REFRESHING (2).pptx

69
Rasa Somestesia Luhur Ialah perasaan perasaan yang mempunyai sifat diskriminatif dan tiga-dimensi. Diskriminasi : kemampuan untuk mengetahui bahwa kita ditusuk dengana dua jarum atau satu jarum pada saat yang sama. Pemeriksaan rasa diskriminasi : menggunakan jangka Weber/2 buah jarum atau peniti, bagian badan ditusuk pada waktu bersamaan dengan 2 jarum, pasien harus mampu mengetahui pakah ditusuk 1 atau 2 jarum. Bila rasa diskriminasi terganggu sedangkan rasa rabanya baik lesi lobus parietalis Barognosia : kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang/kemampuan membeda-bedakan berat benda. Pemeriksaan : menggunakan benda yang bentuk dan ukurannya sama, terbuat dari zat yang sama namun berat dibuat berbeda.

Transcript of REFRESHING (2).pptx

PowerPoint Presentation

Rasa Somestesia LuhurIalah perasaan perasaan yang mempunyai sifat diskriminatif dan tiga-dimensi. Diskriminasi : kemampuan untuk mengetahui bahwa kita ditusuk dengana dua jarum atau satu jarum pada saat yang sama.Pemeriksaan rasa diskriminasi : menggunakan jangka Weber/2 buah jarum atau peniti, bagian badan ditusuk pada waktu bersamaan dengan 2 jarum, pasien harus mampu mengetahui pakah ditusuk 1 atau 2 jarum. Bila rasa diskriminasiterganggu sedangkan rasa rabanya baik lesi lobus parietalisBarognosia : kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang/kemampuan membeda-bedakan berat benda.Pemeriksaan : menggunakan benda yang bentuk dan ukurannya sama, terbuat dari zat yang sama namun berat dibuat berbeda.Rasa Somestesia LuhurStereognosia : kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan jalan meraba tanpa melihat. Astereognosia terganggu/hilangnya kemampuan stereognosiaPemeriksaan Stereognosia : penderita menutup mata, kemudian ditempatkan bermacam benda kedalam tangannya(kunci, gelas, uang logam/arlohi), pasien disuruh menyebutkan benda apa yang sedang dipegang.Topestesia : ialah kemampuan untuk melokalisasi tempat dari rasa rabaTopagnosia/topoanestesia : ketidakmampuan untuk melokalisasi tasa-raba.Grafestesia : kemampuan untuk mengenali huruf atau angka yang ditulis pada kulit, sedangkan mata tertutupPemeriksaan : mata penderita ditutup,gunakan pinsil/benda halus lainnya, pemeriksa tuliskan angka pada kulit pasien, kemudian pasien disuruh sebutkan apa angka yang dituliskan.Gradanestesia : tidak mengenali angka yang ditulis saat pemeriksaan Grafestesia.Pemeriksaan Sensorik Deskriminatif / KortikalGangguan two point tactile discrimination

Pemeriksaan Sensorik Deskriminatif / KortikalGangguan graphesthesia

Pemeriksaan Sensorik Deskriminatif / KortikalGangguan stereognosis = astereognosis

Pemeriksaan Refleks

PEMERIKSAAN REFLEKSHasil pemeriksaan refleks merupakan informasi penting yang sangat menentukan. Penilaian refleks selalu berarti penilaian secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan. Respon terhadap suatu perangsangan tentu tergantung pada intensitas. Oleh karena itu refleks kedua belah tubuh yang dapat dibandingkan harus merupakan hasil perangsangan yang berintensitas sama.

Refleks fisiologis yang dibangkitkan untuk pemeriksaan klinis meliputi refleks superfisial dan refleks tendon dalam atau periosteum. Pada penderita penyakit tertentu dapat ditemukan refleks patologis atau juga refleks primitif. Dari penilaian terhadap refleks fisiologis dan patologis ini kita dapat memperkirakan letak / jenis lesi.REFLEKS FISIOLOGISRefleks dinding perut :Stimulus : Goresan cepat di dinding perut daerah epigastrik, supraumbilikal, infra umbilikal dari lateral ke medial.Respons : kontraksi dinding perut ke arah goresan.Aferen : n. intercostal T5 T7 (epigastrik)n. intercostal T7T9 (supra umbilikal)n. intercostal T9 T11 (umbilikal)n. intercostal T11 L1 (infra-umbilikal)n. iliohipogastrikusn. ilioinguinalisEferen: n. intercostal T5 T7 (epigastrik)n. intercostal T7T9 (supra umbilikal)n. intercostal T9 T11 (umbilikal)n. intercostal T11 L1 (infra-umbilikal)n. iliohipogastrikusn. ilioinguinalis

Refleks kremaster :Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawahRespons : elevasi testis ipsilateralAferen : n. ilioinguinal ( L 1-2 )Eferen : n. genitofemoralis

Refleks Anus SuperfisialisStimulus : kulit sekitar anus dirangsang dengan tusukan ringan atau goresanRespon : otot sfingtereksternus berkontraksi Lengkung refleks : S2-S4,S5

Refleks Kornea Stimulus : pasien melirik kearah yang berlawanan dengan datangnya kapas, kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcingRespons : mata terpejamAferen : n. trigeminus sensorik (cabang oftalmik)Eferen: n. fasialis

Refleks Telapak kaki, refleks plantar.Stimulus : Kaki dilemaskan, kemudian telapak kaki digores dengan benda yang agak runcingRespon : kaki melakukan gerakan plantar fleksi. Pada orang penggeli gerakan ini disertai gerakan menarik kaki

REFLEKS FISIOLOGISRefleks ulnaris :Stimulus : ketukan pada periosteum prosesus stiloideus ulna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.Respons: pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadratusAferen: n. ulnaris ( C8-T1 )Eferen: n. ulnaris ( C8-T1 )Refleks brakioradialis :Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasiRespons: fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m. BrachioradialisAferen: n. radialis (C5-6 )Eferen: n. radialis (C5-6 )REFLEKS FISIOLOGISRefleks triceps :Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasiRespons: ekstensi lengan bawah di sendi sikuAferen:n. radialis ( C6-7-8 )Eferen: n. radialis ( C6-7-8 )Refleks biseps :Stimulus: ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.Respons: fleksi lengan pada sendi sikuAferen: n. musculokutaneus ( C5-6 )Eferen: n. musculokutaneus ( C5-6 )REFLEKS FISIOLOGIS

REFLEKS FISIOLOGISRefleks patela Stimulus : ketukan pada tendon patellaRespons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps femoris.Aferen : n. femoralis ( L 2-3-4 )Eferen : n. femoralis ( L 2-3-4 ) Refleks Achilles Stimulus : ketukan pada tendon achillesRespons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. GastrocnemiusAferen : n. tibialis ( L5,S1-2 ) Eferen : n. tibialis ( L5,S1-2 ) REFLEKS FISIOLOGIS

REFLEKS PATOLOGISRefleks PatologisTanda Babinsky dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) keempat jari kaki yang lain.Tanda Babinsky dapat dibangkitkan dengan beberapa cara :

Cara ChaddockStimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.Respons : tanda BabinskyCara Babinsky Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.Respons : tanda Babinsky.Cara OppenheimStimulus : pengurutan margo anterior tibia dari proksimal ke distalRespons : tanda Babinsky.

Cara GordonStimulus : penekanan betis secara kerasRespons : tanda Babinsky.

Cara SchafferStimulus : memencet tendon Achilles secara kerasRespons : seperti BabinskyREFLEKS PATOLOGISRefleks PatologisTanda Babinsky dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) keempat jari kaki yang lain.Tanda Babinsky dapat dibangkitkan dengan beberapa cara :

KlonusKlonus lutut :Stimulus : pegang dan dorong os patela ke arah distalRespons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris selama stimulus berlangsung (klonus >2 kali, 2 = pseudoklonus)Klonus kaki :Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.

REFLEKS PATOLOGIS

REFLEKS PATOLOGISREFLEKS PATOLOGIS

Tanda Hoffman-TromnerPEMERIKSAANRANGSANG SELAPUT OTAK

Bila selaput otak meradang (misalnya pada meningitis) atau di rongga subarakhnoid terdapat benda asing (misalnya darah, seperti pada perdarahan subarakhnoid), maka hal ini dapat merangsang selaput otak iritasi meningeal/ rangsang selaput otak.Manifestasi subjektif dari dari keadaan ialah :Sakit kepalaKuduk terasa kakuFotofobia (takut cahaya, peka terhadap cahaya)Hiperakusis (peka terhadap suara)Sikap tungkai yang cenderung mengambil posisi fleksiOpistotonusSelain itu, rangsang selaput otak dapat memberikan beberapa gejala, diantaranya kaku kuduk, tanda lasegue, kernig, brudzinski I dan brudzinski II

Kaku Kuduk (neck rigidity)Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan hal berikut : tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.Selain dari rangsang selaput otak, kaku kuduk dapat disebabkan oleh miositis otot kuduk, abses retrofaringeal, atau artritis di servikal.Pada iritasi meningeal, pemutaran kepala dapat dilakukan dengan mudah dan tahanan tidak bertambah, sedangkan pada keadaan lain terganggu.

Tanda LasegueUntuk pemeriksaan ini dilakukan hal berikut : pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) pada persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus).Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.Tanda lasegue positif bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum kita mencapai 70 derajat.

Tanda KernigPada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas.Tanda kernig positif bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini.

nyeri

Tanda Brudzinski IUntuk memeriksa tanda ini dilakukan hal berikut : dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.Brudzinski positif tindakan ini mengakibatkan fleksi kedua tungkai.

Tanda Brudzinski IIPada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus).Brudzinski II positif tungkai yang satu lagi ikut pula terfleksi.

Tanda Brudzinski IIIMemposisikan pasien tidur terlentang dengan kedua tangan dan kaki diliruskan serta berikan bantal bila adaMenekan kadua pipi atau infra orbita pasien dengan kedua tangan pemeriksaBrudzinski III(+) : jika bersamaan dengan pemeriksaan terdapat fleksi pada kedua lengan

Beri rangsang nyeri.ditekan

Fleksi

Tanda Brudzinski IVMemposisikan pasien tidur terlentang dengan kedua tangan dan kaki diliruskan serta berikan bantal bila adaMenekan tulang pubis penderita dengan tangan pemeriksaBrudzinski IV(+) : jika bersamaan dengan pemeriksaan terlihat fleksi pada kedua tungkai bawah

Beri rangsang nyeri.ditekanFleksi Pemeriksaan Fungsi LuhurBahasaApakah ada afasia ?Afasia motorik A.m. kortikalis korteks serebri dominanA.m. subkorikalis subkorteks hemisfer dominanA.m. transkortikalis korteks Broca dan WernickeAfasia sensorikA.s. kortikalis area korteks WernickeA.s subkortikalis subkorteks WernickeWord Blindness

Gangguan fungsi luhur lainnyaApraksiaAgrafiaAlexiaAstereognosiaAbarognosiaAgramesthesiaAsomatognosiaAfasiagangguan fungsi bahasa disebabkan oleh kerusakan otakpemeriksaan : mendengarkan pembicaraan spontan dan eksplorasi ketika percakapan terjadiklasifikasi :fluent (>50 kata/menit, tanpa disertai disartria, intonasi normal, panjang frase normal) nonfluent (