Refleksi Lansia.doc

6
FORM REFLEKSI KEGIATAN KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS Nama : Ricky Fathoni NIM : 107103001592 NAMA KEGIATAN TEMPAT TANGGAL Balai Pengobatan Lansia Puskesmas Cikupa 23 Oktober 2012 Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan? (Apa yang anda lakukan? Apa yang sudah benar? Apa yang masih salah? Apa yang disebutkan Diagnosis dan tatalaksana: 1. Hipertensi st. II Diagonsis yang ditegakkan sudah sesuai dengan teori, tekanan darah 160/100mmHg merupakan Hipertensi st. II. Tatalaksana

Transcript of Refleksi Lansia.doc

Page 1: Refleksi Lansia.doc

FORM REFLEKSI KEGIATANKINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama : Ricky FathoniNIM : 107103001592

NAMA KEGIATANTEMPATTANGGAL

Balai Pengobatan LansiaPuskesmas Cikupa23 Oktober 2012

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan?(Apa yang anda lakukan? Apa yang sudah benar? Apa yang masih salah? Apa yang disebutkan dalam teori? Apakah perbedaannya?)

Diagnosis dan tatalaksana:1. Hipertensi st. II

Diagonsis yang ditegakkan sudah sesuai dengan teori, tekanan darah 160/100mmHg merupakan Hipertensi st. II.

Tatalaksana

Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut ini:a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 – 25 mg perhari dosis tunggal

pada pagi harib. Reserpin 0,1 – 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggalc. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20

Page 2: Refleksi Lansia.doc

mg 2 x sehari (Kontra indikasi untuk penderita asma).d. Kaptopril 12,5 – 25 mg 2 – 3 x sehari. (Kontraindikasi pada

asma)e. Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2

x sehari.

Pada pasien diberikan captopril 2 x 12,5mg sudah tepat, tetapi seharusnya dikombinasi dengan diuretik golongan thiazid karena pasien diklasifikasikan sebagai Hipertensi st. II. Sediaan thiazid di puskesmas Cikupa adalah HCT.Pemberian obat antihipertensi seharusnya terus menerus untuk menjaga tekanan darah, namun pemberian obat di puskesmas hanya untuk 3 hari. Sehingga pasien diharuskan kembali lebih cepat, sedangkan hari pengobatan lansia hanya setiap senin dan selasa.

2. DM tipe II

Diagnosis ditegakkan dengan didapatkan gejala klasik polidipsi, poliuri dan polifagi; ditambah dengan hasil laboratorium GDS 265mg/dl.

Page 3: Refleksi Lansia.doc

Tatalaksana antidiabetik oral :- Klorpropamid mulai dengan 0,1 gr/hari dalam sekali

pemberian, maksimal 0,5 mg/hari- Glibenklamid mulai dengan 5 mg/hari dalam sekali pemberian,

maksimal 10 mg/hari- Metformin mulai dengan 0,5 gr/hari dalam 2 – 3 kali

pemberian, maksimal 2 g/hari.Obat ini harus dimulai dengan dosis terkecil. Setelah 2 minggu pengobatan, dosis dapat ditingkatkan.

Pada pasien diberikan glimepirid 1 x sehari pada pagi hari dan metformin 1 x 500mg pada malam hari.Penggunaan obat antidiabetik oral yang pertama digunakan adalah metformin, penggunaan obat golongan sulfonilurea sudah tidak dianjurkan karena akan merusak sel beta pankreas dalam penggunaan jangka panjang. Sebaiknya pasien diberikan metformin 2-3 x 500mg.Pemberian obat untuk DM terus menerus, namun di puskesmas pemberiannya hanya untuk 3 hari sehingga pasien harus kembali.

3. OsteoarthritisKriteria diagnosis:- Gejala artritis bervariasi tergantung sendi mana yang terlibat.

OA lebih sering menyerang sendi penyokong berat badan.- Sendi yang terserang biasanya bengkak, merah dan nyeri.- Serangan OA biasanya sesisi. Gejala utamanya adalah nyeri

sendi yang berhubungan dengan gerak. Penderita juga merasakan kaku pada sendi yang terserang.

- Pada pemeriksaaan radiologi OA biasanya memperlihatkan pelebaran sendi pada tahap awal, osteofit, sklerosis tulang dan penyempitan rongga antar sendi pada tahap lanjut.

Pada pasien sendi yang terkena sendi lutut yang merupakan sendi penyokong tubuh. Sendi lutut pasien tidak bengkak dan merah. Jika digerakkan bertambah nyeri dan setiap bangun pagi terasa kaku dan nyeri ketika mulai bergerak. Pasien belum dilakukan foto rongent lutut.

TatalaksanaKeluhan pada sendi atau jaringan lunak di sekitarnya dapat di atasi dengan analgesik biasa atau dengan anti inflamasi nonsteroid yang diberikan sesudah makan.- asetosal 1 gram 3 x sehari- fenilbutason 200 mg 3 x sehari- ibuprofen 400 mg 3 x sehariMengistirahatkan sendi diperlukan dalam keadaan akut.

Page 4: Refleksi Lansia.doc

Selanjutnya pada OA, mungkin penderita perlu memperbaiki sikap tubuh, mengurangi berat badan, atau melakukan fisioterapi.Pasien diberikan antalgin 3 x 500mg yang merupakan obat golongan NSAID. Pada pasien OA lebih dianjurkan ibuprofen yang terdapat sediaannya di puskesmas.

Mengapa itu terjadi?

Pembatasan pemberian obat di puskesmas karena aturan yang dibuat oleh dinkes.

Kurangnnya pengetahuan untuk tatalaksana Hipertensi st. II, DM tipe II dan osteoarthritis.

Apa yang saya dapat pelajari dari kasus ini?

Pemberian obat kombinasi pada Hipertensi st. II berupa Thiazid dengan ACE-I atau ARB atau Beta blocker atau CCB.

Pemberian obat untuk DM tipe II pertama kali adalah metformin 2-3 kali sehari (karena waktu paruh kerja metformin yang pendek). Penggunaan obat anti diabetik oral golongan sulfonilurea tidak dianjurkan lagi untuk penggunaan pertama.

Pemberian obat untuk OA dianjurkan:- asetosal 1 gram 3 x sehari- fenilbutason 200 mg 3 x sehari- ibuprofen 400 mg 3 x sehari

Apa yang perlu saya pelajari lebih lanjut?

Membedakan jenis arthritis; apakah osteoarthritis atau rhemaoid arthritis?Karena pasien dapat datang dengan keluhan yang sama, dan hampir setiap pasien lansia yang datang dengan keluhan nyeri pada sendi.

Bagaimana melakukannya?

Mempelajari dari literatur yang ada.

Nilai agama dan profesionalisme apa yang dapat saya masukkan dalam kasus ini?

Edukasi secara islami yang dapat diberikan kepada pasien untuk jangan bosan untuk kontrol dan mengambil obat. Kita dapat memberikan semangat dan memberitahukan bahwa tuhan selalu memberi jalan atas setiap kesusahan, dan tuhan tidak mungkin menguji jika umatnya tidak mampu menghadapi masalah tersebut.

Apakah masih ada hal yang belum terjawab/belum diketahui? (Hal yang perlu ditanyakan kepada pembimbing?)

Apakah pemberian obat untuk penyakit degeneratif seperti Hipertensi dan DM dapat diberikan lebih banyak sehingga pasien akan kontrol rutin?Karena jika kembali terlalu cepat, pasien dikhawatirkan tidak rutin untuk kontrol dan mengambil obat.