Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

31
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Umum Jaringan Trayek Angkutan Umum Jalan Jabodetabek Jakarta, 18 Mei 2016 Idwan Santoso Institut Teknologi Bandung

Transcript of Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Page 1: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan

Focus Group DiscussionPenyusunan Rencana Umum Jaringan Trayek Angkutan Umum Jalan Jabodetabek

Jakarta, 18 Mei 2016

Idwan SantosoInstitut Teknologi Bandung

Page 2: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Wilayah Aglomerasi

Page 3: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Wilayah aglomerasi biasanya terdiri dari beberapaPemerintahan daerah(multiple municipalities)

• Tanggung jawab penanganan sektor berada pada masing2 municipality, tetapi permasalahan ataupun dampaknya berskala regional Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Multi‐Juridiksi

Page 4: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Berbagai strategi yang diterapkan   dalam mengurai permasalahan2 multi‐juridiksi di kota inti cenderung diterapkan terbatas pada wilayah tertentu.  

• Tetapi patut disadari bahwa masyarakat yang melakukan kegiatan di wilayah kota inti bukan hanya yang tinggal di wilayah kota tsb, tetapi juga dari wilayah‐wilayah di sekelilingnya.

Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Multi‐Juridiksi

Page 5: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Secara operasionaltransportasi tidak mengenalbatas wilayah, karenakebutuhan layanan transportasi yang bersifatlintas wilayah administrasi. 

• Kota Inti biasanyamerupakan pusat kegiatandi mana menjadi titiktarikan pergerakan utama

Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Transportasi di Wilayah Aglomerasi

Page 6: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Pergerakan orang tidak hanya pergerakan internal di wilayah kota inti, tetapi juga muncul pergerakan antar wilayah kota inti dan wilayah di sekelilingnya.  

• Secara kuantitatif pergerakan antar wilayah ini besarnya cukup signifikan.

Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Transportasi di Wilayah Aglomerasi

Page 7: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Tidak bisa ditangani secara spasi‐parsial, karena interaksi antar ruang sangatlah intens.

• Persoalan menjadi kompleks pada saat masing‐masing wilayah memiliki otonomi dalam pemerintahan dan juga adanya persaingan yang ketat diantara masing‐masing wilayah.

Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Transportasi di Wilayah Aglomerasi

Page 8: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Hal ini berarti bahwa penyelesaian masalah transportasi tidak bisa hanya diselesaikan dengan menerapkan strategi di wilayah kota Inti. 

Penyelesaian masalah transportasi harus juga meliputi seluruh wilayah secara terintegrasi.

Strategi penyelesaian transportasi harus menggunakan prinsip integrasi ini, yaitu tidak hanya dibatasi oleh batas wilayah kota inti, tetapi juga meliputi wilayah sekitarnya.

Untuk itu diperlukan kolaborasi antar yuridiksi

Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Transportasi di Wilayah Aglomerasi

Page 9: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Penyelesaian masalah transportasi membutuhkan koordinasi kerjasama antar municipality, yaitu antara kota inti dengan wilayah‐wilayah di sekitarnya. 

Koordinasi dan kerjasama tidak hanya dalam perumusan strategi (perencanaan), tetapi juga dalam implementasi, operasionalisasimaupun pemantauan. 

Koordinasi juga harus dilakukan dalam pengalokasi sumber daya, baik sumber daya manusia maupun penganggaran.

Wil.Adm.C

Wil. Adm

A

Wil.Adm.

DWil.Adm.

B

Transportasi di Wilayah Aglomerasi

Page 10: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

No Kabupaten/KotaLuas Wilayah

(Km2)1 DKI Jakarta 662

2 Kota Bogor 119

3 Kab. Bogor 2.664

4 Kota Depok 200

5 Kota Tangerang 184

6 Kota Tang-Selatan 151

7 Kab.Tangerang 1.110

8 Kota Bekasi 210

9 Kab. Bekasi 1.274

Wilayah Jabodetabek

TANGERANG SELATAN

Page 11: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Demografi  Jabodetabek

Page 12: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Guna Lahan  Jabodetabek

Page 13: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Kinerja Transportasi

Page 14: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

1) 1974,JMATS, Jakarta Metropolitan Area Transportation Study2) 1978,JICA, Study of Jakarta Ring‐Road Project3) 1981,JICA, Urban‐Sub‐Urban Railway Transportation in Jabotabek4) 1981,Cipta Karya, Jakarta Metropolitan Development Planning5) 1990, JICA, Integrated Transportation System Improvement by Railway and Feeder 

Service in Jabotabek Area6) 1990,JICA, Jakarta Mass Rapid Transit System Study (JMTSS‐BPPT‐GTZ)7) 1993,DitjenHubDar, Jabotabek Mass Rapid Network (TNPR)8) 1996, JUTSI, Busway Feasibility Study9) 1996,Recommendation on MRT Fatmawati – Kota (SAUM AJA)10) 1999,DitjenHubDar, Revised Basic Design Study for MRT System11) 2000,JICA, Study on Integrated Transportation Master‐Plan I12) 2004,JICA, Study on Integrated Transportation Master‐Plan II;13) 2010, JICA, Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration Project  (JUTPI)

Apa yang telah dilakukan...?

Page 15: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Sektor Sesuaijadwal

sudah & tertunda Belum Jumlah

Pengembangan Jaringan Jalan 2 8 16 26Sistem Pengawasan Lalu Lintas dan TDM 4 5 2 11Bus and Fasilitas Intermodal 3 2 8 13Sistem Kereta Api  2 3 11 16Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan 5 1 2 8Perenc. kota, Kelembagaan &Keuangan 2 4 6 12Jumlah 18 23 45 86

21% 27% 52% 100%Sumber: Evaluasi Menko Ekuin, JICA, Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration Project

Apa yang sudah dicapai ?.....Dari hasil studi terakhir, yaitu JUTPI, di peroleh kesimpulan bahwaprogress dari implementasi program sangat terbatas :  

Page 16: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

1. Aspek regulasi– Tidak adanya dasar hukum dari Rencana 

Induk– Sulitnya pembebasan lahan– Kurangnya koordinasi dengan kebijakan 

Tata Ruang– Banyak aspek yang belum memiliki 

regulasi (tdk ada dasar hukum)

2. Aspek Keuanganan– Terbatasnya sumber keuangan 

Pemerintah daerah– Terbatasnya sumber pendanaan

Mengapa demikian... ?

3. Aspek Kelembagaan– Belum ada Administrasi transportasi

terintegrasi– Lemahnya koordinasi antar moda– Lemahnya koordinasi antar 

stakeholder– Masih terbatasnya kapasitas SDM 

Pemerintah daerah

Hasil evaluasi studi JUTPI menyimpulkan bahwa penyebab dariterbatasnya progress implementasi karena....

Page 17: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Ego kewilayahan• Komitmen yang lemah• Persoalan terlanjur menjadi rumit• Masalah, pola  dan format pembiayaan• Pola kelembagaan kerjasama tidak tepat

Mengapa Kerjasama Sulit ?

Page 18: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Perubahan sosial‐ekonomi masyarakat– Pendapatan Rumah Tangga meningkat– Pemilikan kendaraan meningkat

• Perubahan Pola Penggunaan moda

Sementara itu......

Page 19: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Perubahan Pendapatan

Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010

Page 20: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

No. Provinsi/Kab/Kota

Luas Area(km2)

Jumlah Penduduk(jiwa)

Panjang Jalan(km)

Indeks Aksesibiltas

1 DKI Jakarta 662 9.041.605 7.616,27 11,512 Kabupaten Bogor 2237 4.100.934 1.996,94 0,893 Kabupaten Tangerang 1110 3.324.949 110,39 0,10

4 Kabupaten Bekasi 1065 1.953.380 974,10 0,915 Kota Bogor 109 844.788 702,05 6,446 Kota Depok 212 1.373.860 383,37 1,817 Kota Tangerang 184 1.537.244 375,86 2,048 Kota Bekasi 210 1.994.850 352,79 1,68

No.Provinsi/Kab/Kota

Luas Area(km2)

Jumlah Penduduk(jiwa)

Panjang Jalan(km)

Indeks Aksesibiltas

1 DKI Jakarta 662 9.041.605 7.616,27 11,51

2 Kab. Bogor 2237 4.100.934 1.996,94 0,89

3 Kab.Tangerang 1110 3.324.949 110,39 0,10

4 Kab. Bekasi 1065 1.953.380 974,10 0,91

5 Kota Bogor 109 844.788 702,05 6,44

6 Kota Depok 212 1.373.860 383,37 1,81

7 Kota Tangerang 184 1.537.244 375,86 2,04

8 Kota Bekasi 210 1.994.850 352,79 1,68

Indeks Aksesibilitas

Page 21: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Perubahan Pemilikan Kendaraan

Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010

Page 22: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Perubahan Pemilikan Kendaraan

Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010

2015 (est) 2015 (est)

Page 23: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Perubahan Penggunaan Moda

Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010

Page 24: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Jakarta

Depok

Tangerang

Bogor

Bekasi

Parung

Cibinong

CikarangCibitungSerpong

Ciputat

Pola Pergerakan

Page 25: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

POLA PERGERAKANVOLUME PERGERAKAN LALU-LINTAS (pnp/jam/arah)

2008 2010 2015 2020 2025 2030

Tangerang - Jakarta 119.353 128.720 155.481 187.806 226.852 274.015

Serpong - Jakarta 51.151 55.166 66.635 80.488 97.222 117.435

Bogor/Depok/Cileungsi – Jakarta 133.588 144.072 174.026 210.206 253.909 306.698

Bekasi – Jakarta 109.431 118.019 142.556 172.194 207.993 251.236

Internal Jakarta 1.076.616 1.149.401 1.353,626 1.594.137 1.877.383 2.210.955

Jabodetabek 1.490.138 1.595.378 1.892.323 2.244.832 2.663.359 3.160.339

Pola Pergerakan

Page 26: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Kesenjangan antara “Supply” dan “Demand” semakin besar.

• Penurunan signifikan dari peran angkutan umum• Skala persoalan menjadi semakin luas (multi‐juridiksi) dan semakin Kompleks

• Pola “bussiness as ussual” tidak akan mampu menyelesaikan masalah.

Hal ini mengindikasikan......

Page 27: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Merubah paradigma dari “memfasilitasi pergerakankendaraan” menjadi “memfasilitasi pergerakan orang”meningkatkan peran angkutan umum :

– Kebijakan yang berorientasi pada pembatasan penggunaankendaraan pribadi (pajak, parkir, ERP dll)

– Optimalisasi dan pengembangan sistem perkeretaapian– Pengembangan sistem jaringan angkutan umum berbasisjalan secara lebih terstruktur.

Apa yang diperlukan...?

Page 28: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

• Harus sejalan dengan rencana pengembangan jaringan jalan• Harus didasarkan pada kesepakatan dan komitmen bersama

dari seluruh stakeholder :– Persepsi yang sama– Visi yang sama– Kerja‐bareng (kolaborasi) dalam seluruh proses manajemen

pembangunan (Identifikasi masalah, perencanaan, action‐plan,implementasi, monitoring)

• BPTJ bertindak sebagai fasilitator, koordinator dalam kolaborasi dengan semua stakeholder.

Penyusunan RUJTAUJ

Page 29: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Prasarana Transportasi

Page 30: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Jaringan Jalan Tol di Jabodetabek• Cikampek – DKI Jakarta• Merak – DKI Jakarta• Ciawi – DKI Jakarta• Lingkar Luar (JORR I dan II)• Akses Tanjung Priok• Tol Pelabuhan• Tol DKI Jakarta ‐ Serpong

Page 31: Rencana Jaringan (Idwan Santoso)

Aspek yang harus dirumuskan:• Struktur Jaringan Angkutan umum berbasis jalan (sebagai bagian dari

sistem jaringan angkutan umum terintegrasi), yang terdiri dari :– Rute pada jalur utama– Rute pada jalur kolektor– Rute pada Jalur lokal

• Sebaran titik2 intermodality• Sistem operasi & Pelayanan pada masing‐masing rute.• Kebutuhan infrastruktur dan sarana• Kebutuhan, metoda & Skejul pembiayaan• Pembagian peran (role‐sharing) antar stakeholder

Penyusunan RUJTAUJ