RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah...

115
RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR CITEUREUP KECAMATAN CITEUREUP KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : FITRIA WIDYANINGSIH NIM. 1112111000046 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439 H

Transcript of RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah...

Page 1: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL

PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR CITEUREUP

KECAMATAN CITEUREUP KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

FITRIA WIDYANINGSIH

NIM. 1112111000046

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 2: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi
Page 3: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi
Page 4: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi
Page 5: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang relasi primodial sebagai modal sosial

pedagang kaki lima, di Pasar Citeureup. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

bentuk sosial yang dimiliki pedagang kaki lima di Pasar Citeureup dalam mendukung

kegiatan usahanya dan mengetahui apa implikasi yang timbul dari modal sosial pada

pedagang kaki lima di Pasar Citeureup. Adapun yang menjadi informan dalam

penelitian ini adalah pengelola Pasar Citeureup, pengurus paguyuban, pemerintah

daerah (camat), dan Pedagang Kaki Lima (PKL). Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Adapun kerangka teori yang digunakan ialah teori

modal sosial Robert D. Putnam yang menyatakan modal sosial itu kesaling

percayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi sebuah masyarakat

dalam menggerakkan tindakan bersama yang terkoordinasi.

Sektor informal mampu menyerap tenaga kerja migran yang tidak terampil

dengan jumlah yang relatif besar. Jumlah migran yang masuk ke Kecamatan

Citeureup Kabupaten Bogor terus meningkat dari waktu ke waktu dan menyebabkan

perkembangan sektor informal, khususnya PKL (Pedagang Kaki Lima). Para migran

pedagang kaki lima biasanya memulai usaha dengan memaanfaatkan modal sosial

yang mereka miliki, misalnya, kerabat atau teman mereka dari daerah asal yang sama.

Kemudian, mereka akan memperluas jaringan ke kelompok lain yang berkaitan

dengan usaha mereka. Pada migran pedagang kaki lima bergantung pada modal sosial

yang mereka miliki untuk mempertahankan usaha mereka.

Kata kunci: Relasi Primordial, Pedagang Kaki Lima, Modal Sosial, Pasar Citeureup.

Page 6: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

v

KATA PENGANTAR

Segala puja-puji syukur kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala, yang telah

melimphakan segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya yang tak terhingga, sehingga

penulis dapat merampungkan skripsi ini sesuai dengan keridhoan-Nya. Shalawat

beserta salam selalu tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad Saw., beserta

keluarga dan para sahabatnya.

Proses penulisan skripsi ini tentu tak lepas dari kemurahan hati berbagai pihak

yang telah memberikan bantuannya, baik secara moril maupun materil. Atas segala

bantuannya, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Prodi Sosiologi, yang telah memberi

saran dan mendukung penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si., selaku Sekretaris Prodi Sosiologi, yang telah

memberikan masukan untuk skripsi ini.

5. Muhammad Ismail, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang

telah memotivasi dan membantu proses penulisan skripsi ini.

6. Dewan penguji skripsi Saifuddin Asrori, M,Si dan Kasyfiyullah, M.Si atas

kritik dan masukan dalam penyusunan akhir skripsi ini.

Page 7: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

vi

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu, motivasi, dan bimbingan

selama penulis masih berkuliah.

8. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan FISIP UIN Jakarta

yang telah membantu penulis mengakses buku-buku dan literatur.

9. Orang tua penulis, Jaelani Husen dan Atmi, serta Kakak penulis Rani Subekti,

yang senantiasa memberikan tidak hanya materi, tapi juga waktu dan tenaga,

serta doa-doa terbaik yang dicurahkan kepada penulis untuk mendorong

anaknya mendapatkan gelar Sarjana Sosial.

10. Bapak Asep Mulyana, berserta jajarannya di Kecamatan Citeureup dan

Pengelola Pasar Citeureup, khususnya pengurus paguyuban PKL serta seluruh

pedagang kaki lima yang telah bersedia membantu penulis dalam rangka

pencarian data penelitian skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Bintu, Derinah, Lila, Gunawan, Ari, Iis,

Hima, Madina, Rifka, Ara yang selalu memberikan semangat kepada penulis

ketika menemui jalan buntu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

12. Teman-teman penulis Program Studi Sosiologi B 2012, Eni, Widya, Desi,

Mita, Yosi, Anis, Ratu, Fala, Dayu, Irma, Ina, Abun, Fatur, Iki, Hanif, Gopay,

Mbe, Hartadi, Fajrul, Adit, Robby, Reza, Wahyu, Faisal, Ihsan, Fia yang

memotivasi penulis dan terimakasih atas ilmu serta pembelajaran

berharganya.

Page 8: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

vii

13. Keluarga besar Fisip Mengajar, Senior dan junior yang memotivasi penulis

dan telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini, di

antaranya Ka Eri, Ka Icha, Ka Fedullah, Bang Buton, Nita, Anis.

14. Keluarga KKN Renjana, Ari, Nisa, Lina, Aul, Aris, Lukman, Munawwir,

Ainut, Fashan, Mugni, Nia, Dara, Ulfa, Denis.

15. Dan terakhir kepada semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Demikianlah ucapan terima kasih penulis, semoga segala bantuan dan

dukungannya menuai kebaikan dan mendapat balasan yang berlipat-lipat ganda dari

Allah Swt. Amin ya rabbal ‘alamin. Semoga skirpsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, dan segenap pihak yang memerlukannya.

Bogor, 23 November 2017

Penulis

Page 9: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah .......................................................................... 1

B. Pertanyaan Masalah .......................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9

E. Kerangka Teoritis ............................................................................. 15

E.1 Modal Sosial .............................................................................. 15

E.2 Kritik mengenai Toeri Modal Sosial ........................................... 22

E.3 Pedagang Kaki Lima .................................................................. 31

F. Kerangka Berpikir ............................................................................. 34

G. Metode Penelitian ............................................................................. 35

H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 42

BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Citeureup ............................................ 44

B. Pasar Citeureup ................................................................................. 47

C. Keberadaan dan Kondisi PKL di Pasar Citeureup ............................. 50

Page 10: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

ix

BAB III: RELASI PRIMORDIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL

PEDAGANG KAKI LIMA

A. Bentuk-Bentuk Modal Sosial di KalanganPedagang Kaki Lima

di Pasar Citeureup ............................................................................. 54

B. Implikasi dari Modal Sosial Pedagang Kaki Lima ............................. 72

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 77

B. Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN xiv

Page 11: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ringkasan Definisi Putnam Mengenai Modal Sosial Menurut

Perbedaan Sumber Riset ........................................................................ 17

Tabel 1.2 Kerangka Berpikir ................................................................................. 34

Tabel 1.3 Informan Penelitian ............................................................................... 38

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................................ 46

Tabel 2.2 Jumlah Pedagang Pasar Citeureup Menurut Etnis .................................. 48

Tabel 2.3 Rekapitulasi Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan .................. 52

Tabel 3.1 Ringkasan Temuan Lapangan ................................................................ 71

Page 12: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Citeureup ………………………………………… 45

Gambar 2.2 Pasar Citeureup tampak Depan ……………………………………. 47

Gambar 2.3 Kondisi Pasar Citeureup pada Pagi Hari ……………………………. 49

Gambar 2.4 Keberadaan PKL di Pasar Citeureup ………………………………. 51

Gambar 3.1 Kegiatan Kumpul Bersama di Salah Satu Rumah PKL ……………… 66

Gambar 3.2 Salah Satu Kegiatan di Luar Paguyuban ……………………………. 67

Page 13: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Visual ………………………………………………… xiv

Lampuran 2. Transkrip Wawancara ………………………………………………. xvii

Page 14: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini merujuk pada relasi primordial sebagai modal sosial pedagang

kaki lima di Pasar Citeureup Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor. Relasi

primordial pada pedagang kaki lima melibatkan banyak aktor dan kelompok etnik

yang terlibat di dalamnya. Aktor-aktor tersebut diantaranya, camat, pengelola pasar,

pengurus paguyuban, pedagang kaki lima dari berbagai macam etnis dan pembeli.

Dalam penelitian ini, modal sosial sebagai sumberdaya sosial yang dapat dipandang

sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat. Oleh

karena itu modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam

menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling percaya dan saling menguntungkan

untuk mencapai kemajuan bersama.

Jika ditelaah suatu fenomena urbanisasi di dunia ketiga yang cukup menarik

adalah aktivitas sektor informal yang ada di perkotaan. Migrasi penduduk antar

wilayah di Indonesia dari Jawa ke luar Jawa, terdapat pula perpindahan penduduk

dari beberapa suku di Indonesia, arus migrasi penduduk semakin meningkat setelah

tersedianya prasarana transport (darat, laut maupun udara) yang baik, sehingga dapat

menghubungkan antar wilayah satu dengan yang lain (Mantra, 1992).

Page 15: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

2

Jumlah penduduk yang besar tidak diikuti dengan peningkatan penyediaan

lapangan kerja di sektor formal menyebabkan sektor informal membuktikan

kemampuannya untuk dapat bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit. Salah satu

sektor informal yang sampai saat ini tidak terselesaikan yaitu pedagang kaki lima

(PKL) khususnya yang berada di Kabupaten Bogor. Penataan pedagang kaki lima

sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 13 Tahun

2005 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima. Namun demikian secara umum

permasalahan pedagang kaki lima kerap muncul, meskipun upaya penegakan

peraturan sudah dilaksanakan. Perda No. 13 tahun 2005 tentang Penataan Pedagang

Kaki Lima adalah salah satu produk hukum peraturan perundang-undangan daerah

yang bertujuan untuk menjaga dan membina PKL agar usaha yang mereka lakukan

taat hukum dan untuk kepentingan bersama dalam berbagai aspeknya.

Pedagang Kaki Lima (PKL) menggunakan jalan, trotoar dan wilayah sekitar

pasar sebagai tempat menggelar dagangannya. Jenis kegiatan usahanya cenderung

berkelompok sesuai dengan ciri-ciri khas daerah atau suku bangsa mereka. Profesi

pedagang kaki lima merupakan salah satu alternatif swadaya masyarakat untuk

menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan

perkembangan waktu, baik di desa maupun di kota timbul keinginan masyarakat

untuk berbelanja berdasarkan tradisi masyarakat untuk menggunakan alat tukar yang

sah, sehingga muncullah beberapa jenis pasar tradisional yang pada umumnya

Page 16: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

3

dikelola oleh pedagang kecil dan menengah. Menurut Permadi Gilang (2007)

menjelaskan pengertian pedagang kaki lima sebagai:

satu pekerjaan yang paling nyata dan paling penting di kebanyakan kota di Negara-

negara yang sedang berkembang pada umumnya. Perdagangan pertama kali terjadi sejak nenek moyang dahulu ribuan tahun lalu, kemunculan PKL dimulai pada masa

penjajah Belanda di Indonesia. Istilah “kaki lima” pertama kali muncul di masa

penjajah Belanda. Pada zaman dahulu penjajah Belanda sarana untuk pejalan kaki itu disebut trotoar, lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki atau sekitar satu

setengah meter. Saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki dimanfaatkan

pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko dijadikan tempat berjualan.

Awalnya disebut pedagang emperan, lama-lama menjadi pedagang kaki lima atau PKL. PKL adalah pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak

ditambahkan dengan kaki pedagang maka berjumlah lima, maka disebutlah pedagang

kaki lima atau PKL. (h.2)

Pedagang kaki lima merupakan aktivitas ekonomi sektor informal yang cukup

menjanjikan dan diminati oleh masyarakat migran di kota-kota besar. Meskipun bagi

sebagian besar sangat berkeyakinan bahwa mengawali kerja sebagai PKL

membutuhkan modal yang tidak sedikit dan kekuatan mental yang tinggi. Selain

harus siap bertaruh, tidak laku selama beberapa bulan, juga harus siap menghadapi

berbagai tekanan dari pihak formal seperti birokrasi maupun juga pihak lain seperti

preman. Tekanan dari birokrasi bisa seperti pembayaran retribusi secara rutin dan

juga seperti penertiban atau pengusuran. Fenomena penertiban PKL di kota-kota

besar selalu menjadi peristiwa harian yang tiada henti. Hampir setiap saat PKL harus

bersiap perihal kejadian-kejadian penertiban tempat lapak berdagang tersebut.

Sebagai profesi sektor informal, maka pedagang kaki lima memang selalu menerima

resiko berat ini.

Page 17: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

4

Permasalahan konflik pedagang kaki lima menjadi menarik, karena

permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi permasalahan bagi pemerintah kota

dalam melakukan penataan kota. Kehadiran pedagang kaki lima yang berserakan di

mana-mana, di setiap sudut pinggiran jalan, bahu jalan, emperan toko, tanah kosong

dan sebagainya yang berada di lingkungan jalan, seolah telah memperburuk citra

sebagai kota. Di satu sisi pedagang kaki lima dianggap mengganggu tata ruang kota,

di sisi lain pedagang kaki lima menjalankan peran sebagai bayang-bayang ekonomi.

Itulah sebabnya, selalu saja muncul fenomena penggusuran dengan alasan penertiban

kepada setiap pedagang kaki lima yang dianggap melanggar ketertiban umum

terutama macetnya jalan.

Fenomena tersebut kemudian berimplikasi bagi lahirnya berbagai perlawanan

pedagang kaki lima terhadap upaya untuk menertibkan kehadiran pedagang kaki

lima. Perlawanan-perlawanan tersebut bisa saja dilakukan secara kolektif, maupun

secara individual oleh pedagang kaki lima. Karena fenomena ini menjadi klasik dan

berulang terus-menerus, maka tidaklah heran jika banyak orang menganggap

fenomena penggusuran ini sebagai perilaku pedagang kaki lima.

Marginalisasi sektor informal ini berlangsung secara terus-menerus. Istilah

marginal atau adanya pembatasan memang menyangkut problema keterpinggiran atau

dipinggirkan dalam arus utama. Pedagang kaki lima menjadi marginal karena

biasanya: pertama, profesi ini dipilih oleh mereka yang tidak terserap pada sektor

formal; kedua, menjalankan pekerjaan ini tidak membutuhkan syarat-syarat formal

Page 18: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

5

khusus, karena setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi pedagang

kaki lima. Artinya, tidak pernah ada lowongan kerja untuk menjadi pedagang kaki

lima karena memang bukan sebuah perusahaan; ketiga, peyebutan sektor informal

sesungguhnya memberikan indikasi bahwa sektor ini bukanlah menjadi pekerjaan

resmi yang dilindungi oleh perundang-undangan. Situasi-situasi yang bersifat

eksternal maupun internal kian memperjelas kedudukan yang marginal dari pedagang

kaki lima.

Pilihan menjadi pedagang kaki lima lebih didorong karena keterpaksaan

ekonomi hidup di kota besar dan pedagang kaki lima merupakan sasaran untuk

dirinya yang belum mendapatkan pekerjaan pada sektor formal. Selain harus

menanggung kerugian material, informan juga harus dihadapkan pada mendesaknya

kebutuhan hidup sehari-hari. Dilematika inilah yang seringkali menghantui mereka

yang baru memulai aktivitasnya sebagai pedagang kaki lima. Selain itu, pilihan

menjadi pedagang kaki lima karena alasan pewarisan usaha dari keluarga, artinya

keberhasilan keluarganya yang mendorong menjadi pedagang kaki lima. Pedagang

kaki lima jenis ini lebih bersifat turun temurun dan memiliki hubungan persaudaraan,

sehingga memiliki keterikatan dan kerjasama yang baik antar keluarga.

Pada dasarnya, marginalisasi sektor informal khususnya pedagang kaki lima

merupakan implikasi nyata dari sejarah panjang kehadiran informan sebagai

pedagang, baik dalam soal perizinan maupun tanah atau lahan yang digunakan.

Hampir tidak ada pedagang kaki lima yang memiliki lahan sendiri dan memanfaatkan

Page 19: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

6

lahan kosong serta strategis untuk menggelar dagangannya. Sehingga tidak

dipungkuri salah satu musuh utama pemerintah adalah bagaimana menata pedagang

kaki lima agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat karena keberadaan pedagang

kaki lima.

Pedagang kaki lima dapat menjalankan aktifitasnya dengan modal seadanya,

tempat berjualan dan waktu yang terbatas, ancaman penggusuran dan penertiban,

namun kenyataannya menjadikan PKL tetap bertahan hingga saat ini. PKL yang

dapat bertahan dalam melangsungkan usahanya disebabkan adanya modal sosial dan

kemampuan pengelolanya.

Modal sosial menjadi masalah penting karena usaha ekonomi akan sukses

tidak hanya berbekal modal financial semata, namun juga perlu adanya dukungan

sumber daya manusia, dan modal sosial merupakan salah satu unsurnya. Modal sosial

awalnya dipahami sebagai suatu bentuk di mana masyarakat menaruh kepercayaan

terhadap komunitas dan individu sebagai bagian di dalamnya. Mereka membuat

aturan kesepakatan bersama sebagai suatu nilai dalam komunitasnya, dimana aspirasi

masyarakat mulai terakomodasi, komunitas dan jaringan lokal teradaptasi sebagai

suatu modal pengembangan komunitas dan pemberdayaan masyarakat.

Modal sosial berperan sebagai perekat yang mengikat semua orang dalam

masyarakat. Agar modal sosial tumbuh baik dibutuhkan adanya saling berbagi (share

values) serta pengorganisasian peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan

Page 20: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

7

personal (personal relationships), kepercayaan (trust) dan common sense tentang

tanggug jawab bersama, sehingga mayarakat menjadi lebih dari sekedar kumpulan

individu belaka. Modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama organisasi

sosial seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms), jaringan (networks), yang

mampu menggerakkan partisipasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama

(Syahyuti, 2010:33).

Dari uraian di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti dan mengetahui lebih

lanjut mengenai ikatan primordial sebagai sumber modal sosial yang terdapat pada

pedagang kaki lima yang ada di Pasar Citeureup. Yang menarik di Pasar Citeureup ini

karena eksistensi para PKL dalam menjalankan usaha daganganya sudah bertahun-

tahun lamanya, padahal mereka bukan masyarakat lokal tetapi mereka bisa bertahan

hingga saat ini karena ada modal sosial berupa jaringan dengan cara mereka hidup

berkelompok dan melakukan kegiatan yang sama. Hal ini merupakan suatu upaya

untuk tetap membina jaringan sosial, karena bagi PKL jaringan sosial merupakan hal

penting yang harus dibina.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian masalah di atas, penulis tertarik

menganalisis relasai primordial antar pedagang kaki lima dalam modal sosial dan

dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Relasi Primordial sebagai Modal

Sosial Pedagang Kaki Lima di Pasar Citeureup Kecamatan Citeureup

Kabupaten Bogor”.

Page 21: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

8

B. Pertanyaan Peneitian

Berdasarkan pernyataan masalah yang diuraikan di atas, penelitian ini

mencoba untuk melihat dan mendeskripsikan ikatan primordial sebagai modal sosial

pedagang kaki lima, maka pertanyaan penelitian skripsi ini adalah:

1. Bagaimana bentuk modal sosial yang dimiliki pedagang kaki lima di Pasar

Citeureup?

2. Apa implikasi yang timbul dari modal sosial pada pedagang kaki lima di Pasar

Citeureup?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini ialah untuk menjelaskan ikatan primordial sebagai

modal sosial pedagang kaki lima. Secara khusus, tujuan penelitian ini meliputi:

1. Mengetahui bentuk modal sosial yang dimiliki pedagang kaki lima di Pasar

Citeureup

2. Mengetahui implikasi yang timbul dari modal sosial pada pedagang kaki lima

di Pasar Citeureup.

C.2. Manfaat Penelitian

C.2.1 Manfaat Akademis

Dari segi akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

dan kajian untuk penelitian selanjutnya, serta dapat memberikan kontribusi

Page 22: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

9

menambah literatur keilmuan dan secara khusus menjadi literatur dalam bidang ilmu

sosiologi perkotaan.

C.2.2 Manfaat Praktis

Adapun dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positf bagi pengembangan baru dalam relaasi primordial sebagai modal

sosial pedagang kaki lima pada sektor informal.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menjadikan penelitian ini relevan, dibutuhkan penelitian-penelitian

sebelumnya. Penelitian terdahulu yang penulis temukan untuk dijadikan referensi dan

bahan acuan yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan dengan

judul “Relasi Primordial sebagai Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Pasar

Citeureup Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor. Berikut ini adalah penelitan-

penelitian yang penulis jadikan dalam penelitian, diantaranya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Rosmarul Hikmah (2003) yang meneliti tentang “Etos kerja

pedagang perantau Minangkabau dalam perspektif nilai budaya Minangkabau (studi

kasus tentang pedagang Minangkabau di Kelurahan Kelapa Tiga Kecamatan

Tanjungkarang pusat Kota Bandar Lampung)”. Metode yang digunakan oleh peneliti

adalah pendekatan kualitatif etnografis, sumber data berasal dari informan, peristiwa

dan dokumen. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan analisis

dokumen. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling atau sampling

Page 23: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

10

bertujuan. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data dan trianggulasi

teori. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Kelapa Tiga terletak

di Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung Propinsi Lampung,

kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang, khususnya Suku

Minangkabau yang merantau di Kelurahan Kelapa Tiga, nilai budaya Minangkabau

yang mempengaruhi etos kerja terkadang di dalam tradisi berpepatah-petitih

merupakan nilai-nilai yang dijadikan pedoman atau pegangan bagi masyarakat

Minangkabau di dalam bekerja atau berusaha sehingga mempengaruhi etos kerja.

Adapun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pepatah-petitih yang dianggap

mempengaruhi etos kerja antara lain; kerja keras, memiliki keuletan, jujur, dan

menghargai waktu mereka dapat mempertahankan usahanya. Mereka sangat

menghargai akan arti pentingnya perekonomian sehingga pergi merantau dan menjadi

pedagang. Pengaruh etos kerja terhadap keberhasilan usaha akan berdampak terhadap

kehidupan ekonomi, sosial-budaya pedagang Minangkabau. Dengan meningkatnya

perekonomian pedagang Minangkabau dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya,

sedangkan dalam kehidupan sosial pedagang Minangkabau selalu peduli terhadap

lingkungan sekitar dengan mengikuti perkumpulan Etnis Minangkabau yang

berlandaskan ikatan sekampung atau beberapa kampung.

Kedua, penelitian Bhagas Adhindaru Wibisono (2012), yang berjudul “Modal

Sosial Kelompok Pedagang Asal Minang di Kota Surakarta”. Dalam penelitian ini

Page 24: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

11

penulis menggunakan dasar penelitian Survei dengan tipe penelitian kualitatif, dan

menentukan informan sesuai dengan kriteria yang berkaitan dengan kehidupan sosial

pedagang kaki lima di Kota Surakarta.

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya jaringan sosial

ekonomi yang terbentuk di antara pelaku usaha yang terkait, dan juga jaringan sosial

sesama pedagang. Hubungan dagang ini mampu membentuk suatu pola pertukaran

yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak dan pihak-pihak yang terkait.

Bagi pedagang besar mendapatkan keuntungan dengan adanya pengiriman barang

kepada pedagang kecil, bagi pedagang kecil mendapatkan barang dari pedagang besar

dengan sistem pembayaran tempo memudahkan dalam pembayaran. Resiprositas

dengan cara anggota kelompok menghadiri acara, dan gotong royong. Trust dengan

cara mendapatkan kepercayaan untuk berhutang, saling memberikan bantuan. Dengan

adanya kelompok pedagang asal Minang ini fungsi kelompok dapat menjadi sebuah

jaringan sosial keminangkabauan. Sebagai sebuah jaringan sosial, kelompok ini

direkatkan oleh nilai-nilai, norma-norma dan kesamaan yang mereka miliki. Jaringan

sosial ini diwujudkan dengan adanya paguyuban di Surakarta dengan mendirikan

koperasi simpan pinjam, berguna bagi para pedagang yang membutuhkan modal

untuk pengembangan usaha. Kelompok ini memprioritaskan untuk menghimpun,

menyatukan dan meningkatkan kerjasama antar sesama suku Minangkabau yang

tinggal di kota Surakarta.

Page 25: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

12

Ketiga, penelitian dengan judul “Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Sektor

Perdagangan (Studi Pada Etnis Tionghoa, Batak, dan Minangkabau Di Kota

Medan)”, penelitian ini adalah yang dikerjakan oleh Anita Syafitri (2015). Penelitian

tersebut menjelaskan bahwa Kota Medan merupakan kota dengan masyarakat yang

plural dari segi etnisitas dan juga mata pencaharian. Perdagangan di Kota Medan juga

terlihat unik karena membentuk zona-zona perdagangan berdasarkan etnisitas. Etnis

Tionghoa, Batak, dan Minangkabau dipilih menjadi objek penelitian ini dikarenakan

ketiga Etnis tersebut yang menunjukkan eksistensinya dalam dunia perdagangan di

Kota Medan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk modal sosial di

kalangan pedagang Etnis Tionghoa, Etnis Batak dan Etnis Minangkabau di Kota

Medan. Selain itu juga untuk mengetahui dan menginterpretasi pemanfaatan modal

sosial sehingga ketiga Etnis tersebut dapat menunjukkan eksistensi perdagangan di

Kota Medan. Metode yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif agar data yang didapat lebih mendalam. Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan observasi, observasi partisipatif, wawancara mendalam dan

studi kepustakaan. Peneliti menemukan bahwa Etnis Tionghoa, Batak, dan

Minangkabau benar-benar memanfaatkan modal sosial dengan baik sehingga mampu

mempertahankan eksistensi perdagangan di Kota Medan. Hanya saja modal sosial

yang digunakan berbeda antara Etnis yang satu dengan Etnis yang lainnya.

Page 26: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

13

Keempat, penelitian oleh Mulkan Hidayah (2016) dengan judul “Revitalisasi

Kelompok Arisan Sebagai Adaptasi Ekonomi dan Sosial (Studi Kasus Pada Etnis

Minangkabau dan Etnis Batak yang Merantau Di Kota Medan)”, penelitian ini untuk

mengetahui bagaimana kelompok sosial memiliki peran yang besar dalam

membentuk modal sosial dalam masyarakat, dan salah satunya adalah kelompok

arisan. Dan pentingnya pengembangan modal sosial di tengah-tengah masyarakat

dikarenakan modal sosial memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah

sosial dalam masyarakat dengan cara memanfaatkan potensi-potensi dari masyarakat

itu sendiri. Begitu pula pada masyarakat Etnis Minangkabau dan Etnis Batak, di mana

banyak dari Etnis Minangkabau dan Etnis Batak yang merantau ke Kota Medan dan

mengalami beragam permasalahan sosial dan ekonomi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif, dengan tujuan untuk dapat mengetahui serta untuk menjelaskan

lebih dalam mengenai pengembangan modal sosial yang ada dalam kelompok arisan

Minangkabau. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam dan observasi. Data yang diperoleh kemudian akan

diinterpretasikan dalam bentuk narasi dan deskripsi. Informan dalam penelitian ini

berjumlah sepuluh orang yang keseluruhannya merupakan perantau Minangkabau

dan terdiri dari beragam profesi.

Ada beberapa kesimpulan dalam penelitian ini, dalam aspek ekonomi orang

Minangkabau di Kota Medan banyak yang menempati kelas menengah. Terkait

Page 27: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

14

dengan budaya, ikatan orang Minangkabau di Kota Medan dengan adat Minangkabau

tidak terlalu kuat, sehingga banyak di antara orang Minangkabau di Kota Medan

memiliki pegetahuan sedikit tentang budayanya, khususnya pada orang Minangkabau

“generasi kedua”. Dalam kelompok arisan Minangkabau terjalin solidaritas dan

ikatan kekeluargaan yang kuat di antara anggota kelompok, hal ini di karenakan di

antara mereka ada yang memiliki ikatan kekerabatan satu dengan yang lain serta

bersifat paguyuban yang berasal dari Kecamatan yang sama.

Dari sekian bantak kajian pustaka di atas mengenai modal sosial pedagang

kaki lima, tidak ada satupun yang membahas mengenai relasi primordial sebagai

modal sosial pedagang kaki lima. Hal ini membuat penulis tertarik dalam melihat

relasi setiap primordial dalam pedagang kaki lima, dengan alasan bahwa penelitian

ini bermaksud melihat bagaimana relasi primordial dari setiap kelompok pedagang

kaki lima yang melatarbelakangi mereka menjadikan modal sosial sebagai sumber

untuk bertahan selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, penulis mengambil pokok

bahasan yang berbeda dengan kajian pustaka di atas, yakni relasi primordial sebagai

modal sosial pedagang kaki lima di Pasar Citeureup Kecamatan Citeureup Kabupaten

Bogor.

Persamaan yang mencolok dari penelitian yang akan penulis lakukan dengan

keempat literatur yang sudah dijabarkan di atas adalah objek penelitian, yakni modal

sosial, khususnya pada bagian sektor informal. Persamaan ini terdapat pada penelitian

skripsi karya Bhagas Adhindaru Wibisono dan Anita Syafitri, yaitu menggunakan

Page 28: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

15

pendekatan penelitian kualitatif, instrument wawancara, observasi, dan kajian

pustaka. Alasan penulis menggunakan penelitian kualitatif akan digambarkan pada

sub bab pendekatan penelitian.

E. Kerangka Teoritis

E.1. Modal Sosial

E.1.1 Definisi Modal Sosial

Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang modal sosial.

Beragamnya definisi dari pada ahli biasanya tergantung pada objek riset mereka.

Perbedaan objek riset itulah yang menyebabkan berbeda-bedanya harfiyah definisi

modal sosial. Robert D. Putnam misalnya, seorang pakar Ilmu Politik Amerika,

mendefinisikan modal sosial secra berbeda antara ketika melakukan riset pada tradisi

politik di Italia dan riset di masyarakat Amerika. Piere Bourdieu, seorang Sosiolog

asal Perancis yang meneliti masyarakat Eropa dan berfokus pada kelas sosial dan

ketidakadilan sosial, juga memaknakan modal sosial dengan warna yang berbeda

pula. Demikian juga pakar-pakar lainnya. Maka, penting untuk dikemukakan di sini

definisi dan analisisnya terhadap modal sosial.tepat sekali perkataan Lin, Fu, Sung

(dalam Julia Haubere):

Without a clear conceptualization, social capital may soon become a catch-all term

broadly used in reference to anything that is “social” (Tanpa adanya sebuah

konseptualisasi yang jelas, maka modal sosial akan cepat menjadi istilah yang

disematkan pada segala hal yang ada istilah “sosial”-nya) (2011:34).

Robert D. Putnam (1993:169) seorang ahli ilmu politik asal Amerika

mendefinisikan modal sosial sebagai: features of social irganisation, sucb as trust,

Page 29: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

16

norms, and networks, than can improve the efficiency of society by facilitating

coordinated actions (sesuatu karakteristik yang ada di dalam organisasi sosial,

semisal kepercayaan, norma, dan jejaring yang bisa memperbaiki efisiensi

masyarakat melalui memfasilitasi aksi-aksi yang terkoordinasikan).

Definisi pertama Putnam ini disampaikan pada saat Putnam melakukan riset

tentang tradisi politik di italis. Artinya, partai politik akan menjadi partai yang besar,

kuat, dan terus berjaya, apabila bisa membangun tiga hal, yaitu (i) kepercayaan, (ii)

norma yang berlaku dan ditaati bersama, dan (iii) jejaring yang kuat. Dan pada tahun

1996, Putnam sedikit merevisi definisinya sebagai berikut: by ‘social capital’ I mean

features of social life – networks, norms and trust – that enable participants to act

together more effectively to pursue shared objectives (dengan “modal sosial”, aku

memaksudkannya adalah fitur-fitur kehidupan sosial, semisal jejaring, norma, dan

kepercayaan, yang kesemuanya bisa digunakan oleh partisipan untuk berbuat bersama

secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama) (John Field, 2008:35).

Namun, pada tahun 2002, Putnam melakukan riset tentang social connection

(keterhubungan sosial) di masyarakat Amerika dan kemudian mendefinisikan modal

sosial sebagai berikut:

The idea at the core of the theory of social capital is extremely simple: Social networks matter. Networks have value, … We describe social networks and the

associated norms of reciprocity as social capital, because like physical and human

capital (tools and training), social networks create value, both individual and

collective, and because we can”invest” in networking. Social networks are, however, not merely investment goods, for they often provide direct consumption value (Ide

utama dari teori modal sosial adalah sangat sederhana: tentang jejaring sosial.

Jejaring memilki nilai … dst. Kami jelaskan bahwa jejaring sosial dan norma-norma yang terkait resiprositas (saling memberi, saling merespon) sebagai modal sosial,

Page 30: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

17

karena seperti modal fisik da modal manusia (peralatan dan training), juga jejaring

sosial menciptakan nilai bagi dua pihak, individu dan kelompok, dan karena kita bisa melakukan investasi dalam jejaring. Jejaring sosial adalah tidak hanya investasi

barang semata, bagi mereka seringkali memberikan nilai konsumsi langsung).

Tabel 1.1 Ringkasan Definisi Putnam Mengenai Modal Sosial

Menurut Perbedaan Sumber Riset

Sasaran/Objek Kandungan Social Capital Riset

Tahun

Political Tradition

in Italy (tradisi

politik di Italia)

Trust

(Kepercayaan)

Norms

(Norma/Aturan)

Networks

(Jejaring)

1993

Social Connection

in America

(Keterhubungan

sosial di masyarakat

Amerika)

- Reciprocity

(hubungan

timbal-balik)

Social

Network

(Jejaring

Sosial)

2000

*Sumber: diadopsi dari Heru Sunoto, Modal Sosial (2014:22)

Putnam (2000) memberikan proposisi bahwa suatu entitas masyarakat yang

memiliki kebajikan sosial yang tinggi, tetapi hidup secara sosial terisolasi akan

dipandang sebagai masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial rendah. Collin

(1981) melakukan kajian tentang apa yang dia sebut phenomena mikro dan interaksi

sosial yaitu norma dan jaringan (the norms and networks) yang sangat berpengaruh

pada kehidupan organisasi sosial. Norma yang terbentuk dan berulangnya pola

pergaulan keseharian akan menciptakan aturan-aturan tersendiri dalam suatu

masyarakat.

Aturan yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi dasar yang kuat dalam

setiap proses transaksi sosial, dan akan sangat membantu menjadikan berbagai urusan

sosial lebih efisien. Ketika norma ini kemudian menjadi norma asosiasi atau norma

Page 31: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

18

kelompok, akan sangat banyak manfaatnya dan menguntungkan kehidupan institusi

sosial tersebut. Kekuatan-kekuatan sosial dalam melakukan interaksi antar kelompok

akan terbentuk, pada akhirnya mempermudah upaya mencapai kemajuan bersama.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukan, dapat disimpulkan

bahwa modal sosial adalah modal yang dalam prakteknya telah lahir sejak manusia

membentuk komunitas dalam kurun waktu yang cukup lama. Kebersamaan tersebut

melahirkan rasa saling percaya, saling terbuka, saling memperhatikan atau saling

memberi dan menerima tanpa pamrih. Kepercayaan yang melekat pada setiap

individu dalam komunitas tersebut memberi ruang untuk selalu melakukan interaksi

dan membangun relasi yang intim, serta jaringan yang lebih luas dalam memenuhi

kebutuhan baik individu maupun kelompok yang dibingkai oleh norma aturan yang

dibuat bersama.

E.1.2 Unsur Pokok Modal Sosial

1) Partisipasi dalam suatu jaringan. Salah satu kunci keberhasilan membangun

modal sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi

atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial.

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai

variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan

(voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility).

Kemampuan anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam

Page 32: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

19

suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam

menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.

2) Resiprocity. Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling

tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri.

Pola pertukaran ini bukanlah sesuatu yang dilakukan secara resiprokal seketika

seperti dalam proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka

panjang dalam nuansa altruism (semangat untuk membantu dan mementingkan

kepentingan orang lain). Semangat untuk membantu bagi keuntungan orang lain.

Imbalannya tidak diharapkan seketika dan tanpa batas waktu tertentu. Pada

masyarakat, dan pada kelompok-kelompok sosial yang terbentuk, yang di dalamnya

memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki

tingkat kepercayaan yang tinggi. Keuntungan lain, masyarakat tersebut akan lebih

mudah membangun diri, kelompok, lingkungan sosial, dan fisik secara hebat.

3) Trust. Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan

untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh

perasaan yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan

dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung,

paling kurang yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya

(Putnam, 2002). Dalam pandangan Fukuyama (1996), kepercayaan adalah sikap

saling mempercayai di masyarakat, memungkinkan masyarakat tersebut bersatu

dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

Page 33: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

20

4) Norma sosial. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol

bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri

adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota

masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini biasanya

terinstusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu

berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya.

Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap

anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam

konteks hubungan sosial.

5) Nilai-nilai. Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar

dan penting oleh anggota kelompok masyarakat.

6) Tindakan proaktif. Salah satu unsure penting modal sosial adalah keinginan

yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa

mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Ide dasar

ini, bahwa seseorang atau kelompok senantiasa kreatif dan aktif. Mereka melibatkan

diri dan mencari kesempatan-kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dari sisi

material tapi juga kekayaan hubungan sosial, dan menguntungkan kelompok, tanpa

merugikan orang lain, secara bersama-sama. Mereka cenderung tidak menyukai

bantuan-bantuan yang sifatnya dilayani, melainkan lebih memberi pilihan untuk lebih

banyak melayani secara proaktif.

Page 34: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

21

7) Modal sosial yang menjembatani (bridging social capital). Bentuk modal

sosial ini atau biasa juga disebut bentuk modern dan suatu pengelompokan, group,

asosiasi atau masyarakat. prinsip-prinsip pengorganisasian yang dianut didasarkan

pada prinsip universalisme tentang persamaan, kebebasan, nilai-nilai kemajemukan

dan kemanusiaan (humanitarian), terbuka, dan mandiri.

Prinsip pertama yaitu persamaan bahwasanya setiap anggota dalam suatu

kelompok memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama. Setiap keputusan kelompok

berdasarkan kesepakatan yang egaliter dan setiap anggota kelompok. Kedua, adalah

kebebasan, bahwasanya setiap anggota kelompok bebas berbicara, mengemukakan

pendapat dan ide yang dapat mengembangkan kelompok tersebut. Ketiga, adalah

kemajemukan dan kemanusiaan, bahwasanya nilai-nilai kemanusiaan, penghormatan

terhadap hak asasi setiap anggota dan orang lain merupakan prinsip-prinsip dasar

dalam pengembangan asosiasi, group, kelompok atau melalui masyarakat tertentu.

E.1.3 Peran Dan Fungsi Modal Sosial

Modal sosial mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut: (1) alat untuk

menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat; (2) memberikan kontribusi

tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial; (3) membentuk solidaritas sosial

masyarakat dengan pilar kesukarelaan; (4) membangun partisipasi masyarakat; (5)

sebagai pilar demokrasi; dan (6) menjadi alat tawar menawar pemerintah.

Disintegrasi sosial terjadi karena potensi konflik sosial yang tidak dikelola

secara efektif dan optimal, sehingga termanifest dengan kekerasan. Sebagai alat untuk

Page 35: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

22

mengatasi konflik yang ada di dalam masyarakat dapat dilihat dari adanya hubungan

antara individu atau kelompok yang ada di dalam masyarakat yang bisa menghasilkan

trust, norma pertukaran serta civic engagement yang berfungsi sebagai perekat sosial

yang mampu mencegah adanya kekerasan.

Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam kehidupan yang positif

diperlukan adanya perubahan di dalam masyarakat. Dari modal sosial yang eksklusif

dalam suatu kelompok menjadi modal sosial yang inklusif yang merupakan esensi

penting dalam sebuah masyarakat yang demokratis.

E.2. Kritik mengenai Teori Modal Sosial Robert D. Putnam

a) Mengabaikan muatan modal sosial

Menurut Harriss, ketika membahas modal sosial, Putnam tidak menunjukkan

bagaimana muatan (tujuan dan ideologi) sebuah kelompok atau asosiasi warga bisa

membuatnya berbeda dari kelompok lain (John Harriss, 2001:28). Artinya kita bisa

punya banyak asosiasi warga di satu tempat, dan itu bisa dilihat sebagai indikasi

modal sosial yang kuat di tempat tersebut. Tapi, bagaimana bila satu kelompok

mendominasi yang lain? Bagaimana, misalnya membentuk rasa saling percaya dan

norma saling membantu antara klub-klub golf dengan kelompok-kelompok warga

miskin yang akan digusur oleh pembangunan lapangan golf baru?

Menanggapi kritik ini, para pengikut Putnam lantas menyebutnya sebagai

“sisi gelap” modal sosial. Lalu mereka memberi solusi: yang lemah bisa membangun

lingking capital atau jembatan untuk menghubungkan mereka dengan pihak yang

Page 36: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

23

kuat. Tapi bagaimana bila tujuan dan ideology keduanya bertolak belakang atau

malah bertabrakan? Bagaimana membangun rasa percaya dan norma saling bantu

antara lingkaran-lingkaran elit banker global yang hendak mempertahankan

keuntungan dengan warga miskin yang tereksploitasi oleh tujuan itu? Lihatlah apa

yang mereka lakukan kelompok terhadap orang-orang miskin di negara miskin via

program microfinance, mereka bahkan memanfaatkan pahlawan orang-orang miskin

itu.

Bila bisa terbentuk, linking capital antara kelompok kuat dan lemah hanya

dapat terjadi lewat hubungan timpang seperti patron-klien atau buruh-majikan, atau

“golongan paling miskin di antara paling miskin diminta bekerja lebih keras untuk

menambah modal para kapitalis bank komersial global”. Jembatan ini sepertinya bisa

membantu orang berjalan memunggungi demokrasi. Padahal buku yang

melambungkan Putnam dan modal sosialnya diberi judul Making Democracy Work.

Menurut Harriss setidaknya ada dua cara bagaimana Putnam mengabaikan

muatan modal sosial. Pertama, Putnam melihat modal sosial sebagai “penyebab asli”

dari sebuah kondisi. Modal sosial seolah terbentuk dengan sendirinya, dan

menyebabkan maju tidaknya pembangunan dan demokrasi. Dengan cara itu, Putnam

luput menanyakan mengapa modal sosial menjadi kuat atau lemah di satu

masyarakat, tidak demikian di tempat lain. Karena itu, ulasannya jarang dibawa ke

pertanyaan mengapa modal sosial terbentuk, untuk tujuan apa?

Page 37: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

24

Kedua, ketika membahas modal sosial dalam keterlibatan sosial masyarakat,

Putnam seringkali hanya merujuk pada asosiasi yang bersifat rekreatif, semisal

kelompok pencinta burung atau klub olahraga, atau yang cenderung non-politis

seperti asiosiasi orang tua murid. Dengan deskripsi seperti itu, Putnam berusaha

membawa diskusi tentang modal sosial ke wilayah kegiatan yang lebih bersifat

rekreatif atau sampingan, sekaligus menghindar dari membicarakan tujuan ekonomi

politik dari kelompok-kelompok yang biasanya memainkannya. Tujuan satu

kelompok kepentingan bisa saja bukan untuk kebaikan seluruh warga. Sulit

membantah bahwa anggota kelompok mafia, misalnya punya modal sosial kuat di

dalam lingkarannya. Tapi bagaimana dengan tujuannya? Bagaimana dengan

lingkaran oligarki atau kelompok elit lain yang hadir di berbagai tingkatan?

b) Mengabaikan relasi kuasa, ketimpangan dan eksklusi

Masih berhubungan erat dengan soal di atas, modal sosial juga dengan mudah

bisa meminggirkan konteks relasi kuasa yang ada dalam masyarakat. Bila kelompok

yang berkuasa punya modal sosial yang kuat, mereka akan berusaha

mempertahankannya. Menurut beberapa studi yang dikutip Harriss, dalam menilai

pembangunan dan demokrasi, sorotan harus mengarah pada ketimpangan. Sebab

ketimpangan justru menyebabkan asosiasi-asosiasi local didominasi oleh kelompok

elit local untuk menguatkan kepentingan mereka (John Harriss, 2001:9). Dengan kata

lain, modal sosial yang mengandung sekat antar kelompok, bisa tampak mekar dalam

Page 38: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

25

bentuk banyak asosiasi, tetapi pembangunan dan demokrasinya sebetulnya sedang

berjalan mundur.

Dalam keadaan timpang, kelompok yang terekslusi biasanya lebih memilih

mengikuti kalangan elit local. Penelitian David Mosse di India Selatan menampilkan

bagaimana kerja-kerja kolektif dalam ritual merawat dan mensucikan tempat

penampungan air menjadi alat legitimasi dominasi kelompok elit lokal. Kerja kolektif

itu melibatkan kalangan kasta rendah. Mengapa mereka melibatkan diri merawat

ketimpangan yang merugikan mereka? Sebab mereka tidak ingin kehilangan “belas

kasih” para elit dari kasta berkuasa, agar mereka tetap bisa mengakses sumber daya

yang dikuasai kelas penguasa itu mereka dalam batasan yang dimungkinkan bagi

mereka. Maka, modal sosial bisa tampak mekar, tapi kenyataannya demokrasi sedang

mengkerut.

Penggambaran modal sosial lepas dari konteks relasi kuasa inilah yang bisa

menimbulkan asumsi sederhana bahwa sekadar “berkelompok itu baik bagi orang

miskin”. Asumsi ini luput memeriksa watak kelompok di mana mereka bergabung.

Di titik ini tampak bahwa argumen Putnam dan pengikutnya juga buta kelas.

Kelompok warga dilihat sebagai sesuatu yang tidak bermasalah dan keterbelahan

sosial berdasarkan struktur kelas, gender, kondisi fisik dan lainnya, diabaikan.

kesimpulan Putnam bahwa Italia Selatan terkurung dalam keterbelakangan karena

kurangnya modal sosial (dalam bentuk kurangnya keterlibatan dalam berbagai

asosiasi), mengabaikan penyebab structural yang menciptakan keterbelakangan

Page 39: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

26

tersebut, yaitu ketimpangan kepemilikan dan akses terhadap sumber daya. Padahal,

ketimpangan itulah yang menyebabkan kurangnya “modal sosial”.

Untuk membuktikannya, Harriss mencontohkan sebuah kajian yang dilakukan

di Kerala, sebuah negara bagian di India. Kajian itu dilakukan setelah

terselenggaranya program reforma agrarian yang mengakhiri ketimpangan kronis

kepemilikan tanah di Kerala. Menggunakan metodologi yang mirip dengan yang

dipakai Putnam di Italia (dengan indeks kewargaan komunitas), kajian itu

menemukan bahwa Kerala punya “modal sosial” paling tinggi, melampaui seluruh

negara bagian di India (John Harriss, 2001:12).

Dengan menepis relasi kuasa dan ketimpangan yang dihasilkannya, Putnam

pun luput mengurai bagaimana eksklusi yang bisa mengikuti menguatnya modal

sosial. Ia tidak menjelaskan mengapa modal sosial yang kuat di satu kelompok tidak

dapat digeneralisasi menjadi modal sosial bagi semua warga. Putnam tidak

memberikan gambaran bagaimana rasa saling percaya atau norma resiprositas di

satukelompok dapat diangkat menjadi sesuatu yang berlaku secara lebih universal

berlaku untuk seluruh warga, sesuatu yang dibutuhkan untuk demokrasi dan

pembangunan yang lebih baik. Sebagai asset, modal sosial dapat digunakan untuk

mengakses sumber daya tertentu oleh sebuah kelompok dan mengeksklusi kelompok

lain. Menurut Mancur Olson, seorang peneliti tindakan kolektif ternama yang dikutip

Harriss, kelompok kepentingan yang terorganisir baik tak punya minat untuk bekerja

bagi kebaikan seluruh masyarakat.

Page 40: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

27

Lantas apa solusinya? Bagi Harriss, kepercayaan yang berlaku lebih umum

dapat berlangsung bila ditopang oleh aturan-aturan yang dikeluarkan lembaga negara.

Aturan hukum ini bisa menimbulkan rasa percaya kepada seseorang ketika

berhubungan dengan orang lain yang tak dikenal karena ada lembaga yang akan

memberi sanksi bila seseorang melanggar aturan. Keberadaan dan penegakan aturan

bisa mengatasi rasa saling tidak percaya antar kelompok sosial, dan sebaliknya

membangun rasa saling percaya di luar kelompok. Lembaga negara yang terpercaya

bisa membangun rasa saling percaya di antara kelompok masyarakat. Dengan cara

serupa, norma resoprositas bisa diangkat oleh negara menjadi lebih umum lewat

program-program redistribusi sumber daya, yang dapat mengurangi bahkan

menghentikan proses pemiskinan yang dapat menghasilkan kelompok-kelompok

yang terekslusi. Usulan Harriss ini merupakan kebalikan dari arugumen Putnam dan

pengikut-pengikutnya.

c) Masyarakat bisa perbaiki negara, tidak sebaliknya

Ceara adalah satu negara bagian di timur laut Brasil, kawasan miskin tempat

Sembilan negara bagian berada. Dua gubernur muda dari satu partai politik silih

berganti memenangkan pemilihan demokratis dan membawa perubahan besar di

Ceara. Persaingan politis yang sehat menimbulkan keharusan bagi pihak yang

menang untuk menyenangkan konstituen. Begitu salah satu dari mereka menjadi

gubernur pada 1987, kebijakan pro-poor dan reformasi pengorganisasian kerja-kerja

program segera bergerak.

Page 41: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

28

Di sektor kesehatan, misalnya pemerintah negara bagian mengangkat 7300

“agen kesehatan masyarakat” sebagai bagian dari upaya mengatasi menurunnya

pendapatan akibat kekeringan, sekaligus menjalankan program-program pencegahan

baru. Diselia oleh ratusan perawat, para pekerja non-profesional ini ditempatkan di

daerah asal masing-masing. Metode pengangkatan langsung oleh negara bagian ini

punya dua kelebihan. Di satu sisi para pekerja itu terlepas dari pengaruh elite

kabupaten/kota yang masih merawat relasi patron-klien; di sisi lain mereka lebih

mudah mengadaptasi program dengan situasi setempat karena bekerja di daerah

masing-masing. Awlanya mereka tidak terima baik oleh rakyat karena trauma masa

lalu. Tetapi pelan-pelan mereka mengetuk pintu demi pintu untuk memberi pelayanan

sembari membangun kepercayaan rakyar. Bersama dengan meningginya rasa saling

percaya itu, kolaborasi negara rakyat bertumbuh. Program demi program pun sukses.

Pada 1993, Ceara menerima Maurice Pate Prize, untuk program-program pendukung

anak, dari UNICEF.

Publikasi kinerja para agen kesehatan masyarakat melalui media juga menjadi

penyokong penting. Publikasi ini membuat mereka tahu apa yang diharapkan oleh

rakyat; bagian mana yang dihargai oleh rakyat, mana yang tidak. Akhirnya, bersama

keberhasilan di sektor lain, ukuran pembangunan manusia negara bagian itu yang

tadinya jeblok melonjak pesat. Ringkasan cerita tentang Ceara ini dijadikan contoh

oleh Harriss untuk menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan, dan padatnya

“modal sosial” (kolaborasi dan saling percaya), bukan hanya karena kerja

Page 42: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

29

masyarakat, tetapi karena kerja sama negara dan masyarakat. Tapi Putnam punya

pandangan sebaliknya.

Bagi Putnam, modal sosial di masyarakat menyumbang kepada baiknya

kinerja negara, dan tidak ada arus sebaliknya. Argumen Putnam sangat berpusat

masyarakat. “Andil pemerintah terhadap terbentuknya modal sosial dilupakan dan

kausalitas hanya berlangsung satu arah yaitu dari masyarakat, khususnya asosiasi

sukarela yang bersifat horizontal, kepada kinerja pemerintah dan bekerjanya

demokrasi” (John Harriss, 2001:28). Kembali ke contoh Italia utara vs selatan,

Putnam menunjukkan bahwa Italia utara bisa maju karena banyak warga yang

tergabung dalam berbagai bentuk asosiasi, dengan demikian modal sosial mereka

tinggi, dan itu menjelaskan mengapa kinerja ekonomi dan negara menjadi baik.

Mengutip beberapa kajian kritis terhadap sejarah Italia versi Putnam, Harriss

menyimpulkan bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Kajian sejarah Sidney Tarrow

mengungkap bahwa perbedaan civic community antara utara dan selatan Italia

sebagaimana dibuat Putnam merupakan hasil dari kejadian-kejadian historis yang

berlangsung belum lama (bukan sejak Masa Pertengahan seperti dikatakan Putnam)

dan berhubungan dengan proses-proses pembentukan negara modern. Sehingga,

menurutnya bukan civicness yang menyediakan lahan subur tempat bertumbuhnya

berbagai struktur negara, tetapi sebaliknya. Ketika Putnam dan kolegannya

menemukan bahwa civic community kuat di daerah-daerah Partai Komunis Italia,

mereka meyimpulkan bahwa itu terjadi karena Partai Komunis Italia menyemai di

Page 43: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

30

lahan subur modal sosial (John Harriss, 2001:36). Padahal menurut penelitian

Tarrow, perbaikan kinerja pemerintah dan keterlibatan aktif warga didorong oleh

partai-partai kiri setelah Perang Dunia II (John Harriss, 2001:37). Sementara di AS

(yang juga jadi contoh kasus Putnam), menurut Theda Skocpol, pertumbuhan asosiasi

sukarela juga tercipta mengikuti pola pembentukan negara daripada kelemahan

negara. Tentang ini, Harris mengutip Skocpol:

“Sejak awal terbentuknya AS, institusi pemerintahan dan politik yang bercorak

demokratis mendorong berkembangnya kelompok-kelompok sukarela yang terhubung dengan gerakan sosial regional dan nasional, dan juga kian terkait dengan

jaringan organisasi trans-lokal yang parallel dengan struktur local-nasional struktur

negara AS. Gerakan-gerakan reformasi moral, asosiasi petani dan buruh; persaudaraan berbasis ritual, gotong-royong dan pelayanan; asosiasi perempuan

independen; kelompok-kelompok veteran; dan banyak asosiasi etnis dan Afro-

Amerika seluruhnya berjumpa dalam bentuk asosiasi tipikal AS” (John Harriss,

2001:50).

Akhirnya, mengutip kesimpulan penelitian Samuel Bowles, Harriss

mengajukan poin tentang pentingnya posisi ketimpangan organisasi rakyar dan

bagaimana peran negara di dalamnya. Menurut Bowles, di daerah-daerah dengan

pendapatan terdistribusi lebih setara, partisipasi rakyat di gereja, jasa-jasa pelayanan

lokal, kelompok-kelompok politis, dan organisasi rakyat lainnya, lebih tinggi. Hal ini

mengisyaratkan bahwa kebijakan-kebijakan negara yang meningkatkan kesetaraan

pendapatan dapat memperbaiki keterlibatan rakyat mengelola kehidupan bersama

mereka (John Harriss, 2001:57-58). Sejalan dengan contoh Kerala di atas,

ketimpangan hanya bisa diatasi oleh gerakan rakyat yang bekerja lewat tindakan

politis mendesak negara untuk melakukan perubahan struktural, dalam kasus itu

reforma agrarian.

Page 44: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

31

E.3. Pedagang Kaki Lima

E.3.1 Definisi Pedagang Kaki Lima

Konsep sektor informal lahir pada tahun 1971 yang dipelopori oleh Keith Hart

berdasarkan penelitiannya di Ghana. Kemudian konsep itu diterapkan dalam sebuah

laporan oleh tim ILO tahun 1972 dalam usaha mencari pemecahan masalah tenaga

kerja di Kenya. Menurut Ahmad (2002) sektor informal disebut sebagai:

kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal (kecil-kecilan) yang memperoleh beberapa

ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap berdiri sendiri, berlaku di kalangan masyarakat

yang berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus,

lingkungan kecil atau keluarga serta tidak mengenal perbankan, pembukuan maupun perkreditan (h.73).

Pedagang kaki lima sebagai bagian sektor informal perkotaan, istilah

pedagang kaki lima konon berasal dari zaman pemerintahan Rafles, Gubernur

Jenderal pemerintahan Kolonial Belanda yaitu dari kata “five feet” yang berarti jalur

pejalan kaki di pinggir jalan selebar 5 (lima) kaki. Ruang tersebut digunakan untuk

kegiatan berjualan pedagang kecil sehingga disebut dengan pedagang kaki lima

(dalam Widjajanti, 2000:28). Kemudian muncul beberapa ahli yang mengemukakan

definisi dari pedagang kaki lima di antaranya menurut McGee (1977:28) menyebut

PKL sebagai hawkes adalah orang-orang yang menawarkan barang-barang atau jasa

untuk dijual di tempat umum terutama jalan-jalan trotoar. Defenisi tidak termasuk

PKL yang berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain menjual barangnya atau

menawarkan jasanya.

Page 45: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

32

Pembagian tipe komoditas yang dijual oleh MCGee dan Yeung (1977:81)

dibedakan 4 (empat) kelompok yakni; (1) Makanan yang tidak diproses, termasuk

makanan mentah seperti daging, buah-buahan atau sayuran. Sedangkan makanan

yang semi olahan seperti beras. (2) Makanan siap saji (Prepared food), yakni penjual

makanan yang sudah dimasak. (3) Barang bukan makanan (nonfood items), kategori

ini terdiri dari barang-barang dalam skala yang luas, mulai dari tekstil hingga obat-

obatan. (4) Jasa (services), yang terdiri dari beragam aktivitas seperti jasa perbaikan

sol sepatu dan tukang cukur.

Berdasarkan sifat layanannya, MCGee & Yeung (1977:82-83) membagi ke

dalam 3 (tiga) tipe, yaitu; (1) Pedagang keliling (mobile), pedagang yang dengan

mudah dapat membawa barang dagangannya, mulai dari menggunakan sepeda atau

keranjang. (2) Pedagang semi menetap (semistatic), pedagang ini mempunyai sifat

menetap sementara, di mana kios dan tempat usahanya akan berpindah setelah

beberapa waktu berjualan di tempat tersebut. (3) Pedagang menetap (static), sifat

layanan pedagang ini memiliki frekuensi menetap yang paling tinggi, di mana lokasi

tempat usahanya permanen di suatu tempat seperti di jalan atau ruang-ruang publik.

Menurut Waworoento (dalam Widjajanti, 2000:39-40), bentuk sarana fisik berdagang

yang digunakan oleh pedagang kaki lima adalah; (1) Gerobak/kereta dorong, bentuk

ini terdiri dari 2 macam, yaitu gerobak yang beratap dan tidak beratap. (2)

Pikulan/keranjang, yaitu digunakan oleh PKL keliling (mobile) ataupun semi

menetap. (3) Tenda, bentuk ini terdiri dari beberapa gerobak/kereta dorong yang

Page 46: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

33

diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan kursi dan meja,

biasanya dilengkapi dengan penutup. (4) Kios, menggunakan papan atau sebagian

menggunakan batu bata, sehingga menyerupai bilik semi permanen, yang mana

pedagang bersangkutan juga tinggal di tempat tersebut, pedagang ini dikategorikan

sebagai pedagang menetap. (5) Gelaran/alas, pedagang bentuk ini menggunakan alas

berupa tikar, kain atau lainnya untuk menjajakan dagangannya.

E.3.2. Karakteristik Lokasi Aktivitas Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Joedo dalam Widjajanti

(2000:35), penentuan lokasi yang diminati sektor informal adalah sebagai berikut; (1)

Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang

relatif sama, sepanjang hari. (2) Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat

kegiatan perekonomian kota dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi sering

dikunjungi dalam jumlah besar. (3) Memiliki kemudahan untuk terjadinya hubungan

antara PKL dengan calon pembeli. Lokasi usaha lebih ditentukan oleh penyebaran

permintaan dan ketergantungan lokasi terhadap usaha lain yang sejenis (Djojodipuro,

1992:119-120). Hal ini akan menimbulkan persaingan dalam menguasai pasar seluas

mungkin, tanpa membanting harga tetap dengan mengatur lokasinya terhadap

saingannya. Adanya pengelompokan tersebut akan memudahkan pembeli dalam

memilih barang terbaik yang diinginkannya.

Page 47: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

34

F. Kerangka Berpikir

Interaksi antar pedagang kaki lima yang menciptakan modal sosial dapat

dilihat dari indikator-indikatornya yaitu kepercayaan, norma dan jaringan. Dengan

tumbuhnya modal sosial yang baik diharapkan dapat menciptakan kelancaran usaha

bagi para PKL. Namum dalam upaya pencapaian kelancaran usaha terkait modal

sosial muncul pertanyaan apakah bentuk modal sosial yang dimilki pedagang kaki

lima dan apakah permasalahan baru yang muncul dari modal sosial yang ada.

Sehingga diharapkan dengan terjawabnya pertanyaan tersebut dapat mengetahui

bentuk modal sosial apa yang dimiliki PKL untuk mencapai kelancaran usahanya.

Tabel 1.2 Kerangka Berpikir

Indikator

Reserch questions

Interaksi PKL

- Kepercayaan

- Norma

- Jaringan Modal Sosial

Bagaimana bentuk modal sosial

yang dimiliki pedagang kaki lima

Etnis Minangkabau dan Etnis Batak dan apakah permasalahan

yang muncul (implikasi positif)

dari modal sosial?

Kelancaran usaha PKL

Page 48: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

35

G. Metodologi Penelitian

G.1. Pendekatan Penelitian

Dasgupta dan Serageldin (1999) melihat bahwa dalam pengukuran konsep

modal sosial belum cukup dibakukan untuk diukur dengan menggunakan riset

kuantitatif. Menurut mereka mengukur modal sosial dapat menggunakan berbagai

pendekatan interdisiplin dengan kombinasi pendekatan yang sama maupun yang

berbeda. Oleh karenanya, untuk dapat menjelaskan gejala-gejala sosial berkenaan

dengan relasi primordial sebagai modal sosial PKL di Pasar Citeureup, maka

pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,

karena pendekatan ini dipandang lebih relavan untuk digunakan dalam mengamati

gejala-gejala sosial dalam masyarakat.

Dalam pendekatan kualitatif ini, penulis terjun langgung ke lapangan dan

mencoba melakukan investigasi guna memperoleh informasi mendalam mengenai

modal sosial, bentuk modal sosial yang dimiliki pedagang kaki lima dan implikasi

positif dari modal sosial serta mengembangkan penafsiran-penafsiran terhadap

informan atau data yang ditemukan. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif,

penulis perlu melakukan interaksi untuk mendalami subyek yang diteliti, termasuk di

dalamnya pengembangan kategori-kategori, pola-pola analisis dan teori-teori

sehingga hasilnya bisa dipahami dengan baik (Creswell, 1994).

Page 49: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

36

G.2. Subjek dan Lokasi Penelitian

G.2.1 Subjek Penelitian

Subjek yang terdapat dalam penelitian ini adalah para pedagang kaki lima

yang berjualan di Pasar Citeureup, petugas pengelola pasar dan juga pihak paguyuban

yang bekerjasama dengan pihak kecamatan dalam melakukan kegiatan berjualan di

Pasar Citeureup. Dalam teknik ini, pengambilan anggota sampel dilihat dengan

pertimbangan pengumpulan data yang menurutnya sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitan (Soehartono, 2011:62).

G.2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pasar Citeureup, Kecamatan Citeureup,

Kabupaten Bogor. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena Pasar Citeureup

termasuk ke dalam pasar yang eksistensinya cukup lama bahkan hingga sampai saat

ini masih terkenal di beberapa daerah sekitar Citeureup, serta melihat relasi

primordial antar pedagang kaki lima dalam kegiatan berdagang karena di kecamatan

ini terdapat sejumlah imigran yang mengembangkan usaha di sektor informal. Waktu

yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, mulai dari mengumpulkan,

mengolah, dan menganalisa data yang didapat adalah dari bulan Mei sampai dengan

bulan Juli 2017.

Page 50: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

37

G.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

G.3.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penlitian ini bersumber dari dua jenis data,

yaitu data primer dan data sekunder.

1) Data Primer meliputi data dari hasil observasi dan wawancara mendalam para

pedagang kaki lima yang terlibat dalam ikatan primordial dalam Pasar Citeureup.

2) Data Sekunder meliputi dokumen, buku-buku, jurnal, koran dan semua literatur

yang berhubungan dengan penelitian mengenai relasi primordial dan modal sosial

pada pedagang kaki lima.

G.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau

wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak

terbatas pada orang tetapi juga objek-objek alam yang lain. Menurut Sutrisno Hadi

yang dikutip oleh Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu

proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2011:145).

Observasi juga dikatakan cara untuk memperoleh data dalam bentuk

pengamatan serta mengadakan pencatatan secara tertulis yang dihasilkan dari hasil

Page 51: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

38

observasi. Dalam teknik pengumpulan data ini, penulis langsung turun ke lapangan

mengamati dengan cermat dan langsung terhadap kehidupan PKL sehari-hari serta

hal yang dapat menunjang penelitian.

2) Wawancara

Menurut Nazir (2005:234) “wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan

alat bantu yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”. Yang dimaksud

dengan wawancara adalah penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pihak

yang berhubungan dengan penelitian atau yang dijadikan informan.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk menggali informasi modal

sosial dan relasi primordial dalam kegiatan bergadang di Pasar Citeureup Kecamatan

Citeureup Kabupaten Bogor. Dalam hal ini, penulis akan mewawancari 9 informan,

di antaranya pengelola Pasar Citeureup, pedagang kaki lima, pengurus paguyuban

pedagang kaki lima di Pasar Citeureup, pembeli yang sudah menjadi pelanggan setia

pada pegang kaki lima Etnis Minangkabu dan Etnis Batak, serta camat Citeureup.

Tabel 1.3 Informan Penelitian

No. Nama Informan Pekerjaan/ Status informan

1 Kosim Pengurus Paguyuban

2 Fatimah Pedagang Kerudung

3 Ambun Pedagang Sepatu

4 Lasma Pedagang Tas

5 Luhut Pedagang Pakaian

6 Nurhasanah Pembeli

Page 52: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

39

7 Dwi Pembeli

8 Rahmat Pengelola Pasar Citeureup

9 Asep Mulyana Camat Cuteureup

*Sumber: Hasil pengolahan data dari wawancara mendalam dengan informan, 2017.

Alasan memilih kesembilan informan di atas karena penulis mendapatkan

informasi yang berasal dari pengurus paguyuban selama penulis melakukan

penelitian di Pasar Citeureup sekaligus sebagai pembimbing mengenai pengetahuan

siapa saja informan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan

bahasan penelitian. Rujukan dari petugas pengelola pasar yang menunjang pemilihan

informan dapat disebut sebagai strategi prosedur snowball. Dalam prosedur ini,

Burhan bungin (2007) menyatakan bahwa dengan siapa peserta atau informan pernah

dikontak atau pertama kali bertemu dengan peneliti adalah penting untuk

menggunakan jaringan sosial mereka untuk merujuk peneliti kepada orang lain yang

berpotensi berpartisipasi atau berkontribusi dan mempelajari atau memberi informan

kepada peneliti (hal. 108).

Johan Castilo menyebutkan bahwa ada beberapa model snowball yang dapat

digunakan di dalam penelitian, di antaranya:

a. Linear snowball modle (peneliti bergerak linier untuk menemuan informan baru, dari satu informan ke informan lain),

b. Explonential non-discriminative snowball modle (semua informan yang dirujuk

oleh informan sebelumnya diambil sebagai informan), dan c. Explonential discriminative snowball modle (pertimbangan dan tindakan selektif

peneliti, tidak semua informan yang ditunjuk oleh informan lain dipilih oleh

peneliti untuk dijadikan informan) (dalam Burhan Bungin, 2007: 109).

Page 53: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

40

Dari model snowball di atas, informan yang penulis jadikan sumber data

penelitian, berdasarkan pada model explonential non-discriminative snowball modle

dengan alasan semua rujukan informan dari pengurus paguyuban dipilih sebagai

informan dalam penelitian ini, karena penulis mengasumsikan bahwa kesemua

infroman di atas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup mengenai

kegiatan berdagang pedagang kaki lima di Pasar Citeureup. Pemilihan pedagang kaki

lima adalah karena lamanya mereka berdagang di Pasar Citeureup. Alasan memilih

pengelola pasar dan pihak yang terkait adalah pengetahuan serta peran mereka dalam

menjalin hubungan dengan pedagang kaki lima mengenai kegiatan sehari-hari dan

kebijakan yang sudah ada selama ini.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi

dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara, dengan motode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi

benda mati.

Dalam menggunakan metode dokumentasi ini penulis memegang check-list

untuk mencari variable yang sudah ditentukan. Dalam studi dokumentasi foto lebih

digunakan sebagai alat penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai

keperluan, foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering

digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara

Page 54: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

41

induktif. Terdapat kategori foto yang di hasilkan oleh orang dan foto yang hasilkan

oleh penulis sendiri (Bogdan dan Biklen, 1982:102).

Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorikan (mengklasifikasikan)

kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah

penelitian dan mengambil data atau informasi yang dibutuhkan. Sumbernya berupa

dokumen, buku, majalah, koran, dan lain-lain. Data yang dapat diambil adalah data

sekunder.

G.4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertipe kualitatif, maka langkah-langkah analisis data

mengadopsi dari langkah-langkah analisis data kualitatif yang diutarakan oleh

Moleong (2007), maka langkah dalam penelitian ini adalah langkah pertama, dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu hasil

observasi, wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,

dokumen pribadi, dan gambar. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah

berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman

data inti, proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap

berada di dalamnya.

Langkah kedua adalah menyusun data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan

dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori dibuat sambil

melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data adalah mengadakan pemeriksaan

Page 55: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

42

keabsahan data, dilanjutkan dengan tahap penafsiran data dalam mengolah hasil

sementara menjadi pemahaman yang substantif.

Secara singkat pendapat Moleong sama dengan gambaran dalam analisis data

yang dilakukan Neuman, yaitu “analisa data melibatkan pemeriksaan, pemilahan,

penggolongan, evaluasi, perbandingan, sintesis, dan perenungan data yang dikodekan

serta mengkaji data mentah dan data yang direkam” (2013:570). Pengolahan data

kualitatif berawal dari mempelajari data primer (wawancara dan observasi) dan data

sekunder (dokumentasi). Setelah data terkumpul selanjutnya penulis menganalisa

data tersebut dari awal hingga akhir penulisan. Kemudian menarik kesimpulan

dengan mengkaji dari data yang telah didapat.

H. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan : Menjelaskan tentang pernyataan dan pertanyaan penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka atas penelitian terdahulu,

kerangka teoritis, dan metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian : Menjelaskan gambaran umum

Kecamatan Citeureup dari segi geografi, wilayah administrasi, kependudukan,

ekonomi serta budaya; menjelaskan gambaran umum Pasar Citeureup di

Kecamatan Citeureup; menjelaskan keberadaan dan kondisi pedagang kaki

lima yang sedang berdagang di Pasar Citeureup.

Page 56: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

43

BAB III Relasi primordial sebagai modal sosial pedagang kaki lima :

Menjelaskan hasil penelitian yang ditemukan di lapangan serta analisis, terkait

dengan tema yang dipilih mengenai relasi primordial sebagai modal sosial

pedagang kaki lima di Pasar Citeureup dan mengenai implikasi yang timbul

dari modal sosial pedagang kaki lima di Pasar Citeureup.

BAB IV Penutup : Berisikan simpulan dari hasil temuan penelitian ini yang berusaha

menjawab pertanyaan penelitian, beserta sarana-sarana untuk penyempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 57: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

44

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Citeureup

Kecamatan Citeureup di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat memiliki

sebuah desa yang namanya persis sama dengan nama kecamatannya, dan menjadi

pusat keramaian serta kegiatan perekonomian Kecamatan Citeureup. Kecamatan

Citeureup adalah organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor dengan kondisi

bentangan lahan dataran dan berbukit, terletak pada ketinggian 99,80 M – 334 M Dpl.

Desa Citeureup sebagai daerah terendah dan Desa Hambalang sebagai daerah

tertinggi.

Dalam pengelolaan kawasan strategis, Kecamatan Citeureup termasuk ke

dalam kawasan strategis industri yang diarahkan untuk terselenggaranya fungsi

kawasan sebagai pusat kegiatan industri yang didukung oleh sistem jaringan, sebagai

wilayah pengembangan industri, perdagangan, jasa dan perumahan serta pertanian

atau perkebunan. Potensi pengembangannya didukung oleh letak geografis

Kecamatan Citeureup yang merupakan pintu keluar masuk yang menghubungkan

langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Bogor dengan akses jalan tol

Jagorawi.

Luas wilayah Kecamatan Citeureup 6.719 Ha. Dan secara geografis, wilayah

Kecamatan Citeureup sebelah utara dibatasi Kecamatan Gunung Putri; sebelah timur

Page 58: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

45

dengan Kecamatan Klapanunggal; sebelah selatan dengan Kecamatan Cibinong;

sebelah barat dengan Kecamatan Babakan Madang. Wilayah administrasi Kecamatan

Citeureup sendiri terdiri dari 2 kelurahan dan 12 desa. Jumlah penduduk Kecamatan

Citeureup berdasarkan data terakhir bahwa jumlah penduduk yang ada yaitu 218.685

jiwa, bila melihat dari jenis kelamin penduduk maka jenis kelamin laki-laki yang

paling terbanyak dengan jumlah 111.597 jiwa, sedangkan perempuan 107.088 jiwa

(Anto Dwiastoro, 2015).

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Citeureup

*Sumber: http://info-kotakita.blogspot.co.id

Penduduk masyarakat Citeureup ini multi etnis, karena di kecamatan ini dan

tetangga kecamatan terdapat ratusan pabrik yang menjadikan pendatang dari berbagai

daerah seperti Etnis Jawa, Betawi, Minang, Batak, Madura, Cina dll. Akan tetapi

masyarakat asli kecamatan ini adalah Etnis Sunda. Ciri-ciri sikap sosial dan

pembawaan budaya dari setiap etnis ini tidak sulit dibedakan di lapangan. Walaupun

data tentang jumlah etnis di Citeureup tidak tersedia karena memang tidak ada sensus

Page 59: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

46

kepundudukan dengan kategori demikian. Gambaran tentang beragam etnis tersebut

dapat diperoleh melalui pengakuan informan dari masing-masing etnis dan perkiraan

dari aparat desa, serta pengamatan penulis di lapangan.

Masyarakat Citeureup mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda,

sebanyak 574 orang sebagai karyawan pegawai negeri sipil, 23 orang prajurit

TNI/POLRI dan 465 buruh industri. Hanya 25 orang yang tercatat sebagai petani dan

buruh tani 8 orang (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 Pewagai Negeri Sipil 574 26,5

2 Buruh Bangunan 87 4,0

3 Pedagang 500 23,1

4 Pensiunan (TNI/POLRI/PNS) 482 22,3

5 Buruh Industri 465 21,5

6 Petani 25 1,2

7 TNI/POLRI 23 1,1

8 Buruh Tani 8 0,3

Jumlah 2164 100,0 *Sumber: Diadopsi dari data Kecamatan Citeureup, 2016.

Hampir setiap tahun di Citeureup terjadi perpindahan penduduk, baik yang

datang maupun yang keluar. Pada tahun 2016 tercatat jumlah orang yang datang ke

Citeureup berjumlah 35 orang laki-laki dan sebanyak 26 perempuan. Sedangkan

penduduk yang pindah berjumlah 60 orang terdiri dari 30 orang laki-laki dan 30

perempuan. Data ini diperoleh karena pendatang dan yang pindah tersebut

melaporkan diri, sedangkan yang tidak melaporkan diri jumlahnya mungkin lebih

banyak.

Page 60: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

47

B. Pasar Citeureup

Desa Citeureup merupakan pusat kegiatan perekonomian masyarakat

Kecamatan Citeureup, di mana di desa tersebut terdapat sebuah pasar tradisional yang

ramai dikunjungi oleh masyarakat Citeureup dan masyarakat sekitarnya, bahkan

banyak juga dikunjungi oleh penduduk daerah lainnya yang datang dari luar

Kecamatan Citeureup. Di samping untuk berbelanja para pengunjung tersebut ada

juga yang datang untuk berdagang dengan memasarkan barang dagangan yang

mereka bawa masing-masing, ini menambah ramai dan semaraknya pasar tradisional

Citeureup.

Sebelum Pasar Citeureup dibangun, masayarakat Citeureup telah memiliki

tempat untuk melakukan transaksi yang hampir mirip dengan pasar. Para pedagang

memanfaatkan lapangan untuk menjual kebutuhan sehari-hari. Barang yang diperjual

belikan terbatas hanya pada kebutuhan pokok seperti beras, sayur-mayur, ikan dan

perlengkapan rumah tangga lainnya. Pasar ini berdiri tahun 1928, kemudian

mengalami pemugaran pada 1988.

Gambar 2.2 Pasar Citeureup tampak depan

*Sumber: Dokumentasi peneliti pada tanggal 21 Juli 2017.

Page 61: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

48

Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia maka kebutuhan akan

adanya sarana penyedia kebutuhan seperti pasar tak dapat dielakkan, maka

pemerintah daerah membangun sebuah pasar di atas tanah seluas 13.800 m2.

Pembangunan pasar dikerjakan oleh PD Pasar Tohaga. Pasar tersebut terdiri dari dua

lantai yang memilki satu kantor unit pasar, 408 pedagang kios, 97 pedagang di los,

100 pedagang di radius serta menampung juga 362 pedagang kaki lima. Lantai bawah

(satu) diperuntukan untuk los sedangkan lantai atas (dua) untuk kios, sedangkan

pedagang radius dan PKL banyak memanfaatkan area parkir, tangga, jalan umum dan

rumah-rumah penduduk yang berdekatan dengan pasar.

Di sekitar Pasar Citeureup di sepanjang jalan Mayor Oking Jaya Atmaja yang

merupakan jalan utama menuju Pasar Citeureup, terdapat jajaran pertokoan. Toko-

toko tersebut menjual berbagai kebutuhan masyarakat baik kebutuhan sekunder,

primer maupun tersier. Kios, los, pedagang radius dan lapak PKL dihuni oleh

beberapa etnis, yaitu: Sunda, Jawa, Minangkabau, Batak, Cina dan lain-lain. Jumlah

pedagang di Pasar Citeureup berdasarkan etnis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Jumlah Pedagang Kaki Lima Pasar Citeureup Menurut Etnis

No Etnis Jumlah

1 Sunda 70

2 Jawa 48

3 Minangkabau 77

4 Batak 58

5 Cina 30

6 Lain-lain 61

Jumlah 344

*Sumber: Diadopsi dari data pengelola Pasar Citeureup, 2016.

Page 62: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

49

Berdasarkan data dari pengelola Pasar Citeureup terdapat tiga ratus empat

puluh empat PKL, jumlah PKL akan berlipat ganda bila dilakukan pendataan di hari-

hari pasar seperti hari sabtu dan minggu. Berdasarkan informasi dari informan,

jumlah PKL di Pasar Citeureup pada hari-hari ramai seperti menjelang lebaran bisa

mencapai sekitar seribu pedagang.

Gambar 2.3 Kondisi Pasar Citeureup pada pagi hari

*Sumber: Dokumentasi peneliti pada tanggal 21 Juli 2017

Pasar Citeureup ini beroperasi sejak pagi buta pada siang hari tidak ada

aktifitas yang terlalu ramai karena aktifitas utamanya pada pagi hari dan aktifitas

pasar ini dilanjutkan pada sore hingga malam hari, ketika malam justru aktifitas pasar

ini ramai sekali otomatis tidak ada berhentinya kegiatan di Pasar Citeureup terus

sambung menyambung sepanjang hari. Pengunjung pasarpun tidak berasal dari

Citeureup saja melainkan dari daerah-daerah sekitarnya seperti Gunung Putri, Sentul,

Cibinong juga Cileungsi. Itulah yang menyebabkan pasar ini tidak ada matinya hidup

sepanjang hari.

Page 63: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

50

C. Keberadaan dan Kondisi PKL di Pasar Citeureup

Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Bogor terutama di Pasar

Citeureup tidaklah menjadi pemandangan yang asing bagi masyarakat. Pedagang kaki

lima yang biasa berjualan di atas trotoar dengan menggunakan perlengkapan ala

kadarnya seperti sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Kecamatan Citeureup.

Pedagang kaki lima di Kecamatan Citeureup banyak berada di jalan-jalan protokol

yang ramai, tempat pemberhentian bus, sepanjang jalan utama, dan terutama di Pasar

Citeureup yang merupakan salah satu lokasi utama tempat berusaha para pedagang

kaki lima.

Sebagian besar PKL di Pasar Citeureup adalah masyarakat lokal hanya

beberapa dari mereka yang merupakan pendatang. PKL lokal cenderung untuk

tinggal bersama dengan keluarga besar dengan menantu bahkan cucu. Sedangkan

untuk PKL pendatang tempat tinggal masing-masing kelompok etnis ada yang

berpencar dan ada juga yang berkelompok, contohnya Etnis Minangkabau dan Etnis

Batak termasuk ke dalam yang tinggal berkelompok. Mereka dikatakan hidup

berkelompok karena sebagian besar kelompok Entis Minangkabau dan Etnis Batak

berada disatu tempat dan biasanya hidup dengan menyewa kamar atau rumah

bersama dengan kerabat, tetangga, atau teman yang melakukan kegiatan sejenis. Hal

ini merupakan suatu upaya untuk tetap membina jaringan sosial, karena bagi PKL

jaringan sosial merupakan hal penting yang harus dibina. Para PKL pendatang lebih

banyak meninggalkan keluarganya di kampung halaman dengan alasan untuk

Page 64: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

51

menekan biaya hidup di perantauan. Mereka akan pulang secara berkala ke desa

untuk memberikan nafkah atau melalui jasa pengiriman uang melalui Bank.

Dalam hal jam kerja PKL memiliki jam kerja yang tidak menentu biasanya

PKL yang menghabiskan lebih dari 8 jam untuk berdagang, sebagian besar PKL di

sekitar Pasar Citeureup mulai menyiapkan dagangan pada pukul 07.00 dan berjualan

hingga pukul 21.00. Namun ketika musim hujan panjangnya waktu berjualan juga

mengalami perubahan karena sedikitnya pembeli di musim hujan menyebabkan

mereka harus rela menutup dagangannya lebih awal, tentu saja hal ini berpengaruh

pada omsset penjualan mereka.

Gambar 2.4 Keberadaan PKL di Pasar Citeureup

*Sumber: Dokumentasi peneliti pada tanggal 21 Juli 2017

Jenis barang dagangan PKL di sekitar Pasar Citeureup bermacam-macam

mulai dari pakaian, kerudung, tas, sendal, perlengkapan rumah tangga, buah-buahan,

jam tangan, kaset, sayur mayur, jajanan (bakso, mie ayam, soto, dan lain-lain), ikan,

ayam, dan daging. Namun sebagian besar pedagang kaki lima ini merupakan penjual

kerudung dan sendal. Para PKL berjualan menggunakan gerobak dorong atau hanya

mengandalkan alas dari terpal untuk menjajakan barang dagangannya. Peralatan

Page 65: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

52

berdagang mereka yang terbilang sederhana dapat dipindahkan sewaktu-waktu dan

dibersihkan sehingga ketika mereka selesai berdagang lokasi yang dipergunakan

menjadi bersih kembali.

Tabel 2.3 Rekapitulasi Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan

No Jenis Dagangan Etnis

Sunda Jawa Minangkabau Batak

1 Pakaian 7 5 25 19

2 Kerudung 4 2 13 4

3 Tas 2 2 12 10

4 Sendal 1 3 21 26

5 Perlengkapan Rumah

Tangga

5 1 5 4

6 Buah-buahan 2 3 6 8

7 Jam tangan 1 3 5 3

8 Kaset 3 4 2 2

9 Sayur mayur 28 12 6 6

10 Jajanan 5 4 9 2

11 Ikan 7 4 3 3

12 Ayam 14 4 7 3

13 Daging 4 3 5 2

Jumlah 83 50 119 92

344 *Sumber: Diadopsi dari data pengelola Pasar Citeureup, 2016.

Melihat aktivitas pedagang kaki lima yang semakin ramai membuat penduduk

asli ikut pula terjun menjadi pedagang kaki lima, mereka berbaur dengan pedagang

kaki lima yang lainnya. Awalnya masyarakat pribumi yang berdagang berasal dari

daerah sekitar pasar, namun sekitar tahun 2004 setelah pedagang kaki lima mulai

direlokalisasi maka banyak masyarakat pribumi dari luar wilayah Citeureup

berdatangan. Menurut data dari pengelola pasar jumlah pedagang kaki lima yang

berdagang setiap hari pasar sekitar empat ratus orang yang terdiri dari beberapa etnis

Page 66: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

53

di antaranya Etnis Minangkabau, Batak, Jawa, Cina dan penduduk asli. Namun

jumlah ini bisa tiga kali lipat pada bulan-bulan ramai seperti menjelang hari Raya

Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam perkembangannya pedagang kaki lima di Pasar Citeureup dapat

bertahan menghadapi persaingan yang ada di antara mereka, dapat dilihat dari

perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan cukup tinggi

dari tahun ke tahun. Kemampuan untuk berkembang dan bertahan menghadapi

persaingan usaha pedagang kaki lima dijadikan faktor keterampilan dan semangat

kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran modal sosial di antara para pedagang

kaki lima.

Page 67: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

54

BAB III

RELASI PRIMORDIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL

PEDAGANG KAKI LIMA

Pembahasan pada bab ini berdasarkan keseluruhan data yang berhasil penulis

dapatkan dari penelitian lapangan terkait relasi primordial sebagai modal sosial

pedagang kaki lima di Pasar Citeureup. Modal sosial sangat penting bagi komunitas

karena mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas itu sendiri, menjadi

media pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas,

memungkinkan pencapaian bersama, dan membentuk perilaku kebersamaan dan

berorganisasi atau komunitas (Bobi B. Setiawan, 2004:45).

Modal sosial merupakan hal penting yang dibutuhkan dalam segala aktivitas

kehidupan sosial termasuk dalam hal perdagangan. Dalam dunia perdagangan, modal

sosial merupakan salah satu hal penting yang biasanya dimanfaatkan oleh pedagang

untuk dapat mempertahankan perdagangannya serta mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya. Hanya saja modal sosial yang dilakukan setiap etnis berbeda satu

dengan lainnya. Hal itu lah yang dapat menciptakan bentuk-bentuk modal sosial

dikalangan pedagang kaki lima. Selanjutnya penulis akan lakukan analisa data

dengan meminjam kajian teori modal sosial karya Robert D. Putnam.

A. Bentuk-bentuk Modal Sosial di Kalangan Pedagang Kaki Lima di Pasar

Citeureup

Page 68: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

55

A.1. Bentuk Trust pada PKL di Pasar Citeureup

Hubungan yang timbul antar pedagang kaki lima hanya melalui modal

kepercayaan. Fukuyama (2002) bependapat bahwa unsur terpenting dalam modal

sosial adalah kepercayaan (trust) yang merupakan perekat bagi langgengnya

kerjasama dalam kelompok masyarakat. Dengan kepercayaan (trust) orang-orang

akan bisa bekerjasama secara lebih efektif. Sebagaimana menurut Pretty dan Ward

(Lubis, 2000) sikap saling percaya merupakan unsur pelumas yang sangat penting

untuk kerjasama, yang oleh Putnam dipercaya sebagai melicinkan kehidupan sosial.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan kepercayan (trust) dapat terjalain

kerjasama antar pedagang kaki lima. Atau sebaliknya timbulnya trust karena adanya

ikatan kerjasama yang saling menguntungkan.

Tidak hanya itu saja timbulnya trust juga dapat dilihat dari pelikau pedagang

yang di bantu oleh anggota keluarga dalam menjalankan usahanya. Hubungan

kekerabatan yang dimilki oleh kelompok pedagang telah menjadi nilai-nilai bersama

bagi mereka bahwa ikatan keluarga dianggap sebagai ikatan batin yang ikut

dibandingkan dengan orang lain di luar keluarga. Barbara 1999 (dalam Rahmat,

2009:56) memaparkan konsep trust menurut ahli sosiologi ke dalam pendekatan trust

sebagai yang dimiliki individu seperti perasaan, emosi dan nilai-nilai individu. Inilah

yang menyebabkan trust itu terbentuk dari ada perasaan dan emosional kekerabatan

yang kental dan dari daerah asal yang sama, seperti yang dikatakan oleh Ibu Fatimah

pedagang pakaian:

Page 69: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

56

Ya yang pasti suami saya mbak, dan anak pertama saya sambil nyari-nyari kerja ya

bantuin bapaknya buka lapak. Dan saya pun memperkerjakan saudara untuk bantu-bantu saya berjualan di sini. (Wawancara pribadi dengan Ibu Fatimah, Citeureup, 20

Juni 2017).

Hal ini juga diungkapkan oleh informan Bapak Luhut:

Ada mbak, istri sama anak saya tapi bantunya dari siang sampe sore aja karena istri harus nganter anak sekolah dulu dan sorenya harus masak di rumah. (Wawancara

pribadi dengan Bapak Luhut, Citeureup, 20 Juni 2017).

Trust juga menimbulkan harapan-harapan positif inilah yang menikbulkaan

motivasi. Dari penelitian ini terlihat bahwa harapan-harapan yang positif dari

pedagang kaki lima dapat dilihat dari telah lamanya para pedagang menekuni

berjualan sebagai PKL di Pasar Citeureup. Unsur utama dan terpenting dari modal

sosial adalah kepercayaan (trust). Atau dapat dikatakan bahwa kepercayaan dapat di

pandang sebagai syarat keharusan (necessary condition) dari terbentuk dan

terbangunnya modal sosial.

Kepercayaan kepada sesama pedagang dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari

pedagang kaki lima. Salah satu bentuk kepercayaan yang terlihat adalah proses

pinjam meminjam dan menitipkan dagangan. Pinjam meminjam dapat berupa

meminjam barang dagangan atau peminjaman uang.

Seperti petikan hasil wawancara dengan Ibu Fatimah yang mengatakan:

Hubungannya baik karena sudah terjalin lama juga, dari hubungan tersebut sudah saya anggep seperti keluarga sendiri karena pedagang di sini semua saling bantu

membantu. Contohnya saja pinjam meminjam itu sudah biasa mbak, kalau saya

kehabisan barang dagangan karena laris ya pinjam punya tetangga dulu, nanti saya ganti kalau sudah waktu luang. Kalau pinjam uang ya juga pernah, gak bisa selalu

mengandalkan koperasi. Karena kebutuhan gak bisa ditunda-tunda. (Wawancara

pribadi dengan Ibu Fatimah, Citeureup, 20 Juni 2017).

Page 70: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

57

Pinjam meminjam dapat berupa barang atau uang, meminjam barang sudah

merupakan hal biasa bagi para pedagang karena barang dagangan yang dipersiapkan

oleh pedagang tidak terlalu banyak. Sehingga ketika pembeli ramai terkadang harus

meminjam barang dagangan terlebih dahulu kepada pedagang yang lain. Barang yang

dipinjam biasanya berupa baju, celana, sepatu, atau tas yang biasanya selalu ada di

pedagang yang lain. Pinjam meminjam uang juga terjadi antar pedagang kaki lima,

para pedagang tidak bisa hanya mengandalkan koperasi karena kebutuhan tidak bisa

diprediksi kapan datangnya sedangkan uang tidak selalu tersedia di koperasi, salah

satu jalan keluarnya adalah meminjam kepada sesama pedagang.

Selain pinjam meminjam di antara para pedagang ada juga menitipkan

dagangan ke pedagang lain, bagi mereka sesama pedagang juga merupakan orang

yang dapat dipercaya. Sehingga, ketika suatu waktu mereka harus pergi dalam waktu

yang sebentar mereka tidak harus menutup dagangannya tetapi dapat menitipkan ke

pedagang sebelah. Hal tersebut hanya mampu dilakukan dan dijalankan jika telah

terbangun rasa saling percaya atau yang biasa dikenal dengan trust. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Ambun sebagai pedagang sepatu:

Hubungan pedagang selama saya berdagang di sini tidak ada namanya pedagang

yang memusuhi saya, malah saya suka dibantu pada saat membuka lapak dagangan

dan menutup lapak dagangan. Terkadang saya juga suka menitipkan lapak dagangan ketika saya harus pergi sebentar. (Wawancara pribadi dengan Bapak

Ambun, Citeureup, 20 Juni 2017).

Keikhlasan sesama pedagang kaki lima terlihat dengan yang dilakukan antar

pedagang kaki lima mampu melakukan tindakan saling tukar kebaikan seperti jika

Page 71: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

58

seorang pembeli ingin mencari suatu barang namun pada saat itu pedagang tidak

memiliki barang yang dicari, pedagang akan merekomendasikan kepada pembeli ke

tempat pedagang lain, begitu pula sebaliknya. Adanya keikhlasan saling tolong

menolong antar pedagang kaki lima, padahal keuntungan tidak langsung dirasakan

antar pedagang kaki lima. Hal itu pun disampaikan oleh Bapak Luhut sebagai

pedagang pakaian:

Tidak pernah adanya persaingan antar pedagang di sini, semua pedagang terlihat kompak dan selalu menjalin komunikasinya yang baik antar pedagang. Biasanya

antar pedagang di sini saling merekomendasikan kepada pembeli ketika pedagang

ga punya barang yang dicari oleh pembeli. (Wawancara pribadi dengan Bapak Luhut, Citeureup, 20 Juni 2017).

Kerjasama yang terjalin dengan pedagang sangatlah diperlukan oleh

pedagang, karena hubungan pertemanan yang dilakukan oleh pedagang menjadi

sangat penting untuk keberadaan pedagang kaki lima di Pasar Citeureup. Karena

dengan hubungan baik antar pedagang tidak akan menimbulkan konflik yang ada

hanya kerukunan antar pedagang kaki lima. Sama hal dengan yang dikatakan oleh Ibu

Lasma sebagai pedagang tas:

Hubungannya sudah seperti keluarga, soalnya saya berdagang di sini dengan

pedagang lainnya sudah cukup lama berdagang bersama-sama dan setiap hari

ketemu jadi makin akrab aja mbak. (Wawancara pribadi dengan Ibu Lasma, Citeureup, 20 Juni 2017).

Membangun kepercayaan pembeli juga merupakan modal bagi pedagang kaki

lima, kepercayaan dibangun dengan menjaga kualitas barang dagangan serta

pernyataan jujur dari para pedagang mengenai kualitas barang dagangannya.

Kepercayaan tersebut akan dijaga demi keberlangsungan hubungan antara pedagang

Page 72: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

59

dengan pembeli. Sehingga jika kepercayaan dapat dibina maka membuat pedagang

memiliki banyak pelanggan tetap, karena jalinan hubungan pembeli dengan pedagang

tidak hanya pemenuhan kebutuhan ekonomi semata tetapi lebih kepada jalinan

kepercayaan antara pedagang dengan pembeli. Seperti dikatakan oleh Ibu

Nurhasanah:

Saya percaya dengan yang dikatakan pedagang, kalau barangnya bagus bilang bagus kalau kurang bagus bilang kurang bagus. Seperti kemaren pas saya mau beli

kerudung dengan pedagangnya bilang dagangnya gak terlalu bagus tapi karena

sudah dekat dengan pedagang ya saya tetap beli disitu, gak enak mbak kalau beli di tempat lain. Sungkan, sudah kenal dekat soalnya. (Wawancara pribadi dengan Ibu

Nurhasanah, Citeureup, 21 Juni 2017).

Hubungan baik dengan pembeli juga dapat memberikan manfaat ekonomis.

Berdasarkan pada pengamatan yang telah dilakukan, jalinan hubungan antar penjual

dengan pembeli tidak hanya pada pemenuhan kebutuhan ekonomis semata,

melainkan juga berperan hubungan emosional di antara penjual dengan pembeli.

Penjual yang telah memiliki langganan akan bersikap layaknya teman dekat bahkan

saudara kepada pembeli akan dengan mudah mengungkapkan keinginan atau ide-

idenya untuk memajukan usaha dagang PKL. Bahkan informasi peluang usaha lain

yang lebih menjanjikan juga bisa diperoleh dari obrolan-obrolan ringan dengan

pembeli. Bu Lasma mengungkapkan bahawa ide untuk menambah jenis barang

dagangan berasal dari pembeli langganannya:

Langganan saya kebanyakan anak muda, anak-anak SMA. Harus bisa menyesuiakan

diri dengan bahasa dan selera mereka, jadi gaul istilahnya hehehe Awalnya saya hanya berjualan pakaian trus mereka usul gimana kalau jualan kerudung juga pasti

banyak yang beli. Akhirnya saya memutuskan untuk menjual kerudung dan hasilnya

memang laris. (Wawancara pribadi dengan Ibu Lasma, Citeureup, 20 Juni 2017).

Page 73: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

60

Keakraban itulah yang menjadi pintu gerbang dari keterbukaan informasi

yang bisa didapat, memang tidak semua informasi yang didapatkan bernilai ekonomis

tetapi keakraban yang terpelihara dengan baik membuat pelanggan semakin betah dan

menginformasikan kepada pembeli lain. Berita dari mulut ke mulut merupakan media

promosi yang tidak membutuhkan biaya, keuntungan juga bisa didapat dari promosi

gratis itu.

Terwujudnya harapan dan realisasi juga dapat memunculkan kepercayaan dari

pengelola Pasar Citeureup, dengan kedisiplinan para pedagang terhadap norma-

norma yang ada. Sikap jujur dan kedisiplinan terhadap norma-norma sosial juga

merupakan pengharapan dari pedagang, paguyuban, dan pengelola Pasar Citeureup.

Hubungan pedagang dan pembeli dalam melakukan transaksi yang sama-sama

mengharapkan adanya kejujuran. Kepercayaan tidak dapat muncul dengan seketika,

melainkan membutuhkan proses dari hubungan antara pelaku-pelaku yang sudah lam

terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama. Kepercayaan sangat penting dalam

menjalin kerjasama dengan agen dan pelanggan, keberadaan pelanggan sangat

berpengaruh terhadap hidup matinya suatu usaha dagang yang dimiliki penjual.

A.2. Bentuk Jaringan (Network)

Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama

antar manusia (Putnam, 1993). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi

dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Page 74: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

61

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh.

Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun

inter-relasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal (Onyx, 1996). Putnam

1995 (dalam Suharto, 2007) berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat

akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari

partisipasinya itu. Jaringan pedagang kaki lima di Pasar Citeureup terakumulasi pada

terbentuknya paguyuban PKL, tanpa adanya jaringan yang kuat serta kebersamaan

antar PKL maka paguyuban PKL tidak akan terbentuk.

Sebagian besar pedagang kaki lima di Pasar Citeureup adalah masyarakat

perantau yang ada di Kecamatan Citeureup, sebagai pedagang kaki lima bukanlah

pilihan mudah bagi mereka bahkan bukan menjadi sebuah cita-cita. Tidak pernah

terbayangkan sebelumnya untuk menekuni dan menjalani profesi sebagai PKL karena

mereka harus berani mengambil keputusan ini untuk memulai usaha menjadi PKL

setelah mendapatkan informasi dari saudara, teman atau kerabat yang cukup

menjanjikan bahkan mereka rela untuk melepas pekerjaan lama dan beralih menjadi

PKL. Seperti diungkapkan Bapak Ambun:

Dulu saya narik becak, trus karena sering ngopi di warung saya jadi tertarik untuk

membuka usaha yang sama. Pertama saya tanya-tanya bagaimana caranya, resiko

untung rugi dan modal. Setelah mendapatkan informasi yang cukup saya berani untuk mencoba menjadi PKL, sekarang saya gak jadi tukang becak lagi selain sudah

tua saya kecapean kalau harus kerja dari pagi hingga malam. Modalnya dari

nyelengin hasil saya narik becak mbak, sedikit-sedikit terkumpul akhirnya bisa buka. Modalnya juga gak banyak kok mbak. (Wawancara pribadi dengan Bapak Ambun,

Citeureup, 20 Juni 2017).

Page 75: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

62

Tidak hanya Bapak Ambun, Ibu Fatimah juga mengungkapkan jika ide

menjadi PKL berasal dari saudaranya yang telah terlebih dahulu menjadi PKL tetapi

di kota lain. Melihat saudara yang dapat menjalankan usahanya akhirnya Ibu Fatimah

berani untuk mencoba peruntungan sebagai PKL.

Saya mulai jualan pakaian sudah lama, idenya dari saudara di Jakarta yang sudah terlebih dahulu jualan di sana. Dengan modal yang tidak terlalu besar dan mudah

untuk dijalankan akhirnya saya mencoba untuk menjadi PKL. Pemilihan lokasi

inipun saya meminta bantuan dari saudara saya itu, karena dia lebih berpengalaman dan akhirnya saya berjualan di sini katanya kalau jualan di Pasar Citeureup pasti

laris soalnya rame, di pusat kota. Modalnya saya dapat dari pinjam ke saudara,

sedikit-sedikit saya bayar dari hasil berdagang ini. (Wawancara pribadi dengan Ibu

Fatimah, Citeureup, 20 Juni 2017).

Pedagang kaki lima ini mengawali berjualan di kaki lima dengan modal kecil,

jenis barang yang mereka jual adalah pakaian dalam dan jam tangan yang harganya

relatif murah. Baru kemudian setelah memiliki modal yang cukup mereka mengganti

dengan jenis pakaian jadi dewasa dan anak-anak serta pakaian busana muslim.

Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah (bottom-up), tidak

hierarkis dan berdasar pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu,

modal sosial bukan merupakan produk dari inisiatif dan kebijakan pemerintah.

Namun demkian, modal sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara

melalui kebijakan publik.

Granovetter (dalam Damsar. 1997:43-44) menjelaskan adanya keterlekatan

perilaku ekonomi dalam hubungan sosial di mana melalui jaringan sosial yang terjadi

dalam kehidupan ekonomi. Pada tingkatan antar individu, jaringan sosial dapat

Page 76: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

63

didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah orang dengan

sifat tambahan yang ciri-ciri hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan

untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang terlibat.

Modal sosial turut menentukan proses menjadi PKL dan penentuan lokasi

berdagang. Kekerabatan atau kedekatan antar PKL telah membuka jalan untuk

jaringan sosial yang ada dan bermanfaat dalam memperoleh bantuan atau pinjaman

yang bersifat informal, ketika bantuan formal dari pemerintah sangat terbatas. Modal

sosial yang mereka miliki telah menciptakan nilai ekonomis bagi dirinya.

Bantuan-bantuan tersebut di antaranya adalah pemenuhan modal awal atau

akses terhadap permodalan, dengan adanya jaringan yang kuat maka pemenuhan

permodalan dapat ikut terbantu. Bu Lasma yang memulai usaha PKL dari nol

mendapatkan bantuan modal dari saudaranya:

Saya bukan asli Bogor, suami saya yang asli sini. Ketika mau mulai dagang

modalnya dari minjam ke kakak suami saya. Modal itu kami kembalikan dengan cara

diangsur, karena minjam kepada keluarga sendiri jadi gak pake jaminan juga gak ada bunga. Alhamdulillah, sedikit membantu dan usaha bisa jalan sampai sekarang.

(Wawancara pribadi dengan Ibu Lasma, Citeureup, 20 Juni 2017).

Terdapat banyak PKL yang sudah berjualan dengan waktu yang lama bahkan

puluhan tahun di Pasar Citeureup yang mampu mempertahankan kehidupan mereka

beserta keluarganya dari usaha kaki lima tersebut. Lamanya pedagang kaki lima

berjualan di Pasar Citeureup dikarenakan lokasi yang strategis dari segi posisi tempat

berjualan yang membuat pedagang mendapatkan banyak keuntungan yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan PKL itu sendiri. Selain itu karena mereka tidak

Page 77: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

64

mempunyai pekerjaan lain jadi mereka memutuskan untuk menjadi PKL, hal ini pun

diungkapkan oleh Ibu Fatimah:

Saya dulu kerja jadi buruh pabrik di Jakarta, trus waktu itu ada PHK mbak. Karena termasuk buruh baru saya dipecat. Saya trus pulang ke Bogor dan jadi PKL ini

sudah ada dua belas tahunan. (Wawancara pribadi dengan Ibu Fatimah, Citeureup,

20 Juni 2017).

Berbeda dengan Ibu Fatimah yang terkena PHK di pabriknya, Bapak Luhut

yang dulunya bekerja serabutan akhirnya pun memutuskan untuk menjadi PKL

karena kondisi fisiknya yang tidak sekuat dahulu. Tetapi hal ini justru mampu

membantu untuk memenuhi kehidupan Bapak Luhut serta keluarganya dan sanggup

mempertahankan usahanya menjadi PKL hingga bertahun-tahun:

Dulu saya kerja serabutan mbak, semenjak saya sering sakit-sakitan jadi saya memutuskan untuk jualan aja yang kerjanya gak terlalu cape. Saya jualan di sini

sudah hampir 21 tahun mbak. (Wawancara pribadi dengan Bapak Luhut, Citeureup,

20 Juni 2017).

Modal sosial yang telah berperan di antara pedagang kaki lima saling

memberikan informasi dan bantuan terkait lokasi usaha yang strategis, modal usaha,

kelompok usaha. Selain itu kegiatan PKL biasanya dimulai dari informasi kerabat,

teman, tetangga atau keluarga yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling

membantu dalam pemodalan, suplai barang dagangan, tempat tinggal dan informasi

tempat berjualan. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwa

modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian

masyarakat.

Page 78: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

65

Jaringan dibangun atas simpul yang ada di Pasar Citeureup yaitu individu

pedagang atau pelaku lainnya dan kelompok maupun institusi. Para pedagang sengaja

memperluas jaringan untuk memperluas hubungan dengan rekan dagang lain.

Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan

tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Terbentuknya paguyuban PKL di Pasar Citeureup dimulai dari adanya arisan

antar PKL dan hubungan kerjasama antar pedagang yang saling membantu sebuah

kegiatan yang di dalam kegiatan tersebut mempunyai dampak yang positif untuk

kesejahteraan PKL. Dengan adanya paguyuban PKL ini agar terjalin tali silahturahmi,

persaudaraan yang kuat dan menumbuhkan kepercayaan antar PKL. Hal ini

disampaikan oleh pengurus paguyuban PKL yaitu Bapak Kosim:

Terbentuk sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya arisan pedagang kaki lima ini,

berawal dari dorongan hati nurani saya saja dan kebutuhan untuk penambahan

modal usaha yang pedagang alami pada saat itu. Ya pada saat itu juga saya didukung sama teman-teman pedagang untuk bikin arisan kecil-kecilan. Dan untuk

yang terdaftar anggota awal mulainya arisan berjalan terdapat 50 anggota

pedagang yang aktif mengikuti arisan ini dan pedagang yang mengikuti kegiatan arisan ini tidak ada paksaan mau jadi anggota ya silahkan gak mau ya ga jadi

masalah. Untuk anggota yang terdaftar sekarang terdapat 30 PKL yang ikut

kegiatan arisan ini, dari tahun ke tahun anggota yang megikuti arisan ini berkurang,

dikarenakan banyak faktor yaitu hasil penjualan yang menurun. (Wawancara pribadi dengan Bapak Kosim, Citeureup, 15 Juni 2017).

Setelah terbentuk paguyuban Guyub Rukun yang beranggotakan sebagian

besar PKL yang ada di Pasar Citeureup maka jaringan semakin kuat terbentuk.

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas maka informasi baik dari pemerintah

atau dari pihak-pihak lain dapat tersaring dan dapat diinfromasikan kepada anggota

Page 79: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

66

secara terorganisir. Penyampaian informasi menggunakan fasilitas-fasilitas yang

sudah ada baik melalui pertemuan rutin, dari mulut ke mulut atau dari sms yang

disebarkan secara berantai.

Bapak Kosim selaku pengurus paguyuban mengungkapkan:

Paguyuban ini merupakan suatu media untuk tujuan bersama agar PKL lebih

terorganisir, informasi dapat tersaring dan dapat dipertanggung jawabkan. Dan utamanya bertujuan untuk menjaga hubungan antar PKL tetap baik, lingkungan

tetap aman, menghindari perselisihan sehingga dapat berdagang dengan nyaman.

(Wawancara pribadi dengan Bapak Kosim, Citeureup, 15 Juni 2017).

Terdapatnya kegiatan paguyuban PKL dibentuk untuk menjalin rasa

kekeluargaan antar pedagang, mempererat hubungan persaudaraan, memperluas

jaringan kerjasama dengan kelompok pedagang lainnya, mempermudah untuk

mendapatkan modal usaha yang didapatkan dari hasil arisan pedagang, memperoleh

hasil keuntungan berdagang meningkat karena dengan berdagang berkelompok

banyak mengundang pembeli di pusat keramaian manapun, jadi dengan adanya

kegiatan paguyuban ini banyak manfaat yang didapatkan oleh pedagang.

Gambar 3.1 Kegiatan Kumpul Bersama di Salah Satu Rumah PKL

*Sumber: Dokumentasi peneliti pada tanggal 15 Juni 2017.

Selain itu terdapat juga kegiatan yang biasa dilakukan di luar paguyuban yaitu

kumpul bersama-sama disalah satu rumah anggota paguyuban agar bisa membangun

Page 80: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

67

jiwa kekeluargaan yang baik dengan pedagang yang berasal dari daerah yang

berbeda, kegiatan lainnya yang dilakukan paguyuban yaitu pergi rekreasi ke kebun

binatang ragunan atau ke kebun raya bogor untuk sekedar jalan-jalan dan makan

bersama dengan sesama pedagang kaki lima. Hal ini diungkapkan oleh pengurus

paguyuban yaitu Bapak Kosim:

Selain kami mengadakan arisan sama iuran setiap bulannya, dan kami pun sering

mengadakan kumpul-kumpul biasa disalah satu rumah anggota paguyuban, serta kegiatan yang biasanya rutin dilakukan setiap 2 bulan sekali di luar yaitu jalan-jalan

ke kebun binatang ragunan atau kebun raya bogor bersama anggota paguyuban

untuk makan bersama agar hubungan semakin erat satu sama lain. (Wawancara pribadi dengan Bapak Kosim, Citeureup, 15 Juni 2017).

Gambar 3.2 Salah Satu Kegiatan di Luar Paguyuban

*Sumber: Dokumentasi peneliti pada tanggal 26 Agustus 2017.

Setiap kegiatan yang diadakan oleh paguyuban memiliki tujuan yang ingin

dicapai, salah satunya agar tidak ada persaingan antara pedagang kaki lima Etnis

Minangkabau dan Etnis Batak khususnya di dalam paguyuban itu sendiri karena

paguyuban dibentuk untuk menyatukan semua PKL yang ada di Pasar Citeureup agar

mereka dapat berdagang dengan nyaman. Seperti yang disampaikan oleh Bapak

Kosim sebagai berikut:

Tidak ada persaiangan antar PKL di sini, karena menurut saya PKL di sini

kekeluargaannya erat hal itu bisa terlihat dari sikap antar PKL yang saling

membantu dalam mmbuka lapak ataupun membereskan barang dagangan mereka. Dan yang penting adalah rasa saling percaya mereka yang sudah dibangun sejak

lama harus tetap dipertahankan oleh pedagang, karena dengan adanya rasa saling

Page 81: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

68

percaya dapat membangun rasa saling menghormati, membantu, serta rasa

solidaritas yang tinggi. (Wawancara pribadi dengan Bapak Kosim, Citeureup, 15

Juni 2017).

A.3. Modal Sosial Dalam Keterikatan Norma-norma

Pedagang kaki lima di Pasar Citeureup memiliki aturan-aturan dan tata cara

mereka sendiri dalam menjalankan usaha. Aturan-aturan yang dibangun karena apa

yang dilakukan dalam kelompok masyarakat perlu diatur yang mengikat seluruh

pedagang baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepatuhan pelaku pasar

terhadap norma-norma sosial yang telah disepakati dapat meningkatkan solidaritas

dan mengembangkan kerjasama dengan mengacu pada norma-norma sosial yang

menjadi patokan mereka.

Demikian pula kondisi yang ditemui pada kehidupan PKL di Pasar Citeureup.

Norma-norma tersebut telah mampu mengatur pergaulan hidup, salah satu norma

yang melekat erat pada diri pedagang kaki lima adalah perasaan senasib dan

menghargai sesama. Mereka sama-sama menyadari bagaimana kehidupan PKL dan

suka duka sebagai PKL sehingga timbul kebersaman dan toleransi yang cukup tinggi.

Salah satu bentuk nyata tindakan dari PKL untuk semakin menumbuhkan

perasaan senasib dan menolong sesama adalah adanya iuran bulanan. Iuran bulanan

merupakan kegiatan untuk mengumpulkan uang secara sukarela bagi setiap anggota

paguyuban PKL yang berjualan di lingkungan Pasar Citeureup. Iuran sebesar Rp.

2000,- dikumpulkan setiap satu bulan sekali. Pengumpulan dilakukan bertepatan

dengan pertemuan bulanan paguyuban. Dana iuran yang terkumpul akan

Page 82: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

69

dimanfaatkan untuk dana sosial apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh anggota

paguyuban. Seperti diungkapkan Ibu Fatimah:

Iuran itu sukarela, tidak banyak hanya Rp. 2000,- tetapi berkelanjutan setiap

sebulan sekali. Dana tersebut nantinya dipakai kalau ada PKL yang sakit atau kena musibah. (Wawancara pribadi dengan Ibu Fatimah, Citeureup, 20 Juni 2017).

Iuran bisa dikatakan merupakan salah satu kearifan lokal yang bertujuan

untuk membantu sesama. Dengan adanya iuran bisa terlihat adanya kepedulian dan

rasa memiliki antar sesama PKL. Secara berkelanjutan tentu saja berpengaruh pada

hubungan antar PKL dalam kesehariannya, karena adanya kepedulian antar sesama

PKL sehingga kerukunan dan situasi kondusif dapat terjaga.

Ramah, sopan, dan hemat menjadi modal penting dalam menerapkan nilai-

nilai dalam berdagang. Tutur kata yang lebih santun dari kedua etnis membuat

pembeli merasa nyaman jika berbelanja pada pedagang kaki lima yang dilakukan

oleh Etnis Minangkabau. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ambun:

Hubungannya ya baik, ya ramah dan sopan aja kepada pembeli mbak kalau kitanya ramah dan sopan pasti pembeli akan balik lagi dan biasanya nanti jadi sering beli ke

sini. (Wawancara pribadi dengan Bapak Ambun, Citeureup, 20 Juni 2017).

Dalam hal kebersihan, sudah menjadi kesepakatan bersama antara pihak dari

Kecamatan Citeureup dan PKL bahwa pedagang diharuskan untuk menjaga

kebersihan tempat dagangannya, karena merupakan suatu keharusan yang

menyangkut keberlangsungan usaha. Dalam hal ini izin yang diberikan oleh

pemerintah daerah, maka PKL patuh dalam menjalankan peraturan tersebut. Upaya

menjaga kebersihan tidak hanya dilakukan oleh PKL secara individu saja tetapi juga

Page 83: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

70

diagendakan secara bersama-sama. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Lasma sebagai

berikut:

Mematuhi aturan yang sudah dibuat, kadang melanggar juga. Tapi kalau sudah ditegur ya nurut. Usaha cari duit sudah susah jangan dibuat susah lagi. Trus jaga

kebersihan, jangan sampai tempat kita biasa dagang kotor. Kalau kotor nanti pasti

ditegur lagi mbak. (Wawancara pribadi dengan Ibu Lasma, Citeureup, 20 Juni 2017).

Hal ini juga diungkapkan oleh informan lain yaitu Bapak Ambun namun

berbeda dengan informan sebelumnya yang sedikit melanggar aturan yang ada dan

baru mematuhi aturan ketika sudah ditegur oleh pihak kebersihan, Bapak Ambun ini

memilih mematuhi aturan yang sudah disepakati bersama:

Nurut mbak, ngikutin aturan yang ada trus jaga kebersihan intinya itu saja.

(Wawancara pribadi dengan Bapak Ambun, Citeureup, 20 Juni 2017).

Sebenarnya pihak dari pengelola pasar telah menyediakan lahan di dalam

pasar untuk para pedagang kaki lima namun lagi-lagi yang namanya PKL

berjualannya tidak pernah menetap tapi selalu berpindah tempat untuk mencari lokasi

keramaian, pihak dari kecamatan pun tidak pernah melarang para PKL mencari rezeki

namun jangan sampai menggaangu kepentingan yang lain seperti berjualan sampai ke

tengah jalan. Sehingga menimbulkan kemacetan, mereka harus bisa menata dengan

baik lokasi berdagangnya dengan cara mundur ke belakang tidak terus semakin maju

ke depan. Hal ini pun di sampaikan oleh Bapak Asep selaku camat:

Untuk mengatasi PKL tersebut kami lebih memilih penataan bukan penggusuran, bersama Unit Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kecamatan, dan kita tidak

mau menggusur mereka tapi pedagang juga harus tertib dan rapih, sehingga tidak

ada yang merasa dirugikan. (Wawancara pribadi dengan Bapak Asep, Citeureup, 5

September 2017).

Page 84: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

71

Tabel 3.1 Ringkasan Temuan Lapangan

Konsep Bentuk Temuan Lapangan

Kepercayaan

(Trust)

Sesama PKL:

Saling tolong

menolong

-Pinjam meminjam berupa

meminjam barang dagangan

atau peminjaman uang

-Menitipkan lapak dagangan

-Merekomendasikan pembeli

Kepada pembeli:

-Kejujuran

-Hubungan Emosional

di antara penjual dan

pembeli

-Pernyataan jujur dari PKL

mengenai kualitas barang

dagangannya

-Keterbukaan informasi yang

didapat

Jaringan

(Network)

-Kekerabatan -Turut menentukan proses menjadi

PKL dan penentuan lokasi

berdagang

-Terbentuknya

Paguyuban

-Adanya jaringan yang kuat serta

kebersamaan antar PKL

-Tersaringnya informasi baik dari

pemerintah /pihak-pihak lain dan

diinfromasikan kepada anggota

secara terorganisir

Norma

(Norm)

-Iuran -Timbulnya kebersamaan dan

toleransi yang cukup tinggi, dengan

adanya iuran bisa terlihat adanya

kepedulian dan rasa memiliki antar

sesama PKL

-Ramah, Sopan dan

Hemat

-Tutur kata yang lebih santun

membuat pemebli merasa nyaman,

dan lapak dengan ukuran yang kecil

-Kedisiplinan terhadap

peraturan daerah

-Mematuhi aturan yang ada

-Menjaga kebersihan tempat

dagangannya

Page 85: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

72

B. Implikasi dari Modal Sosial Pedagang Kaki Lima

Melihat tata kota yang kumuh dengan kehadiran PKL Pemerintah Kabupaten

Bogor mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 13 Tahun 2005

Tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Dalam perda tersebut,

tertulis larangan untuk membuat bangunan permanen atau semi permanen untuk

berjualan. Tetapi dalam kenyataannya pedagang kaki lima tetap saja membuat

bangunan semi permanen berupa tenda-tenda dan permanen berupa bangunan warung

lengkap. Hal ini membuat Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk bertindak

melakukan penertiban demi keindahan tata Daerah Kabupaten Bogor.

Saat petugas Satpol PP melakukan penertiban, konflik terjadi antara pedagang

kaki lima dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. PKL berusaha untuk

mempertahankan hak-haknya untuk berdagang demi mencukupi kebutuhan hidup.

Usaha untuk mempertahankan lapak dagangannya selalu berakhir bentrok dengan

petugas Satpol PP. Hal ini membuat ketua preman di jalan Mayor Oking yang juga

pedagang saat itu berpikir untuk menyatukan pedagang dalam satu wadah yakni

paguyuban PKL. Pemikiran ini didukung penuh oleh PKL karena mereka merasa

dengan didirikannya paguyuban dapat sedikit memberikan kita harapan untuk tetap

berdagang.

Adanya kesepakatan bersama dalam pembentukan paguyuban PKL ini juga

didukung karena perasaan senasib sepenanggungan. Disinilah fungsionalisme konflik

menurut Coser yang dapat menimbulkan solidaritas antar individu untuk bersatu

Page 86: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

73

dalam satu kelompok yakni paguyuban PKL. Pembentukan paguyuban PKL ini tidak

ada sama sekali intervensi dari pihak manapun. Segala tindakan yang dilakukan

paguyuban PKL murni cerminan dari kepentingan-kepentingan pedagang yang

berusaha diakomodir dalam kebijakan-kebijakan yang dapat menyelamatkan

pedagang dari obrakan.

Keberadaan paguyuban PKL mengelurakan kebijakan strategi dalam

menangani konflik, hal itu terbuktu dengan konflik yang terjadi antara pedagang kaki

lima dengan petugas Satpol PP dapat dikurangi. Kebijakan tersebut berupa adanya

penataan lapak dan jamuan (suap) terhadap petugas Satpol PP. walaupun dengan cara

tersebut hanya memberikan jaminan untuk pedagang berjualan yang sementara dan

tidak permanen karena terhalang adanya Perda. Namun setidaknya dapat sedikit

memberikan kesempatan kepada pedagang untuk berjualan demi memenuhi

kebutuhan hidup.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa implikasi positif yang ada pada

pedagang kaki lima di Pasar Citeureup, terutama dengan adanya paguyuban di antara

pedagang kaki lima. Pertama adalah motif manajemen, dengan adanya paguyuban

PKL diharapkan dapat mengatur keberdaan PKL. Motif manajemen berfungsi ketika

pedagang masih berjualan di jalan raya dan sesudah relokasi ke sentra PKL. Fungsi

manajemen juga diharapkan pada sistem dan struktur yang terdapat di sentra PKL.

Sistem adalah bagaimana pedagang berjualan mulai dari tipe makanan dan penataan

Page 87: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

74

lapak dagangan serta tempat duduk pengunjung. Struktur adalah aturan-aturan yang

harus ditaati oleh pedagang seperti pembayaran iuran harian sentra dan iuran.

Kedua adalah dapat menyelesaikan konflik. Dalam kehidupan sosial dapata

dipastikan terdapat konflik sosial yang terjadi pada sesame individu maupun

kelompok. Konflik yang terjadi dalam sentra tidak hanya terkait dengan sesama

pedagang, tetapi konflik juga berasal dari luar. Seperti halnya konflik dengan oknum

DPRD yang hendak menguasai lapak dagangan di sentra. Selain itu, konflik dengan

Dinas Koperasi dan UMKM juga dapat diselesaikan dengan adanya paguyuban PKL.

Ketiga adalah gotong royong dalam membangun sentra juga merupakan motif

tujuan. Keberadaan paguyuban di sentra PKL akan sia-sia ketika tidak diimbangi oleh

peran dari seluruh pedagang yang berjualan di sentra. Gotong royong merupakan

dasar dibentuknya paguyuban PKL. Gotong royong di sini merupakan konsep

kebersamaan dalam usaha membuat sentra PKL bisa lebih maju dan berkembang,

sehingga dapat menghasilkan pundi-pundi laba bagi pedagang.

Pada PKL di Pasar Citeureup juga terdapat implikasi negatif atau

permasalahan yang muncul dengan adanya modal sosial. Modal sosial yang terbentuk

tercemin dari adanya paguyuban PKL, Paguyuban tersebut merupakan bentuk nyata

dari berjalannya modal sosial pada PKL di Pasar Citeureup. Implikasi negatif tersebut

berupa terkucilkannya PKL yang tidak tergabung dalam paguyuban.

Page 88: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

75

Terkucilkan di sini dalam artian kurangnya informasi yang dapat mereka

akses baik informasi terkait modal usaha, berita terkini terkait kegiatan yang

menyangkut PKL, pelatihan serta bantuan dari pemerintah. Modal sosial yang kuat

pada sesama anggota paguyuban membuat sebuah batasan antara PKL yang menjadi

anggota dengan PKL yang tidak tergabung dalam paguyuban, meskipun dalam

kehidupan sehari-hari hubungan mereka tetap terjalin dengan baik.

Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh PKL yang tidak menjadi anggota

paguyuban. Mereka menilai pengurus paguyuban bukan merupakan orang yang

kompeten dalam bidangnya. Selain itu mereka tidak ingin terikat dengan aturan-

aturan yang dibuat oleh paguyuban, seperti diungkapkan Ibu Lasma:

Saya tidak berminat menjadi anggota paguyuban karena menurut saya pengurusnya gak bisa ngurus paguyuban. Pengurusnya juga dari PKL, pendidikannya juga

rendah. Ya saya tidak percaya saja, apalagi sama-sama nyari duit pasti masing-

masing berusaha mencari keuntungan. Jadi ya sudah, kerja sendiri-sendiri saja. (Wawancara pribadi dengan Ibu Lasma, Citeureup, 20 Juni 2017).

Ketika ditanyakan kepada pengurus paguyuban disampaikan bahwa menjadi

anggota paguyuban bukan suatu kewajiban, setiap PKL berhak untuk memilih

menjadi anggota atau tidak. Hal tersebut pun di jelaskan salah satu pengurus

paguyuban yaitu Bapak Kosim:

Tidak ada paksaan mau jadi anggota ya silahkan gak mau ya gak jadi masalah. Kalau sudah mau jadi anggota paguyuban harus tertib administrasi, kompak dan

mematuhi aturan yang sudah dibuat bersama-sama… (Wawancara pribadi dengan

Bapak Kosim, Citeureup, 15 Juni 2017).

Implikasi negatif muncul ketika PKL yang bukan menjadi anggota paguyuban

kurang mendapatkan infromasi bahkan terkesan menjadi saudara tiri dari PKL yang

Page 89: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

76

lain. Hal ini terlihat dari interaksi mereka sehari-hari kurang adanya informasi yang

bisa diperoleh para PKL yang bukan menjadi anggota paguyuban, bahkan terkesan

mereka menjadi pesaing dalam berdagang. Sehingga para PKL yang tidak menjadi

anggota paguyuban harus lebih aktif dalam mencari informasi. Demikian

diungkapkan oleh Ibu Lasma:

Resiko gak jadi anggota paguyuban memang ada. Kadang ketinggalan informasi,

seperti kemaren juga ada bantuan dari pemerintah tapi saya juga gak dapat. (Wawancara pribadi dengan Ibu Lasma, Citeureup, 20 Juni 2017).

Page 90: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

77

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mengenai relasi primordial

sebagai modal soisal yang tumbuh di kalangan pedagang kaki lima di Pasar Citeureup

yang dimanfaatkan dalam mendukung kegiatan usahanya, maka hasil penelitian ini

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, aspek-aspek utama dalam modal sosial yang mengacu pada (trust)

kepercayaan, norma-norma (norms) dan jaringan-jaringan (networks) yang terlihat

pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar Citeureup menunjukkan adanya nilai

modal sosial yang terbentuk dan terjalin diantaranya: (1) modal sosial di kalangan

PKL di Pasar Citeureup memilki model “kerja kolabirasi” antar sesama PKL; (2)

komunitas PKL di Pasar Citeureup memiliki jaringan (networking) bersifat internal

dan eksternal; (3) selanjutnya hubungan pertukaran sosial antar PKL dalam kontek

hubungan ekonomi, ternyata umumnya para PKL sering melakukan pinjam

meminjam antar sesama PKL dan melakukan arisan; (4) faktor penyebab eksisnya

PKL dalam menghadapi krisis disebabkan PKL umumnya memiliki tenaga kerja

lokal dengan pola manajemen kekerabatan.

Kedua, adanya relasi primordial sebagai modal sosial pedagang kaki lima di

Pasar Citeureup tentunya menimbulkan keuntungan, terutama dengan adanya

Page 91: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

78

paguyuban di antara pedagang kaki lima diantaranya: (1) dapat mengatur keberadaan

PKL, penataan lapak dagangan serta dapat mentaati aturan-aturan yang ada; (2) dapat

menyelesaikan konflik, baik itu konflik dengan okmun dinas tertentu maupun konflik

antar pedagang kaki lima itu sendiri. Selain ada keuntungan yang didapatkan adapula

kerugian yang dirasakan oleh pedagang kaki lima itu sendiri diantaranya: terkucilnya

PKL yang tidak tergabung dalam paguyuban, dalam artian kurangnya informasi yang

mereka dapat terkait modal usaha maupun kegiatan yang menyangkut PKL.

B. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian mengenai relasi primordial sebagai

modal sosial pada pedagang kaki lima di Pasar Citeureup Kecamatan Citeureup

Kabupaten Bogor, disarankan sebagai berikut:

1. Perlunya pembenahan sektor informal khususnya PKL di Pasar Citeureup

melalui Dinas/Instansti terkait.

2. Perlunya pembinaan dan pelatihan serta pembukaan akses kredit dengan

sistem kredit yang jelas bagi PKL.

3. Perlunya dibentuk dan difasilitasi organisasi PKL yang bersifat bottom up

untuk mengorganisir mereka.

4. Perlunya campur tangan Pemkab Bogor dalam memodernisasi lokasi, sarana

usaha, dan mempromosikannya ke masyarakat yang lebih kontinyu dan

membuat lokasi binaan sebagai contoh keberpihakan pada mereka.

Page 92: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

79

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ahmaddin. 2002. Redesain Jakarta 2020. Jakarta: Kota Press.

Bogdan, R.C dan Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Mehtoods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijkan Publik

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Collin, J.A. 1981. Failure of Material in Mechanical Design, Analysis Predection

and Prevention, John Willwy & Son, Inc US.

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitave Approach.

California: Sage Publication.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Grafindo Persada.

Dasgupta, P. 2000. Economic Progress and The Ideal of Social Capital. In P,

Dasgupta & I, Serageldin (Ed). Social Capital: A Multifaceted Perspective.

The World Bank.

Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Field, John. 2010. Modal Sosial. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Fukuyama, Francis. 1995. Trust: Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.

Yogyakarta: Qalam.

. 2002. The Great Disruption: Hakikat Manusia dan Rekontruksi

Tatanan Sosial. Yogyakarta: Qalam.

Gilang, Permadi. 2007. Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini.

Jakarta: Yudhistira.

Harriss, John. 2001. Depoliticing Development: The World Bank and Social Capital.

New Delhi: Leftworld Books.

Hauberer, Julia. 2011. Social Capital Theory: Towards a Metodological

Foundacation, Germany.

Page 93: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

80

Hidayah, Mulkan. 2016. “Revitalisasi Kelompok Arisan Sebagai Strategi Adaptasi

Ekonomi Dan Sosial (Studi Kasus Pada Etnis Minangkabau dan Etnis Batak

yang Merantau di Kota Medan)”. Skripsi. Departemen Sosiologi. Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara.

Hikmah, Rosmarul. 2003. “Etos kerja pedagang perantau Minangkabau dalam

perspektif nilai budaya Minangkabau (studi kasus pedagang Minangkabau di

Keluharan Kelapa Tiga Kecamatan Tanjungkarang pusat Kota Bandar

Lampung)”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Sebelas Maret.

Mantra, IB. 1992. Mobilitas Penduduk Sirkuler dari Desa Ke Kota Di Indonesia.

Yogyakarta: PPK UGM.

McGee, T.G. dan Y.M. Yeung. 1977. Hawkers in Southeast Asian Citties: Planning

for The Bazaar Economy. Ottawa: International Development Research

Centre.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Nazir. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan kesepuluh. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Putnam, Robert D. 1993. The Prosperous Community: Soial Capital and Public Life.

The American Prospesct.

. 2000. Bowling Alone: The Collapse and a Revival of American

Community. New York: Simon and Schuster.

. 2002. Demogracies In Flux: The Evolution of Social Capital in

Contemporary Society. New York: Oxford University Press.

Neuman, W. Lawrence. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitaif. Eds.7. Penerjemah Edina T. Sofia. Jakarta: PT. Indeks.

Setiawan, Bobi B. 2004. “Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang Di

Kampung”. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosadakarya.

Page 94: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

81

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharto, Edy. 2007. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Syafitri, Anita. 2015. “Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Sektor Perdagangan (Studi

Pada Etnis Tionghoa, Batak, Dan Minangkabau Di Kota Medan)”. Skripsi.

Departemen Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik. Universitas

Sumatera Utara.

Syahyuti. 2010. Definisi, Variabel, Indikatr dan Pengukuran dalam Ilmu Sosial.

Bandung: Angkasa.

Wibisono, Bhagas Andhindaru. 2012. “Modal Sosial Kelompok Pedagang Asal

Minang di Kota Surakarta”. Skripsi. Sosiologi. Universitas Sebelas Maret.

Widjajanti, Retni. 2000. Penataan Fisik Pedagang Kaki Lima pada Kawasan

Komersial di Pusat Kota, Studi Kasus: Simpang Lima Semarang. Tesis.

Magister Teknik Pembangunan Kota Institut Teknologi Bandung.

Page 95: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xiv

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN I

DOKUMENTASI VISUAL

1. Suasana pedagang kaki lima di Pasar Citeureup

Page 96: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xv

2. Aktivitas Pedagang Kaki Lima sehari-hari

Lapak Ibu Fatimah pedagang kerudung Lapak Bapak Ambun pedagang sendal

dari Etnis Minangkabau. dari Etnis Miangkabau.

Sumber: Dokuemtasi peneliti setelah Sumber: Dokumentasi peneliti setelah

wawancara tanggal 20 Juni 2017. wawancara tanggal 20 Juni 2017.

Lapak Bapak Luhut pedagang pakaian Lapak Ibu Lasma pedagang tas

dari Etnis Batak. dari Etnis Batak.

Sumber: Dokumentasi peneliti setelah Sumber: Dokumentasi peneliti setelah

wawancara pada tanggal 20 Juni 2017. wawancara pada tanggal 20 Juni 2017.

Page 97: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xvi

3. Informan Dinas Terkait

Bapak Kosim, selaku Pengurus Paguyuban PKL Pasar Citeureup.

Sumber: Dokumentasi peneliti setelah wawancara tanggal 15 Juni 2017.

Bapak Rahmat, selaku Pengelola Pasar Citeureup.

Sumber: Dokumentasi peneliti setelah wawancara tanggal 21 Juli 2017.

Bapak Asep Mulyana, sekalu Camat Citeureup.

Sumber: Dokumentasi peneliti setelah wawancara tanggal 5 September 2017.

Page 98: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xvii

LAMPIRAN II

TRANSKRIP WAWANCARA

TRANSKRIP WAWANCARA 1

Nama Informan : Bapak Kosim (Pengurus Paguyuban)

Etnis : Batak

Hari/tanggal : Kamis, 15 Juni 2017

Waktu : 10.00 – 10.55 WIB

Lokasi : Lapak Dagangan di sekitar Pasar Citeureup

P : Siapa pendiri paguyuban ini?

I : Saya dan uda Amrizal salah satu penggagas dalam pembuatan paguyuban

PKL dan dapat dukungan dari teman-teman PKL.

P : Apa nama dari paguyuban ini?

I : Untuk penamaan paguyuban ini tidak ada yang khas ataupun penamaan

yang aneh-aneh. Kegiatan ini bentuknya cuma paguyuban untuk semua pedagang

kaki lima saja.

P : Adakah persaingan antara PKL etnis Minangkabau dengan etnis Batak

dalam paguyuban tersebut?

I : Tidak ada persaiangan antar PKL di sini, karena menurut saya PKL di sini

kekeluargaannya erat hal itu bisa terlihat dari sikap antar PKL yang saling

membantu dalam mmbuka lapak ataupun membereskan barang dagangan mereka.

Dan yang penting adalah rasa saling percaya mereka yang sudah dibangun sejak

lama harus tetap dipertahankan oleh pedagang, karena dengan adanya rasa saling

percaya dapat membangun rasa saling menghormati, membantu, serta rasa

solidaritas yang tinggi.

P : Apakah pernah terjadi konflik antar PKL Etnis Minangkabau dan Etnis

Batak?

I : Konflik pasti ada tapi itu masih dalam kategori yang wajar karena hal

sepele dalam persaingan berdagang, tapi setelah diselesaikan dengan kekeluargaan

mereka akan membaik lagi.

P : Apakah di dalam paguyuan ada perbedaan pelayanan pengelolaan antara

P = Peneliti

I = Informan

Page 99: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xviii

Etnis Minangkabau dan Etnis Batak?

I : Tidak ada, saya memperlakukan mereka sama tidak membeda-bedakan

antara entis ini dengan etnis itu.

P : Agar tidak adanya konflik antar kedua etnis ini maka apa kegiatan yang

dilakukan?

I : Selain kami mengadakan arisan sama iuran setiap bulannya, dan kami pun

sering mengadakan kumpul-kumpul biasa disalah satu rumah anggota paguyuban,

serta kegiatan yang biasanya rutin dilakukan setiap 2 bulan sekali di luar yaitu jalan-

jalan ke kebun binatang ragunan atau kebun raya bogor bersama anggota paguyuban

untuk makan bersama agar hubungan semakin erat satu sama lain.

P : Sejak kapan mulai dirintis arisan PKL ini dan berapa anggota yang

terdaftar?

I : Terbentuk sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya arisan pedagang kaki

lima ini, berawal dari dorongan hati nurani saya saja dan kebutuhan untuk

penambahan modal usaha yang pedagang alami pada saat itu. Ya pada saat itu juga

saya didukung sama teman-teman pedagang untuk bikin arisan kecil-kecilan. Dan

untuk yang terdaftar anggota awal mulainya arisan berjalan terdapat 50 anggota

pedagang yang aktif mengikuti arisan ini dan pedagang yang mengikuti kegiatan

arisan ini tidak ada paksaan mau jadi anggota ya silahkan gak mau ya ga jadi

masalah. Untuk anggota yang terdaftar sekarang terdapat 30 PKL yang ikut kegiatan

arisan ini, dari tahun ke tahun anggota yang megikuti arisan ini berkurang,

dikarenakan banyak faktor yaitu hasil penjualan yang menurun.

P : Apa maksud dan tujuan dari kegiatan arisan PKL ini?

I : Paguyuban ini merupakan suatu media untuk tujuan bersama agar PKL

lebih terorganisir, informasi dapat tersaring dan dapat dipertanggung jawabkan. Dan

utamanya bertujuan untuk menjaga hubungan antar PKL tetap baik, lingkungan tetap

aman, menghindari perselisihan sehingga dapat berdagang dengan nyaman.

P : Apa saja peraturan yang ditetapkan di dalam paguyuban tersebut?

I : Tidak ada paksaan mau jadi anggota ya silahkan gak mau ya gak jadi

masalah. Kalau sudah mau jadi anggota paguyuban harus tertib administrasi,

kompak dan mematuhi aturan yang sudah dibuat bersama-sama. Kegiatan yang biasa

dilakukan setiap sebulan sekali tepatnya diadakan setiap hari minggu pagi untuk

pengocokan arisan. Tarikan uang arisan setiap anggota dikenakan 500.000,- dan

akan mendapatkan sebesar 15.000.000.- dari hasil arisan tersebut.

P : Apa harapan bapak ke depan dengan adanya paguyuban ini?

I : Semoga ke depan arisan ini bisa berjalan terus, anggota semakin bertambah,

dan pedagang yang ikut arisan ini mendapatkan banyak manfaat, baik untuk modal

usahanya agar berkembang lagi, dan bertambah juga hasil usaha dagangnya.

Page 100: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xix

TRANSKRIP WAWANCARA 2

Nama Informan : Ibu Fatimah (Pedagang Kerudung)

Etnis : Minangkabau

Hari/tanggal : Selasa, 20 Juni 2017

Waktu : 09.30 - 10.08 WIB

Lokasi : Lapak Dagangan di Pasar Citeureup

P : Sudah berapa lama ibu menjadi pedagang kaki lima, sebelum ibu usaha

sekarang ini, apa saja usaha ibu atau ibu bekerja sebagai apa sebelumnya?

I : Saya dulu kerja jadi buruh pabrik di Jakarta, trus waktu itu ada PHK mbak.

Karena termasuk buruh baru saya dipecat. Saya trus pulang ke Bogor dan jadi PKL

ini sudah ada dua belas tahunan.

P : Bagaimana ibu melakukan aktivitas usaha ini mulai dari awal ibu berangkat

dari rumah hingga pulang ke rumah?

I : Dari rumah berangkat jam 7an, membawa semua barang dagangan tentu saja

sama suami dan kadang di bantu anak-anak. Buka biasanya sampe jam 8 malam

mbak.

P : Darimanakah bapak mendapat informasi dan modal usaha untuk menjadi

PKL?

I : Saya mulai jualan pakaian sudah lama, idenya dari saudara di Jakarta yang

sudah terlebih dahulu jualan di sana. Dengan modal yang tidak terlalu besar dan

mudah untuk dijalankan akhirnya saya mencoba untuk menjadi PKL. Pemilihan

lokasi inipun saya meminta bantuan dari saudara saya itu, karena dia lebih

berpengalaman dan akhirnya saya berjualan di sini katanya kalau jualan di Pasar

Citeureup pasti laris soalnya rame, di pusat kota. Modalnya saya dapat dari pinjam ke

saudara, sedikit-sedikit saya bayar dari hasil berdagang ini.

P : Apakah ada pihak keluarga yang ikut membantu ibu dalam berdagang setiap

hari?

I : Ya yang pasti suami saya mbak, dan anak pertama saya sambil nyari-nyari

kerja ya bantuin bapaknya buka lapak. Dan saya pun memperkerjakan saudara untuk

bantu-bantu saya berjualan di sini.

P : Bagaimana minat pembeli yang ada di Pasar Citeureup?

I : Minat pembeli selama saya berjualan di sini sangat baik setiap tahunnya

makin lama pembeli semakin ramai dan banyak yang datang kesini untuk membeli

barang dagangan saya, pembeli langganan saya ga cuma daerah Citeureup saja tetapi

P = Peneliti

I = Informan

Page 101: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xx

pembeli dari luar Citeureup juga banyak yang menjadi pelanggan tetap saya.

P : Bagaimana hubungan pedagang Etnis Minangkabau dengan pedagang Etnis

Batak di sini?

I : Hubungannya baik karena sudah terjalin lama juga, dari hubungan tersebut

sudah saya anggep seperti keluarga sendiri karena pedagang di sini semua saling

bantu membantu. Contohnya saja pinajam meminjam itu sudah biasa mbak, kalau

saya kehabisan barang dagangan karena laris ya pinjam punya tetangga dulu, nanti

saya ganti kalau sudah waktu luang. Kalau pinjam uang ya juga pernah, gak bisa

selalu mengandalkan koperasi. Karena kebutuhan gak bisa ditunda-tunda.

P : Bagaimana persaingan antara PKL Etnis Minangkabau dengan Etnis Batak

di sini?

I : Persaingan antar pedagang di sini menurut saya masih wajar karena bersaing

secara sehat dan tidak saling menjatuhkan atau menjelekkan antar pegadang.

P : Apakah ibu turut serta menjadi anggota paguyuban PKL, dampak apa yang

ibu rasakan?

I : Ya ikut mbak dan manfaat yang saya rasakan ya lebih dekat dengan

pedagang lain. Kekeluargaannya erat mbak, gak ketinggalan informasi, bisa dapat

bantuan modal juga kan ikut arisan juga mbak.

P : Apakah ada kegiatan arisan atau yang lain untuk memupuk kebersamaan

sesama PKL?

I : Iuran itu sukarela, tidak banyak hanya Rp. 2000,- tetapi berkelanjutan setiap

sebulan sekali. Dana tersebut nantinya dipakai kalau ada PKL yang sakit atau kena

musibah. Ada arisan juga, sebulan sekali pas pertemuan rutin paguyuban mbak.

P : Apakah ada perbedaan hubungan dengan PKL yang tidak menjadi anggota

paguyuban?

I : Perbedaan hubungan yang mencolok sih ga ada ya mbak, biasa-biasa aja.

Rata-rata tetap baik namanya tiap hari ketemu, sama-sama nyari duit. Tapi memang

beda mbak, kalau sesama anggota paguyuban terasa lebih dekat saja. Apalagi sering

curhat, cerita-cerita waktu pertemuan jadianya lebih merasa senasib.

P : Pernahkah ibu mendapat bantuan atau modal usaha dari pemerintah?

I : Dapatnya ya dari koperasi itu mbak, itukan modalnya juga dari pemerintah.

Jadi kalau kita pinjam ke koperasi ya sama aja bantuan dari pemerintah juga. Kalau

yang langsung ke dinas malah belum mbak.

P : Bagaimanakah hubungan ibu dengan pembeli, dan usaha apakah yang ibu

lakukan agar pembeli bisa menjadi langganan ibu?

I : Hubungannya baik, ramah itu kunci utama trus saya juga sering ngapal

namanya itu rasanya lain, jadi lebih dekat. Trus saya juga berusaha untuk tidak

mengecewakan langganan mbak.

P : Upaya apakah yang ibu lakukan agar ibu tetap diperbolehkan menjadi PKL?

I : Yang pasti mengikuti aturan yang sudah ada mbak. Itu saja kuncinya, kalau

kita mematuhi aturan gak ada alasan kita gak boleh dagang.

P : Apakah kendala atau permasalahan yang timbul ketika ibu menjadi PKL?

Page 102: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxi

I : Permasalahannya modal mbak, kalau dapat tambahan modal dari pemerintah

lebih bagus lagi, usaha bisa berkembang. Kalau masalah dengan sesama PKL jarang

mbak paling ya msalah sepele saja, diselesaikan secara kekeluargaan pasti beres.

P : Apakah ada pungutan liar bagi PKL disekitar Pasar Citeureup?

I : Dulu memang marak adanya pungli, tetapi setelah terbentuk paguyuban

pungli jadi berkurang, karena kami menjadi lebih terorganisir. Termasuk masalah

keamanan. Kami bertanggung jawab atas keamanan kami sendiri. Tidak bisa

megandalkan petugas (satpol) karena mereka tidak ada yang khusus menjaga PKL.

Jadi kami saling menjaga satu sama lain. Pernah mengeluh masalah pungli dan

memang ditangani, meskipun kadang-kadang masih ada.

Page 103: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxii

TRANSKRIP WAWANCARA 3

Nama Informan : Bapak Ambun (Pedagang Sepatu)

Etnis : Minangkabau

Hari/tanggal : Selasa, 20 Juni 2017

Waktu : 10.15 – 10.55 WIB

Lokasi : Lapak Dagangan di Pasar Citeureup

P : Sudah berapa lama bapak menjadi pedagang kaki lima, sebelum bapak usaha

sekarang ini, apa saja usaha bapak atau bapak bekerja sebagai apa sebelumnya?

I : Sudah lebih dari 25 tahun mbak, dulunya saya narik becak mbak, udah gak

kuat lagi sekarang jadi pedagang sepatu.

P : Bagaimana bapak melakukan aktivitas usaha ini mulai dari awal bapak

berangkat dari rumah hingga pulang ke rumah?

I : Kalo yang namanya jualan sepatu ya kita biasa buka pagi, kalau pulannya ya

ga tentu, kadang kalo sudah ada yang terjual jam 5 sudah tutup.

P : Darimanakah bapak mendapat informasi dan modal usaha untuk menjadi

PKL?

I : Dulu saya narik becak, trus karena sering ngopi di warung saya jadi tertarik

untuk membuka usaha yang sama. Pertama saya Tanya-tanya bagaimana caranya,

resiko untung rugi dan modal. Setelah mendapatkan informasi yang cukup saya

berani untuk mencoba menjadi PKL, sekarang saya gak jadi tukang becak lagi selain

sudah tua saya kecapean kalau harus kerja dari pagi hingga malam. Modalnya dari

nyelengin hasil saya narik becak mbak, sedikit-sedikit terkumpul akhirnya bisa buka.

Modalnya juga gak banyak kok mbak.

P : Apakah ada pihak keluarga yang ikut membantu bapak dalam berdagang

setiap hari?

I : Istri saya mbak, selalu menemani dari buka sampe tutup.

P : Bagaimana minat pembeli yang ada di Pasar Citeureup?

I : Minat pembeli sangat cukup banyak, pembeli biasanya banyak yang datang

pada saat akhir bulan mbak.

P : Bagaimana hubungan pedagang Etnis Minangkabau dengan pedagang Etnis

Batak?

I : Hubungan pedagang selama saya berdagang di sini tidak ada namanya

pedagang yang memusuhi saya, malah saya suka dibantu pada saat membuka lapak

dagangan dan menutup lapak dagangan. Terkadang saya juga suka menitipkan lapak

P = Peneliti

I = Informan

Page 104: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxiii

dagangan ketika saya harus pergi sebentar.

P : Bagaimana persaingan antara PKL etnis Minangkabau dengan etnis Batak di

sini?

I : Persaingan pedagang menurut saya selama 5 tahun berdagang di sini, saya

belum pernah melihat persaiangan ataupun konflik antar pedagang di sini. Malah

kebanyakan yang saya lihat mayoritas pedagang di sini mempunyai rasa tolong

menolong yang tinggi dan rasa kekeluargaannya yang erat, contohnya saya sering

sekali dibantu oleh pedagang lain untuk membereskan barang dagangan yang cukup

banyak.

P : Apakah bapak turut serta menjadi anggota paguyuban PKL, dampak apa

yang bapak rasakan?

I : Ikut mbak, lebih kekeluargaan. Trus kalau kumpul bisa cerita-cerita, kalau

ada masalah ya dibantu, trus kalau ada bantuan dari pemerintah ada yang ngurusin

jadi gak perlu repot-repot mbak.

P : Apakah ada kegiatan arisan atau yang lain untuk memupuk kebersamaan

sesama PKL?

I : Ada mbak, ada arisan serta ada iuran juga. Trus juga ada rekreasi setiap dua

bulan sekali mbak biasanya suka ke kebun raya bogor atau kebun binatang ragunan.

P : Apakah ada perbedaan hubungan dengan PKL yang tidak menjadi anggota

paguyuban?

I : Gak ada bedanya mbak, sama aja. Sama-sama cari uang, bedanya saya ikut

kumpulan mereka tidak. Trus saya iuran mereka tidak, asal mereka baik ya kita juga

baik ke mereka. Ya itu kan sudah pilihan mereka, kalau jadi anggota paguyuban enak

mbak kalau ada apa-apa banyak yang bantu, kan sudah seperti keluarga.

P : Pernahkah bapak mendapat bantuan atau modal usaha dari pemerintah?

I : Kalau kredit usaha belum ada mbak, dapatnya ya dari koperasi itu.

P : Bagaimanakah hubungan bapak dengan pembeli, dan usaha apakah yang

bapak lakukan agar pembeli bisa menjadi langganan bapak?

I : Hubungannya ya baik, ya ramah dan sopan aja kepada pembeli mbak kalau

kitanya ramah dan sopan pasti pembeli akan balik lagi dan biasanya nanti jadi sering

beli ke sini.

P : Upaya apakah yang bapak lakukan agar bapak tetap diperbolehkan menjadi

PKL?

I : Nurut mbak, ngikutin aturan trus jaga kebersihan intinya itu saja.

P : Apakah kendala atau permasalahan yang timbul ketika bapak menjadi PKL?

I : Permasalahannya cuaca mbak, sekarang lagi musim hujan jadi gak bisa buka

sampai malem, trus untungnya juga gak banyak, karena barang dagangan yang terjual

dikit.

P : Apakah ada pungutan liar bagi PKL disekitar Pasar Citeureup?

I : Sekarang setelah laporan ya sudah tidak ada lagi mbak. Apalagi setelah ada

paguyuban, mereka takut mau narik. Lha kita jadi tau kalau itu gak bener dari

paguyuban juga, trus kita kompak untuk nolak.

Page 105: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxiv

TRANSKRIP WAWANCARA 4

Nama Informan : Ibu Lasma (Pedagang Tas)

Etnis : Batak

Hari/tanggal : Selasa, 20 Juni 2017

Waktu : 11.00 – 11.36 WIB

Lokasi : Lapak Dagangan di Pasar Citeureup

P : Sudah berapa lama ibu menjadi pedagang kaki lima, sebelum ibu usaha

sekarang ini, apa saja usaha ibu atau ibu bekerja sebagai apa sebelumnya?

I : Dulu gak kerja, jadi ibu rumah tangga. Kerjanya ya cuma kerjaan di rumah,

sudah sekitar 14 tahun ini mbak.

P : Bagaimana ibu melakukan aktivitas usaha ini mulai dari awal ibu berangkat

dari rumah hingga pulang ke rumah?

I : Kalo saya mulai gelar dagangan ya dari pagi jam 8an sudah siap, gerobak

ditarik pake motor dibantu suami saya, nanti jualan biasanya sampe sekitar jam 8

malam.

P : Darimanakah ibu mendapat informasi dan modal usaha untuk menjadi PKL?

I : Saya bukan asli Bogor, suami saya yang asli sini. Ketika mau mulai dagang

modalnya dari minjam ke kakak suami saya. Modal itu kami kembalikan dengan cara

diangsur, karena minjam kepada keluarga sendiri jadi gak pake jaminan juga gak ada

bunga. Alhamdulillah, sedikit membantu dan usaha bisa jalan sampai ssekarang.

P : Apakah ada pihak keluarga yang ikut membantu ibu dalam berdagang setiap

hari?

I : Suami mbak, tapi yak karena punya kerjaan lain, suami cuma bantu pas buka

dan tutupnya saja.

P : Bagaimana minat pembeli yang ada di Pasar Citeureup?

I : Minat pembeli dari awal saya berjualan di Pasar Citeureup dari tahun ke

tahun perubahannya makin lama makin ramai dan pembelinya tidak hanya

masyarakat yang tinggal di daerah Citeureup sendiri, tetapi pembeli banyak datang

dari semua daerah Gunung Putri, Kamurang, Cileungsi dan daerah lainnya sekitar

Citeureup. Selian itu barang dagangan yang dijual di PKL Citeureup sangat murah,

terjangkau, dan kualitasnya tidak kalah dengan barang yang dijual di pasar modern

ataupun yang djual di dalam Pasar Citeureup.

P : Bagaimana hubungan pedagang Etnis Minangkabau dengan pedagang Etnis

Batak?

P = Peneliti

I = Informan

Page 106: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxv

I : Hubungannya sudah seperti keluarga, soalnya saya berdagang di sini dengan

pedagang lainnya sudah cukup lama berdagang bersama-sama dan setiap hari ketemu

jadi makin akrab aja mbak.

P : Bagaimana persaingan antara PKL Etnis Minangkabau dengan Etnis Batak

di sini?

I : Persaingan antar pedagang menurut saya biasa saja, tidak ada namanya

persaingan dalam bedagang, tetapi lebih cenderung saling tolong menolong, dan

menjalin kekeluargaan yang baik antar pedagang. Kalau untuk dibilang bersaing, ya

secara sehat dan jujur antar pedagang tidak harus saling menjatuhkan antar pedagang.

P : Apakah ibu turut serta menjadi anggota paguyuban PKL, dampak apa yang

ibu rasakan?

I : Saya tidak berminat menjadi anggota paguyuban karena menurut saya

pengurusnya gak bisa ngurus paguyuban. Pengurusnya juga dari PKL, pendidikannya

juga rendah. Ya saya tidak percaya saja, apalagi sama-sama nyari duit pasti masing-

masing berusaha mencari keuntungan. Jadi ya sudah, kerja sendiri-sendiri saja.

P : Apakah ada dampak negatif yang ibu rasakan karena tidak menjadi anggota

paguyuban?

I : Resiko gak jadi anggota paguyuban memang ada. Kadang ketinggalan

informasi, seperti kemaren juga ada bantuan dari pemerintah tapi saya juga gak dapat.

P : Bagaimanakah hubungan ibu dengan PKL yang menjadi anggota

paguyuban?

I : Hubungan tetap baik, ya saling tolong menolong juga. Tetapi kadang juga

ketinggalan informasi, kalau ada berita apa gitu tahunya yang terakhir mbak.

Biasanya yang tahu ya yang ikut paguyuban itu, dikasih tau bisa juga lewat sms.

Kalau ada kerja bhakti saya tetap ikut mbak, gak peduli anggota paguyuban atau tidak

kalau kebersihan kan saya juga harus ikut tanggung jawab.

P : Pernahkah ibu mendapat bantuan atau modal usaha dari pemerintah?

I : Bantuan apa ya mbak? Kemaren ada bantuan tenda tapi saya gak dapat. Gak

kebagian yang kebagian itu kebanyakan malah yang anggota paguyuban. Mau protes

katanya giliran gak cukup kalau dibagi merata.

P : Bagaimanakah hubungan ibu dengan pembeli, dan usaha apakah yang ibu

lakukan agar pembeli bisa menjadi langganan ibu?

I : Langganan saya kebanyakan anak muda, anak-anak SMA. Harus bisa

menyesuiakan diri dengan bahasa dan selera mereka, jadi gaul istilahnya hehehe

Awalnya saya hanya berjualan pakaian trus mereka usul gimana kalau jualan

kerudung juga pasti banyak yang beli. Akhirnya saya memutuskan untuk menjual

kerudung dan hasilnya memang laris.

P : Upaya apakah yang ibu lakukan agar ibu tetap diperbolehkan menjadi PKL?

I : Mematuhi aturan yang sudah dibuat, kadang melanggar juga. Tapi kalau

sudah ditegur ya nurut. Usaha cari duit sudah susah jangan dibuat susah lagi. Trus

jaga kebersihan, jangan sampai tempat kita biasa dagang kotor. Kalau kotor nanti

pasti ditegur lagi mbak.

Page 107: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxvi

P : Apakah kendala atau permasalahan yang timbul ketika ibu menjadi PKL?

I : Masalahnya kalau saya keamanan mbak, saya kan buka orang asli sini mbak.

Dagangnya juga jarang ditemani suami. Kadang agak was-was juga ada pungli mbak,

makanya saya gak mau dagang sampai malam-malam.

P : Apakah ada pungutan liar bagi PKL disekitar Pasar Citeureup?

I : Seperti saya bilang mbak ada, mereka bilang untuk keamanan. Kalau

malam-malam baru narik ya terpaksa saya beri, saya takut tapi sekarang sudah mulai

berkurang.

Page 108: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxvii

TRANSKRIP WAWANCARA 5

Nama Informan : Bapak Luhut (Pedagang Pakaian)

Etnis : Batak

Hari/tanggal : Selasa, 20 Juni 2017

Waktu : 12.45 – 13.20 WIB

Lokasi : Lapak Dagangan di Pasar Citeureup

P : Sudah berapa lama bapak menjadi pedagang kaki lima, sebelum bapak usaha

sekarang ini, apa saja usaha bapak atau bapak bekerja sebagai apa sebelumnya?

I : Dulu saya kerja serabutan mbak, semenjak saya sering sakit-sakitan jadi saya

memutuskan untuk jualan aja yang kerjanya gak terlalu cape. Saya jualan di sini

sudah hampir 21 tahun mbak.

P : Bagaimana bapak melakukan aktivitas usaha ini mulai dari awal bapak

berangkat dari rumah hingga pulang ke rumah?

I : Biasanya saya dan pedagang lainnya sudah membuka lapak dagangan dari

jam 07.0 pagi, dan menutup lapak dagangan tergantung sepi ramenya pembeli dan

pengunjung aja paling lama sih tutup lapak dagangan jam 20.30 malam.

P : Darimanakah bapak mendapat informasi dan modal usaha untuk menjadi

PKL?

I : Dari saudara saya yang di sini mereka memberikan saran buat mencoba

berdagang di Pasar Citeureup karena sebelumnya saya tinggal di daerah Jakarta, dan

mereka juga yang meminjamkan modal kepada saya buat berdagang mbak.

P : Apakah ada pihak keluarga yang ikut membantu bapak dalam berdagang

setiap hari?

I : Ada mbak, istri sama anak saya tapi bantunya dari siang sampe sore aja

karena istri harus nganter anak sekolah dulu dan sorenya harus masak di rumah.

P : Bagaimana minat pembeli yang ada di Pasar Citeureup?

I : Minat pembeli di sini sangat baik setiap minggunya, pembeli banyak yang

dateng biasanya pada hari sabtu dan minggu.

P : Bagaimana hubungan pedagang Etnis Minangkabau dengan pedagang Etnis

Batak?

I : Hubungan pedagang di sini terjalin denga baik, hal itu bisa terlihat dengan

adanya kerjasama yang baik antar pedagang merekea saling tolong menolong antar

pedagang lainnya.

P : Bagaimana persaingan antara PKL Etnis Minangkabau dengan Etnis Batak

P = Peneliti

I = Informan

Page 109: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxviii

di sini?

I : Tidak pernah adanya persaingan antar pedagang di sini, semua pedagang

terlihat kompak dan selalu menjalin komunikasiyang baik antar pedagang. Biasanya

antar pedagang di sini saling merekomendasikan kepada pembeli ketika pedagang ga

punya barang yang dicari oleh pembeli.

P : Apakah bapak turut serta menjadi anggota paguyuban PKL, dampak apa

yang bapak rasakan?

I : Iya mbak saya ikut, terus dampak yang saya rasakan jadi punya temen baru

dan mereka semua baik-baik suka menolong sesama, baik pada saat berdagang

maupun di luar kegiatan dagang itu sendiri.

P : Apakah ada kegiatan arisan atau yang lain untuk memupuk kebersamaan

sesama PKL?

I : Ada arisan juga iuran setiap bulannya, dan kami pun sering kumpul-kumpul

biasa rumah salah satu anggota paguyuban.

P : Apakah ada perbedaan hubungan dengan PKL yang tidak menjadi anggota

paguyuban?

I : Ga ada bedanya sih mbak, kita di sini sama-sama cari makan jadi ya

berhubungan baik aja.

P : Pernahkah bapak mendapat bantuan atau modal usaha dari pemerintah?

I : Ya kalau dari pemerintah langsung sih belum pernah tapi dapetnya dari

koperasi.

P : Bagaimanakah hubungan bapak dengan pembeli, dan usaha apakah yang

bapak lakukan agar pembeli bisa menjadi langganan bapak?

I : Hubungannya baik dan usaha yang biasa saya lakukan sih dengan

memberikan kualitas barang yang bagus agar pembeli tidak kecewa dengan apa yang

mereka beli mbak.

P : Upaya apakah yang bapak lakukan agar bapak tetap diperbolehkan menjadi

PKL?

I : Mengikuti aturan yang ada mbak, kalau kita ngikutin aturan pasti kita

dibolehin jualan. Walaupun saya suka bandel karena suka melanggar aturan juga sih.

P : Apakah kendala atau permasalahan yang timbul ketika bapak menjadi PKL?

I : Permasalahannya modal yang kecil sama keamanan mbak, semoga dapat

tambahan modal dari pemerintah agar usaha saya bisa berkembang lagi dan

keamanan di sini lebih baik lagi.

P : Apakah ada pungutan liar bagi PKL disekitar Pasar Citeureup?

I : Ada mbak, tapi sekarang sudah mulai berkurang karena kami mengikuti

paguyuban dan kami pun sudah melaporkannya jadi semakin berkurang saat ini.

Page 110: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxix

TRANSKRIP WAWANCARA 6

Nama Informan : Ibu Nurhasah (Pembeli)

Hari/tanggal : Rabu, 21 Juni 2017

Waktu : 09.00 – 09.10 WIB

Lokasi : Lapak Dagangan Pakaian di sekitar Pasar Citeureup

P : Apakah ibu mengenal dengan baik PKL?

I : Mengenal dengan baik sih gak, tapi karena sering beli di sini ya akhirnya

jadi langganan juga mbak, ya sekedar kenal sajalah tapi sudah saling tau.

P : Apakah ibu puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PKL?

I : Ya kalo saya sih ada rupa ada harga lah mbak, karena di sini harganya

miring meskipun barang dagangnya hanya itu-itu saja.

P : Apakah ibu percaya dengan kualitas barang yang diungkapkan oleh PKL?

I : Saya percaya dengan yang dikatakan pedagang, kalau barangnya bagus

bilang bagus kalau kurang bagus bilang kurang bagus. Seperti kemaren pas saya mau

beli kerudung dengan pedagangnya bilang dagangnya gak terlalu bagus tapi karena

sudah dekat dengan pedagang ya saya tetap beli disitu, gak enak mbak kalau beli di

tempat lain. Sungkan, sudah kenal dekat soalnya.

P : Mengapa ibu memilih membeli atau berbelanja di PKL?

I : Alasan membeli barang di sini yaitu karena harga menyesuaikan kantong

mbak, dan Pasar Citeureup ini sudah sangat popular karena sudah terkenal dengan

pedagang kaki limanya yang berjualan setiap hari, setiap orang pasti kenal dengan

PKL Pasar Citeureup dikarenakan banyak pengguna motor maupun mobil yang

terkena imbas kemacetan pada saat PKL berjualan di Pasar Citeureup, apalagi salah

satu akses jalan menuju Cibinong harus melewati Pasar Citeureup terlebih dulu, jadi

PKL Pasar Citeureup sudah sangat terkenal dan popular di masyarakat.

P : Apakah ibu berlangganan membeli kepada PKL tertentu?

I : Kalo dibilang berlangganan bisa iya bisa tidak mbak, soalnya ya seringnya

mangkal di satu tempat tapi kadang suka coba-coa juga ke PKL yang lain, tapi untuk

prioritas ya tetap di sini.

P : Bagaimanakah pendapat ibu mengenai hubungan sesama PKL di sini?

I : Kalo saya lihat sih baik mbak, yang sering saya lihat ya hubunganannya

terlihat saling bantu membantu.

P = Peneliti

I = Informan

Page 111: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxx

TRANSKRIP WAWANCARA 7

Nama Informan : Ibu Dwi (Pembeli)

Hari/tanggal : Rabu, 21 Juni 2017

Waktu : 09.30 – 09.37 WIB

Lokasi : Lapak Dagangan Pakaian di sekitar Pasar Citeureup

P : Apakah ibu mengenal dengan baik PKL?

I : Rata-rata kalo ibu-ibu sini yang sering belanja ya sudah kenal mbak sama

pemilik lapak, soalnya ibu-ibu sini kalo sudah belanja di satu tempat ya rata-rata ga

mau pindah ke tempat lain.

P : Apakah ibu puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PKL?

I : Standart lah mbak kalo menurut saya.

P : Apakah ibu percaya dengan kualitas barang yang diungkapkan oleh PKL?

I : Ya percaya mbak, orang cuma itu-itu saja dagangannya. Dan kualitas barang

yang dijual PKL Etnis Minangkabau dan Etnis Batak di Pasar Citeureup sama-sama

memiliki kualitas yang lumayan bagus tidak kalah dengan barang yang dijual di pasar

swalayan. Harga barangnya juga bervariasi ada yang murah dan ada juga yang mahal

sedikit, tetapi jika dibandingkan dengan harga yang dijual di pasar swalayan masih

lebih murah di pedagang kaki lima.

P : Mengapa ibu memilih membeli atau berbelanja di PKL?

I : Iya karena bawaannya santai mbak, dan saya memilih membeli barang

dagangan di sini karena kebutuhan yang saya ingin beli cuma ada di sini saja, saya

sudah mencari baju koko anak saya kemana-mana tidak ada. Tetapi di sini kebutulan

ada baju koko anak saya yang ukurannya sama dengan anak saya, dan juga harga dari

baju kokonya sangat murah meriah jadi saya beli.

P : Apakah anda berlangganan membeli kepada PKL tertentu?

I : Saya tergantung kebutuhan yang sedang diperlukan sih mbak.

P : Bagaimanakah pendapat ibu mengenai hubungan sesama PKL di sini?

I : Sesama PKL di Citeureup saya lihat ya masih saling bantu membantu lah,

persaingan ada tapi tidak terlalu mencolok.

P = Peneliti

I = Informan

Page 112: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxxi

TRANSKRIP WAWANCARA 8

Nama Informan : Bapak Rahmat (Pengelola Pasar Citeureup)

Hari/tanggal : Jumat, 21 Juli 2017

Waktu : 09.40 - 11.05 WIB

Lokasi : Kantor Perdagangan dan Pengelola Pasar Citeureup

P : Bagaimanakah arah kebijakan pengelola pasar terhadap perkembangan PKL

di Pasar Citeureup?

I : Kebijakan dari Kecamatan Citeureup terutama dinas pasar lebih kepada

memberikan fasilitas dan pembinaan. Kita tidak berharap adanya penambahan jumlah

PKL karena bagaimanapun PKL menempati ruang-ruang publik, jika nanti PKL

semakin menjamur akan jadi masalah juga untuk tata kota.

P : Pernahkah ada konflik terkait PKL di Pasar Citeureup?

I : Permasalahan biasa terjadi terkait bantuan, karena bantuan tidak bisa

diberikan secara merata. Pemberian bantuan secara bergiliran, ada juga pedagang

yang belum mendapat giliran protes kepada kami. Namun setalah dijelaskan mereka

akhirnya memahami.

P : Apakah upaya yang dilakukan pihak dari Kecamatan Citeureup dalam

rangka membatasi perkembangan PKL di Pasar Citeureup?

I : Dari dinas pasar berusaha untuk memberikan keterampilan bagi mereka para

PKL. Sehingga diharapkan dengan keterampilan yang mereka miliki mereka bisa

berupaya untuk membuka usaha yang lain yang lebih menghasilkan.

P : Bagaimanakah hubungan PKL dengan pihak dari kecamatan?

I : Hubungan dengan PKL baik, kami selaku salah satu dinas yang ikut

menangani pembinaan kepada para PKL. Pembinaan tersebut dapat berupa pemberian

pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan skill mereka.

P : Bagaimana pengelola pasar menghadapi dua kelompok PKL Etnis

Minangkabau dan Etnis Batak di Pasar Citeureup ini?

I : Menghadapinya ya sama saja kami perlakukan sama seperti yang lain tidak

membeda-bedakan satu dengan yang lain, karena di mata kami mereka semua sama

seorang pedagang yang sama-sama sedang mencari nafkah untuk keluarganya dengan

modal yang kecil.

P : Apa perbedaan dan persamaan dalam menghadapi dua kelompok PKL Etnis

Minangkabau dan Etnis Batak di Pasar Citeureup?

I : Perbedaannya itu PKL etnis Minangkabau lebih mudah diatur sedangkan

P = Peneliti

I = Informan

Page 113: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxxii

etnis Batak sedikit sulit untuk kami atur serta sering melanggar aturan yang ada,

persamaannya itu mereka ramah, sopan dan suka menolong sesama PKL.

P : Apakah ada bantuan atau kredit modal yang diberikan kepada PKL?

I : Bantuan selama ini dari bantuan sosial pihak dari Kecamatan Citeureup yang

kemudian dijadikan sebagai modal pembentukan koperasi sebesar Rp. 30.0000.000,-

Diharapkan dengan dana yang dikelola oleh PKL sendiri dapat benar-benar

menacapai sasaran. Kami bekerjsama dengan dinas koperasi memberikan pembinaan,

pelatihan mengenai administrasinya. Untuk perkembangan modal juga kami pantau.

Bantuan yang paling baru yaitu 50 buah tenda dari kementerian perdagangan. Tenda-

tenda tersebut kami berikan kepada PKL terutama kepada mereka yang berdagang di

tempat-tempat strategis dan memang membutuhkan. Kami harapkan dengan adanya

tenda yang seragam dapat meningkatkan nilai estetika dari PKL itu sendiri. Untuk

pendistribusian di Pasar Citeureup memang kami serahkan kepada paguyuban.

Karena lebih mudah untuk koordinasinya.

P : Bagaimana teknis pendistribusian bantuan tenda kepada PKL?

I : Untuk pendistribusian bantuan tenda kepada PKL di Pasar Citeureup kami

koordinasikan dengan pengurus paguyubanPKL. Dengan tujuan supaya benar-benar

menyasar kepada mereka yang membutuhkan. Tetapi kami juga melakukan cros cek

di lapangan apakah sesuai dengan kriteria atau tidak. Selain itu kami juga akan selalu

memberikan bantuan secara bergilir, sehingga tidak dimonopoli oleh pihak-pihak

tertentu.

Page 114: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxxiii

TRANSKRIP WAWANCARA 9

Nama Informan : Bapak Asep Mulyana (Camat Citeureup)

Hari/tanggal : Selasa, 5 September 2017

Waktu : 14.00 - 14.30 WIB

Lokasi : Kantor Kecamatan Citeureup

P : Bagaimanakah arah kebijakan kecamatan terhadap perkembangan PKL di

Pasar Citeureup?

I : Arah kebijakan lebih kepada pembinaan pelestarian. Kita berharap PKL

dapat menjalankan aturan yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Kita sebagai

penegak perda melakukan pengawasan pelaksanannya di lapangan.

P : Pernahkah ada konflik terkait PKL di Pasar Citeureup?

I : Konflik yang terjadi tergolong konflik kecil dalam artian konflik antar

pedagang dengan permasalahan yang remeh, seperti kesalah fahaman dan perebutan

tempat berdagang. Tetapi permasalahan tersebut segera bisa diselesaikan dengan

kekeluargaan, dengan pengurus paguyuban sebagai mediatornya.

P : Bagaimanakah upaya yang dilakukan pihak Kecamatan Citeureup untuk

tetap menjaga ketertiban dan keamanan terkait PKL, benarkah masih ada pungli dari

orang yang tidak bertanggung jawab?

I : Upaya dari kecamatan yang pertama adalah menetapkan aturan, terkait

dengan hak dan kewajiban dari PKL itu sendiri. Kemudian menetapkan jenis sanksi

dan hukumannya. Memberikan teguran kepada mereka yang melanggar serta

pembinaan secara berkala kepada PKL. Upaya meningkatkan rasa kekeluargaan

dengan mengadakan acara secara bersama-sama, kadang kami juga diundang sebagai

narasumber pada pertemuan paguyuban. Jika kekeluargaan dan rasa memiliki kuat

maka akan ada upaya untuk saling menjaga satu sama lain. Keamanan akan terbentuk

dengan sendirinya. Terkait masalah pungli kami sudah mulai untuk menertibkan,

penarik pungli kebanyakan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Untuk

pungli dari anggota kami, segera kami tindak dengan tegas. Memang ada tetapi

oknum-oknum tersebut sudah mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang ada.

Penarik pungli biasanya menarik para PKL yang lemah, mereka yang tidak masuk

sebagai anggota paguyuban serta terletak jauh dari keramaian.

P : Apakah pernah ada upaya penertiban PKL yang dilakukan oleh Satpol PP

kecamatan?

I : Sebenarnya dalam aturan sudah tercantum dengan jelas tindakan apa yang

harus dilakukan, tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada rasa sungkan.

P = Peneliti

I = Informan

Page 115: RELASI PRIMODIAL SEBAGAI MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA ...€¦ · menanggulangi masalah perekonomian mereka sendiri. Sejalan dengan ... permasalahan pedagang kaki lima seolah menjadi

xxxiv

Rasa sungkan kepada para PKL karena kita tahu bahwa itu merupakan usaha mereka

untuk mencari nafkah. Sehingga dalam pelaksanaannya lebih kepada pembinaan

bukan hukuman. Sehingga diharapkan untuk kedepannya para PKL dapat mengikuti

peraturan yang ada.

P : Bagaimanakah sikap dari PKL terhadap upaya penertiban atau pelaksanaan

aturan-aturan terkait dengan PKL?

I : Pada umumnya mereka menaati dengan baik dan mengikuti aturan-aturan

yang ada. Jikalau ada pedagang yang memberontak itu sudah biasa, tetapi jumlah

mereka sedikit dan ketika sudah dilaksanakan pendekatan secara intensif akhirnya

mereka dapat mengerti juga, kami lebih menggunakan cara-cara persuasive.

P : Apakah upaya yang dilakukan pihak dari Kecamatan Citeureup dalam

rangka membatasi perkembangan PKL di Pasar Citeureup?

I : Langkah utama yaitu dengan menentukan area yang dapat dijadikan lokasi

berdagang bagi PKL. Diharapkan dengan pembatasan lokasi tersebut dapat menekan

perkembangan PKL. Sehingga tidak mempengaruhi tata kota yang sudah ada, jika

mulai tumbuh lagi pedagang bukan pada tempat yang semestinya maka akan

diadakan penertiban dan pembinaan.

P : Bagaimana hubunngan PKL dengan pihak dari kecamatan?

I : Hubungan tentu saja baik, selama aturan dia taati maka tidak akan ada

permasalahan yang timbul. Kami hanya petugas penegak perda, dan mereka

berdagang untuk mencari nafkah. Jika semua bisa menjalankan peran dan tugas serta

fungsi masing-masing maka kondisi akan terjaga dengan baik. Memang untuk urusan

perut lebih sensitive, kami juga menyadari itu. Oleh sebab itu jika ada permasalahan

yang timbul sebisa mungkin kami selesaikan dengan kekeluargaan, karena jika tidak

dapat menyulut emosi dari PKL sendiri.

P : Di antara PKL Etnis Minangkabau dan Etnis Batak mana yang lebih mudah

untuk dikelola?

I : Dua-duanya mudah untuk dikelola selama mereka menaati dengan baik dan

mengikuti aturan-aturan yang ada.

P : Apakah upaya yang dilakukan pihak dari kecamatan dalam mengatasi PKL

yang ada di Pasar Citeureup?

I : Untuk mengatasi PKL tersebut kami lebih memilih penataan bukan

penggusuran, bersama Unit Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kecamatan, dan

kita tidak mau menggusur mereka tapi pedagang juga harus tertib dan rapih, sehingga

tidak ada yang merasa dirugikan.