Relawan

4
Relawan Dalam penanganan emergency bencana, relawan mempunyai posisi dan peran yang sangat penting. Oleh karena itu relawan bukan sekedar sebuah kekuatan alternatif, tetapi menjadi alternatif utama. Tentu ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi relawan emergency bencana. Yang terpenting adalah kekuatan fisik dan keahlian. Fragmentasi keterlibatan relawan dalam penanganan bencana adalah sebagai berikut : 1. Relawan sebagai donatur. Sesungguhnya masyarakat yang mendermakan dananya untuk membantu korban bencana, maka sejatinya iapun adalah relawan. Dana bahkan menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung hasil maksimal penanganan bencana. 2. Relawan sebagai penyumbang tenaga dan keahlian. Termasuk dalam kelompok ini adalah ahli evakuasi, ahli medis, jurnalis, ahli gizi, juru masak, tukang bangunan, psikolog, guru, seniman, dan lainya yang secara sukarela turun langsung membantu korban bencana di lapangan. 3. Relawan sebagai penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penaganan bencana. Misalnya ada relawan yang menyediakan sarana transportasi, menydediakan rumah atau kantornya untuk dijadikan markas posko kemanusiaan, dll. Kepemimpinan dalam Penanganan Emergency Bencana Salah satu syarat sukses penanganan emergency bencana adalah kepemimpinan. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan adalah kebingungan, kehancuran, kerugian, dan malapetaka. Kepemimpinan yang dimaksud tentu selayaknya dari unsur pemilik

description

K3

Transcript of Relawan

Relawan Dalam penanganan emergency bencana, relawan mempunyai posisi dan peran yang sangat penting. Oleh karena itu relawan bukan sekedar sebuah kekuatan alternatif, tetapi menjadi alternatif utama. Tentu ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi relawan emergency bencana. Yang terpenting adalah kekuatan fisik dan keahlian. Fragmentasi keterlibatan relawan dalam penanganan bencana adalah sebagai berikut :1. Relawan sebagai donatur. Sesungguhnya masyarakat yang mendermakan dananya untuk membantu korban bencana, maka sejatinya iapun adalah relawan. Dana bahkan menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung hasil maksimal penanganan bencana.2. Relawan sebagai penyumbang tenaga dan keahlian. Termasuk dalam kelompok ini adalah ahli evakuasi, ahli medis, jurnalis, ahli gizi, juru masak, tukang bangunan, psikolog, guru, seniman, dan lainya yang secara sukarela turun langsung membantu korban bencana di lapangan.3. Relawan sebagai penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penaganan bencana. Misalnya ada relawan yang menyediakan sarana transportasi, menydediakan rumah atau kantornya untuk dijadikan markas posko kemanusiaan, dll.Kepemimpinan dalam Penanganan Emergency BencanaSalah satu syarat sukses penanganan emergency bencana adalah kepemimpinan. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan adalah kebingungan, kehancuran, kerugian, dan malapetaka. Kepemimpinan yang dimaksud tentu selayaknya dari unsur pemilik otoritas (pemerintah). Keberhasilan semua elemen masyarakat dalam kancah bencana sangat tergantung keberadaan pemimpin. Namun justru hal inilah yang biasanya menjadi titik lemah penanganan bencana di Indonesia, termasuk kasus penanganan gempa dan tsunami di NAD khususnya pada saat-saat awal kejadian bencana. Kepemimpinan dalam penanganan emergency bencana haruslah mampu dengan cepat, tepat, dan berani mengambil keputusan, bersikap tegas, menjalankan sistem instruksi bukan diskusi.Manajemen Logistik Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan logistik bantuan :1. Pengadaan logistik bantuan harus sedapat mungkin berdampak pada pemberdayaan ekonomi lokal. Caranya adalah membeli logistik bantuan dari pelaku ekonomi lokal, khususnya para pelaku ekonomi menengah bawah. Ini akan mendorong perputaran ekonomi lokal menjadi stabil. Strategi seperti ini sangat efektif dan efesien karena selain memungkinkan bisa cepat tiba di lokasi bencana, kita juga tidak direpotkan oleh ribetnya masalah transportasi.2. Ragam logistik bantuan terutama untuk makanan dan sandang, hendaknya menyesuaikan dengan kultur yang berlaku di masyarakat korban bencana. Sebagai contoh, ternyata masyarakat Aceh tidak menyukai ikan sarden yang diawetkan. Kebanyakan pengungsi menukarnya dengan barang lain dengan para pedagang. Atau karena tidak segera dikonsumsi, banyak sarden yang menjadi kadaluarsa. Berdasarkan pengamatan kami di lapangan, ikan asin lebih mereka sukai daripada sarden. Dan ikan asin dengan mudah bisa dibeli dari para nelayan Aceh.3. Makanan memenuhi standar gizi. Korban bencana yang umumnya menghuni barak-barak penampungan alakadarnya, tentu menyebabkan keadaan fisik mereka sangat rentan. Oleh karena itu pilihan logistik makanan yang tidak mempunyai nilai gizi maksimum bisa menyebabkan malapetaka bagi korban. Data menunjukkan bahwa wabah penyakit dan kematian korban bencana banyak terjadi justru setelah mereka mengkonsumsi makanan yang tidak bergizi secara terus menerus. Mie instan misalnya bukanlah pilihan logistik yang aman untuk dikonsumsi secara terus menerus oleh pengungsi korban bencana.4. Pakaian yang diberikan sesuai kebutuhan dan tetap memperhatikan martabat korban sebagai manusia.Menggerakan elemen lokal dalam penanganan bencana Dalam menangani dampak bencana, baik pada tahapan emergency maupun tahapan rehabilitasi, sebaiknya menggerakan elemen lokal sebagai sumberdaya utama sepanjang itu masih dimungkinkan. Bahkan bisa menggerakan sebagian dari korban bencana itu sendiri. Dalam hal ini misalnya kebutuhan tenaga relawan lapangan bisa merekrut SDM lokal. Untuk menggerakkan elemen lokal tidaklah sulit, karena pada hakekatnya semua program yang kita ingin lakukan adalah kebutuhan mereka. Artinya menjadikan elemen lokal termasuk korban sebagai subjek, bukan objek. Prinsip ini akan jauh lebih maksimal hasilnya karena elemen lokal dan korban akan merasa memiliki terhadap program yang kita jalankan.

Sumber:pdf. Disampaikan pada Focus Group Discussion Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) tgl 17 Maret 2005 di Hotel Bidakara Jakarta