Refrat jiwa
-
Upload
sarah-dwi-wahyuni -
Category
Documents
-
view
732 -
download
7
Transcript of Refrat jiwa
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Amerika Serikat, resiko penyakit diabetes tipe 2 telah tumbuh menjadi
epidemi. Hari ini, dokter lebih peka terhadap resiko diabetes pada pasien,tetapi
banyak dokter tidak menyadari bahwa gangguan sepertiskizofrenia dan gangguan
bipolar berhubungan dengan resiko peningkatan diabetes. Penggunaan
antipsikotik atipikal juga dapat menempatkan pasien pada resiko gangguan
komplikasi yang lebih dikenal sebagai sindrom metabolik. Perubahan fisik seperti
berat badan mungkin merupakan indikasi efek samping metabolic pada pasien
yang diobati dengan antipsikotik. Dokter mengobati pasien dengan gangguan jiwa
perlu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang mungkin merupakan tanda
serius diabetes atau sindrom metabolik.
Antipsikotik membuka dunia baru bagi penderita gangguan jiwa. Membuat
penderita gangguan jiwa dapat berpikir jernih, meningkatkan kemampuan kerja,
keterampilan interaksi sosial yang lebih baik dan sangat efektif bagi mereka
dengan gangguan pikiran yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk
berfungsi dalam masyarakat.
Ketika antipsikotik generasi kedua, yaitu antipsikotik atipikal, dipasarkan
tahun 90-an, antusiasme pasar sangat tinggi karena obat tersebut beresiko rendah
pada efek samping berupa kesulitan motorik (tardive dyskinesia). Antipsikotik
generasi kedua datang dengan masalah tak terduga: yaitu berat badan yang
berlebihan di sekitar perut. Meskipun peningkatan berat badan juga merupakan
efek samping dari obat antipsikotik generasi pertama seperti Thorazine, namun
berbeda dengan obat antipsikotik atipikal.Obat tersebut menyebabkan peningkatan
berat badan yang terjadi dengan cepat langsung ke perut, meski seringkali tanpa
orang mengubah diet makan atau tingkat latihan olahraga.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kenaikan berat badan secara
langsung berkaitan dengan resistensi insulin. Insulin spesifik terkait lemak perut
ini menyebabkan segudang resiko bagi mereka yang mengkonsumsi obat-obatan.
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
1
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Resiko tersebut antara lain; Penyakit jantung, Stroke, dan Diabetes. Ketika Anda
menggabungkan semua faktor resiko tersebut bersama-sama, hasilnya adalah kata
yang sekarang sangat akrab dengan nama sindrom metabolik.
Pada pandangan pertama, orang akan berpikir bahwa peningkatan berat
badan secara umum akanberesiko besar untuk sindrom metabolik. Tapi penelitian
menunjukkan bahwa tipe kenaikan berat badannya spesifik sehingga dapat
menimbulkan resiko yang paling mungkin. Sebagai contoh, ada banyak obat
psikiatri seperti Tegretol dan Depakote digunakan untuk bipolar tipe mania, obat
tersebut dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang signifikan, namun resiko
untuk terjadinya diabetes adalah sama dengan seseorang dengan overweight.
Dr William Wilson, MD seorang Professor PsikiatriIlmu Kesehatan Jiwa
dari Oregon University mengatakan bahwa tidak ada hubungan langsung antara
obat psikiatri dan sindrom metabolik kecuali untuk antipsikotik generasi kedua
(antipsikotik atipikal). Menariknya, obat antipsikotik atipikal dengan peningkatan
berat badan moderate, seperti Risperdal, tidak memiliki hubungan dengan
sindrom metabolik. Dengan kata lain, obat yang meningkatkan kadar glukosa
serta menyebabkan kenaikan berat badan tampaknya menjadi pelakunya.(Julie
Fast 2010)
Lamberti dkk melaporkan adanya hubungan antara clozapine dan sindrom
metabolik, yang didefinisikan sebagai sekelompok kelainan klinis dan kelainan
laboratorium, diantaranya obesitas abdominal, resistensi insulin, hipertensi,
rendahnya tingkat kolesterol high-density lipoprotein, dan kadar trigliserida yang
tinggi (Gary remington 2006). Sindrom metabolik tidak tanpa kontroversi sendiri.
Pedoman berbeda pada kriteria diagnostik, dan ada perdebatan mengenai apakah
sindrom tersebut lebih beresiko terkait dengan komponen individu. Sehingga sulit
mengabaikan fakta bahwa orang-orang dengan sindrom memiliki dua sampai tiga
kali lipat peningkatan kematian kardiovaskular dan peningkatan dua kali lipat di
semua penyebab kematian.(Gary remington 2006)
Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa dibandingkan olanzapine dan
haloperidol pada pasien dengan psikosis episode pertama – sebuah sampel yang
relatif bebas dari perlakuan terapi sebelumnya dan gejala kronis. Setelah 2 tahun,
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
2
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
pasien yang memakai olanzapine telah mendapatkan peningkatan rata-rata berat
badan sebesar 15 kg, dan mereka yang memakai haloperidol sebesar 7,5 kg.
Lamberti dan koleganya menyimpulkan bahwa pemantauan secara teratur dapat
sangat penting bagi pasien clozapine, mengingat tingginya prevalensi kelainan
metabolik yang dilaporkan dalam studi ini .Bukti saat ini terkait dengan masalah
penyakit dan gaya hidup menunjukkan bahwa tidak adanya pemantauan pada
mereka yang memakai clozapine, atau bahkan untuk mereka yang memakai
antipsikotik generasi kedua.(Gary remington 2006)
Kita juga tidak bisa mengandalkan berat badan sebagai tanda klinis yang
mendefinisikan individu yang mungkin yang mendasari gangguan metabolisme.
Peningkatan resiko diabetes pada mereka yang dirawat dengan antipsikotik
generasi kedua bukan hanya sebuah produk dari berat badan, sebagaimana
tercermin dari subkelompok pasien yang datang dengan ketoasidosis namun tidak
ada kenaikan berat secara signifikan.
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
3
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
BAB 2
ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Antipsikotik atipikal (AAP) (juga dikenal sebagai antipsikotik generasi
kedua) adalah kelompok obat penenang antipsikotik digunakan untuk mengobati
kondisi jiwa. Beberapa antipsikotik atipikal yang disetujui FDA untuk digunakan
dalam pengobatan skizofrenia. Beberapa membawa disetujui FDA untuk indikasi
mania akut, depresi bipolar, agitasi psikotik, pemeliharaan bipolar, dan indikasi
lainnya.Kedua generasi obat cenderung untuk memblokir reseptor dalam jalur
dopamin otak, tapi atypicals berbeda dari antipsikotik tipikal karena cenderung
dapat menyebabkan gangguan ekstrapiramidal pada pasien, yang meliputi
penyakit gerakan Parkinsonisme, kekakuan tubuh dan tremor tak
terkontrol(Culpepper, L. 2007). Gerakan-gerakan tubuh yang abnormal bisa
menjadi permanen obat bahkan setelah dihentikan.
Pengobatan antipsikotik atipikal memberikan manfaat sebagai berikut;
tingkat responden yang lebih tinggi, efisiens pada pasien dengan penyakit
refraktori, risiko bunuh diri yang lebih rendah, kapasitas fungsional yang lebih
baik dan peningkatan kualitas hidup (Höschl, C. 2006)
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
4
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Jenis-jenis obat atipikal
Berikut ini adalah disetujui dan dipasarkan di berbagai bagian dunia:
Amisulpride (Solian)
Aripiprazole (Abilify)
Asenapine (Saphris)
Blonanserin (Lonasen)
Clotiapine (Entumine)
Clozapine (Clozaril)
Iloperidone (Fanapt)
Mosapramine (Cremin)
Olanzapine (Zyprexa)
Paliperidone (Invega)
Perospirone (Lullan)
Quepin (Specifar)
Quetiapine (Seroquel)
Remoxipride (Roxiam)
Risperidone (Risperdal)
Sertindole (Serdolect)
Sulpiride (Sulpirid, Eglonyl)
Ziprasidone (Geodon, Zeldox)
Zotepine (Nipolept)
Dan ini saat ini sedang dikembangkan tetapi belum berlisensi:
Bifeprunox (DU-127,090)
Lurasidone (SM-13,496)
Pimavanserin (ACP-103)
Vabicaserin (SCA-136)
Sejarah
Obat anti-psikotik pertama atipikal, clozapine, ditemukan pada 1950-an,
dan diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada 1970-an. Clozapine disukai
karena keprihatinan atas obat yang dapat menginduksi agranulocytosis. Penelitian
menunjukkan efektivitas dalam pengobatan skizofrenia. Meskipun efektivitas
clozapine untuk pengobatan terhadap skizofrenia, agen dengan profil efek
samping yang lebih menguntungkan yang dicari untuk digunakan secara luas.
Selama tahun 1990-an, olanzapine, risperidone dan quetiapine
diperkenalkan, dengan ziprasidone dan aripiprazole berikut di awal 2000-an. The
paliperidone anti-psikotik atipikal, terbaru, telah disetujui oleh FDA pada akhir
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
5
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
tahun 2006.Anti-psikotik atipikal sekarang dianggap sebagai pengobatan garis
pertama untuk skizofrenia dan secara bertahap menggantikan antipsikotik tipikal.
Di masa lalu sebagian besar peneliti sepakat bahwa karakteristik mendefinisikan
suatu antipsikotik atipikal adalah kecenderungan efek Samping ekstrapiramidal
(EPS) (Farah A. 2005) dan tidak adanya elevasi prolaktin berkelanjutan. (Seeman
P.February 2002)
Terminologi tersebut dapat tepat. Yang dimaksud dengan "atypicality"
didasarkan atas tidak adanya efek samping ekstrapiramidal, tapi sekarang ada
pemahaman yang jelas bahwa masih antipsikotik atipikal dapat menyebabkan efek
tersebut (meskipun pada tingkat yang lebih rendah daripada antipsikotik tipikal)
(Seeman P.2002)Tidak ada garis pemisah yang jelas antara antipsikotik atipikal
yang khas dan oleh karena itu berdasarkan kategorisasi cara kerja obat kurang
tepat. (Seeman P.February 2002).
Penelitian yang lebih baru mempertanyakan gagasan anti-psikotik generasi
kedua lebih unggul daripada generasi pertama. Menggunakan beberapa parameter
untuk menilai kualitas hidup, peneliti Manchester University menemukan bahwa
tipikal anti-psikotik tidak lebih buruk daripada antipsikotik atipikal.(Jones PB,
Barnes TR, Davies L, et al.2006) Karena setiap obat-obatan (baik generasi
pertama atau kedua) memiliki profil sendiri efek yang diinginkan dan merugikan,
neuropsychopharmacologist mungkin merekomendasikan salah satu yang lebih
tua ("khas "atau generasi pertama) atau yang lebih baru(" atipikal "atau generasi
kedua) antipsikotik sendiri atau dalam kombinasi dengan obat lain, berdasarkan
profil gejala, pola respon, dan efek yang merugikan pada masing-masing pasien.
(D.P. 2003).
Antipsikotik biasanya diberikan secara oral tetapi dapat juga disuntikkan,
tetapi metode ini tidak seperti biasa. Setelah antipsikotik dalam tubuh larut lipid
dan mudah diserap dari saluran pencernaan dan mudah dapat melewati sawar
darah otak plasenta. Setelah di otak antipsikotik membentuk sinaps dan bekerja
pada sinaps dengan mengikat reseptor (Culpepper, 2007). Antipsikotik
sepenuhnya dihancurkan oleh metabolisme tubuh dan metabolit diekskresikan
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
6
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
dalam urin (McKim, 2007). Obat ini memiliki waktu paruh yang relatif panjang
(Höschl, C.2006).
Setiap obat memiliki waktu paruh yang berbeda. Obat antipsikotik atipikal
yang bekerja pada reseptor D2 mempunyai waktu paruh 24 jam, sementara
antipsikotik tipikal berlangsung lebih dari 24 jam (Seeman P (February 2002).).
Hal ini mungkin menjelaskan mengapa kekambuhan psikosis terjadi lebih cepat
dengan antipsikotik atipikal dibandingkan dengan antipsikotik tipikal, karena obat
ini diekskresi lebih cepat dan tidak lagi bekerja di otak (Seeman P (February
2002).). Ketergantungan fisik dengan obat ini sangat jarang, karena itu gejala
withdrawal jarang terjadi. (Höschl, C. 2006). Terkadang jika AAP tiba-tiba
berhenti dapat terjadi gejala psikotik, gangguan gerak dan kesulitan dalam tidur
(Höschl, C. 2006). Ada kemungkinan bahwa withdrawal jarang terjadi karena
AAP disimpan di jaringan lemak dalam tubuh dan direalese perlahan-lahan.
FARMAKOLOGI
Mekanisme kerja dari antipsikotik atipikal tidak diketahui, dan sangat
berbeda tiap obat. Profil mengikat reseptor bervariasi sehingga efek hanya
memiliki kesamaan efek anti-psikotik; profil efek samping yang sangat bervariasi.
Tidak jelas mekanisme di belakang aksi antipsikotik atipikal. Semua antipsikotik
bekerja pada sistem dopamin tapi semua bervariasi dalam hal afinitas ke reseptor
dopamin.
Ada 5 jenis reseptor dopamin pada manusia (Seeman P.2002). Ada yang
"D1-like" kelompok yang tipe 1 dan 5 yang mirip dalam struktur dan sensitivitas
obat (Seeman P.2002).). The "D2-like" kelompok termasuk reseptor dopamin 2, 3
dan 4 dan memiliki struktur yang sangat serupa tetapi sensitivitas sangat berbeda
dengan obat antipsikotik (Seeman P.2002). "D1-like" reseptor telah ditemukan
bahwa tidak secara klinis relevan dalam tindakan terapeutik (Jones PB, Barnes
TR, Davies L, et al.2006).
Jika reseptor D1 merupakan komponen penting dari mekanisme AAP
memblokir reseptor D1 hanya akan meningkatkan gejala psikiatri yang tampak.
Jika reseptor D1 mengikat komponen penting dari antipsikotik mereka perlu ada
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
7
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
dalam pemeliharaan dosis. Ini tidak terlihat. D-1 tidak hadir atau hadir di tingkat
rendah atau yang akan diabaikan bahkan tidak mempertahankan penghapusan
gejala yang terlihat (Seeman P.2002).
Kelompok "D2-like" reseptor dopamin diklasifikasikan berdasarkan
struktur bukan sensitivitas obat. Telah ditunjukkan bahwa blokade reseptor D2
diperlukan untuk tindakan (Seeman, P. 2002). Semua antipsikotik blok reseptor
D2 sampai taraf tertentu, tetapi afinitas antipsikotik bervariasi dari obat untuk obat
dan telah membuat hipotesis bahwa itu adalah bervariasi di afinitas yang
menyebabkan perubahan pada efektivitas (Horacek et al., 2002).
Satu teori bagaimana atypicals kerja adalah "cepat-off" teori . Teori
tindakan antipsikotik adalah bahwa AAP memiliki afinitas rendah untuk reseptor
D2 dan hanya mengikat pada reseptor longgar dan cepat dirilis. Bahkan AAP
lebih longgar mengikat ke reseptor dopamin D2 dari itu sendiri. Karena AAP
efektif mengganggu dengan rilis phasic dopamin endogen (D.P.2003). AAP
transiently mengikat dan cepat memisahkan ke reseptor D2 untuk memungkinkan
transmisi dopamin normal (Hay, D.P. 2003). Hal ini mengikat sementara yang
yang membuat tingkat prolaktin normal, suku cadang kognisi dan menyingkirkan
EPS (Höschl, C. 2006).
Dari sudut pandang historis telah ada penelitian terhadap peran serotonin
dan pengobatan dengan menggunakan antipsikotik. Pengalaman dengan LSD
menunjukkan bahwa blokade reseptor 5-HT2A mungkin merupakan cara yang
menjanjikan untuk mengobati skizofrenia.Satu masalah dengan hal ini adalah
kenyataan bahwa gejala psikotik yang disebabkan oleh agonis reseptor 5-HT2
berbeda secara substansial dari gejala-gejala psikosis skizofrenia. Salah satu
faktor yang menjanjikan ini adalah tempat reseptor 5-HT2A terletak di otak.
Mereka terlokalisasi pada sel-sel hipokampus dan korteks piramidal dan memiliki
kepadatan yang tinggi di lapisan neokorteks lima, tempat masukan dari berbagai
daerah otak kortikal dan subkortikal terintegrasi (Höschl, C. 2006).
Pemblokiran reseptor area ini menarik mengingat daerah-daerah di otak
yang menarik dalam pengembangan skizofrenia (Hay, D.P. 2003). Ini merupakan
kawasan penelitian yang dapat membuktikan meyakinkan namun belum
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
8
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
menghasilkan hasil apapun meyakinkan (Höschl, C. 2006). Bukti menunjukkan
fakta bahwa serotonin tidak cukup untuk menghasilkan efek antipsikotik tetapi
aktivitas serotonergik dalam kombinasi dengan blokade reseptor D2 mungkin
(Höschl, C. 2006). Terlepas dari neurotransmiter AAP ini memiliki efek pada
obat-obatan antipsikotik muncul untuk bekerja dengan menginduksi
restrukturisasi jaringan saraf (Höschl, C. 2006). Mereka mampu mendorong
perubahan-perubahan struktur.
EFEK SAMPING
Efek samping yang dilaporkan terkait dengan berbagai atipikal
antipsikotik bervariasi dan obat-spesifik. Secara umum antipsikotik, atipikal
diharapkan memiliki kemungkinan lebih rendah untuk pengembangan tardive
dyskinesia daripada antipsikotik khas. Namun, tardive dyskinesia biasanya
berkembang setelah jangka panjang (mungkin beberapa dekade) penggunaan
antipsikotik. Tidak jelas, kemudian, jika antipsikotik atipikal, yang telah di
gunakan untuk waktu yang relatif singkat, menghasilkan lebih rendah insiden
tardive dyskinesia.
Akathisia lebih cenderung kurang intens dengan obat daripada antipsikotik
tipikal. Walaupun banyak pasien akan membantah klaim ini. Pada tahun 2004,
Komite untuk Keselamatan Obat-obatan (CSM) di Inggris mengeluarkan
peringatan bahwa olanzapine dan risperidone tidak boleh diberikan kepada pasien
lansia dengan demensia, karena peningkatan risiko stroke. Kadang-kadang
antipsikotik atipikal dapat menyebabkan perubahan abnormal pada pola tidur, dan
kelelahan ekstrim dan kelemahan.
Pada tahun 2006, USA Today mempublikasikan sebuah artikel tentang
efek obat antipsikotik pada anak-anak. Tak satu pun dari atypicals (Clozaril,
Risperdal, Zyprexa, Seroquel, Abilify dan Geodon) telah disetujui untuk anak-
anak, dan ada sedikit penelitian tentang dampaknya pada anak-anak. Dari 2000-
2004, ada 45 kematian dilaporkan di mana sebuah antipsikotik atipikal tercatat
sebagai tersangka "utama." Ada juga 1.328 laporan serius, dan kadang-kadang
mengancam kehidupan, efek samping. Ini termasuk dyskinesia tardive (disengaja
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
9
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
menyentak dan wajah meringis) dan distonia (kontraksi otot tak disengaja yang
dapat mengganggu bicara dan makan).
Beberapa efek samping lain yang telah diusulkan adalah bahwa
antipsikotik atipikal meningkatkan resiko penyakit jantung. Penelitian yang
Kabinoff et al, sumber menilai. Peningkatan penyakit kardiovaskular dilihat
terlepas dari perlakuan yang mereka terima, melainkan disebabkan oleh berbagai
faktor seperti gaya hidup atau diet .Efek samping seksual juga telah dilaporkan
saat mengambil antipsikotik atipikal. Dalam antipsikotik mengurangi minat
seksual laki-laki, merusak performa seksual dengan kesulitan utama adalah
kegagalan untuk ejakulasi. Pada wanita mungkin ada siklus haid normal dan
infertilitas. Pada laki-laki dan perempuan mungkin payudara membesar dan
kadang-kadang akan mengeluarkan cairan dari puting (Höschl, C. 2006).
Tardive dyskinesia
Semua antipsikotik atipikal memperingatkan tentang kemungkinan tardive
dyskinesia di brosur dan di PDR tersebut. Tidaklah mungkin untuk benar-benar
mengetahui risiko tardive dyskinesia ketika mengambil atypicals, karena tardive
dyskinesia memerlukan beberapa dekade untuk mengembangkan dan antipsikotik
atipikal yang belum cukup umur telah diuji selama periode waktu yang cukup
lama untuk menentukan semua risiko panjang jangka.
Satu hipotesis seperti mengapa atypicals memiliki risiko yang lebih rendah
dari tardive dyskinesia adalah karena mereka jauh lebih sedikit larut lemak
daripada antipsikotik tipikal dan karena mereka dapat segera dibebaskan dari
reseptor D2 dan jaringan otak. Antipsikotik tipikal tetap melekat pada reseptor D2
dan menumpuk di jaringan otak yang dapat menyebabkan TD.
Metabolisme
Baru-baru ini, kekhawatiran metabolik telah menjadi perhatian besar bagi dokter,
pasien dan FDA. Pada tahun 2003, Food and Drug Administration (FDA)
mengharuskan semua produsen antipsikotik atipikal untuk mengubah label
mereka untuk menyertakan peringatan tentang risiko hiperglikemia dan diabetes
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
10
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
dengan antipsikotik atipikal. Hal ini juga harus menunjukkan bahwa meskipun
semua atypicals harus membawa peringatan pada label mereka, beberapa bukti
menunjukkan bahwa atypicals tidak sama dalam efeknya terhadap berat badan
dan sensitivitas insulin. Konsensus umum menyatakan bahwa clozapine dan
olanzapine berkaitan dengan dampak terbesar pada penurunan berat badan dan
sensitivitas insulin, diikuti oleh risperidone dan quetiapine. Ziprasidone dan
aripiprazole diperkirakan memiliki efek terkecil di berat dan resistensi insulin,
tetapi pengalaman klinis belum cukup jika dibandingkan dengan antipsikotik
tipikal.
Sebuah studi oleh Sernyak dan rekan menemukan bahwa prevalensi
diabetes dalam perawatan antipsikotik atipikal secara statistik signifikan lebih
tinggi dibanding pengobatan konvensional (McKim, W. (2007)). Para penulis
dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan kausal itu Kabinoff et al.
menyarankan temuan hanya menyarankan sebuah asosiasi temporal . Kabinoff et
al. menyarankan bahwa ada data yang cukup dari studi besar untuk menunjukkan
perbedaan yang konsisten atau signifikan dalam risiko resistensi insulin selama
pengobatan dengan antipsikotik atipikal berbagai (McKim, W. (2007)).
BAB 3
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
11
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
SINDROM METABOLIK
Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari faktor-
faktorresiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada
seorang individu. Faktor-faktor resiko tersebut meliputi dislipidemi, hipertensi,
gangguan toleransi glukosa dan obesitas abdominal/sentral. The National
Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III)
mendapatkan bahwa sindrom metabolik merupakan indikasi untuk dilakukan
intervensi terhadap gaya hidup yang ketat, meliputi diet, latihan fisik dan
intervensi farmakologik. (Alwi Shahab 2010)
Penurunan berat badan secara bermakna dapat memperbaiki semua aspek
dari sindrom metabolik. Demikian pula peningkatan aktifitas fisik dan
pengurangan asupan kalori akan memperbaiki abnormalitas sindrom metabolik.
Perubahan diet spesifik ditujukan terhadap aspek-aspek tertentu dari sindrom
metabolik seperti : Mengurangi asupan lemak jenuh untuk menurunkan resistensi
insulin. Mengurangi asupan garam untuk menurunkan tekanan darah. Mengurangi
asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi untuk menurunkan kadar
glukosa darah dan trigliserida. Diet yang banyak mengandung buah-buahan,
sayur-sayuran, biji-bijian, lemak tak jenuh dan produk-produk susu rendah lemak
bermanfaat pada sebagian besar pasien dengan sindrom metabolik. Dokter
keluarga efektif dalam membantu pasien merubah gaya hidupnya melalui
pendekatan individual untuk menilai adanya faktor-faktorresiko spesifik,
intervensi terhadap faktor-faktorresiko tersebut serta membantu pasien dalam
mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami dalam upaya merubah
perilaku.(Alwi Shahab 2010)
Sindrom Metabolik yang juga disebut sindrom resistensi insulin atau
sindrom X merupakan suatu kumpulan faktor-faktorresiko yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan morbiditas penyakit kardiovaskular pada obesitas dan
DM tipe 2 (Vega 2001). The National Cholesterol Education Program-Adult
Treatment Panel (NCEP-ATP III) melaporkan bahwa sindrom metabolik
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
12
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
merupakan faktor resiko independen terhadap penyakit kardiovaskular, sehingga
memerlukan intervensi modifikasi gaya hidup yang ketat (intensif). (NILH 2006)
Komponen utama dari sindrom metabolik meliputi :
- Resistensi insulin
- Obesitas abdominal/sentral
- Hipertensi
- Dislipidemia : Peningkatan kadar trigliserida, Penurunan kadar HDL
kolesterol
Sindrom Metabolik disertai dengan keadaan proinflammasi /
prothrombotik yang dapat menimbulkan peningkatan kadar C-reactive protein,
disfungsi endotel, hiperfibrinogenemia, peningkatan agregasi platelet, peningkatan
kadar PAI-1, peningkatan kadar asam urat, mikroalbuminuria dan peningkatan
kadar LDL cholesterol. Akhir-akhir ini diketahui pula bahwa resistensi insulin
juga dapat menimbulkan Sindrom Ovarium Polikistik dan Non Alcoholic Steato
Hepatitis (NASH).(Lamarche 1998)
Etiologi
Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu
hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik adalah
resistensi insulin. Resistensi insulin mempunyai korelasi dengan timbunan lemak
viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkar pinggang atau waist to
hip ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular diduga
dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang menimbulkan disfungsi endotel
yang akan menyebabkan kerusakan vaskular dan pembentukan atheroma.
Hipotesis lain menyatakan bahwa terjadi perubahan hormonal yang mendasari
terjadinya obesitas abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu
yang mengalami peningkatan kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan oleh
stres kronik) mengalami obesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia.
Para peneliti juga mendapatkan bahwa ketidakseimbangan aksis hipotalamus-
hipofisis-adrenal yang terjadi akibat stres akan menyebabkan terbentuknya
hubungan antara gangguan psikososial dan infark miokard.(Grundy 2004)
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
13
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Evaluasi Klinis
Terhadap individu yang dicurigai mengalami Sindrom Metabolik
hendaklah dilakukan evaluasi klinis, yang meliputi (Lopez 2001):
Anamnesis, tentang :
- Riwayat keluarga dan penyakit sebelumnya.
- Riwayat adanya perubahan berat badan.
- Aktifitas fisik sehari-hari.
- Asupan makanan sehari-hari
Pemeriksaan fisik, meliputi :
- Pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah
- Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) , menggunakan rumus :
Berat badan (kg)————————Tinggi badan (m)2
- Pengukuran lingkaran pinggang merupakan prediktor yang lebih
baik terhadap resiko kardiovaskular daripada pengukuran waist-to-
hip ratio.
Pemeriksaan laboratorium, meliputi :
- Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa.
- Pemeriksaan klem euglikemik atau HOMA (homeostasis model
assessment) untuk menilai resistensi insulin secara akurat biasanya
hanya dilakukan dalam penelitian dan tidak praktis diterapkan
dalam penilaian klinis.
- Highly sensitive C-reactive protein
- Kadar asam urat dan tes faal hati dapat menilai adanya NASH.
- USG abdomen diperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver
karena kelainan ini dapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan
faal hati.
Komponen Kriteria diagnosis WHO Resistensi insulin plus :
Kriteria diagnosis ATP III 3 komponen dibawah ini
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
14
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Obesitas abdominal/ sentral
Waist to hip ratio :Laki2 : > 0.90;Wanita : > 0.85, atauIMB > 30 kg/m2
Lingkar pinggang :Laki2 : > 102 cm (40 inchi)Wanita : > 88 cm (35 inchi)
Hipertrigliserida > 150 mg/dl (> 1.7 mmol/L) > 150 mg/dl (>1.7 mmol/L)HDL Kolesterol ♂ < 35 mg/dl (< 0.9 mmol/L)
♀ < 39 mg/dl (< 1.0 mmol/L♂ < 40 mg/dl (< 1.036 mmol/L)♀ < 50 mg/dl (< 1.295 mmol/L)
Hipertensi TD > 140/90 mmHg atau riwayat terapi anti hipertensif
TD > 130/85 mmHg atau riwayat terapi anti hipertensif
Kadar Glukosa darah tinggi
Toleransi glukosa terganggu, glukosa puasa terganggu, resistensi insulin atau DM
>110 mg/dl atau > 6.1 mmol/L
Mikroalbuminuri
Ratio albumin urin dan kreatinin 30 mg/g atau laju ekskresi albumin 20 mcg/menit
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik menurut WHO (World Health Organization) dan NCEP-ATP III (the National Cholesterol Education Program- Adult Treatment Panel III)
Penatalaksanaan
Saat ini belum ada studi acak terkontrol yang khusus tentang
penatalaksanaan Sindrom Metabolik. Berdasarkan studi klinis, penatalaksanaan
agresif terhadap komponen-komponen Sindrom Metabolik dapat mencegah atau
memperlambat onset diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Semua
pasien yang didiagnosis dengan Sindrom Metabolik hendaklah dimotivasi untuk
merubah kebiasaan makan dan latihan fisiknya sebagai pendekatan terapi utama.
Penurunan berat badan dapat memperbaiki semua aspek Sindrom Metabolik,
mengurangi semua penyebab dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Namun
kebanyakan pasien mengalami kesulitan dalam mencapai penurunan berat badan.
Latihan fisik dan perubahan pola makan dapat menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki kadar lipid, sehingga dapat memperbaiki resistensi insulin.(Deen
2004)
BAB 4
SINDROM METABOLIK
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
15
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Antipsikotik dan Diabetes Melitus
Antipsikotik atipikal dianggap terobosan signifikan dalam pengobatan
gangguan psikotik, dengan frekuensi rendah atau tidak adanya efek samping
ekstrapiramidal. Secara bertahap muncul laporan kasus yang menunjuk ke
peningkatan kadar hiperglikemia dan diabetes melitus terkait dengan penggunaan
atypicals. Pada tahun 1999, Lindenmayer & Patel melaporkan kasus olanzapine-
induced diabetes ketoasidosis (DKA), yang memutuskan penghentian pengobatan
dengan olanzapine. Para penulis membahas peran olanzapine dalam menekan
pengeluaran insulin dan dalam menghasilkan respon hiperglikemia. Tovey et al.
(2005) membahas dua pasien yang dirawat dengan clozapine, yang kemudian
menderita diabetes melitus, saat tes darah rutin. Tingkat gula darah kembali ke
dalam kisaran normal setelah penghentian clozapine di salah satu pasien, tapi
tidak di yang lain. Para penulis membahas mekanisme clozapine yang mungkin
berkontribusi terhadap resistensi insulin melalui penurunan uptake glukosa dalam
otak dan jaringan perifer maupun gangguan fungsi sel β. Mereka menekankan
perlunya monitoring sebelum dan setelah memulai pengobatan dengan clozapine.
Penelitian Preklinis telah menunjukkan perbedaan antara antipsikotik
dalam respon terhadap pelepasan insulin. Best et al. (2005) mempelajari efek
clozapine dan haloperidol pada sel β pankreas tikus in-vitro. Para penulis
menunjukkan efek kontras clozapine dan haloperidol pada fungsi sel β pankreas.
Clozapine tidak berpengaruh pada membran potensial sel β saatkadar glukosa
darah puasa tapi hyperpolarizedmembran potensial ketika konsentrasi glukosa
tinggi. Sebaliknya haloperidol depolarized membran pada keadaan puasa dan saat
kadar glukosa terstimulasi. Efek dari dua obat pada aktivitas listrik hanya
sebagian menjelaskan efeknya pada pelepasan insulin. Clozapine menghambat
sekresi insulin dalam respon terhadap glukosa, yang dapat menjelaskan
hiperglikemia dan diabetes yang terkait dengannya, namun tidak mempengaruhi
'pelepasan insulin basal'. Menariknya, haloperidol tidak berpengaruh pada
pelepasan insulin.
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
16
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Antipsikotik dan Penambahan Berat Badan
Peningkatan berat badan, terutama adipositas viseral, yang diukur dengan
lingkar pinggang, merupakan salah satu komponen kunci dari sindrom metabolik
dan pada kenyataannya adalah kriteria utama dalam definisi IDF. Meskipun kedua
Kraepelin dan Bleuler telah menjelaskan tentang perubahan berat badan pada
pasien jiwa selama perjalanan penyakit psikotik (Alison & Casey 2001), telah
membangkitkan hubungannya dengan penggunaan obat antipsikotik atipikal.
Penelitian obat psikiatri di Cina dari pasien yang memenuhi kriteria DSM-IV
untuk skizofrenia, dipelajari sebelum dan setelah 10 minggu pengobatan
antipsikotik, Zhang et al. (2004). Empat puluh enam pasien dibandingkan dengan
38 kontrol sehat. Selain pengukuran fisik dan tes biokimia, MRI digunakan untuk
mempelajari lemak abdomen subkutan (SUF) dan lemak intra-abdomen (IAF).
Setelah 10 minggu pengobatan, kelompok pasien menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam SUF dan IAF, dalam kadar leptin plasma, glukosa plasma dan
kadar lemak. Menariknya tidak ada perbedaan yang signifikan antara risperidone
dan chlorpromazine dan tidak ada korelasi yang nyata antara perubahan di Indeks
Masa Tubuh dan perbaikan klinis.
Allison et al. (1999) melakukan review komprehensif tentang literatur
penelitian untuk memperkirakan dan membandingkan efek antipsikotik
konvensional dan atipikal pada berat badan, menggunakan metodologi pencarian
yang sangat teliti. Hal ini diikuti oleh meta-analisis, dengan berat rata-rata
estimasi perubahan dihitung menggunakan kedua efek tetap dan model acak.
Terhadap pasien dengan dosis standar selama 10 minggu, para penulis
menghitung perkiraan titik berat badan untuk setiap obat. Berat badan yang
berhubungan dengan lima antipsikotik atipikal diperiksa dalam penelitian ini -
ziprasidone (0,04 kg), risperidone (2,10 kg), sertindole (2,92 kg), olanzapine (4,15
kg) dan clozapine (4,45 kg). Subjek yang menerima plasebo kehilangan berat
badan dalam kisaran 0,74 kg. Walaupun kedua antipsikotik konvensional
molindone dan pimozide berhubungan dengan berat badan, efek tidak signifikan
pada 10 minggu. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien bisa
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
17
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
mendapatkan peningkatan lebih dari 5% dari berat badan awal, dengan berat
badan menjadi lebih jelas dengan waktu, dan berdampak untuk kesehatan fisik
umum pasien. Almeras et al. (2004) mempelajari indeks antropometri dan
metabolik yang berhubungan dengan pengobatan antipsikotik atipikal, dalam
open-label, cross sectional, penelitian multi-center. Pasien diobati dengan
risperidone (n = 45) atau olanzapine (n = 42) sebagai pertama mereka 'dan
antipsikotik hanya' dipelajari. Dibandingkan dengan kelompok referensi, pasien
yang diobati dengan antipsikotik atipikal memiliki gula darah puasa yang tinggi,
kadar insulin dan resistensi insulin. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara olanzapine dan risperidone. Pasien diobati dengan olanzapine
memiliki profil metabolik secara signifikan lebih buruk dibandingkan dengan
mereka yang dirawat dengan risperidone, dengan lebih dari sepertiga dari
kelompok menunjukan adanya pinggang yanghypertriglyceridemic (lingkar
pinggang ≥ 90 cm, trigliserida ≥ 2,0 mmol / L).
Antipsikotik dan Trigliserida
Dyslipidaemia merupakan komponen penting dari sindrom metabolik,
yang terjadi bersama dengan disregulasi glukosa dan peningkatan berat badan
pada pasien yang diobati dengan antipsikotik atipikal. Pengobatan dengan
antipsikotik, baik konvensional maupun
atipikal, telah ditemukan untuk meningkatkan tingkat lipid dalam subjek yang
dipilih dari Kohort Finlandia Utara Kelahiran 1966. Dari 5.654% (67) dari 8.463
subjek dari kohort asli yang berpartisipasi dalam studi ini, 45 subyek menerima
pengobatan antipsikotik. 32 (71%) digunakan tipikal, 6 (13%) digunakan atipikal
dan 7 (16%) kedua jenis antipsikotik. Studi ini menemukan prevalensi tinggi
kolesterol total dan trigliserida dalam 45 subyek ditangani dengan antipsikotik
dibandingkan dengan 5609 yang tidak, bahkan setelah disesuaikan untuk faktor
resiko untuk hiperlipidemia. (Saari et al 2004). Peneliti menyarankan bahwa
patogenesis hiperlipidemia berhubungan dengan berat badan, dengan akumulasi
lemak perut meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dalam hati dan
mempercepat sintesis trigliserida hati (VLDL). Mereka lebih lanjut menunjukkan
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
18
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
bahwa lipid meningkat mengganggu metabolisme glukosa, menyebabkan
hiperglikemia dan DM tipe 2.
Antipsikotik dan Hipertensi
Sebagaimana disebutkan di atas, Gupta et al. (2003) melaporkan prevalensi 29%
untuk hipertensi antara 208 pasien yang diobati dengan obat antipsikotik.
Meskipun demikian, hipertensi merupakan salah satu komponen dari sindrom
metabolik yang tidak umumnya terkait dengan pengobatan dengan antipsikotik
atipikal, dalam studi yang diidentifikasi oleh pencarian kita dan di literatur secara
umum
BAB 5
KESIMPULAN
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
19
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Antipsikotik membuka dunia baru bagi penderita gangguan jiwa.
Membuat penderita gangguan jiwa dapat berpikir jernih, meningkatkan
kemampuan kerja, keterampilan interaksi sosial yang lebih baik dan sangat efektif
bagi mereka dengan gangguan pikiran yang mempengaruhi kemampuan mereka
untuk berfungsi dalam masyarakat.
Antipsikotik atipikal (AAP) (juga dikenal sebagai antipsikotik generasi
kedua) adalah kelompok obat penenang antipsikotik digunakan untuk mengobati
kondisi jiwa. Antipsikotik atipikal bekerja pada reseptor dopamin dan serotonin.
Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari faktor-
faktorresiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada
seorang individu. Faktor-faktor resiko tersebut meliputi dislipidemi, hipertensi,
gangguan toleransi glukosa dan obesitas abdominal/sentral. The National
Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III)
mendapatkan bahwa sindrom metabolik merupakan indikasi untuk dilakukan
intervensi terhadap gaya hidup yang ketat, meliputi diet, latihan fisik dan
intervensi farmakologik
Antipsikotik atipikal berpengaruh terhadap diabetes melitus, penambahan
berat badan, dan kadar triglesirda. Namun tidak berpengaruh terhadap tekanan
darah. Diharapkan setelah dijelaskan dampak tersebut, dokter dapat memonitoring
dampak sindrom metabolik pasien setelah pemberian antipsikotik atipikal.
DAFTAR PUSTAKA
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
20
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
- Julie Fast. Antipsychotic Drugs, Metabolic Syndrome and Diabetes. Diunduh
dari http://www.healthyplace.com/diabetes/mental-health/antipsychotic-drugs-
metabolic-syndrome-and-diabetes/menu-id-2137/pada tanggal 01 Juni 2010.
- Gary Remington. Schizophrenia, Antipsychotics, and the Metabolic Syndrome:
Is There a Silver Lining?. Diunduh dari American Journal Psychiatry
163:1132-1134. http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/content/full/163/7/1132.
pada tanggal July 2006.
- Alwi Shahab. Sindrom Metabolik. Diunduh dari
http://dokter-alwi.com/sindrommetabolik.html tanggal 2010.
- Vega GL. Obesity, the metabolic syndrome, and cardiovascular disease. Am
Heart J 2001;142:1108-16. Diunduh dari http://ajp.psychiatryonline.org/
tanggal 2001
- National Institutes of Health: Third Report of the National Cholesterol
Education Program Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). Executive
Summary. Bethesda, Md.: National Institutes of Health, National Heart Lung
and Blood Institute, 2001 (NIH publication no. 01-3670). Accessed online May
20,2006, at: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/cholesterol/ index.htm.
- Culpepper, L. (2007) A Roadmap to Key Pharmacologic Principles in Using
Antipsychotics, Primary Care Companion To The Journal of Association of
Medicine and Psychiatry 9(6) 444-454 Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2139919/
- Horacek, J., Bubenikova-Valeova, V., Kopecek, M., Palenicek, T., Dockery,
C., Mohr, P. & Höschl, C. (2006) Mechanism of Action of Atypical
Antipsychotic Drugs and the Neurobiology of Schizophrenia, CNS Drugs 20(5)
389-405 Retrieved from Psychology and Behavioral Sciences Collection
database.
- Farah A (2005). "Atypicality of atypical antipsychotics". Prim Care
Companion J Clin Psychiatry7 (6): 268–74. doi:10.4088/PCC.v07n0602.
PMID 16498489. PMC 1324958.
http://www.psychiatrist.com/pcc/redirect/v07n06p268.htm.
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
21
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
- Seeman P (February 2002). "Atypical antipsychotics: mechanism of action".
Can J Psychiatry47 (1): 27–38. PMID 11873706.
- Weiden PJ (January 2007). "EPS profiles: the atypical antipsychotics are not
all the same". J Psychiatr Pract13 (1): 13–
24..http://meta.wkhealth.com/pt/ptcore/templatejournal/ .
- Seeman, P. (2002). Atypical Antipsychotics: Mechanism of Action. Canadian
Journal of Psychiatry, 47(1), 27. Retrieved from Psychology and Behavioral
Sciences Collection database.
- Jones PB, Barnes TR, Davies L, et al. (2006). "Randomized controlled trial of
the effect on Quality of Life of second- vs first-generation antipsychotic drugs
in schizophrenia: Cost Utility of the Latest Antipsychotic Drugs in
Schizophrenia Study (CUtLASS 1)". Arch. Gen. Psychiatry63 (10): 1079–87.
doi:10.1001/archpsyc.63.10.1079. PMID 17015810.
- Kabinoff, G.S., Toalson, P.A., Masur Healey, K., McGuire, H.C. & Hay, D.P.
(2003) Metabolic Issues with Atypical Antipsychotics in Primary Care:
Dispelling the Myths, Primary Care Companion To The Journal of Association
of Medicine and Psychiatry 5(1) 6-14 Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC353028/
- Üçok, A& Wolfgang G. (2008). Side Effects of Atypical Antipsychotics: A
brief overview. World Psychiatry, 7(1). 58-62 Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC2327229/
- American Diabetes Association; American Psychiatric Association; American
Association of Clinical Endocrinologists; North American Association for the
Study of Obesity (February 2004). "Consensus development conference on
antipsychotic drugs and obesity and diabetes". Diabetes Care27 (2): 596–601.
doi:10.2337/diacare.27.2.596.PMID 14747245.
http://care.diabetesjournals.org/cgi/content/full/27/2/596.
- Grundy SM, Brewer HB Jr, Cleeman JI, Smith SC Jr, Lenfant C, for The
American Heart Association/ National Heart, Lung, and Blood Institute.
Definition of metabolic syndrome: Report of the National Heart, Lung, and
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
22
SINDROM METABOLIK DAMPAK ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL
Blood Institute/American Heart Association conference on scientific issues
related to definition. Circulation 2004; 109:433-8.
- Muthukumar Kannabiran, Vinond Singh. Metabolic Syndrome and Atypical
Antipsychotics: A Selective Literature Review. German Journal of Psychiatry
diunduh dari http://www.gipsy.uni-goettingen.de tahun 2007
- Tovey E, Rampes H. & Livingstone C (2005) Clozapine-induced type-2
diabetes mellitus: possible mechanisms and implications for clinical practice. J
Psychopharmacology 19(2):207-210.
- Best L, Yates AP, Reynolds G (2005) Actions of antipsychotic drugs on
pancreatic b-cell function: contrasting effects of clozapine and haloperidol. J
Psychopharmacology 19(6):597-601.
- Alison & Casey 2001 Kraepelin, E. Dementia Praecox and Paraphrenia
Edinburgh, Scotland: E & S Livingstone; 1919.
- Almeras N, Depres J-P, Villeneuve J, et al. (2004) Development of an
atherogenic metabolic risk factor profile associated with the use of atypical
antipsychotics. J Clin Psychiatry 2004 65:557-564.
- Saari K, Koponen,H, Laitinen J, Jokelainen J, Lauren L, Isohanni M &
Lindeman S (2004) Hyperlipidemia in Persons Using Antipsychotic
Medication: A General Population-Based Birth Cohort Study. J Clin Psychiatry
65:547-550.
- Gupta S, Steinmeyer C, Frank B, Madhusoodanan S, Lockwood K, Lentz B &
Keller P (2003) Hyperglycemia and Hypertriglyceridemia in Real World
Patients on Antipsychotic Therapy. Am J Therapeutics 10:348-355.
ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTOKepaniteraan Klinik Periode 09 Agustus- 17 September 2010
23