referrat plexus brachialis

download referrat plexus brachialis

of 18

Transcript of referrat plexus brachialis

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    1/18

    P5LEXUS BRACHIALIS

    I. PENDAHULUAN

    Pleksus brachialis adalah pangkal dari serabut-serabut saraf yang berasal dari medulla

    spinalis C5-Th 1, dan mempersarafi ekstremitas superior.1Pleksus brakialis (plexus brachialis)

    juga merupakan pleksus saraf somatik dibentuk oleh intercommunications antara rami ventral

    (akar) dari saraf serviks 4 lebih rendah (C5-C8) dan saraf dada pertama (T1).Lesi pada pleksus

    brachialis dapat diklasifisikasikan sesuai dengan derajat kerusakan saraf dan secara anatomi

    dibagi menjadi cedera pleksus brachialis atas dan bawah.1Pleksus brakialis merupakan sumber

    penting nyeri bahu dan lengan. Gangguan yang utama adalah brakialis neuritis dan infil-tration

    metastasis dan kerusakan radiasi pleksus.

    2

    Pleksopati merupakan gangguan saraf perifer yang terbatas pada pleksus brakhialis dan

    lumbosacral. Lesi pleksus brakhialis kejadiannya adalah 10% dari lesi saraf perifer dan kira-kira

    14% lesi neurologik di anggota gerak atas adalah akibat lesi pleksus brakhialis. Penyebabnya

    beragam dimana trauma merupakan penyebab tersering terlebih lagi karena letaknya didaerah

    leher dan bahu yang sering bergerak. 1,2

    BAB II

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    2/18

    ANATOMI PLEKSUS BRAKHIALIS

    Pleksus brakhialis merupakan serabut saraf yang berasal dari ramus anterior radiks saraf

    C5-T1. C5 dan C6 bergabung membentuk trunk superior, C7 membentuk trunk medial, dan C8

    dan T1 bergabung membentuk trunk inferior.Trunkus berjalan melewati klavikula dan disana

    membentuk divisi anterior dan posterior. Divisi posterior dari masing-masing dari trunkus tadi

    akan membentuk fasikulus posterior. Divisi anterior dari trunkus-trunkus superior dan media

    membentuk membentuk fasikulus lateral. Divisi anterior dari trunkus inferior membentuk

    fasikulus medial. Kemudian fasikulus posterior membentuk n. radialis dan n. axilaris. Fasikulus

    lateral terbagi dua dimana cabang yang satu membentuk n. muskulokutaneus dan cabang lainnya

    bergabung dengan fasikulus media untuk membentuk n. medianus. Fasikulus media terbagi duadimana cabang pertama ikut membentuk n. medianus dan cabang lainnya menjadi n. ulnaris. 2,4,5,6

    Gambar 1. Anatomi pleksus brakhialis

    Pleksus Brachialis dan struktur yang berkaitan.4

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    3/18

    Pembagian subdivisi pleksus brakhialis yaitu 5 Root, 3 Trunkus,6divisi,3 cord dan 5

    branches . Ramus dan trunkus terletak supraklavikular, ada 2 nervus berasal dari ramus dan 2

    saraf dari trunkus (bagian atas) . Divisi terletak posterior terhadap klavikula.Divisi anterior

    memberi inervasi pada otot fleksor dan posterior memberikan inrevasi pada otot ekstensor. Cord

    dan branches terletak infraklavikular. Penamaan pada cord berdasarkan letaknya terhadap arteri

    aksilaris.3,4

    Plexus brachialis menerima komponen symphatis melalui ganglion cervicale medius,

    yaitu n.spinalis C5-6, melalui ganglion cervicale inferius atau ganglion stellatum untuk n.spinalis

    C6-7-8, dan melalui ganglion para vetebrae ThI dan II nervus spinalis Th.1-2.

    Menurut letaknya terhadap clavicula percabangan plexus brachialis dibagi menjadi pars

    supraclavicularis dan pars infraclavicularis. Yang termasuk percabangan pars supraclavicularis

    adalah :1

    N.thoracalis posterior.

    Pleksus Brachialis.4

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    4/18

    N.subclavius

    N.supraclavicularis

    Pars infraclavicularis mempercabangkan:

    Nn.thoracalis anterior

    Nn.subscapularis

    N.thoraco dorsalis

    N.axillaris, disebut n.circumflexus

    N.cutaneus brachii medialis

    N.cutaneus antebrachii medialis

    Cabang terminal plexus brachialis adalah :

    1. N.musculocutaneus

    2. N.medianus

    3. N.ulnaris

    4. N.radialis

    Secara skematis percabangan terminal plexus brachialis adalah sebagai berikut :

    Fasciculus lateralis mempercabangkan :

    1. N.musculocutaneus

    2. Radix superior nervus medianus

    Fasciculus medialis mempercabangkan :

    1. N.ulnaris

    2. N.cutaneus brachii medialis

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    5/18

    3. N.cutaneus antebrachii medialis

    4. Radix inferior nervus medianus

    Fasciculus posterior mempercabangkan :

    1. N.axillaris

    2. N.radialis

    Inervasi Pleksus Brakhialis.4

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    6/18

    Persebaran dermatom inervasi sensoris Pleksus

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    7/18

    BAB III

    LESI PLEKSUS BRAKHIALIS

    I. Definisi

    Lesi pleksus brakhialis adalah lesi saraf yang menimbulkan kerusakan saraf yang

    membentuk pleksus brakhialis, mulai dari radiks saraf hingga saraf terminal. Keadaan ini

    dapat menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik atau autonomic pada ekstremitas atas.

    Istilah lain yang sering digunakan yaitu neuropati pleksus brakhialis atau pleksopati

    brakhialis 2,3,4,7

    II. Penyebab

    Penyebab lesi pleksus brakhialis bervariasi, diantaranya :

    1. Trauma 4,8,9

    Merupakan penyebab terbanyak lesi pleksus brakhialis pada orang dewasa maupun

    neonatus. Keadaan ini dapat berupa ; cedera tertutup, cedera terbuka, cedera iatrogenic.

    2. Tumor 1,10

    Dapat berupa tumor neural sheath yaitu ; neuroblastoma, schwannoma, malignant

    peripheral nerve sheath tumor dan meningioma. Tumor non-neural ; jinak (desmoid,

    lipoma), malignant ( kangker mammae dan kangker paru)

    3. Radiation-induced

    Frekuensi cedera pleksus brachialis yang dipicu oleh radiasi diperkirakan sebanyak 1,8

    4,9% dari lesi dan paling sering pada pasien kangker mammae dan paru.

    4. Entrapment

    Keadaan ini merupakan penyebab cedera pleksus brakhialis pada thoracic outlet

    syndrome. Postur tubuh dengan bahu yang lunglai dan dada yang kolaps menyebabkan

    thoracic outlet menyempit sehingga menekan struktur neurovaskuler. Adanya iga

    accessory atau jaringan fibrous juga berperan menyempitkan thoracic outlet. Faktor

    lain yaitu payudara berukuran besar yang dapat menarik dinding dada ke depan

    (anterior dan inferior). Teori ini didukung dengan hilangnya gejala setelah operasi

    mammoplasti reduksi. Implantasi mammae juga dikatakan dapat menyebabkan cedera

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    8/18

    pleksus brakhialis karena dapat nmeningkatkan tegangan dibawah otot dinding dada

    dan mengiritasi jaringan neurovaskuler.

    5. Idiopatik

    PadaParsonage Turner Syndrome terjadi pleksitis tanpa diketahui penyebab yang jelas

    namun diduga terdapat infeksi virus yang mendahului. Presentasi klasik adalah nyeri

    dengan onset akut yang berlangsung selama 1 2 minggu dan kelemahan otot timbul

    lebih lambat. Nyeri biasanya hilang secara spontan dan pemulihan komplit terjadi

    dalam 2 tahun.

    III. Patofisiologi

    Bagian cord akar saraf dapat terjadi avulsi atau pleksus mengalami traksi atau

    kompresi. Setiap trauma yang meningkatkan jarak antara titik yang relatif fixed pada

    prevertebral fascia dan mid fore arm akan melukai pleksus.

    Traksi dan kompresi dapat juga menyebabkan iskemi, yang akan merusak pembuluh

    darah. Kompresi yang berat dapat menyebabkan hematome intraneural, dimana akan

    menjepit jaringan saraf sekitarnya.

    Gambar 2. Patofisiologi lesi pleksus brakhialis

    IV.Derajat Kerusakan

    Derajat Kerusakan pada lesi saraf perifer dapat dilihat dari klasifikasi Sheddon (1943) dan

    Sunderland(1951).

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    9/18

    Klasifikasi Sheddon, yaitu : 2,

    a. Neuropraksia

    Pada atipe ini terjadi kerusakan mielin namun akson tetap intak. Dengan adanya

    kerusakan mielin dapat menyebabkan hambatan konduksi saraf. Pada tipe cedera seperti

    ini tidak terjadi kerusakan struktur terminal sehingga proses penyembuhan lebih cepat

    dan merupakan derajat kerusakan paling ringan.

    b. Aksonotmesis

    Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk endoneural

    masih tetap intak. Terjadi degenerasi aksonal segmen saraf distal dari lesi (degenerasi

    Wallerian). Regenerasi saraf tergantung dari jarak lesi mencapai serabut otot yang

    denervasi tersebut. Pemulihan sensorik cukup baik bila dibandingkan motorik.

    c. Neurotmesis

    Terjadi ruptur saraf dimana proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun dengan

    penanganan bedah. Bila terjadi pemulihan biasanya tidak sempurna dan dibutuhkan

    waktu serta observasi yang lama. Merupakan derajat kerusakan paling berat.

    Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan membaginya dalam 5

    tingkat, yaitu :

    1. Tipe I : hambatan dalam konduksi (neuropraksia)

    2. Tipe II : cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis)

    3. Tipe III : aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural dan

    epineural masih intak.

    4. Tipe IV : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi epineural

    masih baik.

    5. Tipe V : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan epineural

    (neurotmesis).

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    10/18

    Gambar 3. Klasifikasi cedera saraf

    V. Gambaran Klinis

    Gejala yang timbul umumnya unilateral berupa kelainan motorik, sensorik dan bahkan

    autonomik pada bahu dan/atau ekstremitas atas. Gambaran klinisnya mempunyai banyak variasi

    tergantung dari letak dan derajat kerusakan lesi. Lesi pleksus brakhialis dapat dibagi atas

    pleksopati supraklavikular dan pleksopati infraklavikular. 2

    Gambar 4. Pleksus supraclavikular dan infraklavikular

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    11/18

    Pleksopati supraklavikuler

    Pada Pleksopati supraklavikuler lesi terjadi ditingkat radiks saraf, trunkus saraf atau

    kombinasinya. Lesi ditingkat ini dua hingga tujuh kali lebih sering terjadi dibanding lesi

    infraklavikuler.2

    1. Lesi tingkat radiks

    Pada lesi pleksus brakhialis ini berkaitan dengan avulsi radiks. Gambaran klinis sesuai

    dengan dermatom dan miotomnya. Lesi di tingkat ini dapat terjadi partial paralisis dan

    hilangnya sensorik inkomplit, karena otot-otot tangan dan lengan biasanya dipersyarafi oleh

    beberapa radiks. 5

    Presentasi klinis pada lesi radiks : 5

    Radiks saraf Penurunan Refleks Kelemahan Hipestesi/kesemutanC5 Biseps brakhii Fleksi siku Lateral lengan atas

    C6 Brakhioradiialis Ekstensi pergelangan tangan Lateral lengan bawah

    C7 Triceps brakhii Ekstensi siku Jari tengah

    C8 - Fleksi jari2 tangan Medial lengan bawah

    T1 - Abduksi jari2 tangan Medial siku

    Presentasi klinis diatas adalah untuk membantu penentuan level lesi radiks, sedangkan

    kelemahan otot yang lebih lengkap terjadi sesuai miotom servikal berikut ini : 5

    C5 : Rhomboideus, deltoid, biseps brachii, supraspinatus, infraspinatus, brachialis,brachioradialis, supinator dan paraspinal

    C6 : Deltoid, biseps brachii, brachioradialis, supraspinatus, infraspinatus, supinator, pronator

    teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum komunis dan paraspinal

    C7 : Pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum komunis, triceps brachii dan

    paraspinal

    C8/T1 : Triceps brachii, fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum profundus, abduktor digiti

    minimi, pronator kuardatus, abduktor pollicis brevis dan parapinal

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    12/18

    Gambar 5. Gambar miotom servikal

    2. Sindroma Erb-Duchenne

    Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior dan biasanya terjadi akibat

    trauma. Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses kelahiran dengan penyulit

    distokia bahu, sedangkan pada orang dewasa terjadi karena jatuh pada bahu dengan kepala

    terlampau menekuk kesamping. Presentasi klinis pasien berupa waiters tip position dimana

    lengan berada dalam posisi adduksi (kelemahan otot deltoid dan supraspinatus), rotasi

    internal pada bahu (kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi (kelemahan otot

    supinator dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi (kelemahan otot ekstensor karpi

    radialis longus dan brevis). Selain itu terdapat pula kelemahan pada otot biseps brakhialis,

    brakhialis, pektoralis mayor, subscapularis, rhomboid, levator scapula dan teres mayor.

    Refleks bisep biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral) dari

    lengan atas dan tangan.2,5,7

    3. Sindroma Klumpkes Paralysis

    Lesi di radiks servikal bawah (C8, T1) atau trunkus inferior dimana penyebab pada bayi baru

    dilahirkan adalah karena penarikan bahu untuk mengeluarkan kepala,sedangkan pada orang

    dewasa biasanya saat mau jatuh dari ketinggian tangannya memegang sesuatu kemudian

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    13/18

    bahu tertarik. Presentasi klinis berupa deformitas clawhand (kelemahan otot lumbrikalis)

    sedangkan fungsi otot gelang bahu baik. Selain itu juga terdapat kelumpuhan pada otot

    fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum, interosei, tenar dan hipotenar sehingga tangan terlihat

    atrofi. Disabilitas motorik sama dengan kombinasi lesi n. Medianus dan ulnaris. Kelainan

    sensorik berupa hipestesi pada bagian dalam/ sisi ulnar dari lengan dan tangan.2,5,7

    4. Lesi di trunkus superior

    Gejala klinisnya sama dengan sindroma Erb di tingkat radiks dan sulit dibedakan. Namun

    pada lesi di trunkus superior tidak didapatkan kelumpuhan otot rhomboid, seratus anterior,

    levator scapula dan saraf supra - & infraspinatus. Trdapat gangguan sensorik di lateral

    deltoid, aspek lateral lengan atas dan lengan bawah hingga ibu jari tangan.2,7

    5. Lesi di trunkus media

    Sangat jarang terjadi dan biasanya melibatkan daerah pleksus lainnya (trunkus superior

    dan/atau trunkus inferior) Gejala klinis didapatkan kelemahan otot triceps dan otot-otot yang

    dipersyarafi n. Radialis (ekstensor tangan), serta kelainan sensorik biasanya terjadi pada

    dorsal lengan dan tangan.2

    6. Lesi di trunkus inferior

    Gejala klinisnya yang hampir sama dengan sindroma Klumpke di tingkat radiks. Terdapat

    kelemahan pada otot-otot tangan dan jari-jari terutama untuk gerakan fleksi, selain itu juga

    kelemahan otot-otot spinal intrinsik tangan. Gangguan sensorik terjadi pada aspek medial

    dari lengan dan tangan.2

    7. Lesi Pan-supraklavikular (radiks C5-T1 / semua trunkus)

    Pada lesi ini terjadi kelemahan seluruh otot ekstremitas atas, defisit sensorik yang jelas pada

    seluruh ekstremitas atas dan mungkin terdapat nyeri. Otot rhomboid, seratus anterior dan

    otot-otot spinal mungkin tidak lemah tergantung dari letak lesi proksimal (radiks) atau lebih

    ke distal (trunkus).2

    Pleksopati Infraklavikuler

    Pada pleksopati infraklavikuler terjadi lesi ditingkat fasikulus dan/atau saraf terminal.

    Lesi infraklavikuler ini jarang terjadi dibanding supraklavikuler namun umumnya mempunyai

    prognosis lebih baik. Penyebab utama terjadi pleksopati infraklavikuler biasanya adalah trauma

    dapat tertutup (kecelakaan lalu lintas) maupun terbuka (luka tembak). Mayoritas disertai oleh

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    14/18

    kerusakan struktur didekatnya (dislokasi kaput humerus, fraktur klavikula, scapula atau

    humerus).

    Gambaran klinis sesuai dengan lesinya : 2,7

    1. Lesi di fasikulus lateral

    Dapat terjadi akibat dislokasi tulang humerus. Lesi disini akan mengenai daerah yang

    dipersyarafi oleh n. Muskulocutaneus dan sebagian dari n. Medianus. Gejala klinisnya

    yaitu kelemahan otot fleksor lengan bawah dan pronator lengan bawah, sedangkan otot-

    otot intrinsik tangan tidak terkena. Kelainan sensorik terjadi di lateral lengan bawah dan

    jari 1 III tangan.2

    2. Lesi di fasikulus medial

    Disebabkan oleh dislokasi subkorakoid dari humerus. Kelemahan dan gejala sensorik

    terjadi dikawasan motorik dan sensorik n. Ulnaris. Lesi disini akan mengenai seluruh

    fungsi otot intrinsik tangan seperti fleksor, ekstensor dan abduktor jari-jari tangan, juga

    fleksor ulnar pergelangan tangan. Secara keseluruhan kelaianan hampir menyerupai lesi

    di trunkus inferior. Kelainan sensorik terlihat pada lengan atas dan bawah medial, tangan

    dan 2 jari tangan bagian medial.2

    3. Lesi di fasikulus posterior

    Lesi ini jarang terjadi. Gejala klinisnya yaitu terdapat kelemahan dan defisit sensorik

    dikawasan n. Radialis. Otot deltoid (abduksi dan fleksi bahu), otot-otot ekstensor lengan,

    tangan dan jari-jari tangan mengalami kelemahan. Defisit sensorik terjadi pada daerah

    posterior dan lateral deltoid, juga aspek dorsal lengan, tangan dan jari-jari tangan.2

    VI. Pemeriksaan Penunjang

    Radiografi

    Adanya cedera saraf tepi biasanya disertai dengan cedera tulang dan jaringan iikat

    sekitar yang dapat dinilai dengan pemeriksaan radiografi. Pada kasus cedera

    traumatik, penggunaan X-foto dapat membantu menilai adanya dislokasi, subluksasi

    atau fraktur yang dapat berhubungan dengan cedera pleksus tersebut.

    Pemeriksaan radiografi :

    1. Foto vertebra servikal untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra servikal

    2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur skapula, klavikula atau humerus.

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    15/18

    3. Foto thorak untuk melihat disosiasi skapulothorak serta tinggi diafragma pada

    kasus paralisa saraf phrenicus.

    Adanya benda asing seperti peluru juga dapat terlihat. Sedangkan pada kasus cedera

    pleksus brakhialis traumatik yang berat. Narakas, melaporkan bahwa umumnya

    terdapat trauma multipel pada kepala atau muskuloskletal lainnya.

    CT scan dapat digunakan untuk menilai adanya fraktur tersembunyi yang tidak dapat

    dinilai oleh x-foto. Sedangkan myelografi digunakan pada lesi supraklavikular berat,

    yang berguna untuk membedakan lesi preganglionik dan postganglionik. Kombinasi

    CT dan myelografi lebih sensitif dan akurat terutama untuk menilai lesi proksimal

    (avulsi radiks). MRI dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai jaringan

    ikat sekitar lesi dan penilaian pleksus brakhialis ekstraforaminal normal atau tidak

    normal. 2,3,4

    Elektrofisiologi

    Hasil pemeriksaan kecepatan hantar syaraf untuk Compound Muscle Action

    Potentials (CMAP) didapatkan amplitudo yang rendah setelah hari ke-9.

    SNAPs (Sensory Nerve Action Potentials) berguna untuk membedakan lesi

    preganglionic atau lesi postganglionic. Pada lesi postganglionic, SNAPs tidak

    didapatkan tetapi positif pada lesi preganglionic.

    EMG (Elektromiografi) dengan jarum pada otot dapat tampak fibrilasi, positive sharpwave (pada lesi axonal), amplitudo dan durasi. Dimana denervasi terlihat setelah

    minggu ke-2.

    VII. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan pada pleksus brakhialis menjadi tantangan, terutama karena

    beberapa penyebab tidak ada terapi yg spesifik. Penatalaksanaan suportif, dengan

    berfokus pada kontrol nyeri dan disertai dengan penatalaksanaan aspek rehabilitasi dan

    tindakan operasi, operasi diindikasikan pada lesi pleksus brakhialis berat dan umumnya

    dilakukan 3-4 bulan setelah trauma dan tidak dianjurkan jika telah lebih dari 6 bulan

    karena hasil kesembuhan tidak optimal. Jika lesi sangat luas dan perbaikan keseluruhan

    tidak memungkinkan maka tujuan utama perbaikan bedah adalah mengembalikan fungsi

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    16/18

    fleksi siku, kemudian dapat dilanjutkan dengan fungsi ekstensi pergelangan tangan dan

    fleksi jari-jari.

    Beberapa tindakan operasi yang dilakukan pada lesi pleksus brakhialis adalah :

    1. Pembedahan primer

    Pembedahan dengan standart microsurgery dengan tujuan memperbaiki injury

    pada plexus serta membantu reinervasi. Teknik yang digunakan tergantung berat

    ringan lesi.

    Neurolysis : Melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf

    Neuroma excision: Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf dilekatkan kembali

    dengan teknikend-to-endatau nerve grafts

    Nerve grafting : Bila gap antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin

    dilakukan tarikan. Saraf yang sering dipakai adalah n suralis, n lateral dan medial

    antebrachial cutaneous, dan cabang terminal sensoris pada n interosseus posterior

    Neurotization : Neurotization pleksus brachialis digunakan umumnya pada kasus

    avulsi pada akar saraf spinal cord. Saraf donor yang dapat digunakan : hypoglossal

    nerve, spinal accessory nerve, phrenic nerve, intercostal nerve, long thoracic nerve

    dan ipsilateral C7 nerve. Intraplexual neurotization menggunakan bagian dari root

    yang masih melekat pada spinal cord sebagai donor untuk saraf yang avulsi.

    Perbaikan primer yang segera biasanya direkomendasikan bila laserasi saraf

    bersih dari benda tajam.

    2. Pembedahan sekunder

    Tujuan untuk meningkatkan seluruh fungsi extremitas yang terkena. Ini

    tergantung saraf yang terkena. Prosedurnya berupa tendon transfer, pedicled muscle

    transfers, free muscle transfers, joint fusions and rotational, wedge or sliding

    osteotomies.

    Perbaikan operatif sekunder setelah 2-4 minggu secara umumdirekomendasikan untuk cedera tumpul atau cedera dengan kerusakan jaringan lunak

    yang luas dimana cedera saraf sangat berat dan perbaikan primer atau grafting tidak

    memungkinkan, neurotization dengan anastomosis satu saraf dengan yang lain dapat

    menjadi pilihan lainnya.

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    17/18

    VIII. Prognosis

    Prognosis lesi pleksus brakhialis bervariasi tergantung pada patofisiologi yang

    mendasari, meliputi tempat dan derajat kerusakan saraf dan kecepatan mendapat terapi.

    Proses regenerasi saraf terjadi kira-kira 1-2 mm/hari atau 1 inci/bulan, sehingga mungkin

    diperlukan beberapa bulan sebelum tanda pemulihan dapat dilihat.1,2,4,5

    Neuropraksia merupakan tipe kerusakan yang paling ringan dan mempunyai

    prognosis yang paling baik, dimana perbaikan spontan dapat terjadi beberapa minggu

    hingga bulan (3-4 bulan setelah cedera).4,16 Pada tipe aksonotmesis, perbaikan diharapkan

    dapat terjadi dalam beberapa bulan dan biasanya komplit kecuali terjadi atrofi motor

    endplate dan reseptor sensorik sebelum pertumbuhan akson mencapai organ-organ ini.

    Perbaikan fungsi sensorik mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan motorik karena

    reseptor sensorik dapat bertahan lebih lama dibandingkan motor endplate (kira-kira 18

    bulan). Sedangkan neurotmesis, regenerasi dapat terjadi namun fungsional sulit kembali

    sempurna. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluaran yaitu luasnya lesi jaringan saraf,

    usia (dimana usia tua mengurangi proses pertumbuhan akson), status medis pasien,

    kepatuhan dan motivasi pasien dalam menjalani terapi.4,5

    Untuk lesi pleksus brakhialis yang berat, hasil yang memuaskan dapat terjadi

    pada lebih dari 70% pasien postoperatif setelah perbaikan primer dan 48% setelah graft

    saraf. Kira-kira 50-85% pasien dengan TOS non-neurogenik mengalami perbaikan

    dengan latihan.

    Prognosis lesi pleksus brakhialis pada daerah supraklavikular kurang memuaskan

    dibanding daerah infraklavikular, oleh karena biasanya disertai dengan adanya avulsi

    radiks.2

    Pada neonatus dengan lesi pleksus brakhialis bila terdapat sedikit kontraksi pada

    bulan pertama dan kontraksi pada bulan kedua maka kita dapat mengharapkan pemulihan

    spontan yang komplit. Jika kontraksi belum terlihat pada bulan ketiga biasanya

    pemulihan tidak akan mencapai fungsi normal sepenuhnya.

  • 7/22/2019 referrat plexus brachialis

    18/18

    Daftar Pustaka

    1. Mardjono. Mahar., Shidarta Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat,Jakarta

    2. Wedantho Sigit, 2007,Kelumpuhan Plexus Brachialis: Divisi Orthopaedi &

    Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    3. Shenaq S.M., Hand, Brachial Plexus Surgery, available from : www.emedicine.com ,

    last updated : October 7, 2002, taken on January 29, 2005.

    4. Hein, H.A., Brachial Plexus Palsy : A Perspective on C urrent Management, available

    from: www.virtualhospital.com , last updated : September 2003.

    5. Harsono (ed.) 2005 buku ajar Neurologis klinis, cetakan ketiga. Penerbit Gajah Mada

    University Press.

    6. Sidharta, Priguna, dan Mardjono, Mahar 2004 Neurologis Klinis Dasar. Penerbit Dian

    Rakyat.

    7. Sidharta, Priguna M.D. Ph.D. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.