Rencana Jaringan (Idwan Santoso)
Transcript of Rencana Jaringan (Idwan Santoso)
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan
Focus Group DiscussionPenyusunan Rencana Umum Jaringan Trayek Angkutan Umum Jalan Jabodetabek
Jakarta, 18 Mei 2016
Idwan SantosoInstitut Teknologi Bandung
Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Wilayah Aglomerasi
• Wilayah aglomerasi biasanya terdiri dari beberapaPemerintahan daerah(multiple municipalities)
• Tanggung jawab penanganan sektor berada pada masing2 municipality, tetapi permasalahan ataupun dampaknya berskala regional Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Multi‐Juridiksi
• Berbagai strategi yang diterapkan dalam mengurai permasalahan2 multi‐juridiksi di kota inti cenderung diterapkan terbatas pada wilayah tertentu.
• Tetapi patut disadari bahwa masyarakat yang melakukan kegiatan di wilayah kota inti bukan hanya yang tinggal di wilayah kota tsb, tetapi juga dari wilayah‐wilayah di sekelilingnya.
Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Multi‐Juridiksi
• Secara operasionaltransportasi tidak mengenalbatas wilayah, karenakebutuhan layanan transportasi yang bersifatlintas wilayah administrasi.
• Kota Inti biasanyamerupakan pusat kegiatandi mana menjadi titiktarikan pergerakan utama
Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Transportasi di Wilayah Aglomerasi
• Pergerakan orang tidak hanya pergerakan internal di wilayah kota inti, tetapi juga muncul pergerakan antar wilayah kota inti dan wilayah di sekelilingnya.
• Secara kuantitatif pergerakan antar wilayah ini besarnya cukup signifikan.
Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Transportasi di Wilayah Aglomerasi
• Tidak bisa ditangani secara spasi‐parsial, karena interaksi antar ruang sangatlah intens.
• Persoalan menjadi kompleks pada saat masing‐masing wilayah memiliki otonomi dalam pemerintahan dan juga adanya persaingan yang ketat diantara masing‐masing wilayah.
Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Transportasi di Wilayah Aglomerasi
Hal ini berarti bahwa penyelesaian masalah transportasi tidak bisa hanya diselesaikan dengan menerapkan strategi di wilayah kota Inti.
Penyelesaian masalah transportasi harus juga meliputi seluruh wilayah secara terintegrasi.
Strategi penyelesaian transportasi harus menggunakan prinsip integrasi ini, yaitu tidak hanya dibatasi oleh batas wilayah kota inti, tetapi juga meliputi wilayah sekitarnya.
Untuk itu diperlukan kolaborasi antar yuridiksi
Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Transportasi di Wilayah Aglomerasi
Penyelesaian masalah transportasi membutuhkan koordinasi kerjasama antar municipality, yaitu antara kota inti dengan wilayah‐wilayah di sekitarnya.
Koordinasi dan kerjasama tidak hanya dalam perumusan strategi (perencanaan), tetapi juga dalam implementasi, operasionalisasimaupun pemantauan.
Koordinasi juga harus dilakukan dalam pengalokasi sumber daya, baik sumber daya manusia maupun penganggaran.
Wil.Adm.C
Wil. Adm
A
Wil.Adm.
DWil.Adm.
B
Transportasi di Wilayah Aglomerasi
No Kabupaten/KotaLuas Wilayah
(Km2)1 DKI Jakarta 662
2 Kota Bogor 119
3 Kab. Bogor 2.664
4 Kota Depok 200
5 Kota Tangerang 184
6 Kota Tang-Selatan 151
7 Kab.Tangerang 1.110
8 Kota Bekasi 210
9 Kab. Bekasi 1.274
Wilayah Jabodetabek
TANGERANG SELATAN
Demografi Jabodetabek
Guna Lahan Jabodetabek
Kinerja Transportasi
1) 1974,JMATS, Jakarta Metropolitan Area Transportation Study2) 1978,JICA, Study of Jakarta Ring‐Road Project3) 1981,JICA, Urban‐Sub‐Urban Railway Transportation in Jabotabek4) 1981,Cipta Karya, Jakarta Metropolitan Development Planning5) 1990, JICA, Integrated Transportation System Improvement by Railway and Feeder
Service in Jabotabek Area6) 1990,JICA, Jakarta Mass Rapid Transit System Study (JMTSS‐BPPT‐GTZ)7) 1993,DitjenHubDar, Jabotabek Mass Rapid Network (TNPR)8) 1996, JUTSI, Busway Feasibility Study9) 1996,Recommendation on MRT Fatmawati – Kota (SAUM AJA)10) 1999,DitjenHubDar, Revised Basic Design Study for MRT System11) 2000,JICA, Study on Integrated Transportation Master‐Plan I12) 2004,JICA, Study on Integrated Transportation Master‐Plan II;13) 2010, JICA, Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration Project (JUTPI)
Apa yang telah dilakukan...?
Sektor Sesuaijadwal
sudah & tertunda Belum Jumlah
Pengembangan Jaringan Jalan 2 8 16 26Sistem Pengawasan Lalu Lintas dan TDM 4 5 2 11Bus and Fasilitas Intermodal 3 2 8 13Sistem Kereta Api 2 3 11 16Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan 5 1 2 8Perenc. kota, Kelembagaan &Keuangan 2 4 6 12Jumlah 18 23 45 86
21% 27% 52% 100%Sumber: Evaluasi Menko Ekuin, JICA, Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration Project
Apa yang sudah dicapai ?.....Dari hasil studi terakhir, yaitu JUTPI, di peroleh kesimpulan bahwaprogress dari implementasi program sangat terbatas :
1. Aspek regulasi– Tidak adanya dasar hukum dari Rencana
Induk– Sulitnya pembebasan lahan– Kurangnya koordinasi dengan kebijakan
Tata Ruang– Banyak aspek yang belum memiliki
regulasi (tdk ada dasar hukum)
2. Aspek Keuanganan– Terbatasnya sumber keuangan
Pemerintah daerah– Terbatasnya sumber pendanaan
Mengapa demikian... ?
3. Aspek Kelembagaan– Belum ada Administrasi transportasi
terintegrasi– Lemahnya koordinasi antar moda– Lemahnya koordinasi antar
stakeholder– Masih terbatasnya kapasitas SDM
Pemerintah daerah
Hasil evaluasi studi JUTPI menyimpulkan bahwa penyebab dariterbatasnya progress implementasi karena....
• Ego kewilayahan• Komitmen yang lemah• Persoalan terlanjur menjadi rumit• Masalah, pola dan format pembiayaan• Pola kelembagaan kerjasama tidak tepat
Mengapa Kerjasama Sulit ?
• Perubahan sosial‐ekonomi masyarakat– Pendapatan Rumah Tangga meningkat– Pemilikan kendaraan meningkat
• Perubahan Pola Penggunaan moda
Sementara itu......
Perubahan Pendapatan
Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010
No. Provinsi/Kab/Kota
Luas Area(km2)
Jumlah Penduduk(jiwa)
Panjang Jalan(km)
Indeks Aksesibiltas
1 DKI Jakarta 662 9.041.605 7.616,27 11,512 Kabupaten Bogor 2237 4.100.934 1.996,94 0,893 Kabupaten Tangerang 1110 3.324.949 110,39 0,10
4 Kabupaten Bekasi 1065 1.953.380 974,10 0,915 Kota Bogor 109 844.788 702,05 6,446 Kota Depok 212 1.373.860 383,37 1,817 Kota Tangerang 184 1.537.244 375,86 2,048 Kota Bekasi 210 1.994.850 352,79 1,68
No.Provinsi/Kab/Kota
Luas Area(km2)
Jumlah Penduduk(jiwa)
Panjang Jalan(km)
Indeks Aksesibiltas
1 DKI Jakarta 662 9.041.605 7.616,27 11,51
2 Kab. Bogor 2237 4.100.934 1.996,94 0,89
3 Kab.Tangerang 1110 3.324.949 110,39 0,10
4 Kab. Bekasi 1065 1.953.380 974,10 0,91
5 Kota Bogor 109 844.788 702,05 6,44
6 Kota Depok 212 1.373.860 383,37 1,81
7 Kota Tangerang 184 1.537.244 375,86 2,04
8 Kota Bekasi 210 1.994.850 352,79 1,68
Indeks Aksesibilitas
Perubahan Pemilikan Kendaraan
Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010
Perubahan Pemilikan Kendaraan
Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010
2015 (est) 2015 (est)
Perubahan Penggunaan Moda
Sumber: SITRAMP Person trip Survey 2002 dan JUTPI Commuter Survey 2010
Jakarta
Depok
Tangerang
Bogor
Bekasi
Parung
Cibinong
CikarangCibitungSerpong
Ciputat
Pola Pergerakan
POLA PERGERAKANVOLUME PERGERAKAN LALU-LINTAS (pnp/jam/arah)
2008 2010 2015 2020 2025 2030
Tangerang - Jakarta 119.353 128.720 155.481 187.806 226.852 274.015
Serpong - Jakarta 51.151 55.166 66.635 80.488 97.222 117.435
Bogor/Depok/Cileungsi – Jakarta 133.588 144.072 174.026 210.206 253.909 306.698
Bekasi – Jakarta 109.431 118.019 142.556 172.194 207.993 251.236
Internal Jakarta 1.076.616 1.149.401 1.353,626 1.594.137 1.877.383 2.210.955
Jabodetabek 1.490.138 1.595.378 1.892.323 2.244.832 2.663.359 3.160.339
Pola Pergerakan
• Kesenjangan antara “Supply” dan “Demand” semakin besar.
• Penurunan signifikan dari peran angkutan umum• Skala persoalan menjadi semakin luas (multi‐juridiksi) dan semakin Kompleks
• Pola “bussiness as ussual” tidak akan mampu menyelesaikan masalah.
Hal ini mengindikasikan......
Merubah paradigma dari “memfasilitasi pergerakankendaraan” menjadi “memfasilitasi pergerakan orang”meningkatkan peran angkutan umum :
– Kebijakan yang berorientasi pada pembatasan penggunaankendaraan pribadi (pajak, parkir, ERP dll)
– Optimalisasi dan pengembangan sistem perkeretaapian– Pengembangan sistem jaringan angkutan umum berbasisjalan secara lebih terstruktur.
Apa yang diperlukan...?
• Harus sejalan dengan rencana pengembangan jaringan jalan• Harus didasarkan pada kesepakatan dan komitmen bersama
dari seluruh stakeholder :– Persepsi yang sama– Visi yang sama– Kerja‐bareng (kolaborasi) dalam seluruh proses manajemen
pembangunan (Identifikasi masalah, perencanaan, action‐plan,implementasi, monitoring)
• BPTJ bertindak sebagai fasilitator, koordinator dalam kolaborasi dengan semua stakeholder.
Penyusunan RUJTAUJ
Prasarana Transportasi
Jaringan Jalan Tol di Jabodetabek• Cikampek – DKI Jakarta• Merak – DKI Jakarta• Ciawi – DKI Jakarta• Lingkar Luar (JORR I dan II)• Akses Tanjung Priok• Tol Pelabuhan• Tol DKI Jakarta ‐ Serpong
Aspek yang harus dirumuskan:• Struktur Jaringan Angkutan umum berbasis jalan (sebagai bagian dari
sistem jaringan angkutan umum terintegrasi), yang terdiri dari :– Rute pada jalur utama– Rute pada jalur kolektor– Rute pada Jalur lokal
• Sebaran titik2 intermodality• Sistem operasi & Pelayanan pada masing‐masing rute.• Kebutuhan infrastruktur dan sarana• Kebutuhan, metoda & Skejul pembiayaan• Pembagian peran (role‐sharing) antar stakeholder
Penyusunan RUJTAUJ