Refrat Opdent Fix

13
REFERAT KONSERVASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CALCIUM ENRI CH ED M I XTURE   SEBAGAI BAHAN OBTURASI PADA PERAWATAN PULPOTOMI Disusun oleh:  Nurulassri Qodariani (2012-16-005) Morika Latersia (2012-16-092) Yosefa Bono (2012-16-119) Irene Yustina (2012-16-123) Pembimbing: Sinta Deviyanti, drg, M.Biomed FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA 2013 

Transcript of Refrat Opdent Fix

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 1/13

REFERAT KONSERVASI

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CALCIUM

ENRICHED M IXTURE  SEBAGAI BAHAN

OBTURASI PADA PERAWATAN PULPOTOMI

Disusun oleh:

 Nurulassri Qodariani (2012-16-005)

Morika Latersia (2012-16-092)

Yosefa Bono (2012-16-119)

Irene Yustina (2012-16-123) 

Pembimbing:

Sinta Deviyanti, drg, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2013 

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 2/13

PENDAHULUAN

Karies gigi adalah penyakit infeksius mikrobiologis pada gigi yang mengakibatkan

kerusakan jaringan kalsifikasi setempat. Proses karies yang disebabkan oleh aktivitas bakteri

Streptococcus mutans,  Lactobacilli, dan  Actinomyces  akan terus berlangsung di dalam

 jaringan gigi sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang semakin parah saat karies telah

mencapai ruang pulpa. Trauma dan preparasi kavitas juga dapat menyebabkan terbukanya

ruang pulpa. Peradangan pada pulpa harus ditanggulangi sesegera mungkin agar vitalitas

 pulpa tetap dapat dipertahankan. Pulpotomi adalah perawatan pulpa vital yang dapat

dilakukan pada gigi dengan peradangan yang terbatas pada pulpa koronal dan pembentukan

akarnya belum sempurna, dengan diagnosis pulpa normal atau  pulpitis reversible. Pulpotomi

didasarkan pada pemikiran bahwa setelah pengambilan pulpa koronal yang terinfeksi jika

 pulpa yang tersisa dapat dilindungi dengan bahan yang menstimulasi jaringan keras, pulpa

radikular akan sembuh, pulpa akan tetap vital, dan pembentukan akar akan berlanjut.1,2,3,4

Beberapa bahan yang umum digunakan pada prosedur pulpotomi diantaranya adalah

formokresol,  glutaraldehyde,  ferric sulphate, kalsium hidroksida, dan mineral trioxide

aggregate (MTA). MTA adalah bahan yang beberapa tahun terakhir ini dipergunakan untuk

 pulpotomi, karena memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar dibandingkan bahan yang

lain. Walaupun demikian, sampai saat ini belum ada persetujuan umum mengenai bahan

 pulpotomi yang ideal, karena ternyata MTA pun memiliki beberapa kelemahan diantaranya

 setting time bahan ini lama serta harganya mahal. Salah satu bahan yang kini diperkenalkan

sebagai alternatif untuk mengatasi kelemahan dari MTA adalah Calcium Enriched Mixture 

(CEM). CEM tidak memiliki kelemahan yang terdapat pada MTA, bahkan memiliki beberapa

keunggulan dibandingkan dengan MTA.2,3

Tujuan penulisan makalah ini adalah memberi informasi serta membuka wawasan

 pembaca tentang penggunaan bahan Calcium Enriched Mixture (CEM) untuk perawatan

 pulpotomi. Manfaat penulisan makalah diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan

 pembaca untuk memilih bahan pulpotomi yang lebih efektif sehingga dapat meningkatkan

keberhasilan perawatan pulpotomi terutama pada gigi permanen muda.

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 3/13

PULPOTOMI

I.  Definisi

Pulpotomi merupakan prosedur yang meliputi pengambilan jaringan pulpa yang terinflamasi

atau mengalami perubahan degeneratif, dengan meninggalkan sisa jaringan vital kemudian di berikan

 pulp capping   agent untuk meningkatkan kesembuhan pada area amputasi. Perbedaan antara

 pulpotomi dan  pulp capping , pada pulpotomi jaringan dihilangkan dari pulpa yang terbuka. Istilah

 pulpotomi mempunyai arti sebagai pengambilan jaringan pulpa ke garis servikal. Bagaimanapun

kedalaman jaringan yang akan diambil tergantung penilaian klinis. Semua jaringan yang terinflamasi

harus diambil. Hasil akan lebih baik jika tingkat amputasi dangkal karena daerah kerja lebih mudah

terlihat.5

 

Literatur lain menyebutkan pulpotomi didefinisikan sebagai pengambilan semua jaringan pulpa

koronal baik sebagian atau keseluruhan yang terinflamasi dan kemungkinan terinfeksi, dengan

meninggalkan pulpa radikular vital.6 

II.  Indikasi

Pulpotomi di indikasikan untuk gigi permanen muda yang terbuka karena kekuatan gigi

 permanen muda lebih menguntungkan dibandingkan dilakukan pencabutan dan melakukan pergeseran

gigi dengan  space maintainer . Gigi yang akan di pulpotomi harus dilakukan pemeriksaan klinis dan

radiografi untuk melihat tanda  –   tanda vitalitas pulpa radikular, ada tidaknya perubahan patologi,

restorabilitas dan setidaknya mempunyai 2/3 dari panjang akar.6

Sumber lainnya menyebutkan bahwa pulpa harus vital, dengan diagnosis pulpa yang normal

atau pulpitis reversibel. Semua dentin dan pulpa sampai tingkat pulpa radikular yang mengalami

karies dihilangkan.4

Pulpotomi didasarkan pada pemikiran bahwa setelah pengambilan pulpa koronal yang

terinfeksi. Jika pulpa yang tersisa dapat dilindungi dengan bahan yang menstimulasi jaringan keras, pulpa radikular akan sembuh, pulpa akan tetap vital dan pembentukan akar akan berlanjut.4

III.  Kontraindikasi

1.  Resorbsi akar melebihi 1/3 panjang akar.

2.  Mahkota gigi tidak dapat diperbaiki.

3.  Mobilitas lokal diperburuk dengan gingivitis dan adanya nekrosis pulpa radikular sebagian atau

total.

4.  Adanya gambaran radiolusen di daerah furkasi atau periradikular.

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 4/13

5.  Gigi yang persistensi dan adanya pus pada koronal.5 

6.  Adanya fistula.

7.  Ketidakmampuan untuk mengontrol hemorrhage setelah amputasi pulpa koronal.2 

IV.  Prosedur Pulpotomi

1.  Gigi yang dirawat dikerjakan dengan menggunakan lokal anastesi dan isolasi dengan

menggunakan rubber dam. 

2.  Semua karies yang ada dan atap pulpa yang menutupi ruang pulpa dihilangkan dengan bur

high-speed .

3.  Pengambilan semua pulpa koronal dengan menggunakan bur bulat low  –  speed  no. 6 atau no.8

atau dengan ekskavator spoon.

4.  Membersihkan ruang pulpa dengan menyemprotkan air dengan  syringe, untuk menghilangkan

semua debris.

5.  Suction air yang ada di dalam mulut.

6.   Hemorrhage  dapat dikontrol dengan menggunakan cotton pallet yang lembab. Cotton pallet  yang kering dihindari karena serat pada cotton  akan menyatu dengan blood cloth dan ketika

diangkat akan menyebabkan hemorrhage. 

7.  Bahan  pulp capping  masukkan sampai batas orifice, kemudian aplikasi semen dasar (GIC).

8.  Kemudian gigi bisa di lakukan restorasi permanen.4 

9.  Melakukan kontrol dan penilaian radiografi.5 

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 5/13

KEBERHASILAN PENGGUNAAN CALCIUM ENRICHED MIXTURE  

PADA PERAWATAN PULPOTOMI

Keberhasilan penggunaan Calcium Enriched Mixture  (CEM) pada perawatan

 pulpotomi telah diteliti secara in vivo oleh Asgary dkk pada tahun 2009. Penelitian tersebut

dilakukan terhadap dua belas gigi molar permanen muda mandibula dan maksila dengan

diagnosa irreversible pulpitis, nyeri sedang sampai berat, penutupan apikal sempurna, dan

 pulpa vital.4

Perawatan diawali dengan pembuangan karies dan kemudian dilakukan prosedur

 pulpotomi, yaitu jaringan pulpa yang terinflamasi dibersihkan sampai batas orifis

menggunakan bur round diamond high-speed  disertai irigasi. Kemudian pasta CEM dengan

ketebalan kurang lebih 2 mm diaplikasikan di atas bekuan darah pulpa yang terekspos dengan

 plastis instrumen dan ditutup dengan cotton pellet   kering lalu ditutup dengan restorasi

 permanen (Gambar 2).4

GAMBAR 1

Gambaran radiografis pre-operatif molar kedua dan ketiga kiri bawah menunjukkan lesi karies

interproksimal yang dalam.4

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 6/13

 

GAMBAR 2

Perawatan pulpotomi dengan CEM pada molar ketiga bawah disertai dengan restorasi permanen.4

Evaluasi paska operatif dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dari perawatan

tersebut. Satu hari setelah dilakukannya perawatan, tidak ada pasien yang mengeluhkan rasa

sakit. Evaluasi selanjutnya dilakukan pada rentang waktu 12 sampai 20 bulan paska operatif

dengan melakukan pemeriksaan radiografi, tes sensitifitas perkusi, inspeksi jaringan lunak,

serta palpasi daerah alveolar di sekitar akar gigi untuk melihat ada atau tidaknya tanda

inflamasi. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan mobilitas gigi dengan fisiologis normal, tes

 perkusi negatif, asimptomatik. Pemeriksaan radiografis menunjukkan apparatus periodontium

normal (Gambar 4). Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan pembentukan complete calcified

bridge (CCB) serta tidak ada inflamasi pada jaringan pulpa (Gambar 5).4 

GAMBAR 3

Gambaran radiografis satu minggu paska operatif masih terlihat adanya lesi periradikular pada akar

mesial molar ketiga.4

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 7/13

 

GAMBAR 4

Gambaran radiografis setelah 12 bulan menunjukkan penyembuhan sempurna lesi periradikular pada

akar mesial molar ketiga.4

GAMBAR 5

Gambaran histologis pulpotomi dengan CEM setelah 2 bulan.4 

Indikator-indikator di atas telah menunjukkan keberhasilan perawatan pulpotomi

dengan menggunakan CEM sehingga bahan ini dianggap cocok digunakan sebagai bahan

 pulpotomi.4

Penelitian lain juga dilakukan oleh Nosrat dkk pada tahun 2012 untuk

membandingkan hasil klinis dan radiografis perawatan pulpotomi

menggunakan CEM dan  Mineral Trioxide Ag gregate   (MTA) pada gigi

 permanen molar pertama denga n karies mencapai pu lpa. 10

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 8/13

Percobaan dilakukan pada lima puluh satu molar pertama permanen

muda dengan diagnosa pulpitis simptomatik atau asimptomatik yang secara

acak dibagi dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok pertama menggunakan

CEM (26 gigi, 59 akar) dan kelompok kedua menggunakan MTA (25 gigi, 59

akar). Setelah dilakukan pulpotomi semua gigi dievaluasi secara klinis dan

radiografi yang dilakukan pada bulan ke-6 dan ke-12.10

Data dianalisis menggunakan uji chi-square  dan model  ge neralized

estimating equation   (GEE). Dari 51 gigi yang dilakukan perawatan, hanya ada

49 gigi yang berhasil di evaluasi paska operatif. Hasil penelitian menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok percobaan. Tidak

ada efek samping atau komplikasi yang terjadi pada kedua kelompok

 percobaan. Dari semua kasus yang tersedia menunjukk an vitalitas pu lpa yang

 berhasil dipertahankan dan tanda-tanda perkembangan akar yang berlanjut

setelah 12 bulan. Pada gambaran radiografis, penutupan apikal yang sempurna

(apeksogenesis) terjadi pada 76,8 % kelompok CEM dan 73,8 % pada

kelompok MTA.10 

GAMBAR 6

Perbandingan gambaran radiografis pulpotomi dengan MTA (a, b, c) dan CEM (d, e, f).10

(a) (c)(b)

(d) (e) (f)

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 9/13

Gambaran radiografis sebelum dan 12 bulan sesudah perawatan pulpotomi

menggunakan MTA dan CEM (Gambar 6) menunjukkan adanya perkembangan akar

yang berlanjut dan pembentukan dentinal bridge   di bawah MTA dan CEM.

Keberhasilan perawatan ini menunjukkan bahwa kedua bahan t ersebut memiliki

kinerja yang sama untuk perawatan pulpotomi. 10  

Penelitian selanjutnya oleh Asgary dkk pada tahun 2010 dilakukan percobaan

terhadap 407 gigi molar permanen dengan diagnosa irreversible pulpitis, dengan tujuan untuk

membandingkan perawatan pulpotomi menggunakan CEM (PCEM) dengan One-visit Root

Canal Therapy (ORCT) untuk mengetahui rasa sakit pasien setelah dilakukan perawatan.7,8 

Penilaian terhadap rasa sakit pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

kuisioner NRS yang dimulai dari awal perawatan sampai 7 hari paska operatif. Skor NRS

dikategorikan dengan warna/nomor, yaitu : 0 (white), 1-3 (light grey), 4-6 (medium grey), dan

7-9 (dark grey), yang kemudian akan dicatat secara kualitatif dan kuantitatif. Intensitas rasa

sakit pada awal perawatan dibandingkan dengan t test , sedangkan untuk membandingkan

intensitas rasa sakit selama 7 hari, peneliti menggunakan pengukuran berulang dengan tes

ANOVA. Selain itu, penilaian secara klinis dan radiografis juga dilakukan dan dianalisis

dengan tes Chi-square. 7,8 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PCEM secara signifikan dapat mengurangi rasa

sakit paska operasi dibandingkan dengan ORCT. Pada penelitian dilaporkan bahwa PCEM

secara signifikan dapat menurunkan rasa sakit pada perkusi paska pulpotomi dan

menunjukkan intensitas rasa sakit yang rendah setelah 24 jam dibandingkan ORCT. Bahan

CEM ini menjadi penghilang sakit yang lebih efektif dengan didahului oleh perawatan

 pulpotomi.2,3 Oleh karena itu, pulpotomi dengan CEM bisa lebih baik dibanding ORCT pada

gigi permanen dengan disertai irreversible pulpitis.7,8 

Selain penelitian-penelitian tersebut di atas, keberhasilan CEM juga dilihat dari

aktivitas antibakteri CEM yang telah diteliti oleh Asgary dkk pada tahun 2008, dengan

menggunakan metode difusi agar, dilakukan secara in vitro  untuk mengevaluasi aktivitas

antimikroba dari MTA, CEM dan semen Portland pada konsentrasi yang berbeda terhadap lima

mikroorganisme yang berbeda. Lapisan dasar dibuat menggunakan  Muller - Hinton agar untuk

 Escherichia coli  (ATCC 10538) dan Candida  (ATCC 10231). Untuk  Actinomyces viscosus 

(ATCC 15987),  Enterococcus faecalis  (ATCC 10541) dan Streptococcus mutans  (ATCC25175) media agar darah digunakan. Wells dibentuk dengan menghapus agar-agar, dan bahan

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 10/13

ditempatkan di sumur segera setelah manipulasi. Lempeng disimpan pada suhu kamar selama 2

 jam untuk prediffusion, dan kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 72 jam. Zona inhibisi

kemudian diukur. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan uji Tukey  untuk

membandingkan perbedaan antara ketiga semen pada konsentrasi yang berbeda. Kontrol positif

menunjukkan pertumbuhan bakteri, sedangkan kontrol negatif tidak menunjukkan

 pertumbuhan bakteri. Semua bahan menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap strain diuji

kecuali  Enterococcus faecalis. NEC menciptakan zona inhibisi lebih besar dari MTA dan

semen Portland. Perbedaan ini bermakna untuk semen Portland (P < 0,05), tetapi tidak untuk

MTA (P > 0,05). Di antara mikroorganisme diperiksa , zona penghambatan terbesar diamati

untuk Actinomyces kelompok (P < 0,05). Aktivitas antimikroba dari bahan meningkat dengan

waktu dan konsentrasi (P < 0,05). Disimpulkan bahwa NEC merupakan inhibitor poten

 pertumbuhan mikroorganisme.13 

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Asgary dengan membandingkan aktifitas

antibakteri CEM, MTA dan Kalsium Hidroksida. Hasilnya CEM sebanding dengan kalsium

hidroksida dan secara bermakna lebih besar dibandingkan MTA. CEM semen mengandung

inhibitor antibakteri ampuh lebih besar dari MTA.13 Penelitian menggunakan metode in vitro

mengenai evaluasi aktifitas antimikrobial dari kalsium hidroksida, MTA dan semen CEM

menggunakan agar-diffusion test   (ADT), hasilnya menunjukkan bahwa aktifitas efektifantimikrobial dari semen CEM sebanding dengan kalsium hidroksida dan secara signifikan

lebih baik dari kelompok MTA. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa semen CEM

mengandung inhibitor antimikrobial yang kuat dibandingkan MTA. Sifat basa yang kuat dari

CEM berasal dari alkali tanah logam oksida dan hidroksida (seperti kalsium oksida dan

kalsium hidroksida), kalsium fosfat dan kalsium silikat yang merupakan unsur penting dari

semen CEM.  Oleh karena itu CEM memiliki sifat anti bakteri yang lebih efektif dibanding

lainnya. Zona hambat bakteri antara CEM dan MTA diperlihatkan pada gambar 7a-7c.12,13

GAMBAR 7 

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 11/13

(a) Zona inhibisi Candida dengan CEM (b) Zona Inhibisi Actinomyces dengan MTA (c)

Zona Inhibisi Actinomyces dengan CEM.13 

Keberhasilan lain penggunaan CEM dalam kemampuan  seal ability juga diteliti oleh

Asgary dkk pada tahun 2010. juga terbukti dapat mencegah kebocoran mikro dengan  sealing

ability yang lebih baik dari  Intermediate Restorative Material  (IRM) dan sebanding dengan

MTA. Oleh karena itu, sebagai bahan pulpotomi, bahan ini dapat mencegah kontaminasi

ulang pulpa gigi, yang dapat terjadi pada campuran kalsium hidroksida. Kemampuan sealing

ability, efek antibakterial dari CEM bekerja dengan baik pada daerah desinfektan, dengan

mematikan bakteri yang melewati barrier . Kemampuan CEM yang secara aktif menstimulasi

 jaringan keras dapat dilihat secara histologist pada gambar 8.19

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 12/13

 

GAMBAR 8

(a) Perbaikan perforasi dengan MTA (b) Perbaikan perforasi dengan CEM.19

CEM juga telah dibandingkan dengan MTA putih sebagai agen  pulp capping   oleh

Asgary dkk pada tahun 2010, dengan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua

 bahan. Karakteristik permukaan CEM semen mirip dengan dentin dan tidak seperti MTA,

 pola distribusi kalsium, fosfor dan oksigen ion dalam CEM semen mirip dengan dentin gigi

manusia. CEM semen sebagai bahan obturasi, berbeda dengan MTA, bila digunakan dalam

 saline  normal dapat membentuk hidroksiapatit dan menunjukan karakteristik yang sama

dengan dentin sekitarnya bila digunakan sebagai bahan obturasi.4,14  Karakteristik CEM ini

yang merupakan keunggulannya dibanding MTA.14

GAMBAR 9 

 Radicular pulp setelah pulp capping: Kiri - MTA, Tengah - kalsium hidroksida, Kanan-CEM semen

setelah 8 minggu.14

Pulp Pul Pul

7/21/2019 Refrat Opdent Fix

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-opdent-fix 13/13

 

GAMBAR 10

Perbesaran dari radicular pulp di bawah dentinal bridge pada pulpotomi dengan berbagai bahan. Kiri

: MTA, tengah : kalsium hidroksida, dan kanan : Calcium Enriched Mixture (CEM).14

Hasil penelitian yang menunjukan adanya pembentukan dentinal bridge  ini

menunjukkan bahwa semen CEM dapat dianggap sebagai bahan yang cocok dan

menguntungkan untuk pulpotomi.14

Root

Dentin

Bridge

PulpPulp

CH

Root

Dentin

 

Bridge

Pulp