RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH...
Transcript of RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH...
i
RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN
RUMAH TANGGA
(Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Nidya Nur Aufa
NIM : 21113013
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan
koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :
Nama : Nidya Nur Aufa
NIM : 211-13-013
Judul : Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang.
dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 25 Juli 2018
Pembimbing
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP.19670115 199803 2 002
iv
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH
TANGGA STUDI DI DESA BENER, KECAMATAN TENGARAN,
KABUPATEN SEMARANG.
Oleh:
Nidya Nur Aufa
NIM : 21113013
telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Rabu, tanggal 2 Agustus
2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana dalam hukum Islam
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : .........................................
Sekretaris Sidang : .........................................
Penguji I : ..........................................
Penguji II : .......................................
Salatiga, 2 Agustus 2018
Dekan Fakultas Syari’ah
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP.19670115 199803 2 002
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722
Website : http://syariah.iainsalatiga.ac.id/ E-mail : [email protected]
v
PERNY ATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nidya Nur Aufa
NIM : 211-13-013
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syariah
Judul : Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
Studi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang
menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 24 Juli 2018
Menyatakan,
Nidya Nur Aufa
NIM : 211-13-013
vi
MOTTO
Jika Tujuanmu hanya untuk dilihat orang lain maka kamu harus
menjadi beda. Namun jika Tujuanmu Menjadi Manusia Baik maka
cukup menjadi Orang Baik maka Orang lain akan melihatmu.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua tercinta dan Keluarga Besar, yang menanti
dan mengharapkan skripsi ini menjadi jalan menuju
kesuksesan, yang selalu mendoakan, mendukung lahir maupun
batin semua perjalanan pencarian ilmuku.
2. Beliau pembimbing skripsi Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.
Semoga selalu di lindungi keberkahan, sesuasi dengan yang
Allah janjikan kepada orang – orang yang mengajarkan dengan
ketulusan, ikhlas lillahi ta’ala.
3. Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan yang semoga
kita sukses bersama-sama.
4. Setiap orang yang membuka dan menggunakan skripsi ini
utnuk dimanfaatkan.
5. Keluarga besar IAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya yang tiada
terhingga, sehigga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul
Relevansi Kafa’ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Studi di Desa
Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang
setia. Beliau Rasulullah sebagai pembimbing umat manusia, yang selalu
diharapkan syafa’atnya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan
dari berbagai pihak, sulit kiranya penelitian ini terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, tim peneliti menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga
2. Bapak Sukron Ma’mun, M.Si. selaku Ketua Progam Studi Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
3. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. Selaku dosen pembimbing skripsi.
4. Para dosen Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan
pengetahuannya kepada penulis.
5. Seluruh staf tata usaha dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang
membantu melancarkan skripsi.
ix
6. Bapak dan ibu karyawan perpustakaan yang telah memberikan masukan dan
saran kepada penulis.
7. Seluruh responden yang bersedia memberikan informasi kepada penulis.
8. Keluarga yang selalu memberikan bantuan finansial kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat yang terus memberi semangat kepada penulis.
Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain
memanjatkan doa. Semoga Allah SWT memncatat sebagai amal sholeh dan
mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah. Penelitian ini jauh dari sempurna,
menyadari akan hal ini maka penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat
bermanfaat, khususnya bagi almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.
Salatiga, 3 Agustus 2018
Penulis
x
ABSTRAK
Aufa, Nidya Nur. 2018. “Relevansi Kafa‟ah terhadap Keharmonisan Rumah
Tangga (Studi di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang). Skripsi.
Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.
Kata kunci: Kafa’ah, Keluarga Harmonis.
Keluarga harmonis merupakan dambaan bagi setiap orang, tidak terlepas
dari itu kesepadanan (kafa‟ah) menjadi satu diantara beberapa jalan dalam
menggapai keharmonisan tersebut. Meski demikian, tidak sepenuhnya
kesepadanan (kafa‟ah) menjadi hal mutlak yang kemudian mendominasi faktor
penentu keharmonisan dalam keluarga bila di lihat dari realita yang ada di tengah
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana praktik
kafa’ah di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, (2) mengetahui
bagaimana realisasi keharmonisan rumah tangga di Desa Bener, Kec. Tengaran,
Kab. Semarang, (3) mengetahui apa relevansi kafa’ah terhadap keharmonisan
rumah tangga di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
Melalui penelitian kualitatif, peneliti berusaha mengungkap permasalahan
diatas. Dengan metode ini, dilakukan wawancara kepada informan sesuai data
yang dibutuhkan. Peneliti juga menggunakan data dan dokumentasi yang ada. Dan
untuk menguji hasil temuan data tersebut, peneliti menganalisis data dengan
kerangka teoritik yang peneliti susun.
Penelitian ini menunjukkan dari tujuh keluarga yang penulis teliti di Desa
Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang terdapat enam keluarga dalam kategori
keluarga kafa’ah sedang satu dari enam keluarga tersebut tidak termasuk kedalam
kategori keluarga kafa’ah. Adapun realisasi keluarga harmonis yang penulis
jumpai terdapat empat keluarga harmonis yaitu keluarga Bapak Muh Yasin,
keluarga Bapak Mudasir, keluarga Bapak H. Suyono dan keluarga Bapak A,
sedang tiga keluarga lainnya yaitu keluarga Bapak M, keluarga Bapak R dan
keluarga Bapak MM tidak harmonis. Kemudian mengenai relevansi antara
kafa’ah dengan keharmonisan dalam rumah tangga tidak secara mutlak kafa’ah ini
menjadi faktor yang mendominasi terbentuknya keluarga harmonis karena ada
faktor lain yang lebih penting dan diutamakan yakni sikap saling menghormati,
menghargai, jujur dan saling terbuka satu sama lain.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4
D. Penegasan Istilah ................................................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka. ................................................................................................... 7
F. Metode Penulisan Skripsi ...................................................................................... 10
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ......................................................................... 11
2. Kehadiran Dan Tempat Penelitian ...................................................................... 12
3. Sumber data ....................................................................................................... 12
4. Teknik Pengumpulan Data. ................................................................................. 14
5. Analisis Data ....................................................................................................... 17
6. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................................. 17
G. Sistematika Penulisan. ........................................................................................... 19
BAB II: KAFA’AH DAN KEHARMONISAN KELUARGA ....................................... 21
A.Konsep Kafa‟ah ........................................................................................................ 21
xii
1. Pengertian Kafa‟ah ............................................................................................ 21
2. Sejarah Kafa‟ah ................................................................................................. 22
3.Tujuan Kafa‟ah ................................................................................................... 23
4. Pendapat Ualama tentang Kafa‟ah dalam Perkawinan ...................................... 25
5. Kriteria atau batasan Kafa‟ah menurut Ulama dan Undang-Undang ................ 26
6. Kafa‟ah persepektif undang-undang dan hukum Islam ..................................... 28
B. Keharmonisan Keluarga .......................................................................................... 29
1. Pengertian keharmonisan Keluarga .................................................................. 29
2. Keluarga Harmonis menurut sosiologi .............................................................. 30
3. Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam ..................... 33
4. Ciri-ciri Keluarga Sakinah ................................................................................. 38
BAB III: HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 42
A. Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian ....................................................... 42
1. Kondisi Letak Geografis Desa Bener .................................................................... 42
2. Keadaan Umum Desa Bener .................................................................................. 43
3. Keadaan Penduduk Desa Bener ............................................................................. 43
B. Profil Keluarga ......................................................................................................... 45
1. Keadaan Keluarga .............................................................................................. 45
a. Keluarga Bapak Muh Yasin ........................................................................ 45
b. Keluarga bapak Mudasir ............................................................................. 46
c. Keluarga Bapak H. Suyono ......................................................................... 47
d. Kelurga bapak M ......................................................................................... 48
e. Kelurga bapak R .......................................................................................... 50
f. Keluarga Bapak MM .................................................................................... 51
g. Keluarga Bapak A ....................................................................................... 51
xiii
C. Implementasi Kafa‟ah di Desa Bener ...................................................................... 52
D. Keharmonisan keluarga ........................................................................................... 55
1. Keluarga Muh Yasin ............................................................................................. 56
2. Keluarga Bapak Mudasir ............................................................................................... 56
3. Keluarga Bapak H. Suyono ........................................................................................... 57
4. Keluarga Bapak M ................................................................................................ 58
5. Keluarga Bapak R ................................................................................................ 59
6. Keluarga Bapak MM ............................................................................................ 60
7. Keluarga Bapak A ................................................................................................ 61
BAB IV: ANALISIS .......................................................................................................... 63
A. Analisis Praktik Kafa‟ah di Desa Bener Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang ............................................................................................... 63
1. Dari Segi Nasab/Keturunan ............................................................................... 63
a. Pasangan kafa‟ah ......................................................................................... 63
b. Pasangan tidak kafa‟ah ................................................................................ 64
2. Dari Segi Pemahaman Agama .......................................................................... 64
a. Pasangan Kafa‟ah ........................................................................................ 64
b. Pasangan tidak Kafa,ah ............................................................................... 65
3. Dari Segi Pekerjaan ........................................................................................... 65
a. Pasangan Kafa‟ah ........................................................................................ 65
b. Pasangan Tidak Kafa‟ah ............................................................................. 66
B. Analisis Realisasi Keharmonisan Rumah Tangga di Desa Bener
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ............................................................ 67
C. Analisis Relevansi Kafa‟ah Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ..................................... 69
xiv
1. Keluarga kafa‟ah dan harmonis ......................................................................... 70
2. Keluarga tidak kafa‟ah tetapi harmonis ............................................................. 70
BAB V: PENUTUP .......................................................................................................... 73
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 76
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dikodratkan untuk hidup bersama demi kelangsungan
hidupnya, maka timbul satu jenis hukum yang salah satu ketentuannya
mengatur tentang Pernikahan yang dinamakan Hukum Perdata (Hasan,
2011:1). UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 menerangkan bahwa Pernikahan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perkawinan dalam Islam
tidaklah semata-semata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa,
akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka amatlah tepat jika Kompilasi
Hukum Islam pasal 2 menegaskannya bahwa perkawinan adalah “akad yang
sangat kuat (mitsaqon gholidzo) dan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah (Abdurrahman, 1992:21). Untuk
peraturan yang dipakai sebagai dasar dalam hal perkawinan di Indonesia
adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam.
Setiap Keluarga merindukan kebahagiaan dan ketentraman hidup.
Karena dalam keluargalah terjadi hubungan yang paling dekat, paling sering,
bahkan dapat dikatakan terus-menerus. Seseorang akan sengsara apabila tidak
ada ketentraman dalam keluarga, karena setiap waktu dia harus berusaha
mencari cara untuk mengatasi ketegagngan batinnya, akibat suasana-suasana
2
kurang tentram dan serasi (Daradjat, 1974:1). Salah satu hal untuk dapat
mencapai tujuan tersebut adalah dengan memilih pasangan yang serasi.
Islam mengenal istilah kafa‟ah atau kufu, yaitu yang berarti sama atau
setara. Dalam perkawinan kufu atau kafa‟ah dapat diartikan sebagai
keseimbangan dan keserasihan antara calon istri dan suami sehingga masing-
masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan pernikahan (Ghozali,
2006:96). Sementara itu (Asrizal, 2015:67) dalam jurnalnya mengartikan
Kafa‟ah dalam nikah sebagai keseimbangan antara calon suami dan istri, dari
segi kedudukan (hasab), agama (din), keturunan (nasab) dan semacamnya.
Menurut M Quraisy Syihab (1999:197) dalam bukunya, Wawasan Al-Qur’an,
bahwa perbedaan tingkat pendidikan, budaya dan agama antara suami istri
seringkali memicu konflik yang mengarah pada kegagalan.
Dalam Al-Qur’an juga menyebutkan kesetaraan pada calon istri dan
suami sebagaimana Dalam Surat An-Nur Ayat 26
لئك الخبيثات للخبيثين والخبيثون للخبيثات والطيبات للطيبين والطيبون للطيبات أو
ا ي قولون لهم مغفرة ورزق كريم مب رءون مم
“wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh alam hal ini mereka (yang menuduh itu). Bagi
mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”.
Dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa hanya dalam kebaikan saja
yang dapat menjadi ukuran bahwa orang tersebut baik atau tidak. Namun
dalam kebiasaan jawa juga mengenal Bibit (keturunan) Bebet (status
3
ekonomi) Bobot (tinggi rendahnya kualitas diri seseorang) menjadi beberapa
tolok ukur orang tua menyetujui atau memilih jodoh untuk anaknya,
Pertimbangan tersebut dilakukan orang tua bertujuan agar anak yang
dinikahkan akan mampu hidup dengan bahagia dan sejahtera karena dapat
menghadapi berbagai permasalahan hidup dengan baik dalam berumah
tangga.
Dalam hal ini peneliti menemukan beberapa keluarga di Desa Bener
yang menikah tidak dilandaskan dengan kafa’ah atau seimbang secara
keseluruhan maupun beberpa aspek saja namun cukup penting seperti
seagama namun tidak seimbang tingkat pemahaman Agamanya, ada yang
seagama namun nasabnya tidak seimbang, namun ada pula yang kafa’ah
ataupun seimbang dalam segala aspek. Di Desa Bener sendiri kesetaraan
calon suami maupun istri bagi sebagian orang tua masih sangat diperhatikan
namun ada beberapa keluarga yang ketika menikah mereka tidak sekufu
namun hingga sekarang ada yang berpuluh tahun menikah tetap harmonis
hingga memiliki anak cucu, tidak terjadi konflik yang menyebabkan
perceraian. Masyarakat pada umumnya di Desa Bener masih memandang tabu
terhadap pasangan yang tidak sekufu.. Oleh karena itu peneliti memberi judul
“RELEVANSI KAFA’AH TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH
TANGGA (Studi kasus keluarga di Desa Bener, kec. Tengaran, kab.
Semarang)
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktik kafa‟ah di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab.
Semarang?
2. Bagaimana Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa Bener, Kec.
Tengaran Kab. Semarang?
3. Apa Relevansi kafa‟ah terhadap keharmonisan rumah tangga di Desa
Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pencapaian tujuan penelitian adalah merupakan target utama
dalam penulisan ini dan hasil penelitian ini diharapkan agar dapat:
a. Untuk Mengetahui Praktik kafaah di Desan Bener, Kec. Tengaran,
Kab. Semarang
b. Untuk memaparkan Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa
Bener, Kec. Tengaran Kab. Semarang
c. Untuk menjelaskan Relevansi kafa‟ah terhadap keharmonisan rumah
tangga Muslim di Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian antara lain:
a. Memberikan kontribusi intelektual dalam rangka turut berpartisipasi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
pengetahuan seputar poligami.
b. Sebagai studi komparatif (perbandingan) maupun lanjutan bagi yang
5
ingin mendalami masalah seputar kafa‟ah.
c. Sebagai referensi bagi Pihak berwenang dalam merumuskan
kebijakan (undang-undang perkawinan)
D. Penegasan Istilah
Di dalam penelitian ini maka penulis mempertegas istilah-istilah yang
mungkin akan mempermudah untuk menjelaskan kelanjutan penelitian ini,
diantaranya :
1. Relevansi menurut KBBI adalah hubungan atau kaitan. Kafa’ah atau kufu
menurut Amir Syarifudin (2014:140) Kafa’ah atau Kufu yaitu yang
berarti sama atau setara. Sementara itu Asrizal (2015:67) dalam jurnalnya
mengartikan Kafa‟ah dalam nikah sebagai keseimbangan antara calon
suami dan isteri, dari segi kedudukan (hasab), agama (din), keturunan
(nasab) dan semacamnya.
2. Keharmonisan Rumah tangga. Keharmonisan, secara terminologi berasal
dari kata harmonis yaitu serasi, selaras. Yang berarti Keharmonisan
adalah keadaan selaras atau serasi. Untuk mencapai keharmonisan perlu
menjaga dua hal tersebut (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1989:299). Rumah Tangga menurut WJS. Poerwadarminto (1999:602)
sama dengan keluarga. Sedangkan Dalam UU Nomor 10 Tahun 1992
Pasal 1 Ayat 10, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami- isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya atau ibu dan anaknya. Sehingga Keharmonisan Rumah Tangga
adalah Rumah tangga yang dapat mengantarkan seseorang hidup lebih
6
bahagia, lebih layak dan tentram. Menurut Hasan Basri Keluarga yang
Harmonis dan berkualitas adalah keluarga yang rukun, bahagia, bersih,
disiplin, saling menghargai, pemaaf, tolong menolong dalam kebaikan,
saling menghargai, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan
saling menghormati, taat menjalankan ibadah, berbakti kepada yang lebih
tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waku luang dalam
hal yang positif serta memenuhi kebutuhan dasar Keluarga
(Basri,1996:111).
3. Studi Kasus, menurut WJS. Poerwadarminto (199:965) dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan
pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia WJS. Poerwadarminto (199:420) Kasus adalah keadaan
yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi
khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal soal perkara.
Jadi Studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan suatu sumber
pengetahuan yag diperoleh dari observasi atau percobaan yang
menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata.
7
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, tentang
kafa’ah sudah dituangkan dalam beberapa penelitian, diantara penelitian –
penelitian tersebut yang mirip dengan penelitian yang penyusun tulis antara
lain :
Muhammad Sholeh, pada tahun 2005 dengan judul kafa‟ah Dalam
Mewujudkan Keluarga Bahagia, Pandangan Masyarakat Gaten Condongcatur,
Yang di terbitkan oleh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Menerangkan Bahwa kafa‟ah adalah salah satu persoalan penting dalam
perkawinan, yakni kesepadanan antara calon suami dengan calon istrinya.
Kesepadanan itu dalam hal agama, keturunan, kecantikan atau ketampanan,
pekerjaan, status sosial, kepandaian atau yang lainnya. Karena dengan adanya
kafâ’ah, usaha untuk mendirikan rumah tangga yang damai dan tentram akan
berjalan dengan lancar. Dalam kerangka Teoretiknya penulis menggunakan
Maslahah Mursalah sebagai teorinya. Dan temuannya adalah bahwa: kafa‟ah
menurut pandangan Masyarakat Gaten adalah kesamaan dalam hal aqidah
atau kerohanian, yaitu dalam hak satu agama. Lebih khusus lagi, kafa‟ah
dipahami oleh sebagai masyarakat Gaten adalah kesamaan dalam hal
golongan, misalnya penganut Muhammddiyah sebanding dengan penganut
Muhammaddiyah lainnya. Dengan demikian pernikahan yang berbeda agama
tidak sah secara hukum syar‟i. Dan hak serta wewenang dalam menentukan
se-kufu’ adalah wali dan calon istrinya.
8
Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian tersebut
menjelaskan bahwa perkawinan sekufu’ dalam hal seagama, golongan akan
mempengaruhi terhadap keharmonisan rumah tangga, sedangkan pada
penelitian ini peneliti menemukan bahwa pernikahan sekufu‟ tidak
sepenuhnya ikut andil dalam keharmonisan keluarga.
Skripsi Asrizal pada tahun 2015 dengan judul Relevansi Konsep
kafâ’ah Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Pandangan
Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah Dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2010-2012. Menurut Kompilas
Hukum Islam (KHI) buku I Hukum Perkawinan Bab X Pasal 61 menyatakan
bahwa “tidak sekufu‟ tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah
perkawinan, kecuali tidak sekufu‟ karena perbedaan agama (ikhtilaf ad-dîn)
peraturan tersebut menjelaskan bahwa setiap pasangan tidak ada larangan
untuk melangsungkan pernikahan, termasuk tidak sekufu‟, kecuali karena
perbedaan agama. Penelitian ini termasuk field research dan bersifat
dieskriptif analitis dengan mengambil dua rumusan masalah pertama
bagaimana pandangan mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah
mengenai relevansi konsep kafâ’ah terhadap keharmonisan rumah tangga,
kedua apa yang menjadi alasan konsep kafâ’ah relevan terhadap
keharmonisan rumah tangga.
Dari tata yang dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa pandangan
mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah terhadap konsep kafâ’ah
cendrung bersifat menetapkan, artinya mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-
9
Syakhsiyyah telah menetapkan bahwa kafa‟ah relevan terhadap keharmonisan
rumah tangga, mereka beralasan bahwa relevansi kafa‟ah sendiri sudah
dijelaskan dalam ajaran islam dan juga KHI. Dengan unsur agama dijadikan
sebagai unsur utama dan terpenting dalam kafâ‟ah. Sedangkan unsur lain
hanya sebagai pendukung saja.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah hampir sama dengan skripsi
sebelumya bahwa kafa‟ah relevan terhadap keharmonisan keluarga,
sementara peneliti menemukan bahwa kafa’ah tidak sepenuhnya menjadi
sebab dalam keharmonisan keluarga, faktanya ada beberapa keluarga yang
bisa harmonis walau tanpa kafa‟ah sebagai dasarnya.
Tesis Moh. Sa’i affan pada tahun 2017 dengan judul dekonstruksi
konsep kafâ‟ah(Analisis Antropologi Hukum di kalangan Keluarga Nikah
Beda Agama di Kec. Kotagede Kab. Yogyakarta). Keseimbangan dan
keserasian atau kafâ’ah antara calon istri dan suami dirasa penting sehingga
masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan perkawinan.
Laki-laki sebanding dengan istrinya, sama dalam kedudukan, sebanding
dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlaq serta kekayaan. Jadi, tekanan
dalam hal kafâ’ah adalah keseimbangan keharmonisan, hal ini dikaitkan
dengan pernikahan beda agama. Ada dua pokok yang menjadi fokus
penelitian yaitu persamaan agama apakah masih relevan untuk menentukan
kafa’ah dalam perniakahan perspektif antropologi hukum, dan faktor apa yang
menyebabkan harmonis atau disharmonis dalam pernikahan beda agama.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa mengenai persamaan agama
10
tidak relevan lagi dijadikan dasar utama dalam sebuah pernikahan beda
agama, dengan kata lain bahwa perbedaan agama dalam perkawinan beda
agama tidak menjadi tolok ukur harmonis dan disharmonis. Kesepadanan atau
serasi antara calon suami dan calon istri, dalam memilih jodoh meliputi,
kafâ‟ah dalam agama yang titik tekannya masalah akhlak, kafâ’ah dalam
pendidikan, kafa‟ah dalam umur. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meneruskan keturunan menurut garis kebapakan (patrilinial), keibuan
(matrilinial) atau keibu bapakan untuk kebahagiaan rumah tangga, inilah
relasi kafâ‟ah dengan tujuan nikah.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah, penelitian
tersebut fokus pada kafa‟ah dalam seagama, serta berkesimpulan bahwa
seagama tidak berhubungan dengan keharmonisan keluarga. Dalam penelitian
ini, peneliti lebih memfokuskan kafa‟ah dengan beberapa aspek
keseimbangan yaitu Tingkat pemahaman agama, nasab, pekerjaan atau
profesi.
Oleh karena itu peneliti mencoba membahas sebuah tema yang
berkaitan relevansi kafa‟ah dengan keharmonisan keluarga, dengan latar
belakang kehidupan dalam beberapa keluarga di Desa Bener yang menikah
tidak didasarkan dengan kafa‟ah, maupun keluarga yang menikah dengan
dasar kafa’ah.
F. Metode Penelitian
Metode dalam menyusun karya ilmiah seperti skripsi mempunyai
peranan yang sangat penting. Peranan metode terkait tata cara (prosedur)
11
memahami dan mengolah inti dari obyek penelitian. Pada penelitian ini,
penyusun menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Dalam suatu penelitian atau riset diperlukan metode yang sesui
dan selaras dengan inti permasalahan dan tujuan penelitian guna
memperoleh data yang relevan dengan permasalahan penelitian. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan
Sosiologis.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya
secara holistik, dan dengancara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2014:6).
2. Pendekatan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
sosiologis. Pendekatan sosiologis yaitu dengan menggambarkan keadaan
masyarakat secara utuh, lengkap dengan struktur lapisan serta gejala
sosial lainnya yang saling berkaitan satu sama lain. Sehingga secara
sosiologis akan dapat diketahui bagaimana praktik dan alasan terjadinya
kafa‟ah dan keharmonisan Rumah Tangga di masyarakat. Sehingga dapat
diketahui bagaimana tinjauan hukum islam terhadap pernikahan dengan
12
mensyaratkan kafa‟ah. Serta dapat diketahui apakah ada Hubungan
antara kafa‟ah dan keluarga Harmonis.
3. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama
dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data
yang ada di lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan
psikologis untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuan
penelitian, yaitu dengan mencari informan guna melengkapi data.
Sedangkan status peneliti dalam hal mengumpulkan data tidak
sepenuhnya diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari tidak
obyektifnya penelitian yang dihasilkan peneliti. Kehadiran peneliti disini
mencoba menggali lebih jauh Kafa’ah dengan Keharmonisan dan
melibatkan secara langsung subyek peneliti, dengan kata lain penelitian
ini tidak diketahui secara jelas oleh subyek penelitaian.
4. Subjek Penelitian dan lokasi penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu beberapa keluarga dimana
pernikahan mereka tidak sekufu atau seibang dalam hal pemahaman
Agama, profesi, dan nasab. Lokasi penelitian berada di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data
13
tersebut (Amirin,1990:32). macam-macam data primer sebagai
berikut:
1) Informasi
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasinya teantang situasi dan kondisi latar belakang
penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang
informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota ti
penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota
tim dengan kebaikannya dan dengan kesukarelaannya ia
dapatmemberi pandangan dari segi orang dalam, tentang
nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang
menjadi latar penelitian setempat (Moeloeng, 2002:90).
Sumber data dalam penelitian ini dalam masyarakat yang
yang terdiri dari: beberapa Keluarga di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran.
2) Dokumen
Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Moeloeng,
2002:161). Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku
dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan
dokumen resmi ( Moeloeng, 2002:113). Dalam penelitian ini
setiap bahan tertulis berupa data-data mengenai Beberapa
Keluarga di Desa Bener, Kecamatan Tengaran.
14
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang
bukan asli yang memuat informasi atau data tersebut (Amirin,
2002: 132). Dalam penelitian ini dapat berupa keterangan dari
berbagai sumber, seperti buku, artikel, dan lain sebagainya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang sangat
penting guna menghimpun data yang merupakan bagian dari penelitian.
Pengumpulan data akan lebih tepat guna dan optimal apabila dilakukan
berdasarkan metode atau langkah-langkah yang sesuai dengan jenis
penelitian yang digunakan agar data-data yang di peroleh lebih lengkap,
sehingga tercapai kebenaran ilmiah yang dikehendaki. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengancara tanya jawab, sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan narasumber dengan menggunakan
alat interview guide ( Nazir, 2014:170).
Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,
dimana penyusun sebelumnya telah menyiapkan pedoman wawancara
yang memuat garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada
narasumber. Wawancara yang akan dilakukan dengan menggunakan
dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal
15
tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan
wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih
banyak dan penting. Wawancara yang digunakan dengan model
wawancara terbuka artinya seorang informan dapat mengungkapkan
beberapa upaya, gagasan, strategi yang akan dilaksanakan serta
hambatan yang diprediksikan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada
keluarga yang menikah tidak sekufu dan keluarga yang menikah
dengan dasar sekufu, serta pihak lain yang mengetahui kehidupan
keluarga tersebut.
b. Observasi
Teknik observasi atau pengamatan menurut Nazir adalah
merupakan teknik pengambilan data dengan menggunakan indera
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain dalam keperluan tersebut
(Nazir, 2014:154). Dari penelitian pengalaman ini diperoleh suatu
petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat,
tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian ke dalam suatu perkara bertingkat (Arikunto, 2006: 229).
Observasi adalah sebuah pengumpulan data dengan jalan pengamatan
secara langsung mengenai obyek penelitian. Dalam metode ini penulis
gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi subyek
penelitian.
16
Dalam melakukan pengumpulan data melalui observasi ini,
terdapat beberapa jenis observasi yang membantu peneliti untuk
memperoleh data . Menurut Moleong (2014:179-177) jenis atau
macam-macam observasi sebagai berikut:
1) Berperan serta secara lengkap. Dalam observasi ini, peneliti
menjadi anggota penuh dari obyek yang diteliti.
2) Pemeran serta sebagai pengamat. Jenis observasi ini
memungkinkan peneliti untuk berperan sebagai pengamat
tanpa harus menjadi anggota dari obyek yang diteliti.
3) Pengamat sebagai pemeranserta. Pada observasi ini peranan
pengamat diketahui secara terbuka oleh umum bahkan di
seponsori oleh subyek. Sehingga informasi rahasia pun dapat
dengan mudah diperoleh.
4) Pengamat penuh. Biasa terjadi dalam eksperimen di
laboratorium, peneliti dengan bebas mengamati obyek
penelitian dikarenakan obyek yang diteliti tidak mengetahui
apakah sedang diamati.
Dalam teknik pengumpulan data di lapangan, peneliti
menggunakan teknik pemeran serta sebagai pengamat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236).
17
Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud adalah
pengambilan beberapa data tentang berbagai dokumen terkait dengan
keluarga yang menikah tidak sekufu dari foto dan dokumentasi
pribadi seperti buku nikah, Kartu Keluarga.
7. Analisis Data
Data mentah yang telah dikumpukan oleh peneliti tidak akan ada
gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang amat
penting dalam metode ilmiah, karena dengan dianalisalah data tersebut
dapat diberi arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian (Nazir, 1988:405).
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis
seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Adapun jenis
analisa data yang diambil yaitu analisa data kualitatif. Analisa data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248).
8. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian, karena dari data itulah nantinya akan muncul beberapa teori.
Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis akan menggunakan
teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi
18
yang diperdalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode,
teori), pelacakan kesesuaian dan pengecekan anggota. Jadi temuan data
tersebut bisa diketahui keabsahanya.
9. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama pra
lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi
tentang ada tidaknya praktik pernikahan dengan sekufu atau tidak. Tahap
selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian
untuk mencari data informan dan pelaku serta melakukan observasi,
dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu Keluarga yang
menikah dengan pasangannya tidak Sekufu dan pasangan yang menikah
dengan sekufu.
Tahap akhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara
menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya
dengan narasi deskriptif.
10. Pendekatan Masalah
Pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah ini
adalah pendekatan Sosiologis, dimana penyusun menyoroti masalah
pernikahan dengan pasangan sekufu dan tidak sekufu menggunakan fakta
yang ada di masyarakat dan Hukum Islam yang berlaku.
11. Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu untuk
mengungkap fenomena sosial agar ditemukan solusi atas masalah terkait.
19
Penalaran (pola pikir) yang digunakan yaitu secara induktif yaitu setelah
data-data terkumpul dari informan, data-data terkait masalah pernikahan
tidak sekufu dan pernikahan sekufu akan dianalisis dengan teori yang
tercantum dalam kerangka teoritik.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam mempelajari materi skripsi ini, sistematika
penulisan memegang peranan penting. Adapun sistematika penulisan skripsi
dapat ditulis paparan sebagai berikut:
Bab satu adalah pendahuluan, yang mana terdiri dari Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
Bab Dua adalah Kajian Teori. Dalam bab ini diuraikan tentang
Pengertian keharmonisan Keluarga, Keluarga Harmonis menurut sosiologi,
Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam, Ciri-ciri
keluarga Sakinah, Pengertian kafa‟ah, Sejarah Kafa‟ah, Tujuan Kafa‟ah,
Pendapat Ulama tentang Kafa‟ah dalam Perkawinan, Kriteria atau batasan
Kafa‟ah menurut Ulama’, Kafa‟ah persepektif undang-undang. Kajian teori
diletakkan pada bab II agar dalam pelaksanaan penelitian bisa mendapatkan
hasil.
Bab tiga Laporan Penelitian ini terdiri dari paparan data dan penemuan
penelitian, yaitu Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian, Profil
keluarga, Implementasi Kafa‟ah di Desa Bener, Keharmonisan keluarga
20
Bab Empat Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan tentang Analisis
Bagaimana Praktik kafaah di Desan Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
Dan Bagaimana Analisis Realisasi Keharmonisan Rumah tangga Di Desa
Bener, Kec. Tengaran Kab. Semarang. Serta Analisis tentang Apa Relevansi
kafa’ah terhadap keharmonisan rumah tangga Muslim di Desa Bener, Kec.
Tengaran, Kab. Semarang.
Bab V Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini
diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan dan diakhiri dengan saran-saran bagi pihak yang terkait.
21
BAB II
KAFA’AH DAN KEHARMONISAN KELUARGA
A. KONSEP KAFA’AH
1. Pengertian kafa’ah
Kafa‟ah berasal dari kata ( كفيء ) di artikan sebagai setara. Menurut
bahasa dapat diartikan sebagai “setaraf, seimbang atau
keserasian/kesesuaian, serupa sedrajad atau sebanding. Menurut istilah
hukum islam, kafa’ah atau kufu’ dalam perkawinan diartikan sebagai
keseimbangan dan keserasihan antara calon istri dan suami sehingga
masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan
pernikahan (Ghozali, 2006:96).
Ketika dihubungkan dengan nikah, kafa‟ah diartikan dengan
keseimbangan antara calon suami dan istri, dari segi kedudukan (hasab),
agama(din), keturunan (nasab) dan semacamnya. Sedangkan dalam istilah
fuqaha‟, kafa‟ah didefinisikan dengan kesamaan di dalam hal-hal
kemasyarakatan, yang dengan itu diharapkan akan tercipta kebahagiaan
dan kesejahteraan keluarga kelak, dan akan mampu menyingkirkan
kesusahan (Nasution, 2013:225). Para ulama dan cendekiawan
menekankan perlunya kesetaraan dalam membina rumah tangga. Hanya
saja mereka berbeda pendapat tentang aspek – aspek kesetaraan itu.
Dahulu banyak ulama menekankan perlunya kesetaraan dalam garis
keturunan disamping dalam tingkat sosial, ekonomi, akhlak, dan tentu
22
saja dalam agama (M Quraish, 2010:347). Kufu diukur ketika
berlangsungnya akad nikah. Jika selesai akad nikah terjadi kekurangan-
kekurangan, maka hal itu tidaklah menganggu dan tidak pula
membatalkan apa yang sudah terjadi itu sedikitpun, serta tidak
mempengeruhi hukum akad nikahnya (Sayyid, 1981:51).
Perkawinan atau pernikahan merupakan jalan untuk membentuk
rumah tangga. James H.S. Bossard menghubungkan perkawinan itu
dengan status orang yang melakukannya. Menurutnya ada berbagai tujuan
sehingga orang melakukan pernikahan untuk membentuk rumah tangga.
Tujuan pertama menurut beliau ialah bahwa pernikahan itu menghasilkan
satu status yang lebih besar dan tinggi dalam keluarga. Sedangkan
didalam masyarakat, pernikahan meningkatkan status di tengah kelompok
dan masyarakat (Simanjuntak, 2013:3-4)
Jadi Kafa‟ah adalah keseimbangan, dalam perkawinan kafa’ah
dapat diartikan sebagai seimbangnya antara calon suami dan istri meliputi
keyakinan atau agama, keislaman atau tingkat kepahaman dalam islam,
nasab atau keturunan, tingkat pendidikan, pekerjaan atau tingkat ekonomi.
Kafa’ah sendiri dianggap mempengaruhi keharmonisan dalam Rumah
tangga.
2. Sejarah Kafa’ah
Menurut Coulson dan Farhat J. Zideh. sebagaimana yang dikutip
olah Khoiruddin N (2013:226-227) Mereka mengatakan konsep ini
berawal dari Irak, khususnya Kufah, konsep ini pertama kali di temukan
23
di kitab mazhab Maliki yaitu al-Mudawwanah. Didalam kitab tersebut
sangat sedikit sekali menyinggung pembahasan ini. Menurut teori ini
konsep Kafa‟ah muncul karena kosmopolitan dan kompleksitas masalah
masyarakat yang hidup di Irak ketika itu. Kompleksitas masyarakat
muncul sebagai akibat urbanisasi yang menjadikan munculnya
percampuran sejumlah etnik seperti percampuran Orang Arab dengan
Non Arab yang baru masuk Islam. Untuk menghindari terjadinya salah
pilih pasangan dalam pernikahan, teori kafa‟ah menjadi ada. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kafa‟ah muncul karena perbedaan sosial yang
kemudian menjadi persoalan hukum. Sama halnya yang terjadi di
masyarakat yang memandang perlunya kesepadanan dalam pernikahan
karena di masyarakat sendiri menjadikan laki-laki menjadi tolok ukur
dalam memilih pasangan. Karena Nantinya dalam Masyarakat Laki-
lakilah yang akan mengankat derajat seorang istri bukan sebaliknya.
3. Tujuan Kafa’ah
Kafa‟ah dianjurkan oleh Islam dalam memilih calon suami/istri,
tetapi tidak menentukan sah atau tidaknya perkawinan. Kafa‟ah hanyalah
hak bagi wanita atau walinya. Karena suatu perkawinan yang tidak
seimbang, serasi/sesuai akan menimbulkan problema berkrlanjutan, dan
besar kemungkinan menyebabkan terjadinya perceraian, oleh karena itu,
boleh dibatalkan (Gozali, 2012: 97). Beberapa tujuan Kafa‟ah dalam
Pernikahan
a. Kafa‟ah dalam perkawinan merupakan faktor yang dapat mendorong
24
terciptanya kebahagiaan suami istri, dan lebih menjamin keselamatan
perempuan dari kegagalan atau kegoncangan rumah tangga (Sayyid,
1981:36)
b. Kafa‟ah merupakan wujud keadilan dan konsep kesetaraan yang
ditawarkan Islam dalampernikahan. Islam telah memberikan hak talak
kepada pihak laki-laki secara mutlak. Namun oleh sebagian laki-laki
yang kurang bertanggungjawab, hak talak yang dimilikinya
dieksploitir dan disalah gunakan sedemikian rupa untuk berbuat
seenaknya terhadap perempuan. Sebagai solusi untuk mengantisipasi
hal tersebut, jauh sebelum proses pernikahan berjalan, Islam telah
memberikan hak kafa‟ah terhadap perempuan. Hal ini dimaksudkan
agar pihak perempuan bisa berusaha seselektif mungkin dalam
memilih calon suaminya Target paling minimal adalah, perempuan
bisa memilih calon suami yang benar-benar paham akan konsep talak,
dan bertanggung jawab atas kepemilikan hak talak yang ada di
tangannya.
c. Dalam Islam, suami memiliki fungsi sebagai imam dalam rumah
tangga dan perempuan sebagai makmumnya. Konsekuensi dari relasi
imam-makmum ini sangat menuntut kesadaran ketaatan dan
kepatuhan dari pihak perempuan terhadap suaminya. Hal ini hanya
akan berjalan normal dan wajar apabila sang suami berada satu level
di atas istrinya, atau sekurang-kurangnya sejajar. Seorang istri bisa
saja tidak kehilangan totalitas ketaatan kepada suaminya, meski
25
(secara pendidikan dan kekayaan misalnya) dia lebih tinggi dari
suaminya.
d. Naik atau turunnya derajat seorang istri, sangat ditentukan oleh
derajat suaminya.Seorang perempuan biasaakan terangkat derajatnya
ketika dinikahi oleh seorang laki-laki yang memiliki status sosial yang
tinggi, pendidikan yang mapan, dan derajat keagamaan yang lebih.
Sebaliknya, citra negatif suami akan menjadi kredit kurang bagi nama,
status sosial, dan kehidupan keagamaan seorang istri.
4. Pendapat Ulama tentang Kafa’ah dalam Perkawinan
Ibnu Hazm dalam buku Sayyid Sabiq (1981:36) berpendapat bahwa
semua orang Islam asal tidak berzina, berhak kawin dengan wanita
Muslimah asal tidak tergolong perempuan lacur.
Dalam Undang-undang perkawinan No. Tahun. 1974 Pasal 2 ayat
(1) menyebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Dalam
Kompilasi hukum Islam pada Bab X Pasal 61 menerangkan bahwa Tidak
sekufu kecuali perbedaan agama atau ikhtilaafu ad dien tidak dapat
menjadi alasan untuk mencegah perkawinan. Dalam Pasal 2 ayat (1)
menyebutkan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Sayyid Sabiq
(1981:41-42) dalam bukunya Fikih Sunnah yang di terjemahkan oleh
Thalib berpendapat bahwa dalam hal perkawinan tidak hanya sebatas
pada sikap jujur dan budi luhur, diluar sikap jujur dan budi luhur, wajib
26
dipertimbangkan.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa kafa‟ah selain dalam hal
agama tidak menyebabkan sah atau tidaknya suatu perkawinan, namun
kafa’ah dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari ketimpangan dan
ketidak cocokan serta untuk mencapai keserasihan dan keharmonisan
dalam rumah tangga.
5. Kriteria atau batasan Kafa’ah menurut Ulama’ dan Sudut Pandang
Islam
Dalam Islam mengenal istilah kafa‟ah atau kufu dalam menentukan
pendamping bagi ananknya. (Ghazali, 2012:97-98) berpendapat Masalah
kafa‟ah yang perlu diperhatikan dan menjadi ukuran adalah sikap hidup
yang lurus dan sopan, bukan karena keturunan, pekerjaan, kekayaan dan
lain sebagainya. Sentara itu para ulama’ memiliki kriteria atau batasan-
batasan dalam kafa’ah. Dalam urian Al-Jaziry yang dikutip oleh Amir
Syarifuddin (2014:142) Menurut Ulama Hanafiyah, Ulama Malikiyah,
Ulama Syafi’iyah, Ulama Hanabilah yang menjadi dasar kafa‟ah sebagai
berikut:
a. Menurut Ulama Hanafiyah yang menjadi dasar kafa‟ah adalah:
1) Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan
2) Islam, Yaitu dalam silsilah kerabatnya banyak yang beragama
Islam
3) Hirfah, Yaitu profesi dalam kehidupan.
4) Kemerdekaan Dirinya
27
5) Diyanah, atau tingkat kualitas keberagamaannya dalam Islam
6) Kekayaan.
b. Menurut Ulama Malikiyah yang menjadi kriteria kafa‟ah hanyalah
kualitas keberagamaan dan bebas dari cacat fisik.
c. Menurut Ulama Syafi’iyah yag menjadi kriteria kafa‟ah itu adalah
1) Kebangsawanan atau nasab
2) Kualitas keberagamaannya
3) Kemerdekaan diri dan
4) Usaha atau profesi.
d. Menurut Ulama Hanabilah yang menjadi kriteria kafa‟ah itu adalah
1) Kualitas Keberagamaan
2) Usaha atau profesi
3) Kekayaan
4) Kemerdekaan diri dan
5) Kebangsawanan.
Dalam kompilasi hukum Islam hanya sekilas disinggung yaitu pada
pasal 61 “ Tidak sekufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah
perkawinan, kecuali tidak sekufu karena perbedaan agama atau ikhtilafu
al dien. Sementara dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Th 1974
hanya menerapkan perinsip kehati-hatian yang tertuang dalam BAB III
pencegahan perkawinan.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa ulama bersilang
pendapat tentang kriteria dan batasan kafa‟ah namun mereka bersepakat
28
dalam hal agama dan akhlaq. Dan bahwa akhlaq adalah cerminan
pemahaman Agama. Undang-undang perkawinan membatasi kufu sebatas
agama selain itu tidak dapat menjadi penghalang dilaksanakannya
pernikahan.
6. Kafa’ah persepektif undang-undang
Pada dasarnya kafa‟ah dalam Hukum islam hanya bertujuan sebagai
salah satu upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan bukan menjadi
syarat sahnya sebuah perkawinan (Sayyid, 1981:36). Sama, hanya Pada
undang-undang Perkawinan no 1 tahun 1974 memang tidak secara terang-
terangan menyebutkan kafa‟ah namun nilai kehati-hatian para pihak
memperlihatkan bahwa unsur kesamaan (kafa‟ah) amat diperlukan.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa dalam hukum Islam dan
Undang-undang perkawinan menerapkan perinsip kehati-hatian sama
dengan Kafa‟ah. Sebagai tujuan pernikahan agar harmonis dan tidak
berujung dengan perceraian.
29
B. KEHARMONISAN KELUARGA
1. Pengertian keharmonisan Keluarga
Seorang sarjana Sosiologi Barat bernama Bolak telah merumuskan
apa sebenarnya rumah tangga itu, Rumah tangga adalah markas atau pusat
dimana denyut pergaulan hidup menggetar.Dia merupakan susunan yang
hidup yang dapat mengekalkan keturunan. Sebenarnya Rumah tangga
adalah alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil. Bukankah dirumah
tangga itu lahir dan tumbuh pula apa yang disebut kekuasaan,agama,
pendidikan, hukum, dan perusahaan. Keluarga adalah jamaah yang bulat,
teratur, dan sempurna. Dari situ bergelora perasaan halus dan sukma yang
hidup, yang dipandang sebagai perikemanusiaan dan persaudaraan yang
tidak akan kering-keringnya (Leter, 1985:2).
Dalam ilmu Sosiologi, Keluarga Harmonis adalah keluarga yang
dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia, lebih layak dan
tentram. Menurut Hasan Basri (1996:111) keluarga yang harmonis dan
berkualitas yaitu keluarga yang rukun, bahagia, bersih, disiplin, saling
menghargai, pemaaf, tolong menolong dalam kebaikan, saling
menghargai, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling
menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti kepada yang lebih
tua,mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dalam
hal positif serta memenuhi dasar keluarga.
Dalam Islam menganjurkan agar istri menyeimbangkan karakter
suami. Seperti dalam firman Allah di Al-Quran surat ar-Rum ayat 21
30
yang artinya :
نكم مودة ورحم ها وجعل ب ي ة ان ومن اياتو أن خلق لكم من أن فسكم أزواجا لتسكن وا الي
رون فى ذالك لايت لقوم ي ت فك
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Jadi keluarga harmonis yaitu keluarga yang dimana para
anggotanya merasa bahagia, saling menghormati, saling menyayangi,
saling pengertian, dan kerjasama yang baik serta setiap anggota keluarga
menjalankan kewajiban dan hak masing-masing.
2. Keluarga Harmonis menurut Sosiologi
Definisi keharmonisan rumah tangga, keluarga yang harmonis dan
berkualitas yaitu keluarga yang rukun, berbahagia, tertib, disiplin, saling
menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki
etos kerja, yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat
mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan
mampu memenuhi dasar keluarga (Basri, 1996:111). Dalam
keharmonisan keluarga terdapat Aspek-Aspek Keharmonisan keluarga
yang menjadi tolok ukur keharmonisannya. Kartono Kartini (2004:48)
menjelaskan bahwa aspek-aspek keharmonisan didalam keluarga seperti
31
adanya hubungan atau komunikasi yang hangat antar sesama anggota
keluarga, adanya kasih sayang yang tulus dan adanya saling pengertian
terhadap sesama anggota keluarga. Sementara Menurut Gunarsa
(1990:50) ada banyak aspek dari keharmonisan keluarga diantaranya
adalah:
a. Kasih sayang antara keluarga.
Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki,
karena sejak lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari
sesama. Dalam suatu keluarga yang memang mempunyai hubungan
emosianal antara satu dengan yang lainnya sudah semestinya kasih
sayang yang terjalin diantara mereka mengalir dengan baik dan
harmonis.
b. Saling pengertian sesama anggota keluarga.
Selain kasih sayang, pada umumnya para remaja sangat
mengharapkan pengertian dari orangtuanya. Dengan adanya saling
pengertian maka tidak akan terjadi pertengkaran-pertengkaran antar
sesama anggota keluarga.
c. Dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga
Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi
dan banyak waktu digunakan untuk itu. Dalam keluarga harmonis ada
beberapa kaidah komunikasi yang baik, antara lain :
1) Menyediakan cukup waktu.
32
Anggota keluarga melakukan komunikasi yang bersifat
spontan maupun tidak spontan (direncanakan). Bersifat spontan,
misalnya berbicara sambil melakukan pekerjaan
bersama,biasanya yang dibicarakan hal-hal sepele. Bersifat tidak
spontan, misalnya merencanakan waktu yang tepat untuk
berbicara, biasanya yang dibicarakan adalah suatu konflik atau
hal pentinglainnya. Mereka menyediakan waktu yang cukup
untuk itu.
2) Mendengarkan
Anggota Keluarga meningkatkan saling pengertian
dengan menjadi pendengar yang baik dan aktif. Mereka tidak
menghakimi nilai, menyetujui atau menolak pernyataan atau
pendapat pasangannya.Mereka menggunakan timbal balik, untuk
menyatakan atau menegaskan kembali, dan mengulangi
pernyataan.
3) Pertahankan kejujuran
Anggota keluarga mau mengatakan apa yang menjadi
kebutuhan, perasaan serta pikiran mereka, dan mengatakan apa
yang diharapkan dari anggota keluarga.
d. Mempunyai waktu bersama dan kerjasama dalam keluarga
Keluarga menghabiskan waktu (kualitas dan kuantitas waktu
yang besar) di antara mereka. Kebersamaan di antara mereka
sangatlah kuat, namun tidak mengekang. Selain itu, kerjasama yang
33
baik antara sesama anggota keluarga juga sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Saling membantu dan gotong royong akan
mendorong anak untuk bersifat toleransi jika kelak bersosialisasi
dalam masyarakat.
Jadi keluarga harmonis menurut sosiologi adalah mampu
memenuhi dasar keluarga, saling tolong menolong dan pengertian
serta komunikasi yang baik sangat penting karena mempengaruhi
keharmonisan keluarga menurut sosiologi.
3. Keluarga Harmonis Menurut Undang-Undang dan hukum Islam
Dalam UU No.1 Tahun 1974 menjelaskan tentang tujuan dari
pernikahan yaitu: Pasal 1 Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Mahaesa. Pasal 33 bahwa Suami isteri wajib saling
saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan
lahir batin yang satu kepada yang lain.
Dalam Hukum Islam yang disebut harmonis yaitu dikenal dengan
sebutan sakinah. Seperti dalam Al- Qur’an surat At-taubah ayat 26 yang
diterjemahkan dengan ketenangan, yakni Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasulnya, berarti rasa tenang datangnya dari Allah SWT
(Shihab,2010:152). Dalam kamus Bahasa Indonesia sakinah berarti
damai.
Keluarga sakinah adalah suatu bangunan keluarga yang dibentuk
34
berdasarkan perkawinan yang sah, dan mengharapkan ridha dari yang
maha pencipta yaitu Allah SWT, dan mampu menumbuhkan rasa aman,
tentram, damai, dan bahagia dalam mengusahakan terwujudnya
kehidupan yang sejahtera di dunia maupun diakhirat nantinya.
Mewujudkan keluarga sakinah, kunci suksenya adalah komunikasi
hubungan suami istri yang sesuai dengan fungsi dan perannya. Suami
sebagai kepala rumah tangga hendaknya mampu menempatkan diri secara
bijak sesui dengan tuntunan agama. Keluarga sakinah mawadah
warahmah sangat didambakan oleh setiap orang. Karena keluarga sakinah
adalah keluarga yang damai, aman, dan penuh kasih sayang.
Sedangkanmawadah artinya cinta dan warahmah adalah penuh rahmat.
Jadi keluarga sakinah mawadah warahmah adalah keluarga yang damai,
penuh kasih sayang, dan keberkahan (Siregar, 2016:86-88).
Adapun keluarga bahagia persepektif Islam yaitu sebuah keluarga
yang yang berjalan sesuai dengan akidah dan syariat, sehingga tercapai
kehidupan yang barokah, sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dibawah ini
merupakan tanda keluarga bahagia menurut Islam. Dinukilkan dari satu
hadits yang diriwayatkan oleh Dailami yang berisi tentang 4 kunci
kebagahagiaan keluarga muslim. Adapun hadits tersebut berbunyi
demikian:
وأوالده أب رارا وخلطائو صالحين وأن يكون أربع من سعادة المرء أن تكون زوجتو صالحة
( رواه الديلميرزقو فى ب لده )
“Ada empat perkara dari kebahagiaan seseorang, yaitu :
35
pasangan hidup yang sholihah, anak – anak yang baik /
berbakti, pergaulaannya adalah dengan orang – orang yang
sholeh dan rizkinya di negerinya sendiri”. (HR Dailami)
a. Istri yang shalehah
Rasulullah SAW., bersabda:
ر متاعها المرأة الصالحة ن يا متاع و خي الد
“Dunia adalah harta dan sebaik-baiknya harta adalah
wanita” . (H.R. Muslim).
Ini suatu penegasan dari Rasûlullâh SAW., bahwa kehadiran
seorang wanita sholehah dalam sebuah keluarga senantiasa membawa
kesenangan terhadap suami, anak-anak dan semua keluarga. Ini
menunjukkan betapa posisi wanita sangat signifikan atau sangat
menentukan baik-buruknya sebuah keluarga
1) Anak yang sholeh
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
نسان ان قطع عملو إال من ثلثة من صدقة جارية وعلم ي نت فع بو وولد ص ال إذا مات ال يدعو لو
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah,
ilmu yang dimanfaatkan, atau do‟a anak yang sholeh” (HR.
Muslim no. 1631).
Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan
pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya
36
anak yang tumbuh menjadi anak sholeh dapat menjadi sebab, yaitu
orangtunya masih mendapatkan pahala meskipun orangtunya sudah
meninggal dunia.
2) Lingkungan yang Baik
ه ، قال : قال رسول اللو عن سعيد بن رافع بن خديج ، عن أبيو ، عن جد
ار ، والرفيق ق بل الطريق صلى اللو عليو وسلم : التمسوا الجار ق بل الد
“Pilihlah tetangga sebelum menentukan untuk berdomisili
di suatu tempat dan pilihlah teman perjalanan sebelum
menentukan arah perjalanan” (HR Thabrani dalam al
Mu’jam al Kabir no 4257, dalam al Majmauz Zawaid no
13534, al Haitsami)
Tidak diragukan lagi bahwa lingkungan tetangga yang tidak baik
sangat berbengaruh dengan kualitas iman kita di samping menentukan
bagaimana model dan bentuk anak keturunan kita.
b. Mencari rezeki di negeri sendiri
وأن يكون رزقو فى ب لده )رواه الديلمي(
“dan carilah rezeki di negeri sendiri”.(HR. Adailami)
Meskipun rezeki yang diperoleh banyak, apabila rezeki itu
diperoleh di tempat yang jauh dari keluarga, tetap saja akan lebih
menyenangkan bila rezeki itu diperoleh di negeri sendiri. Namun bila
seseorang harus merantau dalam rangka mengais rezeki, maka
bawalah keluarga ke tempat rantau, karena kehadiran suami isteri atau
bapak ibu menjadi penting bagi keluarga.
37
نكم ومن آياتو أن خلق لكم م ها وجعل ب ي ن أن فسكم أزواجا لتسكنوا إلي
رون مودة ورحمة إن في ذلك ليات لقوم ي ت فك
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia ciptakan -
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S Ar-Rum;21)
Tidaklah dipungkiri bahwasannya harapan dari tujuan pernikahan
yaitu terbentuknya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dan
barokah. Sebagaimana penjelasan berikut ini:
1) Keluarga sakinah
Sakinah memiliki arti ketenangan, kedamaian,
ketentraman dan keamanan. Untuk mencapai hal tersebut keluarga
harus bisa menjalani hidupnya sesuai dengan perinsip keimanan,
saling menyayangi satu sama lain, menerima kekurangan masing-
masing dan saling melengkapi.
2) Keluarga mawaddah
Secara bahasa mawaddah didefinisikan sebagai rasa cinta.
Keluarga yang mawaddah berarti keluarga yang kehidupannya
diliputi dengan cinta dan penuh harapan.
3) Keluarga yang rahmah
Rahmah atau kasih sayang dalam keluarga, yaitu bilamana
seorang suami memberi kasih sayang kepada istrinya, menghargai
tidak membentak- bentak, dan menafkahi secara ikhlas.
Begitupun dengan seorang istri, ia juga harus memberi cinta tulus
38
kepada suami dan anak-anaknya. Serta tidak melupakan
menjalankan perintah agama dan mengamalkan sunnah
Rasulullah SAW., agar kelak rumah tangganya mendapat rahmat
dari Allah SWT.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menurut hukum Islam
dan Undang-undang keluarga Harmonis adalah keluarga yang damai,
saling membantu dalam memerankan perang masing-masing , dan penuh
kasih sayang yang penuh rahmat.
4. Ciri – Ciri Keluarga Sakinah
Sakinah berasal dari kata سكن yang memiliki arti tenang, tentram.
Dalam Pernikahan dapat diartikan sebagai membina atau membangun
sebuah rumah tangga yang penuh kedamaian, ketentraman, ketenangan dan
selalu bahagia. Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah,
mengikatnya dengan kuat dan kokoh sehingga akan mencapai awan dan
bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit maka rumah tangga
adalah perhiasan keluarga. Karen dalam keluarga ada unsur keindahan,
kebanggaan, dan kebersamaan dengan orang-orang tercinta. Sebab dengan
keluargalah kenikmatan abadi bisa diperoleh.
ين تربت يداك ت نك المرأة ألربع لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها فاظفر بذات الد (رواه البخاري و مسلم عن أبى ىريرة)
“Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah
karena agamanya, niscaya kamu beruntung.” (Dikutip dari kitab mukhtar
al-hadits an-nabawi hal 63 n0 21.)
39
Untuk mewujudkan keluarga sakinah, hendaknya, seseorang dapat
memilih calon suami atau istri yang berakhlaq mulia dan mengutamakan
agamanya. Sebab agama merupakan faktor yang penting dalam kehidupan
rumah tangga. Rasulullah SAW menyarankan dalam hal memilih calon
istri dengan petunjuk empat kriteria yaitu:
a. Karena kekayaannya.
b. Karena keturunannya.
c. Karena kecantikannya.
d. Karena keagamaannya.
Islam telah menganjurkan dalam memilih istri bahwa agama
seorang wanita harus lebih diutamakan dari pada faktor-faktor yang
lainnya (kekayaan, keturunan, kecantikan). Karena kebaikan agamanya
seorang wanita sangat mempengaruhi kebijakan kelarganya (Hasbiyallah,
2015:79).
Adapun ciri-ciri dari keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu antara
lain:
1) Saling mengerti antara suami istri, yaitu; mengerti latar
belakang pribadinya, mengetahui secara mendalam sebab akibat
kepribadian (baik sifat dan tingkah lakunya) pasangan, mengerti
diri sendiri; memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan
kekurangan kita, dan tidak menilai orang berdasarkan diri kita
sendiri.
40
2) Saling menerima, menerima apa adanya pribadi, tugas, jabatan
dan sebagainya jika perlu diubah janganlah paksakan, namun
doronglah dia agar terdorong merubahnya sendiri. Karena itu;
terimalah dia apaadanya karena menerima apaadanya dapat
menghilangkan ketegangan dalam keluarga. Terimalah hobi dan
kesenangannya asalkan tidak bertentangan dengan norma dan
tidak merusak keluarga. terimalah keluarganya
3) Saling menghargai, Penghargaan sesungguhnya adalah sikap
jiwa terhadap yang lain. Ia akan memantul dengan sendirinya
pada semua aspek kehidupan, baik gerak wajah maupun prilaku.
Perlu diketahui bahwa setiap orang perlu dihargai. Maka
menghargai keluarga adalah hal yang sangat penting dan harus
ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Adapun
cara menghargai dalam keluarga adalah: Menghargai perkataan
dan perasaannya. Yaitu: menghargai seseorang yang berbicara
dengan sikap yang pantas hingga ia selesai, menghadapi setiap
komunikasi dengan penuh perhatian positif dan kewajaran,
mendengarkan keluhan mereka. Menghargai bakat dan keinginan
sepanjang tidak bertentangan dengan norma. Menghargai
keluarganya.
4) Saling mempercayai, Rasa percaya antara suami istri harus
dibina dan dilestarikan hingga hal terkecil terutama yang
berhubungan dengan akhlaq, maupun segala kehidupan.
41
Diperlukan diskusi tetap dan terbuka agar tidak ada lagi masalah
yang disembunyikan. Untuk menjamin rasa saling percaya
hendaknya memperhatikan: Percaya pada dirinya. Hal ini
ditunjukka nsecara wajar dalam sikap ucapan, dan tindakan.
Percaya akan kemampuannya, baik dalam mengtur perekonomian
keluarga, mengendalikan rumah tangga, mendidik anak, maupun
dalam hubungannya dengan orang lain dan masyarakat.
5) Saling mencintai. Syarat ini merupakan tonggak utama dalam
menjalankankehidupan keluarga. Cinta bukanlah keajaiban yang
kebetulan datang dan hilang namun ia adalah “usaha untuk…”.
Adapun syarat untuk mempertalikan dengan cinta adalah; lemah
lembut dalm bicara. menunjukkan perhatian pada pasangan,
terhadap pribadinya maupun keluarganya, bijaksana dalam
pergaulan, menjauhi sikap egois, tidak mudah tersinggung,
menentramkan batin sendiri. Karena takkan bisa menentramkan
batin seseorang apabila batinnya sendiri tidak tentram, orang
disekitarnya pun tidak akan nyaman. Saling terbuka dan
membicarakan hal dengan pasangan adalah kebutuhan yang dapat
menentramkan. Peran agama dan spiritual pun sangat
menentukan. Dengannya kemuliyaan hati tercermin dalam
tingkah laku yang lebih baik dan menarik. Oleh sebab itu oarng
yang tentram batinnya akan menyenangkan dan menarik bagi
orang lain (Hawari, 2004: 205-208).
42
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian
1. Kondisi Letak Geografis Desa Bener
Desa Bener merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Desa Bener berbatasan
dengan beberapa wilayah:
Sebelah Barat : Jalan raya Solo-Semarang dan Kelurahan Noborejo
Sebelah Timur : Desa Tegalwaton
Sebelah Selatan : Dusun Wedilelo
Sebelah Utara : Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga
Dilihat dari kondisi tanahnya Desa Bener termasuk daerah yang
cukup subur. Maka dahulu mayoritas masyarakat Desa Bener banyak
yang sebagian penghasilannya dari tani. Namun dengan letak Desa Bener
yang cukup strategis dan era modernisasi ada beberapa investor yang
mendirikan pabrik di Desa Bener, hal tersebut juga mempengaruhi
banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai buruh pada saat ini.
Desa Bener terdiri dari beberapa dusun yaitu:
a. Dusun Bener Krajan 01
b. Dusun Bener Krajan 02
c. Dusun Cebongan
d. Dusun Tugu
43
e. Dusun Karang Balong
f. Dusun Kadipurwo
Keenam dusun tersebut, Desa Bener yang berjarak sekitar ± 4
kilometer dari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, sementara dua
dusun yaitu Dusun Tugu dan Dusun Karang Balong yang dipisahkan oleh
sungai namun terhubung oleh jalan beton lebar, bagus dan kokoh.
Sementara Dusun Cebongan dipisahkan oleh persawahan dan sungai
namun dihubungkan oleh jalan aspal lebar dan bagus.
2. Keadaan Umum Desa Bener
a. Luas Wilayah 272.500 Hektar
b. Jumlah Dukuh Dusun 6
c. Jumlah RT 32 RT
d. Jumlah RW 32 RW
e. Jumlah KK Desa Bener 1880 KK
f. Jumlah Penduduk Desa Bener 5668 Jiwa
(Dokumentasi Arsip Kantor Kelurahan, Dikutip Tanggal: 25-01-2018)
44
3. Keadaan Penduduk Desa Bener
Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Desa Bener Berdasarkan Kelompok
Umur & Jenis Kelamin
(
D
o
k
umentasi Arsip Kantor Kelurahan, Dikutip Tanggal: 25-01-2018)
Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bener
No. Pekerjaan Jumlah
1 Petani 155 Orang
2 Buruh tani 99 Orang
3 Nelayan -
4 Pengusaha 51 Orang
5 Buruh industri 823 Orang
6 Buruh bangunan 386 Orang
7 Pedagang 247 Orang
No.
UMUR
LAKI
LAKI
WANITA
JUMLAH
1 0 – 4 175 161 336 orang
2 0 – 5 189 210 399 orang
3 10-14 225 208 463 orang
4 15 – 19 229 234 463 orang
5 20 – 24 251 231 482 orang
6 25 – 29 231 240 471 orang
7 30 – 39 440 471 911 orang
8 40 – 49 422 409 831 orang
9 50 – 59 386 361 747 orang
10 60 + 265 300 565 orang
45
8 Pengangkutan 98 Orang
9 PNS/ABRI 237Orang
10 Lain-lain 1451Orang
Jumlah 3504 Orang
(Dokumentasi Arsip Kantor Kelurahan, Dikutip Tanggal: 25-01-2018)
Tabel 3.3 Banyaknya Penganut Agama Penduduk Desa Bener
(Dokumentasi Arsip Kantor Kelurahan, Dikutip Tanggal: 25-01-2018)
Tabel 3.4 Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan Desa Bener
(Dokumentasi Arsip Kantor Kelurahan, Dikutip Tanggal: 25-01-2018)
ISLAM 5075 ORANG
KHATOLIK 51 ORANG
KRISTEN 538 ORANG
BUDHA 7 ORANG
HINDU 0 ORANG
JUMLAH 5671 ORANG
Tamat Akademi/PT 348 Orang
Tamat SLTA 1333 Orang
Tamat SLTP 1035 Orang
Tamat SD 1015 Orang
Tidak Tamat SD 273 Orang
Belum Tamat SD 800 Orang
Tidak Sekolah 368 Orang
JUMLAH 5172 Orang
46
Tabel 3.5 Tempat Ibadah Desa Bener
Masjid 6 Buah
Gereja 1 Buah
Kuil 0 Buah
Surau/Mushola 4 Buah
(Dokumentasi Arsip Kantor Kelurahan, Dikutip Tanggal: 25-01-2018)
Jadi Desa bener merupakan salah satu desa di Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Jumlah penduduk di desa Bener 5668 orang, tanah di
Desa Bener merupakan Tanah yang Subur, mayoritas penduduk bekerja
sebagai Buruh industri, pendidikan mayoritas penduduk adalah Tamatan
Sekolah Menengah Atas, mayoritas penduduk beragama Islam.
B. Profil Keluarga
Pada bagian ini peneliti akan mencoba mendeskripsikan profil
keluarga yang menjadi objek penelitian dari beberapa aspek: usia, jenjang
pendidikan, status perkawinan, nasab suami dan istri, pekerjaan. Penyajian
dan uraian identitas narasumber diharapkan dapat memberikan gambaran
yang cukup jelas tentang karakter narasumber dan kaitannya dengan masalah-
masalah tujuan penelitian.
Orang-orang yang akan dijadikan objek penelitian dalam hal ini adalah
keluarga yang seimbang atau kafa’ah dalam perkawinannya dan keluarga
yang harmonis sebagai pembanding, diharapkan penelitian ini menjadi
berkualitas karena tidak hanya melihat dari keluarga yang seimbang atau
kafa’ah ketika menikah namun juga terhadap kelurga yang harmonis.
47
1. Keadaan Keluarga
a. Keluarga Bapak Muh Yasin
Keluarga bapak Muh Yasin, beliau menikah pada tahun 1984
saat umur 33 tahun dengan istrinya ibu Siti khatijah yang berusia 25
tahun, beliau menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
sementara istrinya sekolah dasar. bapak Yasin begitu akrab disapa,
merupakan seorang petani sementara istrinya berwirausaha dengan
membuka warung di rumah, beliau memiliki dua orang anak laki-laki,
anak pertama dan kedua memiliki pendidikan terakhir Sekolah
Menengah Atas lebih tinggi dibanding penddikan orang tuanya yang
lulusan sekolah dasar. Kedua anaknya telah bekerja dan memiliki istri
dan anak. Anak keduanya tinggal bersama bapak yasin sementara
anak pertamanya tinggal di Kota lain bersama istri dan anaknya,
walau tinggal tidak dalam satu kota, anak pertamanya sering
mengunjungi orang tuanya tak jarang orang tuanya yang berkunjung
ke rumah anak pertamanya.
Dari segi agama, bapak Yasin dan istrinya bukan merupakan
orang yang pas-pasan dalam memahami agama Islam. Beliau berdua
walau bukan orang yang pernah nyantri, namun mereka tinggal di
lingkungan pondok pesantren, sejak muda mereka juga aktif
mengikuti kajian keagamaan di Desa. Beliau berdua juga tidak pernah
tertinggal untuk jama’ah sholat lima waktu di masjid karena
rumahnya juga tidak jauh dari masjid.
48
b. Keluarga bapak Mudasir
Keluarga bapak Mudasir merupakan keluarga yang taat
Agama. Beliau menikah pada tahun 1995 di usia 31 tahun dengan ibu
Isah yang saat itu berumur 28 tahun saat menikah beliau sudah
bekerja di salah satu istansi pemerintahan sementara istrinya ketika
sebelum menikah merupakan pedagang dipasar, namun sekarang
merupakan ibu rumah tangga. Beliau memiliki dua orang anak yang
keduanya adalah perempuan, anak pertamanya sekarang masih
menjalani studi di Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, sementara anak keduanya masih Sekolah Menengah
Pertama.
Bapak Mudasir sejak kecil telah dididik dengan landasan
Agama yang kuat, beliau juga bersekolah sampai menamatkan
pendidikan Sarjana juga di lembaga pendidikan Islam, sementara
istrinya memiliki landasan agama juga kuat walaupun beliau
bersekolah sampai tamat Sekolah Menengah Pertama di lembaga
pendidikan umum bukan keagamaan. Pada anak-anaknya keluarga ini
menanamkan nlai Agama sebagai bekal kelak mereka dewasa. Dari
kecil anak pertamanya sudah sekolah madrasah (Sekolah sore) di
dusun samping tempat tinggalnya hingga kelas dua Sekolah
Menengah Pertama, sementara anak keduanya dididik tentang agama
sendiri dirumah, keluarga ini seimbang dalam hal pendidikan agama
dan umum karena anak-anaknya juga bersekolah di Lembaga
49
Pendidikan berkualitas, belaiu berperinsip bahwa dunia dan akhirat
itu harus berjalan beriringan. Dalam mendidik anak keluarga ini
menitik beratkan kepada contoh dari orang tuanya.
c. Keluarga Bapak H. Suyono
Bapak H. Suyono Beliau menikah 1976 pada usia 27 dan
istrinya Hj. Khomsatun pada umur 20 tahun, beliau dan istrinya
menyelesaikan pendidikan di jenjang sekolah dasar. Ketika menikah
beliau berprofesi sebagai Petani sama dengan Istrinya, namun
sekarang istriya berjualan kebutuhan peralatan dapur di pasar, beliau
memiliki tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang anak
perempuan. Dari segi agama bapak H Suyono dulu merupakan orang
yang pas-pasan dalam mengetahui ilmu Agama berbeda dengan
istrinya, sejak muda ibu Hj.Khomsatun merupakan orang yang giat
mengikuti pengajian dan kajian-kajian agama lainnya, hingga
sekarang beliau masih mengamalkan amalan yang di berikan oleh
kiyainya. Sementara bapak H. Suyono juga rutin mengikuti pengajian
rutinan semenjak menikah.
Semua anaknya telah menamatkan pendidikan setara Sekolah
Menengah Atas dan anak ketiganya telah menamatkan pendidikan S1
Teknik di Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan sekarang telah
menjadi Pegawai Negeri Sipil di Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. Anak pertama dan kedua telah memiliki istri dan anak
sementara anak ketiganya telah memiliki istri namun belum memiliki
50
anak karena baru beberapa waktu menikah. Keluarga ini menerapkan
pendidikan dasar agama yang kuat bagi anak-anaknya sebagai bekal
anaknya berumah tangga, dari kecil anaknya sudah belajar ngaji di
Taman Pendidikan Al quran di Desa, dan dirumahpun pendidikan
agama amatlah kental.
d. Kelurga bapak M
Bapak M menikah pada tahun 1995 di usia 31 tahun dengan
ibu E yang berumur 18 tahun. Beliau memiliki pendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas sama dengan istrinya. Beliau memiliki
pekerjaan sebagai karyawan swasta sama dengan istrinya namun
sekarang beliau bekerja sebagai buruh serabutan. Dari segi agama
keduanya tidak terlalu mendalami agama hanya shalat lima waktu dan
ibadah wajib lainnya.
Beliau memiliki dua orang anak perempuan, anak pertamanya
telah menikah dan memiliki anak, sementara anak keduanya masih
kelas 2 Sekolah Menengah Atas , namun kedua anaknya masih
tinggal dengan orang tuanya.
Jika ditilik dari kehidupannya keluarga ini bukan merupakan
keluarga yang baik-baik saja. Sering terjadi konflik dan berujung
dengan perginya istri dari rumah, begitu berulang. Anak juga menjadi
tidak terurus karena ibunya sering pergi dari rumah. Namun
beruntungnya bapak M merupakan kepala keluarga yang bertanggung
51
jawab dan sayang dengan keluarganya, tak jarang beliau juga
memerankan tanggung jawab seorang ibu ketika istrinya kabur.
Beliau sampai sekarang memiliki prinsip bahwa beliau tidak akan
menceraikan atau bercerai dengan istrinya walaupun apapun yang
terjadi. Beliau beralasan bahwa beliau menginginkan anak-anaknya
tetap memiliki orang tua yang utuh.
Bapak M bekerja sendiri untuk mencukupi kebutuhan Rumah
tangga termasuk biaya sekolah anak terakhirnya, karena istrinya tidak
bekerja, dan pekerjaan rumah yang menyelesaikan adalah anaknya
karena istri bapak M sering kabur-kaburan, menurut L tetangga
sekitar keluarga ini kerap terlibat cek-cok dan tetangga sekitar pun
juga sudah tau akan hal ini, karen sudah menjadi rahasia umum
masyarakat dan tidak terjadi hanya sekali dua kali, selain masalah
ekonomi dan anak mereka juga sering cek-cok masalah orang ketiga.
Namun bapak M memang orang yang termasuk sabar karena dia tidak
pernah mengusir atau meminta istrinya pergi dari rumah maupun
berniat menceraikannya, seberapa besar kesalahan istrinya. Beliau
tetap bebesar hati untuk menerima istrinya pulang kapanpun. Hal
tersebut yang membuat anak-anaknya menjadi dewasa dalam artian
terbiasa dengan keadaan “panas” dalam rumahnya (wawancara
dengan L tetangga keluarga Bapak M)
52
e. Keluarga Bapak R
Keluarga Bapak R merupakan keluarga yang seimbang ketika
menikah. Bapak R menikah tahun 2014 saat umur 24 tahun dengan
ibu D saat umur 21. Saat menikah Bapak R merupakan karyawan
swasta sama dengan ibu D. Dari segi pendidikan beliau seimbang
dengan istrinya yaitu telah menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas. Dari segi pemahaman agama keduanya bukan orang
awan, Ibu D bersekolah dari Sekolah Dasar sampai Sekolah
Menengah Atas di yayasan Islam beliau juga bertempat tinggal di
lingkungan muslim yang kuat, begitu juga suaminya. Dengan latar
belakang yang sama pula yaitu keluarga biasa-biasa bukan keturunan
ningrat ataupun pemuka agama, serta bukan keturunan keluarga
berada.
f. Keluarga Bapak MM
Keluarga bapak MM merupakan keluarga yang menikah
dengan dasar keseimbangan tingkat kepahaman agama. Beliau
menikah pada tahun 1995 saat itu beliau berusia 36 Tahun dengan ibu
SM yang berusia 26 Tahun. Bapak MM menamatkan pendidikan di
Sekolah Dasar sementara istrinya hanya sampai kelas 3 Sekolah
Dasar, dilihat dari keturunan keluarga keduanya merupakan anak dari
keluarga yang ahli Ibadah walaupun bukan Kyai, begitu pula
keduanya yang aktif mengikut pengajian di Desanya semenjak muda.
Bapak MM bekerja sebagai Petani ketika menikah sementara ibu SM
53
membuka warung dirumah.
Beliau memiliki dua orang Anak, anak pertamanya perempuan
sekarang masih menempuh studi Setrata Satu di sebuah Institut
Negeri, sementara anak keduanya masih kelas satu Sekolah
Menengah Pertama, dari kecil kedua anaknya telah di ajarkan Agama
Islam mulai dari sekolah di Taman Pendidikan Alqur’an saat sore dan
mengaji di salah satu pondok pesantren di sekitar rumahnya ketika
malam. Dirumahpun anaknya juga dibiasakan sholat tepat waktu.
Dalam hal mendidik anak yaitu dengan cara disiplin waktu.
g. Keluarga Bapak A
Keluarga bapak A merupakan keluarga yang menikah dengan
dasar ketidak seimbangan Nasab. Beliau menikah pada tahun 1998
saat itu beliau berusia 25 Tahun dengan ibu Q yang berusia 25 Tahun.
Bapak A menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas dari
Sekolah Dasar beliau sekolah di sekolahan bukan berbasis Islam
sementara Istrinya walaupun dilihat dari keturunan keluarga ibu Q
adalah anak Kyai namun beliau juga tidak mengenyam pendidikan di
sekolahan berbasis Islam, namun beliau sekolah diniyah, sementara
bapak A adalah anak keluarga bukan pemuka Agama/Tokoh Agama.
Ketika menikah ibu Q merupakan karyawan swasta sementara bapak
A merupakan Pedagang. Beliau memiliki anak sematawayang masih
Sekolah Dasar, dari kecil anaknya telah di ajarkan Agama Islam
mulai dari sekolah di Taman Pendidikan Alqur’an Dirumahpun
54
anaknya juga dibiasakan sholat tepat waktu. Dalam hal mendidik
anak yaitu dengan cara disiplin waktu.
C. Implementasi Kafa’ah di Desa Bener
Tabel 3.1 Keluarga Bapak Muh. Yasin
Tabel 3.2 Keuarga Bapak Mudasir
Indikator Suami Istri Kafa’ah
Pekerjaan PNS Pedagang Tidak
Kafa’ah
Pemahaman
Agama Islam
Baik
(Pernah
Nyantri)
Cukup Baik
(menjalankan
Sholat lima
waktu)
Kafa’ah
Nasab Keluarga
biasa
Keluarga biasa Kafa’ah
Indikator Suami Istri Kafa’ah
Pekerjaan Petani Pedagang Kafa’ah
Pemahaman Agama Baik
(Pernah
Nyantri)
Cukup Baik
(Hanya
Menjalankan
sholat Lima
waktu)
Tidak
Kafa’ah
Nasab Keluarga biasa Keluarga biasa Kafa’ah
55
Tabel 3.3 Keluarga H. Suyono
Indikator Suami Istri Kafa’ah
Pekerjaan Petani Petani Kafa’ah
Tingkat
Kepahaman Agama
Islam
Cukup Baik
(hanya
menjalankan
Ibadah sholat
lima waktu)
Baik
(sekolah
Madrasah
Diniyah)
Tidak
Kafa’ah
Nasab Keluarga biasa Keluarga biasa Kafa’ah
Tabel 3.4 Keluarga M
Indikator Suami Istri Kafa’ah
Pekerjaan Karyawan
swasta
Karyawan
swasta
Kafa’ah
Tingkat
Kepahaman Agama
Islam
Cukup Baik
(hanya
menjalankan
Ibadah sholat
lima waktu)
Cukup Baik
(hanya
menjalankan
Ibadah sholat
lima waktu)
Kafa’ah
Nasab Keluarga biasa Keluarga biasa Kafa’ah
56
Tabel 3.5 Keluarga R
Indikator Suami Istri Kafa’ah
Pekerjaan Karyawan
swasta
Karyawan
swasta
Kafa’ah
Pemahaman
Agama
Baik
(Bersekolah di
Sekolahan
berbasis Islam)
Baik
(bersekolah di
Sekolahan
berbasis Islam)
Kafa’ah
Nasab Keluarga biasa Keluarga biasa Kafa’ah
Tabel 3.6 Keluarga MM
Indikator Suami Istri Kafa’ah
Pekerjaan Petani Pedagang Kafa’ah
Pemahaman
Agama
Baik
(sholat Lima
waktu dan
merupakan
Keluarga yang
taat beribadah)
Baik
(dari keluarga
yang taat
agama, dan
sekolah
diniyah)
Tidak
Kafa’ah
Nasab Keluarga biasa Keluarga biasa Kafa’ah
57
Tabel 3.6 Keluarga A
Indikator Suami Istri Kafa’ah
Pekerjaan Pedagang Karyawan
swasta
Kafa’ah
Pemahaman
Agama
Cukup Baik
(menjalankan
Sholat lima
waktu)
Baik
(Anak Kyai,
dan sekolah
diniyah)
Tidak
Kafa’ah
Nasab Keluarga biasa Keluarga Kyai Tidak
Kafa’ah
D. Keharmonisan keluarga
Keluarga yang Harmonis adalah keluarga yang di idam-idamkan oleh
semua keluarga pada umumnya. Keluarga yang Harmonis akan berdampak
bagi kesehatan mental dan fisik anggotanya. Begitu pula yang terjadi pada
keluarga keluarga yang menjadi obyek yang diteliti penulis, yaitu:
1. Keluarga Muh Yasin
Dalam kesehariannya bapak Muh Yasin bekerja sebagai petani
untuk mencari nafkah yang rata-rata pertiga bulan mendapatkan uang
1,8 Juta rupiah,sementara penghasilan warung istrinya perbulan Rata-
rata 1,5 juta Rupiah. Diisela-sela pekerjaannya ia tak jarang
membantu mengerjakan pekerjaan rumah ketika warung istrinya
sedang ramai. Di benarkan dengan pernyataan tetagga sekitar, BS
58
yang mengatakan bahwa Bapak Muh Yasin tak jarang juga
membantu istrinya di warung maupun menyapu dan mengepel lantai.
Begitu juga istrinya yang membantu suaminya mencukupi kebutuhan
keluarga dan rukun tetangga seperti nyumbang dan melayat dengan
hasil warung perbulan Rata-rata 1,5 juta Rupiah. Keluarga ini tipikal
keluarga yang tidak cekcok hingga didengar oleh tetangga sekitar,
bapak Muh Yasin sendiri tipikal orang yang pendiam hanya berbicara
seperlunya (wawancara dengan BS tetangga dekat keluarga bapak
Yasin). Menurut Bapak Yasin beda pendapat dalam rumah tangga itu
adalah hal yang biasa, tinggal bagaimana caranya agar tidak sampai
berlarut-larut.
2. Keluarga Bapak Mudasir
Kesehariannya menurut K yang merupakan tetangga dekat
keluarga ini merupakan keluarga yang termasuk “adem ayem” yaitu
tidak ada pertengkaran yang K dengar, mereka sering menghabiskan
waktu libur bersama dengan berkunjung kerumah saudara atau
belanja di salah satu perbelanjaan di Salatiga (wawancara dengan K
tetangga dekat rumah Bapak Mudhasir). Menurut ibu Isah,
permasalahan dalam rumah tangga itu pasti ada namun sebisa
mungkin masalah itu diselesaikan atau dicari solusinya hari itu juga,
karena menurut bapak Mudhasir, masalah kecil bisa menjadi besar
jika tidak segera diselesaikan (hasil wawancara dengan Bapak
Mudhasir dan Ibu Isah)
59
3. Keluarga Bapak H. Suyono
Bapak Suyono mencari nafkah dengan bertani yang rata-rata
penghasilannya 4,5 juta Rupiah pertiga bulan sedangkan istrinya dari
hasil berjualan dipasar penghasilannya 2,4 juta Rupiah perbulan.
Suami istri ini sama-sama bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah
tangga dan pirukun seperti untuk kumpulan Rt bulanan maupun
keperluan lain, keluarga ini juga saling membantu dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah termasuk anak-anaknya seperti
memasak, membersihkan rumah dan mengurus ibu dari Bapak
Suyono yang sudah renta. menurut T tetangga sekitar menuturkan
bahwa keluarga ini menjadi salah satu contoh keluarga yang baik,
dari cara mendidik anak hingga cara menyelesaikan konflik, tetangga
menuturkan bahwa keluarga ini tidak pernah memiliki konflik yang
besar. Pernyataan itu dibenarkan oleh ibu khomsatun, bahwa ketika
ada masalah beliau dan suami memang tidak mengumbar hingga
orang lain tau, namun memang sampai saat ini hanya terjadi konflik
kecil yang wajar dalam rumah tangga (wawancara dengan T tetangga
dekat keluarga Bapak H Suyono)
4. Keluarga Bapak M
Jika ditilik dari kehidupannya keluarga ini bukan merupakan
keluarga yang baik-baik saja. Sering terjadi konflik dan berujung
dengan kaburnya si istri, begitu berulang. Anak juga menjadi tidak
terurus karena ibunya kabur-kaburan. Namun beruntungnya bapak M
60
merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab dan sayang
dengan keluarganya, tak jarang beliau juga memerankan tanggung
jawab seorang ibu ketika istrinya kabur. Sampai sekarang beliau
memiliki perinsip bahwa beliau tidak akan menceraikan atau bercerai
dengan istrinya walaupun apapun yang terjadi. Beliau beralasan
bahwa beliau menginginkan anak-anaknya tetap memiliki orang tua
yang utuh.
Bapak M bekerja sendiri dengan pendapatan rata-rata perbulan
1 Juta Rupiah untuk mencukupi kebutuhan Rumah tangga termasuk
biaya sekolah anak terakhirnya, karena istrinya tidak bekerja, dan
pekerjaan rumah yang menyelesaikan adalah anaknya karena istri
bapak M sering kabur-kaburan, menurut L tetangga sekitar keluarga
ini kerap terlibat cek-cok dan tetangga sekitar pun juga sudah tau
akan hal ini, karen sudah menjadi rahasia umum masyarakat dan tidak
terjadi hanya sekali dua kali, selain masalah ekonomi dan anak
mereka juga sering cek-cok masalah orang ketiga. Namun bapak M
memang orang yang termasuk sabar karena dia tidak pernah mengusir
atau meminta istrinya pergi dari rumah maupun berniat
menceraikannya, seberapa besar kesalahan istrinya. Beliau tetap
bebesar hati untuk menerima istrinya pulang kapanpun. Hal tersebut
yang membuat anak-anaknya menjadi dewasa dalam artian terbiasa
dengan keadaan “panas” dalam rumahnya (wawancara dengan L
tetangga keluarga Bapak M).
61
5. Keluarga Bapak R
Walaupun Bapak R bekerja di Perusahaan Swasta beliau hanya
mengirimkan uang hanya sekitar Rp. 100.000,00 - Rp. 150.000,00
perbulan. Itupun tidak menentu, dengan alasan untuk kehidupan
sehari-hari beliau di rantau dan membayar cicilan kendaraan (sumber
wawancara dengan ibu D dan bapak R). Untuk menutup biaya
hidupnya dan anaknya beliau bekerja serabutan dengan pendapatan
Rata-rata perbulan Rp.700.000,00. Dalam hal pembagian pekerjaan
rumah tangga ibu D mengerjakan sendiri. Sementara mereka
memiliki anak berumur 4 tahun yang memiliki kebutuhan pokok
selain makan dan tempat tinggal yang harus dipenuhi, seperti popok,
susu, dan biaya pendidikan di Paud. Dalam mendidik anak mereka
menerapakan cara tarik ulur, yaitu tidak membebaskan dan tidak
memanjakan anaknya namun juga tidak mengekang anaknya.
Tetangga sekitar menuturkan bahwa keluarga ini sering Cek-
cok lebih sering karena masalah ekonomi karena bapak R ketika
pulang jarang membawa uang walapun setiap bulannya juga hanya
mengirimkan uang sedikit untuk memenuhi kebutuhan keluarga
termasuk membeli kebutuhan anak mereka yang masih kecil. Selama
ini orang tua ibu D lah yang ikut menopang hidup ibu D dan anaknya
yang masih kecil, termasuk biaya sekolah dan kesehariannya
(wawancara dengan S tetangga dekat keluarga bapak R).
6. Keluarga Bapak MM
62
Dalam hal pekerjaan hampir semua pekerjaan rumah
dikerjakan oleh ibu SM sendiri semenjak menikah bapak MM jarang
menafkahi keluarga walaupun beberapa kali beliau merantau ke
Jakarta sebagai buruh bangunan namun hanya sesekali beliau pulang
membawa nafkah termasuk saat ini yang bekerja di surakarta sebagai
buruh bangunan. Bapak MM ini sebenarnya termasuk keturunan
orang yang tidak terlalu miskin karena beliau juga memiliki tanah
dan sawah namun beliau tidak bisa menggelolanya hingga berangsur
dijual oleh saudara-saudaranya (wawancara dengan ibu SM).
Perbulan Bapak MM bisa mendapatkan upah hingga 2juta Rupiah
belum termasuk pendapatan beliau dari sawahnya namun beliau
mengatakan bahwa beliau jarang menafkahi keluarganya karena uang
hasil kerja beliau di pinjamkan ke temannya dan ada pula yang di
pinjam oleh saudaranya namun beliau tidak enak hati untuk menagih
hutang tersebut (wawancara dengan bapak MM). Menurut tetangga
dekat keluarga bapak MM , keluarga ini sering terlibat cek-cok yang
melatar belakangi adalah ekonomi, kerena ibu SM juga tidak bekerja
dan warung beliau juga sudah tutup karena modalnya habis untuk
memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangga, hanya sesekali ibu SM
bekerja jika dimintai tolong tetangga untuk membantu memasak atau
membersihkan rumah. Tak jarang tetangganya juga memberikan uang
untuk menopang kehidupan keluarga ini. Sementara anak-anak beliau
berada di salah satu panti asuhan karena orang tuanya tidak sanggup
63
membiayai sekolah mereka (wawancara dengan N tetangga dekat
keluarga bapak MM).
7. Keluarga Bapak A
Dalam hal pekerjaan Rumah mereka saling bahu membahu
menyelesaikan pekerjaan Rumah, istilah ibu Q adalah tepo sliro awal
menikah Bapak A merantau ke Jakarta namun setelah Anaknya lahir
beliau bekerja serabutan Dirumah, dan sekarang Menjadi Karyawan
Swasta. Perbulan Bapak A bisa mendapatkan upah hampir 2 Juta,
yaitu Rp. 1.900.000,00. (wawancara dengan bapak A) sementara
Istrinya dirumah membuka usaha membuat makanan ringan jika ada
yang pesan.
Menurut ibu Q, perdebatan dalam rumah tangga adalah hal
yang wajar terjadi namun beliau berperinsip bahwa masalah pada hari
itu sebisa mungkin diselesaikan pada hari itu juga, agar tidak menjadi
masalah yang besar. Hal ini dibenarkan oleh I tetangga dekatnya
yang mengatakan bahwa keluarga ini adalah keluarga yang cukup
bijaksana dalam menyelesaikan masalah, tidak menggunakan
keegoisan yang nantinya justru akan menjadikan pernikahan di ujung
tanduk.
64
BAB IV
ANALISIS
A. Analisis Praktik Kafa’ah di Desa Bener Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang
Pada penelitian yang penulis lakukan di Desa Bener Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang, penulis mengambil Tujuh keluarga sebagai
sample, yaitu keluarga Bapak Muh Yasin, Bapak Mudasir, Bapak H. Suyono,
Bapak M, Bapak R, dan Bapak MM, serta Bapak A. Untuk mengukur tingkat
kafa’ah dalam keluarga tersebut, penulis membagi ke dalam lima indikator
sebagai berikut:
1. Dari Segi Nasab/Keturunan
a. Pasangan kafa’ah
Dari tujuh keluarga yang menjadi objek penelitian terdapat enam
keluarga yang Kafa’ah dari segi nasab. Yaitu Keluarga Bapak
Muh Yasin, Bapak Mudasir, Bapak H. Suyono, Bapak M, Bapak
R, dan Bapak MM. karena sama-sama dari keluarga bukan kyai
atau bangsawan, menurut bab yang sebelumnya telah dijelaskan
bahwa kafa’ah adalah seimbang, sedangkan kafa’ah secara nasab
berarti sama-sama dari kalangan bangsawan, kyai atau orang
biasa.
65
b. Pasangan tidak kafaah
Bapak A dan Ibu Q adalah pasangan tidak kafaah karena Bapak
A sebagai anak dari keluarga biasa bukan kiyai, priyai.
Sedangkan ibu Q adalah anak dari seorang kyai. Telah di jelaskan
sebelumnya jika laki-laki tidak memiliki nasab yang sepadan atau
lebih tinggi dari pasangannya menunjukkan bahwa mereka tidak
kafa’ah nasabnya.
2. Dari Segi Pemahaman Agama
a. Pasangan Kafa’ah
Bapak R dengan Ibu D, Dan keluarga Bapak MM dengan ibu
SM merupakan pasangan yang Kafa’ah karena sama-sama
memiliki pemahaman keagamaan yang baik bisa dilihat dengan
mereka yang sama-sama bersekolah di Sekolahan berbasis Islam,
Bapak M dengan ibu E yang sama-sama cukup baik karena
keduanya hanya melaksanakan sholat lima waktu. Dapat
disimpulkan bahwa ketiga keluarga ini adalah pasangan kafa’ah
karena memiliki kesamaan dalam pemahaman Agama. Ada pula
pasangan Bapak Mudasir dengan ibu Isah serta bapak Muh Yasin
dengan ibu khotijah yang tidak seimbang pemahaman agamanya
namun tetap termasuk kafa’ah karena dalam pembahasan bab
sebelumnya telah dijelaskan bahwa kafa’ah tidak semata-mata
sama namun menitik beratkan kepada pihak laki-laki yang
66
sepadan dengan wanita atau pihak laki-laki lebih tinggi dalam hal
ini adalah pemahaman agamanya.
b. Pasangan tidak Kafa,ah
Adapun keluarga Bapak H. Suyono tidak sekufu’ jika ditinjau
dari segi pemahaman agama karena Bapak H. Suyono
pemahaman terhadap agama Islam masih awam, berbanding
terbalik dengan isterinya Ibu Hj. Khomsatun yang baik dalam
pemahaman agama Islam sama halnya dengan Keluarga Bapak A
dan ibu Q.
3. Dari Segi Pekerjaan
a. Pasangan Kafa’ah
Dari segi pekerjaan atau profesi enam keluarga sudah termasuk
dalam kriteria kafa’ah, yaitu keluarga Bapak Muh Yasin, suami
adalah seorang petani dan isteri adalah seorang pedagang.
Keluarga Bapak A sebagai pedagang dan istrinya Karyawan
Swasta. Keluarga Bapak H. Suyono yaitu suami isteri sama-sama
merupakan seorang petani. Kemudian keluarga Bapak M yang
sama-sama karyawan Swasta. Sedangkan keluarga Bapak M dan
Bapak R suami isteri sama-sama merupakan karyawan swasta.
Walaupun Bapak Muh Yasin seorang petani namun istrinya juga
hanya sebagai pedagang biasa dalam artian pendapatannya tidak
jauh berbeda, sama halnya dengan Bapak A yang juga hanya
pedagang dengan pendapatan tidak jauh berbeda dengan
67
karyawan swasta. Hal ini menunjukan keseimbangan atau
sepadan.
b. Pasangan Tidak Kafa’ah
Hanya ada satu keluarga yang tidak kafa’ah dalam hal
profesi atau pekerjaan, yaitu keluarga Bapak Mudasir. Yang
mana Bapak Mudasir merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sedang isterinya hanya seorang pedagang dengan
pendapatan tidak lebih besar dari suaminya.
Berdasarkan pemaparan dari beberapa indikator keluarga
kafa’ah di atas menunjukkan bahwa ke enam keluarga yang penulis
teliti yaitu keluarga Bapak Muh Yasin, Bapak Mudasir, Bapak H.
Suyono, Bapak M, Bapak R, dan Bapak MM termasuk ke dalam
kriteria keluarga kafa’ah. Dan satu yang tidak termasuk kedalam
kriteria keluarga kafa’ah yaitu keluarga bapak A. Sebagaimana
pendapat Ulama Syafi’iyah yang memaparkan kriteria kafa’ah
sebagai berikut :
1) Kebangsawanan atau nasab
2) Kualitas keberagamaannya
3) Kemerdekaan diri dan
4) Usaha atau profesi.
Meskipun terdapat dua keluarga yang hanya memenuhi dua
dari empat kriteria kafa’ah yaitu keluarga, Bapak Mudasir, Bapak H.
Suyono, hal tersebut tetap menjadikan kaluarga ini termasuk ke dalam
68
kriteria keluarga kafa’ah dikarenakan telah memenuhi sebagian besar
dari kriteria kafa’ah itu sendiri.
Kemudian keluarga Bapak M, Bapak R, dan keluarga Bapak
Muh Yasin serta bapak MM merupakan keluarga kafa’ah sempurna
yang mana kedua keluarga ini memenuhi empat kriteria keluarga
kafa’ah. Sedangkan satu keluarga yaitu keluarga Bapak A tidak
termasuk kedalam kriteria keluarga kafa’ah karena hanya memenuhi
dua dari empat kriteria keluarga kafa‟ah. Dalam hal ini peneliti tidak
mencantumkan dan membahas kemerdekaan diri karena penulis
melihat bahwa Negara Indonesia adalah sebuah Negara yang telah
merdeka, Peneliti tidak melihat adanya perbudakan di Desa Bener
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
4.1 Diagram Kafa’ah
0
20
40
60
80
100
120
Yasin M R MM H. Suyono Mudasir A
Kafa’ah
69
B. Analisis Realisasi Keharmonisan Rumah Tangga di Desa Bener
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
Mempunyai keluarga yang harmonis adalah impian semua orang.
Tentu dalam mewujudkannya tidaklah mudah. Karena dalam praktik
kehidupan rumah tangga selalu diwarnai dengan banyak dinamika. Oleh
karena itu diperlukan bekal dan wawasan yang cukup bagi keduanya,
sehingga dapat menjalani seluruh dinamika itu dengan baik. Keluarga
Bahagia dalam persepektif Islam yaitu sebuah keluarga yang berjalan
sesuai dengan akidah dan syariat, sehingga tercapai kehidupan yang
barokah, sakinah, mawaddah, wa rahmah. Tentu terjalinnya keluarga
yang harmonis tidak terlepas dari kesepadanan dua individu yang
kemudian menjalin tali kasih pernikahan, yang tidak lain kesepadanan ini
disebut dengan kafa’ah. Sebagaimana pendapat Ulama’ Syafi’iyah yang
menyebutkan empat kriteria kafa’ah yaitu kebangsawanan atau nasab,
kualitas keberagamaannya, kemerdekaan diri dan usaha atau profesi.
Kemudian terbentuknya keluarga harmonis harus memenuhi beberapa
kriteria yang diantaranya telah disebutkan oleh Gunarsa dalam bukunya.
Adapun indikator keluarga harmonis menurut Gunarsa (1990:50) adalah
sebagai berikut:
1. Kasih sayang antara keluarga.
2. Saling pengertian sesama anggota keluarga.
3. Dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga
70
Jadi keluarga harmonis menurut sosiologi adalah mampu
memenuhi dasar keluarga, saling tolong menolong dan pengertian serta
komunikasi yang baik sangat penting karena mempengaruhi
keharmonisan keluarga menurut sosiologi.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Bener Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, jika ditinjau dari ketiga indikator keluarga
harmonis di atas, terdapat masing-masing empat keluarga yang harmonis
dan tiga keluarga yang tidak harmonis. Adapun yang termasuk ke dalam
keluarga harmonis adalah keluarga Bapak Muh Yasin, keluarga Bapak
Mudasir, dan Keluarga Bapak H. Suyono serta keluarga Bapak A, Peneliti
melihat bahwa tiga indikator tersebut diatas telah terpenuhi dengan
keterangan tetangga dan dengan dikuatkan oleh pengakuan serta
sepenglihatan peneliti yang menunjukkan terpenuhinya tiga indikator
tersebut.
Terdapat empat keluarga harmonis yaitu keluarga Bapak Muh
Yasin, keluarga Bapak Mudasir, dan Keluarga Bapak H. Suyono, serta
keluarga Bapak A.
Sedangkan tiga keluarga tidak menunjukkan bangunan rumah
tangga yang harmonis yaitu keluarga Bapak M, Keluarga Bapak R, dan
keluarga Bapak MM. Di dalam ketiga keluarga ini sering terjadi cek cok
antara suami isteri yang biasanya dilator belakangi oleh faktor ekonomi
dan kesalah pahaman atau kurangnya pengertian antar anggota keluarga.
71
C. Analisis Relevansi Kafa’ah Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
Untuk menjaga keserasian dan keseimbangan dalam rumah tangga
antara suami dan isteri, Islam mengenalkan konsep kafâ’ah sebagai solusi
pencapaian rumah tangga yang harmonis, karena kafâ’ah dalam
pernikahan akan mendatangkan keluarga yang sakinah, mawaddah,
warahmah dan barokah. Kafâ’ah dalam arti bahwa isteri harus pandai
melengkapi segala kekurangan suami, begitu juga sebaliknya, sehingga
kehidupan rumah tangga dapat dibina bersama atas dasar saling terbuka,
saling menghormati, saling menghargai, saling menjaga hak dan
kewajiban masing-masing, serta menjagan peran dalam rumah tangga
(Sabiq, 1987:128).
Sayyid Sabiq Muhammad at-Tihami (1987:129) lebih menekankan
bahwa kafâ’ah dalam hal pernikahan haruslah diperhatikan. Kafâ’ah tidak
terbatas pada unsur agama, kejujuran hati serta keluhuran jiwa, tetapi
unsur yang lain juga penting dan perlu diperhatikan.
Sebenarnya tujuan pernikahan dalam Islam tidak dapat dicapai
hanya dengan adanya kesepadanan dalam segala hal sebelum terjadi
pernikahan saja, tetapi setelah terjadinya pernikahan juga diperlukan
adanya keseimbangan, karena roda kehidupan selalu berputar. Adanya
kafâ’ah dalam pernikahan dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari
terjadinya krisis rumah tangga. Keberadaannya dipandang sebagai
aktualisasi nilai-nilai dan tujuan pernikahan. Dengan adanya kafâ’ah
72
dalam pernikahan diharapkan masing-masing calon mampu mendapatkan
keserasian dan keharmonisan. Berdasarkan konsep kafâ’ah, seorang calon
mempelai berhak menentukan pasangan hidupnya dengan
mempertimbangkan segi agama, keturunan, harta, pekerjaan maupun hal
yang lainnya. Adanya berbagai pertimbangan tersebut dimaksudkan untuk
menghindari ketimpangan dan ketidakcocokan dalam kehidupan berumah
tangga. Dari keempat keluarga harmonis ini terdapat dua perbedaan yaitu
1. Keluarga kafa’ah dan harmonis yang diantaranya adalah keluarga
Bapak Muh Yasin, keluarga Bapak Mudasir, dan Keluarga Bapak
H. Suyono.
2. Keluarga tidak kafa’ah tetapi harmonis yaitu keluarga Bapak A.
Sedangkan tiga keluarga lainnya adalah keluarga kafaah namun
tidak menunjukkan bangunan rumah tangga yang harmonis yaitu keluarga
Bapak M, Keluarga Bapak R, dan keluarga Bapak MM. Di dalam ketiga
keluarga ini sering terjadi cek cok antara suami isteri yang biasanya
dilator belakangi oleh faktor ekonomi dan kesalah pahaman atau
kurangnya pengertian antar anggota keluarga.
Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa konsep kafâ’ah
sendiri memiliki keterikatan langsung dengan masalah pernikahan yang
berlanjut kepada keharmonisan rumah tangga, yaitu adanya
keseimbangan dan kecocokan sikap, sifat antara suami dan isteri yang
akan menjalani bahtera kehidupan secara bersama-sama sehingga tujuan
73
pernikahan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah
akan terwujud.
Tercapainya tujuan pernikahan, dapat didukung karena adanya
unsur kafâ’ah dalam pernikahan tersebut. Alasannya karena kafâ’ah
bertujuan untuk menghindari terjadinya krisis dan polemik dalam rumah
tangga. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa rumah tangga yang
harmonis dapat tercapai apabila adanya kerja sama yang baik antara
suami dan isteri, sehingga tujuan pernikahanpun tercapai. Tercapainya
tujuan pernikahan tidak mutlak oleh faktor kesepadanan semata, namun
dapat menjadi penunjang utama, sedangkan faktor lain juga lebih penting
dan harus diutamakan,seperti agama dan akhlak.
Dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan atau kafa’ah
dengan di dukung oleh sikap saling terbuka, saling menghormati, saling
menghargai, saling menjaga hak dan kewajiban masing-masing, serta
menjaga peran dalam rumah tangga sangat penting, karena rumah tangga
akan menjadi begitu mulia. Namun kebaradaan sekufu tidak dipahami
secara baku, jika suatu masyarakat terdapat kebiasaan yang
mendatangkan keharmonisan, maka hal itu tidak dipermasalahkan.
74
4.1 Tabel Kesimpulan
Kafa’ah Dan Harmonis Keluarga
Kafa‟ah - Harmonis Yasin, Dasir, H. Suyono
Kafa’ah- Tidak Hrmonis M, R, MM
Tidak Kafa’ah-Harmonis A
Tidak Kafa’ah- Tidak Harmonis -
4.2 Diagram Relevansi Kafa’ah terhadap keharmonisan
0
20
40
60
80
100
120
Yasin M R MM H.Suyono
Mudasir A
Keharmonisan
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang penulis lakukan diperoleh beberapa
kesimpulan yang diantarnya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan Mengenai praktik
kafa’ah dari sudut pandang Nasab/Keturunan, diperoleh
informasi bahwasannya nasab/keturunan dari enam keluarga yang
terdapat di Desa Bener tersebut adalah berasal dari keluarga
biasa. Namun terdapat satu keluarga yang istrinya merupakan
anak kyai, ini menunjukkan bahwa praktik kafa’ah dari segi
nasab/keturunan telah terpenuhi umtuk lima keluarga yaitu
keluarga Bapak Muh Yasin, Bapak Mudasir, Bapak H. Suyono,
Bapak M, Bapak R, dan Bapak MM dan satu kelurga tidak
termasuk kedalam kriteria kafaah yaitu keluarga Bapak A.
Sementara itu Dari Segi Pemahaman Agama, terdapat empat
keluarga yang mana antara suami dan isteri sama-sama taat dalam
beribadah dan sama dalam pemahaman agama. Sedangkan tiga
keluarga yang lain antara suami istri tingkat pemahaman
agamanya berbeda. Jika ditinjau dari segi pekerjaan, hanya ada
satu keluarga yang tidak kafa’ah, sementara lima keluarga yang
lain sudah kafa’ah.
76
2. Adapun hasil penelitian di Desa Bener Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, Keharmonisan Rumah Tangga terealisasi,
terdapat masing-masing empat keluarga yang harmonis dan tiga
keluarga yang tidak harmonis. Yang termasuk ke dalam keluarga
harmonis adalah keluarga Bapak Muh Yasin, keluarga Bapak
Mudasir, dan Keluarga Bapak H. Suyono serta keluarga Bapak A.
Sedangkan tiga keluarga lainnya yang tidak harmonis adalah
keluarga Bapak M, Keluarga Bapak R, dan keluarga Bapak MM.
3. Ada Relevansi Antara Kafa’ah dengan Keharmonisan Rumah
Tangga, dari temuan penilis terdapat tiga keluarga kafa’ah yang
harmonis dan hanya satu keluarga yang tidak kafa’ah namun
Harmonis, namun tiga keluarga lainnya menambahkan
tercapainya tujuan pernikahan tidak mutlak oleh faktor
kesepadanan semata, namun dapat menjadi penunjang utama,
sedangkan faktor lain saling terbuka, saling menghormati, saling
menghargai, saling menjaga hak dan kewajiban masing-masing,
serta menjaga peran dalam rumah tangga juga dapat menjadi
pertimbangan.
77
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis samapaikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Semoga dengan hasil penelitian yang penulis lakukan bisa
memberikan wawasan bagi pembaca serta masyarakat luas dalam
mengarungi mahligai kehidupan.
2. Diharapkan dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan
dapat menjadi salah satu acuan dalam rangka mempertimbangkan
antara teoritis dan praktis terhadap persoalan konsep kafa’ah.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,1992, Kompilasi hukum Islam di Indonesia, Akademik
pressindo,Jakarta.
Al-Alusi, Abu Al-Sana Shihab Al-din Al-Sayyid-Mahmud, 1994, Ruh Al-Ma‟ani
fi Tafsir Al- Qur‟an Al- Azim wa Al- Sab‟ Al-Masani, Juz 1. Birud: Dar Al-
kutub Al-Ilmiyah.
Asrizal, 2015. Relevansi Kafa‟ah terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
Persepektif Normatif dan Yuridis. Al-ahwal Jurnal Hukum Keluarga
Islam, Al-Ahwal. Yogyakarta.
Asrofi, 2006, Keluarga Sakinah dalam tradisi Islam Jawa, Jakarta, Arindo Nusa
Media.
Basri,Hasan.1996.Merawat Cinta Kasih, Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Daradjat,Zakiah. 1974, Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Keuarga,Bulan
Bintang, Jakarta.
Ghozali, Abdul Rahman.2012. Fiqih Munakahat.Kencana. Perdana Media Group.
Jakarta.
Gunarsa Singgih D. 2000. Psikologi Untuk Keluarga. BPK Gunung Mulia.
Jakarta.
Hajar Al- Ara-q, ibn. Majma’ az-zawaid wa manba’ul fawaid, t.k.:maktabah
ma’arif, t.t.
Hasan,Mustofa , 2011, Pengantar Hukum Keluarga, Pustaka Setia, Bandung.
Hasbiyallah. 2015. Keluarga Sakinah. Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Kartono, Kartini. 2004. Kenakalan Remaja. Rajawali Pers. Jakarta
Kementrian Agama RI dalam Pedoman Pembinaan Keluarga Sakinah.
Leter, Muhammad.1985.Tuntunan keluarga Muslim dan Keluarga Berencana,
Angkasa Raya.Padang.
Moleong, J Lexy, 2014, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung
Nasution, Khoiruddin.2013. Hukum Perkawinan I. Academia dan Tazzafa.
Yogyakarta.
Nazir, Muhammad, Ph.D.2014 , Metode Penelitian , Ghalia Indonesia, Bogor.
79
Sabiq, Sayyid Muhammad at-Tihâmi. 1987. Fiqh Sunnah. Alih Bahasa oleh: M.
Thalib. juz 7.
Shihab, M. Quraish,2010. Perempuan , Lentera Hati, Tangerang.
Simanjuntak, Bugaran Antonius. 2013. Harmonius Family Upaya Membangun
Keluarga Harmonis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Syarifuddin,Amir, 2014, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih
Munakahad dan Undang-undang Perkawinan.Kencana Prenada Media
Group,Jakarta.
WJS. Poerwadarminto,1999, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
LAMPIRAN