Refrat Sirosis Edited Kirim

download Refrat Sirosis Edited Kirim

of 23

Transcript of Refrat Sirosis Edited Kirim

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    1/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Hati memainkan peran sentral didalam memelihara homeostasis

    metabolisme. Oleh karena itu, perkembangan penyakit hati seringkali diikuti

    dengan berbagai manifestasi klinis akibat gangguan metabolisme. Hati memiliki

    kapasitas cadangan fungsional yang cukup besar, sehingga gangguan metabolik

    seringkali belum tampak pada kerusakan hati minimal-moderate (Arroyo, 2010).

    Sirosis merupakan kondisi akhir pada berbagai kerusakan hati kronis. Istilah

    sirosis pertama kali diperkenalkan oleh Laennec pada tahun 1826. Hal ini berasal

    dari istilah Yunani scirrhus dan digunakan untuk menggambarkan permukaan

    oranye atau kuning kecoklatan hati terlihat pada otopsi. Secara lengkap Sirosis hati

    adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan

    seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi

    penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami

    regenerasi (Guyton, 2000).

    Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga

    pada pasien yang berusia 45 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan

    kanker). Suatu survey penelitian di USA melaporkan bahwa sekitar 5,5 juta

    penduduk (2% dari populasi USA) menderita sirosis. Sirosis ini menyebabkan

    kematian pada 26.000 jiwa tiap tahunnya dan merupakan penyebab kematian

    terbesar ke-9 di USA pada usia antara 25-64 tahun (Sanchez and Talwalkar, 2008).

    Sedangkan di Indonesia, belum ada data resmi nasional tentang sirosis hepatis.

    Namun dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia secara

    keseluruhan prevalensi sirosis adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal

    penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat

    (Throop, 2004).

    Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang

    perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus

    terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti

    1

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    2/23

    perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan

    asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma (Guyton,

    2000).

    Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala

    sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara

    maju, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30%

    dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara

    kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi

    (Throop, 2004).

    2

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    3/23

    BAB II

    ANATOMI, FISIOLOGI, DAN HISTOLOGI HEPAR

    A. Anatomi dan Histologi Hepar

    Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada

    manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua

    sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200

    1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan

    bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara

    erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah

    posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak

    langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut

    bare area. Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma

    dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen (Murray, 2005).

    Macam-macam ligamennya (Sacher, 2004):

    1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding anterior

    abdomen dan terletak di antara umbilicus dan diafragma.

    2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig.

    falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.

    3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : Merupakan

    bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan

    duodenum sblh prox ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica,

    v.porta dan ductus choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut

    membentuk tepi anterior dari Foramen Winslow.

    4. Ligamentum Coronaria Anterior kanan kiri dan ligamentum coronaria

    posterior kanan kiri: Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma

    ke hepar.

    5. Ligamentum triangularis kanan kiri : Merupakan fusi dari ligamentum

    coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.

    3

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    4/23

    Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium,

    dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan

    pada orang normal tidak dapat dipalpasi. Permukaan lobus kanan dapat mencapai

    sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Ligamentum falciformis membagi

    hepar secara topografisbukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar danlobus kiri (Hasan, 2008).

    Gambar 1. Anatomi Hepar

    4

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    5/23

    Ada tiga jenis pembuluh darah yaitu arteri, vena dan kapiler. Arteri membawa

    darah dari jantung dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh melalui

    cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil (diameter < 0,1 mm) disebut arteriola.

    Persatuan antara cabang-cabang arteri disebutanastomosis.

    End artery anatomic yang cabang-cabang terminalnya tidak beranastomosis dengan

    cabang-cabang arteri yang mendarahi daerah yang berdekatan. End artery

    fungsional adalah pembuluh darah yang cabang-cabangnya beranatomosis dengan

    cabang-cabang terminal arteri yang ada di dekatnya, tetapi besarnya anatomosis

    tidak cukup untuk mempertahankan jaringan tetap hidup bila salah satu arteri

    tersumbat(Nicholson, 2000).

    Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung, banyak

    diantaranya mempunyai katup. Vena terkecil disebut venula. Vena yang lebih besar

    atau muara-muaranya, bergabung membentuk vena yang lebih besar dan biasanya

    membentuk hubungan satu dengan yang lain menjadi plexus venosus. Arteri

    propunda yang berukuran sedang sering diikuti oleh dua buah vena, masing-masing

    berjalan di sisinya disebut venae comitantes. Vena yang keluar dari trachtus

    gastrointestinal tidak langsung menuju ke jantung tetapi bersatu membentuk vena

    porta. Vena ini masuk ke hati dan kembali bercabang-cabang menjadi vena yang

    ukurannya lebih kecil dan akhirnya bersatu dengan pembuluh menyerupai kapiler di

    dalam hati yang disebut sinusoid. Sistem portal adalah sistem pembuluh yang

    terletak diantara dua jejari kapiler. Anastomosis portal-sistemik (Peralta, 2010).

    Oeshophagus mempunyai tiga buah penyempitan anatomis dan fisiologis. Yang

    pertama di tempat faring bersatu dengan ujung atas oeshopagus, yang kedua di

    tempat arcus aorta dan bronkus sinister menyilang permukaan anterior oeshophagus

    dan yang ketiga terdapat di tempat oeshopagus melewati diaphragma untuk masuk

    kegaster. Penyempitan-penyempitan ini sangat penting dalam klinik karena

    merupakan tempat benda asing yang tertelan tertambat atau alat esofagoskop sulit

    dilewatkan. Karena jalannya makanan atau minuman lebih lambat pada tempat-

    tempat ini, maka dapat timbul striktura atau penyempitan di daerah ini setelah

    meminum cairan yang mudah terbakar dan kororsif atau kaustik. Penyempitan ini

    juga merupakan tempat yang lazim untuk kanker oeshopagus (David, 2011).

    5

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    6/23

    Sirkulasi portal di mulai dari vena-vena yang berasal dari lambung, usus, limpa

    dan pankreas, vena porta, hepar, vena hepatika, dan vena cava. Vena-vena yang

    membentuk sistem portal adalah vena porta, vena mesenterika superior dan inferior,

    vena splanikus dan cabang-cabangnya. Vena porta sendiri dibentuk dari gabungan

    vena splanikus dan vena mesenterika superior.

    Vena porta membawa darah ke hati dari lambung, usus, limpa, pankreas, dan

    kandung empedu. Vena mesenterika superior dibentuk dari vena-vena yang berasal

    dari usus halus, kaput pankreas, kolon bagian kiri, rektum dan lambung. Vena porta

    tidak mempunyai katup dan membawa sekitar tujuh puluh lima persen sirkulasi hati

    dan sisanya oleh arteri hepatika. Keduanya mempunyai saluran keluar ke vena

    hepatika yang selanjutnya ke vena kava inferior (Nurdjanah, 2007).

    Vena porta terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika superior menghantarkan

    4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah

    diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang

    telah di observasi oleh mukosa dan usus halus. Besarnya kira-kira berdiameter 1

    mm. Yang satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan ikat yang membuat cabang

    pembuluh darah ke hati, cabang vena porta arteri hepatika dan saluran empedu

    dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan membentuk saluran porta (Sacher,

    2004).

    Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus

    disaluri oleh sebuah pembuluh Sinusoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh

    darah halus berjalan di antara lobulus hati disebut Vena interlobuler. Dari sisi

    cabang-cabang kapiler masuk ke dalam bahan lobulus yaitu Vena lobuler.

    Pembuluh darah ini mengalirkan darah dalam vena lain yang disebut vena

    sublobuler, yang satu sama lain membentuk vena hepatica.

    Empedu dibentuk di dalam sela-sela kecil di dalam sel hepar melalui kapiler

    empedu yang halus/korekuli. Dengan berkontraksi dinding perut berotot pada

    saluran ini mengeluarkn empedu dari hati. Dengan cara berkontraksi, dinding perut

    berotot pada saluran ini mengeluarkanempedu (Sutadi, 2003).

    6

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    7/23

    Secara mikroskopis, hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut

    kolagen dan jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke

    dalam parenkim hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.

    Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam

    lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh

    kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-

    kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya

    terdiri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang

    artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain.

    Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan

    sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-

    lobuli. Di tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralisyangg merupakan cabang

    dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar) (Hasan,

    2008).

    Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang

    disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-

    cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika

    akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan.

    Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel

    hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan

    isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar

    dari saluran empedu menuju kandung empedu (Throop, 2004).

    B. FISIOLOGI HATI

    Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber

    energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Ada

    beberapa fungsi hati yaitu (Guyton, 2000) :

    Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat

    Pembentukan, perubahan dan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein

    saling berkaitan 1 sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap

    dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen

    7

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    8/23

    lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi

    glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenelisis.

    Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh,

    selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan

    terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan:

    Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan

    membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat

    diperlukan dalam siklus krebs).

    Fungsi hati sebagai metabolisme lemak

    Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan

    katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :

    a. Senyawa 4 karbon keton bodies

    b. Senyawa 2 karbon active acetate (dipecah menjadi asam lemak dan

    gliserol)

    c. Pembentukan cholesterol

    d. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid

    Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi

    kholesterol .Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan

    metabolisme lipid

    Fungsi hati sebagai metabolisme protein

    Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses

    deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan

    proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non

    nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yang membentuk plasma albumin

    dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product metabolisme

    protein. - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan

    sumsum tulang. globulin hanya dibentuk di dalam hati.

    Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah

    Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan

    dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V,

    VII, IX, X.

    8

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    9/23

    9

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    10/23

    BAB III

    SIROSIS HEPATIS

    A. Definisi

    Sirosis hepatis adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi

    pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hepar mengalami perubahan

    menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar

    parenkim hati yang mengalami regenerasi (Sutadi, 2003). Batasan fibrosis

    sendiri adalah suatu penumpukan berlebihan matriks ekstraseluler (seperti

    kolagen, glikoprotein, proteoglikan) di dalam hepar. Respons fibrosis terhadap

    kerusakan hati bersifat reversibel. Namun pada sebagian besar pasien sirosis,

    proses fibrosis biasanya ireversibel (Sacher, 2004).

    B. InsidensPenderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika

    dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata

    terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40

    49 tahun (Sutadi, 2003). Suatu survey penelitian di USA melaporkan bahwa

    sekitar 5,5 juta penduduk (2% dari populasi USA) menderita sirosis. Sirosis ini

    menyebabkan kematian pada 26.000 jiwa tiap tahunnya dan merupakan

    penyebab kematian terbesar ke-9 di USA pada usia antara 25-64 tahun (Sanchez

    and Talwalkar, 2008). Sedangkan di Indonesia, belum ada data resmi nasional

    tentang sirosis hepatis. Namun dari beberapa laporan rumah sakit umum

    pemerintah di Indonesia secara keseluruhan prevalensi sirosis adalah 3,5%

    seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari

    seluruh pasien penyakit hati yang dirawat (Sanchez, 2008).

    C. Etiologi

    10

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    11/23

    Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat adalah hepatitis C (26%),

    penyakit hati alkoholik (21%), hepatitis C plus penyakit hati alkoholik (15%),

    kriptogenik (18%), hepatitis B, yang bersamaan dengan hepatitis D (15%), dan

    penyebab lain (5%), meliputi hepatitis autoimun, sirosis bilier, drug induced

    liver disease, hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi alfa-1 antitripsin

    (Sanchez and Talwalkar, 2008). Sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi

    virus hepatitis B dan C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa virus

    hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50% dan virus hepatitis C 30-40%,

    sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui, alkohol sebagai penyebab

    sirosis hati di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali karena belum ada

    datanya (Nurjanah, 2007).

    D. Patogenesis

    Menurut penelitian terakhir, patogenesis sirosis hepatis memperlihatkan

    adanya peranan dari sel stelata. Sel stellata terletak di ruang perisinusoidal dan

    merupakan sel yang penting untuk produksi matriks ekstraseluler. Matriks

    ekstraselular merupakan penyusun hepatosit, terdiri dari kolagen (khususnya tipe

    I, III, dan V), glikoprotein, dan proteoglikan. Dalam keadaan normal, sel stelata

    mempunyai peran dalam keseimbangan pembentukan matriks ekstraseluler dan

    proses degradasi. Namun, pada sirosis terjadi ketidakseimbangan antara kedua

    proses tersebut. Sel-sel stellata, yang dulu dikenal sebagai sel Ito, lipocytes, atau

    sel-sel perisinusoidal, menjadi aktif membentuk kolagen karena berbagai faktor

    parakrin. Faktor-faktor tersebut disekresi oleh hepatosit, sel Kupfer, dan

    endothelium sinusoid saat terjadi cedera pada hepar akibat paparan faktor

    tertentu yang berlangsung terus menerus, seperti hepatitis virus, bahan

    hepatotoksik. Jika proses berjalan terus maka fibrosis akan berjalan terus di

    dalam sel stelata dan jaringan hepar normal akan diganti oleh jaringan ikat

    (Nurjanah, 2007).

    Pada sirosis hepatis terdapat peningkatan kadar sitokin TGF-beta1 yang

    merangsang aktivasi dari sel-sel stellata untuk memproduksi kolagen tipe I.

    Peningkatan deposisi kolagen pada ruang Disse (ruang antara hepatosit dan

    11

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    12/23

    sinusoid) dan berkurangnya ukuran fenestrae endotel menyebabkan terjadinya

    kapilarisasi sinusoid. Sel-sel stellata yang aktif juga memiliki sifat kontraktil

    sehingga adanya kapilarisasi dan konstriksi sinusoid karena sel-sel stellata ini

    dapat menimbulkan terjadinya hipertensi portal (David, 2011).

    E. Patofisiologi

    Hubungan hati terhadap darah adalah unik. Tidak seperti kebanyakan organ-

    organ tubuh, hanya sejumlah kecil darah disediakan pada hati oleh arteri-arteri.

    Kebanyakan dari penyediaan darah hati datang dari vena-vena usus ketika darah

    kembali ke jantung. Vena utama yang mengembalikan darah dari usus disebut

    vena portal (portal vein). Ketika vena portal melewati hati, ia terpecah kedalam

    vena-vena yang meningkat bertambah kecil. Vena-vena yang paling kecil

    (disebut sinusoid-sinusoid karena struktur mereka yang unik) ada dalam kontak

    yang dekat dengan sel-sel hati. Faktanya, sel-sel hati berbaris sepanjang

    sinusoid-sinusoid. Hubungan yang dekat ini antara sel-sel hati dan darah dari

    vena portal mengizinkan sel-sel hati untuk mengeluarkan dan menambah unsur-

    unsur pada darah. Sekali darah telah melewati sinusoid-sinusoid, ia dikumpulkan

    dalam vena-vena yang meningkat bertambah besar yang ahirnya membentuk

    suatu vena tunggal, vena hepatik (hepatic veins) yang mengembalikan darah ke

    jantung (Murray, 2005).

    Pada sirosis, hubungan antara darah dan sel-sel hati hancur. Meskipun sel-sel

    hati yang selamat atau dibentuk baru mungkin mampu untuk menghasilkan dan

    mengeluarkan unsur-unsur dari darah, mereka tidak mempunyai hubungan yang

    normal dan intim dengan darah, dan ini mengganggu kemampuan sel-sel hati

    untuk menambah atau mengeluarkan unsur-unsur dari darah. Sebagai tambahan,

    luka parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah melalui hati dan

    ke sel-sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada aliran darah melalui hati,

    darah tersendat pada vena portal, dan tekanan dalam vena portal meningkat,

    suatu kondisi yang disebut hipertensi portal. Karena rintangan pada aliran dan

    tekanan-tekanan tinggi dalam vena portal, darah dalam vena portal mencari

    vena-vena lain untuk mengalir kembali ke jantung, vena-vena dengan tekanan-

    12

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    13/23

    tekanan yang lebih rendah yang membypass hati. Hati tidak mampu untuk

    menambah atau mengeluarkan unbsur-unsur dari darah yang membypassnya.

    Merupakan kombinasi dari jumlah-jumlah sel-sel hati yang dikurangi,

    kehilangan kontak normal antara darah yang melewati hati dan sel-sel hati, dan

    darah yang membypass hati yang menjurus pada banyaknya manifestasi-

    manifestasi dari sirosis. Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan

    aliran darah porta dan peningkatan resistensi vena portal (1). Hipertensi portal

    dapat terjadi jika tekanan dalam sistem vena porta meningkat di atas 10-12

    mmHg. Nilai normal tergantung dari cara pengukuran, terapi umumnya sekitar 7

    mmHg (2). Peningkatan tekanan vena porta biasanya disebabkan oleh adanya

    hambatan aliran vena porta atau peningkatan aliran darah ke dalam vena

    splanikus. Obstruksi aliran darah dalam sistem portal dapat terjadi oleh karena

    obstruksi vena porta atau cabang-cabang selanjutnya (ekstra hepatik),

    peningkatan tahanan vaskuler dalam hati yang terjadi dengan atau tanpa

    pengkerutan (intra hepatik) yang dapat terjadi presinusoid, parasinusoid atau

    postsinusoid dan obstruksi aliran keluar vena hepatik (supra hepatik) (Peralta,

    2010).

    Diagnosis hipertensi portal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisis, laboratorium, endoskopi, pencitraan, biopsi hati dan pengukuran tekanan

    vena porta. Usaha penyelamat hidup seperti tindakan pembedahan endoskopik

    atau pemberian obat-obatan terus berkembang. Untuk dapat mengelola dengan

    baik, diagnosis yang tepat merupakan syarat mutlak (Sutadi, 2003).

    Hipertensi portal adalah sindroma klinik umum yang berhubungan dengan

    penyakit hati kronik dan dijumpai peningkatan tekanan portal yang patologis.

    Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul bila

    terdapat kenaikan tekanan dalam sistem portal yang sifatnya menetap di atas

    harga normal (Sutadi, 2003).

    Hipertensi portal dapat terjadi ekstra hepatik, intra hepatik, dan supra hepatik.

    Obstruksi vena porta ekstra hepatik merupakan penyebab 50-70% hipertensi

    portal pada anak, tetapi dua per tiga kasus tidak spesifik penyebabnya tidak

    diketahui, sedangkan obs-truksi vena porta intra hepatik dan supra hepatik lebih

    13

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    14/23

    banyak menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun yang tidak

    mempunyai riwayat penyakit hati sebelumnya (David, 2011).

    Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel hati dan

    saluran-saluran melalui mana empedu mengalir. Empedu adalah suatu cairan

    yang dihasilkan oleh sel-sel hati yang mempunyai dua fungsi yang penting:

    membantu dalam pencernaan dan mengeluarkan dan menghilangkan unsur-unsur

    yang beracun dari tubuh. Empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hati dikeluarkan

    kedalam saluran-saluran yang sangat kecil yang melalui antara sel-sel hati yang

    membatasi sinusoid-sinusoid, disebut canaliculi. Canaliculi bermuara kedalam

    saluran-saluran kecil yang kemudian bergabung bersama membentuk saluran-

    saluran yang lebih besar dan lebih besar lagi. Akhirnya, semua saluran-saluran

    bergabung kedalam satu saluran yang masuk ke usus kecil. Dengan cara ini,

    empedu mencapai usus dimana ia dapat membantu pencernaan makanan. Pada

    saat yang bersamaan, unsur-unsur beracun yang terkandung dalam empedu

    masuk ke usus dan kemudian dihilangkan/dikeluarkan dalam tinja/feces. Pada

    sirosis, canaliculi adalah abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi

    hancur/rusak, tepat seperti hubungan antara sel-sel hati dan darah dalam

    sinusoid-sinusoid. Sebagai akibatnya, hati tidak mampu menghilangkan unsur-

    unsur beracun secara normal, dan mereka dapat berakumulasi dalam tubuh.

    Dalam suatu tingkat yang kecil, pencernaan dalam usus juga berkurang (Arroyo,

    2010).

    F. Manifestasi klinis

    Pada sirosis terjadi gangguan arsitektur hepar yang mengakibatkan kegagalan

    sirkulasi dan kegagalan parenkim hepar yang masing- masing memperlihatkan

    gejala klinis berupa (Peralta, 2010):

    a. Kegagalan parenkim hepar

    1) ikterus

    2) koma

    3) spider nevi

    4) alopesia pectoralis

    14

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    15/23

    5) ginekomastia

    6) kerusakan hati

    7) rambut pubis rontok

    8) eritema palmaris

    9) atropi testis

    10) kelainan darah (anemia, hematon/mudah terjadi perdarahan)

    b. Hipertensi portal

    1) varises oesophagus

    2) spleenomegali

    3) perubahan sumsum tulang

    4) caput meduse

    5) asites

    6) collateral veinhemorrhoid

    7) kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)

    Tabel 1. Klasifikasi Derajat Sirosis Hepatis Menurut Criteria Child-Pugh

    Skor / parameter1 (ringan) 2 (sedang) 3 (berat)

    Bilirubin (mg%) 2,0 3,0 > 3,0

    Albumin (gr%) 3,0- < 3,5

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    16/23

    pergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat ketika berdiri atau

    duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. (Pitting

    edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat

    pada suatu pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu lekukan

    pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari

    tekanan. Sebenarnya, tipe dari tekanan apa saja, seperti dari pita elastik kaos

    kaki, mungkin cukup untk menyebabkan pitting). Pembengkakkan seringkali

    memburuk pada akhir hari setelah berdiri atau duduk dan mungkin berkurang

    dalam semalam sebagai suatu akibat dari kehilnagan efek-efek gaya berat

    ketika berbaring. Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air

    yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara

    dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan ini (disebut ascites)

    menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat

    badan yang meningkat (Sanchez, 2008).

    b. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)

    Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk

    bakteri-bakteri berkembang. Secara normal, rongga perut mengandung suatu

    jumlah yang sangat kecil cairan yang mampu melawan infeksi dengan baik,

    dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya dari usus) dibunuh atau

    menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati dimana mereka

    dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul didalam perut tidak mampu

    untuk melawan infeksi secara normal. Sebagai tambahan, lebih banyak

    bakteri-bakteri menemukan jalan mereka dari usus kedalam ascites. Oleh

    karenanya, infeksi didalam perut dan ascites, dirujuk sebagai spontaneous

    bacterial peritonitis atau SBP, kemungkinan terjadi. SBP adalah suatu

    komplikasi yang mengancam nyawa. Beberapa pasien-pasien dengan SBP

    tdak mempunyai gejala-gejala, dimana yang lainnya mempunyai demam,

    kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya

    ascites (Nicholson, 2000).

    16

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    17/23

    c. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)

    Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali ke

    jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal

    (hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal menjadi cukup tinggi, ia

    menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena dengan

    tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena yang paling

    umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-vena yang

    melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esophagus) dan bagian atas dari

    lambung (Nurdjanah 2007).

    Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan

    tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih

    bawah dan lambung bagian atas mengembang dan mereka dirujuk sebagai

    esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan portal, lebih besar

    varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari

    varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau lambung (Nurdjanah

    2007).

    Perdarahan dari varices-varices biasanya adalah parah/berat dan, tanpa

    perawatan segera, dapat menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-

    varices termasuk muntah darah (muntahan dapat berupa darah merah

    bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau "coffee grounds" dalam

    penampilannya, yang belakangan disebabkan oleh efek dari asam pada

    darah), mengeluarkan tinja/feces yang hitam dan bersifat ter disebabkan oleh

    perubahan-perubahan dalam darah ketika ia melewati usus (melena), dan

    kepeningan orthostatic (orthostatic dizziness) atau membuat pingsan

    (disebabkan oleh suatu kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika

    berdiri dari suatu posisi berbaring) (Nurdjanah 2007).

    Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk

    dimana saja didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini

    adalah jarang. Untuk sebab-sebab yang belum diketahui, pasien-pasien yang

    diopname karena perdarahan yang secara aktif dari varices-varices

    17

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    18/23

    kerongkongan mempunyai suatu risiko yang tinggi mengembangkan

    spontaneous bacterial peritonitis (Nurdjanah 2007)

    .

    d. Hepatic encephalopathy

    Beberapa protein-protein dalam makanan yang terlepas dari pencernaan

    dan penyerapan digunakan oleh bakteri-bakteri yang secara normal hadir

    dalam usus. Ketika menggunakan protein untuk tujuan-tujuan mereka sendiri,

    bakteri-bakteri membuat unsur-unsur yang mereka lepaskan kedalam usus.

    Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap kedalam tubuh. Beberapa dari unsur-

    unsur ini, contohnya, ammonia, dapat mempunyai efek-efek beracun pada

    otak. Biasanya, unsur-unsur beracun ini diangkut dari usus didalam vena

    portal ke hati dimana mereka dikeluarkan dari darah dan di-detoksifikasi

    (dihliangkan racunnya) (David, 2011).

    Seperti didiskusikan sebelumnya, ketika sirosis hadir, sel-sel hati tidak

    dapat berfungsi secara normal karena mereka rusak atau karena mereka telah

    kehilangan hubungan normalnya dengan darah. Sebagai tambahan, beberapa

    dari darah dalam vena portal membypass hati melalui vena-vena lain. Akibat

    dari kelainan-kelainan ini adalah bahwa unsur-unsur beracun tidak dapat

    dikeluarkan oleh sel-sel hati, dan, sebagai gantinya, unsur-unsur beracun

    berakumulasi dalam darah (David, 2011).

    Ketika unsur-unsur beracun berakumulasi secara cukup dalam darah,

    fungsi dari otak terganggu, suatu kondisi yang disebut hepatic

    encephalopathy. Tidur waktu siang hari daripada pada malam hari

    (kebalikkan dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling

    dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lain termasuk sifat lekas

    marah, ketidakmampuan untuk konsentrasi atau melakukan perhitungan-

    perhitungan, kehilangan memori, kebingungan, atau tingkat-tingkat kesadaran

    yang tertekan. Akhirnya, hepatic encephalopathy yang parah/berat

    menyebabkan koma dan kematian (David, 2011).

    Unsur-unsur beracun juga membuat otak-otak dari pasien-pasien dengan

    sirosis sangat peka pada obat-obat yang disaring dan di-detoksifikasi secara

    18

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    19/23

    normal oleh hati. Dosis-dosis dari banyak obat-obat yang secara normal di-

    detoksifikasi oleh hati harus dikurangi untuk mencegah suatu penambahan

    racun pada sirosis, terutama obat-obat penenang (sedatives) dan obat-obat

    yang digunakan untuk memajukan tidur. Secara alternatif, obat-obat mungkin

    digunakan yang tidak perlu di-detoksifikasi atau dihilangkan dari tubuh oleh

    hati, contohnya, obat-obat yang dihilangkan/dieliminasi oleh ginjal-ginjal

    (David, 2011).

    e. Hepatorenal syndrome

    Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan

    hepatorenal syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius

    dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang. Itu adalah suatu persoalan fungsi

    dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn fisik pada ginjal-ginjal. Sebagai

    gantinya, fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam

    cara darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya. Hepatorenal syndrome

    didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk

    membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urin

    yang memadai walaupun beberapa fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-

    ginjal, seperti penahanan garam, dipelihara/dipertahankan. Jika fungsi hati

    membaik atau sebuah hati yang sehat dicangkok kedalam seorang pasien

    dengan hepatorenal syndrome, ginjal-ginjal biasanya mulai bekerja secara

    normal. Ini menyarankan bahwa fungsi yang berkurang dari ginjal-ginjal

    adalah akibat dari akumulasi unsur-unsur beracun dalam darah ketika hati

    gagal. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome. Satu tipe terjadi secara

    berangsur-angsur melalui waktu berbulan-bulan. Yang lainnya terjadi secara

    cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu (David, 2011).

    f. Hepatopulmonary syndrome

    Jarang, beberapa pasien-pasien dengan sirosis yang berlanjut dapat

    mengembangkan hepatopulmonary syndrome. Pasien-pasien ini dapat

    mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas

    19

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    20/23

    pada sirosis yang telah berlanjut menyebabkan paru-paru berfungsi secara

    abnormal. Persoalan dasar dalam paru adalah bahwa tidak cukup darah

    mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-paru yang

    berhubungan dengan alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru. Darah

    yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat

    mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Sebagai akibatnya

    pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga (Sacher,

    2004).

    g. Hypersplenism

    Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter)

    untuk mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah putih,

    dan platelet-platelet (partikel-partikel kecil yang penting uktuk pembekuan

    darah) yang lebih tua. Darah yang mengalir dari limpa bergabung dengan

    darah dalam vena portal dari usus-usus. Ketika tekanan dalam vena portal

    naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi aliran darah dari limpa. Darah

    tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa membengkak dalam

    ukurannya, suatu kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly. Adakalanya,

    limpa begitu bengkaknya sehingga ia menyebabkan sakit perut (David, 2011).

    Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih

    banyak sel-sel darah dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam

    darah berkurang. Hypersplenism adalah istilah yang digunakan untuk

    menggambarkan kondisi ini, dan itu behubungan dengan suatu jumlah sel

    darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah

    (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah

    (thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia

    dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat

    mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada perdarahan yang

    diperpanjang (lama) (Sacher, 2004).

    20

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    21/23

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    22/23

    BAB IV

    RINGKASAN

    Hepar Merupakan salah satu organ peting pada tubuh manusi, yang memiliki

    fungsi:

    1. Sebagai metabolisme karbohidrat

    2. Sebagai metabolisme lemak

    3. Sebagai metabolisme protein

    4. Sehubungan dengan pembekuan darah

    Sirosis hepatis adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh

    darah besar dan seluruh sistem arsitektur hepar mengalami perubahan menjadi tidak

    teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang

    mengalami regenerasi.

    Pada sirosis terjadi gangguan arsitektur hepar yang mengakibatkan kegagalan

    sirkulasi dan kegagalan parenkim hepar yang masing- masing memperlihatkan

    gejala klinis berupa kegagalan parenkim hepar dan hipertensi portal.

    Jika sirosis hepatis tidak ditangani dengan baik, maka akan timbul komplikasi,

    diantaranya:

    1. Edema dan ascites

    2. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)

    3. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)

    4. Hepatic encephalopathy

    5. Hepatorenal syndrome

    6. Hepatopulmonary syndrome

    7. Hypersplenism

    8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)

    22

  • 8/2/2019 Refrat Sirosis Edited Kirim

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Arroyo V. 2010. Pathophysiology,Diagnosis And Treatment Of Ascites In

    Cirrhosis. http://mse.mef.hr/msedb/slike/p06030201_1/dir429/pdf0.pdf

    David C W. 2011. Cirrhosis. Medscape. http://emedicine.medscape.com

    Guyton &Hall. 2000.Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

    Hasan. 2008. Medicinus Journal : Peran Albumin dalam Penatalaksanaan Sirosis

    Hati. Jakarta : Dexa-Medica. PP : 3-6

    Murray. 2005.Biokimia HarperEdisi 25. Jakarta : EGC. Pp : 703-705

    Nicholson JP, MR Wolmarans, and GR Park. 2000. The Role of Albumin in

    Critical Illnes.British Journal of Anaesthesia. 85 (4) : 599 610

    Nurdjanah S. 2007. Sirosis Hati.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I.

    Editor Sudoyo AW, Setitohadi B, Alwi I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu

    Penyakit Dalam FKUI

    Peralta R. 2010.Hypoalbuminemia. http://emedicine.medscape.com/ (28 Juni 2010)

    Sacher R.A. and Mcpherson R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

    Laboratorium. Jakarta : EGC. pp : 373.

    Sanchez W and Talwalkar JA. 2008. Liver Cirrhosis. The American College of

    Gastroenterology. P : 301-263-90000

    Sutadi SM, 2003. Sirosis Hepatis. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-

    srimaryani5.pdf

    Throop. 2004. Article : Albumin in Health and Disease : Protein Metabolism andFunction. Columbia : University of Missouri-Columbia. Pp : 932-938

    23

    http://mse.mef.hr/msedb/slike/p06030201_1/dir429/pdf0.pdfhttp://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/article/166724-clinical#showallhttp://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani5.pdfhttp://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani5.pdfhttp://mse.mef.hr/msedb/slike/p06030201_1/dir429/pdf0.pdfhttp://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/article/166724-clinical#showallhttp://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani5.pdfhttp://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani5.pdf