Refrat Hipotermia BBL-repaired

44
Referat HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR Oleh : Tedy Angriawan 05923046 M.Budi Vionanda 05923071 Shinta Rispasari 05120134 Rahma Tsania Zhuhra 06120130 Irhamna Yusra 06120140 Marcella Kristani 06923025 Roziliani Baizura 06120151 Ade Freza 02923031 Maudy Octarini Ezeddin 05923023 Fristisa Nuzulia Krinseani 05923061 Pembimbing : Dr.Delfican Perseptor : Dr.Eni Yantri,Sp.A

description

jnihuihiih

Transcript of Refrat Hipotermia BBL-repaired

Page 1: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Referat

HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR

Oleh :

Tedy Angriawan 05923046

M.Budi Vionanda 05923071

Shinta Rispasari 05120134

Rahma Tsania Zhuhra 06120130

Irhamna Yusra 06120140

Marcella Kristani 06923025

Roziliani Baizura 06120151

Ade Freza 02923031

Maudy Octarini Ezeddin 05923023

Fristisa Nuzulia Krinseani 05923061

Pembimbing :

Dr.Delfican

Perseptor :

Dr.Eni Yantri,Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP DR M DJAMIL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

Page 2: Refrat Hipotermia BBL-repaired

2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan

hidayahNYA penulis dapat meyelesaikan referat yang berjudul “ Hipotermi pada Bayi Baru

Lahir.”

Referat ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di bagian

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Kami mengucapkan

terimakasih kepada dr. Eni Yantri, SpA selaku perseptor dan dr. Delfican sebagai

pembimbing, beserta semua pihak yang telah membantu penyusunan referat ini.

Akhir kata penulis berharap agar referat ini bisa bermanfaat bagi kita bersama, serta

dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman sebagai klinisi yang nantinya

dapat.diaplikasikan untuk penatalaksanaan pasien dengan lebih baik dan komprehensif.

Padang, November 2010

Penulis

2

Page 3: Refrat Hipotermia BBL-repaired

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….. 4

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….. 5

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………..

1.2. Batasan Masalah….………………………………………………………...

1.3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………...

1.4. Manfaat Penulisan……………………………………………………….....

1.5. Metode Penulisan..…………………………………………………………

6

6

6

7

7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Aspek Termoregulasi pada Bayi Baru Lahir................................................

2.2. Definisi Hipotermi.....................................................................................

2.3. Epidemiologi................................................................................................

2.4. Mekanisme Hipotermi pada Bayi Baru Lahir.............................................

2.5. Diagnosis dan Klasifikasi Hipotermi..........................................................

2.6. Tatalaksana Hipotermi................................................................................

8

9

9

10

16

18

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN4.1. Kesimpulan....................................................................................................

4.2. Saran..........................................................................................................

28

28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 29

3

Page 4: Refrat Hipotermia BBL-repaired

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Suhu lingkungan yang diharapkan untuk bayi dengan berat badan lahir

>2500 gr atau usia gestasi >36 minggu. .................................................. 8

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi panas bayi ……………... 11

Tabel 3. Perbedaan struktur kulit bayi baru lahir prematur, bayi cukup bulan,

dan dewasa..…………………………………………………………… 12

Tabel 4. Klasifikasi hipotermi ………………………………………….............. 16Tabel 5. Penyesuaian inkubator dengan berat badan bayi baru lahir …………… 20

4

Page 5: Refrat Hipotermia BBL-repaired

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir............................ 14

Gambar 2. Usaha pencegahan kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir .…... 25

Gambar 3. Cara memandikan bayi.……………………………………………… 26

Gambar 4. Metode kangguru ………………………………………….............. 27

5

Page 6: Refrat Hipotermia BBL-repaired

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipotermi merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah nilai normal

(36,5 – 37,5 ° C). Sejak awal tahun 1900-an, hipotermi menjadi masalah yang penting pada

bayi baru lahir, karena bayi baru lahir belum mampu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan

baik. Hipotermi telah diketahui menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada

bayi baru lahir hampir di setiap benua di dunia.1

Bayi baru lahir memiliki kemampuan yang belum sempurna dalam termoregulasi

suhu tubuhnya sehingga perlu dilindungi dari udara dingin dan panas. Data dari suatu

penelitian di California, Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada tahun 2006 terdapat

sekitar 64 % kasus hipotermi pada bayi baru lahir dengan berat lahir cukup (≥2500 gr) dan

insidennya semakin meningkat seiring dengan semakin rendahnya berat bayi baru lahir. Hal

ini menunjukkan pentingnya pengetahuan mengenai hipotermi pada bayi baru lahir sehingga

dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan mengurangi angka kematian bayi. Sebagai

lini pertama pelayanan kesehatan, dokter umum diharapkan memiliki kompetensi yang

memadai mengenai hipotermi pada bayi baru lahir ,sehingga dapat memberikan pelayanan

yang maksimal sekaligus melakukan promosi dan prevensi hipotermi pada bayi baru lahir.2

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas mengenai patogenesis, diagnosis dan tatalaksana hipotermi

pada bayi baru lahir.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk memahami patogenesis, diagnosis dan

tatalaksana hipotermi pada bayi baru lahir, sekaligus sebagai salah satu pemenuhan sesi

pembelajaran kepaniteraan klinik dokter muda di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. M

Djamil Padang.

6

Page 7: Refrat Hipotermia BBL-repaired

1.4 Manfaat Penulisan

Referat ini disusun dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman mengenai

patogenesis, diagnosis dan tatalaksana hipotermi pada bayi baru lahir sehingga dapat

diaplikasikan dengan baik pada kasus di lapangan.

1.5 Metode Penulisan

Referat ini disusun dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada

berbagai literatur, termasuk buku teks dan berbagai jurnal.

7

Page 8: Refrat Hipotermia BBL-repaired

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Termoregulasi pada Bayi Baru Lahir

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi panas dan

hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh agar tetap dalam keadaan normal.

Kemampuan ini sangatlah terbatas pada bayi baru lahir. Suhu normal terjadi jika ada

keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas.3

Keseimbangan panas mengacu kepada hukum kekekalan energi, dimana dalam

kondisi ekuilibrium, produksi panas seimbang dengan kehilangan panas. Bila produksi

meningkat, maka suhu tubuh akan meningkat sampai tercapai kembali ekuilibrium dan

sebaliknya. Bayi baru lahir memproduksi panas tubuhnya melalui aktivitas metabolik di

seluruh jaringan tubuh. Produksi panas ini digambarkan dalam unit kilokalori per m2 luas

permukaan tubuh. Nilai maksimumnya akan mencapai 50 kkal/m2/jam pada usia 3-6 bulan

yang akan konstan sampai usia kanak-kanak hingga dewasa. Bayi baru lahir juga memiliki

kemampuan yang bervariasi dalam meningkatkan produksi panas sebagai respon terhadap

stresor berupa suhu dingin terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah.3

Sama halnya dengan manusia dewasa, bayi baru lahir memiliki respon terhadap suhu

lingkungan baik secara fisiologis maupun tingkah laku. Normalnya terhadap suhu lingkungan

yang dingin, bayi akan meningkatkan produksi panas dengan tidak melakukan aktivitas fisik

seperti menggigil. Bayi baru lahir bergantung pada lemak coklat yang memiliki aktivitas

metabolik, tersimpan di antara skapula (superfisial) dan di sepanjang aorta. Sebagai respon

terhadap dingin, katekolamin akan dilepaskan lalu merangsang lemak coklat secara langsung

dengan menstimulasi terjadinya fosforilasi oksidatif untuk selanjutnya melepaskan energi

dalam bentuk panas. Bayi baru lahir memiliki kemampuan untuk meningkatkan lebih dari

dua kali lipat produksi panasnya dengan cara ini. Selain lemak coklat, vasokonstriksi

pembuluh darah perifer juga terjadi sebagai respon terhadap dingin dan ini terbatas pada bayi

prematur. Perlu diketahui bahwa mekanisme termoregulasi tanpa menggigil ini hanya terjadi

pada 12 jam pertama.4

Mekanisme tingkah laku bayi baru lahir berbeda dengan anak dan dewasa. Bila

terpapar suhu dingin, bayi baru lahir dapat terus tertidur, meskipun posisinya akan fleksi

untuk mengurangi kehilangan panas dan ini juga berlaku pada bayi prematur.4

8

Page 9: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Karena adanya keterbatasan ini, maka seorang bayi baru lahir harus dapat dijaga

suhunya dibawah suhu lingkungan yang netral. Suhu kulit normal dari seorang bayi baru lahir

adalah 36,0 - 36,5°C. Suhu inti (rektal) normal adalah 36,5-37,5°C. Suhu aksila mungkin

dapat 0,5 - 1°C lebih rendah dari suhu inti. Suhu lingkungan yang diharapkan pada bayi baru

lahir dengan berat badan > 2500 gr dan masa kehamilan > 36 minggu dapat dirinci dalam

tabel berikut 5:

Tabel 1. Suhu lingkungan yang diharapkan untuk bayi dengan berat badan lahir >2500 gr

atau usia gestasi >36 minggu.5

Usia bayi Suhu lingkungan yang diharapkan (°C)

0 – 24 jam 31,0 – 33,8

24 – 48 jam 30,5 – 33,5

48 – 72 jam 30,1 – 33,2

72 – 96 jam 29,8 – 32,8

4 – 14 hari 29,0 – 32,6

2.2. Definisi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir

Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir memiliki

suhu tubuh dibawah 36,50C (97,70F) pada pengukuran di aksila, dengan klasifikasi yakni

hipotermi ringan 36-36.50C (96,8-97,70F), hipotermi sedang 32-360C (89,6-96,80F), dan

hipotermi berat dibawah 320C (89,60F). 1

Bayi yang lahir preterm memiliki predisposisi untuk terjadinya kehilangan panas

karena mereka memiliki lemak subkutan yang lebih sedikit, tingginya rasio permukaan tubuh

terhadap berat badan dan kurangnya glikogen serta lemak coklat yang tersimpan. Namun,

secara fisiologis, bayi memiliki postur hipotonik (seperti katak) yang menyebabkan proporsi

kulit terpapar area dingin lebih berkurang.5

2.3. Epidemiologi

Hipotermi pada bayi baru lahir terjadi di seluruh dunia dan terjadi lebih sering

daripada yang diperkirakan. Hipotermi terjadi lebih sering pada musim dingin di daerah-

daerah yang memiliki perbedaan suhu yang tinggi antara siang dan malam. Akan tetapi, suhu

lingkungan yang rendah bukan merupakan faktor terpenting dalam terjadinya hipotermi.

Insiden yang tinggi dilaporkan pada daerah dengan suhu rata-rata 26 – 30 ° C.1

9

Page 10: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Suatu penelitian di sebuah rumah sakit di Ethiopia, menunjukkan bahwa 67 % bayi

baru lahir dengan berat badan lahir rendah dan berisiko tinggi, dirawat di unit intensif karena

hipotermi. Di Nepal, suatu penelitian yang dilaksanakan pada bulan-bulan di musim dingin,

ditemukan lebih dari 80 % bayi yang lahir di rumah sakit maternitas di Kathmandu

mengalami hipotermi setelah lahir dan 50 % tetap hipotermi setelah 24 jam. Data ini

mencakup bayi baru lahir sehat dengan berat lahir cukup dan bayi sakit dengan berat lahir

rendah.1

Suatu penelitian besar di beberapa provinsi di Cina memperoleh insiden sklerema

sebesar 6,7 per 1000 bayi yang banyak diderita bayi prematur dan berat lahir rendah dengan

penyebab dasarnya adalah hipotermi. Perlu ditekankan bahwa hipotermi merupakan masalah

yang dapat terjadi pada area tropis maupun area pegunungan dengan iklim dingin.1

Risiko hipotermi lebih tinggi pada bayi yang lahir di rumah daripada di rumah sakit.

Hipotermi ini menjadi salah satu faktor mortalitas pada bayi muda usia 0-2 bulan, sehingga

WHO merekomendasikan suatu perlindungan termal pada bayi baru lahir yang adekuat. Akan

tetapi hal ini lebih sulit dicapai pada negara-negara Asia Selatan dan Sub-Sahara Afrika.7

Hipotermi sering terjadi pada lebih dari 50 % bayi yang waktu menyusuinya ditunda

24 jam dan 75 % pada bayi yang umbilikusnya tidak dipotong langsung saat lahir. Selain itu,

faktor berat badan bayi baru lahir juga berpengaruh. Suatu penelitian menunjukkan bahwa

risiko hipotermi akan meningkat sekitar 7,4 % pada bayi dengan penurunan berat badan 100

gr pada rentang berat badan 2500-3000 gr, dan akan lebih tinggi pada bayi dengan rentang

berat badan 2000-2500 gr dan < 2000 gr. Faktor jenis kelamin belum dapat dibuktikan

berperan secara signifikan dalam insiden hipotermi ini, sama halnya dengan faktor sosial

ekonomi.7

2.4. Mekanisme Hipotermi pada Bayi Baru Lahir

Suhu di dalam rahim ibu adalah sekitar 38°C. Saat lahir, bayi baru lahir akan berada

pada lingkungan yang lebih dingin sehingga dapat mengalami kehilangan panas secara tiba-

tiba. Penurunan suhu tubuh bayi terjadi pada menit-menit pertama setelah lahir. Dalam 10-20

menit, bayi baru lahir yang tidak terlindungi, dapat mengalami penurunan suhu tubuh sekitar

2 - 4°C, bahkan bisa lebih bila tidak diberikan perawatan yang memadai. Hal inilah yang

nantinya akan memicu terjadinya hipotermi.1

Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin

(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah

atau tidak berpakaian. Selain itu, bayi baru lahir memiliki fungsi termoregulasi yang sangat

10

Page 11: Refrat Hipotermia BBL-repaired

terbatas untuk menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan di luar rahim ibu. Kegagalan

termoregulasi akan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya hipotermi.3

Mekanisme-mekanisme yang menyebabkan terjadinya hipotermi diuraikan sebagai

berikut :

1. Penurunan produksi panas

Selain yang telah dijelaskan sebelumnya dalam aspek pengaturan termoregulasi pada

bayi baru lahir, dimana keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas berada pada titik

ekuilibrium untuk mencapai suhu tubuh fisiologis, berikut diuraikan faktor tambahan yang

dapat menurunkan produksi panas.4

Produksi panas tubuh merupakan hasil tambahan utama dari metabolisme. Secara

umum laju produksi panas tubuh dipengaruhi oleh laju metabolisme basal dari semua sel

tubuh, laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot, metabolisme

tambahan yang disebabkan oleh pengaruh hormon tiroksin, hormon pertumbuhan,

testosteron, epinefrin, norepinefrin, dan perangsangan saraf simpatis terhadap sel serta

peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri.8

Pusat pengaturan suhu tubuh berada pada hipotalamus, tepatnya di area preoptik yang

mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas dan diyakini berperan

penting sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh.8 Hipotalamus juga berperan

penting dalam mengontrol kinerja kelenjar lain, seperti kelenjar pituitari yang nantinya akan

mensekresikan hormon-hormon pemicu sekresi kelenjar tiroid dan adrenal. Sebagai

lanjutannya, tiroid dan adrenal berperan penting dalam menghasilkan hormon-hormon yang

berhubungan erat dengan peningkatan metabolisme sebagai salah satu sarana produksi panas

tubuh sehingga dapat dimengerti bahwa bila terjadi kegagalan dalam sistem endokrin dan

terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, akan diikuti dengan penurunan produksi panas,

misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.3

Sebagai contoh, pada bayi baru lahir dengan disfungsi kelenjar tiroid atau yang lebih

dikenal sebagai hipotiroid kongenital akan mengalami salah satu gejala klinis berupa suhu

rektal yang rendah, yakni < 35,5°C dalam 0 – 45 jam pasca lahir. Hal ini disebabkan karena

tidak berfungsi dengan baiknya kelenjar tiroid yang mensistesis hormon-hormon tiroid, yakni

triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4 = tiroksin). Hormon ini akan merangsang

metabolisme jaringan yang meliputi konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,

metabolisme protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta kerja daripada hormon-hormon

lain.9

11

Page 12: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Pada bayi baru lahir yang sakit berat, misalnya mengalami asfiksia dan hipoksia serta

adanya riwayat pemakaian sedatif pada ibu seperti diazepam, produksi panasnya akan

terganggu, termasuk juga bayi prematur dengan cadangan lemak coklat yang sedikit. Berikut

disajikan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan produksi panas pada

bayi.4

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi panas bayi4

Peningkatan Produksi Panas Penurunan Produksi Panas

Bayi bangun Bayi yang tertidur dalam

Bayi aktif Bayi sakit, pasca asfiksia atau dengan

hipoksia

Setelah ingesti makanan Bayi yang kelaparan

Pada pertumbuhan cepat Malnutrisi

Tirotoksikosis neonatal Bayi dengan hipotiroid

Bayi dengan gagal jantung, dimana terjadi

shunt dari kiri ke kanan

Bayi dengan penyakit jantung bawaan

sianotik

Setelah pemberian obat-obat tertentu,

misalnya teofilin

Setelah pemberian obat-obatan tertentu,

seperti klorpromazin

2. Peningkatan panas yang hilang

Luas permukaan tubuh bayi baru lahir kira-kira tiga kali luas permukaan tubuh orang

dewasa dengan lapisan lemak di bawah kulit yang lebih tipis, terutama pada bayi dengan

berat badan lahir rendah. Bayi baru lahir diduga 4 kali lebih cepat kehilangan panas daripada

orang dewasa. Suhu kulit bayi baru lahir akan menurun 0,3°C melalui pengukuran di aksila

atau 0,1°C via pengukuran di rektal ketika bayi baru lahir berada di ruangan bersalin dengan

suhu 20 – 25°C. Penurunan suhu tubuh bayi baru lahir sekitar 2 – 3°C, akan setara dengan

kehilangan kalori sebesar 200 kalori/kgBB.10

Secara struktural, perbedaan antara kulit bayi baru lahir dan dewasa dapat dijelaskan

dalam tabel berikut.11

Tabel 3. Perbedaan struktur kulit bayi baru lahir prematur, bayi cukup bulan, dan dewasa.11

Struktur Kulit Bayi Prematur Bayi Cukup Bulan DewasaEpidermis Sel-sel lebih tipis,

lapisan stratum korneum sedikit,

Stratum korneum lebih rapat, kadar melanin sedikit

Epidermis normal dengan tahanan terhadap penetrasi

12

Page 13: Refrat Hipotermia BBL-repaired

dengan produksi melanin yang rendah

yang baik dan konsentrasi melanin normal

Dermo-epidermal junction

Kohesi antara dermis dan epidermis sedikit

Kohesi antara dermis dan epidermis sedikit

Kohesi antara dermis dan epidermis baik

Dermis Serat elastis sedikit, lebih tipis

Serat elastis sedikit, lebih tipis

Serat elastis penuh

Kelenjar keringat Duktus paten, sel-sel sekret belum berdiferensiasi, kemampuan berkeringat rendah

Distribusi kelenjar keringat lebih rapat, tetapi kemampuan berkeringat masih rendah

Distribusi kurang rapat, mampu berkeringat dengan baik

Rambut Lanugo Rambut pendek dan halus

Rambut pendek halus dan rambut dewasa

Kelenjar sebasea Besar dan aktif Besar dan aktif Besar dan aktifSistem saraf dan vaskuler

Belum sepenuhnya terorganisir, nervus tidak termielinisasi, seperti struktur janin

Nervus kecil, tidak termielinisasi, berkembang penuh pada usia 3 bulan

Struktur dewasa

Permeabilitas Sangat permeabel terhadap zat yang larut lemak dan absorpsinya akan meningkat seiring dengan rasio permukaan kulit dibanding berat badan

Meskipun ketahanan terhadap penetrasi sudah baik, tetapi permeabilitas terhadap zat larut lemak dan absorpsinya masih meningkat seiring dengan rasio permukaan kulit dibanding berat badan

Ketahanan terhadap penetrasi baik

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa adanya perbedaan struktur kulit antara bayi

baru lahir dengan dewasa akan meningkatkan risiko hilangnya panas pada bayi. Mekanisme

kehilangan panas ini dapat diuraikan sebagai berikut :

13

Page 14: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Gambar 1. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir.1

Konduksi

Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua

obyek. Kehilangan panas terjadi saat kontak langsung antara kulit bayi baru lahir dengan

permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada bayi baru lahir yang

berada pada permukaan atau alas dingin, seperti pada waktu proses penimbangan3. Konduksi

ini juga dapat terjadi bila bayi baru lahir memakai selimut yang dingin atau pakaian yang

basah. Akan tetapi, jumlah panas yang hilang pada bayi baru lahir akibat konduksi ini

cenderung sedikit dan dapat diabaikan.4

Konveksi

Konveksi merupakan transfer panas yang terjadi secara sederhana dari selisih suhu

antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi sehingga

sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara udara dan bayi. Kehilangan panas secara

konveksi ini juga bergantung pada kecepatan udara sekitar. Semakin cepat udara yang

melewati permukaan tubuh bayi, maka penyekat antara bayi dan udara akan hilang sehingga

kehilangan panas akan meningkat.4 Sumber kehilangan panas disini dapat berupa inkubator

dengan jendela yang terbuka, ruangan perawatan yang dingin dan pada waktu proses

transportasi bayi baru lahir ke rumah sakit.3

Radiasi

Radiasi adalah proses perpindahan panas dari suatu objek panas ke objek dingin yang

ada di sekitar, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang

lebih dingin.3 Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu

14

Page 15: Refrat Hipotermia BBL-repaired

inkubator yang dingin atau bayi yang telanjang dalam kamar bersalin saat baru lahir dan

langsung terpapar ruangan dingin.4

Evaporasi

Saat air menguap dari tubuh bayi, panas juga ikut terbuang. Setiap ml air yang

menguap akan membawa 560 kalori panas. Dalam kondisi normal, evaporasi pada bayi aterm

terjadi sebanyak seperempat bagian dari keseluruhan produksi panas saat istirahat. Evaporasi

ini mencakup yang keluar melalui saluran nafas dan difusi pasif air melalui epidermis

(transepidermal water loss/TEWL). Bayi prematur memiliki TEWL yang lebih besar

daripada bayi aterm, sekitar 6 kali per unit area permukaan kulit pada bayi preterm usia 26

minggu. Hal ini terjadi karena kulit bayi preterm yang tipis dan resistensi yang kurang,

seperti dijelaskan dalam tabel 2 di atas.4

Evaporasi juga dapat meningkat melalui alat pemanas dan fototerapi secara tidak

langsung, melalui peningkatan suhu permukaan, kecepatan aliran udara dan kelembaban lokal

yang rendah, sehingga pemakaian alat pemanas dan fototerapi ini perlu dibarengi dengan

pencegahan tertentu misalnya dengan pemakaian selimut plastik atau lembaran plastik bening

yang akan mengurangi TEWL hingga 75 % .4

3. Kegagalan termoregulasi

Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam

menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin /saat

persalinan/postpartum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/anestesi) dapat

menekan respon neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan

mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat menjadi hipotermi atau hipertermi.3

Faktor Risiko Hipotermi

Suatu penelitian di rumah sakit rujukan di Iran menunjukkan bahwa bayi baru lahir

dengan berat badan rendah, skor Apgar rendah, riwayat kehamilan multipel dan telah

mendapatkan resusitasi kardiopulmoner memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena

hipotermi. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, jenis kelamin tidak mempengaruhi insiden

hipotermi ini. Faktor lain mencakup transportasi bayi baru lahir yang inadekuat, temperatur

lingkungan, pakaian yang tidak sesuai, hingga rendahnya temperatur ruangan bersalin, dan

faktor sosioekonomi ibu, meskipun tidak dijelaskan lebih rinci pada penelitian tersebut

tentang aspek-aspek sosioekonominya.12

15

Page 16: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Dampak Hipotermi

Saat adanya penurunan produksi panas dapat muncul kompensasi pengumpulan

produksi panas melalui peningkatan laju metabolik yang meliputi ketidakcukupan suplai

oksigen akibat peningkatan konsumsi oksigen, hipoglikemi sekunder akibat deplesi

penyimpanan glikogen, asidosis metabolik karena hipoksia dan vasokonstriksi perifer,

hambatan pertumbuhan, apneu dan hipertensi pulmonal sebagai akibat asidosis dan hipoksia.5

Ketika kompensasi terhadap hilangnya panas tubuh yang berlebihan terlewati maka

akan terjadilah hipotermi. Gangguan pembekuan seperti disseminated intravascular

coagulation dan perdarahan pulmonal dapat terjadi pada hipotermi berat dan syok sebagai

hasil dari pengurangan tekanan arteri sistemik, volume plasma, curah jantung, perdarahan

intraventrikel dansinus bradikardi berat.5

2.5. Diagnosis dan Klasifikasi Hipotermi

Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis

marmorata, pucat, takipneu dan takikardia. Hipotermi yang berkepanjangan akan

menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, respiratory distress, gangguan

keseimbangan asam basa, hipoglikemi, defek koagulasi, sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal

akut, enterokolitis nekrotikan dan pada keadaan yang berat akan menyebabkan kematian.3

Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit

bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk

deteksi awal adanya suatu penyakit. Pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal

atau kulit.3

Pengukuran suhu melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang

dianjurkan karena mudah, sederhana dan aman. Pengukuran melalui rektal hanya dilakukan

satu kali saja, yaitu waktu bayi baru lahir, karena sekaligus bermanfaat sebagai tes skrining

untuk mengetahui adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagi

prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.3

Kesempatan untuk bertahan hidup pada bayi baru lahir ditandai dengan keberhasilan

usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, bayi baru lahir haruslah

dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral Thermal Environment/NTE).3

Untuk menentukan apakah hipotermi yang terjadi pada bayi baru lahir ini disebabkan

oleh paparan lingkungan sekitarnya, maka perlu ditanyakan melalui alloanamnesis kepada

ibu bayi atau kepada siapapun yang membawa bayi untuk dirawat. Beberapa pertanyaan yang

dapat diajukan berupa :6

16

Page 17: Refrat Hipotermia BBL-repaired

1. Apakah bayi dikeringkan setelah lahir dan dijaga kehangatannya ?

2. Apakah bayi dipakaikan pakaian yang sesuai dengan cuaca saat itu?

3. Apakah bayi dipisahkan dari ibunya saat tidur ?

4. Apakah bayi terkena sinar matahari ?

Bila bayi telah dirawat sebelumnya dengan pemanas atau inkubator sebelumnya,

maka mesti diketahui temperatur ruangan tempat bayi dirawat, temperatur pemanas atau

inkubator dan frekuensi monitoring bayi tersebut.6

Dalam literatur lain, dapat juga diajukan beberapa pertanyaan dan pemeriksaan

segera, diantaranya : 13

Bagaimana tanda-tanda vital bayi ? Apakah bayi bernapas ? Periksa adanya

pulsasi atau tidak, juga kemungkinan adanya aritmia

Bagaimana suhu inti tubuh bayi (lebih akurat digambarkan dengan pengukuran

suhu di rektal)? Hipotermia terjadi bila suhu inti mencapai 35°C atau kurang.

Bagaimana keadaan ruangan tempat bayi dirawat ?

Apakah bayi memiliki masalah medis yang lain ? Pikirkan kemungkinan adanya

hipoglikemia, hipopituitarisme dan hipoadrenalisme

Apakah ada kemungkinan infeksi pada bayi? Hal ini penting diketahui karena bayi

dengan sepsis bisa memiliki tampilan klinis hipotermi.

Tabel 4. Klasifikasi Hipotermi.3

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

Bayi terpapar suhu

lingkungan yang

rendah

Waktu timbulnya

kurang dari 2 hari

Suhu tubuh 32-

36,4°C

Gangguan nafas

Denyut jantung <

100 kali /menit

Malas minum

Letargi

Hipotermi sedang

Bayi terpapar suhu

lingkungan yang

rendah.

Waktu timbulnya

kurang dari 2 hari

Suhu tubuh < 32°C

Tanda hipotermia

sedang

Kulit teraba keras

Nafas pelan dan

Hipotermi berat

17

Page 18: Refrat Hipotermia BBL-repaired

dalam

Tidak terpapar dengan

dingin atau panas yang

berlebihan

Suhu tubuh

berfluktuasi 36-39°C

meskipun berada di

suhu lingkungan

yang stabil

Fluktuasi terjadi

setelah periode suhu

stabil

Suhu tidak stabil

2.6.Tatalaksana Hipotermi

Berdasarkan klasifikasinya, tatalaksana hipotermi secara rinci dapat dijelaskan

sebagai berikut :

A. Hipotermi berat3

1. Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya,

bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu

2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan

selimut dengan selimut hangat.

3. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.

4. Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas lebih dari 60 atau kurang dari 30

kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi ), lakukan manajemen

gangguan nafas.

5. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap

terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan

6. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, tangani

hipoglikemi.

7. Nilai tanda kegawatan bayi (misalnya gangguan nafas, kejang atau tidak sadar) setiap

jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam

batas normal.

8. Ambil sampel darah dan beri antibiotik sesuai dengan yang disebutkan dalam

penanganan kemungkinan besar sepsis.

9. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :

18

Page 19: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu

alternatif cara pemberian minum

Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras

begitu suhu bayi mencapai 35°C.

10. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5°C/jam, berarti

upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi

setiap 2 jam.

11. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap

jam.

12. Setelah suhu bayi normal :

Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi

Pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.

13. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam

batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang

memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu

bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.

B. Hipotermi sedang3

1. Ganti pakaian yang dingin atau basah dengan pakaian yang hangat, memkai topi dan

selimuti dengan selimut hangat.

2. Bila ada ibu / pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak

kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care)

3. Bila ibu tidak ada :

Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas, gunakan

inkubator dan ruangan hangat, bila perlu

Periksa suhu alat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah

satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.

Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.

4. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan

ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

5. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang,

tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.

6. Periksa kadar glukosa darah, bila <45 mg/dl, tangani hipoglikemia.

19

Page 20: Refrat Hipotermia BBL-repaired

7. Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan nafas, bila ada tangani gangguan nafasnya

8. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C/jam, berarti usaha

mengahangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu tiap 2 jam.

9. Bila suhu tidak naik, atau naik terlalu pelan, kurang 0,5°c/jam, cari tanda sepsis.

10. Setelah suhu tubuh normal :

Lakukan perawatan lanjutan

Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu tiap 3 jam.

11. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada

masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.

TERAPI DENGAN INKUBATOR5

Inkubator biasanya digunakan pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1800

gram. Inkubator tertutup akan memberikan panas secara konveksi. Oleh karena itu, inkubator

ini tidak mencegah kehilangan panas secara radiasi kecuali bila inkubator ini dilengkapi

dengan dua lapis dinding. Demikian pula, kehilangan panas secara evaporasi dapat

dikompensasi jika kelembapan ditambahkan ke dalam inkubator. Kelemahan inkubator

tertutup ini adalah sulitnya memantau bayi yang sakit dan sulit dalam melaksanakan beberapa

prosedur. Perubahan suhu tubuh yang dihubungkan dengan sepsis dapat diatasi melalui

sistem kontrol otomatis dari inkubator tertutup. Seorang bayi dapat dilepaskan dari inkubator

bila suhu tubuhnya dapat dijaga pada suhu lingkungan < 30,0°C (biasanya bila berat

badannya mencapai 1600-1800 gram). Inkubator tertutup dapat mengatur suhu lingkungan

netral dengan menggunakan satu dari perlengkapan dibawah ini :5

a. Servocontrolled skin probe yang mencapai bagian perut bayi. Jika suhu tubuh

turun, maka panas akan ditambahkan. Jika target suhu kulit telah tercapai, maka

unit pengangat akan mati secara otomatis. Kelemahan dari alat ini adalah, dapat

terjadi panas yang berebihan bila sensor rusak.

b. Perlengkapan kontrol suhu udara. Dengan alat ini, suhu udara di dalam inkubator

dapat naik atau turun bergantung pada hasil pengukuran suhu bayi. Penggunaan

cara ini membutuhkan perhatian yang cukup dan biasanya digunakan pada bayi

yang sudah tua.

c. Probe suhu udara. Probe ini tergantung di dalam inkubator di dekat bayi dan

mengatur suhu udara agar tetap konstan.

20

Page 21: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Cara pemakaian : 5

a. Menggunakan servocontrol, dengan pengaturan suhu untuk kulit perut 36,0-

36,5°C.

b. Penggunaan inkubator dengan dua lapis dinding, bila memungkinkan.

c. Tutup kepala bayi dengan topi.

d. Jaga kelembapan pada level ≥40-50%. Kelembapan yang berlebihan dan pakaian

yang basah dapat memicu terjadinya kehilangan panas yang berlebihan dan

pengumpulan cairan yang dapat memungkinkan terjadinya infeksi.

e. Jaga suhu ventilator pada suhu ≥34,0-35,0°C.

f. Letakkan matras penghangat di bawah tubuh bayi yang memiliki suhu bervariasi

antara 35,0-38,0°C. Untuk perlindungan, suhu dapat diatur antara 35,0 dan

36,0°C. Untuk menghangatkan bayi yang hipotermi, suhu dapat diatur mencapai

37,0 dan 38,0°C.

g. Bila temperatur sulit untuk diatur, tingkatkan level kelembapan atau gunakan

pancaran penghangat ( di beberapa institusi)

Secara praktis, perawatan dalam inkubator dengan suhu diatur sesuai dengan berat

badan bayi baru lahir, yakni : 3

Tabel 5. Penyesuaian inkubator dengan berat badan bayi baru lahir3

Berat badan lahir Suhu (°C)

(Made Widia)

Suhu (°C)

(FK UI)

500 35,5 + 0,5 -

1000 34,9 + 0,5 35

1500 34,0 + 0,5 34

2000 33,5 + 0,5 33,5

2500 33,2 + 0,5 33,2

TERAPI DENGAN PEMANAS5

Terapi dengan pemanas digunakan untuk bayi yang sangat tidak stabil atau selama

pelaksanaan suatu prosedur medis. Panas dihasilkan dari proses radiasi sehingga tidak

mencegah kehilangan panas secara konveksi dan evaporasi. Suhu dapat diatur dalam sebuah

“servomode” dan “nonservomode”( disebut juga tipe manual). Bila digunakan pemanas tipe

manual, bayi harus diamati secara lebih hati-hati untuk menghindari panas yang berlebihan.

21

Page 22: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Pemanas ini digunakan dalam waktu yang terbatas seperti dalam ruang persalinan.

Kehilangan air yang tak disadari dapat terjadi ekstrim pada bayi dengan berat badan lahir

sangat rendah ( mencapai 7 ml/kg/jam). Penutupan kulit dengan bahan semipermeabel dapat

membantu mengurangai kehilangan air transepidermal (TEWL) yang tak disadari.5

Cara pengaturan pemanas5

1. Pengaturan suhu pada bayi yang sehat ( berat badan > 2500 gram) :

a. Tempatkan bayi di bawah pancaran penghangat segera setelah persalinan.

b. Keringkan bayi dengan segera untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi

c. Tutup kepala bayi dengan penutup kepala atau topi.

d. Letakkan bayi dan tutup dengan selimut di tempat tidur bayi

2. Pengaturan suhu pada bayi yang sakit :

Sama dengan pengaturan suhu pada bayi yang sehat, kecuali letakkan bayi dibawah

pancaran penghangat dengan temperature servoregulation.

3. Pengaturan suhu pada bayi prematur (berat badan 1000-2500 gram)

a. Untuk bayi dengan berat badan 1800-2500 gram tanpa masalah medis,

penggunaan selimut, topi dan tempat penyimpanan biasanya cukup.

b. Untuk bayi dengan berat badan 1000-1800 gram dan sehat dapat ditempatkan di

inkubator dengan servokontrol. Sedangkan bayi yang sakit dapat ditempatkan di

bawah pancaran penghangat dengan servokontrol.

4. Pengaturan suhu pada bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.

Di dalam ruang persalinan, kehilangan panas secara evaporasi dapat terjadi segera

setelah persalinan. Karena itu pengeringan secara cepat pada bayi merupakan hal yang

sangat penting dalam tatalaksana pada bayi berat badan lahir rendah. Pendekatan yang

berbeda dan lebih efisien adalah dengan ditemukannya selimut dari polietilen yang

dapat dipakai menutupi bahu sampai kaki tanpa pengeringan segera setelah proses

persalinan. Di tempat perawatan, dapat digunakan pemanas ataupun inkubator,

tergantung mana yang lebih disukai.

Dengan adanya keseluruhan terapi ini, sebaiknya dapat membantu kita sebagai tenaga

kesehatan untuk lebih sensitif dan tanggap dalam menangani masalah hipotermi. Penanganan

yang tepat pada bayi preterm maupun aterm dengan hipotermi dapat mengurangi masalah

pada bayi baru lahir dalam perkembangan selanjutnya.12

22

Page 23: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Pencegahan Hipotermi dengan 10 Langkah Proteksi Termal1

Sepuluh langkah proteksi termal adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pada

bayi baru lahir dengan tujuan untuk menghindarkan terjadinya stress hipotermi maupun

hipertermi, serta menjaga suhu tubuh bayi tetap berada dalam keadaan normal yaitu antara

36,5-37,0°C.

Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat

Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan harus cukup hangat dengan suhu

antara 25-28°C serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu ataupun kipas angin.

Selain itu, sarana resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan bayi baru lahir sudah

disiapkan serta harus dihadiri paling tidak 1 orang tenaga terlatih dalam resusitasi bayi baru

lahir sebagai penanggung jawab pada perawatannya.3

Langkah ke 2 : Pengeringan segera

Segera setelah lahir, keringkan kepala dan tubuhnya dan segera ganti kain yang basah

dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian letakkan di permukaan yang hangat seperti

dada atau perut ibunya atau segera dibungkus dengan pakaian hangat. Kesalahan yang sering

dilakukan adalah konsentrasi penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan tindakan

pompa jantung pada waktu resusitasi sehingga melupakan kontrol terhadap paparan dingin

yang kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan.3

Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit

Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah hilangnya

panas pada bayi baru lahir, baik pada bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu,

merupakan tempat yang sangat ideal bagi bayi baru lahir untuk mendapatkan suhu

lingkungan yang tepat. Kontak kulit dengan kulit adalah suatu bentuk sentuhan yang dapat

menstimulasi saraf-saraf yang tidak bermielin pada bayi (ujung saraf C). Nantinya sensasi

sentuhan pada saraf ini akan mengaktivasi korteks insular pada sistem limbik di otak

sehingga dilepaskan neuropeptida seperti kolesistokinin dan opioid yang akan menyebabkan

vasodilatasi kulit. Sentuhan ini juga akan menstimulasi aksis pituitari-tiroid yang akan

meningkatkan metabolisme serta suhu kulit ibu dan bayi. Selanjutnya, kalsitonin lokal dan

hormon pelepas kortikotropin kutan diaktifkan sehingga suhu akan meningkat dan bayi

beserta ibu menjadi lebih hangat.14

Apabila oleh karena sesuatu hal tidak memungkinkan pelekatan bayi ke dada atau ke

perut ibunya, maka bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam

dekapan lengan ibunya. Metode perawatan kontak kulit dengan kulit dalam perawatan bayi

selanjutnya sangat dianjurkan khususnya untuk bayi-bayi kecil. Dari beberapa penelitian

23

Page 24: Refrat Hipotermia BBL-repaired

dilaporkan adanya penurunan secara bermakna angka kesakitan dan angka kematian bayi-

bayi kecil.3

Langkah ke 4 ; Pemberian ASI

Pemberian ASI sesegera mungkin sangat dianjurkan dalam jam-jam pertama

kehidupan bayi baru lahir. Pemberian ASI secara dini dan dalam jumlah yang mencukupi

akan sangat menunjang kebutuhan nutrisi serta berperanan dalam proses termoregulasi bayi

baru lahir3. Selain itu, ibu post-partum baik bayinya aterm maupun preterm akan mengalami

kenaikan temperatur payudara. Stimulasi menyusui dini akan meningkatkan produksi

prolaktin yang memicu aktivasi lebih baik dari kelenjar susu. Aktivasi ini selanjutnya akan

memicu efek parasimpatis ke pembuluh darah di payudara sehingga suhunya meningkat dan

dapat menghangatkan bayi sekaligus di saat menyusui.14

Gambar 2. Usaha pencegahan kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir.1

Langkah ke 5 : Tidak segera memandikan / menimbang bayi

Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6 jam

) yaitu setelah keadaan bayi stabil. Tindakan memandikan bayi segera setelah lahir akan

menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Mekonium, darah atau sebagian verniks

dapat dibersihkan pada waktu tindakan mengeringkan bayi. Sisa verniks yang masih

menempel di tubuh bayi tidak perlu dibuang. Pembuangan sisa verniks yang masih menempel

akan menyebabkan iritasi kulit juga verniks tersebut masih bermanfaat sebagi pelindung

panas tubuh bayi, dan akan direabsorbsi dalam hari hari pertama kehidupan bayi. Menimbang

bayi dapat ditunda beberapa saat kemudian. Tindakan menimbang dapat menyebabkan

24

Page 25: Refrat Hipotermia BBL-repaired

terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Sangat dianjurkan pada waktu menimbang bayi,

timbangan yang digunakan diberi alas kain hangat.3

Gambar 3. Cara memandikan bayi.1

Langkah ke 6 : Pakaian dan selimut bayi yang adekuat

Secara umum, bayi baru lahir memerlukan beberapa lapis pakaian dan selimut yang

lebih banyak daripada orang dewasa. Pakaian terutama topi, dapat dipakaikan pada bayi,

karena sebagian besar (kurang dari 25 %) kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi.

Pakaian dan selimut sebaiknya cukup longgar sehingga memungkinkan adanya lapisan udara

diantara permukaannya sebagai penyangga panas tubuh yang cukup efektif. Bedong

(swaddling) yang biasanya sangat erat sebaiknya dihindarkan. Selain menghilangkan lapisan

udara sebagai penyangga panas, bedong juga meningkatkan risiko terjadinya pneumonia dan

penyakit infeksi saluran nafas lainnya. Hal ini terjadi karena paru bayi tidak mengembang

sempurna pada waktu bernafas. Pada perawatan bayi preterm selain dengan cara perawatan

bayi lekat dengan ibunya, pakaian dan selimut hangat, penggunaan plastik sebagai selimut

pelapis atau meletakkan bayi dibawah pemancar panas, dilaporkan sangat bermanfaat untuk

memperkecil proses kehilangan panas. Pemakaian matras yang hangat juga dapat dilakukan.15

Dalam hal ini suhu tubuh bayi harus selalu dimonitor dengan ketat untuk menghindarkan

terjadinya hipertermi. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, mempunyai risiko

untuk terjadinya depresi pernafasan, kejang, palsi serebral atau kematian.3

Langkah ke 7 : Rawat gabung

25

Page 26: Refrat Hipotermia BBL-repaired

Bayi yang dilahirkan di rumah ataupun di rumah sakit,seyogyanya digabung dalam

tempat tidur yang sama dengan ibunya selama 24 jam penuh dalam ruangan yang cukup

hangat (minimal 25°C). Hal ini sangat menunjang pemberian ASI on demand , serta

mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah sakit.3

Langkah ke 8 : Transportasi hangat

Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit atau bagian lain di lingkungan

rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau NICU sangat penting untuk selalu memjaga

kehangatan bayi selama dalam perjalanan. Apabila memungkinkan, rujuklah bayi bersamaan

dengan ibunya dalam perawatan bayi lekat. Hal ini merupakan cara sederhana dan aman.

Cara merujuk bayi dapat melalui teknik KMC (Kangaroo Mother Care) dengan meletakkan

bayi di dada ibunya dimana bayi berada di dalam baju ibu dengan kontak kulit ke kulit yang

adekuat. Bayi tidak memakai pakaian atasan, dapat memakai topi, kaus kaki dan sarung

tangan. Selanjutnya dari luar bayi dapat ditutupi dengan selimut atau kain. Tindakan ini dapat

membuat bayi lebih hangat, lebih mudah disusui dan komplikasi hipoterminya dapat

dikurangi.6

Gambar 4. Metode kangguru.6

Langkah ke 9: Resusitasi hangat

Saat resusitasi, tubuh bayi harus dijaga agar tetap hangat. Bayi-bayi yang mengalami

asfiksia tidak dapat menghasilkan panas yang cukup sehingga berisiko tinggi untuk menderita

hipotermi. Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, berikanlah lingkungan yang

26

Page 27: Refrat Hipotermia BBL-repaired

hangat dan kering, yaitu dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas. Hal ini

merupakan salah satu dari rangkaian prosedur standar resusitasi bayi baru lahir.3

Langkah ke 10 : Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat

Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi perlu dilatih

dan diberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai

hangat. Keluarga dan anggota masyarakat yang mempunyai bayi di rumah perlu diberikan

pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga agar bayinya selalu tetap hangat.3

BAB III

27

Page 28: Refrat Hipotermia BBL-repaired

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

1. Bayi baru lahir memiliki keterbatasan dalam termoregulasi tubuhnya. Pengaturan suhu

tubuh merupakan kombinasi dari keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran

panas, ditunjang oleh faktor lingkungan, hormonal dan lainnya

2. Hipotermi adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir memiliki suhu tubuh di bawah

36,50C (97,70F) pada pengukuran dengan aksila. Klasifikasi hipotermi yakni hipotermi

ringan dengan suhu 36-36.50C atau 96,8-97,70F, hipotermi sedang dengan suhu 32-360C

atau 89,6-96,80F, dan hipotermi berat dengan suhu di bawah 320C atau 89,60F.

3. Mekanisme terjadinya hipotermi meliputi penurunan produksi panas, peningkatan

kehilangan panas (konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi) dan kegagalan

termoregulasi

4. Diagnosis hipotermi dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

tepat, cepat dan adekuat sehingga dapat ditatalaksana dengan segera.

5. Tatalaksana hipotermi mencakup tatalaksana umum, langkah proteksi termal, pemakaian

inkubator, pemakaian pemanas dan terapi medikamentosa

3.2. Saran

Dokter sebagai pemberi layanan kesehatan di lini pertama sebaiknya memiliki

pengetahuan dan kemampuan yang maksimal dalam tatalaksana hipotermi pada bayi baru

lahir. Hal ini juga dapat diwujudkan melalui kerjasama dengan teman sejawat atau mitra kerja

sehingga bayi mendapatkan perawatan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: Refrat Hipotermia BBL-repaired

1. WHO.Thermal Protection of Newborn, A Practical Guide.1997.h. 5-222. Bhatt DR, White R, Martin G. Transitional Hypothermia in Preterm Newborns.

Journal Of Perinatology 2007;27: 45-73. Yunanto A. Termoregulasi. Dalam : Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, penyunting.

Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008. h. 89-1024. Rennie JM dan Roberton NRC. Textbook of Neonatology Third Edition. 1999.UK :

Churchill Livingstone.5. Gomela TL. Temperature Regulation. Dalam : A Lange Clinical Manual Neonatology

: Management, Procedures, On Call Problems, Diseases, and Drugs 5th Edition. McGraw-Hill ; 2004.h. 39-43

6. WHO. Assesment, Findings, and Management Abnormal Body Temperatur. Dalam : Managing Newborn Problems, A Guides for Doctors, Nurses, and Midwives. 2003. h. F69-F73

7. Mullany L, Katz J, Khatry SK, LeClerq SC, Darmstadt GL, dan Tielsch JM. Neonatal Hypothermia and Associated Risk Factors Among Newborns of Southern Nepal. BMC Medicine Juni 2010;8:43

8. Guyton CA, Hall JE. Suhu Tubuh, Pengaturan Suhu dan Demam. Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997. h. 1141-56

9. Faizi M dan Netty EP. Artikel Hipotiroid. 2006. Diunduh dari www.pediatrik.com. Situs resmi SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. Diakses tanggal 15 November 2010.

10. Markum AH. Janin dan Neonatus. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1991. h. 218-9

11. Sarkar R, Basu S, Agrawal RK, dan Gupta P. Skin Care for The Newborn. The Indian Pediatrics Juli 2010;47:593-8

12. Zayeri M, Kazemnejad A, Ganjali M, dan Babaei G. Incidence and Risk Factors of Neonatal Hypothermia at Referral Hospitals in Tehran, Islamic Republic of Iran. La Revue de Sante la Mediterranee orientale 2007;13:1308-13

13. Pohl A, Gomella C, dan Gomella LG. A Lange Medical Book : Pediatrics On Call. 2004. McGraw-Hill.

14. Ludington S, Morgan K, Reese S. Breast-Infant Temperature with Twins during Shared Kangaroo Care. Journal Obstetric and Ginecology Neonatal Nursing Juni 2006;35:223-31.

15. McCall , Alderdice FA, Halliday HL, Jenkins JG, Vohra S. Interventions to Prevent

Hypothermia At Birth In Preterm and/or Low Birthweight Babies. U.S National

Library of Medicine National Institute of Health Januari 2005;1

29