Refleksi Kasus Kulit

13
Laboratorium / SMF Dermatologi dan Venereologi Refleksi Kasus Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda MOLUSKUM KONTAGIOSUM Oleh Bobby Faisyal Rakhman 10100105045 Pembimbing dr. M. Darwis Toena, Sp. KK, FINSDV, FAADV Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

description

kulit

Transcript of Refleksi Kasus Kulit

Laboratorium / SMF Dermatologi dan Venereologi Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Oleh

Bobby Faisyal Rakhman

10100105045

Pembimbing

dr. M. Darwis Toena, Sp. KK, FINSDV, FAADV

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium / SMF Dermatologi dan Venereologi

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

2015

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

ABSTRAK

Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit kulit yang disebabkan

oleh virus moluskum kontagiosum (MCV), kelompok virus poks dari gen

Mulluscipox virus.

Telah dilaporkan pasien seorang anak perempuan berusia 4 tahun dengan

diagnosis moluskum kontagiosum. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan bintil-bintil kecil padat

muncul di sekitar ketiak kanan sejak 1 bulan terakhir. Awalnya bintil-bintil kecil

hanya terdapat di ketiak saja, lama kelamaan bintil-bintil kecil menyebar di sekitar

badan bagian kanan. Jika di pencet bintil bintil tersebut akan mengeluarkan massa

seperti komedo.. Pada pemeriksaan fisik menunjukkan efloresensi berupa papul

multipel yang eritema, berkilat, ukuran miliar, diskret, terdapat delle, dengan

perabaan keras. Pada pasien ini dilakukan tindakan elektrokauterisasi kemudian di

kuretase pada lesi setelah itu pasien diperbolehkan pulang dengan obat cefadroxil

3x250mg, asam mefenamat 3x250mg dan gentamisin salep 2x1 untuk pemakaian

luar.

Kata Kunci: Moluskum Kontagiosum, elektrokauterisasi

ABSTRACT

Molluscum contagiosum is a dermathology disease caused by molluscum

contagiosum virus(MCV), pox viral group from Molluscipox viral genus.

A case of molluscum contagiosum in a four-years old girl is reported.

Diagnosis is made by history and physical examination. From anamnesis obtained

the patient complained of a small pimple appears solid around the right armpit

since the last 1 month. Originally a small pimple only in the armpit course, over

time the small rash spreads around the body right. If the nodules is pressed will

issue a mass like blackheads comedo. On physical examination showed

efloresensi multiple papules erythema, shiny, sizes miliar, discret, there delle, and

hard palpability. In these patients electrocautery action later in curettage and the

patient was back to home with drugs cefadroxil 3x250mg, mefenamic acid

3x250mg and gentamycin ointment 2x1 for external use.

Keywords : Molluscum Contagiosum, elektrocauteritation

2

PENDAHULUAN

Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit kulit yang disebabkan

oleh virus moluskum kontagiosum (MCV), kelompok virus poks dari gen

Mulluscipox virus. Virus moluskum kontagiosum terdiri atas empat tipe I, II,

III,dan IV. Pada anak banyak ditemukan MCV tipe I, sedangkan pada pasien

dengan imunokompromais banyak ditemukan MCV tipe II. Meskipun proporsi

dari infeksi disebabkan oleh beragamnya letak geografis, di seluruh dunia infeksi

MCV-1 merupakan yang paling sering. Transmisi virus MCV dapat terjadi

melalui kontak kulit atau kontak membran mukosa, atau via hubungan seksual.

Handuk mandi, kolam renang dan bak mandi telah dilaporkan sebagai sumber

infeksi, dan individu-individu yang terlibat olahraga yang mengharuskan kontak

jarak dekat. Rata-rata masa inkubasi antara 2 dan 7 minggu dengan jarak

melampaui lebih dari 6 bulan.1,2

Tiga kelompok utama yang terkena adalah: anak-anak, dewasa yang aktif

secara seksual, dan orang-orang dengan imunosupresi, terutama mereka terinfeksi

HIV.[1] Prevalensi infeksi MK telah meningkat secara signifikan dalam beberapa

dekade ini, tercatat peningkatan 11 kali lipat pasien datang dengan infeksi ini

dalam 2 dekade. Peningkatan ini terjadi pada seluruh jumlah penyakit melalui

hubungan seksual. Rata-rata variasi berdasarkan lokasi dan diperkirakan infeksi

sub-klinis lebih umum terjadi daripada klinis. Pasien yang terinfeksi

Human Immunodeficiency Virus memiliki resiko tinggi terkena infeksi yang lama,

dan pasien yang memiliki riwayat atopi dapat memiliki lesi yang lebih banyak dan

masa infeksi yang lama.[1]

Diagnosis MK berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan bintil bintil padat

di daerah wajah, badan, dan ekstremitas pada anak, sedangkan pada orang dewasa

didaerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi

sekunder sehingga timbul supurasi.2

Pemeriksaan fisik didapatkan ditemukan papul (berisi massa yang

mengandung badan moluskum) berukuran miliar, kadang lentikular, berwarna

putih seperti lilin, berbentuk kubah yang di tengahnya terdapat lekukan(delle).

Jika ditekan akan keluar massa yang putih seperti nasi.2

3

Pada pemeriksaan histopatologi memperlihatkan epidermis yang hipertropi

dan hiperplastik. MK memiliki karakteristik gambaran histopatologi. Pada bagian

atas lapisan basal dapat ditemukan pembesaran sel yang mengandung inklusi

intrasitoplasmi (Henderson-Paterson body).3

Diagnosis banding untuk MK termasuk veruka vulgaris, granuloma

pyiogenic, amelanotic melanoma, basal cell carcinoma, dan apendageal tumor.

Infeksi jamur seperti cryptococcosis, histoplasmosis, dan penicillosis harus

dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan imunokompromais.1,4

Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri tanpa komplikasi pada

pasien imunokompeten. Sebelum melakukan penatalaksanaan sebaiknya

mendiskusikan terlebih dahulu dengan keluarga pasien mengenai resiko dan

keuntungan pengobatan. Ada 3 pengobatan yang dapat dilakukan untuk terapi dari

MK, yaitu terapi topikal, terapi sistemik dan tindakan.1,4,5

Prognosis pada orang sehat, dapat membaik dengan spontan tanpa

meninggalkan bekas, namun penyembuhan dapat mencapai 2 tahun. Dengan

menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.2

REFLEKSI KASUS

Seorang anak perempuan berusia 4 tahun yang dirawat diruang Melati

RSUD. A. Wahab Sjahranie Samarinda dengan keluhan utama bintil-bintil kecil

padat pada daerah ketiak kanan. Keluhan bintil-bintil kecil padat muncul di sekitar

4

ketiak kanan sejak 1 bulan terakhir. Awalnya bintil-bintil kecil hanya terdapat di

ketiak saja, lama kelamaan bintil-bintil kecil menyebar di sekitar badan bagian

kanan. Jika di pencet bintil bintil tersebut akan mengeluarkan massa seperti

komedo. Pasien mengaku tidak merasa gatal ataupun nyeri. Orang tua pasien

pernah memakaikan salep tetapi tidak mengalami perubahan. Pasien belum pernah

mengalami keluhan serupa sebelumnya, riwayat alergi makanan ataupun obat –

obatan tidak dimiliki. Pada keluarga tidak ada mengalami keluhan serupa seperti

pasien.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis dan keadaan

umum sehat. Pemeriksaan tanda vital dan generalis pasien dalam batas normal.

Status dermatologis menunjukkan efloresensi berupa papul multipel yang eritema,

berkilat, ukuran miliar, disket, terdapat delle, dengan perabaan keras pada regio

axila dextra, toraks dextra, dan abdomen dextra.

5

Foto Klinis Pasien

Pemeriksaan penunjang dengan tes histopatologi tidak dilakukan.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis sebagai

moluskum kontagiosum dengan diagnosis banding pasien ini adalah veruka

vulgaris, keratoakantoma.

Penatalaksanaan pada pasien ini berupa terapi non farmakologis dan

farmakologis. Pada terapi non farmakologis diberikan edukasi untuk menjaga

higinitas kulit, menghindari pemakaian handuk bersama atau peralatan lainnya di

keluarga dan menghindari kontak langsung dengan penderita maupun ke orang

lain, untuk meminimalkan penyebaran. Selanjutnya untuk menghilangkan lesi

dilakukan tindakkan elektrokauterisasi. Setelah dilakukan tindakan

elektrokauterisasi dan pasien diperbolehkan pulang dengan obat cefadroxil tablet

3x250mg dan asam mefenamat 3x250mg dan gentamisin salep 2x1 untuk

pemakaian luar. Prognosis pada pasien ini secara vitam, sanasionam, dan

kosmetikan adalah bonam.

PEMBAHASAN

Diagnosis MK pada kasus ini didasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis pada ibu dari pasien usia 4 tahun didapatkan keluhan berupa bintil-

bintil kecil padat timbul di sekitar ketiak kanan sejak 1 bulan terakhir. Awalnya

bintil-bintil kecil hanya terdapat di ketiak saja, lama kelamaan bintil-bintil kecil

menyebar di sekitar badan bagian kanan. Secara teori, MK ditandai dengan

timbulnya papul miliar yang jika terkena pada anak biasanya berlokasi di muka,

badan, dan ekstremitas.1,2

Ibu dari pasien mengaku jika di bintil-bintil dipencet akan mengeluarkan

massa seperti komedo. Pasien juga mengaku tidak merasa gatal ataupun nyeri.

Sesuai dengan teori, papul miliar MK jika dipijat akan tampak keluar massa yang

berwarna putih seperti nasi.2

Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan efloresensi lesi berupa papul

multipel yang eritema, berkilat, ukuran miliar, disket, terdapat delle, dengan

perabaan keras. Berdasarkan teori, kelainan kulit pada MK berupa papul miliar,

kadang kadang lentikular dan dapat berwarna putih seperti lilin atau eritem,

berbentuk kubah yang ditengahnya terdapat lekukan (delle).1,2

6

Diagnosis banding pada kasus ini adalah veruka vulgaris. Pada pasien ini

lesi terdapat pada bagian badan pasien, berbeda dengan veruka vulgaris yang

tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, pada veruka

vulgaris juga biasanya besarnya lesi lentikular berbeda dengan MK yang besarnya

lesi miliar.1,2

Penatalaksanaan pada pasien dilakukan elektrokauterisasi kemudian

dilakukan kuretase pada lesi dan diberi terapi Post elektrokauterisasi dengan

cefadroxil tablet 3x250mg, asam mefenamat tablet 3x250mg dan gentamycin

salep 2x/hari untuk pemakain luar. Berdasarkan teori ada beberapa pilihan

pengobatan, yaitu pengobatan dengan obat topikal, obat sistemik, dan tindakan.

banyak ahli menggunakan cantharidin 0,7% atau 0,9% liquid untuk pengobatan

topikal MK. Pada pengobatan sistemik dapat menggunakan Cimetidine oral.

Selanjutnya pilihan pengabotan dengan intervensi tindakan seperti menggunakan

ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain yang dapat digunakan

adalah elektrokauterisasi kemudian dilakukan kuretase pada lesi.1,2,5

Prognosis pada pasien ini berdasarkan teori adalah bonam untuk vitam,

sanationam, dan kosmetikam. Secara teori dengan menghilangkan semua lesi yang

ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.2

PENUTUP

Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit kulit yang disebabkan

oleh virus moluskum kontagiosum (MCV), kelompok virus poks dari gen

Mulluscipox virus. Diagnosis moluskum kontagiosum pada kasus ini berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai literatur.

Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan efloresensi berupa papul

multipel yang eritema, berkilat, ukuran miliar, disket, terdapat delle, dengan

perabaan keras. Hal ini sesuai dengan literatur.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah veruka vulgaris. Pada pasien ini

lesi terdapat pada bagian badan pasien, berbeda dengan veruka vulgaris yang

tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor.

Penatalaksanaan pada pasien dilakukan elektrokauterisasi kemudian

dilakukan kuretase dengan prognosis pada pasien ini berdasarkan teori adalah

bonam untuk vitam, sanationam, dan cosmeticam.

7

8

DAFTAR PUSTAKA

1. Tom W., Friedlander SF., In: Wolff K., Goldsmith LA., Katz

SI.,Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ. Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine. Poxvirus infections. 7th edition.2. New York;

McGraw-Hill Medicine 2008; 1911-1913

2. Handoko, Ronny P. Penyakit Virus. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi Kelima. Hal 110-118. 2009. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

3. Sterling JC., In: Burns T., Breathnach S., Cox N., Griffiths C. Rook’s

Textbook of Dermatology. Virus infections. 8th edition.2. Cambridge;

Wiley-Balckwell 2010; 25.1-25.15

4. Wolff, K., Johnson, R. A., & Suurmond, D. (2007). The Color Atlas

and Synopsis of Clinical Dermatology. USA: Mc Graw Hill.

5. Hanson D., Diven DG., Molluscum Contagiosum. Dermatology

Online Jornal 2003; 9 : 2. Boise, Idaho USA. Primary Health

9