buah (jeruk
madu) Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Rhodamin B 3 0 3 0
Kolkan dadu, cendol aci pink,
merah Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Pestisida**) 18 15 3 15 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo
3 Tanggamus Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
Pestisida**) 15 11 4 11 Buah dan Sayur Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
Rhodamin B 1 0 1 0 Cendol merah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
4 Pesawaran Formalin 3 3 0 3 Buah Pasar Sukaraja, Gedong Tataan
Pestisida**) 19 18 1 18 Buah dan Sayur Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan
5 Tulang Bawang Formalin 5 5 0 5 Buah Pasar Unit II
Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Unit II
6 Metro Formalin 9 7 2 7 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih
Pestisida**) 12 11 1 11 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih
7 Bandar Lampung Formalin*) 17 10 7 10 Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lampung
Pestisida**) 0 0 0 0 Buah dan sayur Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung
8 Lampung Timur Formalin 7 7 0 7 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan
Pestisida**) 14 12 2 12 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan
9 Lampung Selatan Formalin*) 10 10 0 10 Buah dan Sayur Pasar Natar
Pestisida**) 19 17 2 17 Buah dan Sayur Pasar Natar
10 Lampung Tengah Formalin 7 4 3 4 Buah Pasar Wates
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 59
Pestisida**) 13 10 3 10 Sayuran dan Buah Pasar Wates
11 Lampung Utara Pestisida**) 15 15 0 15 Buah dan Sayur Pasar Impres
Formalin 8 7 1 7 Buah Pasar Impres
12 Way Kanan Formalin 5 4 1 4 Buah Pasar Baradatu
Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Baradatu
13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) 4 4 0 4 Buah dan Sayur Pasar Mulya Asri
Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Mulya Asri
14 Mesuji Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Brabasan dan Gedung Ram
Formalin 7 6 1 6 Buah Pasar Brabasan dan Gedung Ram
15 Pesisir Barat Pestisida**) 5 5 0 5 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat
Formalin 5 4 1 4 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat
Jumlah 259 217 42 217
Persentase (%) 100 83,78 16,22 83,78
Ket; *) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin
**) Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 60
Permasalahan :
1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat
(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan
3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.
4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan
Solusi :
Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di
Provinsi Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :
1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM
2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel
keamanan pangan segar
3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar
4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah
maupun vertical yang terkait dengan penanganan keamanan pangan
dengan membentuk tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu
dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung
seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
C. Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016
Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 98,83% dari
total yang dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola
pangan harapan (PPH) ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi
energi, dan Jumlah konsumsi protein (99,47%). Sedangkan penyerapan terkecil
pada
kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan
pangan (97,24%).
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang
dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input
tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai
keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga
sebaliknya semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 61
dari seluruh indikator menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan
realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja
sesuai dengan anggaran yang dianggarkan.
Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi
anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan,
yang realisasi anggarannya mencapai 97,24% namun realisasi kinerjanya baru
mencapai 43%, untuk indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor
apa sajakah yang menyumbang kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa
baik koordinasi dan sinergi dengan stakeholder telah terbangun untuk
menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor kemiskinan, karena
masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi harus
melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana
membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk
membiayai kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan
dalam tabel berikut :
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 62
Tabel Pencapaian Kinerja dan anggaran
Sasaran Indikator
Kinerja Anggaran
Target Realisasi %
Realisasi Target Realisasi
%
Realisasi
1. Peningkatan ketersediaam pangan yang beragam
2. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yanng sehat dan aman
3. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH) Konsumsi
3. Jumlah Konsumsi Energi
4. Jumlah Konsumsi Protein
85,6
85,0
2.019
56,3
75,08
78,0*)
1.856,7*)
50,30*)
87,71
91,76
91,96
89,34
637.165.750
633.781.000
99,47
4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
1 0,43 43 397.000.000 386.025.000 97,24
5. Stabilnya hasil pangan pokok di tingkat produsen dan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
7. Coefisien Variasi
HPP ≤ (HPP : 3.700)
CV<10%
3.776
2 %
100
100
196.312.000
192.648.800
98,13
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 63
konsumen Pangan (beras) di Tingkat Konsumen
6. Tercapainya keamanan pangan segar
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10 % 7,33 % 73,3 % 2.813.839.000.
2.789.545.300
99,14
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
80%
83,78 104,73 331.150.000
328.028.000
99,06
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 64
2.3 Rencana Kinerja Tahunan 2017
Secara umum pembangunan ketahanan pangan tahun 2016 mempunyai
program utama yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan
Pangan Masyarakat.
KEGIATAN
1. PELAYANAN ADMINISTRASI 1. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
2. Penyediaan jasa administrasi keuangan
3. Penyediaan alat tulis kantor
4. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
5. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
6. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
7. Penyediaan peralatan rumah tangga
8. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
9. Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
10. Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi dalam daerah
11. Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD
12. Penatausahaan Aset Daerah 2. PROGRAM PENINGKATAN SARANA & PRASARANA APARATUR
1. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
2. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
3. Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor
3. PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR 1. Peningkatan SDM dan Budaya Kerja BKPD Prov. Lampung
4. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN 1. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja
SKPD-
2. Penyusunan Rencana Kerja (RenJa) dan RKA SKPD-
5. PENINGKATAN DIVERSIFIKASI & KETAHANAN PANGAN 1. Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu Keamanan Pangan
Segar
2. Pengembangan Desa Mandiri Pangan
3. Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah
4. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
5. Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan
6. Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga pangan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 65
7. Kegiatan Akses Pangan
8. Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan OKKPD
9. Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang Sudah Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar
10. Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada ISO/IEC 17065
11. Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal
Agrobisinis
12. Audit Internal
13. Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah Sertifikasi/Registrasi
14. Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian di Lokasi
Sentra
15. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
16. Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional
17. Promosi Pangan Segar dan Olahan
18. Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. Nasional
19. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
20. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan
segar
21. Pengembangan usaha pangan lokal
22. Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan
23. Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian
24. Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga
25. Penyusunan Pola Pangan Harapan
26. Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
MATRIK RENCANAN KINERJA TAHUNAN 2017
Dinas Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung mempunyai matrik
rencana kinerja tahunan sesuai dengan sasaran Rencana Strategis Dinas
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, berikut adalah sasaran
strategis Target Tahun 2016 Dinas Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung:
Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target 2017
Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya local
Skor PPH Ketersediaan
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Skor PPH Ketersediaan
88
Menurunkan jumlah
Persentase Penurunan
Penurunan jumlah
Persentase Jumlah Penduduk Rawan
1
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 66
penduduk rawan pangan
Jumlah Penduduk Rawan Pangan
penduduk rawan pangan
Pangan
Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
≥ HPP
Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
CV<10%
Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman;
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
85,9
Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal
Jumlah Konsumsi energy
Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG);
Jumlah Konsumsi energy
2.034
Jumlah Konsumsi Protein
Jumlah Konsumsi Protein
56,5
Meningkatkan keamanan pangan segar
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
Tercapainya keamanan pangan segar.
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
80% (dibawah ambang batas)
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 67
ANGGARAN TAHUN 2017 Dinas Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2017 akan
mengelola belanja langsung sebesar Rp. 5.000.000.000,- dengan rincian sebagai
berikut:
1. PELAYANAN ADMINISTRASI
1. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
beranggarkan Rp97.200.000,- dengan target kinerja 12 bulan layanan.
Kegiatan ini bertujuan untuk pembiayaan telephone, PAM dan PLN
2. Penyediaan jasa administrasi keuangan beranggarkan
Rp.283.972.000,- dengan target kinerja 12 bulan layanan. Kegiatan ini
bertujuan untuk honorarium PPA,PPTK, PTHL, Bendahara dan
Pembantu Bendahara serta Pengurus Barang.
3. Penyediaan alat tulis kantor. Kegiatan ini bertujuan untuk
honorarium PPA, PTHL, Bendahara dan Pengurus Barang. Kegiatan ini
bertargetkan 12 bulan layanan dengan anggaran Rp. 15.000.000
4. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan. Kegiatan ini bertujuan
untuk fotocopy dan mencetak barang cetakan seperti Cetak Kartu
Ucapan dan lainnya dengan anggaran sebesar Rp. 12.500.000,- dan
target kinerja 12 bulan layanan.
5. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
bertujuan untuk mendukung fasilitas instalsi listrik/penerangan
bangunan berupa pembelian lampu dan kabel dan alat-alat listrik
lainnya Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung mempunyai
anggaran sebesar Rp. 10.000.000,- dengan target kinerja 12 bulan
layanan.
6. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor bertujuan untuk
penyediaan sarana dan prasarana kantor Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Lampung dengan anggaran sebesar Rp.67.000.000,- dan
target kinerja 12 bulan layanan.
7. Penyediaan peralatan rumah tangga bertujuan untuk penyediaan
sarana dan prasarana serta kebersihan kantor Dinas Ketahanan
Pangan Provinsi Lampung dengan anggaran sebesar Rp.12.500.000,-
dan target kinerja 12 bulan layanan.
8. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 68
bertujuan untuk penyediaan bahan bacaan berupa koran dan
peraturan perundang-undangan pada Dinas Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung dengan anggaran sebesar Rp. 15.000.000,-
dan target kinerja jumlah eksemplar yaitu 10 eksemplar koran daerah
dan 1 eksemplar koran nasional.
9. Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah dengan
tujuan terlaksananya rapat dan konsultasi ke pusat dan mengikuti
agenda-agenda pusat. Kegiatan ini dengan anggaran Rp.95.683.000,-
dengan target kinerja 12 bulan layanan.
10. Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi dalam daerah dengan tujuan
terlaksananya rapat antara Provinsi dan Kabupaten/Kota dan
kooridnasi ke Kab/Kota se-Provinsi Lampung. Kegiatan ini dengan
anggaran Rp. 122.450.000,- bertargetkan 15 Kab/Kota se-Provinsi
Lampung.
11. Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD bertujuan untuk agar
sistem pengelolaan keuangan pada Dinas Ketahanan Pangan dapat
berjalan dengan baik. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 48.600.000,-
dengan target kinerja 12 bulan layanan Sistem Informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah.
12. Penatausahaan Aset Daerah Kegiatan ini bertujuan agar aset Dinas
Ketahanan Pangan dapat tertata dengan baik,pada tahun ini juga
diadakan sensus barang. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 7.000.000,-
Target kinerja dari kegiatan ini adalah 12 bulan layanan.
2. PROGRAM PENINGKATAN SARANA & PRASARANA APARATUR
1. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional Kegiatan
ini bertujuan untuk memelihara Kendaraan dinas roda 4 sejumlah 5
unit Kegiatan ini mempunyai anggaran sebesar Rp. 119.100.000,-.
2. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor Kegiatan ini
berupa Pemeliharaan Komputer dan AC pada Dinas Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung. Kegiatan ini berangarkan Rp.
10.800.000,-
3. Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor Kegiatan ini bertujuan
untuk merehab gedung/kantor yang mengalami kerusakan
berat/sedang, tahun 2016 akan merehab pintu atap dan pengecetan
dinding luar dengan anggaran sebesar Rp. 100.000.000,-
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 69
3. PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR 1. Peningkatan SDM dan Budaya Kerja BKPD Prov. Lampung Kegiatan ini
untuk Diklat maupun transport yang diselenggarakan didalam
provinsi Lampung. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 5.000.000. Target
dari kegiatan ini adalah 3 Pegawai yang mengikuti Diklat.
4. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN
CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN 1. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja
SKPD- Merupakan kegiatan untuk menyusun laporan tahunan dan
laporan keuangan Dinas Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung. Kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp. 14.280.000 dengan
target kinerja 5 Dokumen antara lain LPPD, LHP, ROK LAKIP dan
database ketahanan pangan.
2. Penyusunan Rencana Kerja (RenJa) dan RKA SK3PD-. Kegiatan ini
merupakan penyusunan Rencana Kerja dan guna pembuatan
RKA/DPA Dinas Kethanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Kegiatan ini beranggarkan Rp. 33.507.000,- dengan target kinerja
selama 2 Dokumen. Yaitu Renja (Renja dan RKT) dan DPA (RKA dan
DPA).
5. PENINGKATAN DIVERSIFIKASI & KETAHANAN PANGAN
1. Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu Keamanan Pangan
Segar Tujuan dari kegiatan ini adalah pemantauan terhadap ada
tidaknya residu pestisida/formalin/zat berbahaya pada sayur dan
buah segar dari kabupaten/kota dilaksanakan melalui pengambilan
sampel. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 189.000.000,-. Kegiatan ini
bertargetkan 15 kab/kota yang terbina batas minimum residu.
2. Pengembangan Desa Mandiri Pangan. Kegiatan ini berupaya untuk
penurunan daerah rawan pangan. Kegiatan Desa Mandiri Pangan
merupakan model kegiatan strategis dengan maksud untuk dapat
mewujudkan ketahanan pangan nasional. Pembangunan ketahanan
pangan nasional dimulai dari wilayah terkecil yaitu desa, dengan
melihat keterpaduan sarana dan prasarana dari aspek ketersediaan
distribusi, konsumsi pangan rumah tangga dan potensi desa yang ada
dari waktu ke waktu. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 100.000.000,-
dengan target 6 kawasan mandiri pangan yang terbina dalam upaya
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 70
penurunan daerah rawan pangan
3. Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP Kegiatan ini dalam rangka
Pemantauan SKPG dan PDRP. Kegiatan ini beranggarkan Rp.
75.000.000,- dengan target kinerja 1 Dokumen hasil pemantauan
SKPG dan PDRP.
4. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Kegiatan ini bertujuan
untuk memberdayakan lumbung pangan berupa pertemuan kepada
kelompok lumbung masyarakat. Kegiatan ini beranggarkan
Rp.100.000.000 dengan target 6 Kab/Kota.
5. Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan
Pangan. Kegiatan ini adalah kegiatan analisa dan penyusunan peta
ketahanan pangan dan kerawanan pangan. Kegiatan ini beranggarkan
Rp.100.000.000,- dengan target kinerja 1 Dokumen berupa Peta dan
laporan kegiatan.
6. Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga pangan
Kegiatan ini memberdayakan Gapoktan agar dapat menstabilkan
harga berupa pertemuan dan laporan. Anggaran pada kegiatan ini
adalah sebesar Rp. 90.000.000,- dengan taret kinerja 12 gapoktan
yang diberdayakan pada kegiatan ini.
7. Kegiatan Akses Pangan Kegiatan ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan bagi masyarakat dan
menganalisis tingkat keterjangkauan pangan dan atau ketahanan
pangan rumah tangga. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 50.000.000,-
dengan target kinerja sebanyak 1 Dokumen akses pangan.
8. Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan OKKPD.
Kegiatan ini untuk pembiayaan Pengawasan Mutu dan Keamanan
Pangan OKKPD selama 12 Bulan. Kegiatan ini bertujuan untuk
memperlancar operasional kelembagaan OKKPD dan menguatkan
kelembagaan dan pengawasan keamanan pangan segar,
memasyaratkan sertifiakasi dan atau tegistrasi kepada pelaku usaha
dalam peningkatan nilai tambah dan daya saing, meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas sumberdaya manusia OKKPD agar lebih
kompeten dalam menjalankan tugas dan fungsi OKKPD. Kegiatan ini
beranggarkan Rp 1.100.000.000,-
9. Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang Sudah
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 71
Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar merupakan kegiatan
survei dan pengawasan terhadap produk/komoditas yang telah
tersertifikasi dan untuk mengetahui konsistensi pelaku usaha baik
kelompok atau perorangan yang telah mendapatkan Sertifikat Prima
dan atau register, memberikan jaminan dan perlindungan kepada
konsumen terhadap barang yang telah registrasi prima 3. Kegiatan ini
beranggarkan Rp. 50.000.000,- dengan target 7 kabupaten yang
tersurveilen/ yang konsisten mengenai jaminan mutu yang telah
bersertifikat.
10. Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada ISO/IEC
17065 Kegiatan ini merupakan agar Dokumen pada Sistem Mutu
mengacu pada ISO/IEC 17065. Anggaran pada kegiatan ini adalah Rp.
37.000.000,- dengan jumlah dokumen: 4 dokumen yang mengacu
pada sistem mutu.
11. Sertifikasi, Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal
Agrobisinis. Kegiatan ini bertujuan memberikan jaminan kepada
konsumen bahwa produk pangan buah dan sayur segar yang
dikonsumsi memiliki mutu baik dan aman untuk dikonsumsi,
meningkatkan daya saing produk sehingga produk yang dihasilkan
memiliki nilai tambah yang lebih baik. Target dari kegiatan ini adalah
50 pelaku usaha dengan anggaran Rp. 200.000.000,-
12. Audit Internal. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat memperbaiki
manajemen OKKP-D Provinsi Lampung baik di bidang administrasi,
bidang dokumen sistem mutu dan bidang teknis operasional
lapangan. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 28.000.000,- dengan target
kinerja 3 bidang yang di audit yaitu Administrasi, Mutu dan Teknis.
13. Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah Sertifikasi/Registrasi
Kegiatan ini berupa kegiatan Pameran yang diikuti Dinas Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung yang mewakili Provinsi Lampung di
Tingkat Nasional. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 35.000.000 dengan
target kinerja 1 kali pameran.
14. Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian di
Lokasi Sentra. Kegiatan ini bertujuan guna peningkatan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan oleh petani/pelaku usaha.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 72
Kegiatan ini beranggarkan Rp. 50.000.000 dengan target kinerja 2 Kab
yang di bimtek dan 30 orang yang di Bimtek.
15. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Kegiatan
ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi
masyarakat dalam menembangkan makanan pokok penggamti beras.
Kegiatan ini bertargetkan pengembangan beras siger di 7 kab/kota
dan seluruh satuan kerja pemerintah daerah. Kegiatan ini
beranggarkan Rp. 80.000.000,-
16. Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional Kegiatan ini
dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia baik tingkat
Nasional mapun tingkat Provinsi Lampung. Kegiatan ini beranggarkan
Rp. 95.000.000,- dengan target kinerja jumlah lomba yang
diselenggarakan dan diikuti sebanyak 2 kali.
17. Promosi Pangan Segar dan Olahan. Kegiatan ini berupa mengikuti
pameran pada acara Lampung Fair atau yang sejenis. Kegiatan ini
beranggarkan Rp.200.00.000 dengan target kinerja 1 kegiatan.
18. Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. Nasional. Kegiatan ini
bertujuan terselenggaranya Peringatan Hari Pangan Sedunia tingkat
Provinsi Lampung yang didalamnya terdapat pemberian hadiah bagi
pemenang Adhikarya Pangan Nusantara Tingkat Provinsi Lampung
dan mengikuti kegiatan Hari Pangan Sedunia tingkat Nasional.
Kegiatan ini beranggarkan Rp.339.808.000,- dengan target 2 kali baik
menyelenggarakan maupun mengikuti.
19. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan Kegiatan ini berupa Rapat
koordinasi Pokja Teknis dan Rapat Koordinasi Pokja Ahli serta Rapat
Pleno antar lingkup Dewan Ketahanan Pangan. Kegiatan ini
beranggarkan Rp. 350.000.000,- dengan target kegiatan sebanyak 4
kali baik itu rapat koordinasi/rapat pleno.
20. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan
pangan segar Kegiatan bertujuan meningkatkan koordinasi lintas
sektor dalam penanganan keamanan pangan (Sistem Jejaring
Keamanan Pangan yang terpadu) antar instansi terkait di Provinsi
Lampung, dan terpromosikannya kemanan pangan sear ke
Kabupaten/Kota. Kegiatan ini menitikberatkan pada Inspeksi
Mendadak (Sidak) ke Pasar Tradisional mapun modern. Kegiatan ini
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 73
beranggarkan Rp. 161.000.000 dengan target 15 kab/kota yang
terkoordinasi antar lintas sektor dalam penanganan keamanan
pangan dan terpromosinya keamanan pangan.
21. Pengembangan usaha pangan lokal Inti dari kegiatan ini adalah
mengembangkan usaha pangan berbasis pangan lokal. Kegiatan ini
berupa hibah alat untuk pengembangan pengolahan pangan lokal.
Kegatan ini beranggarkan Rp. 156.000.000,- dengan target 6 unit alat
yang di hibahkan
22. Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan Kegiatan ini
bertujuan menyusun data pengendalian mobilitas pangan dan untuk
menyusun peta jaringan distribusi pangan di Provinsi Lampung.
Kegiatan ini beranggarkan Rp. 100.000.000,- dengan target komoditi
15 Kab/Kota.
23. Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian.
Kegiatan ini guna meningkatkan keamanan pangan masyarakat
melalui kompetensi SDM Keamanan Pangan. . Kegiatan ini
beranggarkan Rp. 80.000.000 dengan target kinerja 1 kali pameran.
24. Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga. Kegiatan
ini berupa sosialisasi prningkatan gizi pangan keluarga di
kabupaten/kota. Kegiatan ini beranggarkan Rp. 70.000.000,- dengan
target 15 Kabupaten/Kota yang tersosialisasi.
25. Penyusunan Pola Pangan Harapan. Kegiatan ini bertujuan untuk
penyusunan laporan Pola Pangan Harapan Provinsi Lampung.
Kegiatan ini beranggarkan Rp. 47.000.000,- dengan target 1 Laporan
Pola Pangan Harapan Provinsi Lampung.
26. Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Kegiatan ini merupakan pembinaan Kawasan Rumah Pangan Lestari
yang telah diberikan dana Bantuan Sosial. Kegiatan ini berupa
pertemuan dan pemantauan ke kabupaten/kota. Kegiatan ini
beranggarkan Rp. 50.000.000,- dengan target yang terbina adalah 15
kabupaten/kota.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 74
BAB III P E N U T U P
Dalam rangka mendorong dan mensinkronkan pembangunan ketahanan
pangan perlu adanya koordinasi dalam perumusan kebijakan dan langkah-
langkah implementasi pemantapan ketahanan pangan masyarakat. Diharapkan
pemerintah dapat terus memfasilitasi pengembangan Desa Mandiri Pangan,
penyediaan lumbung pangan/tunda jual, diversifikasi pangan, operasionalisasi
OKKPD Provinsi Lampung, dan penanggulangan daerah rawan pangan baik
melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah maupun Anggaran Pendapatan
Belanja Negara.
Rencana Kerja Tahunan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun
2017 masih perlu disempurnakan dan dilengkapi terkait dalam persiapan,
pelaksanaan, pengendalian anggaran dalam rangka mendukung program
Pemerintah Daerah Provinsi Lampung pada tahun 2017.
Dalam proses implementasi program/kegiatan dan anggaran Program
Peningkatan Diversifikasi Pangan dan Ketahanan Pangan Masyarakat Tahun
2017 Provinsi Lampung diharapkan dukungan semua pihak terutama pada
aspek manajemen perlu memperhatikan dan menerapkan sesuai ketentuan dan
peraturan tentang administrasi dan keuangan yang telah ditentukan.
RKT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2017 Page 75
LAMPIRAN
Uraian Indikator Sasaran Satuan Target Uraian Indikator Program Satuan Target Uraian Indikator Satuan Target
Peningkatan ketersediaan
pangan yang beragam
Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Ketersediaan
- 88 - 88
a. Gerakan Percepatan
Penganekaragaman
Konsumsi
Jumlah Kab/Kota
yang terbina
Kab/Kota 7
Peningkatan keragaman
konsumsi pangan yang
sehat dan aman
Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Konsumsi
- 85,9 - 85,9
b. Lomba Cipta Menu
Tingkat Provinsi dan
Nasional
Jumlah lomba cipta
menu yang
diselenggarakan Kab/Kota 2
Angka Konsumsi
EnergiKkal/kap/hr 2034 Kkal/kap/hr 2034
c. Promosi Pangan Segar
dan Olahan
Jumlah kegiatan
promosi pangan
segar dan olahan
yang diikuti Kali 1
Angka Konsumsi
ProteinGram/kap/hr 56,5 Gram/kap/hr 56,5
d. Hari Pangan Sedunia TK.
Provinsi dan TK. Nasional
Jumlah pameran Hari
Pangan Sedunia Tk.
Provinsi dan Nasional Kali 2
e. Pengembangan Usaha
Pangan Lokal
Jumlah KWT yang
mendapat
pelatihan/alat
pengolahan pangan
lokal Kelompok 6
f. Penyusunan Pola Pangan
Harapan
Jumlah Laporan Pola
Pangan Harapan
Kabupaten Laporan 1g. Pembinaan dan
Pemantauan Kawasan
Rumah Pangan Lestari
(KRPL)
Jumlah peserta
Workshop KRPL Orang 15
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
Peningkatan konsumsi
pangan yang sesuai angka
kecukupan gizi (AKG)
MATRIKS RKT TAHUN 2017
Sasaran Strategis Program KegiatanKeterangan
Uraian Indikator Sasaran Satuan Target Uraian Indikator Program Satuan Target Uraian Indikator Satuan Target
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
Sasaran Strategis Program KegiatanKeterangan
a. Pengembangan Desa
Mandiri Pangan
Jumlah Kawasan /
Desa Mandiri Pangan
Kawasan /
desa 6
b. Analisa dan Pemantauan
SKPG dan PDRP
Jumlah Dokumen
atas Pemantauan
SKPG Dokumen 1
c. Pengembangan
Cadangan Pangan
Pemerintah Daerah
Jumlah Cadangan
Pangan Pemerintah
(TON) Ton 0
d. Pengembangan
Lumbung Pangan
Masyarakat
Jumlah Kelompok
Lumbung Pangan Kelompok 20
e. Analisa dan Penyusunan
Peta Ketahanan Pangan
dan Kerentanan Pangan
Jumlah Dokumen
Analisa Peta
Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Dokumen 1
f. Konsolidasi Dewan
Ketahanan Pangan
Jumlah Konsolidasi
Dewan Ketahanan
Pangan Kegiatan 4
6. Harga Gabah
Kering Panen (GKP)
di Tingkat
Produsen Rp. ≥ HPP Rp. ≥ HPP
a. Pemberdayaan Gapoktan
dalam rangka Stabilisasi
Harga Pangan
Jumlah Gapoktan
yang diberdayakan
dan Pembinaan
Keompok tani tunda
jual Gapoktan 12 dan 18
7. Coefisien Variasi
Pangan (beras)
Tingkat Konsumen % 10 % 10
b. Pemantauan dan
Pengendalian Mobilitas
Pangan
Jumlah Komoditas
yang di pantau Komoditas 15
c. Kegiatan Akses Pangan
Jumlah Akses Pangan
di Kabupaten/Kota Kab/Kota 15
% 1
Stabilnya harga pangan
pokok di tingkat produsen
dan konsumen
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
Penurunan jumlah
penduduk rawan pangan
Persentase
Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan
Pangan
% 1
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
Uraian Indikator Sasaran Satuan Target Uraian Indikator Program Satuan Target Uraian Indikator Satuan Target
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
Sasaran Strategis Program KegiatanKeterangan
a. Operasional Pengawasan
Mutu dan Keamanan
Pangan OKKP-D
Jumlah layanan
operasional OKKPD bulan 12
b. Surveilen dan
Pengawasan Produk Hasil
Pertanian yang sudah
sertifikasi/registrasi/produk
yang beredar
Jumlah Pelaku Usaha
yang di surveilen
Pelaku
usaha 7
c. Penyempurnaan
Dokumen Sistem Mutu
mengacu pada ISO/IEC
17065
Jumlah Dokumen
yang di sempurnakan
/ di mutakhirkan Dokumen 4
d. Sertifikasi, registrasi
Produk Labelisasi Prima 3
mendukung Terminal
Agribisnis
Jumlah Pelaku Usaha
yang di sertfikasi
Pelaku
usaha 50
e. Audit Internal
Jumlah bidang yang
di audit Bidang 3
f. Promosi Produk
Unggulan Lampung yang
sudah sertifikasi/registrasi
Jumlah kegiatan
promosi pangan
segar Kali 1
g. Bimtek Penerapan Mutu
dan Keamanan Pagan Hasil
Pertanian di Lokasi Sentra
Jumlah Kab yang di
Bintek guna
Peningkatan Sistem
Jaminan Mutu Kab/Kota 2 DAK
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
% 10Tercapainya keamanan
pangan segar
Persentase
Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Tersertifikasi
% 10
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Uraian Indikator Sasaran Satuan Target Uraian Indikator Program Satuan Target Uraian Indikator Satuan Target
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
Sasaran Strategis Program KegiatanKeterangan
a. Pemantauan,
Pengawasan dan
Pengendalian Mutu
Keamanan Pangan Segar
Jumlah kab/kota yang
di pantau keamanan
pangan segarnya Kab/Kota 15
b. Pengembangan Jejaring
Keamanan Pangan dan
Promosi Keamanan Pangan
Segar
Jumlah
Kabupaten/kota yang
terjamin keamanan
pangannya Kab/Kota 15
c. Pengembangan Produk
Pangan Segar yang
Bermutu dan Bersertifikat
Jumlah Dokumen
pengembangan
pangan segar yang
bermutu dan
bersertifikat Dokumen 1
d. Sosialisasi dan Promosi
Peningkatan Gizi Pangan
Keluarga
Jumlah
Kabupaten/kota yang
tersosialisasi Kab/Kota 15
e. Bimtek Penerapan Mutu
dan Keamanan Pangan
Hasil Pertanian
Jumlah
Kabupaten/kota yang
di tingkatkan
Kompetensi SDM
Keamanan Pangan Kab/Kota 15
80
Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
yang di Uji
% 80
Program Peningkatan
Diversifikasi dan
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketahanan pangan
melalui pengembangan
ketersediaan, distribusi,
konsumsi dan keamanan pangan
segar serta terkoordinasinya
kebijakan ketahanan pangan
%
Rencana Kinerja Tahunan (Tahun 2017) Dinas Ketahanan Pangan
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target 2017
1 Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Skor 88.0
2 Meningkatnya keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Skor 85.9
3 Meningkatnya konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
3. Jumlah konsumsi energi Kkal/kap/hr 2034
4. Jumlah konsumsi protein Gram/kap/hr 56.5
4 Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan
5. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan
% 1%
5 Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
6. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen
Rp./Kg > HPP (Rp. 3700)
7. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen
% 10%>CV
6 Tercapainya keamanan pangan segar 8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
% 10%
9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang diuji
% 80 % (dibawah ambang batas)
7 Tercapainya peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur dan kualitas sarana prasarana perkantoran
10. Tersedianya sumberdaya aparatur dan sarana prasarana perkantoran yang berkualitas
% 100%
E-SAKIP Lampung Rencana Kinerja Tahunan : Dinas Ketahanan Pangan
Halaman 1