rencana aksi

25

Click here to load reader

Transcript of rencana aksi

Page 1: rencana aksi

Draft 1 (23 Juni 2006)

RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

PASCA BENCANA GEMPA BUMI

DI YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH

DEPARTEMEN SOSIAL RIJAKARTA, JUNI 2006

Page 2: rencana aksi

RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA GEMPA BUMI

DI PROVINSI DI YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH

DEPARTEMEN SOSIAL RI

I. PENDAHULUAN

Kondisi masyarakat yang terkena bencana gempa bumi di Provinsi DI Yogjakarta dan Provinsi Jawa tengah masih memprihatinkan, dengan kenyataan bahwa upaya penanganan korban bencana masih mengalami berbagai kendala, baik yang berkaitan dengan keterbatasan biaya, tenaga, maupun konsep penanganannya yang komprehensif dan berkelanjutan. Pola penanganan korban bencana saat ini masih terbatas pada pola penanganan yang sifatnya darurat, dalam bentuk bantuan sembilan bahan pokok untuk waktu yang terbatas dan pembangunan insfrastruktur sosial dasar.

Pola penanganan secara komprehensif belum optimal dilaksanakan. Penanganan yang komprehensif dimaksud yaitu penanganan yang tuntas dan melindungi hak asasi manusia secara berkelanjutan, dengan melibatkan berbagai sektor yang terkait secara terkoordinasi pada tingkat organisasi lapangan maupun pada skala nasional.

Salah satu kendala yang terjadi di lapangan yaitu keterbatasan tenaga pelaksana dari jajaran pemerintah yang memiliki keahlian di bidang penanggulangan bencana alam. Keterbatasan tenaga lapangan ini bukan hanya dari sisi kuantitas melainkan juga dari sisi kuantitas yang masih terbatas. Para petugas lapangan yang pada umumnya berasal dari Dinas Sosial setempat, pada umumnya belum pernah dilatih secara khusus dalam menangani masalah bencana. Ketika terjadi bencana alam ataupun bencana sosial sering mengalami ketidaktahuan apa yang harus dilakukan dalam proses evakuasi, rehabilitasi sampai tahap rekonstruksi. Khusus di Kab. Bantul juga mengalami kendala karena tidak adanya Dinas Sosial setempat, sehingga mempersulit percepatan penyaluran bantuan sosial. Namun demikian, berbagai upaya telah dilasanakan semua pihak terkait sehingga dapat meminimalisir dampak sosial bencana alam.

Di samping keterbatasan tenaga lapangan, masalah koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dan LSM/ Orsos di daerah masih harus ditingkatkan. Harapan Komisi VII DPR terhadap

1

Page 3: rencana aksi

Departemen Sosial dalam Rapat Kerja dengan Menteri Sosial tanggal 6 Juni 2006 untuk menjadi leading sector dalam penanggulangan bencana sangat beralasan, karena sejak lama salah satu tugas pokok dan fungsinya yaitu menangani pengungsi, terutama korban bencana alam. Namun, dalam era otonomi daerah, nampaknya masalah koordinasi harus semakin ditingkatkan, mengingat koordinasi tidak terbatas koordinasi antar instansi secara horizontal, namun juga harus dijalin koodinasi secara vertikal dengan jajaran pemerintah daerah yang sudah otonom.

Rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi di Provinsi DI Yogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah yang menjadi prioritas Departemen Sosial didasarkan pada kerusakan dan perkiraan kerugian yang terjadi pada infrastruktur lembaga sosial atau sarana pelayanan kesejahteraan sosial. Sampai dengan tanggal 21 Juni 2006, laporan kerusakan dan perkiraan kerugian yang telah diterima Departemen Sosial berasal dari Dinas Sosial Provinsi DI Jogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pendidikan dan Pelatihan, serta Satkorlak Jateng dan DIY (terlampir). Kerusakan yang parah terjadi pada panti-panti sosial, taman makam pahlawan, rumah-rumah hasil bantuan sosial, balai-balai besar pendidikan dan penelitian, serta sarana penunjang produksi usaha ekonomi produktif bagi rumah tangga miskin, fakir miskin dan para penyandang masalah kesejahetaraan sosial, seperti penyandang cacat, anak terlantar, janda perintis kemerdekaan.

II. GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

II.1 Lokasi Yang Terkena Dampak Bencana

Lokasi yang terkena dampak bencana di DI Yogjakarta meliputi Kab. Bantul, Kab. Sleman, Kota Jogyakarta, Kab. Kulonprogo, dan Kab. Gunung Kidul. Adapun lokasi yang terkena dampak bencana di Provinsi Jawa Tengah meliputi Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Wonogiri, Kab. Purworejo, dan Kab. Magelang.

Lokasi infrastruktur kelembagaan sosial yang terkena dampak bencana dalam bentuk kerusakan yang parah meliputi lokasi Loka Bina Karya (LBK), Panti-panti Sosial, Taman Makam Pahlawan (TMP), Balai Besar PPKS Yogjakarta, dan B2P3KS Yogjakarta.

2

Page 4: rencana aksi

II.2 Kondisi Sosial dan Budaya

Bencana alam gempa tektonik yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 di DI Yogjakarta dan Provinsi Jawa tengah dengan kekuatan 6,3 Skala Richter yang berlangsung selama 52 detik mengakibatkan kerusakan kerugian yang sangat besar dan parah terutama di Kab. Bantul di DI Yogyakarta dan Kab. Klaten di Provinsi Jawa Tengah, tidak hanya kerusakan infrastruktur tetapi juga mengakibatkan ribuan korban jiwa meninggal, luka-luka, dan hilang. Selain itu ratusan ribu orang terpaksa mengungsi karena kehilangan tempat tinggal, banyak anak-anak menjadi yatim piatu.

Bencana yang terjadi telah pula meninggalkan trauma yang cukup berat bagi anak-anak yang diasuh di Panti Sosial, para lanjut usia yang dilayani di Panti Sosial, para penyandang cacat yang dilayani di Panti Sosial. Demikian juga para anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang saat ini kehilangan mata pencaharian dan mengalami kondisi depresi atau stress akibat bencana tersebut. Pada sisi lain, kondisi trauma tersebut bukan hanya dialami oleh para klien panti sosial atau warga binaan Depsos, namun juga dialami juga oleh para petugas/ pekerja sosial panti sosial

II.3 Kondisi Perekonomian

Bencana alam yang terjadi telah mengakibatkan sekitar 120 KUBE fakir miskin yang sebelum telah memiliki mata pencaharian dan mampu mengembangkan usaha ekonomi produktif, menjadi kehilangan mata pencaharian dan mengalami penurunan taraf kesejahteraan atau kembali miskin. Selain itu, juga terdapat warga yang rumahnya dan sarana usahanya mengalami kerusakan parah menjadi jatuh miskin karena kehilangan mata pencaharian. Mereka umumnya yang bekerja pada sektor informal, seperti pengrajin batik, warung/ pedagang kecil, jasa rumah tangga, industri rumah tangga.

II.4 Kondisi Perumahan, Sarana dan Prasarana Publik

Departemen Sosial selama 5 tahun terakhir ini memiliki program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK) atau bantuan berupa bahan rumah bagi rumah tangga miskin yang memiliki rumah tidak layak huni. Akibat bencana gempa tektonik tersebut, rumah-rumah yang telah diperbaiki banyak yang mengalami kerusakan berat. Data rinci rumah tangga miskin yang telah dibantu melalui program RSDK masih dalam proses perhitungan.

3

Page 5: rencana aksi

Sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau infrastruktur kelembagaan sosial yang terkena dampak bencana di DI Yogjakarta dalam bentuk kerusakan yang parah meliputi lokasi Loka Bina Karya (LBK) Penyandang Cacat di Kab. Bantul, LBK di Kota Yogjakarta, Panti Sosial Bina Netra (PSBN), Panti Sosial Karya Wanita (PSKW), Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasongan, Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Gunung Kidul, Panti Penaungan Wanita (PPW), Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP), Panti Sosial Bina Karya (PSBK), Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Negara dan TMP Kusuma Bangsa, TMP Bhakti Pertiwi, Balai Besar PPKS Yogjakarta, B2P3KS Yogjakarta.

Infrastruktur kelembagaan sosial yang terkena dampak bencana di Provinsi Jawa Tengah masih dalam proses pendataan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Selain lokasi infrastruktur kelembagaan sosial tersebut, lokasi-lokasi yang menjadi sasaran Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Program Pemberdayaan Keluarga, Program Peningkatan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial; juga terkena dampak bencana dalam bentuk kerusakan sarana prasarana bantuan sosial yang telah diberikan Departemen Sosial atau Dinas Sosial.

III. PERKIRAAN KERUSAKAN DAN KERUGIAN

A. Perkiraan kerusakan dan kerugian secara umum

Data perkiraan kerusakan per tanggal 21 Juni 2006 adalah sebagai berikut:

1. DI. YogyakartaKab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, Kab. Kulon Progo, kab. Sleman dan Kota Yogyakarta : Meninggal Dunia : 4.698 orang, Luka-luka : 18.828 orang, Rumah Rusak : 429.922 Unit dan manusia menderita : 1.603.777 orang. Perkiraan kerugian : 410.561 unit x Rp. 30.000.000,- = Rp.12.316.830.000.000,-

2. Provinsi Jawa TengahKab. Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Purworejo, dan Magelang : Meninggal dunia : 1.063 org, Luka-luka : 18.526 orang, Rumah rusak : 203.407 unit dan manusia menderita : 759.796 orang. Perkiraan kerugian : 203.407 unit x Rp. 30.000.000,- = Rp.6.102.210.000.000,-

4

Page 6: rencana aksi

B. Perkiraan kerusakan dan kerugian pada infrastruktur lembaga sosial

1. Kerusakan sarana prasarana, gedung perkantoran dan peralatan pelayanan Panti Sosial dan Loka Bina Karya di wilayah DI Yogjakarta dengan total perkiraan kerugian sebesar Rp. 5.267.106.530,-, yang terdiri atas :

a. Kerusakan lantai I dan II Loka Bina Karya (LBK) Penyandang Cacat Kab. Bantul dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 191.668.530,-

b. Kerusakan lantai I dan II Loka Bina Karya (LBK) Penyandang Cacat Kota Yogjakarta dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 126.230.000,-

c. Kerusakan sarana dan prasarana, gedung kantor dan peralatan Panti Sosial Bina Netra (PSBN) dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 898.322.000,-

d. Kerusakan sarana dan prasarana, gedung kantor dan peralatan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) dengan perkiraan kerugian sebesar Rp.520.792.000,-

e. Kerusakan sarana dan prasarana, gedung kantor dan peralatan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW Kasongan) dengan perkiraan kerugian sebesar Rp.340.000.000,-

f. Kerusakan rumah dinas di lingkungan Panti Sosial Bina Karya dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 35.000.000,-

g. Kerusakan sarana prasarana dan peralatan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 1.024.000.000,-

h. Kerusakan sarana prasarana, gedung perkantoran dan peralatan pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 1.445.094.000,-

i. Kerusakan sarana prasarana, ruang praktek dan peralatan Panti Penauangan Wanita (PPW) dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 390.000.000,-

j. Kerusakan ruang perkantoran di lingkungan Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 100.000.000,-

2. Kerusakan Taman Makam Pahlawan, MPN dan BPR Perintis Kemerdekaan dan Warakawuri dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 2.064.238.364,- meliputi TMP Kusuma Negara Kota Yogjakarta, TMP Kusuma Bangsa Kab. Bantul, MPN Ki Hajar Dewantoro, MPN R.M Suryopranoto, MPN, Sultan Agung, MPN Sri Sultan Hamengku Buwono IX, MPN

5

Page 7: rencana aksi

Pakubuwono VI, MPN Nyi Ageng Serang, rumah-rumah janda Perintis Kemerdekaan, dan Rumah-rumah Warakawuri.

3. Kerusakan sarana prasarana, gedung perkantoran, asrama, ruang kelas, peralatan pendidikan dan pelatihan di Balai Besar PPKS Veteran dan BBPPKS Sleman, serta B2P3KS Yogjakarta dengan perkiraan kerugian sebesar 2.428.708.000,-

4. Kerusakan sarana prasarana penunjang produksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) KUBE Sejahtera bantuan Depsos baik yang didanai langsung dari pusat (pilot project nasional) maupun melalui Dekon yang telah menjadi investasi masyarakat

6

Page 8: rencana aksi

IV. KEBIJAKAN, PRINSIP DAN STRATEGI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

IV.1 Kebijakan Umum

Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana berdasarkan perspekstif pelayanan kesejahteraan sosial adalah :1. Rehabilitasi pelayanan kesejahteraan sosial yang

dilaksanakan panti-panti sosial dan lembaga sosial lainnya2. Pembangunan kembali perumahan3. Pemulihan trauma psikologis korban bencana alam 4. Peningkatan akses seluas-luasnya bagi keluarga korban

bencana alam terhadap sumber daya ekonomi dan pelayanan sosial dasar

5. Peningkatan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam penanggulangan dampak sosial korban bencana alam

6. Perlindungan sosial terhadap hak-hak dasar keluarga miskin, termasuk anak-anak dan perempuan yang menjadi korban bencana alam untuk mendapatkan akses pelayanan sosial dasar

7. Peningkatan kualitas manajemen penanggulangan dampak sosial bencana alam

IV.2 Prinsip-prinsip Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana

Prinsip-prinsip rehabilitasi dan rekonstruksi : (1) responsiveness; (2) profesionalisme; (3) kesetiakawanan sosial; (2) transparansi; (3) akuntabilitas kepada publik.

IV.3 Strategi Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Strategi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana 1. Penilaian kebutuhan (need assessment) terhadap

kebutuhan pemulihan minimal dari hasil penilaian kerusakan dan kerugian (loos and damage assessment)

2. Penyediaan bantuan dasar pangan, sandang, papan dan fasilitas bantuan yang dibutuhkan pasca tanggap darurat

3. Penyediaan bantuan stimulans bahan bangunan rumah bagi korban bencana alam

4. Peningkatan koordinasi lintas pelaku dalam melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

7

Page 9: rencana aksi

5. Peningkatan fungsi sosial korban bencana melalui pelayanan rehabilitasi sosial berupa konseling bagi keluarga korban yang mengalami trauma/ stress, pelayanan konsultasi keluarga, dan pendampingan sosial ekonomi produktif.

6. Perlindungan sosial bagi anak, perempuan dan kelompok rentan melalui penggalangan kepedulian sosial dan kesetiakawanan sosial masyarakat.

7. Pemberdayaan sosial ekonomi korban bencana kategori rumah tangga miskin melalui bantuan sarana penunjang produksi dan akses modal usaha melalui Lembaga Keuangan Mikro/ Koperasi

8. Pemberdayaan masyarakat dalam rehabilitasi dan rekonstruksi lembaga-lembaga sosial.

IV.4 Langkah aksi yang telah dilaksanakan

1. Pada saat terjadinya bencana, Departemen Sosial berkoordinasi dengan Dinas Sosial Propinsi/Kab/Kota melalui mekanisme BAKORNAS PBP, Satkorlak PBP dan Satlak PBP mengidentifikasi permasalahan di lapangan mengenai data korban, kerusakan dan kerugian. Dalam Depsos juga menerjunkan Taruna Siaga Bencana (Karang Taruna yang telah dilatih) dan aparat Dinas Sosial dan UPT untuk menjadi petugas rescue penanggulangan bencana.

2. Pada saat tanggap darurat telah disediakan buffer stock beras, lauk-pauk/permakanan, sandang, tenda, genset, peralatan dapur dan lain-lain di masing-masing Propinsi untuk segera didroping di lokasi bencana. Di samping bantuan sosial langsung dari Depsos, juga Depsos berperan menggkoordinasikan berbagai bantuan sosial yang datang dari berbagai pihak.

3. Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan data dari lapangan maka segera direspon bantuan stimulans bahan bangunan rumah bagi korban bencana alam yang rumahnya rusak berat atau rusak total serta kegiatan konseling untuk mengatasi masalah trauma dari keluarga korban.

4. Kendala yang dihadapi sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut :a. Koordinasi di lapangan antara Instansi terkait.b. Penjangkauan pelayanan kepada korban bencana yang

sulit karena sarana transportasi dan kondisi geografis.c. Kualitas dan kuantitas bantuan kadang-kadang tidak sesuai

dengan kondisi lapangan.

8

Page 10: rencana aksi

d. Dukungan anggaran yang belum memadai untuk mengantisipasi frekuensi kejadian bencana dengan berbagai keadaannya.

5. Penangulangan bencana alam gempa bumi tektonik di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah Departemen Sosial telah menyalurkan bantuan seperti berikut :

a. Permakanan : a) Beras : 575 ton (575.000 kg) ; DIY : 475 ton, Jawa Tengah : 100 ton; b) Sardencis : 10.000 kaleng; c) Kecap : 10.000 botol; d) Sambel : 10.000 botol; e) Minyak Goreng : 10.000 liter dan f) Mie Instant : 13.500 dos/540.000 bungkus

b. Sandang : a) Selimut : 5.000 lembar; b) Sarung : 5.000 lembar; c) Daster: 5.000 lembar; d)Kaos berkerah : 5.000 lembar

c. Peralatan evakuasi kit :

- Tenda pleton : 275 unit (DIY : 175 unit , Jateng : 100 unit)

- Tenda regu : 50 unit (DIY : 25 unit, Jateng : 25 unit)- Tenda gulung : 1.050 unit ( DIY : 550 unit, Jateng : 500

unit)- Velbet : 200 unit, Genset : 5 unit, Peralatan dapur

umum lapangan : 7 unit dan Tikar : 5.000 lembar.

d. Bantuan yang berasal dari masyarakat luar negeri secara langsung dikoordinasikan oleh BAKORNAS PBP di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta sampai dengan saat ini masih terus mengalir untuk segera didistribusikan atau disalurkan kepada korban bencana di titik-titik penampungan.

V. RENCANA AKSI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

V.1 Program Bantuan Sosial Korban Bencana Alam

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Departemen Sosial bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi rumah penduduk menjadi salah satu tanggung jawab yang harus dilaksanakan, maka dibutuhkan dana sebesar Rp.3.019.500.000.000,- yang akan digunakan untuk:

1. Bantuan BBR bagi rumah yang rusak sebanyak 300.000 unit x Rp.10.000.000,- = Rp. 3.000.000.000.000,- dengan asumsi bahwa 50 % rumah yang rusak telah ditangani oleh Instansi

9

Page 11: rencana aksi

terkait seperti Dept. PU, Menpera, Pemerintah Daerah setempat. Pola penyaluran bantuan yang selama ini dilakukan oleh Departemen Sosial adalah dengan mekanisme padat karya atau gotong royong, sehingga bantuan bahan bangunan rumah tersebut mempunyai sifat stimulans saja, karena ada sisi pekerjaan sosial didalamnya dengan memberdayakan atan potensi sumber daya manusia yang ada dari korban bencana alam dan masyarakat sekitarnya.

2. Bantuan Santunan Sosial bagi korban bencana bagi 3.000 jiwa x Rp. 4.000.000,- = Rp. 12.000.000.000,- dengan asumsi bahwa 50 % korban yang meninggal dunia telah ditangani oleh Bakornas PBP atau Pemerintah daerah Setempat.

3. Bantuan Makanan Tambahan Bergizi bagi korban bencana alam sebanyak 75.000 jiwa/anak x Rp 100.000 = Rp 7.500.000.000,- dengan asumsi anak-anak dan dewasa membutuhkan makanan tambahan bergizi supaya tidak rentan terhadap berbagai penyakit karena sanitasi dan lingkungan yang buruk.

V.2 Program Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Lembaga Sosial

1. Rehabilitasi sarana prasarana, gedung perkantoran dan peralatan pelayanan Panti Sosial dan Loka Bina Karya di wilayah DI Yogjakarta dengan total perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 5.267.106.530,-, yang terdiri atas :

a. Rehabilitasi lantai I dan II Loka Bina Karya (LBK) Penyandang Cacat Kab. Bantul dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 191.668.530,-

b. Rehabilitasi lantai I dan II Loka Bina Karya (LBK) Penyandang Cacat Kota Yogjakarta dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 126.230.000,-

c. Rehabilitasi sarana dan prasarana, gedung kantor dan peralatan Panti Sosial Bina Netra (PSBN) dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 898.322.000,-

d. Rehabilitasi sarana dan prasarana, gedung kantor dan peralatan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp.520.792.000,-

10

Page 12: rencana aksi

e. Rehabilitasi sarana dan prasarana, gedung kantor dan peralatan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW Kasongan) dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp.340.000.000,-

f. Rehabilitasi rumah dinas di lingkungan Panti Sosial Bina Karya dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 35.000.000,-

g. Rehablitasi sarana prasarana dan peralatan Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 1.024.000.000,-

h. Rehablitasi sarana prasarana, gedung perkantoran dan peralatan pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 1.445.094.000,-

i. Rehabilitasi sarana prasarana, ruang praktek dan peralatan Panti Penauangan Wanita (PPW) dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 390.000.000,-

j. Rehabilitasi ruang perkantoran di lingkungan Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 100.000.000,-

2. Rehabilitasi Taman Makam Pahlawan, MPN dan BPR Perintis Kemerdekaan dan Warakawuri dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 2.064.238.364,- meliputi TMP Kusuma Negara Kota Yogjakarta, TMP Kusuma Bangsa Kab. Bantul, MPN Ki Hajar Dewantoro, MPN R.M Suryopranoto, MPN, Sultan Agung, MPN Sri Sultan Hamengku Buwono IX, MPN Pakubuwono VI, MPN Nyi Ageng Serang, rumah-rumah janda Perintis Kemerdekaan, dan Rumah-rumah Warakawuri.

3. Rehabilitasi sarana prasarana, gedung perkantoran, asrama, ruang kelas, peralatan pendidikan dan pelatihan di Balai Besar PPKS Veteran dan BBPPKS Sleman, serta B2P3KS Yogjakarta dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar 2.428.708.000,-

V.3 Program Rehabilitasi Sosial Korban Bencana

Pelayanan konseling bagi keluarga korban bencana alam, konseling keluarga dan pendampingan sosial ekonomi produktif yang dilakukan oleh para pekerja sosial profesional dibantu oleh relawan sosial dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 3.000.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan biaya pelatihan tenaga pekerja sosial/ konselor/ penyuluh sosial, fasilitasi

11

Page 13: rencana aksi

Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga, fasilitasi Panti Sosial yang difungsikan sekaligus sebagai Trauma Center, pendampingan sosial bagi Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin dan Keluarga Rentan Sosial Ekonomi, serta perempuan pencari nafkah.

Para petugas tersebut akan melaksanakan upaya-upaya meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam penanggulangan dampak sosial korban bencana alam dan memberikan perlindungan sosial terhadap hak-hak dasar keluarga miskin, termasuk anak-anak dan perempuan yang menjadi korban bencana alam untuk mendapatkan akses pelayanan sosial dasar

V.4 Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi Korban Bencana

Pemberian bantuan sarana prasarana penunjang produksi bagi 120 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Di Yogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah serta penguatan modal usaha bagi 4 (empat) Lembaga Keuangan Mikro (LKM) KUBE Sejahtera di Kab. Sleman dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 2.800.000.000,-. Khusus bagi anggota KUBE yang memiliki pinjaman pada LKM Kube Sejahtera, tetapi terkena dampak bencana sehingga kehilangan mata pencaharian, maka seluruh pinjamannya dihibahkan/ tanpa perlu dikembalikan lagi.

Secara keseluruhan jumlah dana yang dibutuhkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi lembaga-lembaga sosial sebesar Rp. 3,03 Trilyun, dengan rincian sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini.

12

Page 14: rencana aksi

Tabel 1. Kebutuhan anggaran rehabilitasi dan rekonstruksi lembaga- lembaga sosial

No Program Sasaran Anggaran yang

Dibutuhkan1 2 3 4

I Program bantuan Sosial Korban Bencana

- Bantuan BBR bagi rumah yang rusak sebanyak 300.000 unit x Rp.10.000.000,- = Rp. 3.000.000.000.000,-

- Bantuan Santunan Sosial bagi korban bencana bagi 3.000 jiwa x Rp. 4.000.000,- = Rp. 12.000.000.000,-

- Bantuan Makanan Tambahan Bergizi bagi korban bencana alam sebanyak 75.000 jiwa/anak x Rp 100.000 = Rp 7.500.000.000,-

Rp.3.019.500.000.000,-

II Program rehabilitasi sarana dan prasarana lembaga sosial

- Rehabilitasi lantai I dan II LBK Penyandang Cacat Kab. Bantul: Rp. 191.668.530,-- Rehabilitasi lantai I dan II LBK Penyandang Cacat Kota Yogjakarta : Rp. 126.230.000,-- Rehabilitasi Panti Sosial Bina Netra : Rp. 898.322.000,-- Rehabilitasi Panti Sosial Karya Wanita : Rp.520.792.000,-- Rehabilitasi Panti Sosial Tresna Werdha : Rp.340.000.000,-- Rehabilitasi rumah dinas di lingkungan Panti Sosial Bina Karya : Rp. 35.000.000,-- Rehablitasi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) : Rp. 1.024.000.000,-- Rehablitasi Panti Sosial Asuhan Anak : Rp. 1.445.094.000,-- Rehabilitasi Panti Penauangan Wanita : Rp. 390.000.000,-- Rehabilitasi Panti Sosial Parmadi Putra : Rp. 100.000.000,-- Rehabilitasi Taman Makam Pahlawan, MPN dan BPR Perintis Kemerdekaan dan Warakawuri : Rp. 2.064.238.364,-

Rp. 5.267.106.530,-

13

Page 15: rencana aksi

- Rehabilitasi Balai Besar PPKS dan B2P3KS : 2.428.708.000,-

14

Page 16: rencana aksi

1 2 3 4

III Program rehabilitasi sosial korban bencana

Pelayanan konseling di Trauma Center bagi keluarga korban bencana alam, konseling keluarga dan pendampingan sosial ekonomi produktif yang dilakukan oleh para pekerja sosial profesional dibantu oleh relawan sosial

Rp. 3.000.000.000,-

IV Program pemberdayaan sosial ekonomi korban bencana

Pemberian bantuan sarana prasarana penunjang produksi bagi 120 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) fakir miskin dan keluarga rentan sosial ekonomi di Di Yogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah serta penguatan modal usaha bagi 4 (empat) Lembaga Keuangan Mikro (LKM) KUBE Sejahtera Unit 017 s.d Unit 20 di Kab. Sleman

Rp. 2.800.000.000,-

Total Anggaran yang dibutuhkan

Rp. 3.030.567.106.530,-

VI. PENDANAAN, KOORDINASI DAN PENGENDALIAN

REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

1. Pendanaan dalam rangka penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi Yogya dan Jateng berasal dari Anggaran Optimalisasi Anggaran Tahun 2006, APBN-P tahun 2006, APBN Tahun 2007 dan Dana UKS, serta Bantuan Luar Negeri. Program dilaksanakan dengan mekanisme Surat Kuasa Pengguna Anggaran yang diterbitkan dari Departemen Sosial kepada Dinas Sosial Propinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarkan data yang akurat di lapangan.

2. Koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana melibatkan Pemerintah Daerah setempat, instansi terkait, Orsos/ LSM, masyarakat dan pendamping sosial di daerah. Pada kedua wilayah yang terkena bencana terdapat instansi sosial setingkat dinas sosial (kecuali Kab. Bantul), sehingga jaringan kelembagaan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pada bidang program kesejahteraan sosial dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

15

Page 17: rencana aksi

3. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti Itjen, BPKP dan BPK dalam pelaksanaan agar dapat terkendali sesuai dengan peraturan dan aturan yang berlaku.

VII. RENCANA MITIGASI DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA

Gejala alam yang sering terjadi pada akhir-akhir ini turut serta mewarnai kondisi buruk dalam kehidupan bermasyarakat, seperti terjadinya bencana alam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian yang serius oleh pemerintah dan masyarakat. Indonesia yang mempunyai wilayah luas dan berkedudukan di katulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera. Letak geografis, keadaan geologis, iklim dan fisiografi suatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan terhadap bencana alam dimana terdapat 500 gunung api (129 aktif), terdiri dari kepulauan (2/3 air), 500 sungai besar dan kecil (30 %) melintasi pemukiman padat penduduk. Disamping itu, sebaran penduduk yang tidak merata dengan kepadatan penduduk yang berpusat disuatu wilayah dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Semakin terbatasnya lahan pemukiman, sehingga dapat berakibat terabaikannya tata ruang, tata guna tanah dan lingkungan; yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya bencana alam

Fenomena alam yang sering terjadi pada akhir-akhir ini turut serta mewarnai kondisi buruk dalam kehidupan bermasyarakat, seperti terjadinya bencana alam antara lain gempa bumi seperti yang terjadi di Nias, DI Jogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah, banjir, tanah longsor dan tsunami telah menjadi perhatian yang serius oleh pemerintah dan masyarakat.

Untuk itu Pogram Nasional Mitigasi dan Pengurangan Resiko Bencana ditujukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewapadaan serta peran serta aktif masyarakat dalam penanggulangan bencana alam sekaligus menghindarkan dan/atau meminimalisir dampak sosial ekonomi yang diakibatkan bencana alam.

Sasaran prioritas adalah perorangan, keluarga dan kelompok masyarakat korban bencana alam terutama yang berada dalam kondisi rawan dan rentan bahkan tidak mampu.

Komponen kegiatan meliputi :

1. Pra Bencana Alam , meliputi kegiatan Preventif, Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Preventif (pencegahan) merupakan kegiatan yang menitikberatkan pada upaya penyebarluasan tentang peraturan perundang-undangan dan

16

Page 18: rencana aksi

kebijakan-kebijakan yang berdampak untuk meniadakan atau mengurangi resiko bencana alam. Mitigasi (penjinakan) merupakan kegiatan yang lebih menitikberatkan pada upaya secara fisik untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana alam. Kesiapsiagaan merupakan kegiatan untuk menyiapkan kualitas dan kuantitas bantuan fisik dan non fisik termasuk jaringan informasi dan komunikasi serta personel penanggulangan bencana alam, baik aparat pemerintah dan unsur masyarakat tingkat pusat dan daerah.

2. Saat Bencana Alam , kegiatan yang dilaksanakan yaitu tanggap darurat yang menitikberatkan pada upaya pengerahan seluruh potensi penanggulangan bencana alam guna mencari, menolong dan menyelamatkan korban bencana alam serta memberikan pelayanan bantuan darurat secara cepat, tepat dan terkoordinasi.

3. Pasca Bencana Alam , dilaksanakan kegiatan rehabilitasi fisik, rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial korban bencana alam. Rehabilitasi fisik korban bencana alam menitikberatkan pada upaya untuk pemenuhan kebutuhan fisik (seperti tempat tinggal). Rehabilitasi sosial menitikberatkan pada upaya untuk pemenuhan kembali fungsi-fungsi sosial korban bencana alam agar kondisi kehidupan korban seperti atau lebih baik dari pada sebelum bencana alam. Pemberdayaan sosial menitikberatkan peningkatan kemampuan/ keterampilan di bidang usaha ekonomi produktif agar fungsi ekonomi keluarga korban dapat dipulihkan kembali.

Stategi untuk mencapai tujuan yaitu melalui pemberdayaan keluarga korban bencana alam, optimalisasi sumber lokal, kemitraan dan kerjasama dengan organisasi sosial kemasyarakatan, LSM, RAPI, dunia usaha, instansi terkait, peningkatan kapasitas pelayanan (evakuasi KIT), penyediaan sarana dan prasarana komunikasi penanggulangan bencana, desentralisasi pelaksanaan program serta integrasi pelayanan dalam penanggulangan bencana alam secara terpadu.

Indikator kinerja yang ditetapkan meliputi :1) Terpenuhinya kebutuhan dasar minimal korban

bencana alam berupa sandang, pangan dan lauk-pauk masa tanggap darurat.

2) Terlindunginya kondisi sosial psikologis anak-anak, perempuan dan kelompok rentan lainnya

3) Meningkatnya taraf kesejahteraan korban bencana alam melalui bantuan sarana penunjang produksi untuk usaha ekonomis produktif dan akses modal usaha melalui LKM/ Koperasi.

17

Page 19: rencana aksi

4) Meningkatnya kepedulian masyarakat ikut serta berperan dalam penanggulangan bencana alam, termasuk gotong royong dalam pembangunan perumahan dan pemukiman.

5) Terpenuhinya standar pelayanan minimal dalam penanggulangan bencana di setiap propinsi dan kabupaten/kota.

6) Tersedianya data base dan sistem informasi daerah rawan bencana alam.

Sampai tahun 2006 dalam rangka Mitigasi dan Pengurangan Resiko Bencana, Departemen Sosial telah melaksananakan kegiatan :1) Kerjasama Departemen Sosial dengan Universitas Gadjah

Mada dalam Mitigasi dan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana melalui GIS.

2) Penyiapan sarana dan prasarana perlengkapan penanggulangan bencana berupa Evakusi kit di setiap Kabupaten rawan Bencana antara lain : tenda pleton, tenda regu, velbed, genset, pelampung, perahu karet bermesin dan alat dapur umum lapangan.

3) Pertemuan Koordinasi antar dan Inter Sektoral (Tiga Tungku) seluruh Indonesia di Yogyakarta.

Pada tahun Tahun 2007, Depsos merencanakan kegiatan:1. Penyelesaian pembahasan Rancangan

Undang-Undang Penanggulangan Bencana bersama DPR untuk selanjutnya diharapkan dapat ditetapkan secepatnya menjadi Undang-Undang.

2. Kerjasama Departemen Sosial dengan Universitas atau Perguruan Tinggi dalam Mitigasi dan Penyusunan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana melalui GIS.

3. Penyiapan sarana dan prasarana perlengkapan penanggulangan bencana berupa Evakuasi Kit di setiap Kabupaten / Kota yang rawan bencana antara lain : tenda pleton, tenda regu, velbed, genset, pelampung, perahu karet bermesin dan alat dapur umum lapangan.

4. Pembentukan Tim Rescue Cepat Manajemen Darurat Bencana yang terdiri dari unsur aparat pemerintah yang dilatih secara khusus dalam mengelola situasi darurat bencana.

5. Peningkatan kemampuan dan keahlian dalam rangka profesionalisme petugas penanggulangan bencana melalui pelatihan dan pemantapan.

6. Penyiapan kendaraan operasional penanggulangan bencana alam berupa Mobil Rescue Tactical

18

Page 20: rencana aksi

Unit (RTU) sebagai sarana transportasi dalam tindakan Tim Rescue Cepat (TRC).

7. Kegiatan koordinasi lintas sektor dalam rangka pemetaan daerah rawan bencana dan penguatan sistem pelaksanaan penanggulangan bencana.

8. Penguatan sistem manajemen posko penanggulangan bencana sebagai ujung tombak terdepan di lokasi bencana berbasis masyarakat.

Jakarta, 23 Juni 2006

Biro Perencanaan Departemen Sosial RI

19