REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS...

254
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1442 H REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Aisyah Novaliawati NIM 11160541000051

Transcript of REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS...

Page 1: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1442 H

i

REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN

PEMASYARAKATAN KASUS NARKOBA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh

Aisyah Novaliawati

NIM 11160541000051

Page 2: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1442 H

ii

REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN

PEMASYARAKATAN KASUS NARKOBA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Aisyah Novaliawati

NIM: 11160541000051

Pembimbing,

Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW

NIP.197401012001122003

Page 3: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini berjudul “REHABILITASI BAGI WARGA

BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS NARKOBA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SALEMBA” Disusun oleh Aisyah Novaliawati, NIM

11160541000051 yang telah diajukan dalam sidang Munaqasyah

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 13 Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Program

Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 13 Agustus 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Penguji Sekertaris Penguji

Ahmad Zaky, M. Si Hj. Nunung Khoiriyah, MA NIP. 1977112722007101001 NIP. 197307252007012018

Anggota

Penguji I Penguji II

Ismet Firdaus, M.Si Nurhayati Nurbus, M.Si NIP. 197512272007101001 NIP. 197408091998032002

Di Bawah Bimbingan

Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW

NIP. 197401012001122003

Page 4: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

LEMBAR PERNYATAAN

Saya Aisyah Novaliawati dengan NIM 11160541000051

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Rehabilitasi bagi

Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba adalah karya saya untuk

memperoleh gelar strata S1 dan tidak melakukan tindakan

plagiat. Jika terdapat kutipan, saya telah mencantumkan

sumbernya sesuai dengan peraturan pada penulisan skripsi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika suatu hari terbukti bahwa ini

plagiat karya orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi.

Tangerang Selatan, 22 Juli 2020

Aisyah Novaliawati

11160541000051

Page 5: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

i

ABSTRAK

Aisyah Novaliawati, Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna tanpa hak

dan kewajiban melawan hukum, yang dilakukan tidak untuk

maksud pengobatan, tetapi karena ingin mengikuti pengaruhnya

dalam jumlah berlebih, kurang teratur dan berlangsung cukup

lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental

dan kehidupan sosial. Pasal 54 UU No. 35 tahun 2009 tentang

Narkotika menyatakan bahwa pecandu narkotika dan korban

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pelaksanaan program rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba yang dilaksanakan oleh Lapas

Kelas II A Salemba dan untuk mengetahui dampak yang

diperoleh selama pelaksanaan program rehabilitasi bagi WBP

kasus narkoba di Lapas Kelas II A Salemba.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian

kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif menggunakan teknik

pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Peneliti mengambil tujuh informan yakni; 1) Satu

penanggung jawab rehabilitasi, 2) Satu dokter rehabilitasi, 3) Satu

pengawas rehabilitasi, 4) Satu anggota rehabilitasi, dan 5) Tiga

WBP Lapas Kelas II A Salemba.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

rehabilitasi di Lapas Kelas II A Salemba dapat terlaksana,

diketahui dengan adanya dampak yang dirasakan oleh peserta

rehab yaitu dapat mengalami perubahan pola pikir dan kebiasaan-

kebiasaan yang lebih baik lagi, mudah bersosialisasi, mudah

terbuka, mendapatkan pendapatan dari hasil kegiatan yang

diikuti, memberikan peningkatan terhadap kesehatan fisik

menjadi lebih bugar. Penulis menyarankan pihak Lapas Salemba

agar ke depannya bisa menghadirkan pekerja sosial dalam

pelaksanaan rehabilitasi yang lebih efektif.

Kata Kunci: Rehabilitasi, Warga Binaan Pemasyarakatan,

Penyalahgunaan Narkotika

Page 6: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin. Puji serta Syukur penulis

panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian

skripsi dengan judul “Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba” di tengah wabah pandemik Corona.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan

pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa dalam meyelesaikan skripsi ini

adalah berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih atas segala bantuan, dukungan, dan bimbingan yang telah

diberikan dalam proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima

kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A. selaku

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Suparto, S.Ag., M.Ed. selaku Dekan, Dr. Sihabudin Noor,

M.A. selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan

Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. Selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Dr. Siti Napsiyah, MSW. selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing,

mengarahkan, dan memberikan motivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ahmad Zaky, M.Si. selaku Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial dan Ibu Nunung Khoiriyah, M.Ag.

selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

khususnya dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yang telah

memberikan pelajaran selama penulis menempuh Pendidikan

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta seluruh staf Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu

penulis secara langsung atau tidak langsung dalam

menyelesaikan skripsi.

Page 7: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

iii

6. Mohamad Fadil, M.H. selaku Penanggung Jawab Program

Rehabilitasi, Rendy Caesar Pratama, M.H. selaku Pengawas

Program Rehabilitasi, dr. Iwan Suhartono Sihaloho selaku

Penanggung Jawab dokter Program Rehabilitasi, dan

Muhamad Danil, S.H. selaku anggota Program Rehabilitasi

Lapas Kelas II A Salemba yang telah menerima penulis untuk

melakukan penelitian skripsi serta banyak membantu dan

mempermudah dalam perizinan hingga mendapatkan

informasi serta data untuk penelitian skripsi.

7. Mamah yang telah mendidik dan selalu memberikan dukungan

serta motivasi yang tiada hentinya kepada penulis. Serta

keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

8. Keluarga besar Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, khususnya Angkatan 2016 yang telah bekerja sama

selama masa perkuliahan.

9. Annisa Hidayatush Sholikha dan Kak jeki yang telah banyak

membantu dan memberikan semangat selama mengerjakan

skripsi.

10. Desy Rahmalia, Azka Nisailkamilah, Aulia Rahmah, Fajri

Zakiyah, Shofura Karimah, Uswatun Hasanah, dan Vira

Nabilla selaku teman-teman yang mendampingi sejak

mahasiswa baru dan selalu ada saat suka dan duka.

11. Refianto Rahman Wahid yang selalu menemani dan

mendukung proses penyelesaian dari awal sampai akhir serta

selalu bersedia untuk meluangkan waktu hingga larut malam.

12. Jelita Nisa, Windi Setyani, Mirna Tri dan Rifanti selaku teman

seperbimbimbangan baik di dalam maupun di luar kampus.

13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

Rempoa khusunya Pak Hasanuddin dan Pak Tobing yang telah

mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penelitian skripsi

serta teman PPS lainnya Desna Cindra, Ghina Nadhifa,

Syahrir dan Fitria yang selalu memberikan semangat dan

memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan

tingkat sarjana.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 8: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................ iv

DAFTAR TABEL .................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................ ix

DAFTAR BAGAN .................................................................... x

DAFTAR DIAGRAM .............................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xii

DAFTAR SINGKAT.............................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................... 10

C. Batasan Masalah ............................................... 11

D. Rumusan Masalah ............................................. 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................... 11

F. Tinjauan Pustaka ............................................... 13

G. Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran .......... 20

H. Metode Penelitian ............................................. 20

1. Pendekatan Penelitian .................................. 21

2. Jenis Penelitian ............................................ 22

3. Sumber Data ............................................... 23

4. Tempat dan Waktu Penelitian ...................... 24

5. Teknik Pengumpulan Data .......................... 25

6. Teknik Analisis Data ................................... 27

7. Teknik Keabsahan Data ............................... 28

8. Pedoman Penulisan Skripsi.......................... 29

9. Teknik Pemilihan Informan ......................... 29

Page 9: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

v

10. Sitematika Penulisan ................................... 30

BAB II LANDASAN TEORI............................................... 33

A. Rehabilitasi ....................................................... 33

1. Teori Rehabilitasi ........................................ 33

2. Jenis-Jenis Rehabilitasi ................................ 34

3. Tujuan Rehabilitasi ..................................... 35

4. Tahapan Rehabilitasi ................................... 36

B. Warga Binaan Pemasyarakatan ......................... 41

1. Pengertian Warga Binaan

Pemasyarakatan ........................................... 41

2. Hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan ..... 42

C. Lembaga Pemasyarakatan ................................. 44

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan .......... 44

2. Kedudukan, Tujuan, dan Fungsi

Lembaga Pemasyarakatan ........................... 45

3. Konsep Lembaga Pemasyarakatan dan

Sistem Pemasyarakatan ............................... 46

D. Perspektif Pekerja Sosial Koreksional ............... 49

1. Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional ..... 49

2. Tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional ........... 51

3. Fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional ........... 51

4. Peran Pekerjaan Sosial Koreksional ............. 52

E. Penyalahgunaan Narkoba .................................. 53

1. Pengertian Narkoba ..................................... 53

2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan

Narkoba ...................................................... 53

3. Dampak-Dampak Penyalahgunaan

Narkoba ...................................................... 54

F. Teori-Teori ........................................................ 57

Page 10: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

vi

1. Teori Social Learning .................................. 57

2. Teori Kriminologi ....................................... 58

3. Teori Sistem ................................................ 59

4. Teori Pidana dan Pidana Penjara.................. 60

G. Landasan Hukum .............................................. 60

H. Pengertian Dampak Program ............................. 64

I. Kerangka Berfikir ............................................. 65

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II A

SALEMBA................................................................ 67

A. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba ........................................... 67

B. Visi, Misi, Motto dan Komitmen Pelayanan ...... 70

C. Tugas dan Fungsi .............................................. 73

D. Struktur Organisasi............................................ 78

E. Sumber Daya Manusia ...................................... 79

F. Kegiatan Harian Warga Binaan

Pemasyarakatan...................................................81

G. Pelayanan dan Program Unggulan ..................... 83

H. Program Pembinaan .......................................... 83

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .................. 89

A. Pelaksanaan Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba ................. 90

B. Dampak yang Diperoleh selama Pelaksanaan

Program Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba ............... 126

Page 11: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

vii

BAB V PEMBAHASAN .................................................... 135

A. Pelaksanaan Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba ............... 136

B. Dampak yang Diperoleh selama Pelaksanaan

Program Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba..............................................................148

BAB VI PENUTUP ............................................................. 155

A. Kesimpulan ..................................................... 155

B. Saran ............................................................... 157

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 159

LAMPIRAN- LAMPIRAN ................................................... 163

Page 12: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jenis-Jenis Kejahatan dalam Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba pada Tahun 2017 ....................... 2

Tabel 1. 2 Timeline Waktu Penelitian ...........................................24

Tabel 1. 3 Lanjutan Timeline Waktu Penelitian ............................25

Tabel 1. 4 Informan Penelitian ......................................................30

Tabel 3. 1 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Susunan

Kepegawaian ...............................................................79 Tabel 3. 2 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Golongan

Pangkat ........................................................................80

Tabel 3. 3 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pendidikan ..80 Tabel 3. 4 Jadwal Kegiatan Harian Warga Binaan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba ...................................................................82 Tabel 3. 5 Lanjutan Jadwal Kegiatan Harian Warga Binaan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba....................................................................82

Page 13: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Gedung Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba ..............................................................70

Gambar 3. 2 Visi, Misi, Dan Motto Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba........................ 71 Gambar 3. 3 SOP Layanan Pendaftaran Kunjungan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba ..................87

Gambar 3. 4 SOP Pemeriksaan Barang Bawaan

Kunjungan................................................................ 88

Gambar 3. 5 Barang-Barang Hasil Sidak yang Diperoleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba ..............................................................88

Gambar 4. 1 Warga Binaan Pemasyarakatan Melaksanakan Test

Urine......................................................................... 95

Gambar 4. 2 Pembukaan Program Rehabilitasi Medis ..................98

Gambar 4. 3 Kegiatan Senam Pagi ..............................................99

Gambar 4. 4 Kegiatan Kepramukaan ........................................ 111

Gambar 4. 5 Jadwal Kegiatan Harian Program Rehabilitasi .... 114

Gambar 4. 6 Kegiatan Bermain Musik...................................... 118

Gambar 4. 7 Kegiatan Olahraga Bola Voli ............................... 119

Gambar 4. 8 Kegiatan Kerohanian............................................ 119

Gambar 4. 9 Kegiatan Membuat Keterampilan ......................... 121

Page 14: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba .......................................................................78

Page 15: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

xi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3. 1 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pendidikan ....81

Page 16: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Catatan Observasi ................................................... 164

Lampiran 2 Transkip Wawancara KASIBINADIK (Kepala Seksi

Bimbingan Narapidana/Anak Didik) ....................... 176

Lampiran 3 Transkip Wawancara ASN Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba ....................... 189

Lampiran 4 Transkip Wawancara JFU Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba................................................... 200

Lampiran 5 Transkip Wawancara Dokter Poli Klinik Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba ...................... 208

Lampiran 6 Transkip Wawancara WBP (Warga Binaan

Pemasyarakatan) KM ............................................. 215

Lampiran 7 Transkip Wawancara WBP (Warga Binaan

Pemasyarakatan) IA................................................ 219

Lampiran 8 Transkip Wawancara WBP (Warga Binaan

Pemasyarakatan) DI................................................ 223

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Skripsi .................................... 226

Lampiran 10 Surat Bimbingan Skripsi ......................................... 227

Lampiran 11 Surat Pengajuan Seminar Proposal .......................... 228

Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian Lembaga ............ 229

Lampiran 13 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian

Petugas MD ............................................................ 230

Lampiran 14 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian

Petugas IH .............................................................. 231

Lampiran 15 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian

Petugas RC ............................................................. 232

Page 17: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

xiii

Lampiran 16 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian

Petugas MF ............................................................ 233

Lampiran 17 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian WBP IA ................................................................. 234

Lampiran 18 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian

WBP KM ............................................................... 235

Lampiran 19 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian

WBP DI ................................................................. 236

Page 18: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

xiv

DAFTAR SINGKAT

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) : Penyebutan atau

istilah lain dari

Narapidana.

Narapidana : Manusia atau orang

yang telah melakukan

pelanggaran hukum

dan di masukkan ke

dalam Lapas untuk

dilaksanakan

pembinaan sesuai

dengan perudangan-

undangan

pemasyarakatan.

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) : Tempat pelaksanaan

hukuman bagi WBP

yang melakukan

tindak pidana melalui

kegiatan pembinaan.

Remisi : Pengurangan masa

pidana yang diberikan

kepada Narapidana

yang memenuhi syarat

yang ditentukan dalam

ketentuan perundang-

undangan.

Residivis : Manusia atau orang

yang diberi hukuman

di Lapas karena

melakukan dan

mengulangi tindak

pidananya kembali.

Page 19: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan

bermasyarakat. Kehidupan bermasyarakat selalu berkaitan

dengan adanya nilai dan norma, namun ada kalanya terdapat

anggota masyarakat yang melakukan penyimpangan.

Penyimpangan sosial merupakan suatu perilaku yang

dianggap melanggar norma-norma serta nilai-nilai yang

berlaku, sehingga menimbulkan keresahan dan kekhawatiran

di masyarakat. Perilaku menyimpang dilihat dari berbagai

sudut pandang tidak hanya merugikan bagi diri sendiri tetapi

juga bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. Kejahatan

merupakan salah satu bentuk dari perilaku menyimpang.

Jenis kejahatan yang sering terjadi yaitu penyalahgunaan

narkoba. Tindak kejahatan penyalahgunaan narkoba tidak

mengenal usia, jenis kelamin, suku, agama dan

penggolongan-pengolongan lainnya.

Tidak hanya penyalahgunaan narkoba tetapi

penyelundupan dan peredaran gelap narkoba juga masih

sering terjadi di Indonesia. Luasnya wilayah Indonesia

membuat negeri ini tidak hanya menjadi tempat transit bagi

transaksi penjualan narkoba, tetapi juga menjadi tempat

untuk memproduksi barang haram tersebut. Hal ini dapat

dibuktikan dengan terbongkarnya pabrik ekstasi di daerah

Jakarta dan pabrik ini merupakan pabrik terbesar ketiga di

dunia. (Sunarno 2008, 3) Maraknya peredaran dan

Page 20: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

2

penyalahgunaan narkoba akan menyebabkan penurunan

kualitas hidup bagi generasi muda saat ini.

Tingginya jumlah pengguna narkotika dan obat-obatan

terlarang yang dimasukkan ke dalam penjara dipandang

sebagai sebuah kesalahan besar yang dilakukan oleh aparat

penegak hukum di Indonesia. Menurut pengacara publik

Lembaga Bantuan Hukum Ichsan Zikrie, setiap individu

yang menyalahgunakan narkoba seharusnya hanya ditangkap

untuk dilakukan rehabilitasi terhadapnya oleh para penegak

hukum. Namun, kenyataannya banyak dari para

penyalahgunaan narkoba yang justru dimasukkan ke dalam

penjara setelah mereka ditangkap. (CNN Indonesia, 2015)

Tabel 1. 1

Jenis-Jenis Kejahatan dalam Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba pada Tahun 2017

JENIS KEJAHATAN NARAPIDANA TAHANAN

Kesusilaan 12 Orang 1 Orang Memalsu Materai/Surat 5 Orang 1 Orang

Penipuan 25 Orang 3 Orang Narkotika 1138 Orang 250 Orang Korupsi 0 Orang 2 Orang

Kepabeanan 0 Orang 0 Orang

KUHP/Pidana/Kriminal (Umum)

309 Orang 102 Orang

Teroris 2 Orang 0 Orang Perlindungan Anak 39 Orang 12 Orang

Kehutanan 0 Orang 0 Orang

Hak Cipta 0 Orang 0 Orang

Senjata Tajam/Senjata Api/Bahan Peledak

6 Orang 4 Orang

Perampokan 21 Orang 6 Orang

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Page 21: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

3

Menurut tabel di atas, jenis-jenis kejahatan yang ada

sangatlah beragam, dari banyaknya kasus penyimpangan

dapat diketahui bahwa kasus penyalahgunaan narkoba

mendominasi dari seluruh jenis-jenis kejahatan yang ada di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

Selanjutnya berdasarkan data yang didapat merujuk

data BNN pada tahun 2018, prevelensi angka

penyalahgunaan narkoba di 13 ibu kota provinsi di Indonesia

mencapai angka 3,2 persen atau setara dengan 2,29 juta

orang. Sementara, pada tahun 2017, BNN mencatat angka

prevelensi penyalahgunaan narkotika sebesar 1,77 persen

atau setara 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun.

(Ristianto 2019)

Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa

fenomena penyalahgunaan narkoba masih sangat

berkembang pesat meskipun di tahun-tahun tertentu

mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

masih kurangnya sosialisasi terkait bahaya narkoba terhadap

dampak dan kerugian bagi generasi bangsa Indonesia. Selain

itu, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya perhatian

khusus para orang tua terhadap anak, tingkat persaingan yang

begitu pesat khususnya di Ibu Kota ataupun kota-kota besar

lainnya sehingga banyak kalangan diusia remaja hingga

dewasa terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Hal itu

menunjukan bahwa perlu adanya perhatian khusus dari

pemerintah terhadap pemberantasan narkoba di Indonesia.

Page 22: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

4

Indonesia merupakan negara hukum dimana segala

sesuatunya diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia. Dampak dari bahaya narkoba sangat merugikan

khususnya untuk diri sendiri, keluarga, bahkan negara.

Dengan merujuk pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, Pasal 54 menyatakan pecandu Narkotika dan

korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani

rehabilitasi medis dan sosial. Rehabilitasi medis yakni terkait

pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sedangkan rehabilitasi

sosial terkait pemulihan sosial dan mental pecandu narkoba.

(Permana 2019) Upaya penanganan penyalahgunaan narkoba

melalui UU tentang pengobatan dan rehabilitasi tersebut

memberikan kesempatan kepada para korban pecandu

narkoba agar dapat berfungsi kembali di lingkungan

sosialnya, terbebas dari ketergantungan mengkonsumsi

narkoba, mengurangi tingkat kriminalitas serta dapat

produktif dan sehat kembali dalam melakukan aktifitasnya.

Dalam perspektif agama Islam kata-kata narkoba tidak

dijelaskan dalam Al-Qur’an, akan tetapi status keharaman

dan bahayanya dijelaskan dan dianalogikan dengan khamr.

Hal tersebut tetap diatur dalam hukum Islam berdasarkan

kajian-kajian ulama besar Islam yang memang mengerti dan

memahami tata cara menentukan halal dan haram dengan

menyamakan atau menetapkan hukum suatu perkara yang

baru, yang belum ada pada masa sebelumnya namun

memiliki kesamaan sebab, manfaat, bahaya dengan perkara

Page 23: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

5

terdahulu sehingga dihukum sama (Qiyas). Allah SWT

berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak

menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu

lantaran (meminum) khamar…” (Q.S. Al-Maidah: 91)

Pada ayat tersebut di atas terdapat kata khamr, Allah

SWT menerangkan bahwa yang diharamkan ialah minuman

arak dan tiap-tiap yang memabukkan walaupun sedikit serta

apa sebabnya diharamkan minum arak, yaitu karena

menyebabkan permusuhan dan kebencian sesama kamu,

bahkan perkelahian dan pembunuhan. Selain dari pada itu

menghalangi dari pada mengingat Allah dan mengerjakan

sembahyang. Maka meminum khamar berbahaya dan

melarat dari segi masyarakat (pergaulan) dan dari segi agama

atau dengan lain perkataan dari segi jasmani dan rohani.

Sebab itu wajib kaum Muslimin menjauhinya. Selain dari

pada yang diharamkan itu banyak yang lain yang baik-baik

dan menggembirakan, seperti bermacam-macam permainan,

kesenian, dsb. (Yunus 2004, 166-167)

Dari penjelasan ayat tersebut dapat diketahui bahwa

bahaya narkoba sangat mempengaruhi kehidupan

bermasyarakat, karena tidak dapat dipungkiri ketika

seseorang meminum khamar sampai mabuk akan

menimbulkan hilangnya kesadaran, hal tersebut dapat

membuat permusuhan dan perkelahian karena perbuatannya

Page 24: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

6

yang menyimpang atau perkataannya yang kasar. Selain itu,

orang yang sedang dalam keadaan mabuk sulit untuk

mengingat Allah dalam beribadah dan berdzikir. Secara

umum dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba dapat

menimbulkan gangguan fisik, psikis dan sosial karena

kerusakan sistem syaraf pada tubuh manusia.

Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan yang

harus dikenakan sanksi karena telah melanggar aturan-aturan

yang telah disusun di dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana. Pelaku yang melanggar hukum biasanya akan

diproses di kantor polisi terlebih dahulu, selanjutnya akan

menunggu hasil persidangan peradilan, setelah mengetahui

hasil keputusannya barulah hukuman tersebut ditindak lanjuti

di Lembaga Pemasyarakatan.

Sesuai dengan UU RI Nomor 12 Tahun 1995 BAB I

Pasal 2 tentang Pemasyarakatan bahwa sistem

pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk

Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia

seutuhnya maksudnya yaitu agar manusia tersebut seimbang

antara akal, jasmani dan rohaninya tidak terpengaruh (yang

berarti sandaran kepada Allah nya kuat), menyadari

kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan bertanggung jawab.

Sistem peradilan pidana atau hukuman pemidanaan

dapat dilakukan oleh berbagai jenis lembaga pemidanaan

Page 25: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

7

salah satunya melalui Lembaga Pemasyarakatan. Kehadiran

Lembaga Pemasyarakatan diharapkan dapat memberikan

perubahan baik terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan

(WBP) agar tidak mengulangi kesalahan yang sama

(residivis).

Lembaga Pemasyarakatan merupakan organisasi atau

institusi atau tempat untuk melaksanakan kegiatan

pembinaan bagi WBP meliputi kegiatan pembinaan secara

fisik ataupun pembinaan secara rohani agar mampu hidup

normal dan diterima kembali di tengah-tengah masyarakat.

Lembaga Pemasyarakatan atau lebih dikenal dengan istilah

LAPAS merupakan tempat bagi WBP dalam menjalankan

masa hukumannya setelah mendapatkan pernyataan bersalah

oleh pihak pengadilan.

Melihat perkembangannya keberadaan Lapas di

Indonesia kini Lapas telah beralih fungsi. Berawal dari

fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang dijadikan sebagai

penjara atau tempat untuk menghukum orang-orang pelaku

tindak kejahatan dan melanggar norma, namun saat ini Lapas

tidak hanya berfungsi untuk menghukum tindak kejahatan

semata tetapi juga berfungsi sebagai bentuk upaya

pemasyarakatan bagi WBP, dengan cara mempersiapkan

para pelaku agar nantinya siap kembali ke lingkungan

masyarakat dengan keterampilan yang telah dilatih selama

menjalani hukuman di Lapas. Pengalih fungsian tersebut

tidak hanya mengubah kesan kepenjaraan karena

beranggapan bahwa WBP akan di tempatkan di ruangan yang

Page 26: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

8

kecil, menakutkan, dan tidak bisa kemana-mana. Padahal,

sebenarnya mereka di dalam Lapas diberikan program

pembinaan seperti kegiatan pembinaan kemandirian dan

pembinaan kepribadian.

Lapas Kelas II A Salemba adalah salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang berada di

wilayah daerah khusus ibukota Jakarta. Secara historis,

berdirinya Lapas Salemba adalah pemekaran UPT

Pemasyarakatan Rutan Salemba. Sebelum tahun 1945

bangunan Lapas Salemba saat itu berfungsi sebagai tempat

tahanan yang melakukan pelanggaran hukum Kolonial

Hindia Belanda. Setelah tahun 1945 bangunan Lapas

digunakan untuk menampung tahanan politik, tahanan sipil,

dan pelaku kejahatan ekonomi.

Selanjutnya peniliti tertarik melakukan penelitian di

Lapas Kelas II A Salemba karena termasuk Lapas tertutup

yang tidak dapat diakses sembarangan orang, oleh karena itu

harus memerlukan surat perizinan terlebih dahulu, lalu Lapas

Kelas II A Salemba menerapkan sistem maximum security

yaitu maksudnya setiap pengunjung akan melalui sistem

keamanan yang sangat ketat. Lapas Kelas II A Salemba juga

memperoleh sebutan sebagai Wilayah Bebas dari Korupsi

(WBK), artinya dari segi pelayanan dan kebutuhan fasilitas

atau sarana dan prasarana yang telah diberikan sudah tersedia

dibandingkan dengan Lapas lainnya. Selain itu, banyaknya

WBP dengan kasus narkoba membuat Lembaga

Pemasyarakatan ini menjadi kelebihan kapasitas (overload).

Page 27: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

9

Dalam pelaksanaannya terdapat pula hukuman yang

tidak sesuai antara pengedar dan pemakai narkoba dimana

seharusnya hukuman bagi pengedar lebih berat dibandingkan

dengan pemakai atau pecandu narkoba yang seharusnya

mereka dapat menjalani program rehabilitasi, namun pada

kenyataannya banyak dari penyalahgunaan narkoba yang

justru dimasukkan ke dalam penjara setelah mereka

ditangkap.

Lapas Kelas II A Salemba memberikan kegiatan

pembinaan berupa pembinaan kepribadian yang bertujuan

untuk mengarahkan individu terhadap mental dan watak agar

dapat menjadi manusia seutuhnya yang lebih baik dan

bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat

dan negara. Selain itu, pembinaan kemandirian diarahkan

agar WBP setelah menjalani masa hukuman dapat kembali

berperan ke masyarakat dengan bakat dan keterampilan yang

telah dilatih.

Adapun program-program yang dilaksanakan oleh

Lapas Kelas II A Salemba merupakan suatu bentuk usaha

penanganan penyalahgunaan narkoba yaitu melalui program

rehabilitasi medis dan sosial. Rehabilitasi medis merupakan

suatu tahapan pengobatan pemulihan kesehatan agar WBP

terlepas dari ketergantungan terhadap narkoba. Program

rehabilitasi medis yang ada di Lapas Kelas II A Salemba di

antaranya yaitu kegiatan Konseling, Penanganan Gawat

Darurat Narkotika, Farmakoterapi, dan Rujukan. Sedangkan

rehabilitasi sosial merupakan suatu proses kegiatan

Page 28: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

10

pemulihan agar penyalahgunaan narkoba dapat berfungsi dan

diterima kembali di masyarakat. Program rehabilitasi sosial

yang ada di Lapas Kelas II A Salemba berupa Bimbingan

Individu, Bimbingan Kelompok, Bimbingan Personal Life

Skill.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis

bermaksud melakukan penelitian mendalam mengenai isu

tersebut dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul

“Rehabilitasi Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus

Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

dipaparkan di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa

setiap tahunnya pengguna narkoba semakin meningkat,

oleh karena itu perlu diketahui faktor apa yang melatar

belakangi seseorang menggunakan narkoba.

2. Sejauh mana pemahaman seseorang terhadap bahaya

penggunaan narkoba.

3. Proses pelaksanaan rehabilitasi yang diberikan Lapas

Kelas II A Salemba kepada WBP kasus narkoba.

4. Dampak rehabilitasi terhadap WBP kasus narkoba

Page 29: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

11

C. Batasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan terarah

serta menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran yang

terlalu luas, maka dari itu penulis memberikan batasan fokus

permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Pelaksanaan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

bagi Warga Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

2. Dampak yang diperoleh bagi Warga Binaan

pemasyarakatan selama mengikuti kegiatan rehabilitasi

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba melaksanakan program rehabilitasi bagi Warga

Binaan Pemasayarakatan kasus narkoba?

2. Bagaimana dampak yang diperoleh selama Pelaksanaan

Program Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan program rehabilitasi

bagi Warga Binaan Pemasayarakatan kasus narkoba

Page 30: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

12

yang dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan

kelas II A Salemba.

b. Untuk mengetahui dampak yang diperoleh selama

pelaksanaan program rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yaitu:

a. Manfaat Akademik

1) Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan

wawasan baru dan menambah ilmu pengetahuan

untuk dijadikan bahan pemberitahuan bagi

pembacanya.

2) Penelitian dijadikan sebagai suatu cara untuk

melatih kemahiran penulis dalam menghasilkan

karya ilmiah.

3) Penelitian dijadikan sebagai sumber literasi di

bidang ilmu kesejahteraan sosial tentang

rehabilitasi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan

kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan.

b. Manfaat Praktik

1) Penelitian diharapkan mampu membantu Lapas

dalam melaksanakan rehabilitasi terhadap Warga

Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba yang

sesuai.

Page 31: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

13

2) Hasil Penelitian diharapakan mampu menjawab

pertanyaan sesuai dengan yang diteliti.

3) Hasil penelitian diharapkan mampu menunjang

praktisi yang berprofesi dalam bidang

koreksional agar mampu menjalankan tugasnya

secara maksimal.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan

pustaka terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu.

Tinjauan pustaka digunakan sebagai landasan berfikir serta

untuk membantu penulis mengetahui permasalahan yang

akan diangkat dalam melaksanakan penelitian. Berikut ini

terdapat beberapa hasil penelitian yang dijadikan penulis

untuk bahan perbandingan yaitu:

1. Nama : Oktaviani

Jurusan/Universitas : Kesejahteraan Sosial/UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba Melalui Program

Satuan Karya Pramuka (SAKA)

Anti Narkoba Oleh Badan

Narkotika Nasional Kota

(BNNK) Tangerang Selatan

Isi Skripsi : Dalam penelitian ini dapat

diketahui bahwa pembahasan yang

diangkat yaitu mengenai

Page 32: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

14

Pencegahan penyalahgunaan

narkoba melalui program SAKA

oleh BNNK di Tangerang Selatan.

Bentuk program pencegahan yang

diberikan BNN yaitu: (1)

Kampanye Anti Penyalahgunaan

Narkotika, (2) Penyuluhan Seluk

Beluk Narkotika, (3) Pendidikan

dan Pelatihan Kelompok Sebaya,

(4) Upaya Mengawasi dan

Mengendalikan Produksi dan

Distribusi Narkotika di

Masyarakat.

Persamaan : Dari penelitian yang saya lakukan

terdapat persamaan dalam

pembahasan tema yang diambil

yaitu mengenai penyalahgunaan

narkoba di masyarakat.

Perbedaan : Dari penelitian yang saya lakukan

terdapat perbedaan pada isi dari

penelitian yang akan dilakukan

yaitu lebih mengarah kepada

proses rehabilitasi serta hasil yang

diharapkan dari program

rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba di

Page 33: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

15

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba.

2. Nama : Balqis Anjani Arifin

Jurusan/Universitas : PMI Konsentrasi Kesejahteraan

Sosial/UIN Alauddin Makassar

Judul Skripsi : Rehabilitasi Sosial Korban

Napza di Panti Sosial Marsudi

Putra Toddopuli Kecamatan

Biringkanaya Kota Makassar

Isi Skripsi : Dalam penelitian ini dapat

diketahui bahwa pembahasan yang

diangkat yaitu mengenai

Rehabilitasi sosial korban napza di

panti sosial. Penelitian ini

bertujuan (1) Untuk mengetahui

proses rehabilitasi sosial, (2)

Untuk mengetahui manfaat

rehabilitasi sosial, dan (3) Untuk

mengetahui apa saja faktor

penghambat dalam pelaksanaaan

rehabilitasi sosial di panti sosial

Marsudi Putra Toddopuli

Kecamatan Biringkanaya Kota

Makassar.

Persamaan : Dari penelitian yang saya lakukan

terdapat persamaan dalam

Page 34: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

16

pembahasan tema mengenai

rehabilitasi napza.

Perbedaan : Perbedaan dari penelitian yang

saya lakukan terletak pada

pembahasan yang penulis lakukan

yaitu mengenai program

rehabilitasi yang dilakukan dalam

ranah Lapas Kelas II A Salemba.

3. Nama : Roudhotul Firdha

Jurusan/Universitas : Kesejahteraan Sosial/UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Rehabilitasi Sosial Untuk

Penyalahgunaan Napza di

Yayasan Karya Peduli Kita

Tangerang Selatan

Isi Skripsi : Dalam penelitian ini dapat

diketahui bahwa pembahasan yang

diangkat yaitu mengenai

rehabilitasi sosial untuk

penyalahgunaan napza di yayasan

karya peduli kita Tangerang

Selatan. Penelitian ini

menyebutkan bentuk-bentuk terapi

rehabilitasi sosial diantaranya

yaitu: (1) Terapi medis, (2) Terapi

psikiatrik, (3) Terapi psikososial,

(4) Terapi psikoreligius.

Page 35: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

17

Persamaan : Dari penelitian yang saya lakukan

terdapat persamaan dalam

pembahasan mengenai rehabilitasi

pada subyek kasus narkoba.

Perbedaan : Dari penelitian yang saya lakukan

terdapat perbedaan pada lokasi

penelitian dan tujuan penelitian

yang akan dibahas.

4. Nama : Ibrahim Nainggolan

Fakultas/Universitas : Fakultas Hukum/Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara

Judul Jurnal : Lembaga Pemasyarakatan

dalam Menjalankan Rehabilitasi

terhadap Narapidana Narkotika

Isi Jurnal : Dalam penelitian ini dapat

diketahui bahwa pembahasan ini

mengenai rehabilitasi terhadap

narapidana narkotika yang

diselenggarakan

Lembaga

Pemasyarakatan seperti yang

dijelaskan dalam UU No. 39 tahun

2009 tentang narkotika dan UU

No. 12 tahun 1995 tentang

pemasyarakatan dan bagaimana

kebijakan Lembaga

Pemasyarakatan dalam

pelaksanaan rehabilitasi terhadap

Page 36: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

18

pelaku tindak pidana

penyalahgunaan narkotika

Persamaan : Dari penelitian yang saya lakukan

terdapat persamaan dalam

pembahasan mengenai rehabilitasi

terhadap Warga Binaan

Pemasyarakatan tindak pidana

penyalahgunaan narkoba.

Perbedaan : Dari penelitian yang saya lakukan

terdapat perbedaan pada

pembahasan mengenai bagaimana

Lapas memberikan program

rehabilitasi serta hasil yang

diharapkan dari program

rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba.

5. Nama : Anasarach Dea Delinda

Fakultas/Universitas : Fakultas Hukum/Universitas

Lampung

Judul Jurnal : Peran Lembaga

Pemasyarakatan dalam

Rehabilitasi terhadap

Narapidana Narkotika (Studi di

Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Klas II A Jakarta)

Isi Jurnal : Dalam penelitian ini dapat

diketahui bahwa pembahasan ini

Page 37: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

19

mengenai peran Lembaga

Pemasyarakatan dalam rehabilitasi

terhadap narapidana narkotika

yaitu dengan memberikan program

terapi dan pelatihan. Selain itu

dijelaskan pula hambatan yang

dialami Lembaga Pemasyarakatan

dalam melaksanakan rehabilitasi

tersebut salah satunya yaitu

kurangnya minat narapidana

terhadap program pembinaan

tersebut.

Persamaan : Persamaan dengan penelitian yang

saya lakukan terletak pada

program rehabilitasi yang

diberikan Lembaga

Pemasyarakatan kepada Warga

Binaan Pemasyarakatan kasus

narkoba.

Perbedaan : Perbedaan dengan penelitian yang

saya lakukan terletak pada

pelaksanaan program rehabilitasi

yang dijalankan Lapas Kelas II A

Salemba serta hasil yang

diharapkan bagi WBP dan tempat

penelitian yang akan saya lakukan.

Page 38: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

20

Meninjau dari penelitian terdahulu yang saya

temukan, terdapat perbedaan dalam penelitian yang saya

lakukan yaitu program-program rehabilitasi yang ada di

Lapas Kelas II A Salemba, karena seperti yang telah

disebutkan di atas program rehabilitasi yang ada di Lapas

Kelas II A Salemba tidak sama dengan program-program

yang ada di lembaga lainnya. Selain itu, pada penelitian

saya juga akan menjelaskan bagaimana hasil yang

diharapkan dari pelaksanaan program rehabilitasi bagi

Warga Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba peroleh

setelah mereka mengikuti program rehabilitasi yang tidak

dijelaskan pada penelitian sebelumnya.

G. Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran

Rehabilitasi diartikan sebagai kegiatan untuk mencari

alternatif-alternatif sebagai sarana pemulihan untuk

kepentingan kemanusiaan dan dalam rangka penelitian,

pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. (Sujono

2011, 74)

H. Metode Penelitian

Suatu penelitian dilakukan sebagai suatu usaha untuk

menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran dan

mencari kembali suatu pengetahuan dengan menggunakan

metode-metode ilmiah. Kegiatan mencari kembali

menggambarkan suatu proses sirkuler yang memiliki

Page 39: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

21

mekanisme bersinambungan. Artinya jika sebuah penelitian

telah dilakukan dan hasil ditemukan maka akan berlanjut

kepada penelitian lain untuk mengkaji hal-hal yang belum

terungkap dalam penelitian sebelumnya. Menggunakan

metode ilmiah berarti penelitian dilakukan secara sistematis

guna mencari jawaban atas suatu permasalahan melalui

pengumpulan data empiris dan diolah berdasarkan teknik

tertentu guna memperoleh kesimpulan yang benar. (Satori

2013, 18)

Dalam jurnal Skripsi yang berjudul “Program

Rehabilitasi Sosial Bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas I Cipinang Jakarta: Perspektif

Pekerjaan Sosial Koreksional”, oleh Ilmawati Hasanah

menjelaskan bahwa menurut Kristi Poerwandi, metodologi

penelitian adalah teknik atau cara dalam pengumpulan data

atau bukti yang dalam hal ini perencanaan tindakan yang

dilaksanakan serta langkah-langkah apa yang harus ditempuh

untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi

sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara

benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik

pengumpulan dan analisis data yang relevan yang

diperoleh dari situasi yang alamiah. (Satori2013, 25)

Page 40: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

22

Menurut Bogdan dan Taylor, metode penelitian

kualitatif merupakan proses penelitian dengan

menghasilkan data deskriptif kualitatif dalam bentuk

kata-kata tertulis atau perkataan secara langsung dari

hasil pengamatan perilaku terhadap orang lain.

Kemudian, tidak ketinggalan Lexy J. Moleong

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian (contohnya:

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain

sebagainya) secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah. (Prastowo 2016, 22-23)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian

yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu kejadian

nyata secara alami tanpa dibuat-buat atau manipulasi

dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan lisan serta tidak

menggunakan teknik perhitungan angka guna untuk

memahami permasalahan yang diteliti.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

penelitian deskriptif, Menurut Nazir, metode deskriptif

adalah metode yang digunakan untuk meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Page 41: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

23

suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Oleh Suharsimi Arikunto,

ditegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi

hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu

variabel, gejala, atau keadaan. (Prastowo 2016, 186)

Dari ulasan penelitian deskriptif tersebut tujuan

penulis ingin melihat pelaksanaan program rehabilitasi

yang ditujukan bagi WBP di Lapas Kelas II A Salemba.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan asal usul darimana data atau

informasi diperolah dalam penelitian. Dalam penelitian

sumber data terbagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Data Primer, adalah data yang diperoleh penulis secara

langsung melalui teknik observasi dan wawancara

kepada informan yang dapat memberikan informasi

secara detail sesuai kebutuhan penulis di antaranya

yaitu Penanggung jawab program rehabilitasi, staf

atau personel divisi rehabilitasi, pembina Warga

Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba, dan Warga

Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba di Lapas Kelas

II A Salemba.

b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh penulis

dari sumber yang sudah ada seperti melalui dokumen,

arsip-arsip, surat kabar atau media kabar seperti koran,

buku-buku, jurnal, dokumentasi, dan sumber lainnya

Page 42: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

24

yang berhubungan dalam penelitian. Data sekunder ini

penulis dapat dari website Lapas Salemba Kelas II A,

buku, buku harian atau jurnal, berita internet, dan

tulisan lainnya.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi yang diambil penulis dalam penelitian ini

yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba yang

beralamat di Jl. Percetakan Negara NO. 88 A, RT 12/

RW 4, Rawasari, Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat,

10570. Waktu penelitian yang penulis lakukan

berlangsung selama 6 (enam) bulan yaitu bulan Januari

2020 sampai bulan Juni 2020.

Tabel 1. 2

Timeline Waktu Penelitian

NO

KEGIATAN

Oktober

2019

November

2019

Desember

2019

I II III IV I II III IV I II III IV

1. Proses pembuatan

proposal skripsi

X X X X X X X

2. Proses sidang

proposal skripsi

X

3. Penyerahan surat ke

dosen pembimbing

dan revisi proposal

skripsi

X

4. Revisi skripsi BAB I X

5. Bimbingan BAB I X

Sumber: Olahan Data Pribadi

Page 43: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

25

Tabel 1. 3

Lanjutan Timeline Waktu Penelitian

NO

KEGIATAN

Januari

2020

Februari

2020

Juni

2020

Ags

2020

I II III IV I II III IV I II III IV

1. Proses Pengumpulan

Data

X

2. Proses Pengolahan

Data

X

3. Proses Pelaksanaan

Wawancara

X X X X X X X

4. Proses Pelaksanaan

Observasi

X X X X X

3. Proses Penyajian

Data

X X X

4. Proses Analisis Data X X X X X

5. Proses Pengerjaan

Kesimpulan Data

X

6. Paparan Hasil

Penelitian (Sidang

Skripsi)

X

Sumber: Olahan Data Pribadi

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif dibutuhkan teknik pengumpulan

data. Metode pengumpulan data berkaitan erat dengan

masalah penelitina yang akan dipecahkan. Berikut ini

beberapa teknik pengumpulan data yang penulis lakukan

yaitu: (Satori, 2013, 103-145)

a. Wawancara

Yang dimaksud teknik wawancara yaitu

melakukan hubungan komunikasi atau perbincangan

Page 44: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

26

antara penanya dan narasumber dengan maksud

mengumpulkan informasi dari pihak narasumber.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan

data untuk mendapatkan informasi yang digali dari

sumber data langsung melalui percakapan atau tanya

jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya

mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi

secara holistik dan jelas dari informan.

Dalam kumpulan data melalui wawancara

penulis telah memperisapkan hal-hal yang diperlukan

terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara yaitu

penulis melakukan pemilihan informan berdasarkan

kebutuhan data dan informasi dalam penelitian ini.

Selain itu, pemilihan informan ditentukan berdasarkan

terwawancara yang komunikatif dan dapat

bekerjasama. Selanjutnya penulis juga telah

mempersiapkan beberapa pertanyaan wawancara untuk

diajukan kepada terwawancara. Proses selama

melakukan wawancara berjalan seperti pembicaraan

biasa tidak terlalu formal ataupun kaku.

b. Observasi

Observasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) yaitu pengamatan, pemantauan atau

peninjauan yang dilakukan secara cermat dan akurat.

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek

yang diteliti baik secara langsung maupun tidak

Page 45: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

27

langsung untuk memperoleh data yang harus

dikumpulkan dalam penelitian.

Untuk metode observasi dalam penelitian ini

penulis mengunjungi Lapas Kelas II A Salemba secara

rutin untuk melakukan pengamatan langsung melalui

kegiatan-kegiatan atau program yang ada di Lapas

Kelas II A Salemba di antaranya yaitu program

rehabilitasi dan pembinaan kemandirian. Penulis

selanjutnya mencatat hasil pengamatan yang diperoleh

di buku catatan lapangan penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian kualitatif

merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah

secara intens sehingga dapat mendukung dan

menambah kepercayaan dan pembuktian suatu

kejadian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu

masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian

sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu

tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih

terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti

perkaranya.

Page 46: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

28

Bogdan & Biklen mengemukakan bahwa analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mengintensiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,

dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut dapat dipahami

bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari, dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(Satori 2013, 199)

7. Teknik Keabsahan Data

Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong

dalam bukunya Metodelogi Kualitatif, untuk menentukan

keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi.

Dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu. (Moleong 2009, 330)

Page 47: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

29

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

triangulasi dengan cara membandingkan sumber-sumber

data yang diperoleh di lapangan dengan kenyataan yang

ada pada saat penelitian.

8. Pedoman Penulisan Skripsi

Pedoman penulisan skripsi merujuk pada Keputusan

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No 507 tahun

2017 mengenai pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi,

tesis, dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Teknik Pemilihan Informan

Metode penelitian yang digunakan dalam pemilihan

informan yaitu teknik Purposive Sampling, Purposive

Sampling menentukan subjek/objek sesuai tujuan.

Meneliti dengan menggunakan kualitatif umumnya sudah

menentukan lokasi yang akan dituju. Dengan

pertimbangan pribadi sesuai topik penelitian, penulis

memilih subjek/objek sebagai unit analisis. Penulis

memilih unit analisis tersebut dilihat dari kebutuhannya

dan menilai bahwa unit analisis tersebut sudah dapat

terwakili.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bisa

menentukan dan mengetahui siapa saja yang dapat

dijadikan sebagai informan untuk memperoleh informasi

sesuai kebutuhan serta bagaimana proses pemilihan

informasi untuk dijadikan objek penelitian sebagai bahan

penulisan bagi peneliti.

Page 48: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

30

Tabel 1.4

Informan Penelitian NO Informan Informasi yang Diperoleh Jumlah

1. Pembina

Program

Rehabilitasi

Mengetahui TUPOKSI Pembina

dan Mengetahui Profil Program

Rehabilitasi

1 orang

2. Pengawas Tim

Rehabilitasi

Mengetahui TUPOKSI Pengawas

Tim Rehabilitasi serta proses-

proses pengawasan dalam

rehabilitasi

1 orang

3. Dokter

Penanggung

Jawab/ Dokter

Pelaksana

Rehabilitasi

Mengetahui TUPOKSI Dokter

Penanggung Jawab/ Dokter

Pelaksana, Mengetahui hasil

assessment dan diagnosa peserta

rehabilitasi

1 orang

4. Tim Pelaksana

Rehabilitasi

Mengetahui TUPOKSI Tim

Pelaksana, Mengetahui tahap-tahap

rehabilitasi

1 orang

5. Warga Binaan

Pemasyarakatan

Mengetahui apa saja yang diperoleh

pada saat pelaksanaan program

rehabilitasi serta bagaimana

dampak yang dirasakan selama

mengikuti program rehabilitasi

3 orang

Total Informan 7 Orang

Sumber: Olahan Pribadi

10. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi, tesis, dan disertasi

terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I berisi tentang latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan

Page 49: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

31

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan

teori dan kerangka pemikiran, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II berisi tentang landasan teori yang

akan digunakan dan membantu penelitian

mengenai rehabilitasi sosial bagi WBP kasus

narkoba di Lapas Kelas II A Salemba, kajian

pustaka, dan kerangka berfikir.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

Pada bab III berisi tentang gambaran

geografis, historis, sosial budaya, dan

sebagainya yang meliputi: sejarah Lapas Kelas

II A Salemba, visi dan misi Lapas Kelas II A

Salemba, tugas dan fungsi Lapas Kelas II A

Salemba, program dan struktur Lapas Kelas II

A Salemba.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab IV berisi tentang penjelasan

penyajian data dan temuan penelitian

mengenai hasil penelitian yang dilakukan

peneliti yaitu rehabilitasi sosial bagi WBP

kasus narkoba di Lapas Kelas II A Salemba.

Page 50: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

32

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab V berisi tentang uraian yang

mengaitkan latar belakang, teori, dan rumusan

teori baru dari penelitian yang meliputi proses

rehabilitasi sosial, dampak rehabilitasi sosial,

metode pembinaan yang diterapkan kepada

warga binaan pemasyarakatan kasus narkoba

di Lapas Kelas II A Salemba, dan perihal

lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan.

BAB VI PENUTUP

Pada bab VI berisi kesimpulan, Implikasi, dan

saran, dengan menyajikan kesimpulan hasil

penelitian pada masing-masing bab

sebelumnya, guna memberikan saran yang

membangun kepada peneliti atau lembaga atau

praktisi profesi lain yang berkaitan.

Page 51: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

A. Rehabilitasi

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Teori Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah proses pemulihan terhadap

ketergantungan penyalahgunaan narkotika (pecandu)

meliputi aspek biopsikososial dan spiritual sehingga

memerlukan waktu lama, kemampuan keras, kesabaran,

konsistensi dan pembelajaran secara terus menerus.

(Mappaire 1982, 32)

Adapun pengertian lainnya mengatakan bahwa

rehabilitasi adalah usaha untuk memulihkan bagi pecandu

narkotika untuk hidup sehat jasmani dan rohani sehingga

dapat menyesuaikan dan meningkatkan kembali

keterampilan, pengetahuan, serta kepandaiannya dalam

lingkungan hidup. (Sudarsono 1990, 87)

Selain itu, rehabilitasi merupakan suatu proses

pemulihan pasien gangguan penggunaan NAPZA baik

dalam jangka waktu pendek ataupun panjang yang

bertujuan mengubah perilaku mereka agar siap kembali ke

masyarakat. (Kemenkes 2010)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa rehabilitasi merupakan suatu proses perbaikan

terhadap pecandu penyalahguna narkoba yang meliputi

aspek fisik, sosial dan keagamaan agar terhindar dari

ketergantungan narkoba dan dapat diterima kembali di

33

Page 52: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

34

masyarakat dengan cara mengembangkan bakat serta

keterampilan yang dimiliki.

2. Jenis-Jenis Rehabilitasi

Ada beberapa jenis rehabilitasi dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, dalam

buku AR. Sujono, Bony Daniel yaitu: (A. Sujono 2011,

74)

1. Rehabilitasi medis yaitu proses kegiatan pengobatan

secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari

ketergantungan narkotika. Tahap ini pecandu

diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental

oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan

apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita.

Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan

berat ringannya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter

butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna

mendeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.

2. Rehabilitasi sosial yaitu proses kegiatan pemulihan

secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial, agar

bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan

fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Tahap ini

pecandu ikut dalam kegiatan program rehabilitasi

sosial seperti yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba.

Page 53: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

35

3. Tujuan Rehabilitasi

Tujuan dari rehabilitasi adalah membuat seseorang

menyadari akan potensi-potensi yang dimilikinya dan

melalui sarana dan prasaranan yang diberikan berusaha

untuk mewujudkan potensi-potensi tersebut secara

maksimal agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara optimal. (Rosdi 2018, 23)

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor 12 Tahun 2017 Pasal 3 tentang

Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan

Pemasyarakatan bertujuan untuk:

a. Memberikan pelayanan dan jaminan perlindungan

terhadap hak Warga Binaan Pemasyarakatan;

b. Memulihkan dan mempertahankan kondisi kesehatan

Warga Binaan Pemasyarakatan yang meliputi aspek

biologis, psikologis dan sosial dari ketergantungan

terhadap narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya;

c. Meningkatkan produktifitas serta kualitas hidup

Warga Binaan Pemasyarakatan;

d. Mempersiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar

mampu menjalankan fungsi sosial di kehidupan

bermasyarakat.

Page 54: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

36

4. Tahapan Rehabilitasi

Tahapan rehabilitasi narkoba bagi WBP seperti

yang tertuang dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia (HAM) Nomor 12 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Narkotika bagi

Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 5

berbunyi bahwa Rehabiltasi narkotika bagi Tahanan dan

Warga Binaan Pemasyarakatan dilaksanakaan melalui

tahapan:

a. Skrinning

Skrinning dilakukan untuk mengetahui dan

mengidentifikasi jenis zat yang digunakan serta

tingkat risiko penyalahguaan narkotika. Pelaksanaan

skrining dilakukan oleh:

1) Dokter

2) Perawat

3) Petugas pemasyarakatan yang telah mendapatkan

pelatihan

Berdasarkan tingkat risiko penyalahgunaan

narkotika terdiri dari tingkat risiko ringan, sedang dan

berat. Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan

dengan hasil Skrining menunjukkan tingkat risiko

ringan, diberikan edukasi tentang bahaya dan risiko

penyalahgunaan narkotika. Tahanan dan Warga

Binaan pemasyarakatan dengan hasil Skrining

menunjukkan tingkat risiko sedang, diberikan

konseling adiksi. Tahanan dan Warga Binaan

Page 55: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

37

Pemasyarakatan dengan hasil Skrining menunjukkan

tingkat risiko berat, dilakukan Asesmen Rehabilitasi.

b. Asesmen Rehabilitasi

Asesmen Rehabilitasi dilakukan oleh Tim

Asesmen Rehabilitasi, adapun Tim Rehabilitasi yang

dimaksud terdiri dari:

1) Dokter atau Psikolog

2) Wali Pemasyarakatan

3) Pembimbing Kemasyarakatan

Hasil Asesmen Rehabilitasi oleh Tim

dipergunakan sebagai dasar pemberian layanan

rehabilitasi narkotika.

c. Pemberian layanan rehabilitasi narkotika

Pemberian Layanan Rehabilitasi narkotika terdir

dari layanan:

1) Rehabilitasi Medis

2) Rehabilitasi Sosial

3) Pascarehabilitasi

Untuk mendukung keberhasilan pemberian

Layanan Rehabilitasi Narkotika dilaksanakan melalui

kegiatan dan layanan pendukung meliputi:

1) Perawatan kesehatan umum

2) Perawatan kesehatan akibat penyalahgunaan

narkotika

3) Perawatan mental dan spiritual

Page 56: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

38

4) Pendidikan

5) Pelatihan kemandirian

Dijelaskan dalam Pasal 9 mengenai Layanan

Rehabilitasi Medis diberikan dalam bentuk:

1) Penanganan kondisi gawat darurat narkotika

2) Detoksifikasi dan terapi simtomatik

Detoksifikasi yaitu proses di mana pecandu

menghentikan penyalahgunaan narkoba di bawah

pengawasan dokter untuk mengurangi gejala

putus zat (sakau). Pada tahap ini pecandu narkoba

perlu mendapat pemantauan di rumah sakit oleh

dokter.

Terapi simtomatik yaitu memberikan obat

pada pecandu sesuai dengan gejala rasa sakit yang

ia rasakan. Misalnya jika ia merasakan sakit

kepala, maka diberikan obat penahan sakit kepala.

3) Terapi komorbiditas

Terapi komorbiditas yaitu terapi terhadap

gangguan jiwa lain yang terdapat bersama-sama

dengan gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat psikoaktif

4) Terapi rumatan

Terapi rumatan (maintenance) biasa

disebut juga dengan terapi substitusi. Terapi ini

digunakan kepada pasien yang ketergantungan

heroin (opioda). Kebutuhan heroin (narkotika

ilegal) diganti (substitusi) dengan narkotika legal.

Page 57: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

39

Beberapa obat yang sering digunakan adalah

kodein, bufrenorphin, metadone, dan nalrekson.

Obat-obatan ini digunakan sebagai obat

detoksifikasi, dan diberikan dalam dosis yang

sesuai dengan kebutuhan pecandu, kemudian

secara bertahap dosisnya diturunkan. (Husin &

Siste 2015)

5) Terapi non rumatan

Terapi non rumatan merupakan layanan

Rehabilitasi Medis yang dapat mengikutsertakan

psikolog, psikiater, apoteker atau analis

laboratorium.

Pada Pasal 10 terdapat Layanan Rehabilitasi Sosial

diberikan dalam bentuk:

1) Therapeutic Community

Adapun Therapuetic Community dalam kamus

Psikologi merupakan sebuah setting sosial dan

budaya yang dibentuk bagi alasan-alasan

terapeutik dan yang di dalamnya terdapat

individu-individu memerlukan kehidupan terapi.

Istilah ini diterapkan bukan hanya untuk kasus

psikiatrik tetapi juga bisa dibentuk oleh

keseluruhan lingkungan sosial, yang jika dikontrol

dengan tepat memiliki pengaruh yang bermanfaat.

(Reber dan Emily, 2010)

Page 58: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

40

2) Criminon

Criminon diartikan sebagai no crime, terapi

ini memiliki tujuan untuk membentuk seorang

narapidana untuk tidak melakukan kembali tindak

kejahatan. Filosofi dasar dari Criminon yaitu,

bahwa pada dasarnya seseorang melakukan tindak

kejahatan dikarenakan kurangnya rasa percaya

diri. Tidak adanya rasa percaya diri ini membuat

seseorang tidak mampu untuk menghadapi

tantangan kehidupan serta tidak mampu

menyesuaikan diri dengan norma atau aturan yang

telah dibuat sehingga yang berkaitan melakukan

pelanggaran hukum.

3) Intervensi Singkat

Intervensi singkat adalah teknik yang

digunakan untuk memulai perubahan perilaku

yang tidak sehat atau beresiko pada Warga Binaan

Pemasyarakatan seperti merokok, kurang olahraga

serta penyalahgunaan narkoba.

Layanan Rehabilitasi Sosial dilaksanakan oleh

Dokter, Perawat atau Wali pemasyarakatan.

Pelaksanaan layanan Rehabilitasi Sosial

mengikutsertakan psikolog, konselor adiksi,

pekerja sosial atau rohaniawan.

Page 59: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

41

Pada Pasal 11 Layanan Pasca

rehabilitasi diberika dalam bentuk:

a) Petemuan kelompok

b) Seminar pengembang diri

c) Dukungan kelompok keluarga

d) Fasilitas layanan professional

Layanan Pasca rehabilitasi dilaksanakan oleh

Dokter, Perawat, Wali Pemasyarakatan atau

Pembimbing Kemasyarakatan. Pelaksanaan layanan

Pasca rehabilitasi mengikutsertakan prikolog,

konselor adiksi, atau pekerja sosial.

B. Warga Binaan Pemasyarakatan

1. Pengertian Warga Binaan Pemasyarakatan

Di dalam UU Pemasyarakatan, narapidana adalah

terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di

Lembaga Pemasyarakatan. Selain sebutan narapidana di

dalam UU Pemasyarakatan juga disebutkan Warga Binaan

Pemasyarakatan yang meliputi narapidana itu sendiri,

anak didik pemasyarakatan dan klien pemasyarakatan.

(Pujileksono 2017, 128)

Terdapat pula dalam skripsi menurut Yoga

Pratama (Pratama 2016, 20) menjelaskan bahwa Warga

Binaan Pemasyarakatan adalah seseorang yang

melakukan tindak kejahatan, hukuman pidana serta di

tempatkan dalam suatu bangunan yang disebut Lembaga

Page 60: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

42

Pemasyarakatan. Warga Binaan Pemasyarakatan secara

umum adalah orang yang kurang mendapat perhatian,

baik dari masyarakat maupun dari keluarganya. Sebab itu

ia memerlukan perhatian yang cukup dari petugas

Lembaga Pemasyarakatan atau Rutan untuk dapat

memulihkan rasa percaya diri.

Dengan demikian Warga Binaan Pemasyarakatan

merupakan seseorang yang sedang menjalankan hukuman

di Lembaga Pemasyarakatan terhadap kesalahan yang

melanggar norma-norma di masyarakat.

2. Hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Selama Warga Binaan Pemasyarakatan menjalani

masa pidana di Lembaga Pemasyarakatan, perlu diketahui

bahwa mereka juga berhak mendapatkan perlindungan

dan perhatian berupa hak-hak asasi manusia. Bukan

berarti dengan adanya hukuman pidana hak-hak WBP

dicabut dan tidak mendapatkan perlakuan yang sama.

Karena pada dasarnya adanya penghukuman pidana bukan

untuk menghilangkan hak-hak Warga Binan

Pemasyarakatan, tetapi memberikan hukuman serta

membuat jera bagi pelakunya atas kesalahan yang telah

diperbuat agar tidak mengulanginya kembali.

Hak-hak narapidana diatur dalam Pasal 14 UU

Pemasyarakatan. Hak-hak narapidana secara garis besar

dapat dibagi menjadi 2, yaitu: (1) Hak-hak umum, yang

secara langsung dapat diberikan kepada narapidana atau

Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga

Page 61: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

43

Pemasyarakatan tanpa syarat-syarat tertentu yang bersifat

khusus. (2) Hak-hak khusus, yang harus diberikan kepada

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan yang telah

memenuhi persyaratan tertentu yang bersifat khusus yakni

persyaratan substantif dan administratif. (Pujileksono

2017, 139-140)

Adapun hak-hak yang bersifat umum, yaitu :

a. Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan dan

atau agama masing-masing.

b. Memperoleh perawatan, baik perawatan jasmani

maupun rohani.

c. Menerima pendidikan serta pengajaran.

d. Memperoleh pelayanan kesehatan dan makanan yang

pantas.

e. Menyampaikan keluh kesah.

f. Memperoleh bacaan dan menonton siaran media

massa yang diperbolehkan.

g. Menerima upah atau premi atas tugas yang telah

dilakukan.

h. Mendapatkan kunjungan keluarga, penasehat hukum,

atau orang tertentu lainnya.

i. Memperoleh pengurangan masa pidana (remisi).

j. Memiliki kesempatan berasimilasi termasuk cuti

mendatangi keluarga.

k. Memperoleh pembebasan bersyarat.

l. Memperoleh cuti menjelang bebas, dan

Page 62: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

44

m. Memperoleh hak-hak lain sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku menurut PP No. 32 Tahun

1999 tentang Syarat-syarat Tata Cara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

C. Lembaga Pemasyarakatan

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Awal pembaharuan pidana penjara dilakukan di

negara-negara Eropa dan Amerika Serikat berkat

pengaruh buah pikiran Beccaria dan Jhon Howard tentang

kemanusiaan dan prinsip-prinsip perlakuan yang layak

bagi narapidana. Lalu diikuti oleh negara-negara Asia

yang mengakui kemerdekaan dan hak asasi manusia

dengan disemangati oleh asas kemanusiaan. (Poernomo

1986, 15)

Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi terakhir

didalam sistem Peradilan Pidana dan pelaksanaan putusan

pengadilan (Hukuman) didalam kenyataannya tidak

mempersoalkan seseorang yang benar-benar terbukti

bersalah atau tidak. Lembaga Pemasyarakatan bertujuan

memberikan pembinaan bagi pelanggar hukum tidak

semata mata membalas tetapi juga memperbaiki.

Mengalami perubahan seperti yang terkandung dalam

sistem pemasyarakatan yang memandang narapidana

adalah orang tersesat dan mempunyai waktu untuk

bertobat. (Panjaitan 1995, 63)

Page 63: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

45

Lapas juga menjadi tempat melaksanakan

penghukuman yang mempunyai dampak terhadap

penghuninya. Lembaga Pemasyarakatan merupakan

tempat untuk mencapai tujuan pembinaan melalui

program-program pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi

Warga Binaan Pemasyarakatan dibina dan diamankan

untuk jangka waktu tertentu agar nantinya dapat hidup

kembali di tengah-tengah masyarakat sebagaimana

disebut dalam Undang-undang No. 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan. (Pujileksono 2017, 126)

2. Kedudukan, Tujuan, dan Fungsi Lembaga

Pemasyarakatan

Kedudukan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

adalah sebagai unit pelaksana teknis di bidang pembinaan

narapidana. Lembaga Pemasyarakatan berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM. (Rahman 2016, 11-12)

Adapun tujuan dari Lembaga Pemasyarakatan

yaitu: (Pratama 2016, 26-27)

a. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan,

memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan

dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara

yang baik dan bertanggung jawab.

Page 64: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

46

b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan

yang ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Cabang

Rumah Tahanan Negara dalam rangka memperlancar

proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di

sidang pengadilan.

c. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi

tahanan/para pihak berperkara serta keselamatan dan

kemanan benda-benda yang disita untuk keperluan

barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan dan

pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda-benda

yang dinyatakan dirampas untuk negara berdasarkan

putusan pengadilan.

Sedangkan fungsi dari Lembaga Pemasyarakatan

adalah menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar

dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat,

sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota

masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.

3. Konsep Lembaga Pemasyarakatan dan Sistem

Pemasyarakatan

Konsep pemasyarakatan ditujukan untuk

menggantikan konsep penjara peninggalan pemerintah

Belanda yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi dan

norma masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan. (Zulfa

2011, 126)

Sistem Pemasyarakatan berfungsi untuk

menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat

berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga

Page 65: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

47

dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang

bebas dan bertanggung jawab. (Pujileksono 2017, 126)

Menurut Dr. Saharjdo pada tahun 1964

pembaharuan dimulai dengan diawali adanya perubahan

sistem penjara menjadi sistem pemasyarakatan. Sistem

pemasyarakatan ini dikembangkan berdasarkan asas

kemanusiaan yang dirumuskan dalam 10 (sepuluh) prinsip

pemasyarakatan sebagai prinsip digunakan dalam

memperlakukan narapidana. Kesepuluh prinsip tersebut

adalah sebagai berikut: (Diah Gustiani 2013, 52-53)

a. Orang yang tersesat diayomi juga, dengan

memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga

yang baik dan berguna dalam masyarakat yang adil

dan makmur berdasarkan pancasila. Bekal hidup tidak

hanya berupa finansial dan material, tetapi lebih

penting adalah mental, fisik dan keahlian,

keterampilan hingga orang mempunyai kemauan dan

kemampuan yang potensial dan efektif untuk menjadi

warga yang baik, tidak melanggar hukum lagi dan

berguna dalam pembangunan Negara.

b. Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari

Negara. Terhadap narapidana tidak boleh ada

penyiksaan baik berupa tindakan, ucapan, cara

perawatan ataupun penempatan. Satu-satunya derita

hanya dihilangkan kemerdekannya.

c. Tobat tidak dapat tercapai dengan penyiksaan,

melainkan dengan bimbingan. Kepada narapidana

Page 66: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

48

harus ditanamkan pengertian mengenai norma-norma

hidup dan kehidupan, serta diberi kesempatan untuk

merenungkan perbuatannya yang lampau. Narapidana

dapat diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan sosial

untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan.

d. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk

atau lebih jahat daripada sebelum ia masuk lembaga.

e. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana

harus dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh

diasingkan.

f. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak

boleh bersifat mengisi waktu yang hanya diperuntukan

kepentingan jabatan atau kepentingan Negara sewaktu

saja.

g. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan pancasila.

h. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan

sebagai manusia, meskipun telah tersesat.

i. Narapidana hanya dijatuhi pidana hilang

kemerdekaannya.

j. Perlu didirikan lembaga-lembaga pemasyarakatan

yang baru yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

program-program pembinaan dan memindahkan

lembaga-lembaga yang berada di tengah-tengah kota

ke tempat-tempat yang sesuai dengan kebutuhan

proses pemasyarakatan.

Berdasarkan pemaparan prinsip tersebut dapat

diketahui bahwa tujuan dari sistem pemasyarakatan ini bukan

Page 67: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

49

sebagai bentuk pembalasan hukuman dari Negara terhadap

pelaku tetapi sebagai tempat rehabilitasi untuk pelaku agar

memperbaiki diri menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sistem pemasyarakatan menurut Undang-Undang

Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan

batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu

antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk

meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali

oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam

pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan bertanggung jawab.

D. Perspektif Pekerja Sosial Koreksional

1. Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional

Pengertian Pekerjaan Sosial menurut Charles

Zastrow (1986) merupakan kegiatan profesional untuk

membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan

masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki

kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta

menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan

mereka mencapai tujuan.

Selanjutnya menurut (Rex A. Skidmore 1991, 224)

menjelaskan bahwa pekerja sosial koreksional adalah

proses pertolongan secara keseluruhan terhadap orang-

Page 68: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

50

orang yang telah melanggar hukum untuk direhabilitasi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa

proses pertolongan dalam pekerjaan sosial koreksional

memfokuskan pekerjaannya pada orang dan tingkah laku

serta lingkungan sosialnya, serta mempengaruhi tingkah

laku dari anggota masyarakatnya.

Lembaga Pemasyarakatan mempunyai suatu

profesi pekerjaan sosial atau istilah dalam Lembaga

Pemasyarakatan yaitu petugas pemasyarakatan yang

membantu narapidana, adapun pengertian pekerjaan sosial

di setting koreksional menurut (Dorang 2010) pekerjaan

sosial merupakan sub sistem pada sistem peradilan

pidana. Pekerjaan sosial koreksional adalah pelayanan

profesional pada setting koreksional yang meliputi

Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan, bapas

narkoba dan settinglain dalam sistem peradilan Indonesia

yang bertujuan untuk membantu pemecahan masalah

klien serta dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya.

Penjelasan tersebut bahwa pekerjaan sosial

koreksional merupakan bagian profesi pekerjaan sosial

yang bersinergi antara penegakan hukum, pengadilan dan

Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana yang mempunyai

permasalahan di dalam atau di luar Lembaga

Pemasyarakatan merupakan tanggung jawab dari

pekerjaan sosial koreksional.

Page 69: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

51

2. Tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional

Tujuan pekerjaan sosial dibidang koreksional

adalah membantu narapidana untuk meningkatkan

kemampuannya dalam mengatasi masalah yang dialami

oleh narapidana selama menjalani proses hukuman.

Adapun tujuan pekerjaan sosial dibidang koreksional yang

lebih spesifik mengarah pada tindakan yaitu: (Dorang

2010)

a. Membantu narapidana agar dapat menyesuaikan diri

dengan kehidupan Lembaga Pemasyarakatan.

b. Membantu klien memahami diri mereka sendiri

(narapidana), relasi dengan orang lain dan apakah

harapan mereka sebagai anggota masyarakat dalam

kehidupan mereka.

c. Membantu narapidana melakukan perubahan sikap

dan tingkah laku agar sesuai dengan nilai dan norma

masyarakat.

d. Membantu narapidana melakukan penyesuaian diri

yang baik dalam masyarakat.

e. Membantu narapidana memperbaiki relasi sosial

dengan orang lain (keluarga, isteri/suami, tetangga dan

lingkungan sosial.

3. Fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional

Adapun fungsi pekerjaan sosal koreksional sebagai

berikut: (Dorang 2010)

a. Membantu narapidana memperkuat motivasinya.

Page 70: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

52

b. Memberikan kesempatan kepada narapidana untuk

menyalurkan perasaan-perasaannya dan memberikan

informasi kepada narapidana.

c. Membantu pelanggar hukum untuk membuat

keputusan-keputusan.

d. Membantu narapidana merumuskan situasi yang

dialaminya.

e. Memberikan bantuan dalam hal merubah atau

memodifikasi lingkungan keluarga dan lingkungan

dekat.

f. Membantu pelanggar hokum mengorganisasi kembali

pola-pola perilakunya dan memfasilitasi kegiatan

rujukan.

4. Peran Pekerjaan Sosial Koreksional

Adapun peranan pekerjaan sosial koreksional

antara lain: (Dorang 2010)

a. Meningkatkan kapasitas warga binaan dalam

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

b. Mencari dan mengkaitkan sumber-sumber yang

tersedia.

c. Meluaskan jaringan pelayanan sosial.

d. Mempromosikan keadilan sosial menggunakan

pengembangan kebijakan.

e. Teacher (guru) menggunakan pendekatan cinta bukan

dengan kekerasan.

f. Menjalankan konseling atau kerjasama dengan

keluarga serta masyarakat atau tokoh masyarakat.

Page 71: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

53

E. Penyalahgunaan Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika,

Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Narkotika secara

etimologis berasal dari bahasa Inggris narcose atau

narcosis yang berarti menidurkan dan pembiusan. Kata

narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke yang

berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.

(Sasangka 2003, 35)

WHO (World Health Organization) memberikan

definisi tentang narkotika yaitu suatu zat yang apabila

dimasukkan ke dalam tubuh akan memperngaruhi fungsi

fisik dan psikologis (kecuali makanan, air, atau oksigen).

(Lisa 2013, 2)

Penyalahgunaan narkoba dijelaskan dalam skripsi

(Dipo 2017, 36-37) adalah pengguna tanpa hak dan

kewajiban melawan hukum, yang dilakukan tidak untuk

maksud pengobatan, tetapi karena ingin mengiktui

pengaruhnya dalam jumlah berlebih, kurang teratur dan

berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan

gangguan kesehatan fisik, mental dan kehidupan sosial.

2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan

narkoba yang semakin merajalela terkait dengan beberapa

faktor yaitu: (Kadarmanta 2010, 71-73)

a. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan ini

menyangkut teman sebaya, orang tua dan remaja

Page 72: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

54

(individu) itu sendiri. Pada masa remaja, teman sebaya

menduduki peran utama pada kehidupan mereka,

bahkan menggantikan peran keluarga/orang tua dalam

sosialisasi dan aktivitas waktu luang dengan hubungan

yang bervariasi dan membuat norma dan sistem nilai

yang berbeda.

b. Faktor Individu. Selain faktor lingkungan, peran

genetik juga merupakan komponen yang berpengaruh

terhadap penyalahgunaan narkoba. Orang tua pelaku

penyalahgunaan narkoba cenderung menurun kepada

anaknya.

c. Faktor Sekolah dan Komunitas. Komitmen rendah

terhadap sekolah, terwujud dalam perilaku yang

datang ke sekolah hanya untuk ketemu teman,

merokok, lalu membolos sekolah.

3. Dampak-Dampak Penyalahgunaan Narkoba

a. Pengertian Dampak Program

Dampak adalah akibat atau pengaruh yang

terjadi dari sebuah tindakan seseorang/kelompok

yang melakukan kegiatan tertentu. Menurut Otto

Soemarwoto (1998: 34), menyatakan dampak

merupakan suatu perubahan yang terjadi akibat

aktifitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat alamiah baik

kimia, fisik maupun biologi dan aktifitas dapat pula

dilakukan oleh manusia.

Program rehabiliatasi narkoba bagi WBP pada

Lapas Kelas II A Salemba bagian dari upaya untuk

Page 73: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

55

memberikan suatu perubahan yang menuju kearah

lebih baik dalam bentuk kesehatan fisik dan jasmani.

Untuk mencapai dampak tersebut dibutuhkan

rangkaian program yang satu sama lain saling

berhubungan seperti rehabilitasi medis dan sosial.

Program sendiri merupakan pernyataan yang

berisi kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan

yang saling bergantung dan saling terkait, untuk

mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu

program mencakup seluruh kegiatan yang berada

dibawah unit administrasi yang sama atau sasaran-

sasaran yang saling bergantung dan saling

melengkapi, yang semua harus dilaksanakan secara

bersamaan atau beruntutan. (Prabowo 2009, 349).

b. Dampak Tidak Langsung dan Langsung

Penyalahgunaan Narkoba

1) Dampak Tidak Langsung

Dari segi medis, narkoba memiliki dampak

yang sangat positif bagi kegiatan pertolongan

medis yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan

dan pendekatan keilmuan yang telah terukur, maka

narkoba juga dapat memberikan dampak negatif

secara tidak langsung bagi penyalahgunaan

narkoba, yaitu: (Kadarmanta 2010, 53-62)

Page 74: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

56

a) Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk

penyembuhan dan perawatan kesehatan

pecandu.

b) Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan

orang-orang baik.

c) Keluarga akan malu karena mempunyai

anggota keluarga yang menjadi pecandu.

d) Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat

dikeluarkan dari sekolah/perguruan tinggi.

e) Kerugian aset bangsa, karena akan

mempercepat proses kematian karakter bangsa

ini.

f) Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena

umumnya pecandu narkoba akan gemar

berbohong dan melakukan tindak criminal.

g) Dosa akan terus bertambah karena lupa akan

kewajiban menjalankan ajaran Tuhan.

h) Bisa dijebloskan ke dalam penjara.

2) Dampak Langsung

Sedangkan, dampak langsung bagi

penyalahgunaan narkoba yaitu:

a) Bagi tubuh manusia (jasmani) adalah adanya

gangguan pada jantung, urinarius, otak, tulang,

pembuluh darah, kulit, sistem syaraf, paru-

paru, dan gangguan pada sistem pencernaan

(dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya

Page 75: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

57

seperti HIV/AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC,

dll);

b) Bagi kejiwaan/mental adalah menyebebakan

depresi, mental dan gangguan jiwa berat,

bunuh diri, melakukan tindak kejahatan,

kekerasan serta pengrusakan.

F. Teori-Teori

1. Teori Social Learning

Teori pembelajaran sosial merupakan informasi

baru dan perilaku baru yang di dapat oleh individu dengan

cara melihat dan meniru perilaku individu lain (belajar

observasional). Teori pembelajaran sosial ialah

menjelaskan bagaimana seseorang mengalami

pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya, menurut

Bandura bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian-

kejadian di dalam pada pembelajaran yang mempengaruhi

presepsi dan tindakan adalah hubungan yang saling

berpengaruh. Pembelajaran juga merupakan proses

perubahan tingkah laku ke arah yang positif seseorang

terhadap sesuatu keadaan tertentu yang di sebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang keadaan itu, di mana

perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau

pemaksaan atau kondisi sementara (Mabuk, lelah dll).

(Pujileksono 2017, 19-20)

Dapat diketahui bahwa pembelajaran sosial ialah

individu mengamati, meniru dan memodelkan informasi

yang baru didapat atau meniru perilaku orang lain.

Page 76: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

58

Dengan teori pembelajaran sosial juga meliputi perubahan

baik berpikir, perilaku, pengetahuan, kebiasaan, sikap dan

lain-lain. Lapas Kelas II A Salemba memberikan program

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial salah satunya

dalm bentuk kegiatan pembinaan kemandirian guna

merubah kebiasaan buruk Warga Binaan Pemasyarakatan

dengan kegiatan-kegiatan positif seperti mendapatkan

pelatihan mengenai pelatihan keterampilan, kegiatan

kerohanian, olahraga dan lain-lain.

Menurut Prof. Noch kriminalitas manusia normal

adalah akibat baik dari faktor keturunan maupun faktor

lingkungan, dimana kadang-kadang faktor keturunan dan

kadang-kadang pula faktor lingkungan memegang peran

utama, dan di mana kedua faktor itu juga dapat saling

mempengaruhi. Beberapa jalan kita mempelajari tingkah

laku, melalui observasi, pengalaman langsung, penguatan

yang berbeda. (Gerungan 2004)

a. Observasi Learning, tingkah laku melalui peniruan

orang lingkungan sekitar.

b. Patteran dan kawan-kawan menguji bagaimana agresi

dipelajari melalui pengalaman langsung.

c. Different association-reinforcement, tingkah laku

yang terjadi akibat adanya penghargaan yang didapat.

2. Teori Kriminologi

Untuk memahami kriminologi lebih mendalam,

khususnya pada fenomena penyalahgunaan narkoba, teori

kriminologi menjelaskan faktor penyebab timbulnya

sebuah tindak kejahatan, yaitu: (Soekanto 1983, 8)

Page 77: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

59

a. Teori menggunakan pendekatan biologi, yaitu

pendekatan yang digunakan dalam mencari tahu sebab

atau awal mula kriminologi terjadi berdasarkan pada

fakta-fakta dan proses biologis.

b. Teori menggunakan pendekatan psikologis, yaitu

pendekatan yang digunakan dalam kriminologi untuk

mengetahui sumber suatu tindak kejahatan dilakukan

berdasarkan pada kondisi kejiwaan dan kepribadian

yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak

kejahatan.

c. Teori menggunakan pendeketan sosiologi, yaitu

pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan faktor-

faktor atau sebab terjadinya kejahatan berdasarakan

pada keadaan sosial seperti interaksi sosial, proses

sosial, struktur sosial di dalam masyarakat termasuk

kebudayaan masyarakat.

3. Teori Sistem

Teori sistem merupakan teori yang membedakan

antara praktik pekerjaan sosial dengan profesi penolong

lainnya. Hal ini karena pekerja sosial sangat memberikan

perhatian dan memperhatikan pengaruh lingkungan

sekitar klien ketika melakukan intervensi dan

penyelesaian masalah. Teori sistem dalam pekerjaan

sosial berasal dari teori sistem secara umum yang

dikembangkan tahun 1940an dan 1950an dalam ilmu

managemen dan psikologi dan disempurnakan oleh Von

Bertalanffy (1971). (Napsiyah 2011, 65)

Page 78: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

60

4. Teori Pidana dan Pidana Penjara

Salah satu tujuan teori pemidanaan yaitu Teori

Integratif. Timbulnya teori ini adalah sebagai akibat

adanya ketidakpuasaan terhadap kedua teori terdahulu

yang dianggap kurang mampu dalam menanggulangi

kejahatan. Oleh karena itu, timbul usaha untuk

menghubungkan secara terpadu antara pandangan utilitas

yang menyatakan tujuan pidana harus dapat menimbulkan

manfaat yang dapat dibuktikan, dengan pandangan yang

retributif yang menyatakan bahwa keadilan dapat tercapai

apabila tujuan yang teological tersebut dilakukan dengan

menggunakan ukuruan-ukuran berdasarkan prinsip-

prinsip keadilan. Jadi singkatnya teori ini menghubungkan

dan menggabungkan prinsip-prinsip retribution dengan

utilitarian. Misalnya, mencegah sekaligus rehabilitasi

yang semuanya dapat dilihat sebagai sasaran yang harus

dicapai oleh suatu rencana pemidanaan. (Pujileksono

2017, 121-122)

G. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial merupakan tercukupinya

kebutuhan manusia baik kebutuhan jasmani maupun

rohani, lalu mampu mengembangkan diri sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya.

Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Bab 1

Pasal 1 ayat 1 tentang Kesejahteraan Sosial,

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya

Page 79: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

61

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Selanjutnya pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 tentang

kesejahteraan sosial, berbunyi “Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,

dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial

guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara,

yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial”.

Pada Bab 1 pasal 1 ayat 8 yang dimaksud dengan

Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam

kehidupan masyarakat. (Undang-Undang Kesejahteraan

Sosial)

2. Peraturan Bersama

Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI,

Menteri Hukum dan HAM RI, Menteri Kesehatan RI,

Menteri Sosial RI, Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian

Negara RI, dan Kepala BNN RI tentang Penanganan

Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan

Narkotika ke Dalam Lembaga Rehabilitasi.

Pada pasal 1 ayat 7 Rehabilitasi Medis adalah

suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.

Serta ayat 8 Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses

Page 80: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

62

kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental

maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat

kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan

bermasyarakat.

Dalam pelaksanaannya yaitu pasal 7 ayat 1, Bagi

Narapidana yang termasuk dalam kategori Pecandu

Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, dan

bukan pengedar/bandar/kurir/produsen dapat dilakukan

rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial yang

dilaksanakan di dalam Lapas/Rutan dan/atau lembaga

rehabilitasi yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Ayat 2,

Bagi Narapidana yang termasuk dalam kategori pecandu

Narkotika yang mempunyai fungsi ganda sebagai

pengedar dapat dilakukan rehabilitasi medis dan/atau

rehabilitasi sosial di dalam Lapas/Rutan.

3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Tahun

2017 tentang Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi

Narkotika Bagi Tahanan dan Warga Binaan

Pemasyarakatan pasal 1 ayat 5 Rehabilitasi Narkotika

adalah suatu proses pemulihan gangguan penggunaan

narkotika baik dalam waktu pendek maupun panjang yang

bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan

fungsi individu tersebut dimasyarakat. Ayat 11 Lembaga

Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah

tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan

Anak. Ayat 16 Warga Binaan Pemasyarakatan adalah

Narapidana, Anak, dan Klien Pemasyarakatan.

Page 81: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

63

Lalu disebutkan dalam pasal 2 Rehabilitasi

Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan

Pemasyarakatan ditujukan untuk:

a. Pecandu Narkotika;

b. Penyalah guna Narkotika; dan

c. Korban Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Pasal 3 Rehabilitasi Narkotika bagi

Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan bertujuan

untuk:

a. Memberikan pelayanan dan jaminan perlindungan

terhadap hak Tahanan dan Warga Binaan

Pemasyarakatan.

b. Memulihkan dan mempertahankan kondisi kesehatan

Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan yang

meliputi aspek biologis, psikologis dan sosial dari

ketergantungan terhadap Narkotika, psikotropika dan

zat adiktif lainnya.

c. Meningkatkan produktifitas serta kualitas hidup

Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan.

d. Mempersiapkan WBP untuk bisa menjalankan fungsi

sosialnya di lingkungan masyarakat.

4. Peraturan Menteri Sosial

Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 tahun 2019

tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial

dituangkan dalam pasal 1 ayat 4 Program Rehabilitasi

Sosial yang selanjutnya disebut Progres adalah

program yang bersifat holistik, sistematik, dan

terstandar guna mengembangkan fungsi sosial yang

Page 82: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

64

meliputi kapabilitas sosial dan tanggung jawab sosial

untuk kluster anak, lanjut usia, penyandang disabilitas,

tuna sosial dan korban perdagangan orang, serta korban

penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya.

H. Pengertian Dampak Program

Dampak adalah akibat atau pengaruh yang terjadi dari

sebuah tindakan seseorang/kelompok yang melakukan

kegiatan tertentu. Menurut Otto Soemarwoto (1998: 34),

menyatakan dampak merupakan suatu perubahan yang

terjadi akibat aktifitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat

alamiah baik kimia, fisik maupun biologi dan aktifitas dapat

pula dilakukan oleh manusia.

Program rehabiliatasi narkoba bagi WBP pada Lapas

Kelas II A Salemba bagian dari upaya untuk memberikan

suatu perubahan yang menuju kearah lebih baik dalam

bentuk kesehatan fisik dan jasmani. Untuk mencapai dampak

tersebut dibutuhkan rangkaian program yang satu sama lain

saling berhubungan seperti rehabilitasi medis dan sosial.

Program sendiri merupakan pernyataan yang berisi

kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan yang saling

bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu sasaran

yang sama. Biasanya suatu program mencakup seluruh

kegiatan yang berada dibawah unit administrasi yang sama

atau sasaran-sasaran yang saling bergantung dan saling

melengkapi, yang semua harus dilaksanakan secara

bersamaan atau beruntutan. (Prabowo 2009, 349).

Page 83: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

65

I. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan suatu diagram yang

menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya

sebuah penelitian. Kerangka berfikir dibuat berdasarkan

pertanyaan penelitian dan mewakili suatu himpunan dari

beberapa konsep serta hubungan di antara konsep-konsep.

Pada skripsi kerangka berfikir biasanya terletak pada BAB II

(dua), setelah sub bab tentang tinjauan studi dan tinjauan

pustaka. Gaya kerangka berfikir penelitian yang biasa

digunakan untuk model penelitian kualitatif ini dimana ada

variabel bebas dan variabel terikat.

Penulis dalam kerangka berfikir ini membahas

tentang program rehabilitasi dimana Lapas Kelas II A

Salemba ini yang menaungi rehabilitasi bagi warga binaan

pemasyarakatan yang terkena kasus narkoba dan di sinilah

guna Lembaga Pemasyarakatan untuk memberikan

bimbingan melalui program-program yang telah disusun

demi sebuah kebutuhan yang dibutuhkan para warga binaan

pemasyarakatan dan demi membaiknya kesehatan para warga

binaan pemasyarakatan yang terkena kasus narkoba. Semoga

dengan kerangka berfikir ini bisa menghasilkan gambaran

secara keseluruhan tentang program rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba, berikut diagram

kerangka berfikirnya.

Page 84: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

66

Rehabilitasi Sosial:

1. Bimbingan

Individu

2. Bimbingan

Kelompok 3. Bimbingan Life

Skill

Warga Binaan Pemasyarakatan

(Klien Kasus

Narkoba)

Rehabilitasi Medis:

1. Konseling

2. Penanganan

Gawat Darurat

Narkotika 3. Farmakoterapi

4. Rujukan Lembaga

Pemasyarakatan

Hasil yang Diperoleh:

1. Meminimalisir

ketergantungan

narkoba

2. Memperbaiki

jasmani dan rohani

terjadinya

terhadap

kesehatan

3. Dapat mengembangkan

keterampilan yang telah

dipelajari selama di dalam

Lembaga Pemasyarakatan

4. Dapat kembali melaksanakan

fungsi sosialnya dan diterima

di masyarakat

Sipir Div.

Rehabilitasi

66

Page 85: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

67

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

KELAS II A SALEMBA

A. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Salemba

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Salemba adalah berdasarkan surat

keputusan Menteri Hukum dan HAM RI nomor: M.02-

PR.07.03 Tahun 2007 tanggal 23 Februari 2007 tentang

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba, Cibinong, Pasir Putih

Nusakambangan, dan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B di

Way Kanan, Slawi, Nunukan, Boalemo dan Jailolo.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

beroperasional sejak tanggal 15 Februari 2008 diatas lahan

seluas ± 2 Ha dengan kapasitas sementara adalah 224 orang

narapidana. Secara historis berdirinya Lapas Kelas II A

Salemba adalah pemekaran UPT Pemasyarakatan Rutan

Salemba menjadi 2 (dua) satuan kerja di lingkungan Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta yaitu

Rutan Kelas I Jakarta Pusat dan Lapas Kelas II A Salemba

pada tahun 2007.

Sebelum tahun 1945 bangunan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba saat itu berfungsi

sebagai tempat tahanan yang melakukan pelanggaran hukum

Page 86: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

68

Kolonial Hindia Belanda. Setelah tahun 1945 bangunan

Lapas digunakan untuk menampung tahanan politik, tahanan

sipil dan pelaku kejahatan ekonomi. Saat terjadi peristiwa

G30 S/PKI sebagai tahanan dipindahkan ke Lapas Cipinag

dan Lapas Glodok. Sejak tahun 1960 s/d 1980 Lapas

Salemba difungsikan sebagai Rumah Tahanan Militer

dibawah pimpinan Inrehab Laksusda Jaya.

Pada tanggal 4 Februari 1980 pengelolaan Lapas

Salemba diserah terimakan dari Inrehab Laksusda Jaya

kepada Departemen Kehakiman RI melalui Kakanwil Ditjen

Pemasyarakatan IV Jakarta Raya dan Kalbar berdasarkan SP

Pangkopkamtib tanggal 9 Januari 1980 Nomor: Sprint-

12/KepKam/I/1980 dan surat Perintah Pelaksanaan Nomor :

Sprit-4-5/KAHDA/I/1980 tanggal 23 Januari 1980.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI

Nomor: M.04.UM.01.06 Tahun 1983, Lapas Salemba

berubah status menjadi Rumah Tahanan Negara Kelas I

Jakarta Pusat. Pada tahun 2007 mengingat kondisi over

kapasitas penghuni Rutan Kelas I Jakarta Pusat yang semakin

padat, maka dilakukan pemekaran Rutan Kelas I Jakarta

Pusat menjadi 2 UPT yaitu Rutan Kelas I Jakarta Pusat dan

Lapas Kelas II A Salemba.

Secara fisik dan fasilitatif, gedung Lapas Kelas II A

Salemba telah mempunyai fasilitas sejak selesainya proyek

pembangunan fisik tahun 2011 hingga sekarang dengan

fasilitas yang telah berfungsi sebagai berikut:

Page 87: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

69

1. Gedung Kantor Utama;

2. Gedung Kantor II Ruang Kesatuan Pengamanan dan

Administrasi Keamanan;

3. Gedung Kantor III ruang Pembinaan dan Poli Klinik

LAPAS;

4. Gedung Dapur, Gudang Beras dan Instalasi Gardu

Listrik;

5. Gedung IV ruang Bengkel Latihan Kerja dan Produksi

Narapidana;

6. Masjid Ar Rayyan;

7. Gereja;

8. Vihara;

9. Blok Hunian Type 7 Pav Ahmad Arief berkapasitas

224 orang;

10. Blok Hunian Type 5 Pav Saroso berkapasitas 124

orang;

11. Blok Hunian Type 7 Pav Baharudin Soerjobroto

berkapasitas 224 orang;

12. Area Lapangan Olah Raga dan Ruang Interaktif;

13. Tembok keliling Lapas sepanjang 800 meter;

14. Pos Pengawasan sebanyak 4 Pos.

Page 88: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

70

Gambar 3. 1

Gedung Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

B. Visi, Misi, Motto dan Komitmen Pelayanan

Lapas Kelas IIA Salemba merupakan Lembaga yang

berada dibawah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia (Kanwil KEMENKUMHAM) DKI

Jakarta yang berlokasi di provinsi DKI Jakarta dan memiliki

tanggung jawab kepada Kepala Divisi Pemasyarakatan

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta. Oleh

karena itu, sebagai perpanjangan tangan Kepala Divisi

Pemasyarakatan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM DKI

Jakarta, maka Lapas Kelas IIA Salemba mendukung dan

menjalankan visi dan misi Kementerian Hukum dan HAM RI

Tahun 2015-2019 sebagai berikut:

Page 89: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

71

Gambar 3. 2

Visi, Misi, Dan Motto Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba

Sumber: Website lapassalemba.kemenkumham.go.id

a. VISI

“Menjadikan Lapas terpercaya dalam memberikan

pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap

Warga Binaan Pemasyarakatan”

b. MISI

1) Mewujudkan sistem perlakuan humanis yang

memberikan rasa aman nyaman dan berkeadilan.

2) Melaksanakan pembinaan, perawatan dan

pembimbingan untukmegembalikan narapidana

Page 90: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

72

menjadi warga negara yang aktif dan produktif

ditengah-tengah masyarakat.

3) Membangun karakter dan mengembalikan sikap

ketaqwaan, sopan santundan kejujuran pada diri

narapidana.

4) Memberikan pelayanan, perlindungan dan

pemenuhan terhadap hak-hakwarga binaan

pemasyarakatan dan keluarganya atau masyarakat

yangberkunjung ke Lapas.

c. MOTTO

“Tiada Hari Tanpa Berbuat Kebaikan”.

d. Tata Nilai

Kementerian Hukum dan HAM menjunjung

tinggi tata nilai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba yaitu "P-A-S-T-I"

1) Profesional: Aparatur Kementerian Hukum dan

HAM adalah aparat yang bekerja keras untuk

mencapai tujuan organisasi melalui penguasaan

bidang tugasnya, menjunjung tinggi etika dan

integirtas profesi;

2) Akuntabel: Setiap kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang

berlaku;

Page 91: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

73

3) Sinergi: Komitmen untuk membangun dan

memastikan hubungan kerjasama yang produktif

serta kemitraan yang harmonis dengan para

pemangku kepentingan untuk menemukan dan

melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat, dan

berkualitas;

4) Transparan: Kementerian Hukum dan HAM

menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang

untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi

tentang kebijakan, proses pembuatan dan

pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai;

5) Inovatif: Kementerian Hukum dan HAM

mendukung kreatifitas dan mengembangkan

inisiatif untuk selalu melakukan pembaharuan

dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya.

C. Tugas dan Fungsi

Lapas Kelas II A Salemba adalah Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan di

bidang Pemasyarakatan yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta

yang mempunyai tugas dan Fungsi melaksanakan

Pemasyarakatan Narapidana/Anak didik. Adapun Tugas dan

Fungsi kerja di Lapas Kelas II A Salemba adalah:

Page 92: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

74

1. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan

urusan tata usaha dan rumah tangga Lapas. Untuk

menyelenggarakan tugas tersebut, Sub Bagian Tata

Usaha mempunyai fungsi:

a. Melakukan urusan kepegawaian.

b. Melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan

rumah tangga.

Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari:

a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan

Urusan Kepegawaian dan Keuangan mempunyai

tugas melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.

b. Urusan Umum

Urusan Umum mempunyai tugas melakukan urusan

surat-menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

2. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik mempunyai

tugas memberikan bimbingan pemasyarakatan

narapidana/anak didik. Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut pada Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik

mempunyai fungsi yaitu:

a. Melakukan regristrasi dan membuat statistik,

dokumentasi sidik jari serta memberikan bimbingan

pemasyarakatan bagi narapidana/anak didik.

Page 93: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

75

b. Mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi

narapidana/anak didik.

c. Memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan

fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik terdiri dari:

a. Melakukan regristrasi dan membuat statistik,

dokumentasi sidik jari serta memberikan bimbingan

pemasyarakatan bagi narapidana/anak didik.

b. Mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi

narapidana/anak didik.

c. Memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan

fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

d. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik terdiri dari:

1) Sub Seksi Registrasi dan Bimbingan

Kemasyarakatan

Seksi Regristrasi dan Bimbingan

Kemasyarakatan mempunyai tugas melakukan

pencatatan, membuat statistik, dokumentasi sidik

jari serta memberikan bimbingan dan penyuluhan

rohani, memberikan latihan olah raga, peningkatan

pengetahuan, asimilasi, cuti dan penglepasan

narapidana/anak didik.

2) Sub Seksi PerawatanNarapidana/AnakDidik

Sub Seksi Perawatan Narapidana/Anak Didik

mempunyai tugas mengurus kesehatan dan

memberikan perawatan bagi narapidana/anak

didik.

Page 94: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

76

3. Seksi Kegiatan Kerja

Seksi Kegiatan Kerja terdiri dari:

a. Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil

Kerja

Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil

Kerja mempunyai tugas memberikan petunjuk dan

bimbingan latihan kerja bagi narapidana/anak didik

serta mengelola hasil kerja.

b. Sub Seksi Sarana Kerja

Sub Seksi Sarana Kerja mempunyai tugas

mempersiapkan fasilitas sarana kerja.

4. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan

perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan,

menerima laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan

berkala dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut

SeksiAdministrasi Keamanan dan Tata tertib mempunyai

fungsi:

a. Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan

pembagian tugas pengamanan.

b. Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang menegakkan tata tertib.

Page 95: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

77

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib terdiri

dari:

a. Sub Seksi Keamanan

Sub Seksi Keamanan mempunyai tugas mengatur

jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan

pembagian tugas pengamanan.

b. Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib

Sub Seksi Pelaporan dan Tata tertib mempunyai tugas

menerima laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan

laporan berkala dibidang keamanan dan menegakkan

tata tertib.

5. Kesatuan Pengamanan Lapas

Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai tugas

menjaga keamanan dan ketertiban Lapas. Untuk

menyelenggarakan tugas tersebut Kesatuan Pengamanan

Lapas mempunyai fungsi:

a. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap

Narapidana/Anak Didik.

b. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban.

c. Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan

pengeluaran narapidana/anak didik.

d. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran

keamanan.

e. Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan

pengamanan.

Page 96: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

78

Kesatuan Pengamanan Lapas dipimpin oleh seorang

Kepala dan membawahkan petugas Pengamanan Lapas.

Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas berada di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Lapas.

D. Struktur Organisasi

Merujuk pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI

Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2011 tentang Perubahan

Atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03

Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAS,

dijelaskan struktur organisasi LAPAS Kelas II A sebagai

yaitu :

Bagan 3. 1

Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

Page 97: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

79

E. Sumber Daya Manusia

1. Susunan Kepegawaian

a. Kondisi Riil Pegawai

1) Pejabat struktural

Selama menjalankan tugas pokok dan

fungsinya Lapas Salemba didukung oleh 210

Pegawai dengan rincia berikut ini:

Tabel 3. 1

Sumber Daya Manusia Berdasarkan Susunan Kepegawaian

Jabatan Jumlah Pegawai TOTAL

L P

Eselon III 0 - 0

Eselon IV 5 - 5

Eselon V 8 - 8

JFT 6 7 13

JFU 162 22 184

Total 210

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba (Bidang Registrasi)

2) Golongan

Berdasarkan atas Golongan Pangkat pada

Lapas Kelas II A Salemba terdiri dari:

Page 98: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

80

Tabel 3. 2

Sumber Daya Manusia Berdasarkan Golongan Pangkat

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba (Bidang Registrasi)

3) Pendidikan

Berdasarkan atas jenjang pendidikan pegawai di

Lapas Kelas II A Salemba terdiri dari:

Tabel 3. 3

Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pendidikan

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba (Bidang

Registrasi)

Page 99: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

81

Diagram 3. 1

Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pendidikan

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

F. Kegiatan Harian Warga Binaan pemasyarakatan

Lapas Kelas IIA Salemba telah membuat jadwal

kegiatan WBP yang berisikan kegiatan apa saja yang harus

dilakukan oleh narapidana mulai dari bangun tidur saat pagi

hari hingga narapidana istirahat pada malam hari. Berikut

adalah jadwal kegiatan WBP:

Page 100: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

82

Tabel 3. 4

Jadwal Kegiatan Harian Warga Binaan Pemasyarakatan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

NO Kegiatan Waktu Keterangan Pagi Sore

1. Shalat subuh dan

bersih-bersih kamar

05.00-06.30 Di kamar masing-

masing

2. Apel WBP oleh petugas pengamanan

06.30-07.00 12.30-13.00 Apel dilaksanakan di dalam kamar

3. Pembukaan kamar dan

makan pagi

07.00-07.15 Petugas keamanan

4. Olahraga pagi dan sore 07.15-09.00 15.30-16.45 Olahraga senam dan lari pagi

5. Kegiatan pembinaan

kepribadian dan

kemandirian

09.00-11.30 13.00-15.30 Kerohanian, intelektual,

olahraga, kepramukaan,

seni dan kegiatan kerja 6. Layanan kesehatan 09.00-11.00 Poliklinik dalam Lapas

7. Layanan kunjungan 09.00-12.00 13.00-15.30 Ruang kunjungan

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba (Bidang Registrasi)

Tabel 3. 5

Lanjutan Jadwal Kegiatan Harian Warga Binaan Pemasyarakatan

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

No. Kegiatan Waktu Keterangan

Pagi Sore

8. Makan siang, sholat

dzuhur dan penguncian kamar

11.30-12.30 Sholat Dzuhur

berjamaah di masjid

9. Pembukaan kamar 13.00-13.15 Petugas pengamanan

10. Makan sore dan bersih-

bersih blok

16.45-17.15 Di kamar masing-

masing

11. Penguncian kamar dan apel ulang WBP

17.15-18.30 Petugas keamanan

12. Apel malam WBP oleh petugas pengamanan

18.30-05.00 Kegiatan setelah penguncian kamar dilaksanakan di kamar masing-masin

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba (Bidang Registrasi)

Page 101: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

83

G. Pelayanan dan Program Unggulan

1. Pelayanan

a. Non-diskiminasi

b. Layani dengan senyum

c. Transparan

d. Kritik dan Saran untuk Perbaikan

e. Adil

f. Peduli

2. Program Unggulan

a. Pesantren Iqra dan Al-Qur’an

b. Seni Musik Band dan Marawis

c. Kepramukaan

d. Penguatan Program Layanan Kesehatan Melalui Pokja

Penanggulangan HIV dan TB di Lembaga

Pemasyarakatan

e. Penguatan Program Pendidikan melalui Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

f. Peningkatan Program Latihan Kerja dan Produksi

g. Peningkatan Program Re-Integrasi Narapidana melalui

Optimalisasi PB, CB, CMB dan Asimilasi

h. Penyusunan Sistem Database Pemasyarakatan

i. Peningkatan Layanan Kunjungan yang Bebas dari

Pungutan Liar dan Respon terhadap Informasi dan

Pengaduan dari Masyarakat

H. Program Pembinaan

Lapas Kelas II A Salemba berdasarkan Tugas dan

Fungsinya memberikan pembinaan kepada WBP berdasarkan

Page 102: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

84

UU No. 12 Tahun 1995 yang dilaksanakan melalui proses

dan tahap-tahap pembinaan pemasyarakatan. Lapas Kelas II

A Salemba telah menjalankan kegiatan sesuai dengan

program yang telah dibuat oleh Kementerian Hukum dan

HAM RI, sebagai berikut:

1. Pembinaan Kerohanian

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Dakwah Islamiyah, pada setiap Ibadah Shalat Jum’at

dan Rabu (ba’da Dzuhur) di Masjid Ar-Rayyan Lapas

Kelas II A Salemba bekerja sama dengan KODI, LDI

Persis dan lembaga dakwah lainnya.

b. Pengajian rutin seperti iqra setiap hari Senin, Selasa,

Kamis dan pembacaan surat Yasin setiap hari Jum’at.

c. Kebaktian Gereja Kristen yang diisi dengan Yayasan

Logos, Kidung Agung dan lain-lain.

d. Kegiatan Tarawih dan Tadarus berjamaah oleh WBP

dalam mengisi Bulan Suci Ramadhan.

e. Perayaan Hari Besar Agama seperti Idul Fitri, Idul

Adha dan Natal.

2. Pembinaan Mental Kepribadian

Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Mengadakan kegiatan Gemar Membaca Buku bagi

WBP dengan menghadirkan Mobil Unit Perpustakaan

dan Internet Keliling (Pustelling) ke LAPAS Kelas II

A Salemba bekerja sama dengan Perpustakaan

Nasional RI setiap 1x sebulan.

Page 103: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

85

b. Mengadakan kegiatan belajar Paket B (setara SLTP)

bagi WBP yang putus SLTP bekerja sama dengan

Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Jakarta

Pusat. Pada akhir tahun ajaran 2012/2013 sejumlah

21 orang siswa WBP peserta didik paket B PKBM

Lapas Kelas II A Salemba telah berhasil lulus Ujian

Nasional 2013 Tingkat SLTP dan berhak

mendapatkan ijazah Setara SLTP.

c. Menyediakan layanan perpustakaan di lingkungan

Lapas Kelas II A Salemba untuk memenuhi

kebutuhan membaca buku bagi WBP.

3. Pembinaan Jasmani dan Seni Budaya

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

a. Kegiatan Olahraga Bulutangkis, Futsal, Bola Voli,

Tenis Meja, Senam Kesegaran Jasmani, setiap hari

Jum’at dan Fitness Center.

b. Melaksanakan latih tanding (sparring patner) antar

WBP di UPT sekitar DKI Jakarta.

c. Mengirimkan kelompok Marawis WBP Salemba

dalam kejuaran Marawis Antar-Napi seJabodetabek

tahun 2010 di Rumah Tahanan Salemba dan kegiatan

Napi Craft di Kementrian Perindustrian RI tahun

2013.

d. Mengadakan latihan kelompok musik (band) bagi

WBP yang memiliki bakat di bidang musik/band

dengan nama Lasamba Band. Lasamba Band akan

tampil mengisi kegiatan dalam rangkaian acara

Page 104: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

86

peringatan Hari Dharma Karyadhika Tahun 2013 di

Kantor Pusat Kementrian Hukum dan HAM RI

tanggal 27 Oktober 2013

4. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

a. Kegiatan Upacara Bendera setiap hari Senin yang

melibatkan WBP.

b. Kegiatan Kepramukaan yang telah berdiri sejak

tahun 2012.

c. Perinatan Hari Besar Nasional seperti HUT

Proklamasi RI setiap tanggal 17 Agustus, Hari

Bhakti Pemasyarakatan tanggal 27 April dan Hari Tri

Dharma Karya Dhika Kementrian Hukum dan HAM

RI setiap tanggal 30 Oktober setiap tahun.

5. Pembinaan Kemandirian, Latihan Kerja dan Produksi

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

a. Usaha cuci pakaian (laundry) bekerja sama dengan

pihak Ketiga.

b. Peternakan kambing/domba memanfaatkan lahan di

sekitar tembok keliling Lapas Kelas II A Salemba.

c. Pelatihan konveksi dan penjahitan pakaian garmen

bekerja sama dengan pihak Ketiga.

d. Budidaya Tanaman Hias dan Bonsai.

e. Budidaya ikan lele dengan memanfaatkan lahan

tembok keliling Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba.

f. Budidaya ikan hias dalam kolam.

Page 105: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

87

g. Pertanian meliputi, sayur mayur dan buah-buahan.

Salah satu hasil panennya adalah Timun Suri yang

telah dimanfaatkan sebagai ekstra puding Buka Puasa

di internal Lapas pada Bulan Ramadhan.

h. Kerajinan tangan (handicraft) memanfaatkan limbah

barang bekas menjadi karya seni yang bermutu

dengan slogan “dari limbah menjadi rupiah”.

i. Kerajinan seni lukis pada media gelas, piring, kaca

dan daun pisang yang bernilai tinggi.

j. Kegiatan keterampilan menyulam kain perca yang

didukung oleh ibu-ibu dari SIKIB (Sekertariat Ibu-ibu

Kabinet Indonesia Bersatu).

Gambar 3. 3

SOP Layanan Pendaftaran Kunjungan Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba

Sumber: Olahan Pribadi

Page 106: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

88

Gambar 3. 4

SOP Pemeriksaan Barang Bawaan Kunjungan

Sumber: Olahan Pribadi

Gambar 3. 5

Barang-Barang Hasil Sidak Yang Diperoleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Sumber: Olahan Pribadi

Page 107: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, Pasal 54 menyatakan pecandu Narkotika dan korban

penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan

sosial. Tujuan didirikannya Lapas Kelas II A Salemba adalah

sebagai wadah yang cukup tepat untuk melaksanakan program

rehabilitasi bagi WBP kasus narkoba. Salah satu bentuk

perwujudan dari program rehabilitasi ini yaitu melalui

pengobatan yang diberikan oleh tim medis Lapas Kelas II A

Salemba serta kegiatan pembinaan yang menunjang WBP agar

tidak lagi mengkonsumsi narkoba. Tujuan dari program

rehabilitasi ini adalah untuk mengembalikan Warga Binaan

Pemasyarakatan pecandu narkoba untuk menjalani kehidupan

yang lebih bermanfaat lagi serta mempersiapkan mereka agar

nantinya dapat diterima kembali di kehidupan bermasyarakat.

Pada bab ini berisi mengenai hasil dan temuan yang telah

peneliti laksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba melalui hasil observasi, wawancara dengan petugas dan

Warga Binaan Pemasyarakatan dan studi dokumentasi. Dalam

bab ini peneliti akan memaparkan informasi terkait rehabilitasi

bagi Warga Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

89

Page 108: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

90

A. Pelaksanaan Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Program rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba melakasanakan tahapan-tahapan

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Tahapan awal

sebelum menentukan peserta rehabilitasi layak atau tidak

untuk mengikuti program rehabilitasi diperlukan beberapa

tahapan dan juga untuk melakukan penanganan dibutuhkan

berbagai aspek lainnya. Ditambah motivasi dan dukungan

moral yang baik.

Mengacu pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia (HAM) Nomor 12 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Narkotika bagi

Tahanan dan WBP berikut ini merupakan tahapan dari

pelaksanaan rehabilitasi, yaitu:

1. Skrinning

Kegiatan ini dilakukan untuk menseleksi Warga

Binaan Pemasyarakatan siapa saja yang bisa mengikuti

program rehabilitasi, dengan mengisi formulir ASSIST

(The Alcohol, Smoking and Subtance Involvement

Screening Test). Di dalamnya nanti ada beberapa

pertanyaan seperti wawancara yang telah dipersiapkan

dan setiap pertanyaan mempunyai poinnya masing-

masing. Contoh pertanyaannya yaitu dalam kehidupan

Anda zat apa di bawah ini yang pernah digunakan antara

Page 109: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

91

lain: yang pertama produk tembakau seperti rokok, kretek,

yang kedua minuman beralkohol, yang ketiga kokain dan

lain sebagainya, jadi nanti responden menjawab yang

pernah dipakainya yang mana. Dari situlah mendapatkan

hasil mana yang layak atau tidak untuk mengikuti

program rehabilitasi, nanti hasilnya terbagi menjadi 3

yaitu ringan, sedang, berat dari hasil skor-skor yang

didapatkan.

Sesuai dengan informasi yang peneliti peroleh, pada

Lapas Kelas II A Salemba dilakukan tahapan sebelum

pelaksanaan rehabilitasi. Penjelasan dari Mohamad Fadil

selaku KASIBINADIK (Kepala Seksi Bimbingan

Narapidana/Anak Didik) Lapas Kelas II A Salemba

mengenai tahapan-tahapan sebelum pelaksanaan program

rehabilitasi. Beliau menjelaskan bahwa:

“WBP yang mengikuti program rehabilitasi

diseleksi menjadi beberapa tahap bagian. Pertama

yang dilaksanakan oleh tim medis internal Lapas

Kelas II A Salemba yaitu kegiatan skrinning,

dimana WBP dilihat sesuai kriteria hukuman

tertentu. Karena program ini jangka waktunya 1

(satu) tahun, sehingga bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan yang sudah dinyatakan mau bebas

apabila dimasukkan kedalam program rehabilitasi

ini tidak efektif. Kriteria pertama dilihat dari masa

hukuman, yang kedua dilihat dari jenis kasus Warga

Binaan Pemasyarakatan penyalahgunaan narkoba

Page 110: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

92

atau Warga Binaan Pemasyarakatan dengan kasus

lain tetapi memiliki riwayat menggunakan narkoba,

setelah kita seleksi dari kurang lebih 300 orang.”

(Wawancara Pribadi dengan Mohamad Fadil,

KASIBINADIK (Kepala Seksi Bimbingan

Narapidana/Anak Didik). Jakarta, Kamis 7 Mei

2020)

Kegiatan Skrining pada program rehabilitasi medis

dilaksanakan dari bulan Desember 2019 s/d bulan Maret

2020 dari jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan semula

366 hingga mengerucut menjadi 160 WBP yang siap

untuk mengikuti program rehab medis. Dilaksanakan oleh

tim Lapas Kelas II A Salemba. Bagi calon peserta rehab

yang tidak termasuk ke dalam kriteria seleksi skrining

mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan rehab sebanyak

206 WBP.

Sedangkan kegiatan skrinning pada program

rehabilitasi sosial dilakukan dengan cara menseleksi data

Warga Binaan Pemasyarakatan dari SDP (Sistem

Database Pemasyarakatan). Kegiatan ini mendapatkan 70

calon peserta program rehabilitasi.

2. Asesmen Rehabilitasi

Rangkaian assesmen rehabilitasi dilakukan dengan

pengumpulan informasi dan gambaran dari calon peserta

rehabilitasi agar dapat membuat rencana layanan

Page 111: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

93

rehabilitasi dan pengukuran keberhasilan setelah

diberikan rehabilitasi.

Tahap asesmen dilaksanakan oleh Lapas Kelas II A

Salemba setelah proses skrinning selesai. Tahapan ini

berfungsi untuk mengetahui dan menggali informasi-

informasi tentang pengalaman masa lalu atau hal yang

melatar belakangi Warga Binaan Pemasyrakatan sampai

mereka menyalagunaan narkotika.

Setelah tahapan skrinning dilaksanakan dengan baik

dan efektif, kemudian dilanjutkan ke tahap berikutnya

yaitu seleksi kedua dari tim eksternal oleh BNN Provinsi

Jakarta Pusat ada juga tim asesornya, dari 300 orang yang

diberikan kesempatan mengikuti program rehabilitasi, tim

asesor memberikan assessment terkait layak atau tidak

diberikan pelaksanaan rehabilitasi maka didapatlah hasil

sejumlah 160 orang. Selanjutnya dibuatkan program salah

satunya kegiatan teknis mengenai kesehatan, sampai

program kegiatan sosial didalam Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba secara umum.

Tahapan skrinning dan asesmen ini dijelaskan oleh

Muhamad Danil selaku Anggota Tim Rehabilitasi,

sebagai berikut:

“Tahapan sebelum pelaksanaan program

rehabilitasi itu dimulai yaitu melalui Program

Awal. Jadi Program Awal itu dengan cara

melakukan persiapan untuk pelaksanaan teknisnya

untuk program rehabilitasi itu sendiri, jadi kita ada

skrinning, skrininng nya itu dengan konseling,

dengan asesmen, dengan pemeriksaan kesehatan,

Page 112: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

94

jadi untuk menentukan siapa saja yang akan jadi

residen atau peserta rehabilitasi, kemudian

program apa saja yang cocok atau yang akan

dibuat untuk mereka. Setelah dibuat anggaran

mulai pelaksanaan program awal, program awal itu

yang pertama kita menentukan kira-kira program

ini berjalan berapa lama, untuk kasusnya kira-kira

dia bisa atau tidak menjalani sampai selesai

jangan sampai ditengah-tengah dia pulang, setelah

skrinning masa hukuman, baru skrinning

kesehatan, asesmen, konseling, dari hasil itu

barulah dibuat program kegiatan harian”

(Wawancara Pribadi dengan Muhamad Danil,

Anggota Tim Rehabilitasi. Jakarta, Kamis 28 Mei

2020)

Sebelum melakukan kegiatan selanjutnya, tim medis

rehabilitasi Lembaga Pemasyarakaan Kelas II A Salemba

melakukan tes urine awal terlebih dahulu. Tujuannya

untuk mengetahui apakah selama ini Warga Binaan

Pemasyarakatan masih menggunakan narkoba atau tidak.

Dilaksanakan oleh dokter Poliklinik Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba terhadap Warga

Binaan Pemasyarakatan pelaksanaan program rehab

medis dimulai dari bulan Desember s/d Bulan Maret

2020.

Setelah menjalani rehabilitasi selama 6 bulan,

nanti diakhir kegiatan rehabilitasi akan dilakukan tes urin

untuk mengetahui apakah mereka selama menjalani

rehabilitasi itu masih ada mengkonsumsi narkotika.

Dilaksanakan diakhir masa program rehabilitasi medis

oleh tim dokter Poliklinik Lembaga Pemasyarakatan.

Page 113: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

95

Gambar 4. 1

Warga Binaan Pemasyarakatan Melaksanakan Test Urine

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

Setelah pelaksanaan tes urin awal kegiatan yang

dilakukan yaitu asesmen awal. Kegiatan yang dilakukan

pada saat asesmen awal dengan cara menggali informasi

tentang Warga Binaan Pemasyarakatan melalui form

asesmen. Kegiatan ini dilaksanakan di bulan Maret 2020

oleh tim Assesor dari BNNP DKI Jakarta.

Asesmen yang dilakukan pada program

rehabilitasi sosial dengan menggunakan instrument wajib

lapor dan rehabilitasi, dan terpilih 60 orang yang layak

untuk mengikuti program rehabilitasi. Setelah itu

dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan pada awal akan dimulainya kegiatan untuk

mengetahui kondisi kesehatan para peserta rehabilitasi

dan untuk merekomendasikan apakah peserta sehat atau

tidak sehat untuk mengikuti rehabilitasi yang dilakukan

Page 114: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

96

oleh dokter terhadap 60 orang Warga Binaan

Pemasyarakatan yang telah dipilih sebagai peserta rehab

dan dinyatakkan layak.

Diakhiri dengan asesmen akhir yaitu membuat

kesimpulan tentang proses selama mereka mejalani

rehabilitasi itu, untuk mengetahui apa saja yang menjadi

permasalahan, untuk mengetahui bagaimana mereka

setelah menjalani proses rehabilitasi itu bagaimana

mereka yang sekarang apakah ada perubahan, artinya

perubahan-perubahan yang dijalani mereka yang mereka

capai. Dilaksanakan diakhir masa program rehabilitasi

medis oleh tim Assesor BNNP.

Dengan demikian, tahap pelaksanaan rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Salemba, yaitu

berupa cek kesehatan dengan melibatkan tim medis

dengan cara tes urine, dilanjutkan dengan seleksi

berdasarkan lamanya masa tahanan Warga Binaan

pemasyarakatan yang bersangkutan agar tidak bebas

sebelum program rehabilitasi selesai dilaksanakan.

Setelah tahapan-tahapan tersebut dilalui, barulah

kemudian dibuatkan jadwal kegiatan rehabilitasi.

3. Program Rehabilitasi Medis

Latar belakang dari Pelaksanaan rehabilitasi

narkotika di UPT (Unit Pelaksana teknis) Pemasyarakatan

merupakan salah satu prioritas nasional yang dilaksanakan

oleh Direktorat Jendral Pemasyarakatan Tahun 2020

Page 115: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

97

dengan target 21.540 orang pecandu narkotika. Dengan

target peserta rehabilitasi medis sebanyak 4.000 orang,

dan peserta rehabilitasi sosial sebanyak 17.540 orang.

Yang dilaksanakan oleh 66 UPT pemasyarakatan di

seluruh Indonesia yang salah satunya yaitu Lapas Kelas II

A Salemba merupakan salah satu UPT penyanggah

pelaksana rehabilitasi medis.

Lapas Kelas II A Salemba sebagai tempat sekaligus

rumah bagi WBP dan juga melalui Lapas para WBP

dibina secara sosial dan diberikan pengobatan oleh tim

medis agar ketika mereka keluar dapat berguna bagi

masyarakat serta dapat diterima kembali dalam lingkup

sosial di tempat mereka tinggal.

Saat ini program harian rehabilitasi medis pada

Lapas Kelas II A Salemba tengah berjalan. Diawali

dengan Pembukaan program rehabilitasi medis yang

dibuka pada tanggal 05 Maret 2020 dengan jumlah peserta

binaan sebanyak 160 orang telah terselenggara dengan

baik. Berdasarakan pengamatan peneliti, terlihat seluruh

peserta rehabilitasi ikut menghadiri acara pembukaan

program rehabilitasi medis tersebut, tidak hanya peserta

tetapi juga dihadiri langsung oleh Kepala Lembaga

Pemasyarakatan sementara, perwakilan dari BNN

Provinsi Jakarta, Perwakilan universitas-universitas,

Perwakilan dari kemenkumham, tim medis Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A Salemba serta beberapa pihak

lain yang telah bekerjasama dalam program rehabilitasi

Page 116: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

98

medis ini. Selain itu, peserta rehabilitasi pun juga sangat

antusias, terlihat pada saat pembacaan ikrar yang dipandu

oleh salah satu peserta rehabilitasi dan diikuti oleh peserta

yang lainnya dengan suara lantang dan tegas seperti

menunjukkan bahwa mereka memang benar akan

bersungguh-sungguh selama menjalani program

rehabilitasi tersebut.

Gambar 4. 2

Pembukaan Program Rehabilitasi Medis

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba (Bidang Registrasi)

Kegiatan rutin yang biasa dilaksanakan oleh peserta

rehabilitasi kasus narkoba ini salah satunya yaitu senam

pagi. Beberapa kali peneliti sempat mengikuti kegiatan

tersebut dan melihat bahwa para Warga Binaan

Pemasyarakatan sangat bersemangat dalam kegiatan senam

ini karena menghadirkan instruktur senam profesional guna

menarik perhatian serta semangat peserta rehabilitasi.

Senam pagi tersebut bertujuan untuk mengembalikan

kebugaran.

Page 117: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

99

Gambar 4. 3

Kegiatan Senam Pagi

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

Program rehabilitasi medis di Lapas Kelas II A

Salemba menurut Mohamad Fadil, M. H. Selaku Kepala

Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik adalah

mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan kasus

narkoba dengan cara diberikan rehabilitasi oleh tim medis,

dimana orang-orang yang memiliki stimulan dalam adiksi

itu dipulihkan melalui program-program rehabilitasi

tersebut. Dalam program rehabilitasi medis intinya

mengobati orang-orang yang sudah kecanduan obat-obat

terlarang atau narkoba.

“Rehabilitasi medis intinya mengobati orang-

orang yang sudah kecanduan obat-obat terlarang

atau narkoba. Program rehabilitasi medis lebih

mudah karena hanya datang ke klinik diberikan

pengobatan kemudian dites urinnya kemudian

Page 118: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

100

dilihat perkembangannya.” (Wawancara Pribadi

dengan Rendy Caesar Pratama, M. H., pengawas

Program Rehabilitasi. Jakarta, 4 Juni 2020)

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa

program rehabilitasi medis ini dibuat atas dasar beberapa

pertimbangan dan diagnosa dari tim medis Lapas Kelas II

A Salemba, dan dibuatlah runtutan kegiatan sesuai

anjuran dari tim medis, mulai dari kegiatan tes urine awal,

konseling adiktif sampai tes urine akhir.

a. Maksud dan Tujuan Program Rehabilitasi Medis

Program Rehabilitasi Medis yang dilaksanakan

oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

memiliki maksud dan Tujuan dari Program

Rehabilitasi Narkotika bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan yaitu:

1) Memberikan layanan serta jaminan perawatan

terhadap hak WBP;

2) Memulihkan dan mempertahankan kondisi

kesehatan Warga Binaan Pemasyarakatan yang

meliputi aspek biologis, psikologis dan sosial

dari ketergantungan terhadap narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya;

3) Meningkatkan produktifitas serta kualitas hidup

Warga Binaan Pemasyarakatan;

4) Mempersiapkan WBP agar mampu menjalankan

perannya kembali di lingkungan sosial. (Laporan

Page 119: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

101

Kegiatan Rehabilitasi Medis Lapas Kelas II A

Salemba)

Pelaksanaan tujuan dari program rehabilitasi

medis intinya yaitu mengobati peserta yang terjangkit

pasca kecanduan narkoba.

“Intinya kalau rehabilitasi medis mengobati

orang-orang yang terjangkit pasca kecanduan

narkoba, jadi misalkan dia ketergantungan

obat, memiliki penyakit akibat dari penggunaan

narkoba, baiknya mereka mengikuti program

rehabilitasi medis yang telah disediakan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.”

(Wawancara Pribadi dengan Mohamad Fadil,

M. H., KASIBINADIK. Jakarta, 7 Mei 2020)

Untuk itu rehabilitasi medis memberikan

kesempatan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan

kasus narkotika untuk mengatasi ketergantungannya

terhadap narkotika dan mengembalikan fungsi tubuh

yang terganggu akibat menderita suatu kondisi atau

penyakit. Hasil akhir dari rehabilitasi medis yang

dilakukan tergantung dari tingkat kecanduan yang

dialami Warga Binaan Pemasyarakatan dan juga

kemampuan tim medis yang menangani.

b. Petugas Kegiatan Program Rehabilitasi Medis

Sebelum terlaksananya program rehabilitasi

medis Lapas Kelas II A Salemba telah mempersiapkan

para petugasnya berdasarkan tugasnya masing-

masing. Petugas layanan program rehabilitasi

Page 120: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

102

medis narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba dilaksanakan oleh:

1) ASESOR (Dilaksanakan oleh BNN Provinsi DKI

Jakarta).

2) Dokter Umum (Sebanyak 4 orang, 1 orang

merangkap tugas sebagai penanggung jawab Poli

Klinik Lapas Kelas II A Salemba).

3) Dokter Spesialis Penyakit Dalam (1 orang, Poli

Klinik Lapas Kelas II A Salemba).

4) Dokter Gigi (1 orang, Poli Klinik Lapas Kelas II A

Salemba).

5) Perawat (8 orang, Poliklinik Lembaga

Pemasyarakatan).

6) Konselor Adiksi (1 orang, Ikatan Konselor Adiksi

Indonesia DKI Jakarta).

7) Petugas Releps Prevention (Sebanyak 16 orang,

yang tergabung dari petugas Keamanan KPLP dan

Adkam).

8) Petugas Administrasi Verifikator (1 orang, Staf

Bimkemaswat). (Laporan Kegiatan Rehabilitasi

Medis Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba)

Pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Medis juga

mengikutisertakan konselor adiksi dari IKAI (Ikatan

Konselor Adiksi) 8 orang, tenaga assessor dari BNN

Provinsi DKI Jakarta dan Psikologi dari Universitas

Taruma Negara dan Kantor Wilayah DKI Jakarta.

Page 121: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

103

Di sisi lain program rehabilitasi medis tidak

dapat terlaksana tanpa adanya peserta rehabilitasi, jadi

selain petugas tim rehabilitasi peserta rehabilitasi pun

turut berpartisipasi dalam mensukseskan program

rehabilitasi medis ini. Peserta program rehabilitasi

medis yang berhasil mengikuti proses skrining dengan

menggunakan form ASSIST dan Tes Urin NAPZA.

Berdasarkan atas laporan yang diperoleh pada

perbulan Desember 2019 adalah sebanyak 369 orang

dengan hasil ringan 11 orang dan sedang sampai berat

358 orang. Selanjutnya pada awal Maret 2020

dilakukan asesmen awal untuk mendapatkan peserta

sebanyak 160 orang.

Untuk menunjang program rehabilitasi medis,

tentunya juga dibutuhkan selain Sumber Daya

Manusianya juga dibutuhkan sumber dana atau

anggaran. Sumber dana pelaksanaan rehabilitasi medis

berasal dari alokasi anggaran khusus DIPA (Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran) tahun 2020.

c. Jadwal Kegiatan Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi medis di Lapas Kelas II A Salemba

dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara

terprogram dan terdokumentasi oleh Bidang Registrasi

dibawah Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik.

Terbatasnya akses bagi peneliti dalam memperoleh

data dan dokumentasi, sehingga informasi dan

Page 122: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

104

dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari

Bidang registrasi tersebut.

Berikut ini merupakan jadwal pelaksanaan

kegiatan dari program rehabilitasi medis di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba:

1) Konseling

Pelaksanaan konseling di Lapas Kelas II A

Salemba diperuntukkan bagi WBP berfungsi untuk

mengetahui kondisi maupun permasalahan yang

dialami baik dari segi kesehatan, dan psikologi.

Tujuan dari kegiatan konseling ini agar Warga

Binaan Pemasyarakatan dapat memahami dirinya

dan lingkungan dengan baik serta dapat mengatasi

masalahnya sendiri. Kegiatan konseling ini terdiri

dari:

a) Konseling Adiksi

Kegiatan yang dilakukan dalam konseling

adiksi yaitu menggali permasalahan lebih

mendalam lagi dari setiap peserta sekaligus

mengedukasi peserta supaya mereka kembali

memahami tentang narkoba dan kembali

menjadi lebih benar, selain itu apa saja yang

menjadi permasalahan mereka. Setelah konselor

mendapatkan semua data dari peserta kemudian

disampaikan ke dokter, setelah itu dokter yang

memilah-memilah sesuai dengan permasalahan

Page 123: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

105

yang telah disampaikan Kegiatan ini

dilaksanakan mulai dari bulan Maret s/d bulan

Agustus 2020 oleh Konselor Adiksi Indonesia.

b) Konseling VCT

Kegiatan yang dilakukan dalam

Konseling VCT yaitu pemeriksaan terhadap

peserta rehabilitasi apakah menderita HIV atau

tidak. Pemeriksaan awal untuk penderita HIV

dilaksanakan di bulan Maret 2020.

c) Konseling Psikologi

Kegiatan yang dilakukan dalam

Konseling Psikologi yaitu dengan memberikan

terapi psikologi sesuai dengan permasalahan

yang dialami peserta rehabilitasi. Dilaksanakan

mulai dari bulan April s/d bulan Mei 2020 oleh

tim Psikologi dari Universitas-Universitas salah

satunya Universitas Tarumanegara.

2) Penanganan Gawat Darurat Narkotika

Kegiatan penanganan gawat darurat

narkotika menjadi tanggung jawab bagi tim medis di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

Dalam penanganan peserta rehab penyalahgunaan

narkoba yang emergency tidak dapat digantikan oleh

profesi lain karena diperlukan keterampilan medis.

Gejala klinis gawat darurat yang berkaitan dengan

penyalahgunaan narkoba yaitu gejala sakau dan

overdosis. Penangan gawat darurat narkotika ini

Page 124: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

106

sangat penting karena dapat menentukan diagnosis

dengan cepat, tepat dan akurat sehingga Warga

Binaan Pemasyarakatan dapat ditangani dengan

baik.

3) Farmakoterapi

Kegiatan yang dilakukan dalam

Farmakoterapi yaitu memberikan obat sesuai dengan

penyakit yang diderita oleh peserta rehabilitasi

Dilaksanakan mulai dari bulan Maret s/d bulan

Agustus 2020 dengan memberikan obat-obatan oleh

dokter dan perawat Poliklinik Lapas Kelas II A

Salemba.

4) Rujukan

Kegiatan dalam Rujukan ini yaitu apabila

Lembaga Pemasyarakatan tidak bisa lagi untuk

memberikan terapi sesuai dengan yang dialami oleh

peserta itu akan dirujuk sesuai dengan kebutuhannya

dan sesuai dengan penyakit yang dialami, misalnya

peserta rehabilitasi memerlukan ke dokter specialis

jiwa nanti akan dirujuk ke dokter specialis sakit

jiwa, perlu penyakit dalam akan kita rujuk ke dokter

specialis penyakit dalam, perlu ke psikolog akan

kita rujuk ke prikolog, untuk pengobatan tindak

lanjut. Rujukan ini dilakukan karena adanya

keterbatasan Sumber Daya Manusia serta sarana dan

prasarana yang ada di Lembaga pemasyarakatan

Kelas II A Salemba.

Page 125: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

107

Dilaksanakan sepanjang pelaksanaan rehab

tersebut apabila ditemukan penyakit pada Warga

Binaan Pemasyarakatan peserta rehab yang tidak

dapat ditangani oleh tim dokter Poliklinik.

d. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung

Rehabilitasi Medis di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba

Rehabilitasi di Lapas Kelas II A Salemba

dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan dengan

lancar, tentunya banyak faktor yang menjadi

penghambat dan pendukung proses rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

1) Faktor Penghambat

a) Faktor penghambat yang sedang berjalan

selama 3 (tiga) bulan ini pertama yaitu karena

pandemik corona, sehingga program kegiatan

yang melibatkan instansi luar atau pihak ketiga

itu sama sema sekali tidak bersentuhan karena

membahayakan, misalnya ada 1 (satu) orang

dari luar datang membawa virus ke dalam dan

terpapar corona, terdapat 1.500 orang di dalam

dikhawatirkan akan tertular karena

penularannya sangat cepat, kedua sumber daya

manusianya yang belum optimal.

b) Faktor penghambatnya untuk Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba saya rasa

Page 126: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

108

tidak ada, artinya selama ini program juga

masih tetap berjalan dan Warga Binaan

Pemasyarakatannya juga kooperatif, tapi

memang dorongan dari diri sendirinya itu

memang masih kurang.

c) Namanya kegiatan dengan adanya anggaran itu

bisa berjalan dengan baik, tapi dalam program

rehabilitasi ini yang menjadi penghambat

adalah pencairan anggaran, yang kedua adalah

sulitnya penerimaan kegiatan dari para peserta

rehabilitasi, jadi mereka merasa kalau itu

diskriminasi, jadi kalau misalnya yang lain

bebas mau melakukan hal apa saja, sementara

mereka diberikan kegiatan, padahal kegiatan

itu untuk kebaikan mereka juga. Selanjutnya

Inkonsistensi dari tim pokja (kelompok kerja),

yang seharusnya mereka piket tapi karena ada

kerjaan akhirnya tidak ikut langsung dalam

pelaksanaannya, tidak hadir dan terbengkalai,

selanjutnya sarana dan prasarana yang masih

kurang memadai seperti ruang untuk peserta

rehabilitasi, ruang olahraga yang masih kurang

cukup.

2) Faktor Pendukung

a) Faktor pendukungnya kita banyak dibantu oleh

pihak-pihak eksternal yang berkompetensi di

bidang rehab tersebut seperti Badan Narkotika

Page 127: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

109

Nasional (BNN) dengan tenaga asesornya,

pihak ketiga psikologi dengan tenaga

psikolognya, ada dari Komunitas Dakwah

Indonesia (KODI) sebagai tenaga spiritualnya

dan siraman kerohanian. Tanpa melibatkan

pihak luar yaitu sumber daya manusia kita

terbatas.

b) Faktor pendukung selama proses rehabilitasi

ini kita didukung penuh oleh anggaran dari

negara, BNN bekerjasama dengan Direktorat

Jendral Pemasyarakatan untuk melaksanakan

rehab itu di dalam Lembaga Pemasyarakatan,

beberapa tahun yang lalu rehab itu selalu

dilaksanakan oleh BNN sekarang diserahkan

kepada Direktorat Jendral Pemasyarakatan

diteruskan kepada UPT dibawahnya Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan namun

tetap bekerjasama dengan BNN, banyak

mendapatkan edukasi dari BNN terkait bahaya

dan penyalahgunaan narkoba, kita juga

mendapat bantuan alat tes urin.

4. Program Rehabilitasi Sosial

Penanganan kasus terpidana narkoba dikalangan

penggguna selama ini diproses sebagai tindak pidana. Hal

itu membuat vonis yang dijatuhkan hakim kepada korban

pengguna narkoba menempatkan terpidana di Rumah

Page 128: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

110

Tahanan Negara (Rutan) atau Lembaga Pemaysarakatan

(Lapas). Pengguna narkoba sebenarnya merupakan korban

mata rantai dari sindikat atau peredaran narkoba yang sulit

melepaskan diri dari ketergantungan. Menempatkan korban

pengguna Narkoba di Lapas/Rutan justru tidak membuat

korban sembuh atau jera. Besarnya kerusakan dan kerugian

akibat narkoba menjadi perhatian serius pemerintah.

Seyogyanya aparat penegak hukum tidak lagi

mengkategorikan pengguna narkoba sebagai pelaku tindak

pidana, melainkan sebagai pesakitan yang harus diobati

secara medis dan sosial.

Lapas Kelas II A Salemba berdasarkan surat edaran

Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-

01.PK.01.06.10 Tahun 2015 Tentang Mekanisme

Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan telah ditunjuk sebagai salah satu UPT

Pemasyarakatan sebagai tempat pelaksanaan Rehabilitasi

pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba bagi WBP.

Lapas Kelas II A Salemba telah bekerja sama dengan

beberapa kementerian diantaranya Kementerian Kesehatan

untuk rehabilitasi medis dan Kementerian Sosial untuk

rehabilitasi sosial, namun untuk saat ini dikarenakan

Kementerian Kesehatan yang memberikan perhatian lebih

kepada Warga Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba

sehingga pada tahun ini diadakanlah kegiatan program

rehabilitasi medis, akan tetapi hal itu tidak

mengesampingkan program kegiatan-kegiatan dari sisi

Page 129: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

111

rehabilitasi sosial dan juga Kementerian Sosial berhak andil

untuk membantu program rehabilitasi sosial agar peserta

rehabilitasi mendapatkan perhatian yang seimbang dari

kedua Kementerian Negara yang berfokus pada bidang

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Pelaksanaan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba mengacu

kepada kegiatan yang memberikan sugesti kepada Warga

Binaan Pemasyarakatan sehingga memunculkan stimulan

dalam otaknya agar tidak tertuju pada penggunaan narkoba.

Peserta diberikan pelatihan tentang bagaimana

bersosialisasi dengan baik seperti salah satunya belajar

berkelompok di suatu komunitas pengajian, dan

memberikan bentuk kesadaran berbangsa dan bernegara

dalam bentuk kegiatan kepramukaan, kegiatan tersebut

berkelanjutan dan terjadwal setiap harinya. (Laporan

Kegiatan Rehabilitasi Sosial di Lapas Kelas II A Salemba)

Gambar 4. 4

Kegiatan Kepramukaan

Sumber: Bidang Registrasi, Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba

Page 130: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

112

Kegiatan kepramukaan merupakan wadah untuk

mengembangkan jati diri bangsa yang bertujuan untuk

menanamkan nilai-nilai negara bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan dan diikuti oleh seluruh peserta rehab.

Mereka sangat terarik dengan kegiatan pramuka ini karena

kegiatannya beragam seperti pengamatan peneliti tersebut

seperti baris-berbaris. Setelah mereka menguasai baris

berbaris selanjutnya Warga Binaan pemasyarakatan akan

diberikan kesempatan untuk menjadi petugas upacara pada

peringatan hari-hari besar di Lembaga Pemasyarakatan.

Hal diatas juga ditegaskan oleh Mohamad Fadil, M.H.

Selaku Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik

mengenai penyisipan kegiatan program rehabilitasi sosial di

dalam program rehablitasi medis sebagai berikut:

“Di samping itu juga disusupi dengan kegiatan-

kegiatan sosial, kegiatan tersebut berkelanjutan dan

terjadwal setiap harinya, sehingga mereka yang

memiliki sugesti untuk mengkonsumsi narkoba kita

buat program-program rehabilitasi sosial sehingga

ada stimulan dalam otaknya tidak tertuju pada

penggunaan narkoba, jadi rehabilitasi medis yang

utamanya tetapi tetap di dalamnya kita masukkan

juga program rehabilitasi sosial.” (Wawancara

Pribadi dengan Mohamad Fadil, M. H.,

KASIBINADIK. Jakarta, 7 Mei 2020)

Page 131: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

113

a. Maksud dan Tujuan Program Rehabilitasi Sosial

Tindakan Rehabilitasi bermaksud agar korban

penyalahgunaan narkotika dapat kembali normal dan

berperilaku baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Adapun tujuan kegiatan Rehabilitasi adalah untuk

memulihkan atau mengembangkan kemampuan fisik,

mental dan sosial penderita yang bersangkutan, agar

para pecandu dapat pulih dari ketergantungannya

terhadap narkoba sehingga terwujud mantan pecandu

narkoba yang sehat, produktif dan bermanfaat bagi

masyarakat. (Laporan Kegiatan Rehabilitasi di LAPAS

Kelas II A Salemba)

b. Petugas Kegiatan Program Rehabilitasi Sosial

Jumlah petugas rehabilitasi Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba terdiri dari 6

orang yang meliputi:

1) Penanggung Jawab

2) Program Manager

3) Instruktur sebanyak 3 (tiga) orang

4) Petugas Kesehatan 1 (satu) orang

5) Psikolog 1 (satu) orang

c. Jadwal Kegiatan Rehabilitasi Sosial

Jadwal kegiatan harian rehabilitasi pada

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba yang

Page 132: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

114

dilaksanakan setiap harinya mulai dari pukul 04.30

WIB s.d 22.00 WIB dan harus diikuti dengan penuh

perhatian.

Gambar 4. 5

Jadwal Kegiatan Harian Program Rehabilitasi

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

Berikut ini adalah pemaparan rangkaian kegiatan-

kegiatan program rehabilitasi:

1) Bimbingan Individu

Bimbingan individu dilakukan untuk melatih

kedisiplinan pada Warga Binaan Pemasyarakatan

dengan pengawasan oleh masing-masing

penanggung jawab kamar. Hal ini jelas bimbingan

Page 133: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

115

individu bertujuan agar WBP dapat hidup mandiri

dan teratur.

Chores, Wash up : Merupakan kegiatan

membersihkan diri, membersihkan kamar dan

membersihkan lingkungan Lembaga Pemasyarakatan

yang dilakukan secara rutin setiap pagi hari setelah

bangun tidur.

2) Bimbingan Kelompok atau Therapeutic Community

(TC)

Therapeutic Community (TC) merupakan salah

satu wujud program rehabilitasi di Lapas Kelas II A

Salemba bagi WBP kasus narkoba yang terdiri dari

sekelompok individu dengan tujuan untuk

mempertahankan proses pemulihan dengan cara

mengenal diri sendiri dan lingkungan sosialnya agar

dapat diterima kembali di tengah masyarakat

Kegiatan yang diberikan kepada bimbingan

kelompok yang berada di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba untuk melatih menghadapi tugas

dan masalah bersama serta didorong mengemukakan

pendapat, saling menghargai pendapat, dan

memberikan solusi kepada WBP yang lainnya.

Berikut ini bentuk kegiatan dalam bimbingan

kelompok:

a) Morning Meeting : Merupakan kegiatan

penunjukkan pengurus pada hari itu yang

dilaksanakan setelah sarapan pagi. Di dalamnya

Page 134: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

116

juga terdapat kegiatan share feeling yaitu saling

mengungkapkan perasaan serta permasalahan

yang dirasakan sehingga mereka dapat mengenali

diri mereka kembali.

b) Sessi/ Konseling : Merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh dokter, psikolog serta konselor

guna menggali permasalahan yang dialami oleh

Warga Binaan Pemasyarakatan.

c) Mix Confrontation : Merupakan kegiatan

menggali lebih dalam dari suatu permasalahan

yang disampaikan oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan agar memunculkan wawasan

atau pengetahuan yang dimiliki masing-masing

Warga Binaan Pemasyarakatan.

d) Page Group (Personal/Peer Accountability

Group Evaluation) : Merupakan kegiatan

perkumpulan yang diharapkan dapat merubah

perilaku Warga Binaan Pemasyarakatan dengan

memberikan penilaian atau evaluasi terhadap diri

sendiri dan juga bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan yang lainnya.

e) Encounter Group : Merupakan kegiatan

pembentukan jati diri serta pengelolaan emosi

yang baik agar lebih disiplin dan searah.

Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan

suasana komunitas antar Warga Binaan

Pemasyarakatan yang harmonis.

Page 135: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

117

f) Static Group : Merupakan kegiatan yang

dilakukan secara berkelompok untuk

membicarakan persoalan-persoalan yang dialami

serta mencari solusinya bersama-sama.

g) Seminar : Merupakan kegiatan

pemberian pengetahuan dengan materi-materi

terkait dengan penyalahgunaan narkoba yang

bertujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan

sadar akan bahaya dari penggunaan narkoba.

h) Recreation/ Sport : Merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk melepas penat serta

menghilangkan stress dengan berbagai macam

kegiatan olahraga seperti bermain sepak bola,

basket, voli dan lain-lain serta bermain musik

dan juga menonton film.

Kegiatan bermain musik ini dilaksanakan

pada hari Sabtu dan Minggu pukul 16.00 – 17.00

WIB. Warga Binaan Pemasyarakatan diberi ruang

khusus untuk mengembangkan bakat dan

minatnya di bidang musik sekaligus untuk

menghilangkan rasa bosan mereka selama

mengikuti kegiatan rehabilitasi. Selama kegiatan

bermain musik berlangsung peneliti

memperhatikan bahwa masing-masing Warga

Binaan Pemasyarakatan memainkan alat musik

sesuai dengan bakat yang dimiliki, kegiatan

bermain musik ini sangat dinikmati oleh Warga

Page 136: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

118

Binaan Pemasyarakatan terlihat dari harmonisasi

musik yang dimainkan.

Gambar 4. 6

Kegiatan Bermain Musik

Sumber: Lembaga Pemasyarakata Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

Kegiatan olahraga di LAPAS Kelas II A

Salemba terdiri dari berbagai jenis olahraga salah

satunya yang peneliti amati kali ini yaitu bola voli.

Kegiatan olahraga ini dilaksanakan di lapangan

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

pada pukul 08.00 – 09.00 WIB. Pembagian tim

bola voli dipandu oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan itu sendiri. Warga Binaan

Pemasyarakatan terlihat kompak dengan timnya

Page 137: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

119

masing-masing dan saling bekerjasama antar satu

sama lain pada saat kegiatan bola voli berlangsung.

Gambar 4. 7

Kegiatan Olahraga Bola Voli

Sumber: Lembaga Pemasyarakata Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

i) Kegiatan Rohani : Merupakan kegiatan

pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta memperdalam nilai-nilai keagamaan yang

dimiliki.

Gambar 4. 8

Kegiatan Kerohanian

Sumber: Lembaga Pemasyarakata Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

Page 138: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

120

3) Bimbingan Personal Life Skill

Pembinaan Kemandirian dilaksanakan sesuai

dengan potensi yang dimiliki masing-masing Warga

Binaan Pemasyarakatan untuk memaksimalkan

kemampuan yang dimiliki agar dapat hidup mandiri

dan berguna bagi masyarakat setelah bebas dari

Lembaga Pemasyarakatan.

Pembinaan kemandirian bagi peserta rehab

difungsikan untuk membina lebih dalam Warga

Binaan Pemasyarakatan agar bisa lebih produktif

menjalani kehidupan serta dapat mengurangi tingkat

pengangguran setelah mereka menjalani program

rehabilitasi.

Hal tersebut dipertegas oleh Muhammad

Danil dalam wawancara pribadi pada tanggal 28 Mei

2020:

“Pembinaan kemandirian itu lebih mengarah

kepada skill dan industri atau untuk produksi,

jadi pelatihan-pelatihan yang diberikan itu

berupa skill atau kemampuan unutk

melakukan produksi seperti menjahit, sablon,

berkebun, berternak, melukis, dan pelatihan-

pelatihan lainnya.”

Pembinaan kemandirian berfokus pada

keterampilan-keterampilan untuk mengasah

kemampuan, Pernyataan di atas juga dipertegas oleh

Mohamad Fadil selaku penanggungjawab

rehabilitasi, bahwa:

Page 139: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

121

“Pembentukan pembinaan kemandirian lebih untuk

yang bersangkutan agar bertanggung jawab kepada

dirinya, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

Bentuk kegiatan pembinaan kemandirian contohnya

seperti kegiatan kerja (GIATJA) yaitu ada

pertukangan, perkebunan, bengkel dan las, menjahit,

kegiatan kemandirian berfungsi untuk menopang

kehidupan mereka setelah mereka keluar dari

Lembaga Pemasyarakatan dan sebagai bekal hidup

di masyarakat.” (Wawancara Pribadi dengan

Mohamad Fadil, M. H., KASIBINADIK. Jakarta, 7

Mei 2020)

Gambar 4. 9

Kegiatan Membuat Keterampilan

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

(Bidang Registrasi)

Salah satu bentuk kegiatan pembinaan

kemandirian yaitu pembuatan anyaman alas kaki yang

dilaksanakan di lantai 2 ruang produksi Lembaga

pemasyarakatan Kelas II A Salemba. Pelatihan

keterampilan ini diberikan langsung oleh Dinas

Page 140: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

122

Perindustrian. WBP sangat antusias dalam kegiatan

ini dan diikuti oleh seluruh peserta rehab. Selama

proses pelatihan dapat diamati bahwa mereka saling

membantu pada saat salah satu dari mereka ada yang

mengalami kesulitan.

Lebih lanjut, Dokter Iwan Hartono

menjelaskan bahwa metode pembinaan cenderung

dengan pendekatan bagaimana agar mereka siap

untuk kembali ke masyarakat. Lembaga

Pemasyarakatan memberikan pembinaan dalam

bentuk pembinaan kerohanian, memberikan pekerjaan

atau kegiatan kerja sesuai dengan keahlian mereka,

kegiatan olahraga, serta keahlian-keahlian mereka

yang lainnya seperti membuat patung, membuat

sandal dan lain-lain. Hasil produksinya itu dijual

kepada pihak ketiga, seperti sandal yang

didistribusikan kepada hotel-hotel di daerah Jakarata

seperti Hotel Ibis.

Dengan kegiatan pembinaan kemandirian ini

bertujuan untuk mengembangkan potensi terpendam

yang dimiliki oleh Warga Binaan Pemasyarakatan

dan dengan kegiatan ini pula mereka dapat

menerapkan kemampuan-kemampuan yang didapat

selama mengikuti kegiatan pembinaan kemandirian

agar selanjutnya mereka dapat berguna di lingkungan

masyarakat.

Page 141: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

123

d. Laporan Petugas Rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti

memperoleh laporan langsung dari pelaksana program

rehabilitasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba, sebagai berikut:

1) Laporan Program Manager

Pada tahapan ini Program Manager melakukan

rapat koordinasi dengan seluruh team terkait

pelaksanaan kegiatan rehab, selanjutnya memberikan

arahan dan menjelaskan kepada team program kerja

rehabilitasi tentang tugas dan tanggung jawab

kegiatan sehari-hari kegiatan rehab tersebut.

Selanjutnya melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan kegiatan dan memastikan kegiatan

tersebut dapat berjalan dengan baik.

2) Laporan Instruktur

Kegiatan yang telah dilaksanakan instruktur

adalah mengikuti arahan yang telah diberikan oleh

program manager di antaranya mengawasi dan

menjaga kegiatan sehari-hari agar tetap berjalan

sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah diberikan

serta melaporkan hasil kegiatan kepada program

manager. Adapun pelaksanaan kegiatan ini antara

lain:

a) Memimpin apel pagi, memantau dan memeriksa

kerapihan serta kebersihan para residen.

Page 142: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

124

b) Memimpin morning meeting, melaksanakan sesi,

memberikan materi terapi kelompok sesuai

dengan jadwal.

3) Laporan Petugas Medis (Dokter)

Pada tahapan ini Dokter melakukan

pemeriksaan kesehatan terhadap peserta rehab apabila

ada keluhan (secara rutin/berkala). Selama kegiatan

rehab berlangsung beberapa peserta rehab yang

mengalami gangguan kesehatan dan memerlukan

perawatan.

e. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Program

Rehabilitasi Sosial di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba

Pelaksanaan program rehabilitasi di Lapas Kelas II

A Salemba tidak luput dari hambatan atau kendala.

Hambatan atau kendala dalam kegiatan rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan antara lain.

1) Faktor Penghambat

a) Sarana dan Prasarana

Keterbatasan sarana dan prasarana kegiatan

rehabilitasi salah satunya adalah penempatan

blok khusus bagi peserta rehabilitasi sampai saat

ini belum memadai, hal ini terkait jumlah Warga

Binaan Pemasyarakatan per tanggal 1 Agustus

2018 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba.

Page 143: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

125

b) Sumber Daya Manusia

Kurangnya pengetahuan atau pemahaman

petugas dalam hal penanganan program rehab

dan sejumlah tim kelompok kerja rehab napza

Lapas Kelas II A Salemba yang telah mengikuti

pelatihan tersebut.

2) Faktor Pendukung

a) Sumber Pendanaan

Salah satu faktor yang berperan penting dalam

berjalannya sebuah program adalah pendanaan.

Anggaran pelaksanaan pendanaan rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

digunakan untuk biaya operasional dan sarana

prasarana. Sumber pendanaan utama Lapas Kelas

II A yaitu diperoleh dari Direktorat Jendral

Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak

Asasi Manusia serta alokasi anggaran khusus

DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran).

b) Jaringan Kerja

Selain sumber pendaan salah satu yang juga

menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan

program rehabilitasi adalah jaringan kerja. Dalam

pelaksanaan program rehabilitsi sosial di Lapas

Kelas II A Salemba bekerja sama dengan

berbagai pihak, di antaranya Kementerian Sosial

yang memberikan bantuan dalam bentuk

peninjauan terlaksananya rehabilitasi sosial

Page 144: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

126

dengan baik, selain itu ada pula Dinas

Perindustrian yang memberikan bantuan berupa

sumber daya manusia dengan cara pelatihan-

pelatihan keterampilan sesuai dengan potensi

yang dimiliki oleh Warga Binaan pemasyarakatan

itu sendiri.

B. Dampak yang Diperoleh selama Pelaksanaan Program

Rehabilitasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba

Dengan berbagai macam latar belakang tindak kriminal

kasus penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh Warga

Binaan Pemasyarakatan dari tingkat permasalahan ringan

sampai tingkatan yang berat sehingga Warga Binaan

Pemasyarakatan mengikuti program rehabilitasi, berikut ini

dampak dari pelaksanaan program rehabilitasi yaitu:

1. Dampak Program Rehabilitasi Medis

Saat ini program-program rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial masih berjalan sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan, tentunya akan tetap ada dampak

yang dirasakan dari kedua program tersebut baik dampak

bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan juga pihak

Lembaga pemasyarakatan. Tidak berhenti pada hasil

observasi yang telah peneliti lakukan, tetapi juga terdapat

partisipasi dari hasil wawancara dengan beberapa pihak

Lembaga Pemasyarakatan. Seperti yang dijelaskan oleh

Mohamad Fadil Selaku Kepala Seksi Bimbingan

Page 145: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

127

Narapidana/Anak Didik mengenai dampak dari

pelaksanaan program rehabilitasi, sebagai berikut:

“Dampak yang timbul dari pelaksanaan rehabilitasi

medis ini agar narapidana benar-benar terputus

dari keinginan yang menakutkan itu untuk lepas

dari narkoba.” (Wawancara Pribadi dengan

Mohamad Fadil, M. H., KASIBINADIK. Jakarta, 7

Mei 2020)

Hal diatas diperkuat oleh pernyataan dari Rendy

Caesar Pratama Putra selaku pengawas tim rehabilitasi,

yaitu sebagai berikut:

“Minimal mereka merasakan badannya sehat itu

pertama, yang kedua mereka bisa menghilangkan

rasa ketergantungan terhadap obat-obatan

terlarang maksudnya narkoba itu, yang ketiga

mereka siap untuk diintegrasikan lagi ke tengah-

tengah masyarakat, artinya kembali karena dia

kecanduan terus dia keluar Lembaga

Pemasyarakatan, kalau dia masih belum ada

perubahan, besar kemungkinan dia bisa masuk lagi

dengan kasus yang sama.” (Wawancara dengan

Rendy Pratama Putra, Pengawas Rehabilitasi.

Jakarta, Kamis 4 Juni 2020)

Dampak yang diperoleh dari pelaksanaan program

rehabilitasi ini adalah perubahan mind set, perubahan pola

pikir dan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi, jadi

kan ada ciri-ciri pengguna narkoba itu yang lebih banyak

negatifnya, yang pertama mereka tidak mudah

bersosialisasi, mudah berfikiran negatif, tidak terbuka,

tidak mudah untuk menyampaikan pendapat, di dalam

Page 146: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

128

program rehabilitasi itu dilatih untuk melakukan

sebaliknya, jadi bagi pengguna narkoba amat sangat berat.

Mendengar kata narkotika seringkali memberi

bayangan tentang dampak yang tidak diinginkan, hal ini

dikarenakan narkotika identik dengan pergaulan bebas

yang akhirnya cendurung untuk melakukan tindak

kejahatan. Narkotika dapat menimbulkan ketergantungan

yang sulit dilepaskan, dengan demikian rehabilitasi

terhadap peserta rehab adalah suatu proses untuk

membebaskan dari ketergantungan tersebut. Berikut hasil

wawancara peneliti dengan peserta rehab:

“Latar belakang saya menjadi Warga Binaan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

karena saya terjerat kasus Narkoba dengan pasal

112 dan 114. Pertama kali mengenal narkoba pada

awal tahun 2009 karena pergaulan yang kurang

baik menurut saya, karena tidak semua teman saya

itu pengguna narkoba. Saya tertangkap pada bulan

November tahun 2017 oleh polisi yang berjumlah 7

(tujuh) orang di KFC Jl. Daan Mogot setelah

pulang kerja. Saat itu saya sedang mampir untuk

membeli makan dan ketahuan membawa shabu

sebesar 0,25 gram. Dari lokasi penangkapan saya

dibawa ke kantor atau basecamp polisi selama 2

(dua) malam, lalu dibawa ke polsek Tanjung Duren,

kurang lebih 3 (tiga) sampai 4 (empat) bulan saya

di polsek, lalu dipindahkan ke Rutan Salemba pada

bulan Maret tahun 2018. Setahun kemudian baru

saya berada di Lapas Salemba dengan vonis 5

tahun 6 bulan dengan subsider 3 bulan.”

(Wawancara Pribadi dengan KM, Peserta

Rehabilitasi. Kamis, 23 April 2020)

Page 147: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

129

Dampak pelaksanaan program rehabilitasi tidak

hanya dirasakan oleh petugas Lembaga pemasyarakatan,

tetapi juga dari peserta rehab itu sendiri berikut ini hasil

wawancara peneliti dengan Warga Binaan

Pemasyarakatan peserta rehab:

“Dampak yang saya rasakan itu saya merasa lebih

bugar karena selalu ada kegiatan di dalam program

rehabilitasi ini seperti mengikuti kegiatan olahraga.

Selain itu juga dampak langsung yang saya rasakan

yaitu saya bisa lebih produktif lagi karena jadwal

yang sudah diatur dari pagi hingga malam hari

yang membuat saya menjadi lebih disiplin dan bisa

lebih berfikir positif.” (Wawancara Pribadi dengan

KM, Peserta Rehabilitasi. Kamis, 23 April 2020)

Sama halnya dengan informan sebelumnya, faktor

Warga Binaan Pemasarakatan melakukan tindak

kejahatan penyalahgunaan narkoba dikarenakan

lingkungan yang kurang baik yang dapat mempengaruhi

pergaulan dan aktivitas lainnya, berikut ini hasil

wawancara peneliti dengan Warga Binaan

Pemasyarakatan:

“Saya menjual dan menggunakan narkoba jenis

sabu. Saya tertangkap bulan Maret 2017 di daerah

Rawasari, Jakarta Pusat. Posisi saya lagi di kostan

Bersama pacar dan satu orang teman. Saya lagi

tidur dan teman saya sedang bermain laptop. Jadi

awalnya ada teman atau istilahnya adek-adek an

ingin membeli sabu tetapi sudah tidak dikasih lagi,

akhirnya ingin menemui saya untuk membelinya.

Ternyata Ketika dating dia Bersama polisi dan

sebelumnya dia sudah tertangkap dan HP nya

dipegang oleh polisi lal ada riwayat obrolan

Page 148: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

130

mengenai sabu ini. Di kostan ada sebanyak 18 gram

sabu kurang lebih karena 2 hari sebelumnya saya

habis menjemput barang itu.” (Wawancara Pribadi

dengan DI, Peserta Rehabilitasi. Kamis, 23 April

2020)

Dalam mencapai tujuan dari pelaksanaan rehabilitasi

Warga Binaan Pemasyarakatan mengikuti jadwal kegiatan

yang telah ditetapkan. Usaha yang dilakukan tersebut

berdampak pada peserta rehabilitasi, berikut hasil

wawancara peneliti dengan Warga Binaan

Pemasyarakatan:

“Dampak yang baru saya rasakan itu merasa lebih

bugar karena selalu ada kegiatan atau mengikuti

olahraga yang ada disini. Sehingga saya dapat

berfikir lebih jernih dan lebih tenang serta menjadi

percaya diri dan menjadi diri saya sendiri.”

(Wawancara Pribadi dengan DI, Peserta

Rehabilitasi. Kamis, 23 April 2020)

Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan

beberapa pihak Lembaga Pemasyarakatan dan Warga

Binaan Pemasyarakatan diperoleh bahwa dampak yang

dirasakan sangat besar dan berpengaruh terhadap Warga

Binaan Pemasyarakatan, oleh sebab itu program

rehabilitasi ini harus tetap berjalan dan berkelanjutan agar

para pelanggar penyalahgunaan narkoba dapat segera

ditangani dengana baik dan sesuai prosedur dari Lembaga

Pemasyrakatan.

Page 149: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

131

2. Dampak Program Rehabilitasi Sosial

Pergaulan bebas sangat mempengaruhi seseorang

dalam berperilaku. Terutama saat usia remaja peralihan

ke dewasa muda dimana pada usia itu muncul rasa

keingintahuan yang besar untuk mencoba hal-hal baru,

sehingga mereka lebih mudah untuk terpengaruh dalam

pergaulan atau lingkungan sehari-hari seperti merokok,

meminum alkohol, mengkonsumsi narkoba, dan lain-lain.

Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan peserta

rehabilitasi:

“Jadi saya bisa berada di Lapas Salemba ini

karena dijebak oleh teman satu perkara saya,

ceritanya itu temen saya memesan shabu di saya

untuk dijual lagi kepada asistenya RS di Jakarta

tetapi teman saya tertangkap oleh polisi. Pada

bulan April tahun 2016 saat itu posisi saya berada

di Bogor, teman saya yang tertangkap itu ingin

menemui saya dengan alasan mau membayar sabu

tersebut. Akan tetapi teman saya datang bersama

dengan polisi untuk menangkap saya. Lalu saya

pun ditangkap dan dibawa ke Polda Metro Jaya di

Jakarta. Saya berada di Polda Metro Jaya selama

4 (empat) bulan. Setelah itu saya pindah ke Rutan

Salemba pada bulan Agustus 2018. Terakhir saya

dipindahkan ke Lapas Salemba pada bulan

November 2019. Saya di vonis oleh jaksa yaitu

selama 8 tahun 3 bulan.” (Wawancara Pribadi

dengan IA, Peserta Rehabilitasi. Kamis, 23 April

2020)

Pada saat ini penyalahgunaan narkotika telah

tersebar tanpa melihat golongan, status, dan usia. Tidak

jarang awal mula mereka mengkonsumsi narkoba berasal

Page 150: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

132

dari lingkungan pertemanan yang kurang baik.

Rehabilitasi terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan juga

merupakan suatu bentuk perlindungan sosial agar yang

bersangkutan tidak lagi melakukan penyalahgunaan

narkotika. Berikut dampak yang dirasakan oleh peserta

rehab:

“Dampak yang saya rasakan dari segi fisik sudah

tidak terasa lemas karena di dalam program rehab

ini juga rutin diadakan kegiatan senam atau

olahraga. Selain itu, dari segi sosialnya saya

merasa mudah untuk berinteraksi sosial karena

program yang diterapkan berkaitan dengan

bimbingan kelompok atau Therapeutic Community

(TC) dalam bentuk sesi curhat.” (Wawancara

Pribadi dengan IA, Peserta Rehabilitasi. Kamis, 23

April 2020)

Perkembangan peserta rehab secara keseluruhan

dapat terlihat dengan mampu mengikuti kegiatan

rehabilitasi melalui metode Bimbingan Kelompok atau

Therapeutic Community (TC) dengan tanpa paksaan

ataupun dari pihak manapun sehingga semua program

rehabilitasi tersebut dapat berjalan walaupun masih

terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Prinsip

yang melandasi dilaksanakannya metode TC adalah

bahwa setiap orang pada prinsipnya dapat berubah dari

perilaku yang negatif kearah perilaku positif. Dalam

proses perubahan ini, seseorang memerlukan bantuan

pihak lain dalam kelompok karena manusia sebagai

Page 151: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

133

individu tidak bisa hidup sendiri, akan tetapi

bagaimanapun hidup memerlukan kelompok.

Tujuan utama TC untuk mengubah pola tingkah

laku yang disfungsional dari seseorang individu, menjadi

lebih efektif dan produktif dalam kehidupannya, yaitu

penghentian adikasi dan mendorong perubahan cara

hidup yang mempunyai sikap seperti kurang respons,

ceroboh masa bodo, emosi berlebihan, menunda-nunda

waktu, anggapan negatif, kurang berke-Tuhanan, dan

sebagainya kearah gaya hidup sehat melalui membantu

perkembangan diri.

Dampak sosial dari program rehabilitasi sosial

bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dapat dikatakan

positif karena dirasakan adanya perubahan pola perilaku

mereka setelah tinggal dan mengikuti kegiatan di

Lembaga Pemasyarakatan mereka dapat bersosialisasi

dengan baik seperti dalam kegiatan share feeling dimana

mereka menyampaikan permasalahan serta memberikan

solusi bersama dari masing-masing permasalahan peserta

rehab. Dari aspek ekonomi cenderung positif bagi

beberapa peserta rehab, karena mereka mendapatkan

manfaat dari kegiatan pembinaan kemandirian secara

langsung yaitu adanya pendapatan yang diberikan oleh

pihak Lembaga Pemasarakatan dari hasil produksi

kepada peserta rehab itu sendiri. Dari aspek fisik,

kegiatan rehabilitasi sosial memberikan peningkatan

Page 152: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

134

terhadap kesehatan fisik Warga Binaan Pemasyarakatan

yang membuat mereka terlihat lebih bugar dan

bersemangat dalam mengikuti kegiatan rehab seperti

dalam kegiatan olahraga yang merupakan penyaluran

hobi dan bakat mereka.

Page 153: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi mengenai pembahasan yang telah

peneliti bahas pada bab IV yang sesuai dengan rumusan masalah

yaitu rehabilitasi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus

Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba dan

dampak yang diperoleh dari pelaksanaan program rehabilitasi.

Selanjutnya peneliti mencoba untuk menganalisis dari hasil

temuan lapangan, observasi dan wawancara.

Peneliti tidak hanya menjelaskan hasil observasi dan

wawancara tetapi juga akan membahas teori apa saja yang terkait

dengan rehabilitasi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan kasus

narkoba. Berkaitan dengan pembahasan penelitian yang

diperhatikan dalam program rehabilitasi ini adalah pemakai

narkoba. Seperti yang telah dipaparkan pada Bab 2, bahwa

Rehabilitasi adalah proses pemulihan terhadap ketergantungan

penyalahguna narkotika (pecandu) meliputi aspek biopsikososial

dan spiritual sehingga memerlukan waktu lama, kemampuan

keras, kesabaran, konsistensi dan pembelajaran secara terus

menerus (Mappaire 1982, 32).

Peneliti akan memfokuskan kepada pelaksanaan program

rehabilitasi medis dan sosial, serta dampak yang diperoleh dari

pelaksanaan program rehabilitasi di Lembaga pemasyarakatan

Kelas II A Salemba.

135

Page 154: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

136

A. Pelaksanaan Rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan Kasus Narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Seperti yang telah dipaparkan pada rumusan masalah

pada bab II bahwa dijelaskan dalam skripsi (Dipo 2017, 36-

37) tentang penyalahgunaan narkoba adalah kejahatan yang

dilakukan tanpa hak dan perizinan terhadap pemakaian obat-

obatan terlarang yang bertujuan hanya untuk kesenangan

semata yang digunakan secara berlebihan, tidak sesuai aturan

dan ajuran yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental

serta sosial bagi para penggunanya.

Pelaksanaan program rehabilitasi merujuk kepada

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Nomor 12 Tahun 2017 dan telah sesuai dengan acuan yang

digunakan oleh Lapas Kelas II A Salemba serta teori yang

ada pada bab II tentang Penyelenggaraan Layanan

Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan

Pemasyarakatan dinyatakan bahwa rehabilitasi narkotika

ditujukan kepada pecandu narkotika, penyalahguna

narkotika, dan korban penyalahgunaan narkotika. Pada

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Salemba

sebagian besar tahanan mereka sebagai penyalahguna dan

korban penyalahgunaan narkotika.

Peranan Lembaga Pemasyarakatan sebagai tempat

rehabilitasi yang memberikan semangat dan antusias yang

tinggi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan narkoba. Seperti telah diketahui gagasan

Page 155: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

137

awal pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

bukan hanya sekedar sebagai tempat pengumpulan bagi

mereka yang terjaring penyalahgunaan narkoba. Tetapi,

layaknya pembentukan lembaga Pemasyarakatan pada

umumnya, bahwa pembentukan Lapas Narkotika pun tidak

dapat dipisahkan dari upaya untuk memberikan pembinaan

bagi narapidana. Pembinaan yang tujuan mulianya

mengembalikan narapidana secara sehat dan kembali

melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Tetap merujuk pada tujuan dari rehabilitasi dari

Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 12/2017 yang

seyogyanya menjadi pegangan dalam pelaksanaan

rehabilitasi yaitu:

1. Memberikan layanan serta jaminan perawatan terhadap

hak WBP;

2. Memulihkan dan mempertahankan kondisi kesehatan

Warga Binaan Pemasyarakatan yang meliputi aspek

biologis, psikologis dan sosial dari ketergantungan

terhadap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya;

3. Meningkatkan produktifitas serta kualitas hidup Warga

Binaan Pemasyarakatan;

4. Mempersiapkan WBP agar mampu menjalankan

perannya kembali di lingkungan sosial.

Berdasarkan atas tujuan tersebut, rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

diselenggarakan dan dalam penelitian ini yang telah

dilakukan berdasarkan metode penelitian dan berdasarkan

Page 156: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

138

atas ulasan pada bab IV data dan temuan penelitian dimana

pelaksanaan rehabilitasi dilakukan dalam beberapa tahapan.

1. Skrinning

Skrinning di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba dilakukan dengan memberikan formulir ASSIST

(The Alcohol, Smoking and Subtance Involvement

Screening Test) setiap pertanyaan mempunyai poinnya

masing-masing, seperti pertanyaan zat apa yang pernah

digunakan seperti produk tembakau berupa rokok

ataukretek. Kemudian pertanyaan minuman beralkohol

dan yang berikutnya kokain serta pertanyaan lainnya.

Karena proses skrinning menggunakan sistem pertanyaan

dan wawancara maka faktor kejujuran menjadi penting

dilakukan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan. Untuk itu

dalam proses skrinning dilakukan pula test urine agar

dapat diperoleh data yang akurat atas kondisi Warga

Binaan Pemasyarakatan tujuannya untuk menyeleksi

Warga Binaan Pemasyarakatan yang akan diberikan

rehabilitasi. Hal ini sejalan dengan yang telah dijelaskan

oleh peneliti pada bab II (Hal 24), mengenai tahapan

skrinning yang diatur dalam Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia (HAM) Nomor 12 Tahun 2017

tentang Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Narkotika

bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 5.

Pasal tersebut menjelaskan pelaksanaan skrinning

dilakukan oleh Dokter, Perawat, dan Petugas

pemayarakatan yang telah mendapatkan pelatihan.

Page 157: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

139

Lembaga Pemasyaraatan Kelas II A Salemba

mempunyai Dokter sejumlah 6 (enam) orang, Perawat 8

(delapan) orang, dan Petugas pemasyarakatan yang telah

mendapat pelatihan sejumlah 17 (tujuh belas) orang yang

memberikan skrinning kepada Warga Binaan

Pemasyarakatan.

Melanjutkan pada Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia (HAM) Nomor 12 Tahun 2017 pasal

5 mengkategorikan tingkat risiko penyalahgunaan

narkotika yang terbagi menjadi 3 yaitu tingkat ringan,

sedang dan berat. Berdasarkan hasil data dan temuan

peneliti di bab IV yang didapatkan dari observasi dan

wawancara di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba diperoleh data hasil dari tahap skrinning yaitu

pada tingkat ringan sebanyak 11 (sebelas) orang dan

tingkat sedang sampai berat sebanyak 358 (tiga ratus lima

puluh delapan) orang. Masing-masing penilaian

menunjukan kebutuhan layanan atau intervensi, dengan

kata lain tidak ada penggeneralisasian intervensi terhadap

Warga Binaan Pemasyarakatan.

2. Asesmen Rehabilitasi

Proses asesmen menempati posisi penting untuk

mengetahui layak atau tidaknya Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus penyalahgunaan narkotika

menjalankan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Undang-undang memberikan kesempatan bagi setiap

pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika menjalani

rehabilitasi.

Page 158: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

140

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

(HAM) Nomor 12 Tahun 2017 menjelaskan bahwa tahap

Asesmen Rehabilitasi di Lembaga Pemasyarakatan

dilakukan oleh Tim Asesmen Rehabilitasi yang terdiri

dari:

a. Dokter atau psikolog,

b. Wali Pemasyarakatan, dan

c. Pembimbing Kemasyarakatan

Dari hasil data dan temuan diketahui bahwa

pelaksanaan tahap asesmen rehabilitasi di Lapas kelas II

A Salemba dilakukakn oleh tim eksternal dari BNN

Provinsi Jakarta Pusat beserta tim asesornya, diperoleh

data dari 300 (tiga ratus) orang yang diberikan

kesempatan mengikuti program rehabilitasi, tim asesor

memberikan asesmen terkait layak atau tidak diberikan

pelaksanaan rehabilitasi sejumlah 160 (seratus enam

puluh) orang.

Pertimbangan lain dalam penentuan peserta

rehabilitasi juga dilihat dari masa hukuman. Bagi Warga

Binaan Pemasyarakatan yang akan menyelesaikan masa

hukuman kurang dari 1 (satu) tahun tidak masuk menjadi

peserta rehabilitasi, hal ini dikarenakan program

rehabilitasi dijadwalkan 1 (satu) tahun sehingga semua

WBP yang mengikuti program rehabilitasi mampu tuntas

menyelesaikannya.

Page 159: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

141

Dalam hal ini Lapas Kelas II A Salemba tidak

sesuai dengan Peraturan Huum dan Hak Asasi Manusia

(HAM) No 12 Tahun 2017 karena proses Asesmen

Rehabilitasi dilaksanakan oleh BNN Provinsi Jakarta

Pusat. Berdasarkan analisa peneliti dalam pelaksanaan

tahap asesmen rehabilitasi lebih efektif jika dilakukan

oleh tim BNN karena memiliki tim asesor yang

berkompetensi dan handal dalam hal menangani Warga

Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan.

3. Program Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi medis sesuai dengan pengertiannya

sebagai proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.

Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia (HAM) Nomor 12 Tahun 2017 Pasal 9

mengenai Layanan Rehabilitasi Medis diberikan dalam

bentuk:

a. Penanganan kondisi gawat darurat narkotika

Tim rehabilitasi medis pada Lapas Kelas II A

Salemba akan siap siaga dalam penanganan kondisi

gawat darurat Warga Binaan Pemasyarakatan. Resiko

ketergantungan berupa sakau memungkinkan terjadi

dan tidak menutup kemungkinan masih terdapat WBP

yang mengkonsumsi narkoba dalam Lapas. Namun,

selama ini kejadian tersebut tidak terjadi di Lapas

Kelas II A Salemba WBP mengikuti aturan dan

ketentuan pengobatan.

Page 160: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

142

b. Detoksifikasi dan terapi simtomatik

Penerapan Detoksifikasi dan terapi simtomatik

dalam Layanan rehabilitasi mediskepada Warga

Binaan Pemasyarakatan berupa kegiatan

Farmakoterapi. Dalam kegiatan farmakoterapi peserta

rehab akan mendapatkan pengobatan tertentu sesuai

dengan gejala atau penyakit yang diderita. Hal ini

sama dengan cara detoksifikasi dan terapi simtomatik

yaitu memberikan obat-obatan seperti methadone

yang bertujuan untuk mengurangi keinginan Warga

Binaan Pemasyarakatan terhadap penggunaan

narkoba. Pengobatan diberikan setiap hari secara rutin

dimulai dari pukul 09.00 - 11.30 WIB bertempat di

Poli Klinik Lapas kelas II A Salemba.

Tim dokter akan memeriksa kesehatannya baik

secara fisik dan mental. Setelah pemeriksaan, dokter

akan memutuskan apakah pecandu tersebut perlu

diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala sakau

peserta. Penangan pengobatan disesuaikan dengan

jenis narkoba yang digunakan oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba, dan saat ini peserta

rehabilitasi didominasi oleh pecandu narkoba berjenis

sabu-sabu.

Selama ini pelaksanaan kegiatan pengobatan

berjalan secara lancar. Bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan sendiri merasakan dalam pelaksanaan

pengobatan memberikan dampak positif terhadap

ketergantungan yang mereka rasakan selama ini, juga

Page 161: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

143

dalam pelayanan yang diberikan oleh tim dokter

dirasakan baik.

Selama pemberian pengobatan detoksifikasi dan

terapi simtomatik yang terus diawasi dalam

perkembangannya oleh tim rehabilitasi medis akan

diketahui saat test urine akhir apakah mereka selama

menjalani rehabilitasi itu masih ada yang

mengkonsumsi narkotika atau mendapatkan kondisi

yang baik.

c. Terapi komorbiditas

Terapi ini dilakukan untuk Warga Binaan

Pemasyarakatan dalam bentuk kegiatan Rujukan yang

mengalami gangguan jiwa lain yang terdapat bersama-

sama dengan gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat psikoaktif. Selama ini kondisi tersebut

belum terjadi di Lapas Kelas II A Salemba karena

WBP tidak ada yang mengalami gangguan jiwa akibat

dari penyalahgunaan narkoba.

d. Terapi Rumatan

Terapi rumatan untuk pasien-pasien

ketergantungan heroin (opioda) saat ini di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba tidak dilakukan.

Hal ini dikarenakan kurang tersedianya Sumber Daya

Manusia (SDM) dalam menangani terapi tersebut.

e. Terapi Non Rumatan

Dalam pelaksanaan terapi non rumatan

dilakukan dalam bentuk kegiatan konseling, terapi ini

merupakan bagian penting dalam mengobati

penyalahgunaan narkoba. Konseling yang dilakukan

Page 162: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

144

oleh konselor dan psikolog dalam rehabilitasi akan

membantu peserta rehab mengenali masalah atau

perilaku yang memicu akibat penyalahgunaan

narkoba. Konseling terdiri dari 3 (tiga) macam, yakni

konseling adiksi, konseling VCT, dan konseling

psikologi.

4. Program Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial merupakan suatu proses

pemulihan pada Warga Binaan Pemasyarakatan baik

secara fisik, mental dan sosial agar dapat produktif dan

berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Pada

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

(HAM) Nomor 12 Tahun 2017 Pasal 10 terdapat Layanan

Rehabilitasi Sosial yang diberikan dalam bentuk

Therapeutic Community, Criminon, dan Intervensi

Singkat. Bahwa Pada pelaksanaan rehabilitasi sosial

kegiatan criminon dan intervensi singkat tidak

dilaksanakan pada rehabilitasi bagi Warga Binaan

pemasyarakatan kasus narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba karena pelaksanaan

TC dirasa lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan

peserta rehab.

Therapeutic Community merupakan kegiatan yang

digunakan untuk proses pemulihan penyalahgunaan

narkoba. Pelaksanaan Therapeutic community (TC) atau

bimbingan kelompok titik tekannya melatih Warga

Binaan Pemasyarakatan dengan cara memberikan

pelatihan khusus sesuai dengan potensi yang dimiliki serta

Page 163: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

145

melatih peserta rehab dalam bersosialisasi dengan baik.

Hal ini juga diperkuat oleh temuan dari (Putri 2018, 68)

bahwa Therapeutic Community adalah suatu pemulihan

penyalahgunaan narkoba dengan pendekatan sosial, dalam

hal ini Warga Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba

berada dalam ruang lingkup yang sama serta berupaya

dalam proses penyembuhan terhadap ketergantungan

narkoba.

Pendekatan sosial menjadi efektif dalam program

rehabilitasi sosial, karena upaya ini dapat meningkatkan

atau memperbaiki kemampuan mereka dalam bersosial,

sehingga memungkinkan mereka hidup bermasyarakat

dan berinteraksi dengan baik. Tugas tersebut dapat

dilakukan oleh pekerja sosial, namun pada Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba peranan pekerja

sosial dilakukan oleh psikolog. Walaupun demikian,

untuk mencapai tujuan dalam rehabilitasi sosial landasan

berupa tujuan dari pekerjaan sosial tetap menjadi hal

utama bagi pelaksana, yaitu disesuaikan dengan Teori

Pekerjaan Sosial Koreksional: (Dorang 2010)

a. Membantu narapidana agar dapat menyesuaikan

diri dengan kehidupan Lembaga

Pemasyarakatan.

b. Membantu klien memahami diri mereka sendiri

(narapidana), relasi dengan orang lain dan

apakah harapan mereka sebagai anggota

massyarakat dalam kehidupan mereka.

Page 164: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

146

c. Membantu narapidana melakukan perubahan

sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan nilai

dan norma masyarakat.

d. Membantu narapidana melakukan penyesuaian

diri yang baik dalam masyarakat.

e. Membantu narapidana memperbaiki relasi sosial

dengan orang lain (keluarga, isteri/suami,

tetangga dan lingkungan sosial).

Tingkat efektifitas rehabilitasi pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan

memang dibutuhkan pelaksana yang profesional di

bidangnya sebagai pekerja sosial koreksional. Harapannya

petugas pelaksana tersebut selanjutnya dapat dipenuhi

oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba.

Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial telah

terjadwal dan tersusun rutin setiap harinya secara

berulang-ulang, kegiatan itu menjadi penting dilakukan

karena berguna untuk memberikan doktrinasi secara

sistematis kepada Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menjadi habbit atau kebiasaan saat nanti diluar Lembaga

Pemasyarakatan. Seperti pada pelaksanaan morning

meeting yang dilakukan setiap pagi setelah sarapan pagi,

dimana Warga Binaan Pemasyarakatan melakukan share

feeling dengan mengungkapkan perasaan serta

permasalahan yang dirasakan sehingga mereka dapat

mengenali diri mereka sendiri.

Page 165: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

147

Sessi atau konseling di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba dilaksanakan setiap hari oleh dokter,

psikolog serta konselor untuk mendapatkan informasi

mendalam mengenai Warga Binaan Pemasyarakatan. Mix

Confrontation dilaksanakan sekali dalam seminggu guna

memberikan wawasan serta pengetahuan berdasarkan

permasalahan yang disampaikan masing-masing peserta

rehab. Page Group (Personal/Peer Accountability Group

Evaluation) kegiatan ini dilaksanakan guna memberikan

penilaian atau evaluasi diri antar peserta rehab. Encounter

Group dilaksanakan untuk mengntrol emosi diri serta

menciptakan sosialisasi yang baik antar sesama peserta

rehab. Static Group dilaksanakan guna membantu

memberikan keputusan dalam memecahkan solusi dari

suatu permasalahan yang dialami secara bersama-sama.

Seminar dilaksanakan dengan memberikan pengetahuan

seputar penyalahgunaan narkoba oleh pembicara yang

telah dipersiapkan pihak Lemabaga Pemasyarakatan.

Recreation/Sport dilaksanakan guna untuk melatih fisik

serta menghilangkan rasa jenuh bagi peserta rehab.

Berdasarkan analisa peneliti dalam mengamati

kegiatan rehabilitasi sosial, dimana kegiatan yang

diprogram untuk menjadikan Warga Binaan

Pemasyarakatan menjadi lebih percaya diri dan

melupakan jalan singkat dengan mengkonsumsi narkoba

pada saat menghadapi persoalan di kehidupannya.

Page 166: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

148

Selain itu pula menjadikan Warga Binaan

Pemasyarakatan menjadi individu yang diterima dalam

lingkungan sosialnya dengan melatih keterampilan

dengan berbagai macam pelatihan yang dilakukan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba. Kegiatan

ini bermuatan multi manfaat selain mereka mendapatkan

personal life skill, team work, juga bernilai ekonomis

dalam menghadapi tantangan diluar Lembaga

Pemasyarakatan nanti.

Satu kegiatan yang juga menurut analisa peneliti

baik bagi warga binaan adalah pembinaan kerohaniaan.

Disadari atau tidak mereka yang mengkonsumsi narkotika

melepaskan kegelisahan dan mencari kebahagiaannya

dengan cara yang merugikan pribadi dan lingkungannya.

Seandainya melepaskan kegelisahan dengan berlindung

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menyadari atas

kekuasaan-Nya tentu jalan yang dilaluinya akan baik.

B. Dampak yang Diperoleh selama Pelaksanaan Rehabilitasi

bagi Warga Binaan Pemasyarakatan kasus narkoba di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

Dampak adalah akibat atau pengaruh yang terjadi dari

sebuah tindakan seseorang/kelompok yang melakukan

kegiatan tertentu. Menurut Otto Soemarwoto (1998:34),

menyatakan dampak merupakan suatu perubahan yang

terjadi akibat aktifitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat

alamiah baik kimia, fisik maupun biologi dan aktifitas dapat

pula dilakukan oleh manusia.

Page 167: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

149

Untuk memperoleh hasil dari pelaksanaan rehabilitasi

kasus narkoba yang dilakukan oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba, peneliti menyebutkan beberapa hasil yang menjadi

harapan dari pelaksanaan rehabilitasi, yaitu: 1)

Meminimalisir terjadinya ketergantungan terhadap narkoba,

2) Memperbaiki kesehatan jasmani dan rohani, 3) Dapat

mengembangkan keterampilan yang telah dipelajari selama

di dalam Lembaga Pemasyarakatan, 4) Dapat kembali

menjalankan peran dan tanggung jawabnya serta diterima di

lingkungan masyarakat.

Hasil yang peneliti sebutkan pada poin pertama sampai

ketiga dapat terukur dengan aktifitas dan hasil assesmen

akhir Warga Binaan Pemasyarakatan. Sesuai dengan hasil

laporan dan pernyataan warga binaan bahwasannya

pelaksanaan program rehabilitasi memberikan dampak yang

baik daripada kondisi mereka sebelum menjalani program

rehabilitasi. Menjadi kebanggaan bersama baik pelaksana

maupun Warga Binaan Pemasyarakatan manakala terdapat

setitik harapan untuk menatap masa depan yang lebih baik

diluar Lembaga Pemasyarakatan nanti.

Namun, berbeda halnya dengan poin keempat yang

merupakan barometer puncak dari suatu keberhasilan

program rehabilitasi ini, yakni WBP dapat kembali

menjalankan peran dan tanggung jawabnya serta diterima di

lingkungan masyarakat. Karena keterbatasan penelitian untuk

pencapaian tersebut tidak dapat peneliti sampaikan.

Page 168: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

150

Walaupun demikian terdapat beberapa analisa dari suatu

dampak pelaksanaan program berdasarkan atas teori

kriminologi dan social learning.

Adapun dampak yang dirasakan oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan yaitu dapat mengalami perubahan mindset,

mengalami perubahan pola pikir dan kebiasaan-kebiasaan

yang lebih baik lagi, mudah bersosialisasi, mudah terbuka,

mudah untuk menyampaikan pendapat, mengubah pola

tingkah laku yang disfungsional dari seseorang individu

menjadi lebih efektif dan produktif dalam kehidupannya,

mendapatkan pendapatan dari hasil kegiatan yang diikuti,

memberikan peningkatan terhadap kesehatan fisik menjadi

lebih bugar.

Mengacu pada teori kriminologi (Soekanto 1983, 8)

sebagai dasar dari sebuah tindakan kejahatan. Terdapat

beberapa faktor yang melatar belakangi tindak kriminal

Warga Binaan Pemasyarakatan dan berdasarkan hasil

penelitian hanya faktor sosiologis yang lebih mendominasi

atas kejahatan narkoba yang dilakukan oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan.

Pendekatan sosilogis menjelaskan faktor-faktor

terjadinya kejahatan berdasarakan interaksi sosial, proses

sosial dan struktur sosial di dalam kebudayaan masyarakat.

Berdasarkan data dan temuan peneliti melalui observasi dan

wawancara diperoleh bahwa peserta rehab (KM, IA dan DI)

melakukan tindak kriminal penyalahgunaan narkoba karena

pergaulan bebas.

Page 169: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

151

Pergaulan bebas sangat rentan dengan hal-hal negatif

karena dalam aturan main pergaulan bebas yaitu tanpa

aturan. Sehingga mereka mengesampingkan norma

kesusilaan, agama, dan hukum itu sendiri. Dalam benak

mereka kebebasan, kepuasan dan kesenangan yang tidak

berbatas yang mereka inginkan, dan narkoba sebagai

pendorong sekaligus aspek penyempurna kehidupan mereka.

Banyak faktor apabila ditelusuri latar belakang Warga

Binaan Pemasyarakatan memasuki pergaulan bebas, seperti

kurangnya kebutuhan kasih sayang dan pengakuan,

hilangnya kepercayaan diri dalam menghadapi persoalan

serta kurangnya nilai-nilai keagamaan yang mereka rasakan.

Untuk itu kegiatan rehabilitasi narkoba tidak hanya

mengembalikan jasmani mereka dari ketergantungan obat-

obatan namun memperbaiki struktur lingkungan mereka dan

cara pandang kehidupan sosial yang sesuai atas norma-

norma.

Oleh karena itu dalam kegiatan rehabilitasi sosial

sangat tepat apabila disandingkan dengan teori social

learning, disini peneliti menyebutkan analisa kedua dari

Teori pembelajaran sosial yang menjelaskan bagaimana

seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan

sekitarnya, menurut Bandura bahwa tingkah laku lingkungan

dan kejadian-kejadian di dalam pada pembelajaran yang

mempengaruhi presepsi dan tindakan adalah hubungan yang

saling berpengaruh. Pembelajaran juga merupakan proses

perubahan tingkah laku ke arah yang positif seseorang

Page 170: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

152

terhadap sesuatu keadaan tertentu yang di sebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang keadaan itu, di mana

perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau

pemaksaan atau kondisi sementara (Mabuk, lelah dll).

(Pujileksono 2017, 19-20).

Berdasarkan atas jadwal dan rangkaian kegiatan

rehabilitasi sosial yang sistematis, tersusun dan terstruktur

berdasarkan atas kebutuhan dari warga binaan. Proses

tersebut sebagai pembelajaran yang dilakukan secara terus

menerus dan dibentuk agar menjadi sebuah pengalaman yang

mengakar sehingga menjadi habit bagi warga binaan untuk

selanjutnya akan menjadi suatu aktifitas yang akan mereka

lakukan setelah keluar dari Lapas.

Aktifitas sebagian besar dilakukan secara bersama

namun tetap memperhatikan kebutuhan individu. Upaya

pertama yang dilakukan memperbaiki kepercayaan diri dari

warga binaan dengan mereka mengutarakan perasaannya dan

berbagi atas persoalan yang dialaminya. Mengetahui

persoalan orang lain mengajarkan akan arti rasa syukur atas

kehidupan ini, dimana kondisi orang lain sama dengan yang

dia alami atau bahkan lebih berat bebannya daripada dirinya

sendiri.

Kemudian melakukan tindakan kelompok untuk

mengajarkan pentingnya kerjasama dan saling membantu.

Belajar menjadi bagian dari komunitas sosial yang berjuang

mengembalikan kondisi normalnya sebelum mengkonsumsi

narkoba. Bahu membahu dan berbagi pengalaman dan

Page 171: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

153

membicarakan persoalan-persoalan yang dialami serta

mencari solusinya bersama-sama. Suatu hari di luar Lapas

nanti mereka akan membangun komunikasi kembali untuk

saling mengingatkan agar tidak terjerumus kedalam narkoba.

Berikutnya dalam pembelajaran sosial yang ditekankan

dalam rehabilitasi sosial ini kepada Warga Binaan

Pemasyarakatan adalah bimbingan personal life skill berupa

pembinaan kemandirian bagi peserta rehab, pada kegiatan ini

difungsikan untuk membina lebih dalam individu-individu

Warga Binaan Pemasyarakatan agar bisa lebih produktif

menjalani kehidupan serta dapat mengurangi tingkat

pengangguran setelah mereka menjalani program rehabilitasi.

Untuk yang terakhir adalah kegiatan rohani, bagi warga

binaan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

merupakan upaya terendah atas kepasrahan diri terhadap

kondisi yang mereka alami saat ini, dan derajat tertinggi atas

harapan besar agar esok hari masih diberikan kesempatan

hidup untuk memperbaiki kesalahan dan menjadi individu

yang lebih baik lagi. Sejauh apapun usaha rehabilitasi ini

dijalani apabila tidak ada itikad baik dalam hati warga binaan

untuk memperbaiki kesalahannya maka yang terjadi kesia-

siaan. Kepercayaan pemerintah bahwa penyalahgunaan

narkoba yang mereka lakukan atas dasar ketidaktahuan dan

kekhilafan semata, untuk itu rehabilitasi menjadi cara bagi

mereka untuk tidak mengulangi kesalahan serupa. Untuk itu

Program rehabilitasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba ini akan berdampak baik dan berhasil apabila kedua

Page 172: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

154

belah pihak dalam hal ini penyelenggara (Tim Rehabilitasi)

dan Warga Binaan Pemasyarakatan memiliki tujuan yang

sama, dimana pada akhirnya warga binaan dapat sembuh dari

ketergantungannya dan kembali melaksanakan fungsi

sosialnya dan diterima di masyarakat.

Page 173: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian yang ada pada bab sebelumnya, maka

peneliti dapat mengambil kesimpulan yaitu:

1. Pelaksanaan Program rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba terdiri dari

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi

medis bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan

kondisi kesehatan Warga Binaan Pemasyarakatan dengan

memberikan pengobatan untuk meminimalisir

ketergantungan terhadap narkotika, psikotropika dan zat

adiktif lainnya. Sedangkan rehabilitasi sosial bertujuan

untuk memulihkan dan mempersiapkan Warga Binaan

pemasyarakatan dengan cara mengembangkan potensi

serta bakat yang dimiliki untuk dapat menjalankan fungsi

sosialnya di lingkungan masyarakat.

Program rehabilitasi medis terdiri dari beberapa

kegiatan mulai dari skrinning, test urine awal, asesmen

awal, konseling (yang terdiri konseling adiksi, konseling

VCT, dan konseling psikologi), penanganan gawat

darurat, farmakoterapi, rujukan, test urine akhir dan

asesmen akhir. Pada program rehabilitasi medis ini

dilaksanakan oleh Tim Dokter Medis Lapas Salemba,

Perawat, Tim Asesor oleh BNN Provinsi DKI Jakarta,

Konselor Adiksi, Petugas Pemasyarakatan yang telah

mendapatkan pelatihan mengenai program rehabilitasi

155

Page 174: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

156

medis. Program rehabilitasi sosial dilaksanakan dari

beberapa bentuk kegiatan yaitu bimbingan individu,

bimbingan kelompok (therapeutic community) dan

bimbingan personal life skill. Petugas program rehabilitasi

sosial ini terdiri penanggung jawab, program manager,

instruktur dan petugas dokter.

Pelaksanaan program rehabilitasi bagi WBP di

Lapas Kelas II A Salemba melalui beberapa tahapan yaitu

Skrining, Asesmen Rehabilitasi, dan Pemberian pelayanan

rehabilitasi narkotika. Pada tahap skrinning dilakukan

untuk mengkategorikan jenis zat yang digunakan serta

tingkat resiko dari penyalahgunaan narkoba dengan

mengisi formulir ASSIST. Untuk tahap asesmen

rehabilitasi dilakukan dengan cara penggalian informasi

lebih mendalam tentang Warga Binaan Pemasyarakatan

melalui pengisian formulir asesmen. Pemberian layanan

rehabilitasi narkotika berupa rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial. Dari pelaksanaan rehabilitasi yang ada

di Lapas Kelas II A Salemba dapat disimpulkan bahwa

kegiatan rehabilitasi sedang dan terselenggara dengan

baik. Warga Binaan Pemasyarakatan juga berpartisipasi

dengan baik, sehingga kegiatan ini terlaksana sesuai

target, sasaran dan tujuan.

2. Dampak dari program rehabilitasi bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan adalah a) mengalami perubahan mind set,

b) mengalami perubahan pola pikir dan kebiasaan-

kebiasaan yang lebih baik lagi, c) mudah bersosialisasi, d)

Page 175: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

157

mudah terbuka, e) mudah untuk menyampaikan pendapat,

f) mengubah pola tingkah laku yang disfungsional dari

seseorang individu menjadi lebih efektif dan produktif

dalam kehidupannya, g) mendapatkan pendapatan dari

hasil kegiatan yang diikuti, h) memberikan peningkatan

terhadap kesehatan fisik menjadi lebih bugar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan saran bagi

lembaga dan penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Lembaga

Sebagai Lapas yang berada dibawah naungan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Republik Indonesia (RI) diharapkan mampu

memaksimalkan tugas dan fungsinya sebagai Lembaga

Pemasyarakatan yang dapat melaksanakan program

rehabilitasi dengan baik bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan kasus narkoba. Peneliti melihat masih

kurangnya sumber daya manusia program rehabilitasi

serta kurangnya pemahaman dan pengetahuan sehingga

pelaksanaan kurang optimal. Selain itu, keterbatasan

sarana dan prasarana berupa ruang tidur bagi peserta

rehab serta kurangnya fasilitas penunjang seperti kipas

angin yang tidak memadai.

Oleh karena itu, diperlukan evaluasi untuk

program selanjutnya agar dapat terpenuhi kekurangan-

kekurangan yang telah disebutkan. Sehingga pelaksanaan

Page 176: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

158

rehabilitasi dapat terselenggara tanpa kendala. Penulis

juga menyarankan kepada pihak Lapas Salemba agar ke

depannya bisa menghadirkan pekerja sosial dalam

pelaksanaan rehabilitasi yang lebih efektif.

2. Penelitian Selanjutnya

Melakukan penelitian lebih menyeluruh mengenai

pelaksanaan rehabilitasi bagi WBP kasus narkoba di

Lembaga pemasyarakatan. Serta menekankan penelitian

lebih fokus kepada program kegiatan rehabilitasi medis

yang peneliti nilai masih kurang jelas dalam programnya.

Karena semakin baiknya Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba terutama dalam

menjalankan program rehabilitisi bagi warga binaan

penyalahguna narkoba akan semakin berkurangnya

tindakan mengulangi kejadian serupa dikemudian hari

sekaligus upaya memutus mata rantai tindakan

kriminalitas penyalahgunaan narkoba.

Page 177: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ariefuzzaman, Siti Napsiyah, Lisma DIawati Fuaida. 2011.

Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Gerungan, W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Reflika

Aditama

Gunarsa, Singgah D. 1999. Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Gustiani, Diah dkk. 2013. Hukum Penitensia dan Sistem

Pemasyarakatan di Indonesia. Bandar Lampung

Husin, A. B. & Siste, K., 2015. Gangguan Penggunaan Zat. In: S.

D. Elvira & G. Hadisukanto, eds. Buku Ajar Psikiatri.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, pp. 143-171.

Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa.

Jakarta: Perdana Media

Lisa, Juliana. 2013. Narkoba dan Gangguan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika

Luhpuri, Dorang dan Satriawan. 2010. Modul Diklat Pekerjaan

Sosial Koreksional

Mappaire, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Jakarta: Usaha

Nasional Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-

obat Terlarang dalam Perspektif Sosiologi Hukum

Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Rosdakarya, edisi revisi cet ke 26

Panjaitan, Petrus Irwan. 1995. Lembaga Pemasyarakatan Dalam

Perspektif Sistem Peradilan Pidana. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan

Poernomo, Bambang. 1986. Pelaksanaan Pidana Penjara

Dengan Sistem Pemasyarakatan. Yogyakarta:

Yogyakarta Liberty

159

Page 178: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

160

Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam

Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Pujileksono, Dr. Sugeng. 2017. Sosiologi Penjara. Malang:

Intrans Publishing

Reber dan Emily S. Reber, Kamus Psikologi, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), hlm

Rex A. Skidmore. 1991. Introduction to Social Work

Rosdi, Afriadi. 2018. Rehabilitasi Sosial Holistik-Sistematik

Terhadap Korban Napza di BRSKPN-Galih Pakuan.

Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka

Sasangka, Hari. 2003. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum

Pidana untuk Mahasiswa dan Praktisi Serta Penyuluh

Masalah Narkoba. Bandung: Mandar Maju

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2013. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Soerjono, Soekanto. 1983. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum . Jakarta: Rajawali Pers

Sudarsono. 1990. Etika Islam tentang Kenakalan Remaja.

Jakarta: Rineka Cipta

Sujono, AR. 2011. Komentar dan Pembahasan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Sinar

Grafika

Sunarno. 2008. NARKOBA : Bahaya dan Upaya Pencegahannya.

Semarang: PT. Bengawan Ilmu

Yunus, H. Mahmud. 2004. Tafsir Quran Karim. PT. Hidakarya

Zulfa, Eva Achjani. 2011. Pergeseran Paradigma Pemidanaan.

Bandung: CV Lubuk Agung.

Page 179: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

161

Perundang-Undangan:

Kemenkes. 2010. Pedoman Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi

Komprehensif pada Penggunaan NAPZA Berbasis

Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan

Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan

Medik Kementerian Kesehatan RI

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 26 Tahun

2012 Tentang Standar Rehabilitasi Sosial korban

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif Lainnya

Jurnal:

Dewi, Putri Asmara. 2018. Therapeutic Community bagi Pecandu

Narkoba di Loka Rehabilitasi BNN Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan

Dipo, Andi. 2017. Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak

Pratama, Yoga. 2016. Tinjauan Kriminologi Terhadap Warga

Binaan Pemasyarakatan yang Melarikan Diri (Studi

Kasus di LAPAS Bandar Lampung Kelas 1A)

Rahman, Muthmainnah Abdul. 2016. Peranan Lembaga

Pemasyarakatan dalam Pembinaan Khusus Narapidana

Penderita HIV dan AIDS

Website:

Nasional, Badan Narkotika. “Konferensi Pers Capaian 4 Tahun

Pemerintahan Joko Widodo-Yusuf Kalla Tahun 2015-

2018.” Document_BNN.pdf. t.thn.

http://fmb9.id/document/1540525332_BNN.pdf (diakses

Oktober 10, 2019)

Permana, Rakhmad. 2019. Hidayatullah. Pecandu Narkoba

Dipenjara atau Direhabilitasi? Ini Aturannya. Jakarta:

detikNews

Page 180: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

162

Rahadian, Lalu. 2015. Korban Narkoba Seharusnya Tidak

Dijebloskan ke Penjara. Jakarta: cnnindonesia

Ristianto, Christoforus. 2019. BNN Sebut Penyalahgunaan dan

Peredaran Narkotika Semakin Meningkat. Kompas.com

Page 181: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

163

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Page 182: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

164

Lampiran 1 Catatan Observasi

HARI /

TANGGAL

KEGIATAN HASIL KEGIATAN

Jum’at, 27

Desember

2019

Penyerahan Surat Izin

Penelitian Skripsi

Setelah melalui proses surat

perizinan dari Kanwil (Kantor

Wilayah) saya menyerahkan surat

izin penelitian skipsi kepada

pamong lembaga yaitu Pak Danil.

Saya berdiskusi mengenai

mahasiswa yang pernah

melaksanakan penelitian skripsi

di Lapas Kelas II A Salemba,

kemudian saya diberikan bacaan

skripsi terdahulu, setelah itu saya

mendiskusikan terkait judul

skripsi yang saya ambil.

Senin, 6

Januari 2020

Mengunjungi Ruang

Registrasi

Beberapa hari setalah surat

perizinan skripsi saya diterima

oleh Kepala Lembaga

Pemasyarakatan, saya

mengunjungi ruang registrasi

untuk mengetahui informasi

mengenai profil Lembaga

Pemasyarakatan, jumlah

penggolongan register perkara

yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba, selain itu saya juga

mengetahui jumlah Warga Binaan

Pemasyarakatan tahun 2019/2020.

Rabu, 15

Januari 2020

Rapat Evaluasi

Tahunan Lapas Kelas

II A Salemba

Suasana di Lapas Kelas II A

Salemba berbeda dengan hari-hari

biasanya, pada hari ini Lembaga

Pemasyarakatan terlihat sepi dari

pengunjung, saya pun

menanyakan hal tersebut kepada

pamong lembaga, beliau

Page 183: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

165

menjelaskan bahwa pada hari ini

sedang megadakan kegiatan rapat

tahunan yaitu membahas

mengenai kegiatan selama

setahun serta megevaluasi dari

setiap kegiatan yang ada, oleh

karena itu semua aktivitas pada

hari ini ditiadakan, warga binaan

pemasyarakatan yang biasanya

mengikuti rutinitas yang telah

dijadwalkan namun hari ini

diliburkan, bahkan tidak hanya

warga binaan saja tetapi kegiatan

kunjungan bagi para pengunjung

juga ditiadakan terlebih dahulu.

Kegiatan rapat evaluasi tahunan

ini berlangsung sejak pukul 09.00

WIB hingga kurang lebih pukul

18.00 WIB. Kegiatan rapat

evaluasi diadakan di aula lantai 2.

Selasa, 4

Februari

2020

Diskusi bersama

Pamong Lembaga dan

Mengunjungi Ruang

BIMKEMASWAT

Hari ini saya menanyakan

mengenai perkembangan program

rehabiltasi sosial yang ada di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba kepada pamong

lembaga. Ternyata beliau

menjelaskan bahwa saat ini

program rehabilitasi sosial sudah

digantikan dengan program

rehabilitasi medis. Program

rehabilitasi medis ini rencananya

akan dilaksanakan pada bulan

Februari tahun 2020. Program

rehabilitasi medis ini terdiri dari

kegiatan Asessment, Konseling

dan Pengobatan. Ada beberapa

tahapan yang yang harus

dilaksanakan sebelum mengikuti

Page 184: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

166

program rehabilitasi yaitu 1.

Asessment bertujuan untuk

mencari tahu siapa saja yang

layak dan tidak layak untuk

mengikuti program rehabilitasi, 2.

Karangtina yaitu kegiatan

pemindahan peserta menjadi satu

area, 3. Screening yaitu kegiatan

pengecekan kesehatan peserta, 4.

Tahap Proses Kegiatan pada

tahap ini program Rehabilitasi

Sosial sebelumnya dilaksanaan

tiap per 3 bulan namun

belakangan ini dilaksanakan per 6

bulan. 1 bulan pertama diadakan

kegiatan screening yang terdiri

dari proses asessment, masuk

bulan ke 2 mulai mengikuti

kegiatan yang terdiri dari kegiatan

a. Morning Meeting yaitu peserta

berkumpul di suata tempat untuk

menyampaikan progres hari ini,

apa saja yang ingin dicapai dan

yang harus dilakukan,

menyampaikan perasaan, dan

sebagainya, b. Bersih-bersih

sekitar area Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba, c. Pembagian Tugas,

terdiri dari ketua, penanggung

jawab, dan lain-lain semua

pembagian tuga0s itu berasal dari

warga binaan pemasyarakata itu

sendiri.

Setelah itu saya mengunjungi

ruang KASUBSI

BIMKEMASWAT dan bertemu

Page 185: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

167

dengan Pak Rendi. Di ruang

tersebut saya diingatkan kembali

mengenai hal-hal apa saja yang

boleh saya lakukan dan yang

tidak boleh saya lakukan serta tata

tertib yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba.

Senin, 17

Februari

2020

Mengunjungi Poli

Klinik

Pada hari ini Lapas Kelas II A

Salemba tidak seperti hari

biasanya. Suasana di sekitar Poli

Klinik terlihat ramai dipenuhi

oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan. Saya memasuki

ruang Poli Klinik dan bertemu

dengan Dokter Devi selaku

Kepala Program HIV/AIDS.

Dokter Devi menjelaskan bahwa

Poliklinik sedang ramai karena

banyak Warga Binaan

Pemasyarakatan yang sedang

mengantri untuk berobat terkait

penyakit yang mereka rasakan,

tidak ada kegiatan atau acara

khusus yang membuat poliklinik

menjadi ramai mereka hanya

berobat seperti biasanya saja.

Setelah itu dokter Devi sedikit

menjelaskan bahwa jumlah

Warga Binaan Pemasyarakatan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba yang terea penyakit

HIV/AIDS itu tidak banyak

sekitar 36 orang. Selanjutnya alur

pertama HIV masuk yaitu dengan

memberikan penyuluhan, setelah

itu pengamabilan darah, dari hasil

pengambilan darah tersebut jika

Page 186: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

168

Warga Binaan Peasyarakatan

sudah dinyatakan positif, maka

Warga Binaan Pemasyarakatan

tersebut dibawa ke klinik, dan

setiap perdua minggu sekali pada

hari Selasa WBP tersebut akan

diberikan obat ART

(Antiretroviral Terapi), jika

timbul efek samping baru

kemudian dirujuk ke rumah sakit

pengayoman. Salah satu wujud

dari layanan yang diberikan oleh

poliklinik Lapas Kelas II A

Salemba yaitu menyediakan dana

serta menyediakan fasilitas yang

dibutuhkan oleh Warga Binan

Pemasyarakatan.

Rabu, 19

Februari

2020

Tes kesehatan

Hepatitis

Pada hari ini ruang perpustakaan

Lapas Kelas II A Salemba terlihat

tidak seperti biasanya hari ini

justru lebih ramai, Bapak Danil

menjelaskan bahwa hari ini

sedang diadakan kegiatan tes

kesehatan hepatitis yang

dilakukan oleh tim medis dari

Poli Klinik Lapas Kelas II A

Salemba. Tes hepatitis ini tidak

hanya diikuti oleh Warga Binaan

Pemasyarakatan saja tetapi para

petugasnya juga. Kegiatan ini

juga dibantu oleh kader kesehatan

yang berjumlah 8 (delapan) orang

dan mereka sudah diberikan

tugasnya masing-masing

diantaranya yaitu memberikan

form consend kepada para Warga

Binaan Pemasyarakatan dan para

Page 187: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

169

petugas, membantu tim medis

dalam mempersiapkan peralatan

yang dibutuhkan, dan membantu

untuk memanggilkan antrean tes

hepatitis ini.

Kamis, 5

Maret 2020

Pembukaan Program

Rehabilitasi Medis di

Lapas Kelas II A

Salemba

Pada hari ini sedang dilaksanakan

kegiatan Pembukaan Program

Rehabilitasi Medis yang

bertempat di Aula lantai 2

Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba. Kegiatan ini turut

dihadiri oleh Ketua Kantor

Wilayah DKI Jakarta

Kemenkumham, Kepala Lapas

Kelas II A Salemba, tim

rehabilitasi medis Lapas kelas II

A Salemba, perwakilan Kepala

BNN DKI Jakarta, Perwakilan

dari universitas-universitas. Serta

peserta rehabilitasi medis.

Kegiatan ini diawali dengan

pembukaan dari kepala Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba yang mengatakan bahwa

jumlah Warga Binaan

Pemasyarakatan yang menjadi

peserta rehabilitasi medis itu

berjumlah 160 orang dimulai

dengan melakukan tes urin pada

bulan Desember 2019 sebanyak

300 orang, kemudian dilanjut lagi

dengan kegiatan asesmen pada

bulan Maret 2020 sebanyak 160

orang, sedangkan total seluruh

Warga Binaan Pemasyarakatan

yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Page 188: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

170

Salemba ada 1.781 orang. Kasus

narkoba sendiri mencapai 75%

dari total seluruh Warga Binaan

Pemasyarakatan yang ada di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba, jadi sekitar 1.339

orang kasusnya adalah narkoba.

Dengan kategori bandar narkoba

sebanyak 34 orang, pengedar

narkoba sebanyak 505 orang dan

pengguna narkoba sebanyak 800

orang itu berarti 60% dari 1.339

orang dengan kasus narkoba.

Jumlah peserta rehabilitasi medis

sekitar 12,8% yang berarti

sejumlah 160 orang dari 800

orang pengguna narkoba.

Selanjutnya dijelaskan pula oleh

mantan ketua BNN bahwa

pengguna narkotika atau pecandu

narkotika wajib di rehabilitasi,

dalam pelaksanaannya yaitu

selama 6 (enam) bulan.

Selanjutnya Bapak Wahyu

Wulandari selaku Perwakilan

Kepala BNN DKI Jakarta

menyampaikan bahwa tidak bisa

100% Warga Binaan

Pemasyarakatan mengikuti

kegiatan rehabilitasi oleh karena

itu BAPAS dan BNN bersedia

membantu bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan yang ingin

mengikuti program rehabilitasi

sampai pasca rehabilitasi secara

gratis melalui program

pendampingan dan pengetahuan.

Dilanjutkan oleh Ketua Kantor

Page 189: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

171

Wilayah DKI Jakarta

Kemenkumham menjelaskan

mengenai bagaimana bahaya

narkoba serta tujuan dari

rehabilitasi sosial itu merupakan

cara bersosialisasi agar tidak

mudah minder justru seharunya

akan dibentuk mentalnya menjadi

lebih percaya diri. Setelah

kegiatan Pembukaan Program

Rehabilitasi Medis selesai, saya

diajak untuk mengelilingi ruangan

khusus untuk blok peserta

rehablitasi medis, di dalam blok

rehabilitasi tersebut terdapat

jadwal kegiatan harian program

rehabilitasi medis yang telah

terpasang di blok rehabilitasi

yang bertujuan sebagai pengingat

agar kegiatan tetap terlaksana

sesuai dengan jadwal yang telah

dibuat, saya juga diajak ke lokasi

tempat kegiatan konseling.

Senin, 9

Maret 2020

Kegiatan senam pagi

dan Kegiatan

kepramukaan

Kegiatan senam pagi yang rutin

dilaksanakan di Lembaga

Pemasyaraatan Kelas II A

Salemba pagi ini mengalami

sedikit kendala karena cuaca yang

kurang mendukung sehingga

kegiata ini terlihat tidak begitu

ramai. Peserta rehab enggan

untuk mengikuti kegiatan senam

tersebut dan lebih memilih untuk

istirahat saja di ruang rehab.

Namun, setelah cuaca mulai

mereda kegiatan senam

dilanjutkan kembali dan masih

Page 190: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

172

ada beberapa peserta rehab

lainnya yang tetap antusias untuk

mengikuti kegitan senam. Saya

berdiskusi dengan salah satu

petugas pelaksana rehab

mengenai sanksi apabila peserta

rehab tidak mengikuti kegiatan

senam apakah akan diberi sanksi

atau tidak dan beliau menjelaskan

bahwa tidak adanya sanksi terkait

hal tersebut dikarenakan

kurangnya sumber daya manusia

dalam mengkondisikan seluruh

peserta rehab agar tetap

mengikuti kegiata senam.

Di sore harinya saya mengikuti

kegiatan pramuka, dimana

kegiatan pramuka saat itu sedang

mempelajari baris berbaris dan

tali temali. Sebelum saya

menemui Pak Danil di ruang

perpustakaan saya melewati ruang

kunjungan dan saya melihat

Warga Binaan Pemasyarakatan

yang mengenakan seragam

pramuka berada di ruang tersebut.

Setelah bertemu Pak Danil saya

menanyakan mengenai Warga

Binaan Pemasyarakatan yang

memakai seragam pramuka di

ruang kunjungan, beliau

mengatakan bahwa kegiatan

kepramukaan tidak hanya

mempelajari baris berbaris dan

tali temali saja tetapi keberadaan

mereka juga ikut membantu

dalam kegiatan kunjungan Warga

Page 191: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

173

Binaan pemasyarakatan baik pada

di hari biasa maupun pada saat

kunjungan pada hari-hari besar.

Kegiatan kepramukaan diikuti

oleh peserta rehab sesuai dengan

kegemaran serta kemampuan

masing-masing. Sore hari ini saya

mengamati bahwa selama proses

latihan mereka sangat

bersemangat, hal ini nampak dari

tenaga serta suara lantang yang

dikeluarkan oleh tiap-tiap regu.

Selasa, 10

Maret 2020

Kegiatan senam pagi

dan Kegiatan bermain

musik

Kegiatan senam pagi hari ini

terlihat tidak begitu ramai masih

sama seperti hari sebelumnya.

Saya berdiskusi dengan salah satu

peserta rehab yang tidak

mengikuti kegiatan senam

tersebut beliau menjelaskan

alasan tidak ikut serta dalam

kegiatan senam pagi karena

merasa gerakan senam yang

dipandu oleh peserta rehab itu

sendiri kurang menarik. Namun,

dalam pengamatan saya gerakan

yang dipandu justru

memunculkan tawa canda dari

peserta rehab, karena kegiatan

senam diiringi dengan iringan

musik yang menggembirakan.

Dilanjutkan dengan mengikuti

kegiatan bermain musik di ruang

khusus musik yang kedap suara.

Ruang musik di Lembaga

pemasyarakatan kelas II A

Salemba berada di lantai 2 (dua)

Page 192: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

174

di dekat ruang

BIMKEMASWAT. Sebelum saya

memasuki ruang musik sudah

terlebih dahulu ada peserta rehab

yang sedang latihan. Di situ saya

melihat potensi yang mereka

miliki, mulai dari vokalis yang

memiliki suara merdu sampai

dengan peserta rehab yang dapat

memainkan berbbagai macam alat

musik. Tidak hanya peserta rehab

saja yang terbawa suasana dengan

lagu yang sedang dinyanyikan,

tetapi saya sendiri juga ikut

bernyanyi bersama dengan

mereka.

Rabu, 11

Maret 2020

Kegiatan senam pagi

dan Kegiatan olahraga

Kegiatan senam pagi hari ini

sangat berbeda dengan hari

sebelumnya karena terlihat seisi

lapangan yang dipenuhi oleh

peserta rehab. Pada pagi hari ini

kegiatan senam dipandu oleh

instruktur senam profesional,

sehingga nampak dari raut wajah

peserta rehab sangat antusias dan

bersemangat untuk mengikutinya.

Didukung pula dengan visual dari

instruktur yang menarik serta

iringan musik senam dan gerakan

yang inovatif seperti musik

dangdut koplo.

Sore harinya saya mengamati

kegiatan olahraga bola voli.

Dalam kegiatan olahraga ini saya

mengamati mereka bermain

secara bergantian dan membagi

Page 193: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

175

menjadi beberapa tim. Selama

kegiatan olahraga berlangsung

saya memperhatikan hampir

seluruh pemain mengeluarkan

tenaga yang membuat tangan

mereka menjadi merah akibat

pukulan yang cukup keras.

Page 194: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

176

Lampiran 2

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : KASIBINADIK (Kepala Seksi Bimbingan

Narapidana/Anak Didik)

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Di rumah (online)

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 7 Mei 2020

Waktu Wawancara : 10.00 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Mohamad Fadil, M.H.

Usia : 37 Tahun

Pendidikan : S2

Pertanyaan Jawaban

1. Apa tugas pokok dan

fungsi dari jabatan

Bapak sebagai

penanggung jawab

program Rehabilitasi?

Intinya kalau rehabilitasi medis

mengobati orang-orang yang

terjangkit pasca kecanduan

narkoba, jadi misalkan dia

ketergantungan obat, memiliki

penyakit akibat dari penggunaan

narkoba, tugas dari penanggung

jawab apa? Memastikan kegiatan-

kegiatan yang ada di dalam

pelaksanaan rehabilitasi agar dapat

berjalan sesuai dengan susunan

kegiatan yang telah dibuat,

penanggung jawab di sini

membawahi siapa? Membawahi

tim dokter.

Page 195: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

177

2. Apa yang Bapak

ketahui mengenai

Rehabilitasi yang ada di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Rehabilitasi medis ini adalah

mengembalikan narapidana

pecandu narkoba dengan cara

direhab oleh tenaga medis, jadi

orang yang memiliki stimulan

dalam adiksi itu dipulihkan

melalui program-program

rehabilitasi tersebut. Di dalam

program itu ada bentuk program

terapi psikologi, konseling adiktif,

intinya yang berkaitan dengan

masalah medis. Di samping itu

juga disusupi dengan kegiatan-

kegiatan sosial, contohnya untuk

merehabilitasi sosial mereka, kita

berikan pelatihan tentang

bagaimana dia bersosialisasi

dengan baik seperti salah satunya

belajar berkelompok di suatu

komunitas pengajian, bentuk

kesadaran berbangsa dan

bernegara dalam bentuk kegiatan

kepramukaan, kegiatan tersebut

berkelanjutan dan terjadwal setiap

harinya, sehingga mereka yang

memiliki sugesti untuk

mengkonsumsi narkoba kita buat

program-program rehabilitasi

sosial sehingga ada stimulan

dalam otaknya tidak tertuju pada

penggunaan narkoba, jadi

rehabilitasi medis yang utamanya

tetapi tetap di dalamnya kita

masukkan juga program

rehabilitasi sosial.

Page 196: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

178

3. Bagaimana tahapan

sebelum proses

pelaksanaan

Rehabilitasi di Lapas

Kelas II A Salemba?

Narapidana yang ikut program

rehabilitasi diseleksi menjadi

beberapa tahap bagian yang

dilaksanakan oleh pertama tim

medis internal Lapas Kelas II A

Salemba, yang kedua tim asesor

dari BNN Provinsi Jakarta Pusat,

jadi narapidana diseleksi sesuai

dengan kriteria hukuman tertentu,

karena program ini jangka

waktunya 1 (satu) tahun jadi

jangan sampai narapidana yang

sudah mau bebas dimasukkan juga

ke program rehabilitasi ini karena

tidak efektif, kriteria pertama

dilihat dari masa hukuman, yang

kedua dilihat dari jenis kasus

narapidana penyalahgunaan

narkoba atau narapidana dengan

kasus lain tapi memiliki riwayat

menggunakan narkoba, setelah

kita seleksi dari kurang lebih 300

orang, ada seleksi kedua dari tim

eksternal oleh BNN Provinsi

Jakarta Pusat ada juga tim

asesornya, kira-kira dari 300 orang

itu kuota yang diberikan untuk

mengikuti program rehabilitasi

sebanyak 160 orang, setelah dari

tim asesor memberikan asessment

terkait layak atau tidak diberikan

pelaksanaan rehabilitasi didapatlah

hasil sejumlah 160 orang tersebut.

Setelah itu dibuatkan program

salah satunya kegiatan teknis

Page 197: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

179

mengenai kesehatan, sampai

program kegiatan sosial di dalam

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba secara umum.

4. Bagaimana proses

pelaksanaan program

Rehabilitasi di Lapas

Kelas II A Salemba?

Proses pelaksanaan rehabilitasi di

lapangan jadi narapidana

dikumpulkan dalam satu ruangan

rehab. Narapidana rehab tidak

disatukan dengan narapidana lain,

tetapi diberikan khusus blok nya

untuk rehab, setelah itu mereka

kita fasilitasi dengan alat-alat

bantu seperti alat tulis, seragam,

termasuk konsumsi untuk Warga

Binaan Pemasyarakatan peserta

rehab dengan jadwal kegiatan

yang telah dijadwalkan, misalnya

hari Senin ikut kerja sama dengan

beberapa pihak pertama dari BNN,

yang kedua dari tim kesehatan

wilayah DKI Jakarta Pusat,

psikolog dari universitas yang kita

lakukan kerjasama, jadi seluruh

kegiatannya terjadwalkan.

5. Ada berapa jenis

Rehabilitasi yang ada di

Lapas Kelas II A

Salemba?

Secara umum narapidana yang

menjalankan pidana di Lapas

tentunya merupakan tempat

rehabilitasi bagi narapidana dari

berbagai macam kasus pada

umumnya, karena ada masa

anggaran yang memang secara

khusus mengembangkan Warga

Binaan Pemasyarakatan kasus

narkoba itu diprogramkan untuk

rehabilitasi medis, secara umum

Page 198: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

180

program-program apa saja yang

ada di Lembaga Pemasyarakatan

itu banyak, mulai dari program

pembinaan kepribadian sampai

dengan program pembinaan

kemandirian, dalam program-

program itu dibentuk oleh

beberapa fase dari narapidana

menjalankan pidana 0 (nol), dari

dia pertama kali masuk ke

Lembaga Pemasyarakatan sampai

narapidana menjelang bebas

bersyarat atau bebas murni

menjalankan pidana, dari 0 (nol)

masa pidana sampai setengah

masa pidana dititik beratkan pada

program pembinaan kepribadian,

jadi kita bentuk perilakunya,

emosionalnya dalam bentuk

pembinaan kerohanian, pembinaan

jasmani, itu dari 0 (nol) sampai 1/3

(sepertiga) masa pidana dalam

program masa perkenalan

lingkungan (MAPENALING)

dalam kondisi maximum security

itu terdapat pada fase pertama,

fase kedua sudah mulai masuk

fase ½ (setengah) masa pidana

sampai ke fase 2/3 masa pidana,

sudah mulai dalam fase medium

security jadi dimana narapidana

tersebut sudah kita anggap hampir

mendekati masa asimilasi, artinya

orang ini sudah kita anggap baik

karena sudah melewati jenjang

Page 199: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

181

MAPENALING, mulai dari

pembinaan-pembinaan yang

diberikan sudah bisa menjalankan

program dengan baik, masuk lah

ke fase medium security jadi

pengawasannya tidak lagi terlalu

ketat, kita bawakan mereka

dengan narapidana lain, tipe di

fase ½ (setengah) masa pidana

sampai 2/3 (dua pertiga) masa

pidana ini kita arahkan ke program

kemandirian. Pembinaan

kemandirin apa saja?

Pembentukan pembinaan

kemandirian lebih untuk yang

bersangkutan agar bertanggung

jawab kepada dirinya, masyarakat,

dan lingkungan sekitarnya. Dalam

bentuk apa? Kegiatan

kemandirian, seperti apa

contohnya? Seperti kegiatan kerja

(GIATJA) yaitu ada pertukangan,

perkebunan, bengkel dan las,

menjahit, kegiatan kemandirian

berfungsi untuk menopang

kehidupan mereka setelah mereka

keluar dari Lembaga

Pemasyarakatan dan sebagai bekal

hidup di masyarakat. Setelah 2/3

(dua pertiga) masa pidana yang

bersangkutan kita akan berikan

program pembinaan luar lembaga,

dalam fase 2/3 (dua pertiga) masa

pidana itu adalah fase dimana

narapidana memang sudah layak

Page 200: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

182

kita bawakan ke luar Lembaga

Pemasyarakatan ke masyarakat,

walaupun status mereka masih

sebagai Warga Binaan

Pemasyarakatan tapi sudah bisa

dibawakan ke masyarakat, fase

tersebut dalam kondisi fase

minimum security jadi benar-benar

sudah kita lepas dibawah

pengawasan Balai Pemasyarakatan

(Bapas), disitu tanggung jawab

pengawasan oleh Bapasb setelah

di luar. Dengan bekal kepribadian

dan kemandirian tadi, kita anggap

mereka sudah mempunyai bekal

hidup, jadi kita membebaskan

bersyarat itu kita merasa memang

sudah layak mereka tidak akan

mengulangi tindak pidana, baik

tindak pidana serupa atau tindak

pidana yang lainnya. Karena saya

yakin program itu sudah kita

berikan dan sudah berjalan dengan

baik, tentunya orang yang bebas

bersyarat itu harus ada beberapa

kriteria, kriteria tentunya

perlakuan baik tadi, melakukan

dengan baik program-program

pembinaan sehingga dia bisa

dibebaskan bersayarat, karena

bebas bersyarat berbeda dengan

bebas murni, bebas bersyarat itu

tadi melakukan pembinaan dengan

baik, kalau bebas murni ini

bebasnya narapidana yang sesuai

Page 201: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

183

dengan putusan hakim, misalnya

dia mendapat vonis putusan

hukum selama 3 (tiga) tahun dan

selama 3 (tiga) tahun itu

melaksanakan program pembinaan

dengan baik dia bebas, tidak ada

tanggung jawab apapun setelah

bebas, kalau bebas di 2/3 (dua

pertiga) masa pidana dalam

program pembinaan bebas

bersyarat dia itu tetap bertanggung

jawab dalam 1/3 (sepertiga) masa

pidana nya di luar, dia statusnya

masih sebagai warga binaan yang

kita turunkan di masyarakat dalam

bentuk klien pemasyarakatan, jadi

tiap minggu wajib lapor ke Bapas,

program rehab medis ini guna nya

seperti itu kita upayakan mereka

itu terputus dari mata rantai

penyalahgunaan narkoba, sehingga

pada saat kita bebas bersyaratkan

tidak lagi memikirkan hal-hal

tersebut, putus mata rantai

penyalahgunaan narkobanya, coba

bayangkan bagaimana sulitnya

menghentikan pecadu nikotin

seperti perokok, coba tanyakan

sehari suruh berhenti merokok itu

sulit, di rehab itu kita memutuskan

keinginan yang bersangkutan

untuk berproses secara mandiri

dan sadar akan bahaya narkoba itu

yang pertama, kedua dari segi

medisnya kita memperbaiki organ-

Page 202: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

184

organ dan saraf-saraf kita terapi

dia jangan sampai untuk terjun

kembali ke dunia penyalahgunaan

narkoba tadi.

6. Adakah standarisasi

khusus terhadap sarana

dan prasarana

penunjang program

Rehabilitasi di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Untuk standarisasi program

tersebut sudah baku ditetapkan

oleh Direktorat Jendral

Pemasyarakatan tanggal nya itu di

dalam bentuk kegiatan-kegiatan

rehab itu sendiri, tentunya harus

ada dokter, dalam hal ini

menangani kegiatan tersebut,

kedua ada asesor dari pihak ketiga

dalam hal ini BNN (Badan

Narkotika Nasional), yang ketiga

psikolog dari pihak ketiga yang

dilibatkan, itu standarisasi untuk

melakukan kegiatan rehab

tersebut, jadi tanpa acuan itu ya

berarti bukan standarisasi

namanya. Jadi standarisasi

penunjang ya itu tentunya ada

fasilitas ruangan, sarana

penunjang lainnya seperti buku-

buku, proyektor untuk

menyampaikan program-program

kegiatan, itu semua sudah baku

ada jadi sudah tersedia.

7. Menurut Bapak siapa

saja yang disebut

sebagai Warga Binaan

Pemasyarakatan?

Warga Binaan Pemasyarakatan itu

ada 3 yaitu tahanan, narapidana

dan klien pemasyarakatan.

Tahanan adalah Warga Binaan

Pemasyarakatan yang dititipkan

oleh instansi-instansi yang secara

yuridis bertanggung jawab

Page 203: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

185

terhadap tahanan tersebut, seperti

tahanan kepolisian, tahanan

kejaksaan dan tahanan pengadilan

di sidang pemeriksaan pengadilan,

jadi sifat klien pemasyarakatan

tahanan ini hanya titipan, kita

hanya dititipkan saja sedangkan

yang bertanggung jawab secara

yuridis itu pihak yang menahan,

setelah itu narapidana, narapidana

adalah orang yang berdasarakan

putusan pengadilan, sudah diputus

dan di tempatkan di Lembaga

pemasyarakatan untuk

menjalankan pembinaan, secara

utuh sudah menjadi tanggung

jawab pihak Lembaga

Pemasyarakatan, orang yang

berada di Lembaga

Pemasyarakatan itu narapidana,

sedangkan klien pemasyarakatan

itu adalah narapidana yang sudah

program minimum security yang

sudah bebas bersyarat dan sudah

berada di luar dalam pengawasan

Bapas namanya klien

pemasyarakatan.

8. Apa saja hak-hak yang

diperoleh Warga

Binaan

Pemasyarakatan?

Hak-hak yang diperoleh oleh

Warga Binaan Pemsyarakatan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba, tentunya hak yang

didapatkan itu hak mendapatkan

perlakuan yang layak sesuai

dengan peraturan di Lembaga

Pemasyarakatan, seperti hak

Page 204: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

186

kesehatan, hak mendapatkan

makan minum dan fasilitas-

fasilitas penunjang seperti dia

mendapatkan pakaian, alat-alat

mandi, hak mendapatkan remisi,

hak pembebasan bersyarat,

kewajiban dia itu tadi harus

berkelakuan baik selama

menjalankan pidana, tidak

mengulangi tindak pidana,

mengikuti program pembinaan,

kalau dia narapidana tidak mau

mengikuti pembinaan, tidak

kooperatif dalam melakukan

pembinaan dan melanggar

ketentuan disiplin, tentunya hak-

hak itu tidak bisa diberikan,

karena hak itu berbanding lurus

dengan kewajiban, kalau

kewajiban itu tidak dilaksanakan

dia tidak dapat menuntut hak,

ketika dia sudah memberikan

kewajiban dia sebagai narapidana

dan berkelakuan baik kita berikan

hak, haknya berupa pembebasan

bersyarat, remisi, pengurangan

hukuman, serta pelayanan di

dalam Lembaga Pemasyarakatan

seperti sarana rekreasi, sarana

beribadah dan lain-lain.

9. Berapa lama waktu

yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan

rehabilitasi?

Rehabilitasi itu dilakukan dalam

waktu 6 (enam) bulan

10. Bagaimana dampak Dampak yang timbul dari

Page 205: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

187

yang diperoleh dari

pelaksanaan program

rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

pelaksanaan rehabilitasi medis ini

agar narapidana benar-benar

terputus dari keinginan yang

menakutkan untuk lepas dari

narkoba, karena ini kan program

baru yang pertama kali, jadi untuk

mengukur tingkat berhasil atau

tidak nya belum bisa diukur

karena program ini sedang

berjalan, dan dia itu

mengkonsumsi atau tidak

mengkonsumsi setelah di luar

memang kita harus bekerjasama

dengan pihak-pihak terkait untuk

mengawasi klien setelah di luar,

ini baru upaya yang sudah kita

lakukan sampai saat ini berjalan,

memang sudah kita putus benar

dengan harapan dalam waktu 6

(enam) bulan berjalan ini yang

bersangkutan memang sudah tidak

lagi terpikir atau terstimulasi

untuk menyalahgunakan atau

menggunakan narkoba itu, karena

memang sudah kita putus mata

rantainya, artinya ada permintaan

ada yang mengadakan, kalau kita

sudah putus mata rantai itu jadi

ketika ada uang tapi tidak barang

mau diapakan, setelah kita putus

mata rantainya baru kita obati

otaknya, cara mengobatinya

menggunakan obat-obat terapi,

psikiatri, psikologi, dan pihak-

pihak terkait yang telah

Page 206: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

188

bekerjasama.

11. Apa saja faktor

penghambat dan faktor

pendukung yang Bapak

ketahui selama proses

pelaksanaan program

rehabilitasi yang ada di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Faktor penghambat yang sedang

berjalan selama 3 (tiga) bulan ini

pertama yaitu karena pandemik

corona, sehingga program

kegiatan yang melibatkan instansi

luar atau pihak ketiga itu sama

sema sekali tidak bersentuhan

karena membahayakan, misalnya

ada 1 (orang) dari luar datang

membawa virus ke dalam dan

terpapar corona, terdapat 1.500

orang di dalam dikhawatirkan

akan tertular karena penularannya

sangat cepat, kedua sumber daya

manusianya yang belum optimal.

Faktor pendukungnya kita banyak

dibantu oleh pihak-pihak eksternal

yang berkompetensi di bidang

rehab tersebut seperti BNN

dengan tenaga asesornya, pihak

ketiga psikologi dengan tenaga

psikolognya, ada dari KODI

(Komunitas Dakwah Indonesia)

sebagai tenaga spiritualnya dan

siraman kerohanian. Tanpa

melibatkan pihak luar ya itu

sumber daya manusia kita terbatas.

Page 207: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

189

Lampiran 3

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : ASN Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Di kantor

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 4 Juni 2020

Waktu Wawancara : 14.00 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Rendy Caesar Pratama, M.H.

Usia : 29 Tahun

Pendidikan : S2

Pertanyaan Jawaban

1. Apa tugas pokok dan

fungsi dari jabatan Bapak

sebagai pengawas tim

rehabilitasi?

Rehabilitasi medis ini berbeda

dengan rehabilitasi sosial, kalau

rehabilitasi medis ini mengobati

orang-orang yang sakit pasca

kecanduan narkoba, jadi

misalnya dia mempunyai

ketergantungan obat atau dia

mempunyai penyakit akibat dari

penggunaan narkoba tersebut.

Tugas dari pengawas ini apa?

Mengawasi jalannya kegiatan

yang sudah diprogramkan dan

mengevaluasi kegiatan tersebut

seperti kendala apa yang

dihadapi itu semua dievaluasi.

2. Apa yang Bapak ketahui Rehabilitasi medis intinya

Page 208: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

190

mengenai Rehabilitasi yang

ada di Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A

Salemba?

mengobati orang-orang yang

sudah kecanduan obat-obat

terlarang atau narkoba, selama

6 bulan ke depan mereka itu

dikontrol oleh tim dokter, dicek

memiliki penyakit apa, karena

kalau rehabilitasi medis itu

lebih simple karena tujuannya

hanya mengobati orang, yang

lebih kompleks dan lebih

memerlukan lokasi itu adalah

rehabilitasi sosial, karena

rehabilitasi sosial itu bagaimana

cara membaurkan mereka yang

nantinya siap dibaurkan ke

dalam masyarakat, kalau

rehabilitasi sosial misalnya

melalui kegiatan konseling,

kegiatan games-games,

membuka pikiran mereka yang

tadinya hanya mengetahui

narkoba tapi jadi tahu hal

positif lainnya, diberikan

kegiatan keterampilan,

rehabilitasi sosial programnya

lebih banyak, kalau medis lebih

mudah karena hanya datang ke

klinik diberikan pengobatan

kemudian dites urinnya

kemudian dilihat

perkembangannya seperti

berobat biasa ke dokter. Orang-

orang di Lembaga

Pemasyarakatan yang terkena

dampak narkoba sebenarnya

Page 209: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

191

tidak ada, karena setelah

diamati 2 (dua) sampai 3 (tiga)

bulan kondisi fisik mereka baik-

baik saja, sakit-sakitnya paling

flu, kalau untuk sampai sakaw

tidak ada, hal tersebut bisa

dilihat dari pola hidup dan pola

perilaku m, dan di Lembaga

Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba salah satu

yang sudah tidak ada lagi baik

peredaran, perdagangan dan

pemakaian narkoba 100%

sudah tidak ada. Jadi

mengetahui ada atau tidaknya

peredaran narkoba di Lembaga

Pemasyarakatan itu bisa dilihat

dari polikliniknya, apabila

poliklinik kita suka kedatangan

pasien malam-malam, orang

sakaw, orang yang terluka

seperti bibirnya robek,

kepalanya bocor, atau sakitnya

yang aneh-aneh itu dapat

dipastikan bahwa masih ada

peredaran narkoba di dalamnya,

karena kenapa? karena orang

sakaw itu orang yang

ketergantungan narkoba, kedua

orang yang kepalanya bocor itu

kemungkinan mereka berantem

karena rebutan narkoba sampai

terluka karena di dalam

Lembaga Pemasyarakatan

setidaknya ada sedikit yang

Page 210: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

192

menjual narkoba jadi salah satu

dari mereka tidak mendapatkan

barang tersebut kemudian

berantem jadilah kepalanya

bocor, ketiga sakitnya yang

aneh-aneh karena apa? ya itu

mereka tidak dapet barang jadi

mereka bisa saja pura-pura

pusing atau yang lainnya agar

bisa ke poliklinik.

3. Bagaimana tahapan

sebelum proses

pelaksanaan Rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba?

Tahapan pertama sebelum

proses pelaksanaan Rehabilitasi

yaitu melakukan Skrining

kepada Warga Binaan

pemasyarakatan sesuai dengan

peraturan Direktorat Jendral

Pemasyarakatan, anggaran

mencakupi termasuk berapa

peserta yang harus kita lakukan

rehabilitasi, misalkan Lapas

kelas II A Salemba kedapatan

kuota sejumlah 160 (seratus

enam puluh) orang dengan

anggaran sebanyak 1,6 milyar

skrinning ini dilakukan oleh tim

medis, skrinning nya pertama

adalah yang masa hukumannya

tidak habis selama 6 bulan ke

depan, karena dikhawatirkan

narapidana yang mengikuti

program rehabilitasi belum

sampai selesai sudah bebas, jadi

kita cari baiknya yang bebas

murninya atau bebas

bersyaratnya itu tidak dalam

Page 211: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

193

jangka watu 6 bulan ke depan

selama pelaksanaan program

rehabilitasi medis berlangsung,

yang kedua melaksanakan

melalui tes kesehatan seperti

cek urin termasuk pengecekan

HIV dan TB, jadi nanti kalau

ada yang ditemukan terkena

HIV dan TB dipisahkan karena

ada programnya sendiri tidak

termasuk ke dalam program

rehabilitasi dan yang

menangani nya sudah ada

dokter lain tetapi bukan dokter

bagian rehabilitasi. Setelah tes

urin ini data nya kita dapat,

kemudian kita laporkan ke

Direktorat Jendral

Pemasyarakatan baru kita

kumpulkan dan kita adakan

pembukaan deklarasi, pertama

kita sediakan tempat jadi untuk

rehabilitasi medis sendiri kita

membuat 1 (satu) blok khusus

untuk rehabilitasi medis, dalam

pelaksanaannya kita sisipkan

dengan kegiatan rehabilitasi

sosial seperti games dan senam,

karena rehabilitasi medis ini

tidak sesibuk rehabilitasi sosial,

maka nya kalau ada waktu

luang kita memiliki petugas

yang telah mengikuti pelatihan

rehabilitasi, setelah itu

berkoordinasi dengan BNN dan

Page 212: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

194

IKAI (Ikatan konselor Adiksi).

4. Adakah standarisasi khusus

terhadap sarana dan

prasarana penunjang

program Rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba?

Untuk rehabilitasi medis sarana

dan prasananya itu alat

kesehatan utamnya, untuk

standarisasi khusunya tidak ada,

karena sistemnya medis dia kan

hanya pengobatan saja, jadi

standarnya menurut saya yang

ada di sini itu ya sesuai untuk

penanganan medis misalkan

alat-alat kedokteran, kalau

untuk dokter misalnya

stetoskop, jarum suntik, alat tes

urin narkoba seperti itu saja,

karena prinsip kita kan orang

yang sakit karena narkoba itu

kita obati di sini.

5. Berapa lama waktu yang

dibutuhkan dalam

pelaksanaan Rehabilitasi?

6 bulan dan tidak boleh terputus

jadi harus continue, jadi selama

6 bulan tidak boleh terputus jadi

continue sebulan terputus mulai

lagi supaya pengobatannya

tetap, karena kan itu salah

satunya orang yang terkena

narkoba sakitnya itu ada yang

seperti jadi terkena TBC ada

yang terkena HIV dan

sebagainya, dampak dari

ketergantungan obatnya itu

misalnya bertukar-tukar jarum

itu kan bisa HIV

pengobatannya tidak bisa

terputus 6 bulan itu harus terus

berturut-turut continue.

6. Menurut Bapak siapa saja Warga Binaan Pemasyarakatan

Page 213: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

195

yang disebut sebagai

Warga Binaan

Pemasyarakatan?

adalah manusia atau orang yang

telah melakukan pelanggaran

hukum dan di masukkan ke

dalam Lembaga

pemasyarakatan untuk

dilaksanakan pembinaan sesuai

dengan perudangan-undangan

pemasyarakatan No. 12 tahun

1995

7. Apa saja hak-hak yang

diperoleh Warga Binaan

Pemasyarakatan?

Yang pertama dia mendapatkan

haknya itu adalah pembinaan

yang ada di dalam Lembaga

Pemasyarakatan, yang kedua

hak-hak untuk mendapatkan

perawatan selama di dalam

Lapas. Pembinaan itu apa saja?

Terdiri dari pembinaan

kepribadian, pembinaan

kemandirian, pembinaan

kerohanian. Untuk perawatan

apa yang dia dapat? Seperti di

sini dia mendapatkan makanan

layaknya dia tinggal di luar

sehari 3x, kemudian dia

mendapatkan hak pelayanan

kesehatan. Hak-hak Warga

Binaan Pemasyarakatan peserta

rehabilitasi sama saja, hanya

saja di rehabilitasi lebih utama

lagi diperhatikan terkait

kesehatannya, karena mereka

dipisahkan antara orang yang

bukan rehab dan yang rehab,

kalau rehab ini kan diindikasi

mempunyai penyakit-penyakit

Page 214: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

196

yang dibawa karena dia

menggunakan narkoba itu

otomatis kesehatannya lebih

dipantau lagi oleh ketua tim

rehabilitasi Lapas Kelas II A

Salemba.

8. Bagaimana metode

pembinaan yang diberikan

Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba kepada

Warga Binaan

Pemasyarakatan?

Pembinaan kepribadian

biasanya kita melaksanakan

konseling, pembinaan

kemandirian kita ada

keterampilan-keterampilan

seperti dia itu diarahkan untuk

mengasah kemampuan, jadi

ketika mereka sudah bebas dia

tidak untuk mengulangi

perbuatan melanggar hukum,

tetapi apa yang kita ajarkan di

dalam sini seperti menjahit,

memotong rambut, membuat

sandal, membuat keterampilan-

keterampilan itu sehingga nanti

diluar bisa mereka aplikasikan,

di dalam Lembaga

Pemasyarakatan juga ada yang

dijadikan tamping (Tahanan

Pendamping) itu tujuannya apa?

Sedikit banyak mereka dapat

membantu tugas-tugas yang

non teknis dari petugas

misalnya membetulkan printer,

setting computer, setting laptop

tapi tidak untuk pekerjaan

teknis itu tidak boleh.

9. Apa saja tujuan yang ingin

dicapai dari program

Tujuannya untuk mengobati

orang-orang yang

Page 215: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

197

Rehabilitasi? ketergantungan obat atau

penyakit yang didampak dari

kecanduan narkotika atau obat-

obatan terlarang tersebut.

Warga Binaan Pemasyarakatan

yang telah mengikuti program

Rehabilitasi boleh mengikuti

kegiataan pembinaan karena

program rehabilitasi ini bagian

dari program pembinaan juga.

Cuma memang kita carikan

mereka yang tidak ikut terjun

ke pembinaan supaya mereka

lebih fokus mengikuti program

rehabilitasi ini, tapi seandainya

nanti mereka mau mengikuti

pembinaan ya tidak masalah

karena mereka kan

hukumannya tidak selesai

dalam akhir tahun ini masih ada

tahun depan.

10. Bagaimana dampak yang

diperoleh dari pelaksanaan

program rehabilitasi di

Lembaga Pemasyarakatan

kelas II A Salemba?

Minimal mereka merasakan

badannya sehat itu pertama,

yang kedua mereka bisa

menghilangkan rasa

ketergantungan terhadap obat-

obatan terlarang maksudnya

narkoba itu, yang ketiga mereka

siap untuk diintegrasikan lagi

ke tengah-tengah masyarakat,

artinya kembali karena dia

kecanduan terus dia keluar

Lembaga Pemasyarakatan,

kalau dia masih belum ada

perubahan, besar kemungkinan

Page 216: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

198

dia bisa ma

kasus yang

suk

sama.

lagi dengan

11. Apa saja faktor Faktor pendukung selama

penghambat dan faktor proses rehabilitasi ini kita

pendukung yang Bapak didukung penuh oleh anggaran

ketahui selama proses dari negara, BNN bekerjasama

Rehabilitasi? dengan Direktorat Jendral

Pemasyarakatan untuk

melaksanakan rehab itu di

dalam Lembaga

Pemasyarakatan, beberapa

tahun yang lalu rehab itu selalu

dilaksanakan oleh BNN

sekarang diserahkan kepada

Direktorat Jendral

Pemasyarakatan diteruskan

kepada UPT dibawahnya

Lembaga Pemasyarakatan dan

Rumah Tahanan namun tetap

bekerjasama dengan BNN,

banyak mendapatkan edukasi

dari BNN terkait bahaya dan

penyalahgunaan narkoba, kita

juga mendapat bantuan alat tes

urin. Faktor penghambatnya

untuk Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba saya rasa tidak ada,

artinya selama ini program juga

masih tetap berjalan dan Warga

Binaan Pemasyarakatannya

juga kooperatif, tapi memang

dorongan dari diri sendirinya

itu memang ya masih kurang.

12. Bagaimana harapan Bapak Khusunya di Lembaga

Page 217: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

199

terhadap kegiatan

pelaksanaan program

Rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba?

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba ini harapannya Warga

Binaan Pemasyarakatan

menjadi tau, menjadi paham,

menjadi lebih sehat kembali

badannya, artinya selama dia

mengikuti kegiatan rehab oleh

tim medis mereka diberikan

edukasi, bagimana dampak dan

bahayanya apabila kamu nanti

kecanduan narkoba lagi itu

yang pertama, yang kedua di

saat nanti dia sudah bebas dia

bisa jauh dari barang-barang

haram tersebut, dan dia bisa

lebih mengisi kegiatan sehari-

hari dengan kegiatan

bermanfaat dan positif,

mempersiapkan dia untuk siap

diintegrasikan ke tengah-tengah

masyarakata. Pemberian

edukasinya itu berasal dari tim

medis Lembaga

Pemasyarakatan kelas II A

Salemba sendiri, ada dari

konselor adiksi, konselor adiksi

itu dulunya mantan pengguna

semua dia bisa cerita karena dia

pernah menggunakan,

kemudian ada juga dari BNN

memberikan edukasi

mendalam.

Page 218: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

200

Lampiran 4

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : JFU Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Di rumah (online)

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 28 Mei 2020

Waktu Wawancara : 15.00 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Muhamad Danil

Usia : 34 Tahun

Pendidikan : S1

Pertanyaan Jawaban

1. Apa tugas pokok dan

fungsi dari jabatan

Bapak sebagai

anggota dalam

program

Rehabilitasi?

Anggota tim rehabilitasi medis itu

lebih ke teknis untuk keseharian,

cuma untuk rehabilitasi medis ini

kan kesehariannya itu tidak terlalu

banyak, dia fokus di konseling

dengan pengobatan, cuma kita

tambahkan dengan kegiatan bersih-

bersih, morning meeting, dan

kegiatan olahraga.

2. Apa yang Bapak

ketahui mengenai

Rehabilitasi yang ada

di Lembaga

Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba?

Rehabilitasi itu untuk saat ini ada

namanya rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial, kenapa ada

rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial? Karena untuk medis itu

berkenaan dengan kementerian

kesehatan, kemudian untuk

Page 219: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

201

rehabilitasi sosial itu berkenaan

dengan kementerian sosial,

walaupun dananya itu awalnya

semua terpaku dari BNN baru ke

Lembaga Pemasyarakatan dan

Rumah Tahanan masing-masing.

Cuma kalau sekarang karena lebih

banyak dari kementerian kesehatan

jadi lebih banyak rehabilitasi medis,

Cuma nanti ke depannya akan ada

perubahan yaitu tidak ada

rehabilitasi medis dan tidak ada

rehabilitasi sosial yang ada hanya

rehabilitasi pemasyarakatan, karena

kan kalau untuk teknis itukan

awalnya kenapa ada rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial dan

untuk teknis itu kan beda

3. Bagaimana tahapan

sebelum proses

pelaksanaan

Rehabilitasi di

Lembaga

Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba?

Tahapan untuk rehabilitasi itu ada 3

(tiga) yaitu program awal, program

inti sama pasca rehab. Jadi Program

Awal itu persiapan untuk

pelaksanaan teknisnya untuk

program rehabilitasi itu sendiri, jadi

kita ada skrinning, skrininng nya itu

dengan konseling, dengan asesmen,

dengan pemeriksaan kesehatan, jadi

untuk menentukan siapa saja yang

akan jadi residen atau peserta

rehabilitasi, kemudian program apa

saja yang cocok atau yang akan

dibuat untuk mereka. Sebelum ada

tahap awal itu adanya surat perintah

untuk pelaksanaan rehabilitasi, kalau

rehabilitasi sosial surat perintah ini

Page 220: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

202

pelaksanaan nya dari BNN, jadi

setelah ada surat perintah dari Pusat,

kemudian menyebarkan edaran ke

UPT masing-masing, setelah ada

surat edaran dilakukan sosialisasi

dan pelatihan bagi tenaga-tenaga

yang akan dijadikan pengurus untuk

kegiatan rehabilitasi tersebut, sudah

ada pelatihan dibuatlah SK pengurus

atau SK tim pokja (Kelompok Kerja)

rehabilitasi, setelah dibentuk SK

maka dibuatlah anggaran, jadi ada 2

konsep anggaran yaitu ada anggaran

yang sudah ditentukan dari Pusat ada

juga yang ditentukan sendiri. Setelah

dibuat anggaran mulai pelaksanaan

program awal, program awal itu

yang pertama kita menentukan kira-

kira program ini berjalan berapa

lama, untuk kasusnya kira-kira dia

bisa atau tidak menjalani sampai

selesai jangan sampai ditengah-

tengah dia pulang, setelah skrinning

masa hukuman, baru skrinning

kesehatan, asesmen, konseling, dari

hasil itu barulah dibuat program

kegiatan harian. Jadwal kegiatan

harian itu masuk ke program inti,

setelah program inti selesai semua

kegiatan sudah dijalani nanti ada

hasil atau laporan hasil kegiatan,

setelah itu ada program pasca

rehabilitasi, jadi pasca rehab itu

mereka jalani setelah bebas jadi

wajib lapor ke Bapas, Bapas itu

Page 221: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

203

tugasnya apa? Mengawasi,

mengontrol, menerima laporan

perkembangan dari klien. Dari pasca

rehab itu menentukan apakah ada

perubahan yang lebih baik atau

tidak.

4. Bagaimana proses

pelaksanaan program

Rehabilitasi di

lembaga

Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba?

Untuk rehabilitasi medis kegiatannya

intinya hanya asesmen, konseling,

dan pengobatan. Kalau rehabilitasi

sosial full dari pagi sampai malam,

jadi mereka dibuatkan jadwal dari

mereka bangun pagi sampai tidur

lagi, setelah bangun pagi karena

mayoritas muslim jadi mereka solat

subuh berjamaah, setelah itu mereka

membersihkan diri, membersihkan

kamar, setelah itu mereka keluar jam

7 untuk makan pagi, mereka makan

di dalam kamar, kemudian jam 7

mereka apel, setelah apel mereka

melakukan morning meeting di

dalam morning meeting kegiatannya

seperti penunjukkan pengurus pada

hari itu, setelah morning meeting ada

bersih-bersih terlebih dahulu area

untuk tempat kegiatan, setelah itu

ada share feeling, setelah share

feeling baru lah ada kegiatan seperti

encounter, seminar, dan lain-lain

sampai jam 3 kemudian solat asar,

setelah solat asar ada kegiatan

rekreasi atau refreshing mereka

diberi kebebasan dengan batasan

tertentu disesuaikan dengan jadwal

pembinaan, jam 5 mereka sudah

Page 222: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

204

harus masuk kamar masing-masing,

kita buatkan jadwal mereka bersih-

bersih kamar lagi, persiapan mandi,

dilanjut dengan kegiatan lainnya

sampai jam 10 malam, jam 8 malam

setelah solat isyah dilakukan

kegiatan kerohanian sesuai dengan

kepala kamar masing-masing, kepala

kamar sudah ditentukan dari awal

dan orangnya tidak bisa berganti

karena otoritasnya hanya di kamar

saja, kalau otoritas di lapagan

bergilir jadi nanti ada yang

memimpin doa itu bergantian,

5. Adakah standarisasi

khusus terhadap

sarana dan prasana

penunjang program

rehabilitasi di

Lembaga

Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba?

Untuk standar sarana yang penting

mereka itu tidak kelebihan kapasitas

dalam satu ruangannya. Kalau untuk

standarisasi khusus nya yang penting

sesuai dengan keamanan dan

kenyamanan.

6. Bagaimana metode

pembinaan yang

diberilakan oleh

Lembaga

Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba

kepada Warga

Binaan

Pemasyarakatan?

Konsep pembinaan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba

itu terbagi menjadi 2 yakni

pembinaan kemandirian dan

kepribadian, kenapa dibagi 2 (dua)?

Karena secara teknis konsep ini

berbeda kalau untuk pembinaan

kemandirian itu lebih mengarah

kepada skill dan industri atau untuk

produksi, jadi pelatihan-pelatihan

yang diberikan itu berupa skill atau

kemampuan unutk melakukan

produksi seperti menjahit, sablon,

Page 223: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

205

berkebun, berternak, melukis, dan

pelatihan-pelatihan lainnya.

Sementara untuk pembinaan

kepribadian sendiri konteksnya lebih

mengarah untuk perubahana mind

set, diberikan dalam bentuk

kerohanian, kedisiplinan,

pendidikan, pengetahuan jadi ada

kursus Bahasa Inggris, kursus

computer, konseling, public

speaking, olahraga untuk melatih

kekompakkan, kejujuran.

7. Menurut Bapak siapa

saja yang disebut

sebagai Warga

Binaan

Pemasyarakatan?

Dalam Undang-Undang Warga

Binaan Pemasyarakatan adalah

seluruh narapidana yang sudah

mendapatkan eksekusi atau vonis

atau yang sedang menjalani vonis,

sementara yang sedang menjalani

pesidangan itu namanya tahanan

karena belum dibina dan belum

mendapatkan putusan.

8. Apa saja hak-hak

yang diperoleh

Warga Binaan

Pemasyarakatan?

Seluruh hak kecuali kebebasan,

kebebasan dalam bekerja terbatasi,

kebebasan mereka dalam berkarya

ada yang terbatasi, bukan berarti

hilang hanya saja terbatasi, ketemu

keluarga yang harusnya bisa setiap

hari tapi terbatasi.

9. Berapa lama waktu

yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan

Rehabilitasi?

Kalau untuk masalah waktu

ditentukan dari pusat, pelaksanaan

rehabilitasi itu secara nasional jadi

harus satu visi dan misi, jadi harus

sama serentak tdak boleh berbeda-

beda. Jadi sebelum menentukan

berapa lama waktu pelaksanaan

Page 224: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

206

rehabilitasi diadakan diskusi terlebih

dahulu, jadi masukan-masukan yang

ada sesuai dengan kondisi lapangan

dan anggaran, kalau kelamaan ada

tidak anggarannya kalau sebentar

efektif atau tidak pelaksanaanya.

10. Apa saja tujuan yang

ingin dicapai dari

program

Rehabilitasi?

Yang pasti rehabilitasi itu tidak

menyembuhkan para pecandu atau

pengguna narkoba, tetapi

meminimalisir pemakaian dan

mengubah pola pandang dari peserta

rehabilitasi itu sendiri.

11. Bagaimana dampak

yang diperoleh dari

pelaksanaan program

Rehabiliatsi di

Lembaga

Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba?

Perubahan mind set, perubahan pola

pikir dan kebiasaan-kebiasaan yang

lebih baik lagi, jadi kan ada ciri-ciri

pengguna narkoba itu yang lebih

banyak negatifnya, yang pertama

mereka tidak mudah bersosialisasi,

mudah berfikiran negatif, tidak

terbuka, tidak mudah untuk

menyampaikan pendapat, di dalam

program rehabilitasi itu dilatih untuk

melakukan sebaliknya, jadi bagi

pengguna narkoba amat sangat berat.

12. Apa saja faktor

penghambat dan

faktor pendukung

yang Bapak ketahui

selama proses

Rehabilitasi?

Namanya kegiatan dengan adanya

anggaran itu bisa berjalan dengan

baik, tapi dalam program rehabilitasi

ini yang menjadi penghambat adalah

pencairan anggaran, yang kedua

adalah sulitnya penerimaan kegiatan

dari para peserta rehabilitasi, jadi

mereka merasa kalau itu

diskriminasi, jadi kalau misalnya

yang lain bebas mau melakukan hal

apa saja, sementara mereka

Page 225: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

207

diberikan kegiatan, padahal kegiatan

itu untuk kebaikan mereka juga.

Selanjutnya Inkonsistensi dari tim

pokja (kelompok kerja), yang

seharusnya mereka piket tapi karena

ada kerjaan akhirnya tidak ikut

urusin, tidak hadir dan terbengkalai,

selanjutnya saran dan prasarana yang

masih kurang memadai seperti ruang

untuk peserta rehabilitasi, ruang

olahraga yang masih kurang cukup.

Faktor pendukungnya.

13. Bagaimana harapan

Bapak terhadap

kegiatan pelaksanaan

program Rehabilitasi

di Lapas Kelas II A

Salemba?

Harapannya program ini mampu

dilaksanakan secara terus menerus,

tetapi kan itu tergantung dengan

adanya anggran, yang kedua adanya

peningkatan kapasitas SDM dan

pelatihan dari tim pokja rehabilitasi

itu sendiri, selanjutnya adanya

centralisasi kegiatan rehabilitasi ini

sendiri, karena setiap provinsi itu

sudah ada Lembaga Pemasyarakatan

khusus untuk narkotika, Lembaga

Pemasyarakatan khusus narkotika

inilah yang representatif untuk

melaksanakan kegiatan rehabilitasi.

Page 226: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

208

Lampiran 5

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : Dokter Poli Klinik Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Di rumah (online)

Hari, Tanggal Wawancara : Selasa, 9 Juni 2020

Waktu Wawancara : 14.00 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Dr. Iwan Hartono Sihaloho

Usia : 37 Tahun

Pendidikan : S2

Pertanyaan Jawaban

1. Apa yang Bapak ketahui

mengenai Rehabilitasi

yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Tentang rehabilitasi yang ada di

lapas salemba, yang saat ini

sedang dilakukan adalah

rehabilitasi medis. Yang sudah

kita lakukan yang pertama itu kita

melakukan skrinning terhadap

1.000 Warga Binaan

Pemasyarakatan didapatlah

sekitar 325 orang yang memenuhi

syarat untuk direhab dan

ditargetkan ke kita yang

mengikuti program rehab itu di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba sekitar 160 orang,

setelah kita dapat 160 orang baru

kita lakukan asesmen awal

Page 227: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

209

bekerjasama dengan BNN

Provinsi DKI Jakarta, setelah

dilakukan asesmen kita

melakukan pembukaan

rehabilitasi medis di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba tanggal 5 Maret 2020,

yang dilakukan dalam rehabilitasi

medis ini kita melibatkan yang

pertama asesor dari BNN

Provinsi DKI Jakarta, konselor

adiksi dari ikatan konselor adiksi

DKI Jakarta, untuk rohani nya

kita melibatkan Dewan Masjid

Indonesia, untuk yang beragama

Kristen kita melibatkan dari pihak

gereja, dan juga kita melibatkan

psikolog dari Universitas Mercu

Buana dan psikolog dari

Universitas Tarumanegara.

Setelah itu kita melakukan tes

urine awal terhadap 160 orang

dan semuanya didapatkan

hasilnya negative, selanjutnya

nanti akan dilakukan konseling

VCT, dari konselor adiksi tujuan

mereka akan menginput

permasalahan-permasalahan dari

peserta rehab, setelah ditemukan

permasalahan-permasalahan

barulah nanti dibagi-bagi sesuai

dengan permasalahan yang ada,

kalau memang ada masalah

penyakit nanti akan kita rujuk ke

dokter specialis sesuai bidang

Page 228: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

210

penyakitnya, kalau ada masalah

psikologi nanti akan kita

konsultan ke psikolog, itulah

yang akan kita lakukan

rehabilitasi medis di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba.

2. Bagaimana tahapan

sebelum proses

pelaksanaan

Rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan kelas II

A Salemba?

Sebelum dilakukan rehabilitasi

medis itu artinya kita harus

merujuk terhadap tugas yang

dilimpahkan kepada Lapas Kelas

II A Salemba, di Lapas Kelas II A

Salemba itu diberikan tanggung

jawab untuk melaksanakan

rehabilitasi medis terhadap 1000

orang, sebelumnya yang pertama

kita lakukan adalah skrinning,

skrinning awal untuk mencari

peserta rehab yang sesuai dengan

kriteria, setelah itu didapatlah

yang bisa memenuhi syarat itu

sekitar 325 orang, karena kita

ditargetkan hanya 160 orang dari

325 orang ini kita seleksi lagi

menjadi 160 orang, rehabilitasi

medis ini lamanya 6 bulan, jadi

kita sesuaikan juga dengan

bebasnya mereka, dipastikan

mereka itu bebas sebelum masa

rehabilitasi medis ini selesai.

3. Bagaimana proses

pelaksanaan program

Rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Sebenarnya poin-poin yang

dilakukan di rehabilitasi medis itu

yang pertama itu dilakukan

skrinning, setelah skrinning tes

urin awal untuk melihat apakah

Page 229: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

211

mereka masih mengkonsumsi

psikotropika atau tidak, setelah

itu asesmen awal yang dilakukan

oleh BNN Provinsi DKI Jakarta,

setelah itu melakukan konseling

adiksi untuk mengtahui

permasalahan-permasalahan yang

dialami oleh peserta rehab,

setelah mengetahui permasalahan

kemudian disesuaikan dengan

masalah masing-masing, kalau

memang perlu obat akan kita

lakukan pengobatan, kalau perlu

dirujuk kalau memang pelayanan

di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II A Salemba tidak bisa

untuk memberikan solusi itu akan

kita rujuk sesuai dengan

permasalahannya baru nanti akan

kita lakukan konseling psikologi.

4. Ada berapa jenis

rehabilitasi yang ada di

Lapas kelas II A

Salemba?

Pada dasarnya rehabilitasi yang

ada di Lapas kelas II A Salemba

itu ada 2 (dua) jenis, rehabilitasi

sosial dan rehabilitasi medis,

yang saat ini dilaksanakan di

Lapas Kelas II A Salemba.

Rehabilitasi sosial itu hanya

merujuk ke perubahan perilaku,

tujuannya hampir sama hanya

saja cara nya yang berbeda,

reabilitasi sosial itu dilakukan

melalui pendekatan TC

(Therapeutik Community).

5. Adakah standarisasi

khusus terhadap sarana

Kalau sarana dan prasarana yang

kita lakukan yaitu mereka kita

Page 230: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

212

dan prasarana

penunjang program

Rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

buatkan dalam satu tempat

peserta rehab yang terpisah dari

Warga Binaan Pemasyarakatan

yang lain, mereka kita berikan

konsumsi, mereka kalau ada

penyakit-penyakit yang mereka

alami yang perlu dirujuk mereka

kita fasilitasi dengan biaya yang

ada dari program rehab.

6. Bagaimana metode

pembinaan yang

diberikan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba kepada

Warga Binaan

Pemasyarakatan?

Metode pembinaan itu cenderung

dengan pendekatan bagaimana

supaya mereka siap untuk

kembali ke masyarakat, kita

lakukan pembinaan kerohanian,

kita berikan mereka pekerjaan

atau kegiatan kerja sesuai dengan

keahlian mereka, kegiatan

olahraga, serta keahlian-keahlian

mereka yang lainnya bisa

membuat patung, bisa membuat

sandal dan lain-lain. Hasil

produksinya itu dijual dengan

pihak ketiga, misalnya sandal kita

jual ke hotel-hotel.

7. Apa saja hak-hak yang

diperoleh Warga Binaan

pemasyarakatan?

Hak Warga binaan

Pemasyarakatan itu sudah ada di

Undang-Undang pemasyarakatan

misalnya Hak mendapatkan

Kesehatan, Hak mendapatkan

Remisi sesuai dengan Undang-

Undang yang berlaku. Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba berusaha memenuhi

segala hak yang dibutuhkan

Warga Binan Pemasyarakatan.

Page 231: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

213

8. Apa saja tujuan yang

ingin dicapa dari

program Rehabilitasi?

Tujuan dilakukannya rehabilitasi

medis yang pertama itu untuk

abstinensial yaitu penghentian

total penggunaan zat

psikotropika, yang kedua itu

pengurangan frekuensi atau

keparahan rileps, yang ketiga itu

memperbaiki fungsi fisik

sepenuhnya dan fungsi adaptasi

sosial Warga Binaan

Pemasyarakatan.

9. Bagaimana dampak

yang diperoleh dari

pelaksanaan program

Rehabilitasi di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Dampaknya yang pertama disitu

mereka terpilih menjadi peserta

rehab, kita tekankan kepada

mereka bahwa mereka nanti akan

menjadi contoh kepada WBP lain

atau pun kepada masyarakata

setelah mereka keluar, jadi tekad

dan niat mereka untuk lepas dari

pemakaian narkoba itu sangat

kuat, dapat kita ketahui dari

pemeriksaan hasil urin mereka itu

negatif.

10. Apa saja faktor

penghambat dan faktor

pendukung yang Bapak

ketahui selam proses

Rehabilitasi?

Faktor penghambatnya yang

pertama sarana dan prasarana

untuk melaksanakan program

rehabilitasi itu tidak sepenuhnya

terpenuhi, contohnya yang

pertama masalah ruangan karena

ruangannya terbatas, yang kedua

masalah ruang lingkup juga, yang

ketiga Sumber Daya Manusia

yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan kels II A

Salemba itu tidak semua nya ada

Page 232: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

214

untuk program rehabilitasi maka

nya kita sampai bekerjasama

dengan pihak luar. Faktor

pendukungnya, yang pertama

mereka ada di tempat terutup jadi

mereka menyadari apa yang

akibat dari pemakaian narkoba

itu.

11. Bagaimana harapan

Bapak terhadap

kegiatan pelaksanaan

program rehabilitasi di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Harapan saya dengan adanya

program rehabilitasi medis ini

sangat membantu kepada Warga

Binaan Pemasyarakatan yang

selama ini masih ketergantungan

terhadap narkoba, yang kedua

selanjutnya jumlah yang

diberikan itu semakin banyak

karena penghuni Lembaga

Pemasyarakatan ini 80% adalah

narkoba jadi kalau bisa kuotanya

diperbanyak, yang ketiga

peningkatan Sumber Daya

Manusia untuk program

rehabilitasi.

Page 233: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

215

Lampiran 6

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan)

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Di rumah (online)

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 23 April 2020

Waktu Wawancara : 10.00 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Khusnul Ma’arif

Usia : 30 Tahun

Pendidikan : SMP

Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana tanggapan

Anda mengenai proses

pelaksanaan rehabilitasi

yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba?

Tanggapan saya mengenai proses

pelaksanaan rehabilitasi ini cukup

bagus untuk kami para

narapidana pengguna narkoba

salah satunya saya sendiri.

Dengan adanya pelaksanaan

rehabilitasi ini saya merasakan

ada perubahan dari diri saya

walaupun tidak besar tapi saya

meras sedikit berubah kearah

yang lebih baik daripda diri saya

sebelumnya.

2. Bagaimana pembinaan

yang diberikan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba?

Pelaksanaan pembinaan di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba sudah cukup bagus

dan sangat efektif bagi kami

sebagai warga binaan

Page 234: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

216

pemasyarakatan, disitu kami

diberikan pelatihan keterampilan

dan berbagai macam kegiatan

kerja seperti sablon, membuat

roti, dan lain-lain.

3. Bagaimana latar

belakang Anda bisa

menjadi warga binaan

Pemasyarakatan di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba

Latar belakang saya menjadi

Warga Binaan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A

Salemba karena saya terjerat

kasus Narkoba dengan pasal 112

dan 114. Pertama kali mengenal

narkoba pada awal tahun 2009

karena pergaulan yang kurang

baik menurut saya, karena tidak

semua teman saya itu pengguna

narkoba. Saya tertangkap pada

bulan November 2017 oleh polisi

yang berjumlah 7 (tujuh) orang di

KFC Jl. Daan Mogot setelah

pulang kerja. Saat itu saya sedang

mampir untuk membeli makan

dan ketahuan membawa sabu

sebesar 0,25 gram. Dari lokasi

penangkapan saya dibawa ke

kantor atau basecamp polisi

selama 2 malam, lalu dibawa ke

polsek Tanjung Duren. Kurang

lebih 3 (tiga) sampai 4 (empat)

bulan saya di polsek, lalu

dipindahkan ke Rutan Salemba

pada Maret 2018. Setahun

kemudian baru saya berada di

Lapas Salemba dengan vonis 5

tahun 6 bulan dengan subsider 3

bulan.

Page 235: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

217

4. Apa saja peran Pembina

Warga Binaan

Pemasyarakatan dalam

proses pembinaan yang

anda ikuti?

Ya mereka membina kami

dengan baik, memberikan

motivasi serta pelatihan-

pelatihan.

5. Bagaimana tanggapan

anda mengenai fasilitas

yang diberikan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba?

Dari fasilitasnya masih ada yang

kurang memuaskan seperti ruang

untuk tidur yang kurang nyaman

dan kipas anginnya yang perlu

ditambahkan lagi.

6. Kegiatan apa saja yang

diberikan Lapas Kelas II

A Salemba?

Ada banyak, salah satunya ya

kegiatan rehabilitasi ini. Selain

itu, juga ada pembinaan

kepribadian disitu kegiatannya

biasanya seperti belajar bahasa

inggris, belajar komputer dan

masih banyak lagi. Ada lagi

pembinaan kemandirian, kalau

kemandirian lebih kea rah

produksi barang.

7. Bagaimana tanggapan

Anda mengenai

lingkungan Lapas Kelas

II A Salemba?

Menurut saya lingkungan yang

ada disini sepertinya sama saja

dengan lingkungan yang ada di

Lapas lainnya, akan tetapi

tergantung bagaimana kita

membawa diri kita di dalamnya.

Kalau kita sendiri baik kepada

yang lain, yang lain pun akan

melakukan hal yang sama dan

sebaliknya.

8. Bagaimana perasaan

Anda mengikuti

program rehabilitasi di

Lapas Kelas II A

Perasaan saya awalnya senang

dengan adanya program rehab ini

karena dibedakan dengan warga

binaan yang lain.

Page 236: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

218

Salemba?

9. Bagaimana dampak

yang dirasakan selama

mengikuti kegiatan

program rehabilitasi di

Lapas Kelas II A

Salemba?

Dampak yang saya rasakan itu

saya merasa lebih bugar karena

selalu ada kegiatan di dalam

program rehabilitasi ini seperti

mengikuti kegiatan olahraga.

Selain itu juga dampak langsung

yang saya rasakan yaitu saya bisa

lebih produktif lagi karena jadwal

yang sudah diatur dari pagi

hingga malam hari yang membuat

saya menjadi lebih disiplin dan

bisa lebih berfikir positif.

10. Bagaimana harapan

anda setelah mengikuti

program rehabilitasi

yang diberikan oleh

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba?

Harapan saya setelah mengikuti

program rehabilitasi ini, saya bisa

menjadi pribadi yang lebih baik

lagi. Karena dengan umur saya

yang sekarang seharusnya sudah

banyak yang bisa saya lakukan

dan hasilkan tapi malah berada di

Lapas ini.

11. Bagaimana suka dan

duka Anda selama

menjalankan proses

rehabilitasi di Lembga

Pemasyaraktan Kelas II

A Salemba ?

Suka dan duka dalam menjalani

program rehabilitasi ini yaitu

senang dikarenakan ramai bukan

hanya saya seorang jadi merasa

ada yang menemani bisa bercanda

dan berbincang. Dukanya yaitu

tidak bisa menjalani kehidupan

seperti biasanya dan susah untuk

bertemu keluarga, saudara,

ataupun teman.

Page 237: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

219

Lampiran 7

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan)

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Di rumah (online)

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 23 April 2020

Waktu Wawancara : 10.17 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Ibnu Ardian

Usia : 28 Tahun

Pendidikan : SMK

Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana tanggapan

anda mengenai proses

pelaksanaan rehabilitasi

yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba?

Ya sama seperti kegiatan di

Lapas yang biasanya, hanya

saja untuk program

rehabilitasi ini lokasi nya

dibedakan, intinya program

rehab ini berjalan dengan

baik-baik saja.

2. Bagaimana pembinaan

yang diberikan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba?

Pembinaannya sudah cukup

bagus, para WBP diberikan

kesempatan untuk mengikuti

pembinaan disesuaikan

dengan kegemaran serta

kemampuannya masing-

masing, tapi tidak semuanya

mengikuti program pembinaan

tersebut.

Page 238: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

220

3. Bagaimana latar belakang

Anda bisa menjadi warga

binaan Pemasyarakatan di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba?

Jadi saya bisa berada di Lapas

Salemba ini karena dijebak

oleh teman satu perkara saya,

ceritanya itu temen saya

memesan shabu di saya untuk

dijual lagi kepada asistenya

Riza Shabab di Jakarta tetapi

teman saya tertangkap oleh

polisi. Pada bulan April tahun

2016 saat itu posisi saya

berada di Bogor, teman saya

yang tertangkap itu ingin

menemui saya dengan alasan

mau membayar sabu tersebut.

Akan tetapi teman saya datang

bersama dengan polisi untuk

menangkap saya. Lalu saya

pun ditangkap dan dibawa ke

Polda Metro Jaya di Jakarta.

Saya berada di Polda Metro

Jaya selama 4 (empat) bulan.

Setelah itu saya pindah ke

Rutan Salemba pada bulan

Agustus 2018. Terakhir saya

dipindahkan ke LAPAS

Salemba pada bulan

November 2019. Saya di vonis

oleh jaksa yaitu selama 8

tahun 3 bulan.

4. Apa saja peran Pembina

Warga Binaan

Pemasyarakatan dalam

proses pembinaan yang

Anda ikuti?

Peran pembina menurut saya

cukup baik, selama membina

kami juga merasakan

keakraban dengan para

pembina walaupun ada

batasan tetapi kami merasa

Page 239: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

221

sudah seperti keluarga.

5. Bagaimana tanggapan

anda mengenai fasilitas

yang diberikan Lapas

Kelas II A Salemba?

Cukup nyaman dengan

fasilitas yang ada di Lapas

Salemba, hanya saja ada

beberapa ruangan yang

kipasnya mati.

6. Kegiatan apa saja yang

diberikan Lapas Kelas II

A Salemba?

Untuk kegiatan yang ada di

Lapas Salemba ada banyak

sekali, dimulai dari apel pagi

yang memang wajib diikuti

oleh seluruh Warga Binaan

Pemasyarakatan di pagi, siang

hingga sore menjelang malam

hari sampai kepada kegiatan

pembinaan yang diikuti oleh

masing-masing orang, tetapi

untuk saya pribadi tidak

semua kegiatan saya ikuti,

paling hanya olahraga sore

seperti futsal dan kegiatan

olahraga lainnya yang saya

minati.

7. Bagaimana tanggapan

Anda mengenai

lingkungan Lapas Kelas

II A Salemba?

Lingkungan disini bagi saya

membawa hal yang positif,

yang membuat saya tidak lagi

teringat atau bahkan untuk

mengkonsumsi narkoba

kembali.

8. Bagaimana perasaan

Anda mengikuti program

rehabilitasi di Lapas

Kelas II A Salemba?

Perasaan saya biasa saja, sama

seperti hari-hari biasanya,

mungkin bedanya peserta

rehab ini lebih mendapatkan

perhatian khusus terkait

pengobatan dari tim medis

Lapas Salemba.

Page 240: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

222

9. Bagaimana dampak yang

dirasakan selama

mengikuti kegiatan

program rehabilitasi di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II

A Salemba ?

Dampak yang saya rasakan

dari segi fisik sudah tidak

terasa lemas karena di dalam

program rehab ini juga rutin

diadakan kegiatan senam atau

olahraga. Selain itu, dari segi

sosialnya saya merasa mudah

untuk berinteraksi sosial

karena program yang

diterapkan berkaitan dengan

bimbingan kelompok atau

Therapeutic Community (TC)

dalam bentuk sesi curhat.

10. Bagaimana harapan anda

setelah mengikuti

program rehabilitasi yang

diberikan oleh Lapas

Kelas II A Salemba?

Semoga hasilnya baik dan bisa

memberikan dampak atau

perubahan baik bagi kami

yang mengikuti rehabilitasi.

Selain itu, semoga kami bisa

benar-benar terlepas dari mata

rantai penyalahgunaan

narkoba baik selama berada di

dalam Lapas ataupun ketika

kami sudah bebas nanti.

11. Bagaimana suka dan

duka Anda selama

menjalankan proses

rehabilitasi di Lembga

Pemasyaraktan Kelas II

A Salemba ?

Dukanya ya kita tidur di aula

semuanya, jadi rame gitu terus

ga terlalu bebas atau waktu

terbatas seperti di blok

Page 241: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

223

Lampiran 8

TRANSKIP WAWANCARA

Informan : WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan)

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Di rumah (online)

Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 25 April 2020

Waktu Wawancara : 10.30 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Didik Indrajaya

Usia : 34 Tahun

Pendidikan : SLTP

Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana tanggapan

anda mengenai proses

pelaksanaan

rehabilitasi yang ada di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Cukup bagus mengenai adanya

program rehabilitasi ini, namun

semenjak adanya covid 19 ini

jadi sempat terhenti

2. Bagaimana pembinaan

yang diberikan

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba?

Pembinaan yang dilakukan oleh

Lembaga juga udah lumayan,

membuat pribadi kita menjadi

lebih baik

3. Bagaimana latar

belakang Anda bias

menjadi warga binaan

Pemasyarakatan di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas

II A Salemba?

Saya menjual dan menggunakan

narkoba jenis sabu. Saya

tertangkap bulan Maret 2017 di

daerah Rawasari, Jakarta Pusat.

Posisi saya lagi di kostan

Bersama pacar dan satu orang

teman. Saya lagi tidur dan teman

Page 242: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

224

saya sedang bermain laptop. Jadi

awalnya ada teman atau

istilahnya ade”an ingin membeli

sabu tetapi sudah tidak dikasih

lagi, akhirnya ingin menemui

saya untuk membelinya.

Ternyata Ketika dating dia

Bersama polisi dan sebelumnya

dia sudah tertangkap dan HPnya

dipegang oleh polisi lal ada

riwayat obrolan mengenai sabu

ini. Di kostan ada sebanyak 18

gram sabu kurang lebih karena 2

hari sebelumnya saya habis

menjemput barang itu.

4. Apa saja peran

Pembina Warga

Binaan

Pemasyarakatan dalam

proses pembinaan yang Anda ikuti?

Peran pembinanya berbeda-beda

tergantung posisinya, namun

sejauh ini peran pembina cukup

berpengaruh di berbagai bidang.

5. Bagaimana tanggapan

anda mengenai fasilitas

yang diberikan Lapas

Kelas II A Salemba?

Fasilitas yang ada sudah

lumayan lengkap hanya saja

kipas yang ada di aula tempat

kami tidur hanya satu,

sedangkan di ruangan itu terdiri

dari 160 orang peserta rehab.

6. Kegiatan apa saja yang

diberikan Lapas Kelas

II A Salemba?

Banyak kegiatan yang diberikan,

tetapi saya hanya mengukuti

kelas komputer, ujian paket C,

dan kelas Bahasa Inggris.

7. Bagaimana tanggapan

Anda mengenai

lingkungan Lapas

Kelas II A Salemba?

Lingkungan yang ada disini

menurut saya sudah baik

dibandingkan dengan yang dulu,

sekarang sejak dipisah tempat

bagi yang rehabilitasi perputaran

narkoba juga terhenti.

Page 243: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

225

8. Bagaimana perasaan

Anda mengikuti

program rehabilitasi di

Lapas Kelas II A

Salemba?

Perasaan saya biasa saja karena

belum banyak merasakan

program rehab ini, mungkin

karena terhambat dengan adanya

covid 19 ini

9. Bagaimana dampak

yang dirasakan selama

mengikuti kegiatan

program rehabilitasi di

Lapas Kelas II A

Salemba?

Dampak yang baru saya rasakan

itu merasa lebih bugar karena

selalu ada kegiatan atau

mengikuti olahraga yang ada

disini. Sehingga saya dapat

berfikir lebih jernih dan lebih

tenang serta menjadi percaya diri

dan menjadi diri saya sendiri.

10. Bagaimana harapan

anda setelah mengikuti

program rehabilitasi

yang diberikan oleh

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Salemba?

Harapan saya itu agar saya

berhenti total menggunakan

narkoba dan bisa hidup lebih

baik.

11. Bagaimana suka dan

duka Anda selama

menjalankan proses

rehabilitasi di Lembga

Pemasyaraktan Kelas II A Salemba?

Dukanya mungkin tidur kurang

nyaman dengan menggunakan

satu kipas dan di aula yang tidak

cukup luas bersama WBP

lainnya.

Page 244: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

226

Lampiran 9

Surat Izin Penelitian Skripsi

Page 245: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

227

Lampiran 10

Surat Bimbingan Skripsi

Page 246: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

228

Lampiran 11

Surat Pengajuan Seminar Proposal

Page 247: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

229

Lampiran 12

Surat Permohonan Izin Penelitian Lembaga

Page 248: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

230

Lampiran 13

Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian Petugas

MD

Page 249: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

231

Lampiran 14

Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian Petugas

IH

Page 250: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

232

Lampiran 15

Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian Petugas

RC

Page 251: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

233

Lampiran 16

Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian Petugas

MF

Page 252: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

234

Lampiran 17

Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian WBP IA

Page 253: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

235

Lampiran 18

Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian WBP

KM

Page 254: REHABILITASI BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52922/1/AISYAH... · 13. KPU Tangsel, PPK Ciputat Timur, PPS dan Staf Kelurahan

236

Lampiran 19

Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian WBP DI