RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah,...

14

Transcript of RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah,...

Page 1: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan
Page 2: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

Abstrak

Kiprah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam

dalam mensukseskan Sustainable Develop-

ment Goals (SDGs) penting untuk diketahui

masyarakat diantaranya melalui diseminasi

branding. Upaya ini juga menjadi pilihan

bagi PTKI agar tetap eksis menghadapi per-

saingan antar perguruan tinggi. Relational

capital merupakan intangible assets yang

dimiliki PTKI dan menjadi instrumen untuk

mengoptimalkan peran PTKI dalam rangka

mendukung program SDGs dengan mem-

bangun jaringan/network berkualitas.

Kata kunci ; PTKI, SDGs

Abstract

The gait of the Islamic Religious College in

succeeding the sustainable Development

Goals (SDGs) is the most important program

to be known by the community, including

through dissemination of branding. This ef-

fort is also an option for PTKI to be exist for

facing competition between institutions. Re-

lational capital is an intangible asset owned

1

by PTKI and it is becomes an instrument to

optimize PTKI's role in supporting the SDGs

programme through developing quality net-

works.

Keyword : PTKI, SDGs

A. PENDAHULUAN

Eksistensi Perguruan Tinggi men-

jadi sentra pembangunan sumber daya

manusia terutama di era Revolusi Indus-

tri 4.0 saat ini. Perannya yang dibangun

diatas tiga skema pendidikan Perguruan

Tinggi yang dikenal dengan Tridharma

Perguruan Tinggi, diharapkan mampu

menghadirkan pendidikan yang dapat

mencetak lulusan sebagai sumber daya

manusia dengan kompetensi yang sesuai

dengan kebutuhan di era yang identik

dengan teknologi cerdas seperti internet

of things, cyber-fisik, dan komputasi

kognitif, dan komputasi awan.

Perguruan Tinggi dengan peran

RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN

PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SGDs)

Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

Page 3: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

2

pentingnya tersebut menjadi hal yang

absurd ketika tidak didukung oleh jarin-

gan atau networking. Sebagai institusi

pendidikan tertinggi, Perguruan Tinggi

Kegamaan Islam (PTKI) tidak dapat

berdiri sendiri untuk mewujudkan

misinya mendukung Tujuan Pem-

bangunan Berkelanjutan (Sustainable De-

velopment Goals/SDGs) dengan sebaik-

baiknya. Diperlukan jaringan yang

menghubungkan antara Perguruan Tinggi

dengan banyak pihak selain stakeholder.

Membangun jaringan atau net-

working menjadi salah satu faktor pen-

dukung bagi Perguruan Tinggi untuk

menguatkan eksistensinya sebagai lem-

baga pendidikan tinggi berkualitas.

Selain untuk mengembangkan khazanah

intelektual melalui perluasan wawasan

dari berbagai perspektif, juga untuk

menambah relasi dengan Perguruan

Tinggi atau organisasi profesional

lainnya yang bisa menjadi langkah awal

mengembangkan diri termasuk berko-

laborasi dengan berbagai pihak baik in-

ternal maupun eksternal. Keterhubungan

dengan berbagai pihak tersebut, akan

menjadi tolak ukur kesuksesan Perguruan

Tinggi mempropagandakan lembaganya

dengan memiliki branding yang baik

guna menambah nilai dihadapan stake-

holder dan terutama untuk menarik minat

calon mahasiswa baru.

B. PEMBAHASAN

Apakah Relational Capital?

Relational capital (RC) merupa-

kan konsep manajemen yang bertujuan

meningkatkan kemampuan organisasi/

institusi dalam membangun jaringan/

networking. Sebagai aset lembaga yang

bersifat intangible, RC adalah bagian dari

taksonomi intellectual capital. Kompo-

nen ini dikenal juga dengan istilah exter-

nal capital (modal eksternal) dan cus-

tomer capital. External/relational capital

ini didefinisikan sebagai nilai yang dicip-

takan organisasi melalui hubungan

dengan lingkungan eksternal (yaitu

penyelenggara, pelanggan, pelanggan

potensial, pengguna, penjual dan organ-

isasi lain).

Relational capital ini bisa dalam

bentuk kerjasama yang baik antara or-

ganisasi dengan penyuplai yang berkuali-

tas, pelanggan yang loyal dan merasa

puas akan pelayanan organisasi, hub-

ungan organisasi dengan pemerintah

maupun kerjasama rekan bisnis. Dengan

RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

Page 4: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

3

demikian, berdasarkan teori bahwa RC

dibangun terutama dalam aspek pengem-

bangan, pemeliharaan, dan menjaga hub-

ungan baik dengan lingkungan luar or-

ganisasi/institusi, orang atau faksi yang

mempengaruhi aktivitas program kerja

institusi termasuk hubungan pihak-pihak

terkait yang berpartisipasi dalam rantai

produk, mulai dari penyuplai, pesaing,

dan stakeholder maupun shareholder.

Definisi Relational Capital

menurut Roos et al. (2005) adalah these

include all relationships that the organi-

zation has, such as customers, consum-

ers, intermediaries, representatives, sup-

pliers, partners, owners, lenders, and the

like. Bahwa RC merupakan hubungan

antara organisasi dengan pelanggan, kon-

sumen, perantara, perwakilan, pemasok,

mitra, pemilik, kreditur, dan sejenisnya.

Relational capital disebut juga

dengan customer capital, artinya bahwa

inovasi dan nilai dari organisasi dirasa-

kan oleh customer. RC merupakan bagi-

an yang penting dalam proses evaluasi

nilai/produk organisasi sebagai tolak

ukur keberhasilan apakah produk/nilai

yang dihasilkan perusahaan sesuai

dengan pasar/konsumen atau sebaliknya.

Inti dari RC ini adalah pengetahuan yang

tertanam dalam hubungan kolaboratif di

luar organisasi. Adapun RC dalam

konteks intellectual capital management,

merupakan aktivitas organisasi yang

berkaitan dengan mengembangkan dan

mempertahankan pelanggan dalam upaya

untuk mengembangkan hubungan jangka

panjang yang saling menguntungkan

dengan customer. Ini adalah kombinasi

dari proses bisnis internal seperti

penjualan, pemasaran, dan dukungan

pelanggan dengan teknologi dan teknik

menangkap data (Van Zyl, 2005).

Dengan demikian Relational Cap-

ital dalam proses intellectual capital

management tidak hanya sebagai pihak

konsumtif, namun RC memiliki sifat

korektif dan evaluatif terhadap perus-

ahaan/organisasi yang mengeluarkan

produk/jasa/nilai, sehingga secara tidak

langsung RC bukan bagian yang terpisah

dari perusahaan/organisasi meskipun

secara struktural tidak termasuk menjadi

bagian internal capital formal perus-

ahaan/organisasi. Sifat evaluatif dan

kontribusi yang diberikan RC dalam

proses menciptakan nilai yaitu melalui

proses hiring public yang diadakan oleh

perusahan/organisasai dengan konsumen/

masyarakat.

Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

Page 5: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

4

Oleh sebab itu, organisasi/

perusahaan harus mempunyai jaringan

(networking) yang baik sebagai sarana

pemasaran dan publikasi nilai produk/

jasa kepada publik dan proses itu juga

dapat menjadi bagaian eksistensi perus-

ahaan/organisasi dan keberlanjutannya.

Pembangunan hubungan tersebut mem-

butuhkan kerjasama, kepercayaan, komit-

men dan berbagi informasi, serta inte-

grasi setiap bidang bisnis yang menyen-

tuh pelanggan.

Edvinsson (Brinker; 2000)

menyarankan pengukuran terhadap be-

berapa hal berikut ini yang terdapat da-

lam Relational Capital, yaitu:

a. Customer Profile. Siapa pelanggan-

pelanggan kita, dan bagaimana mere-

ka berbeda dari pelanggan yang di-

miliki oleh pesaing. Hal potensial apa

yang kita miliki untuk meningkatkan

loyalitas, mendapatkan pelanggan

baru, dan mengambil pelanggan dari

pesaing.

b. Customer Duration. Seberapa sering

pelanggan kita berbalik pada kita?

Apa yang kita ketahui tentang

bagaimana dan kapan pelanggan akan

menjadi pelanggan yang loyal? Serta

seberapa sering frekuensi komunikasi

kita dengan pelanggan.

c. Customer Role. Bagaimana kita

mengikutsertakan pelanggan ke da-

lam disain produk, produksi dan pela-

yanan.

d. Customer Support. Program apa yang

digunakan untuk mengetahui kepua-

san pelanggan.

e. Customer Success. Berapa besar rata-

rata setahun pembelian yang dil-

akukan oleh pelanggan.

Marr dan Gray (2006)

mengemukakan bahwa dimensi Relation-

al Capital terdiri dari: hubungan pelang-

gan (customer relationships), hubungan

pemasok (supplier relationships), reputa-

si (reputation), citra (image), ke-

percayaan (trust), hubungan kontrak

(contractual relationships), aliansi/

perserikatan (alliances), hubungan

dengan regulator (relationships with reg-

ulators), mitra (partners), dan lain-lain

(Bernard Marr, Dina Gray. 2006).

Dimensi tersebut menunjukkan

bahwa yang menjadi sumber penting dari

relational capital adalah pelanggan,

pemasok, mitra bisnis, pemegang saham

dan pemangku kepentingan lainnya sep-

erti masyarakat lokal. Hubungan

ini bias dalam bentuk perjanjian lisensi,

RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

Page 6: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

5

pengaturan kemitraan, hubungan keu-

angan, kontrak dan kesepakatan tentang

saluran distribusi.

Berdasarkan uraian di atas, rela-

tional capital terbagi dalam dua bagian:

1. Sebagai penerima dan pengguna ino-

vasi pendidikan dari perguruan tinggi

yaitu stakeholder utama; dan 2. Relasi

yang merupakan pengguna dan sekaligus

sebagai aktor yang membantu menyebar-

luaskan inovasi perguruan tinggi seperti

relasi dengan sesama lembaga pendidi-

kan, masyarakat, dan media massa.

Melalui transfer knowledge mampu men-

ciptakan inovasi dan menghasilkan nilai

kuantitas dan kualitas organisasi.

Peran Perguruan Tinggi Islam dan

Sustainable Development Goals (SDGs)

Sustainable Development Goals

(SDGs) merupakan program PBB yang

dicetuskan dalam pertemuan yang mem-

bahas isu pembangunan berkelanjutan di

Rio Jainero pada tahun 2012. Tujuan

yang ingin dihasilkan dalam pertemuan

tersebut adalah memelihara secara bersa-

ma-sama keseimbangan tiga dimensi

pembangunan berkelanjutan: lingkungan,

sosial dan ekonomi. Dalam upaya menja-

ga keseimbangan tiga dimensi pem-

bangunan tersebut, 5 pondasi utama

SDGs yang dikedepankan yaitu manusia,

planet, kesejahteraan, perdamaian, dan

kemitraan yang ingin mencapai tiga

tujuan mulia di tahun 2030 berupa

mengakhiri kemiskinan (isu penting dan

utama), mencapai kesetaraan dan menga-

tasi perubahan iklim. Untuk mencapai

tiga tujuan mulia tersebut, 17 Tujuan

Global ditetapkan sebagai berikut:

Penjelasan gambar:

1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kem-

iskinan dalam bentuk apapun di seluruh

penjuru dunia. 2) Tanpa Kelaparan. Tid-

ak ada lagi kelaparan, mencapai ketahan-

an pangan, perbaikan nutrisi, serta men-

dorong budidaya pertanian yang berke-

lanjutan. 3) Kesehatan yang baik dan

kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang

sehat serta mendorong kesejahteraan

hidup untuk seluruh masyarakat di segala

umur. 4) Pendidikan Berkualitas. Menja-

Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

Page 7: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

6

min pemerataan pendidikan yang

berkualitas dan meningkatkan kesem-

patan belajar untuk semua orang, menja-

min pendidikan yang inklusif dan

berkeadilan serta mendorong kesempatan

belajar seumur hidup bagi semua orang.

5) Kesetaraan Gender. Mencapai

kesetaraan gender dan memberdayakan

kaum ibu dan perempuan. 6) Air Bersih

dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air

bersih dan sanitasi yang berkelanjutan

untuk semua orang. 7) Energi Bersih dan

Terjangkau. Menjamin akses terhadap

sumber energi yang terjangkau, ter-

percaya, berkelanjutan dan modern untuk

semua orang. 8) Pertumbuhan Ekonomi

dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung

perkembangan ekonomi yang berkelanju-

tan dan inklusif, lapangan kerja yang

penuh dan produktif, serta pekerjaan

yang layak untuk semua orang. 9) Indus-

tri, Inovasi dan Infrastruktur. Mem-

bangun infrastruktur yang berkualitas,

mendorong peningkatan industri yang

inklusif dan berkelanjutan serta men-

dorong inovasi. 10) Mengurangi Kesen-

jangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik

di dalam sebuah negara maupun di antara

negara-negara di dunia. 11) Keberlanju-

tan Kota dan Komunitas. Membangun

kota-kota serta pemukiman yang inklusif,

berkualitas, aman, berketahanan dan

bekelanjutan. 12) Konsumsi dan

Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin

keberlangsungan konsumsi dan pola

produksi. 13) Aksi Terhadap Iklim. Ber-

tindak cepat untuk memerangi perubahan

iklim dan dampaknya. 14) Kehidupan

Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga

keberlangsungan laut dan kehidupan

sumber daya laut untuk perkembangan

pembangunan yang berkelanjutan. 15)

Kehidupan di Darat. Melindungi,

mengembalikan, dan meningkatkan

keberlangsungan pemakaian ekosistem

darat, mengelola hutan secara berkelanju-

tan, mengurangi tanah tandus serta tukar

guling tanah, memerangi penggurunan,

menghentikan dan memulihkan degradasi

tanah, serta menghentikan kerugian

keanekaragaman hayati. 16) Institusi

Peradilan yang Kuat dan Kedamaian.

Meningkatkan perdamaian termasuk

masyarakat untuk pembangunan berke-

lanjutan, menyediakan akses untuk kead-

ilan bagi semua orang termasuk lembaga

dan bertanggung jawab untuk seluruh

kalangan, serta membangun institusi

yang efektif, akuntabel, dan inklusif di

seluruh tingkatan. 17) Kemitraan untuk

RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

Page 8: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

7

Mencapai Tujuan. Memperkuat imple-

mentasi dan menghidupkan kembali

kemitraan global untuk pembangunan

yang berkelanjutan.

Program-program SDGs tersebut

hanya dapat direalisasikan jika ditunjang

oleh sumber daya manusia yang kompe-

ten yaitu tenaga kerja terampil dan tena-

ga ahli yang berkarakter serta mampu

berinovasi dengan daya saing global.

Menyikapi perolehan sumber daya manu-

sia dengan skill abad 21 tersebut,

menuntut upaya berbagai lembaga pen-

didikan atau organisasi untuk berperan

aktif mewujudkannya tidak terkecuali

dengan Perguruan Tinggi Keagamaan

Islam (PTKI) baik negeri maupun

swasta.PTKI memiliki andil melahirkan

sumber daya manusia dengan kompetensi

yang sesuai dengan kebutuhan masyara-

kat yang dinamis.

Sebagai bagian dari subsistem

pendidikan nasional, PTKI sendiri meru-

pakan lembaga pendidikan tinggi keaga-

maan yang sejajar dengan pendidikan

tinggi umum lainnya dengan kewajiban

yang sama. Ditegaskan dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 20

ayat 2 bahwa perguruan tinggi

berkewajiban menyelenggarakan pen-

didikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat (Tri Dharma Perguru-

an Tinggi).

Adapun yang dimaksud dengan

pendidikan dalam undang-undang di atas

adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keaga-

maan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ket-

erampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.

Penelitian adalah kegiatan yang dil-

akukan untuk memperoleh informasi,

data, dan keterangan yang berkaitan

dengan pemahaman dan/atau pengujian

suatu cabang ilmu pengetahuan dan

teknologi berdasarkan kaidah dan metode

ilmiah secara sistematis. Pengabdian

kepada Masyarakat adalah kegiatan sivi-

tas akademika yang memanfaatkan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi untuk

memajukan kesejahteraan masyarakat

dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal ini menguatkan peran perguruan

tinggi Islam sebagai lembaga pendidikan

yang memproduksi pengetahuan.

Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

Page 9: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

8

Dikeluarkannya regulasi tentang

Pendidikan Tinggi tersebut memperkuat

eksistensi PTK dan peran didalamnya.

Keberadaan dan posisi PTKI telah men-

jadi salah satu wujud entitas budaya In-

donesia sebagai lembaga pendidikan

tinggi dengan identitas Islam. Regulasi

tersebut juga memposisikan PTKI se-

bagai investasi sosial, budaya dan alam,

yang dapat memetik kebermaknaan nilai

dengan maksimal ketika berada pada

titik kemampuan melayani kebutuhan

pelanggan pendidikan, yakni pelayanan

yang sesuai dengan kebutuhan masyara-

kat dan dinamisasi pasar yang mengikuti

perkembangan zaman berbasis nlai-nilai

Islam. Hal ini menunjukkan bahwa peran

strategis PTKI akan termanifestasikan

maksimal manakala mampu menyeleng-

garakan pendidikan yang mensinergikan

antara kurikulum institusi dengan kebu-

tuhan masyarakat. Prospek kedepan,

layanan yang tepat tersebut akan menem-

patkan PTKI sebagai lembaga penye-

lenggara pendidikan tinggi yang profe-

sional dan relevan dalam membangun

Pendidikan Nasional.

Optimalisasi peran Perguruan

Tinggi Keagamaan Islam dalam mem-

bangun kampusnya menjadi perguruan

tinggi yang berkualitas, berkelindan

dengan kebutuhan pasar dan kebutuhan

masyarakat. Kerjasama/sinergi yang baik

dengan pihak internal maupun eksternal

PTKI seperti pelaku industri, pemerintah,

asosisasi profesi, lembaga pendidikan

dan pengujian di dalam dan luar negeri.

Sinergitas dengan berbagai pihak men-

jadi hal penting bagi PTKI guna

merekayasa program pendidikannya un-

tuk selalu update beradaptasi dengan

perkembangan dunia pendidikan,

ekonomi, dan budaya.

Output Perguruan Tinggi Keaga-

maan Islam yang selalu update dengan

perubahan dan memantau perkembangan

kebutuhan masyarakat, menjadi sumber

daya manusia potensial dengan kompe-

tensi dan skill yang dimilikinya, baik

pengetahuan umum maupun pengetahuan

keagamaan. Melihat fenomena pent-

ingnya program-program SDGs yang

dikedepankan oleh PBB, dan peran

perguruan tinggi saat ini sebagaimana

diatur dalam undang-undang, PTKI

memiliki andil besar untuk mewujudkan

program-program SDGs tersebut.

Bagaimana Optimalisasi Relational Capital

RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

Page 10: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

9

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam

mendukung Program Sustainable Develop-

ment Goals (SDGs)?

Sebagai aset yang bersifat intangible,

relational capital menjadi bagian dari aset PTKI

yang memberikan dampak signifikan untuk me-

maksimalkan upaya PTKI menjadi lembaga pen-

didikan tinggi yang profesional dan berkualitas.

Format PTKI beserta program pendidikan yang

dimilikinya, harus bersifat transparan dan

diketahui oleh masyarakat luas sebagai pengguna

pendidikan. Kerjasama dan kolaborasi dengan

berbagai pihak yang berkepentingan menjadi se-

buah pilihan sebagai kepanjangan tangan PTKI

dalam mempublikasikan eksistensinya.

Relational capital di Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam terbagi dalam 2 (dua) bagian:

1. Sebagai penerima dan pengguna inovasi pen-

didikan dari perguruan tinggi yaitu stakeholder

utama; dan 2. Relasi yang merupakan pengguna

dan sekaligus sebagai aktor yang membantu me-

nyebarluaskan inovasi perguruan tinggi seperti

relasi dengan sesama lembaga pendidikan,

masyarakat, dan media massa. Melalui transfer

knowledge mampu menciptakan inovasi dan

menghasilkan nilai kuantitas dan kualitas organ-

isasi.

Optimalisasi peran Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam dilandasi dengan pengoptimal-

isasian konsumen sebagai stakeholder utama

yang menjadi penerima dan pengguna jasa pen-

didikan PTKI. Merujuk standar pengukuran yang

dikemukakan Edvinsson, konsumen se-

bagai mitra kerjasama yang menjadi ba-

gian dari relational capital di PTKI harus

memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:

1. Customer Profile. PTKI harus menge-

tahui dengan pasti yang menjadi kon-

sumennya. Hal penting yang harus diper-

hatikan adalah kriteria konsumen yang

sesuai dengan visi dan misi PTKI yang

membedakan dengan pelanggan kompeti-

tor. Perubahan minat dan kebutuhan para

konsumen, tentunya menjadi sarana bela-

jar dan referensi dalam meningkatkan

loyalitas profesionalisme PTKI. Keadaan

ini menjadi sebuah potensi dalam

menembak pasar konsumen; 2. Customer

Duration. Kemampuan PTKI dalam

mempertahankan konsumen yang ada

dan loyal terhadap institusi. Tahap akui-

sisi dan pemeliharaan konsumen menjadi

strategi penting untuk menjaga komitmen

konsumen diantaranya dengan mem-

bangun intensitas frekuensi komunikasi

dengan konsumen. 3 Customer Role.

PTKI mengikutsertakan konsumen dalam

disain produk, produksi dan pelayanan.

Diantaranya, beasiswa (schoolarsip), per-

tukaran mahasiswa baik domestik mau-

pun mancanegara. Hal lain yang harus

diperhatikan dalam aspek ini adalah

keterlibatan konsumen dengan kriteria

talenta, knowledge, atau sumber daya

dari luar yang dianggap kompeten dan

Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

Page 11: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

10

memiliki kemampuan yang diperlukan;

4. Customer Support. PTKI harus mem-

iliki program yang bertujuan mengeval-

uasi kepuasan konsumen dengan tidak

mengabaikan kemashlahatan dan

keberkahan dari program yang dijalankan

tersebut. Dalam hal ini, penilaian yang

diberikan oleh konsumen menjadi tolak

ukur kesuksesan program-program yang

dikedepankan oleh PTKI; 5. Customer

Success. Setiap proses yang dilakukan dalam

institusi, PTKI harus mempertimbangkan dan

mengidentifikasi kebutuhan konsumen di masa

depan serta bagaimana membantu merealisasi-

kannya dalam bentuk program dan usaha maksi-

mal. Kemampuan PTKI dalam membaca kebu-

tuhan pasar dan kebutuhan masyarakat menjadi

hal penting untuk menumbuhkan kepercayaan

dari konsumen.

Aspek kedua dari relational capital

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam adalah mem-

bangun kerjasama dengan relasi yang merupakan

pengguna dan sekaligus sebagai aktor yang mem-

bantu menyebarluaskan inovasi PTKI seperti

relasi dengan sesama lembaga pendidikan,

masyarakat, dan media massa. Relasi dengan

sesama lembaga pendidikan dimanifestasikan

dalam bentuk jejaring kerjasama antar PTKI, an-

tara PTKI dengan Perguruan Tinggi lainnya baik

domestik maupun mancanegara. Tujuan mem-

bangun kerjasama ini adalah untuk penjaminan

mutu pendidikan PTKI yang sesuai dengan

perkembangan kebutuhan masyarakat sebagai

refleksi dari internalisasi nilai-nilai Tridharma

Perguruan Tinggi.

Relasi Perguruan Tinggi Keagamaan

Islam dengan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan di Indonesia tersebut telah diatur da-

lam UU No 20 tahun 2003 pasal 8 dan 9. Peran

tersebut dimanifestasikan dalam bentuk hak ber-

peran serta dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

adapun dalam aspek kewajiban, masyarakat

berkewajiban memberikan dukungan sumber

daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sinergi

antara PTKI sebagai institusi dan masyarakat

baik perseorangan, kelompok, organisasi profesi,

industri, dan organisasi kemasyarakatan lainnya

untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan

dan pengendalian pelayanan pendidikan.

Media massa merupakan media sosial-

isasi yang memberi pengaruh kuat bagi eksistensi

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Sebagai

instrumen untuk mengkomunikasikan program

kerja dan inovasi-inovasi PTKI kepada masyara-

kat luas, membangun relasi dengan media massa

menjadi pilihan bagi PTKI yang efektif untuk

mengenalkan eksistensinya kepada dunia luar.

Optimalisasi peran Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam selanjutnya dapat dimanifes-

tasikan dengan kecerdasan dalam membangun

hubungan dengan pihak internal dan eksternal

PTKI, yakni kolaboratif dengan stakeholder dan

mitra kerja. Nilai-nilai kolaboratif yang dibangun

dalam menciptakan RC berkualitas merujuk pada

dimensi RC (Marr dan Gray (2006: 52), Sohrabi

et.al (2010:16)) yaitu: 1. Reputasi (reputation).

Pengelolaan reputasi merupakan upaya prospek

jangka panjang yang dibangun sesuai dengan

RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

Page 12: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

11

prestasi PTKI yang membedakannya dengan pe-

saingnya. Mempertahankan reputasi menjadi

pekerjaan yang paling berat dibanding mem-

bangun reputasi itu sendiri, karena selain bersifat

dinamis juga persepsi publik menjadi evaluator

utamanya. 2. Citra (image). Bagi konsumen, citra

PTKI merupakan informasi yang bersifat

ekstrinsik mencakup dimensi karakteristik, repu-

tasi, nilai, dan identitas PTKI. Hal ini berdampak

pada persentase kekuatan loyalitas konsumen

terhadap PTKI. Untuk membangun citra positif

menjadi program yang harus dikedepankan oleh

PTKI; 3. Kepercayaan (trust); 4. Aliansi/

perserikatan (alliances). Relasi yang dibangun

antar organisasi dengan tujuan yang sama ini,

menjadi salah satu dimensi RC yang bertujuan

untuk memperluas akses market PTKI, dan mem-

peroleh kecukupan sumber daya dan kompetensi

yang sesuai agar koalisi dapat berjalan lancar.; 5.

Hubungan dengan regulator (relationships with

regulators). Regulator yang dimaksud dalam

ranah PTKI adalah pemerintah, sebagai

penyokong PTKI yang berkualitas, penyedia sa-

rana peningkatan pengetahuan, beasiswa pendidi-

kan, fasilitas studi banding politik, pelindung dan

payung kebijakan dalam upaya meningkatkan dan

mengembangkan kualitas PTKI dan mendukung

secara luas nilai yang dihasilkan PTKI; 6. Kuali-

tas tanggapan terhadap tuntutan dan keluhan

pelanggan (quality of responses to customer de-

mands and complaints). PTKI harus membuka

peluang bagi masuknya kritikan maupun saran

yang dikemukakan oleh konsumen. Menyediakan

kotak suara konsumen merupakan potensi bagi

diperolehnya loyalitas pelanggan yang mem-

berikan keuntungan bagi PTKI; 7. Brand and

Trademarks. Merupakan identitas PTKI yang

menjadi powerfull ketika dipublikasikan kepada

konsumen. Sebagai lembaga pendidikan, faktor

yang berpengaruh terhadap pembentukan brand

dan trademark PTKI diantaranya, kualitas output,

prestasi, akreditasi institusi, program unggulan,

ISO, outcome alumni. Faktor-faktor tersebut

menjadi identitas PTKI yang membedakannya

dari para pesaing.

Pola pengelolaan relational capital

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam

mensukseskan program SDGs melalui bangunan

jaringan/network, tidak terlepas dari keterbukaan

PTKI terhadap perkembangan ekonomi global

abad 21 atau yang dikenal dengan era Revolusi

Industri 4.0. Beradaptasi dengan masa yang ber-

basis pengetahuan saat ini, mengelola PTKI ber-

basis pengetahuan sangat dipentingkan karena

mengingat PTKI sebagai institusi pendidikan

tinggi berperan aktif menjadi tonggak pem-

bangunan bangsa dan negara. Identitas Islam

yang melekat, menjadi value bagi PTKI yang

menjadikannya berbeda dengan institusi pendidi-

kan tiggi sejenis.

Pada dasarnya, membangun relasi

dengan masyarakat, pemerintah, mitra kerja,

memberikan banyak informasi yang penuh bagi

penyelenggaraan sebuah institusi pendidikan

tinggi. Mereka bukan sekedar pengguna jasa pen-

didikan PTKI yang kosong informasi (zero infor-

mation) melainkan memiliki banyak sekali infor-

masi (full information) untuk pengembangan

PTKI yang profesional dan berkualitas global.

Keadaan ini membentuk sudut pandang yang

berbeda dalam mengevaluasi program-program

Dr. Noor Azida Batubara, M. Ag

Page 13: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan

12

PTKI dan menentukan pilihan saat menjadi kon-

sumen sebuah perguruan tinggi. Sehingga ketika

berhadapan dengan program-program wajib yang

digulirkan oleh pemerintah, PTKI mampu

mengaktualisasikan diri sebagai institusi pendidi-

kan tinggi yang friendly dengan berbagai kebu-

tuhan masyarakat dan pasar dan mudah beradap-

tasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.

C. KESIMPULAN

Program Sustainable Development

Goals sebagai rencana aksi global menjadi bagi-

an dari program pembangunan di Indonesia

dengan 17 tujuan yang hendak dicapai dian-

taranya mengentaskan kemiskinan, mengurangi

kesenjangan, memajukan pendidikan, dan pro-

gram lainnya yang dicanangkan oleh para pem-

impin dunia. Mengaktualisasikan pencapaian

akan tujuan program ini, harus diimbangi dengan

penguatan PTKI sebagai institusi pendidikan

tinggi yang menjadi bagian dari sistem pendidi-

kan di Indonesia. Penguatan eksistensi Perguruan

Tinggi Keagamaan Islam melalui pengelolaan

relational capital sebagai intangible assets,

merupakan pilihan untuk memperkaya khazanah

intelektual dunia pendidikan di Indonesia.

Mengelola RC PTKI dengan efektif dan profe-

sional menunjang terhadap terwujudnya program

Sustainable Development Goals dengan

mengedepankan aspek pengetahuan sebagai basis

dari pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Babak Sohrabi et al. 2010. Intellectual capital and

Technological Innovation: Knowledge-Based

Theory and Practice. edited by Pedro Lopez Saez

et.al. Hershey: New York.

Bernard Marr, Dina Gray. 2006. Strategic Per-

formance Management: Leveraging and Measur-

ing your Intangible Value Drivers. USA: Elsevier

Ltd.

CR Van Zyl. 2005. Customer Relationship Man-

agement Captures Intellectual capital for In-

creased Competitiveness. Acta Commercii: Intel-

lectual capital Management Series, article 2 of 3.

Göran Roos. et.al. 2005. Managing Intellectual

capital in Practice. Oxford: Elsevier Inc.

Ishartono, et. al. Sustainable Development Goals

(SDGs) dan Pengentasan Kemiskinan. Share:

Social Work Journal. Vol. 6 No. 2. Hlm. 163-

164.

James Guthrie, Richard Petty. 2000. Intellectual

capital: Australian Annual Reporting Practices.

Journal of Intellectual capital. Vol. 1 No. 3. 2000.

pp. 241-251. MCB University Press.

Ken Kay, Valerie Greenhill. 2011. Bringing

Schools into the 21st Century editors by Guofang

Wan, Dianne M. Gut. New York: Springer Sci-

ence.

T M Welbourne, M Pardo-del-Val. 2008. Rela-

tional Capital: Strategic Advantage for Small and

Medium-size Enterprise (smes) Through Negotia-

tion and Collaboration. Group Decision and Ne-

gotiation. Vol. 18. No. 5. pp. 483-497.

RELATIONAL CAPITAL: OPTIMALISASI PERAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

DALAM MENDUKUNG SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOA LS (SGDs)

Page 14: RELATIONAL CAPITAL · 2020. 4. 15. · tan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan