Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI...

11
REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i<Gn Abstarak Dengan mengidentinkasi problem-problem sosial keagamaan yang ada, diharapkan para tokoh agama/masyarakat akan mampu mencari jalan keluar, baik secara internal maupun eksternal, jangka pendek, menengah maupun panjang. sehingga daripadanya dapat dicari formula yang tepat untuk mendorong secara proaktif agar masyarakat desa semakin maju dalam kehidupan sosial keagamaan dalam arti yang seluas-luasnya. Oleh karena beberapa masalah tersebut dirangkum secara umum, maka, apabila diterapkan pada suatu wilayah/desa, akan berbeda-beda. Diantara permasa- lahan tersebut adalah: Kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa relatif belum baik., kurangnya pemimpin agama pada tingkat lokal, Kurangnya Sarana Ibadah, Wadah /lembaga yang menangani kegiatan keagamaan secara teratur, Kurangnya contoh pengamalan ajaran agama dari Pemimpin Formal. Kurang nampaknya suasana hidup beragama di masyarakat pedesaan. Banyaknya berbagai bentuk tindakan a-moral. A. Fendahuluan Bagi para da'i/muballigh yang terbiasa "njajah deso milang kori", yang berarti sering keluar masuk daerah pedesaan untuk menyampaikan pesan-pesan/siraman ruhani dan pesan pem- bangunan bagi peningkatan kualitas hidup lahiriah batiniah warga desa, akan mendapat suatu kenyataan, betapa cukup banyak masalah-masalah sosial ekonomi dan sosial keagamaan yang melilit mereka, yang pada gilirannya merupakan kendala bagi sosialisasi peningkatan kualitas hidup dan sosialisasi burir- 199

Transcript of Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI...

Page 1: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIALKEAGAMAAN DI PEDESAAN

Zaina[jl6i<Gn

Abstarak

Dengan mengidentinkasi problem-problem sosial keagamaanyang ada, diharapkan para tokoh agama/masyarakat akanmampu mencari jalan keluar, baik secara internal maupuneksternal, jangka pendek, menengah maupun panjang.sehingga daripadanya dapat dicari formula yang tepat untukmendorong secara proaktif agar masyarakat desa semakinmaju dalam kehidupan sosial keagamaan dalam arti yangseluas-luasnya. Oleh karena beberapa masalah tersebutdirangkum secara umum, maka, apabila diterapkan padasuatu wilayah/desa, akan berbeda-beda. Diantara permasa-lahan tersebut adalah: Kehidupan sosial ekonomi masyarakatdesa relatif belum baik., kurangnya pemimpin agama padatingkat lokal, Kurangnya Sarana Ibadah, Wadah /lembagayang menangani kegiatan keagamaan secara teratur,Kurangnya contoh pengamalan ajaran agama dari PemimpinFormal. Kurang nampaknya suasana hidup beragama dimasyarakat pedesaan. Banyaknya berbagai bentuk tindakana-moral.

A. Fendahuluan

Bagi para da'i/muballigh yang terbiasa "njajah deso milangkori", yang berarti sering keluar masuk daerah pedesaan untukmenyampaikan pesan-pesan/siraman ruhani dan pesan pem-bangunan bagi peningkatan kualitas hidup lahiriah batiniahwarga desa, akan mendapat suatu kenyataan, betapa cukupbanyak masalah-masalah sosial ekonomi dan sosial keagamaanyang melilit mereka, yang pada gilirannya merupakan kendalabagi sosialisasi peningkatan kualitas hidup dan sosialisasi burir-

199

Page 2: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

butir ajaran agama (Islam) di tengah-tengah masyarakat.Dengan mengidentifikasi problem-problem sosial keagamaanyang ada, diharapkan para tokoh agama/masyarakat akanmampu mencari jalan keluar, baik secara internal maupuneksternal, jangka pendek, menengah maupun panjang.

Tulisan berikut akan mencoba untuk merangkum beberapapermasalahan sosial keagamaan di pedesaan secara "sepintas",dengan harapan dapat dijadikan bahan awal untuk diskusi-dialog bagi para penyuluh, da'i, muballigh, para aktivis muda,pemuka agama-masyarakat dan para peminat masalah pe-desaan, sehingga daripadanya dapat dicari formula yang tepatuntuk mendorong secara proaktif agar masyarakat desa semakinmaju dalam kehidupan sosial keagamaan dalam arti yangseluas-luasnya. Oleh karena beberapa masalah tersebut di-rangkum secara umum, maka, apabila diterapkan pada suatuwilayah/desa, akan berbeda-beda. Oleh karena kehidupanmasyarakat itu sangat kompleks, dimana masalah yang satuberbaur/menyatu dengan masalah yang lain, saling pengaruhmempengaruhi identifikasi masalah yang akan dirangkummungkin akan lebih banyak masalah "keagamaan" yang terjadidi tengah komunitas "sosial" di pedesaan.

B. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa relatif belumbaik

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa relatif belumbaik dan pendapatannya terbatas guna mencukupi biaya hidupminimal. Apabila dibandingkan dengan kondisi kehidupanpada dekade 60-an, keadaan sekarang relatif memang lebih baik.Namun demikian, apabila dibandingkan dengan kondisikehidupan masyarakat kota, di bidang "pendidikan", rasanyasangat ketinggalan. Dengan hasil pertanian yang mereka usaha-kan, asset untuk mendapatkan pendidikan tingkat "tinggi"relatif sulit mereka capai. Pada era 2000-an ini, dalam era glo-

200

Page 3: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

bal, dalam tekanan harga BBM di tingkat internasional, ke-hidupan ekonomi masyarakat desa, jatuh terjerembab. Aksesuntuk berkembang di bidang ekonomi, semakin menurun.

C. Pemimpin agama pada tingkat lokal

Kurangnya pemimpin agama pada tingkat lokal, dan yangdimaksud pemimpin agama disini adalah pemuka-pemukaagama yang mampu membimbing masyarakat dalam hidupberagama sehari-hari yang menyatu dengan yang dibimbing,pemuka agama yang mampu menjabarkan butir-butir ajaranagama dalam kehidupan sehari-hari, memimpin kegiatan-kegiatan ritual agama. Kurangnya pemimpin agama ini disebab-kan kurangnya proses kaderisasi, kurangnya kaum muda yangtekun mempelajari/mendalami ajaran agama maupun ling-kungan yang kurang kondisuf bagi munculnya suasana hidupyang agamis. Masyarakat yang banyak mentolerir berlang-sungnya berbagai bentuk kemaksiatan di kalangankaum mudaatau di seluruh lapisan masyarakat pada umumnya, akanmenjadi faktor penyebab utama "pemimpjn agama" tidak akanlahir. Ada sementara pihak yang berpendapat, bahwa padasuatu saat, secara alami, "pemimpin agama" akan lahir dengansendirinya, yang akan secara tekun membimbing masya-rakatnya / umatnya ke arah kehidupan yang lebih baik. Pen-dapat tersebut "mungkin" ada juga benarnya, tetapi, tentudalam jumlah yang "sangat" terbatas dan bersifat insidental,padahal, suatu kehidupan bersifat kontinyu, berkesinambungandan mestiny a menuju ke arah yang lebih baik, sehingga dibutuh-kan pemimpin, penyuluh dan pembimbing dalam jumlah yangcukup. Pemimpin yang lahir secara alami jelas sangat terbatasjumlahnya dan sangat tidak mencukupi bagi pembinaan umat,apalagi pemimpin agama dalam arti yang luas.

Pemimpin agama yang ketersediaannya direncanakan,"direkayasa", dengan dibekali dengan banyak ilmu, diharapkan

201

Page 4: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

kelak akan mampu menjawab berbagai tantangan zaman,apalagi apabila dilengkapi dengan berbagai ilmu bantu sesuaidengan perkembangan masyarakat yang maju dengan pesat.Di wilayah pedesaan yang mata pencaharian penduduknyabersifat homogen (petani/peternak, nelayan, buruh tani dll),dan waktunya banyak disita untuk kegiatan-kegiatan operasi-onal mencari sumber hidup, nuansa kehidupan beragama tidakakan nampak manakala tidak tersedia pemimpin agama ditingkat lokal. Masyarakat desa tidak akan mendapat sentuhan/siraman ruhani, hidupnya hanya akan berkisar bekerja, istirahat,makan, tidur dan bekerja lagi. Sangat miskin nuansa agama.

D. Sarana Ibadah

Kurangnya Sarana Ibadah, Jumlah sarana ibadah bagikaum muslimin di pedesaan nampak semakin tercukupi padakurun waktu 25 - 30 tahun terakhir, semasa Orde Baru, meski-pun dari segi kualitas belum memadai. Itupun baru terbataspada sarana phisik. Di dusun-dusun tertentu bahkan saranaibadah tersebut baru berdiri pada dekade 90-an. Betapapunsebelum sarana ibadah tersebut berdiri kaum muslimin sudahmelaksanakan kegiatan ibadah di rumah-rumah penduduk /rumah-rumah tertentu, dapat dipahami, kualitas beragamamereka masih belum menggembirakan. Bahkan akan banyakkita dapati lapisan kaum tua (pria maupun wanita), yang masakecilnya/masa mudanya tidak mendapatkan pengalaman hidupberagama dengan baik. termasuk kegiatan-kegiatan yang ber-sifat ritual. Kehidupan mereka akhirnya dipandu oleh kebiasa-an-kebiasaan, naluri, adat istiadat yang mereka warisi darinenek moyangnya dengan tidak mempersoalkan semuanya itubertentangan dengan ajaran agama atau tidak. Dalam kondisiyang seperti ini, lapisan kaum tua akan "sangat" lamban untukmenerima dan melaksanakan kegiatan-kegiatan ritual ke-agamaan.

202

Page 5: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

Sarana ibadah yang sudah tersedia di suatu wilayah/ desa,baru dapat berfungsi secara minimal. Mengapa? Jawabannyaadalah, sarana phisik tersebut memang masih berfungsi mini-mal. Sebagai contoh, apabila suatu masjid sudah berdiri, maka,sarana untuk: tempat wudlu/MCK, ruang ta'mir masjd, gudang,ruangan TPA/TKA, tempat sandal, tempat garasi sepeda,persediaan air/sumur, tikar untuk shalat, peralatan almariuntuk tempat inventaris masjid, sound system, perpustakaandan Iain-lain, masih belum ada/memadai dan merupakan agendamasalah yang bersifat klasik. Hal ini akan semakin menarikuntuk dikaji manakala kita mengambil contoh wilayah pedesaanyang terpencil. Kalaupun kita dapati sarana ibadah tersebutsudah nampak lengkap, persoalan berikutnya adalah, sudahkahsarana tersebut dapat berfungsi secara maksimal ? Kendalanyaterletak pada sektor Sumber Daya Manusia (SDM), baik pihakpengurus Ta'mir Masjid, Jamaah maupun masyarakatnya.Kelemahan sarana ibadah di pedesaan umumnya kurangterawatnya/terpeliharanya sarana yang dimiliki, baik menyang-kut usaha pemeliharaan kebersihan, keamanan barang, pera-watan barang inventaris, maupun penggunaan barang secaramaksimal. Sarana ibadah nampak kurang terawat, tidak se-bagaimana mereka "pada umumnya" merawat rumahnyasendiri.

Untuk menanggulangi persoalan ini, perlu diciptakantumbuhnya suatu kesadaran secara berangsur-angsur di semualapisan kaum muslimin agar semakin gemar beramal salehmelalui pemeliharaan sarana ibadah dengan cara yang persuasifdan contoh-contoh yang konkrit.

Perlu ditumbuhkan kepedulian masyarakat sekitar untukmemelihara sarana ibadah tersebut, gemar memakmurkanmasjid, memanfaatkannya bagi pembinaan anak-anak, remaja,orang tua dan Iain-lain.

203

Page 6: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

E. Wadah/lembaga yang menangani kegiatan keagamaansecara teratur,

Kurangnya Wadah/lembaga yang menangani kegiatankeagamaan secara teratur, terutama yang menyangkut dengankegiatan pendidikan agama bagi anak-anak. Dengan semakinkurangnya perhatian bagi tumbuh dan berkembangnya ruhanianak-anak, kelak, akan kita dapati generasi muda yang akanacuh terhadap kehidupan beragama. Kurangnya wadah dankegiatan beragama dapat ditengarai dengan: kurangnya ke-giatan/frekwensi baca Al-Qur'an bagi anak-anak sebelum/sesudah shalat Maghrib di serambi masjid atau di rumah-rumahpenduduk/guru ngaji, kurang giatnya kegiatan TKA-TPA(kalau sudah berdiri di suatu masjid), tidak aktifnya majlista'lim, kalau sudah ada kegiatan pengajian, sifatnya "rutin" dantidak ada target apa-apa. Demikian pula munculnya suatukenyataan "agama tidak terrefleksi dalam kenyataan hidupmereka sehari-hari". Tidak berlebih-lebihan manakala dikata-kan bahwa masyarakat sekarang, secara ideal, semakin jauhdari cita ideal ajaran agamanya, karena mereka gampang me-lakukan praktek hidup yang kurang terpuji.

F. Kurangnya contoh pengamalan ajaran agama dariPemimpin Formal.

Kita sadari bersama bahwa masyarakat kita sangat bersif atgampang mencontoh apa yang dilakukan oleh pemukanya/pemimpinnya. Mereka cenderung meniru apa yang dikerjakanoleh pemimpinnya, dengan kurang kritis. Sifat paternalistikseperti itulah yang menjadi faktor penyebab kita lambat maju.

Pemimpin formal yang ada di pedesaan, umumnya, padamasa kecil mereka, sebagaimana umumnya dunia kanak-kanakpada masa itu, juga kurang mendapatkan pengalaman hidupberagama secara utuh. Mereka belum banyak belajar dan men-dapatkan pengalaman hidup beragama. Sehingga memasuki

204

Page 7: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

masa remaja dan kelak dewasa, tidak mendapatkan pengalamanhidup beragama secara memadai, kecuali sedikit yang secarakhusus masuk madrasah atau dunia pesantren. Untuk yangterakhir ini, umumnya, justru secara pro aktif ingin merubahsuasana dan lingkungan desanya agar lebih agamis. Dan usahayang demikian ini, rasanya wajar-wajar saja. Sifat paternalistikmasyarakat desa tidak akan gampang berubah/bergeser, se-panjang tingkat pendidikannya masih tetap 'rendah"; merekaakan tetap rasional dalam menghadapi berbagai persoalan,termasuk didalamnya meninggalkan kebiasaan yang didapatdari pemimpinnya yang kurang baik. Kebiasaan masyarakatdesa bermain judi kecil-kecilan misalnya, akan banyak di-pengaruhi oleh perilaku pemimpinnya terhadap judi. Apabilamentolerir judi kecil-kecilan sebagai: alat begadang malam,sekedar hiburan/iseng, teman siskamling, penyegaran murahdll, maka lambat laun kegiatan tersebut akan merupakankebiasaan yang sulit dihilangkan.

C. Kurang nampaknya suasana hidup beragama di masya-rakat pedesaan.

Setiap aktivitas manusia dalam bidang apapun, sepanjangdiniatkan untuk berbakti kepada kepentingan orang banyak danbagi pengabdian kepada Allah SWT, disebut ibadah. Kegiatanhidup sehari-hari seperti: bekerja di ladang/-sawah/kebun,belajar di sekolah mengajar, bekerja di pasar, bekerja di termi-nal, menggembala ternak mencari rumput/ kayu bakar dan segalamacam kegiatan keseharian, juga kegiatan ubudiyah di setiapwaktu, memang selayaknya masuk dalam ruang lingkupibadah.

Secara khusus, suasana hidup beragama pada masyarakatpedesaan nampak, manakala kegiatan-kegiatan yang bernuansaubudiyah (vertikal) secara massal banyak dilakukan masya-rakat. Kegiatan shalat berjamaah, menghadiri majlis taklim,

205

Page 8: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

peringatan hari-hari besar Islam yang dilengkapi denganberbagai jenis perlombaan, suasana silaturahmi antar wargayang intens, kehidupan yang aman tenteram, merupakan cirikehidupan yang agamis dan Islami.

Secara sederhana, kiranya, dapat kita katakan bahwasuasana kehidupan di pedesaan seperti di atas, semakin tidakbanyak kita saksikan. Mungkin, kendalanya mernang banyak.Kehidupan pada masa sekarang yang cen-derung semakinmaterialistik hedonistik dan permissifmus, baik di pedesaan danapalagi di perkotaan, mendorong orang untuk sibuk bekerjadengan tidak menyeimbangkan kegiatan dirinya denganmasalah ruhani/ibadah. Norma sosial, adat dan agama, dalampenerapannya, bergeser sedikit demi sedikit, semakin longgar.Kurangnya masyarakat giat shalat berjamaah di masjid,mudahnya meninggalkan shalat fardlu, sepinya masjid /mushalla (dengan jamaah yang minim pada saat sudah masukwaktu shalat), kurang berfungsinya masjid/mushalla bagikegiatan anak-anak/remaja masjid hampir sepanjang tahun(kecuali bulan puasa), merupakan salah satu indikator suasanahidup beragama yang kurang makmur.

Banyaknya tayangan media elektronika dengan berbagaimacam hiburan yang menarik dan bervariasi, (dan sering ke-bablasan) ikut memberikan andil bagi semakin kurangnyaaktivitas keagamaan. Suatu peristiwa yang cukup unik ataumungkin cukup menggelitik, adalah bergesernya acarapengajian/-yasinan/tahlilan/khatmil Qur'an yang disesuaikandengan "menunggu selesainya tayangan" acara televisi yangmenarik, seperti ketoprak mataram, mbangun desa/dagelan,olahraga dan semacamnya. Kompromi semacam ini, meskipundalam jangka pendek merupakan jalan tengah yang salingmenguntungkan, tetapi pada tahap-tahap berikutnya, akanmengurangi "bobot" kegiatan keagamaan. Tidak mustahil,makin lama masyarakat akan memandang lebih pentingmenikmati hiburan daripada mengikuti "khatmil Qur'an".

206

Page 9: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

Di daerah/desa yang sejak dulu sudah terbiasa dengankegiatan-kegiatan keagamaan (yang dapat disebut dengan"kaum putihan"), contoh/gambaran diatas, rasanya, tidak perluterjadi/tidak perlu dirisaukan. Perlu kiranya penulis memberigambaran sedikit mengenai suasana tempat ibadah di "per-kotaan", agar supaya kita mampu berfikir, bahwa betapapunsuasana di pedesaan sudah agak mengkhawatirkan, tetapi masihtetap agak "lumayan". Di perkotaan sekarang ini gampang kitajumpai suatu kenyataan yang mempriharinkan: di awal malamhari, suasana di masjid sudah semakin sepi, lampu-lampunyasudah mulai dipadamkan, akan tetapi kehidupan malam ditempat-tempat hiburan, semacam bola sodok, disko dll, semakinhidup dan ramai, dan bahkan semakin malam, semakin larut,suasana semakin ramai oleh para pengunjung. Selain klab malamdll., yang ini berfungsi sebagai hiburan, justru juga menyu-burkan tindak yang menjurus pada "kemaksiatan"?. Ini meru-pakan tantangan yang tidak mudah diberikan jawabannya.

H. Banyaknya berbagai bentuk tindakan a-moral

Merupakan keprihatinan kita bersama, sebagaimana sudahdisinggung di muka, masyarakat kita (di pedesaan maupunterutama di perkotaan) semakin permisif terhadap tindakan-tindakan yang "negatif". Tindakan kejahatan yang di desadikenal dengan istilah mo-limo, yaitu main (berjudi), minum(minum-minuman keras), maling (mencuri), madat (menghisapnarkotika/ganja dan sebangsanya) dan madon (tindak asusila/berzinah/main perempuan), mulai dari kadar yang kecil masihbiasa dikenal/dilakukan oleh masyarakat desa.

Hal ini disebabkan oleh longgarnya norma-norma susila/sosial/adat/agama untuk dapat dilanggar, dan betapamasyarakat gampang memaafkan/-mentolerir tindakan negatiftersebut. Suasana mengedepankan/mementingkan segi-segi

207

Page 10: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

kebendaan ("ekonomi") berakibat mengesampingkan aspekmoral spiritual.

Untuk menanggulangi persoalan ini, harus ditumbuhkansuatu kesadaran bersama bahwa kehidupan masyarakat harusseimbang antara kebutuhan lahiriah dan batiniah, dan agarsupaya tidak terbiasa terjadi pelanggaran, pelanggaran secaraterus menerus dari bentuk yang kecil ke arah yang lebih besar,seluruh anggota masyarakat, dari yang paling kecil sampai ke-pada para pemimpinnya, harus sadar untuk selalu "menangkal"atau "mencegah" setiap bentuk tindakan yang negatif yang ter-jadi di lingkungannya. Pemuka masyarakat harus semakinmenyadari, bahwa mereka selalu dijadikan suri tauladan bagimasyarakat lapisan bawah.

Demikianlah beberapa masalah sosial keagamaan, yangmerupakan sebagian dari banyak sekali masalah yang perlumendapatkan perhatian kita bersama. Mudah-mudahan ber-manfaat.

Daftar Pustaka

Leibo, Jefta. Sosiologi Pedesaan: mencari suatu strategi pembangunanmasyarakat desa berparadigma ganda, Yogyakarta: AndiOffset, 1995.

Mubyarto. Strategi Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia,Yogyakarta: Adityo Media, 1996.

Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-ModelPemberdayaan, Yogyakarta: Gava Media, 2004.

Aziz Muslim, Konsep Dasar dan Pendekatan PengembanganMasyarakat, Yogyakarta: Jurnal PMI. Vol. I No. I, 2003.

Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung:Humaniora utama, 2004.

Moeljarto Tjokrowinoto, Politik Pembangunan: Sebuah AnalisisKonsep, Arah dan Strategi, Yogyakarta: Tiara Wacana,1995.

208

Page 11: Refleksi Masalah-Masalah Sosial Keagamaan di Pedesaan ABIDIN... · 2013. 6. 21. · REFLEKSI MASALAH-MASALAH SOSIAL KEAGAMAAN DI PEDESAAN Zaina[jl6i

Moeljarto Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Zainal Abidin: Dosen Fakultas Tarbiyah UIN SunanKalijaga Yogyakarta.

209