Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

12
80 SENASBASA (4) (2020) (E-ISSN 2599-0519) PROSIDING SEMINAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (SENASBASA) http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi antarkalimat Aburizal Sadam Habibi Universitas Negeri Malang [email protected] Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel Diterima 20/10/2020 Direvisi 25/10/2020 Dipublikasikan 27/10/2020 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi antarkalimat. relasi makna merupakan pertalian arti antara satuan bahasa yang satu dengan yang lainnya. koherensi sangat penting dalam susunan dan struktur wacana tulis karena memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana dengan pendekatan linguistik. Data penelitian ini berupa paragraf atau penggalan paragraf yang kalimat-kalimatnya mengandung relasi makna antarkalimat. Sumber data penelitian ini adalah teks tajuk rencana harian Kompas elektronik edisi Januari 2018. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah ragam relasi makna yang dapat membentuk koherensi antarkalimat. Ragam relasi makna antarkalimat tersebut meliputi, hiponim, meronim, sinonim, dan antonim. Kata Kunci: Antarkalimat, Koherensi, Relasi Makna This study aims to describe the meaning relation as a strategy to make the coherence between sentences. The meaning relation is the relationship of intention between one language unit and another. Coherence is very important in the structure and structure of written discourse because it is compatible, coherent, and logical. This study uses a discourse analysis method with a linguistic approach. The data of this research are in the form of paragraphs or paragraph fragments whose sentences contain meaningful relationships between sentences. The data source of this research is the editorial text of the January 2018 edition of the electronic Kompas daily. The results obtained in this study are a variety of meaning relations that can make the coherence between sentences. The various meaning relations include, hyponym, meronym, synonym, and antonym. PENDAHULUAN Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap yang dibentuk oleh paragraf- paragraf. Paragraf disusun oleh rentetan kalimat yang saling berkaitan maknanya membentuk satu kesatuan makna. Hubungan makna antarkalimat tersebut dalam artikel ini disebut dengan relasi makna.

Transcript of Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

Page 1: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

80

SENASBASA (4) (2020) (E-ISSN 2599-0519)

PROSIDING SEMINAR

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (SENASBASA)

http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA

Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi antarkalimat

Aburizal Sadam Habibi Universitas Negeri Malang [email protected]

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel Diterima 20/10/2020 Direvisi 25/10/2020 Dipublikasikan 27/10/2020

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi antarkalimat. relasi makna merupakan pertalian arti antara satuan bahasa yang satu dengan yang lainnya. koherensi sangat penting dalam susunan dan struktur wacana tulis karena memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana dengan pendekatan linguistik. Data penelitian ini berupa paragraf atau penggalan paragraf yang kalimat-kalimatnya mengandung relasi makna antarkalimat. Sumber data penelitian ini adalah teks tajuk rencana harian Kompas elektronik edisi Januari 2018. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah ragam relasi makna yang dapat membentuk koherensi antarkalimat. Ragam relasi makna antarkalimat tersebut meliputi, hiponim, meronim, sinonim, dan antonim.

Kata Kunci: Antarkalimat, Koherensi, Relasi Makna

This study aims to describe the meaning relation as a strategy to make the coherence between sentences. The meaning relation is the relationship of intention between one language unit and another. Coherence is very important in the structure and structure of written discourse because it is compatible, coherent, and logical. This study uses a discourse analysis method with a linguistic approach. The data of this research are in the form of paragraphs or paragraph fragments whose sentences contain meaningful relationships between sentences. The data source of this research is the editorial text of the January 2018 edition of the electronic Kompas daily. The results obtained in this study are a variety of meaning relations that can make the coherence between sentences. The various meaning relations include, hyponym, meronym, synonym, and antonym.

PENDAHULUAN

Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap yang dibentuk oleh paragraf-paragraf. Paragraf disusun oleh rentetan kalimat yang saling berkaitan maknanya membentuk satu kesatuan makna. Hubungan makna antarkalimat tersebut dalam artikel ini disebut dengan relasi makna.

Page 2: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

81

Relasi makna atau hubungan makna merupakan pertalian arti antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain. Dalam wacana, relasi makna tersebut dikenal dengan istilah koherensi. Menurut Tarigan (1987:32), koherensi mengandung makna ‘pertalian makna atau isi kalimat’. Pertalian makna antarkalimat dalam sebuah paragraf membuat paragraf menjadi padu dan pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Lebih lanjut Halliday dan Hasan (dalam Mulyana, 2005:31) menyatakan bahwa struktur wacana tidak berkaitan dengan struktur sintaktik, melainkan berkaitan dengan struktur semantik. Artinya, pada hakikatnya rangkaian proposisi yang saling berkaitan membentuk satu keutuhan pesan.

Koherensi penting dalam suatu wacana karena koherensi memiliki tujuan supaya terbentuk susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis (Hartono, 2012:151). Sifat serasi berarti sesuai, harmonis, dan cocok. Sifat keserasian terletak pada kesesuaiannya hubungan antarproposisi dalam satuan wacana. Runtut berarti urut, sistematis, dan tidak terputus-putus. Sifat logis berarti suatu rangkaian kalimat dalam paragraf mudah dimengerti, masuk akal, dan jelas.

Penelitian ini menggunakan harian Kompas elektronik sebagai sumber data penelitian. Alasan pememilihan harian Kompas elektronik sebagai sumber data yaitu sebagai berikut. Pertama, pada Desember 1978 harian Kompas masuk sebagai anggota Audit Bureau of Circulation (ABC) di Sydney, Australia (Sutamat, 2012:57). ABC merupakan forum dunia yang bertanggung jawab atas pengumpulan informasi yang sangat terpercaya dan digunakan secara luas dalam industri persuratkabaran (Stokes, 2007:46). Kedua, pada Oktober 2017, harian Kompas mendapat penghargaan sebagai Media Cetak Berdedikasi dalam Berbahasa Indonesia terbaik tingkat nasional selama empat tahun berturut-turut. Berdasarkan sumber data tersebut, data teks yang diteliti adalah tajuk rencana.

Terdapat empat penelitian sejenis yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan koherensi dan relasi makna. Penelitian tersebut meliputi penelitian yang dilakukan oleh Azis (2015), Nisa, dkk. (2017), Elfiana & Farkhan (2019), dan Habibi & Martutik (2019). Penelitian Azis (2015) berjudul Koherensi Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa paragraf koheren eksplisit adalah yang paling sering digunakan. Paragraf koheren eksplisit tersebut meliputi penggunaan repetisi, subtitusi, pronomina, konjungsi, dan hubungan kausal. Penelitian Nisa, dkk. (2017) berjudul Hubungan Penguasaan Piranti Kohesi dan Koherensi dengan Kemampuan Menganalisis Wacana. Penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan piranti kohesi dan koherensi penting untuk kemampuan menganalisis wacana. Penelitian Elfiana & Farkhan (2019) berjudul Relasi Koherensi WacanaTulis: Studi Kasus pada Editorial Koran “The Jakarta Post”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang jenis-jenis koherensi dan piranti koherensi dalam wacana editorial online berbahasa Inggris Shifting to Digital yang terbit pada koran “The Jakarta Post”. Penelitian tersebut menggunakan konsep koherensi berbasis semantik pragmatik yang pada hasil analisisnya menunjukkan bahwa editorial tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai wacana yang koheren secara topikal, relasional, dan sekuensial. Penelitian Habibi & Martutik (2019) berjudul Relasi Makna Antargagasan dalam Tajuk Rencana Harian Kompas. Penelitian ini menujukkan bahwa relasi makna antargagasan yang terdapat pada harian kompas memiliki ragam dan prinsip. Ragam relasi makna antargagasan berupa hiponim, meronim, sinonim, dan antonim. Sementara itu, prinsip relasi makna antargagasan berupa inklusi, komplementer, dan persinggungan.

Penelitian ini memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya mengkaji piranti koherensi makna sebagai

Page 3: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

82

kemampuan menganalisis wacana dan mengungkap koherensi wacana dengan penggunaan strategi persuasi berupa pengaturan alur gagasan dengan pola problem-solution. Sementara itu, penelitian ini berfokus pada relasi makna sebagai alternatif pengungkap relasi makna antarkalimat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, menggunakan ragam relasi makna sebagai penelitian. Posisi penelitian ini adalah melanjutkan penelitian sebelumnya tentang penggunaan relasi makna sebagai strategi pengungkap koherensi antarkalimat. METODE

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis wacana dengan pendekatan linguistik. Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menekankan pada hubungan makna (proposisi) antara kalimat satu dengan kalimat yang lain. Relasi makna yang dimaksudkan bisa berupa relasi hiponimis, meronimis, sinonimis, dan antonimis.

Data penelitian ini berupa paragraf atau penggalan paragraf yang kalimat-kalimatnya mengandung hubungan makna antarkalimat. Hubungan makna tersebut ditunjukkan oleh adanya kata atau ungkapan dalam suatu kalimat yang memiliki hubungan makna dengan kata atau ungkapan pada kalimat yang lain dalam suatu paragraf atau penggalan pargraf. Data ini dikumpulkan dari teks tajuk rencana harian Kompas elektronik edisi bulan Januari 2018 pada laman http://www.kompas.id. Data teks yang dikumpulkan sebanyak 24 teks tajuk rencana.

Data dianalisis dengan metode analisis wacana dengan pendekatan linguistik. Analisis data dilakukan dengan langkah berikut: (1) teks tajuk rencana dipecah ke dalam paragraf-paragraf, (2) paragraf yang terdiri atas satu kalimat dan paragraf yang tidak mengandung hubungan hiponimis, meronimis, sinonimis, dan/atau antonimis antarkalimat direduksi, (3) mengidentifikasi hubungan makna (proposisi) antarkalimat dalam paragraf, (4) mengidentifikasi adanya kata atau ungkapan yang menunjukkan hubungan makna antarkalimat, baik hubungan hiponimis, meronimis, sinonimis, maupun antonimis, (5) mengklasifikasi jenis hubungan makna, (6) mengidentifikasi ragam relasi makna, (7) mengklasifikasi ragam relasi makna, dan (8) menyimpulkan temuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Relasi Makna Hiponim

Relasi makna hiponim adalah suatu ungkapan yang maknanya dianggap ketercakupan secara hierarki dari suatu ungkapan lain. Pada penelitian ini ditemukan tujuh belas data yang menunjukkan ragam relasi makna hiponim. Berikut dijabarkan data yang menunjukkan ragam relasi makna hiponim.

(1) Kalimat 1: Pemerintah berupaya keras mengendalikan harga beras sejak Indonesia merdeka.

Kalimat 2: Harga bahan pangan pokok ini selain dikaitkan dengan inflasi secara nasional, juga menjadi komoditas bernuansa politis, yaitu penanda keberhasilan pembangunan dengan memberi cukup makan bagi rakyat

Data (1) merupakan relasi makna hiponim. Suatu ungkapan dikatakan sebagai

relasi makna hiponim apabila ungkapan tersebut memiliki hierarki atas-bawah dengan ungkapan yang dimaksud atau yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain (Chaer, 2013:99). Kata beras pada data tersebut merupakan hiponim terhadap frasa bahan pangan pokok sebab makna beras berada atau termasuk

Page 4: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

83

dalam bagian bahan pangan pokok. Beras memang bahan pangan pokok, tetapi bahan pangan pokok tidak hanya beras melainkan juga termasuk jagung, gandum, sagu, dan lain sebagainya.

Data (1) merupakan relasi makna hiponim yang menunjukkan hubungan koherensi spesifik-generik. Menurut Tarigan (Setiawan, dkk: 2017), hubungan spesifik–generik merupakan bentuk koherensi yang menunjukkan kalimat pertama berupa gagasan khusus dan kalimat kedua berupa gagasan umum. Dalam hal ini, relasi makna hiponim memiliki peran untuk menunjukkan hubungan makna dari kalimat yang spesifik kemudian dijelaskan secara umum pada kalimat selanjutnya. Berdasarkan data (1), kata beras merupakan bentuk khusus dari frasa bahan pangan pokok. Jadi, pada konteks data (1) yang dimaksud dengan bahan pangan pokok yang dikaitkan dengan masalah inflasi secara nasional adalah beras karena beras termasuk dari bagian bahan pangan pokok.

(2) Kalimat 1: Cantrang sebetulnya hanya salah satu alat tangkap yang dilarang. Kalimat 2: Pada dasarnya yang dilarang penggunannya adalah alat penangkap ikan

pukat hela (trawls) dan pukat Tarik (seine nets)

Data (2) termasuk relasi makna hiponim. Frasa pukat hela dan pukat tarik yang terdapat pada Kalimat 2 adalah hiponim. Hal itu terjadi karena makna pukat hela dan pukat tarik berada atau termasuk dalam makna frasa alat tangkap yang dilarang yang terdapat pada Kalimat 1. Frasa alat tangkap yang dilarang sebagai super-ordinat dan frasa pukat hela dan pukat tarik sebagai hiponim atau subkelas. Apabila diskemakan akan tampak sebagai berikut.

Data (2) termasuk relasi makna hiponim yang menunjukkan hubungan koherensi

generik-spesifik. Hubungan generik-spesifik merupakan bentuk koherensi yang menunjukkan kalimat pertama berupa gagasan umum dan kalimat kedua berupa gagasan khusus (Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:33). Dalam hal ini, relasi makna hiponim memiliki peran untuk menunjukkan hubungan makna dari kalimat yang umum kemudian dijelaskan secara spesifik pada kalimat selanjutnya. Berdasarkan konteks data (2), frasa alat tangkap yang dilarang merupakan bentuk umum dari frasa pukat hela dan pukat tarik. Pukat hela dan pukat tarik termasuk dalam alat tangkap yang dilarang.

Relasi Makna Meronim Relasi makna meronim adalah relasi makna ketercakupan yang memiliki makna

hubungan bagian dari keseluruhan. Pada penelitian ini ditemukan dua belas data yang menunjukkan kategori relasi makna meronim. Berdasarkan dua belas data tersebut, relasi makna yang ditemukan dalam harian Kompas edisi Januari 2018 berupa bagian yang integral terhadap keseluruhannya, memiliki motivasi fungsional, dan memiliki persesuaian yang meliputi fase dan tipe. Berikut dijabarkan dari keempat bentuk meronim.

ALAT TANGKAP

YANG DILARANG

Pukat Tarik Pukat Hela

Superordinat :

Hiponim/Subkelas :

Page 5: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

84

(3) Kalimat 1: Dengan kata lain, anggaran hanyalah salah satu dari banyak faktor penunjang sukses prestasi di dunia olahraga.

Kalimat 2: Selain bakat, seperti ditunjukkan pelari jarak jauh dari Afrika, semangat dan lingkungan tempat atlet berlatih juga jadi faktor penunjang.

Data (3) termasuk contoh relasi makna meronim bagian yang integral terhadap keseluruhannya. Pada Kalimat 2, bakat, semangat, dan juga lingkungan tempat atlet berlatih merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan sebagai faktor penunjang sukses prestasi di dunia olahraga yang terdapat pada Kalimat 1. Bagian yang integral terhadap keseluruhannya diperlukan secara satu kesatuan (Djajasudarma, 2016:122).

Data (3) termasuk relasi makna meronim bagian integral terhadap keseluruhannya yang menunjukkan hubungan koherensi Identifikasi. Hubungan koherensi identifikasi merupakan bentuk koherensi yang kalimat pertamanya diidentifikasi oleh kalimat berikutnya (Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:32). Dalam hal ini, relasi makna meronim bagian integral terhadap keseluruhannya memiliki peran untuk mengidentifikasi informasi yang terdapat pada Kalimat 1. Ungkapan bakat, semangat, dan lingkungan tempat atlet berlatih merupakan identifikasi dari ungkapan faktor penunjang sukses prestasi di dunia olahraga. Jadi, berdasarkan data (3) agar sukses prestasi dalam dunia olahraga harus memaksimalkan faktor penunjangnya selain anggaran yaitu, bakat, semangat, dan lingkungan yang menjadi tempat atlet berlatih.

(4) Kalimat 1: Pemeriksaan dugaan pidana oleh aparat kepolisian, yang pernah terjadi dalam Pilkada Jakarta, bisa menambah kecurigaan dugaan tidak netralnya aparat.

Kalimat 2: Meski demikian, di sisi lain, penundaan proses hukum itu bisa saja merugikan pemilih karena tidak mendapatkan informasi yang cukup soal rekam jejak kandidat.

Data (4) termasuk contoh relasi makna meronim bagian yang memliki motivasi fungsional. Pada data tersebut, kata pidana merupakan meronim dari kata hukum, HUKUM : PIDANA. Selain pidana, juga ada perdata, sehingga hukum merupakan superordinat dari pidana dan perdata, HUKUM : PIDANA, PERDATA. Motivasi fungsional penting untuk bagian dengan ciri yang samar dan tidak terpisahkan (Djajasudarma, 2016:122). Berdasarkan maknanya, kata pidana adalah bagian hukum yang menangani kasus-kasus kejahatan atau kriminal, seperti korupsi, pembunuhan, dan sebagainya.

Data (4) merupakan relasi makna meronim bagian yang memiliki motivasi fungsional yang menunjukkan hubungan koherensi penjelasan. Hubungan koherensi penjelasan merupakan bentuk koherensi yang menunjukkan informasi yang terdapat pada kalimat pertama dijelaskan pada kalimat kedua (Ramlan, 1993:41). Dalam hal ini, relasi makna meronim bagian yang memiliki motivasi fungsional memiliki peran untuk menjelaskan informasi yang terdapat kalimat pertama. Jadi, berdasarkan konteks data (4) pemeriksaan dugaan pelaku pelanggar hukum kriminal oleh aparat ditunda, meskipun penundaan tersebut dapat merugikan pemilih.

(5) Kalimat 1: Sebagai gambaran, Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, menelan biaya sekitar Rp21,7 triliun.

Page 6: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

85

Kalimat 2: Sebanyak 19 persen berasal dari Pemerintahan Korsel, hampir 80 persen dikucurkan oleh Pemerintah Kota Incheon, pemerintah kota lain 0,1 persen, dan sponsor dari pihak swasta hanya 2 persen.

Data (5) termasuk contoh relasi makna meronim persesuaian tipe. Pada data tersebut, persentase yang dinyatakan pada Kalimat 2 merupakan prototipe keseluruhan dari biaya sekitar Rp21,7 triliun. Meronim persesuaian tipe merupakan bagian dari tipe prototipe keseluruhan dari tipe ontologis yang sama (Djajasudarma, 2016:123). Berdasarkan makna yang dinyatakan pada paragraf tersebut, biaya Rp21,7 triliun yang digunakan untuk Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan mendapat bantuan dari pemerintah pusat, pemerintah kota tersebut dan dari pemerintah kota lain, serta beberapa sisanya didapat dari pihak sponsor.

Data (5) merupakan relasi makna meronim persesuaian tipe yang menunjukkan hubungan koherensi penjelasan. Hubungan koherensi penjelasan merupakan bentuk koherensi yang menunjukkan informasi yang terdapat pada kalimat pertama dijelaskan pada kalimat kedua (Ramlan, 1993:41). Dalam hal ini, peran relasi makna persesuaian tipe menjelaskan penjabaran dari biaya Rp21,7 triliun, yaitu 19 persen dari pemerintah Korea Selatan, 80 persen dari pemerintahan kota Incheon, serta 2 persen dari sponsor dan pihak swasta.

(6) Kalimat 1: Masalah di Agats memang kompleks. Kalimat 2: Medan berat. Kalimat 3: Tak ada jalan darat selain sungai. Kalimat 4: Ketergantungan pada hujan dan air pasang sangat tinggi. Kalimat 5: Infrastruktur terbatas. Kalimat 6: Kehidupan warga jauh dari hidup sehat. Mencari sinyal untuk

komunikasi telepon adalah seni tersendiri. Kalimat 7: Pola hidup masyarakat, yang menurut Uskup Agats Aloysius Murwito

masih seminomaden, menjadi faktor tersendiri. Kalimat 8: Air bersih yang mengandalkan tampungan air hujan sangat

bergantung pada cuaca. Kalimat 9: Makanan pokok sagu mulai beralih ke beras, terlepas dari kualitas

beras yang ada. Itu, antara lain, sejumlah tantangan yang dihadapi.

Data (6) termasuk contoh relasi makna meronim persesuaian fase. Pada data tersebut, kalimat-kalimat yang terdapat pada Kalimat 2,3,4,5,6,7,8, dan 9 hadir sebagai prototipe yang berada pada waktu yang sama terhadap kalimat Masalah di Agats memang kompleks yang terdapat pada Kalimat 1. Meronim persesuaian fase merupakan persesuaian yang bila hadir seolah prototipe tersebut hadir dalam waktu yang bersamaan (Djajasudarma, 2016:123). Berdasarkan makna yang dinyatakan pada paragraf tersebut, bahwa medan berat, ketergantungan air, infrastruktur terbatas, jauh dari hidup sehat, susah sinyal, kehidupan semi-nomaden, kelangkaan air bersih,dan beralih makanan pokok ke beras dengan kualitas rendah yang menyebabkan masalah di Agats menjadi kompleks. Apabila diskemakan terlihat sebagai berikut.

Medan berat Ketergantungan

air

Infrastruktur

terbatas

Jauh dari hidup

sehat Susah sinyal

Page 7: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

86

Data (6) merupakan relasi makna meronim pesesuaian fase yang menunjukkan hubungan koherensi penjelasan. Hubungan koherensi penjelasan merupakan bentuk koherensi yang menunjukkan informasi yang terdapat pada kalimat pertama dijelaskan pada kalimat kedua (Ramlan, 1993:41). Dalam hal ini, peran relasi makna persesuaian fase adalah untuk menjelaskan permasalahan di Agats yang sangat kompleks, yaitu medan berat, ketergantungan air, infrastruktur terbatas, jauh dari hidup sehat, susah dalam mendapatkan sinyal, kehidupan yang semi-nomaden, kualitas beras yang rendah, dan kelangkaan air bersih.

Relasi Makna Sinonim Relasi makna sinonim merupakan relasi makna yang digunakan untuk ungkapan

yang mengandung makna seamness of meaning atau dikatakan pula ungkapan yang memiliki kemiripan secara semantik yang menonjol dibandingkan dengan perbedaannya. Pada penelitian ini ditemukan seratus data yang menunjukkan relasi makna sinonim yang terdapat pada tajuk rencana harian Kompas edisi Januari 2018. Relasi makna sinonim tersebut berupa sinonim absolut, sinonim proporsional, dan sinonim berdekatan. Berikut dijabarkan data dari ketiga bentuk relasi makna sinonim

(7) Kalimat 1: Banyak orang menyebut tahun 2018 adalah tahun politik. Kalimat 2: Pelabelan itu membuat orang cemas, khawatir, dan bersikap menunggu.

Data (7) merupakan contoh relasi makna sinonim absolut. Pada data tersebut ditemukan sinonim antara kata menyebut yang terdapat pada Kalimat 1 dengan kata pelabelan yang terdapat pada Kalimat 2. Kedua kata tersebut memiliki identitas makna yang sama dan dapat saling dipertukarkan. Suatu ungkapan dapat dikatakan sebagai relasi makna sinonim apabila dapat diuji dengan cara subtitusi, pertentangan, dan memiliki makna konotasi atau emotif (Djajasudarma, 2016:125).

Data (7) dapat dikatakan sebagai sinonim absolut karena identitas makna Kata pelabelan yang terdapat pada Kalimat 2 merupakan spesifikasi makna dari menyebut yang terdapat pada Kalimat 2. Kata pelabelan berasal dari bentuk dasar label dan mendapat imbuhan peN- dan -an yang bermakna ‘suatu tindakan untuk memberikan label; nama’. Kata tersebut memiliki makna yang mirip dengan kata menyebut yang terdapat pada gagasan utama. Kata menyebut berasal dari bentuk dasar sebut dan medapat prefiks meN- yang bermakna ‘memberikan nama’. Kata sebut dan label memiliki identitas makna yang sama dan dapat saling dipertukarkan, sehingga disebut sinonim mutlak Suatu ungkapan dikatakan sinonim absolut karena ungkapan tersebut mengacu pada identitas makna yang merupakan spesifikasi makna serta ungkapan tersebut dapat disulih secara normal (Djajasudarma, 2016:126).

Data (7) merupakan data relasi makna sinonim absolut yang menunjukkan hubungan koherensi parafrastis. Hubungan koherensi parafrastis merupakan bentuk koherensi yang menunjukkan informasi yang terdapat pada kalimat pertama

MASALAH AGATS

YANG KOMPLEKS

Kehidupan

semi-nomaden Kelangkaan air

bersih Kualitas beras

rendah

Page 8: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

87

dinyatakan secara lain pada kalimat selanjutnya (Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:32). Dalam hal ini, peran relasi makna absolut adalah untuk menunjukkan informasi yang terdapat pada kalimat pertama dinyatakan secara lain pada kalimat kedua.

(8) Kalimat 1: Dalam dua hari, harian ini mengangkat soal kerusakan Sungai Citarum dari hulu sampai hilir.

Kalimat 2: Sungai itu seperti dibirakan tak terurus.

Data (8) merupakan contoh relasi makna sinonim proporsional. Pada data tersebut, kata kerusakan yang terdapat pada Kalimat 1 berasal dari bentuk dasar rusak dan mendapat imbuhan ke-an yang bermakna ‘suatu keadaan rusak’. Memiliki makna yang bersinggungan secara proporsional dengan frasa tak terurus yang terdapat pada Kalimat 2. Sinonim proporsional terjadi apabila dua unsur leksikal di dalam suatu ekspresi dapat disulih dengan unsur benar secara kondisional tanpa ada dampak terhadap maujud secara keseluruhan (Djajasudarma, 2016:128).

Pada data (8), kalimat Sungai itu seperti dibiarkan tak terurus yang terdapat pada Kalimat 2 dapat disulih dengan kalimat Sungai itu seperti dibiarkan (ke)rusak(an). Pada kalimat kedua yang disulih tersebut secara kondisional dianggap benar. Begitu juga pada kalimat Dalam dua hari, harian ini mengangkat soal kerusakan Sungai Citarum dari hulu sampai hilir yang terdapat pada Kalimat 1 dapat disulih dengan kalimat Dalam dua hari, harian ini mengangkat soal tak terurus(nya) Sungai Citarum dari hulu sampai hilir. Jadi kata kerusakan (rusak) merupakan sinonim secara proporsional dengan frasa tak terurus.

Data (8) merupakan relasi makna sinonim proporsional yang menunjukkan hubungan koherensi akibat-sebab. Hubungan koherensi akibat-sebab terjadi karena kalimat pertama menunjukkan akibat yang disebabkan oleh kalimat berikutnya (Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:31; Ramlan, 1993:41). Dalam hal ini, penyebab harian “Kompas” mengangkat persoalan kerusakan Sungai Citarum yang disebabkan Sungai Citarum dibiarkan tidak terurus merupakan peran dari relasi makna proporsional dalam membentuk koherensi antarkalimat.

(9) Kalimat 1: Kerusakan dan tercemarnya Citarum oleh limbah membahayakan kesehatan manusia meskipun dampaknya tidak seketika.

Kalimat 2: Dampak limbah dan bakteri yang terdapat di Citarum, meskipun prosesnya berlangsung lambat, adalah bencana kemanusiaan yang harus ditanggulangi.

Data (9) merupakan contoh relasi makna berdekatan. Pada data tersebut ditemukan sinonim antara frasa tidak seketika yang terdapat pada Kalimat 1 dengan frasa berlangsung lambat yang terdapat pada Kalimat 2. Hal itu dapat dibuktikan dengan melakukan pertentangan. Kata cepat berlawanan dengan tidak seketika/berlangsung lambat. Frasa tidak seketika merupakan bentuk negatif dari kata cepat dan kata lambat merupakan perlawanan kata dari cepat. Berdasarkan hal tersebut, frasa tidak seketika merupakan sinonim dari frasa berlangsung lambat. Frasa tidak seketika dan berlangsung lambat dalam konteks tersebut dapat ditentukan karakterisasi perangkat perbedaannya. Secara sederhana, dalam sinonim berdekatan ada skala jarak semantis dan ungkapan yang bersinonim adalah ungkapan yang maknanya relatif dekat (Djajasudarma, 2016:129).

Page 9: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

88

Data (9) merupakan data relasi makna sinonim berdekatan yang menunjukkan hubungan koherensi parafrastis. Hubungan koherensi parafrastis merupakan bentuk koherensi yang menunjukkan informasi yang terdapat pada kalimat pertama dinyatakan secara lain pada kalimat selanjutnya (Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:32). Dalam hal ini, kalimat pertama yang diungkapkan kembali di kalimat berikutnya dalam bentuk lain merupakan peran relasi makna sinonim berdekatan dalam membentuk koherensi parafrastis. Relasi Makna Antonim

Relasi makna antonim adalah relasi makna antara ungkapan yang satu dengan yang lain dianggap berkebalikan atau berlawanan maknanya. Artinya, makna antara ungkapan tersebut hanya dianggap berkebalikan. Pada penelitian ini ditemukan tiga puluh dua data yang menunjukkan relasi makna antonim yang terdapat pada tajuk rencana harian Kompas edisi Januari 2018. Berdasarkan tiga puluh dua data tersebut, relasi makna antonim yang ditemukan berupa antonim mutlak, polar/kutub, converses dan incompatibility. Berikut dijabarkan data dari keempat bentuk tersebut.

(10) Kalimat 1: Indonesia memasuki tahun 2018 dengan kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang cukup kokoh, hal itu dapat menjadi modal bagi dunia usaha untuk bergerak tanpa ragu.

Kalimat 2: Akan tetapi, keraguan sempat muncul dikalangan pelaku usaha mengenai iklim sosial-politik tahun 2018.

Data (10) merupakan contoh relasi makna antonim mutlak. Pada data tersebut frasa tanpa ragu yang terdapat pada Kalimat 1 memiliki pertentangan secara mutlak dengan frasa tanpa ragu. Antonim mutlak terjadi ketika makna ungkapan yang dipertentangkan memiliki batas secara mutlak bukan berupa gradasi (Chaer, 2013:90). Frasa tanpa ragu memiliki batas yang mutlak dengan frasa keraguan. Hal itu dikarenakan orang yang melakukan sesuatu tanpa ragu maka tidak akan ada keraguan baginya.

Data (10) merupakan data relasi makna antonim mutlak yang memiliki hubungan koherensi perlawanan. Hubungan koherensi perlawanan merupakan bentuk hubungan makna yang mempertentangkan suatu hal dengan hal lainnya (Ramlan, 1993:41). Dalam hal ini, kalimat pertama menunjukkan bahwa memasuki tahun 2018 dengan kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang kokoh dapat dijadikan sebagai modal usaha untuk bergerak tanpa ragu. Akan tetapi terjadi perlawanan pada kalimat berikutnya yang menyatakan bahwa ketidakraguan tersebut justru menjadi keraguan ketika para pelaku usaha mengetahui iklim sosial-politik pada saat itu.

(11) Kalimat 1: Kenaikan harga beras mengindikasikan kelangkaan pasokan.

Kalimat 2: Pemerintah mengintervensi melalui penambahan pasokan saat harga naik dan membeli beras saat harga jatuh.

Data (11) merupakan contoh relasi makna antonim polar atau kutub. Frasa kelangkaan pasokan mengindikasikan suatu kondisi yang sangat kurang atau kekurangan. Sementara itu, frasa penambahan pasokan merupakan kejangkapan yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan derajat kelangkaan pasokan. Kedua frasa tersebut sepenuhnya dapat diukur sehingga bisa menentukan kondisi langka dan perlu ditambah. Menurut Djajasudarma (2016:136), relasi makna antonim polar merupakan

Page 10: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

89

relasi makna yang kedua unsur sepenuhnya dapat diukur secara normal dengan rentang derajat modifier.

Data (11) merupakan relasi makna antonim polar yang memiliki hubungan koherensi alasan-tindakan. Hal itu terjadi karena hubungan koherensi alasan-tindakan merupakan bentuk pertalian makna yang digunakan untuk menjelaskan tindakan yang harus dilakukan berdasarkan alasan yang terdapat pada kalimat sebelumnya (Kridalaksana dalam Mulyana, 2005:32). Berdasarkan hal tersebut, peran relasi makna antonim polar adalah untuk menunjukkan derajat ketimpangan kelangkaan pasokan beras, sehingga memerlukan penambahan pasokan. Dengan begitu, alasan kenaikan harga beras yang mengakibatkan kelangkaan pasokan harus ditangani dengan kebalikannya, yaitu penambahan pasokan. Jadi berdasarkan konteks data (11), pemerintah melakukan campur tangan untuk mengatasi kondisi beras yang langka dengan cara menambah pasokan ketika harga naik dan membeli beras ketika harga turun.

(12) Kalimat 1: Berdasarkan catatan harian ini, Presiden Joko Widodo telah mendapatkan dukungan politik dari Partai Golkar (16,3 persen), Partai Nasdem (6,3 persen), dan Partai Hanura (2,9 persen).

Kalimat 2: PDI-P sejauh ini belum memberikan dukungan resmi dan terbuka kepada Presiden Jokowi untuk masa jabatannya yang kedua.

Data ragam relasi makna (12) merupakan relasi makna antonim converses atau berkebalikan. Relasi makna antonim converses adalah pertentangan yang terdapat dalam relasi timbal-balik (Djajasudarma, 2016:138). Selain itu, makna yang berkebalikan bersifat saling melengkapi karena kehadirannya berlaku pada proses yang bersamaan (Chaer, 2013:92). Kata mendapatkan yang terdapat pada Kalimat 1 muncul karena ada yang memberikan seperti yang terdapat pada Kalimat 2. Jadi, pada konteks data (1) Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura sudah memberikan dukungan kepada Presiden Jokowi untuk masa jabatannya yang kedua, tetapi partai pengusungnya, PDI-P, justru belum memberikan dukungan secara terbuka kepada Presiden Jokowi.

Data (12) merupakan relasi makna antonim converses yang menunjukkan hubungan koherensi perlawanan. Hal itu terjadi karena koherensi perlawanan merupakan pertentangan mengenai suatu hal, keadaan, atau perbuatan lainnya (Ramlan, 1993:41). Dalam hal ini, peran relasi makna antonim converses adalah mempertentangkan keadaan Presiden Joko Widodo yang mendapatkan dukungan dari partai-partai pendukung, sementara itu PDI-P sebagai partai pengusung justru belum memberikan dukungan secara resmi untuk masa jabatannya yang kedua.

(13) Kalimat 1: Benar bahwa pada tahun 2018 akan dilangsungkan pemilihan kepala daerah di 171 wilayah, 17 di antaranya di provinsi besar seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.

Kalimat 2: Ada analis yan mengatakan hasil pilkada pada 2018 merupakan acuan untuk Pemilu Presiden.

Data ragam relasi makna (13) merupakan relasi makna antonim incompatibility atau relasi makna yang memiliki hubungan ketidaksesuaian. Relasi makna antonim incompatibility tidak menunjukkan perbedaan makna yang sederhana, apabila hiponim dipahami sebagai relasi inklusi, maka ketidaksesuaian ini termasuk eksklusi dan

Page 11: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

90

bersifat tidak memiliki kelas (Djajasudarma, 2016:131). Frasa pemilihan kepala daerah yang terdapat pada Kalimat 1 dan frasa pemilihan presiden yang terdapat pada Kalimat 2 merupakan bentuk incompatibility ko-taksonomi dari superordinat pemilihan umum. Pada incompatibitility ko-taksonomi hubungan logika hiponimi dibatasi dengan keinklusivan dalam model paralel dari ketidaksesuaian yang terjadi antarunsur yang berdekatan dengan superordinatnya.

Data (13) merupakan relasi makna antonim incompatibility yang memiliki hubungan koherensi latar-kesimpulan. Hubungan koherensi latar-simpulandigunakan untuk menyatakan simpulan atas kalimat sebelumnya. Dalam hal ini, peran relasi makna antonim incompatibility adalah menunjukkan hubungan yang tidak sesuai antara hasil pilkada yang dijadikan sebagai acuan hasil pemilu. Jadi, pada konteks data tersebut hasil pemilihan kepala daerah justru dijadikan sebagai acuan untuk pemilihan presiden. Padahal kedua hal tersebut merupakan hal yang berbeda meskipun keduanya memiliki kedekatan dengan superordinatnya, yaitu pemilihan umum. SIMPULAN

Relasi makna dapat digunakan sebagai strategi pembentuk koherensi antarkalimat. Penggunaan relasi makna dalam suatu wacana dapat membantu terbentuknya hubungan koherensi antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya. Hal tersebut terjadi karena relasi makna pada dasarnya memiliki peran yang penting dalam keterkaitan hubungan makna/proposisi. Peran tersebut disebut dengan prinsip relasi makna.

Terdapat tiga prinsip yang menyatakan hubungan makna pada penelitian ini. Prinsip-prinsip tersebut meliputi, prinsip inklusi, prinsip komplementer, dan prinsip persinggungan. Prinsip inklusi adalah setiap bentuk ungkapan yang memiliki hubungan makna ‘termasuk ke dalam bagian ungkapan lain’ atau memiliki sifat inklusif. Prinsip ini bersifat inklusif karena pemakai bahasa ingin dengan cepat mengungkapan apa yang diacunya. Dalam hal ini, yang termasuk prinsip inklusi adalah ragam relasi makna hiponim dan meronim. Ragam relasi makna hiponim memiliki makna “ketercakupan” dan hirearkis, sementara itu meronim memiliki makna “ketercakupan yang hubungan maknanya bagian dari keseluruhan. Hiponim bersifat vertikal dan meronim bersifat horizontal. Prinsip komplemeter adalah prinsip yang saling melengkapi. Prinsip komple-menter berlaku pada ungkapan yang bersifat resiprokal mutlak, resiprokal yang berlawanan dengan makna sebaliknya, dan resiprokal timbal-balik. Dalam hal ini, yang termasuk prinsip komplementer yaitu ragam relasi makna antonimi. Prinsip persinggungan adalah ungkapan yang memiliki makna yang saling bersinggungan. Prinsip persinggungan memiliki kemiripan dengan ragam relasi makna sinonimi. Prinsip persinggungan terjadi pada kata-kata yang memiliki makna asosiatif.

DAFTAR PUSTAKA Azis, A.W. (2015). Koherensi Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Prodi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. DIALEKTIKA: Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Matematika, 1(2), 173—187. Dari

http://journal.fkip-unilaki.ac.id/index.php/dia/article/download/20/14. Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djajasudarma, T.F. (2016). Semantik 2: Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik, dan

Derivasional. Bandung: Refika Aditama. Habibi, A.S., & Martutik. (2019). Relasi Makna Antargagasan dalam Tajuk Rencana

Harian Kompas. BASINDO: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Page 12: Relasi makna sebagai strategi pembentuk koherensi …

91

Pembelajarannya. 3(2), 118—135. Dari http://journal2.um.ac.id/index.php/basindo/article/download/11578/5007.

Hartono, B. (2012). Dasar-Dasar Kajian Wacana. Semarang: Pustaka Zaman. Mulyana. (2005). Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis

Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Elfiana A., & Farkhan M. (2019). Relasi Koherensi Wacana Tulis: Studi Kasus pada

Editorial Koran The Jakarta Post. Buletin Al-Turas. 25(2), 191-208. Dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50714/1/4%20Annisa%20Elfiana.pdf.

Nisa, K., Nasution, W. N. A., dan Maulidiah, R.H. (2017). Hubungan Penguasaan Piranti Kohesi dan Koherensi dengan Kemampuan Menganalisis Wacana. Artikel disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Multidisplin Ilmu UNA 2017. Dari https://files.osf.io/v1/resources/9srtx/providers/osfstorage/5b38e9a59456bc0011afa0c9?action=download&direct&version=1.

Setiawan, A., Slamet, St. Y., dan Setiawan B. (2017). Ketrampilan Menulis Ikhtisar Buku dalam Kaitannya Penguasaan Piranti Kohesi Koherensi. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa , Sastra, dan Pengajarannya. 3(1), 13-22. Dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/kembara/article/download/4373/5362.

Stokes, Jane. (2007). How To Do Media and Cultural Sudies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Terjemahan Santi Indra Astuti. Yogyakarta. 2003, (online), (https://books.google.co.id/books?id=_meYfylofLsC&hl=id), diakses 23 Mei 2018.

Sutamat, M. (2012). Kompas: Menjadi Perkasa karena Kata. Yogyakarta: Penerbit Galangpress, (online), (https://books.google.co.id/books?id=XIH3CwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0), diaskses 23 Mei 2018.

Ramlan, M. (1993). Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Tarigan, H.G. (1987). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.