Religiusnya Kita

download Religiusnya Kita

of 3

Transcript of Religiusnya Kita

  • 8/17/2019 Religiusnya Kita

    1/3

    Religiusnya Kita

    "Pada era religiusitas yang di industrikan, kita begitu gampangmenyimpulkan sesuatu yang sebenarnya tidak mampu untuk benar-benar memahaminya. Kita mudah terpukau dengan suatu hal yang

    bisa jadi hanya anggapan-anggapan “wadag” kita.

    Kita terbiasa mengartikan rejeki dengan memperoleh, sementarakehilangan selalu diartikan dengan musibah.Ketika suatu musibah menimpa seseorang atau sekolompk masyarakatsegera kita menyimpulkan bahwa yang selamat dari bencana adalahorang-orang yang mendapat rahmat dari Tuhan, seakan-akanmenempatkan yang tidak selamat adalah orang-orang yang tidakmendapat kasih sayang Tuhan, yang terkena aab sebagai akibat darikesalahan-kesalahan yang dibuatnya. Kita begitu terpukau bila

    mendapat ketentraman batin dan beberapa saat setelahnya merasamenjadi orang yang paling dekat dengan !ya. Kenyamanan atausumber kenyamanan yang sebenarnya kita cari, cahaya atau sumbercahayakah yang kita tuju. Kalau sekedar mencari ketenangan dankenyamanan, kita bisa mendapatkan dengan masuk katedral yangmegah dengan arsitektur abad pertengahan, seperti halnya teman-teman kristiani mendaptkannya. #empelajari $loso$ ajaran %indu atau&udha dan mengunjungi kuil-kuil yang ada di kawasan pegununganasri, niscaya kita bisa merasakan sebuah spiritualitas tersendiri.#endengarkan lagu-lagu gospel dengan seksama, tanpa memahamiliriknya pun, mungkin juga akan mendapatkan suatu kenyamanan

    tersendiri. 'piritualitas musik adalah sebuah spiritualitas yanguni(ersal yang tidak menjadi monopoli ajaran tertentu. 'eandainya)slam yang lahir di Timur Tengah kemudian berkembang di barat*+omawi, bisa jadi lagu rohani yang kita dengarkan sekarang iniadalah lagu atau musik dengan irama “regorian”. an seandaianya/gama Kristen berkembang dan besar di Timur Tengah mungkin lagurohani mereka yang kita dengar sekarang ini adalah musik dan lagudengan irama Timur Tengah.'ekali lagi, kita baru bisa merasakan kebesaran tuhan ketika hal-halyang 0menurut persepsi “jahiliyah”-- e1traordinary terjadi. Kita begituterpukau ketika beberapa masjid yang terkena tsunami di /ceh masihnampak utuh, seakan-akan masjid diselamatkan dari suatu 0tsunamiyang datang bukan dari /llah. selamatnya masjid, kita yakini sebagaiwujud kebesaran /llah, tetapi apakah tsunami yang terjadi bukanwujud kebesaran !ya juga. 'eandainya kemudian diketahui bahwaselamatnya masjid karena memang konstruksi bangunannya yangsedemikian rupa, hingga gelombang tsunami yang menerjang tidakmerobohkannya, apakah kita masih yakin bahwa itu kebesaran /llah,

  • 8/17/2019 Religiusnya Kita

    2/3

    atau jangan-jangan kita seperti orang-orang pemuja ilmu yangmena$kan kekuatan ilahiyah. /pakah yang akan kita katakansandaianya ada kuil, gereja, sinagog, bahkan bar atau kasino dengankonstruksi seperti bangunan masjid --mempunyai ruang terbukadengan banyak pintu dan jendela, dan bangunan tersebut tidak ikut

    hancur, karena bisa jadi air yang menerjang sekedar melewatinya. Kitabegitu mudah terpukau pada hal-hal yang dianggap memihak kita,sementara kurang mampu untuk melihat ayat-ayat /llah, bila itu tidakmemberi bene$t yang nyata di mata kasar kita.Kehidupan kapitalistik memaksa untuk memahami kesuksesan sebagaidari keadaan tidak menjadi apa-apa berubah kepada keadaan berada. 2ang kita pahami rejeki adalah memperoleh, sementara kehilanganadalah musibah. #eskipun bagi sebagian orang rejeki yang palingbanyak mereka terima berupa kehilangan. 'eperti menyaksikan orang-orang yang lalu lalang di layar tele(isi dan media lainnya. #ediaseringkali menampilkan sosok manusia yang “sempurna”, $gur dengan

    “rahmat” melimpah, punya harta berlebih, mampu naik haji dan umrohberkali-kali, memberi in3ak dengan jumlah yang relati3 besar, menjadipengisi ceramah, punya istri yang relati3 cantik dengan keluarga yangnampak sakinah dan dari mulut mereka seringkali keluar asma-asma/llah. 4rang-orang yang menjadi konsumen mereka --yang beradadalam realitas hidup, benar-benar dibuat “ciut nyali”. 'egala yang adapada mereka seakan-akan ada pada tara3 dibawah $gur-$gur populermedia massa. 5uru penerang agama pun seringkali menganaktirikanorang-orang yang dianggap kekurangan. #ereka memberikan siramanrohani yang tidak lama kemudian kering kembali akibat teriknyakehidupan. 6eramah tentang yang kekurangan seringkali

    menempatkan kebahagiaan mereka pada suatu titik di masa yangdatang. )de-ide tentang orang-orang minus hanya obat penenang yangbersi3at sementara. 7enomena industri ke”religus”an adalah 3enomenareligiusitas kelas menengah, kelas yang tidak terlalu akrab denganpegadaian, yang tidak terlalu pusing mikir urusan perut, perkara sewarumah, biaya sekolah anak-anak. Paradigma religius mereka bisa jadipandangan berikut

     Tombo mantep ati iku lima sakwernaneKaping pisanmoco 8ur9an kudu weruh sadulure

    Kaping pindo'holat wengi umumonoKaping telu:ong kang sugih kumpulonoKaping papat:eteng kudu keto9 luweKaping lima:irid nang T; ingkang suwe

  • 8/17/2019 Religiusnya Kita

    3/3

    *&achtiar /