Laporan Praktek Lapangan Akhir Pemetaan Geologi Pegunungan Jiwo Bayat
Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
-
Upload
selvimisniairawati -
Category
Documents
-
view
262 -
download
0
Transcript of Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
1/35
Laporan Kuliah Geologi Lapangan "Daerah Waturranda"
BAB I
PENDAHULUAN
Karangsambung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia.
Di Kecamatan Karangsambung terdapat Lokasi Cagar Alam Geologi Nasional yang dikelola
oleh Balai Informasi Dan Konservasi Kebumian Karangsambung-Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Cagar Alam Geologi Nasional-Karangsambung merupakan laboratorium alam untuk
mempelajari geologi pada khususnya dan kebumian pada umumnya. Terdapat berbagai batuan yang
berumur antara 125 - 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman tersebut kawasan Karangsambung
merupakan dasar samudera. Akibat tumbukan antara tiga lempeng bumi, maka kawasan
Karangsambung sekarang terangkat ke permukaan.
Karangsambung telah dikenal sebagai wahana pembelajaran geologi sejak tahun 1854. Jung
Huhn adalah salah satunya. Kemudian dilanjutkan oleh peneliti belanda lainnya sampai tahun 1933.
Semenjak ilmu geologi mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1964, mulailah peneliti-peneliti
Indonesia melakukan penelitian di kawasan ini. Mengingat begitu pentingnya kawasan ini maka pada
tahun 1964 dibangun sebuah Kampus Lapangan Geologi. Kampus ini dibangun dan terletak right on
the spot, bukan saja pada titik yang menampilkan keindahan kemanapun mata memandang, tetapi ia
juga berada pada pusat hamparan aneka ragam batuan.
Pencetus berdirinya Kampus Lapangan Geologi ini adalah Prof. Dr. Sukendar Asikin, (Guru
Besar Departemen Teknik Geologi ITB yang pada tahun 2003 memasuki masa purna bakti). Ide
pendirian kampus ini adalah berawal ketika Sukendar Asikin pada tahun 1958 melanjutkan
memperdalam metoda geologi lapangan di kampus lapangan geologi di Rocky Mountains, Montana
dan geologi struktur di Indiana University, USA. Sekembalinya dari Amerika Serikat , dengan
dukungan dari LIPI dan Departemen Urusan Research Nasional (DURENAS), beliau merealisasikan
cita-citanya membangun Kampus Lapangan Geologi di Indonesia, di Karangsambung ini. Pada
musim panas tahun 1965 mengawali penggunaan kampus ini, tercatat 22 orang mahasiswa dididik di
Kampus Karangsambung yang berasal dari ITB, UGM, PTPN Veteran dan Asisten Geologi Akademi
Perminyakan Pertamina.
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
2/35
1.1 Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah geologi
lapangan dan mengumpulkan data-data geologi daerah Waturanda, Karangsambung yang dapat
diperoleh baik dari peta topografi maupun dari lapangan. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Mempelajari karakteristik geologi daerah Waturanda, Karangsambung,
2. Mengetahui proses-proses geomorfologi yang telah ataupun sedang berkembang di daerah
3. Menentukan dan mengelompokkan satuan batuan daerah Waturanda,Karangsambung,
4. Memahami fenomena-fenomena tektonik, stratigrafi, struktur geologi yang terdapat di daerah
Waturanda Karangsambung
5. Merekonstruksi sejarah pembentukan atau keadaan stratigrafi dan menganalisa sejarah geologi di
daerah Waturanda, Karangsambung.
1.2 Lokasi Penelitian
Secara administratif daerah penelitian adalah daerah Waturanda dan sekitarnya Kecamatan
Karangsambung Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah penelitian
terletak koordinat 07 30 00 07 45 00 LS dan 109 15 00 109 30 00dan termasuk
dalam lembar kebumen skala 1 : 25.000. dengan luas daerah 30 x 10 km.
1.3 Pencapaian Lokasi
Karangsambung berlokasi 20 kilometer utara Kota Kebumen. Secara administratif masuk
wilayah Kabupaten Kebumen, Jawa tengah. merupakan daerah pegunungan. Bisa ditempuh melalui
http://4.bp.blogspot.com/-M7nJB14rBMA/Tbf-PrjYqPI/AAAAAAAAABQ/YkUaxWuB7eU/s1600/2.jpg -
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
3/35
jalan darat menggunakan beberapa alternatif kendaraan. Untuk pengunjung bisa menggunakan
fasilitas mobil jemputan, tentu saja dengan tarif khusus.
- Jalur kereta api
Dari stasiun kota kebumen bisa langsung menuju Karangsambung dengan menggunakan jasa
ojek dengan tarif antara Rp 20.000Rp 25.000.
Dari Stasiun kota kebumen bisa menggunakan jasa angkutan umum becak atau ojek menuju
Mertokondo, kemudian naik angkutan umum Bus menuju karangsambung dengan tarif Rp 5000.
Perjalanan ditempuh lebih kurang selama 45 menit.
- Jalur Bus
Dari terminal bus antarkota kota kebumen bisa langsung menuju Karangsambung dengan
menggunakan jasa ojek dengan tarif antara Rp 20.000Rp 25.000.
- Kendaraan Pribadi
Dari kota Kebumen langsung menuju Karangsambung melewati jalan karangsambung.
Gerbang masuk jalan ini berada di Mertokondo, persis di persimpangan pasar mertokondo.
Perjalanan sejauh 20 kilometer bisa di tempuh kurang lebih 45 menit, mengingat jalan yang sempit
namun mulus.
1.4 Geografi
- Kondisi Geografis
Kondisi daerah pemetaan merupakan dataran rendah berupa wilayah endapan sungai(alluvial)
dan berupa lembah di sebelah utara dan dataran tinggi berupa bukit dan punggungan di sebelah
selatan, di daerah pemetaan banyak ditemukan beberapa sungai besar dan kecil yang keberadaanya
bermanfaat bagi penduduk sekitar dan memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjangkehidupan sehari-hari , dengan adanya keberadaan sungai terebut memberikan manfaat juga berupa
banyak ditemukan singkapan batuan yang segar yang ada di sekitar sungai
- Kondisi Sosial Ekonomi
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
4/35
Kondisi sosial ekonomi penduduk disekitar daerah pemetaaan banyak bermata pencaharian
dibidang agrarian, perdagangan, buruh dan para pegawai sipil pemerintahan, tetapi mayoritas para
penduduk sekitar bermata pencaharian sebagai petani dan penambang pasir di sekitar sungai luk ulo,
untuk yang bekerja sebagai petani, biasanya mereka melakukan aktivitas dengan menanam padi,
jagung, singkong, kelapa, dan tanaman palawija lainya. Untuk tingkat pendidikan, mayoritas
penduduk asli daerah pemetaan masih rendah, sedikit dari penduduk yang melanjutkan pendidikan
hingga ke tingkat perguruan tinggi, pendidikan mereka mayoritas hanya sampai tingkat SMP-SMA
Untuk sistem sanitasi bagi masyarakat sekitar belum berkembang dengan baik, masyarakat
masih menggunakan kebutuhan air lewat sungai tanpa adanya sistem filterisasi yang memenuhi
standar kesehatan, karena banyak limbah tercemar disekitar sungai besar yang jadi pasokan utama
dalam hal kebutuhan air penduduk sekitar.
1.5 Ucapan Terimakasih
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Ir.Bambang Priadi selaku Koordinator selama kegiatan field camp dan pemetaan.
2. Seluruh dosen pembimbing baik dari ITB maupun UNSOED.
3. Asisten dosen ITB & UNSOED atas inspirasinya.
4. Kelompok DYoung Gun (Purwadi, Lele, Ambon, Same), Kelompok Kacung, Indar, Prabu, dan
kawan-kawan Teknik Geologi UNSOED.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan pemetaan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat menjadi referensi bagi yang akan melakukan pemetaan dan
menambah pengetahuan kita tentang bumi.
BAB II
STUDI PUSTAKA
1. Peneliti Terdahulu
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
5/35
Daerah Karangsambung telah mengundang banyak penelitian untuk mendiskusikan, peneliti-
peneliti terdahulu antara lain Asikin(1974), Harsolumakso et al(1995), Kapid dan
Harsolumakso(1996), Harsolumakso dan Noeradi(1996).
Asikin(1974) Menganggap bahwa daerah ini memiliki tatanan geologi yang rumit, dengan
urutan stratigrafi yang sulit di tata karena tidak mengikuti kaidah superposisi, kesinambungan lapisan
dan faunal assemblage yang berlaku. Umumnya satuan batuan yang berbeda dipisahkan oleh
rekahan dan sesar yang terkadang ukurannya sering tidak dapat dipetakan.
Harsolumakso et al(1995) Secara khusus meneliti karakteristik satuan mlange dan olistostrom
di daerah Karangsambung dengan menggunakan tahapan deskripsi. Penulis ini manafsirkan adanya
mekanisme longsoran, slump, dan turbidit pada endapan olistostrom dan kemudian campuran
tersebut terlihat dalam deformasi tektonik yang kuat.
Kapid dan Harsolumakso(1996) melakukan studi lebih detail dalam penentuan umur endapan
olistostrom tersebut dengan pendekatan nannofosil. Determinasi fauna dari beberapa lintasan terpilih
menunjukkan umur endapan olistostrom berkisar antara Eosen Awal-Miosen Tengah.
Harsolumakso dan Noeradi(1996) lebih lanjut membahas deformasi pada formasi
Karangsambung. Menurut mereka, struktur lipatan yang berkembang pada satuan endapan
olistostrom berhubungan dengan sesar-sesar minor, umumnya dapat diamati pada sisipan batupasir
dan batulanau. Penulis ini menyimpulkan proses deformasi pada endapan olistostrom terjadi setelah
sedimentasi dan tidak berhubungan dengan gejala pelengseran atau penggerusan yang sejalan dengan
sedimentasi.
Geomorfologi daerah Waturanda
2.1 Fisiografi Regional Jawa
Secara regional seluruh pulau Jawa memiliki perkembangan tektonik yang sama, namunkarena pengaruh dari jejak tektonik yang lebih tua mengontrol struktur batuan dasar khususnya yang
lebih muda maka terdapat perbedaan antara daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Untuk
daerah Jawa Tengah terbagi menjadi empat zona fisiografi yaitu : Dataran Pantai Selatan,
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
6/35
Pegunungan Serayu Selatan, Pegunungan Serayu Utara, dan Dataran Pantai Utara (Van Bemmelen,
1949).
2.2 Fisiografi Regional Karangsambung
Karangsambung berada pada zona fisiografi Pegunungan Serayu Selatan. Zona ini pada
sistem konvergensi antara Lempeng Hindia - Australia dengan Tepi Benua Erasia selama Zaman
Tersier adalah merupakan Wilayah Retro Arc Fold Thrust Belt.Fisiografi zona ini sama dengan
Zone Kendeng (Pringgoprawiro, 1976), dan Zone Bogor (Martodjojo, 1985). Zona tersebut berperan
dalam pembentukan dan proses Melange Lok Ulo pada umur Kapur - Paleosen.
2.3 Letak Administratif
Daerah pemetaan Waturanda berada pada wilayah Karangsambung (Kebumen, Jawa
Tengah). Daerah Waturanda terletak pada 703400 - 703630 Lintang Selatan dan 10903700-
10904400 Bujur Timur merupakan daerah dengan topografi yang beragam. Daerah ini memiliki
kemiringan lereng dari 100hingga 450 di dataran rendah dan lebih dari 450pada dataran tinggi.
Sungai Lok Ulo merupakan sungai utama pada wilayah ini. Sungai ini mengalir dari utara menuju
selatan atau dari perbukitan Gunung Prahu-Paras hingga melewati Perbukitan Waturanda. Sungai
Lok Ulo ini menjadi muara bagi sungai-sungai yang memiliki hulu di dataran tinggi bukit.
Gambar 1. Letak daerah Karangsambung pada pulau Jawa)
Daerah dataran rendah merupakan areal persawahan yang subur karena banyak dialiri aliran
air permukaan. Dataran ini memiliki tanah berjenis lempung dan pada sisi sungai merupakan dataran
http://4.bp.blogspot.com/-LnQkWKWfirg/Tbf_FOIVWaI/AAAAAAAAABU/uoAOwF_1T1M/s1600/1.jpg -
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
7/35
aluvial. Daerah ini berada pada Desa Tlepok, Desa Dukuh Wetan, Desa Semampir, Desa Sumbersari,
dan Desa Sumbermaya.
Daerah dataran tinggi memiliki batuan yang resisten dan pola aliran sungai yang khas yaitu
pola dendritik, paralel dan rectangular. Daerah ini rentan longsor karena tanah lempung berada di
atas batuan yang resisten. Daerah ini berada pada desa Kali Gending hingga desa
2.4 Geografi fisik
Terdapat morfologi yang beragam dari Utara hingga Selatan. Daerah Utara merupakan
dataran rendah atau Aluvial. Penduduk pada daerah ini banyak menanam padi dan bercocok tanam.
Air sungai yang melimpah dan tanahnya yang subur menjadikan penduduk banyak bermukim di
daerah ini. Sungai utama di daerah ini diantaranya : Kali Welaran, Kali Klepoh, dan Kali Sangga.
Sungai tersebut umumnya dewasa ditandai dengan bentuk lembah U, dan kenampakan di lapangan
terdapat kelokan bersudut besar hasil erosi vertikal-lateral.
Daerah Selatan merupakan Perbukitan, penduduk bercocok tanam di sekitar sungai. Sungai
utama di daerah ini diantaranya Kali Jaya, KaliKudu Kulon dan kali krembeng. Jenis sungai ini sama
dengan bagian utara yaitu, sungai yang berada pada tahap dewasa.
2.5 Satuan Geomorfologi Waturanda.
Daerah pemetaan Waturanda terbagi menjadi 5 satuan geomorfologi. Satuan tersebut adalah :
1. Satuan Dataran Aluvial Luk Ulo
2. Satuan Lembah Antiklin Kedungjati
3. Satuan Bukit Gamping Jatibungkus
4. Satuan Bukit Basalt Luk Ulo
5.
Satuan Perbukitan Homoklin SelarandaPembagian satuan-satuan tersebut didasarkan pada prinsip dasar dari geomorfologi itu sendiri,
yaitu geologi dan morfologi. Geologi disini merupakan struktur yang terdapat pada satuan
tersebut dan morfologi adalah bentukan permukaan dari satuan tersebut. Sedangkan untuk
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
8/35
penamaan didasarkan pada bentuk geometri, proses geologi (struktur) dan nama daerah
terdapatnya satuan tersebut.
Pembahasan satuan geomorfologi berisi tentang :
Alasan penamaan satuan geomorfologi
Data ketinggian satuan geomorfologi
Tipe genetik dan aliran sungai yang mengalir pada satuan geomorfologi
Luasan (%) satuan geomorfologi dari total luas daerah pemetaan Waturanda
Tahapan geomorfik sungai yang mengalir pada satuan geomorfologi
Batuan penyusun satuan geomorfologi
1. Satuan Dataran Aluvial Luk Ulo
Satuan dataran aluvial Luk Ulo memiliki ciri dataran yang memiliki ketinggian maksimum 20 m
dpl dan titik terendah adalah 0 m dpl. Material yang menyusun satuan ini adalah material lepas
(aluvial) berupa pecahan batuan berdiameter 3-15 cm, pasir, lempung, lumpur dan air sungai Luk
Ulo yang melewati satuan ini. Sehingga atas dasar data-data tersebut, satuan ini dinamakan
satuan dataran aluvial Luk Ulo.
Sungai yang mengalir di satuan ini bertipe sungai yang memotong struktur, sehingga dapat
dikatakan tipe sungainya adalah insekuen atau dalam artian alirannya tidak dipengaruhi oleh
adanya struktur. Sungai yang mengalir di satuan ini adalah sungai Luk Ulo. Sungai Luk Ulo
telah mencapai tahap dewasa menuju tua dengan ditandai oleh telah tidak adanya jeram dan
didominasi oleh aluvial, bermeander, memiliki teras sungai, perbandingan lebar penampang
dengan kedalaman adalah < 10 dan > 3. Satuan ini menempati 7 % dari total luas daerah
pemetaan Waturanda.
2. Satuan Lembah Antiklin Welaran
Satuan lembah antiklin Welaran menempati 35 % dari total luas daerah pemetaan Waturanda.Satuan ini memiliki ketinggian 20-40 m dpl. Penamaan satuan ini didasarkan pada bentukan
morfologi satuan yang berupa lembah dan terdapat struktur antiklin. Namun pada umumnya,
bentukan struktur antiklin akan menghasilkan bentukan morfologi perbukitan dan hal ini
bertentangan dengan realita yang ada di satuan ini yang bentukannya berupa lembah, sehingga
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
9/35
dimungkinkan daerah ini pada awalnya merupakan perbukitan yang kemudian tererosi menjadi
lembah. Hal ini diperkuat pula dengan data peta kontur yang menyatakan adanya dip slope di
satuan terdekatnya sehingga satuan ini merupakan daerah back slope yang mengindikasikan
bahwa satuan ini pada mulanya merupakan morfologi perbukitan yang kemudain tererosi. Selain
hal tersebut, data lapangan pun mengatakan bahwa apabila dilakukan rekontruksi arah
kemiringan, maka satuan ini pada mulanya merupakan daerah perbukitan. Atas dasar hal
tersebut, satuan ini dapat pula dinamakan sebagai satuan lembah tererosi Welaran.
Terdapat beberapa sungai yang mengalir pada satuan ini. Sungai-sungai tersebut adalah sungai
Welaran, sungai Curug, sungai Sadang, sungai Susu, sungai Klepoh, sungai Depok dan sungai
Sangga. Sungai di satuan ini memiliki tipe genetik yang berbeda-beda. Sungai Welaran memiliki
tipe genetik subsekuen, sedangkan untuk sungai Sadang, sungai Susu, sungai Depok, sungai
Klepoh dan sungai Curug bertipe genetik resekuen. Untuk tipe alirannya, sungai Welaran dan
sungai Depok bertipe aliran rektangular karena aliran sungai ini dikontrol adanya struktur di
daerah tersebut, lipatan (antiklin) untuk sungai Welaran dan kekar (sekitar Jatibungkus) untuk
sungai Depok. Sedangkan untuk sungai Sadang, sungai Susu, sungai Sangga, sungai Klepoh dan
sungai Curug bertipe aliran tralis karena merupakan satu rangkaian yang kesemua aliran
sungainya berhilir ke sungai Welaran. Tahapan sungai di satuan ini baik untuk sungai Curug,
sungai Sadang, sungai Susu, sungai Klepoh, sungai Depok dan sungai Sangga bertahap muda di
bagian hulu dan bertahap muda menuju dewasa di daerah hilir. Sedangkan untuk sungai Welaran
bertahap sungai dewasa. Dikatakan memiliki tahapan muda adalah karena lebar sungai yang
hanya mencapai maksimal lebar 1.5 m dan terdapatnya jeram, sedangkan dikatakan bertahap
dewasa adalah karena mulai hilangnya jeram dan terdapatnya beberapa endapan aluvial
walaupun endapan aluvial tersebut tidak terlalu banyak. Warna air sungai yang mengalir
melewati bukit Jatibungkus relatif berwarna putih susu karena diindikasikan melarutkanbatugamping yang menyusun bukit Jatibungkus. Sungai yang melewati bukit Jatibungkus
tersebut adalah sungai Susu. Sedangkan untuk sungai yang lainnya berwarna coklat yang
mengindikasikan proses erosi oleh sungai-sungai tersebut sedang terjadi. Batuan penyusun
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
10/35
satuan ini adalah batulempung bersisipan batupasir. Batulempung disatuan ini memiliki ciri yang
khas, yaitu bersisik, mudah hancur, mengkilat dan memiliki fragmen.
3. Satuan Bukit Gamping Jatibungkus
Satuan bukit terisolir Jatibungkus merupakan satuan yang memiliki ketinggian yang mencolok
dibanding dengan daerah sekitarnya, sehingga satuan ini digolongkan menjadi satuan tersendiri
dan dikatakan sebagai satuan bukit terisolir. Satuan bukit terisolir Jatibungkus memiliki
ketinggian maksimum 151 m dpl. Satuan ini tersusun dari batugamping, sehingga ketinggian
pada satuan ini terlihat sangat mencolok tersebut karena sifat batugamping yang lebih resisten
terhadap pelapukan dibandingkan dengan batulempung yang ada didaerah sekitarnya.
Pada satuan ini, sungai mengalir mengelilingi bukit Jatibungkus dan mengalir sejajar jurus
batuan penyusun satuan ini, sehingga tipe genetik sungainya adalah resekuen. Seperti dikatakan
sebelumnya, sungai yang mengalir melewati satuan ini relatif berwarna putih karena melarutkan
batugamping yang berwarna putih. Tahap sungai yang melewati satuan ini bertahap muda karena
letak sungainya tidak terlalu jauh dari hulu, lebar sungai yang sempit dan berjeram. Terlihat
setidaknya 3 air terjun dengan ketinggian 1-3 m yang terletak di batas satuan bukit terisolir
Jaribungkus dengan satuan lembah antiklin Welaran. Satuan bukit terisolir Jatibungkus ini
menempati 5 % dari total luas daerah pemetaan Waturanda.
4. Satuan Bukit Basalt Luk Ulo
Satuan ini letaknya disebelah K. Luk Ulo yang merupakan batuan basalt yang memiliki struktur
bantal. Satuan bukit ini merupakan satuan yang merupakan fragmen dalam satuan batulempung.
Satuan bukit basalt ini menempati 3 % dari total keseluruhan daerah pengamatan Waturanda.
5. Satuan Perbukitan Homoklin Selaranda
Satuan perbukitan homoklin Selaranda menempati 40 % dari total luas daerah pemetaan
Waturanda. Batuan penyusun satuan ini adalah breksi yang berselingan dengan batupasir. Satuanini terdiri dari beberapa puncak tinggian, antara lain puncak bukit Waturanda, gunung Gedog,
bukit Selaranda dan gunung Bulukuning. Ketinggian puncak tinggian tersebut adalah 200 m dpl
(bukit Waturanda), 263 m dpl (bukit Selaranda), 312 m dpl (gunung Gedog) dan 337 m dpl
(gunung Bulukuning).
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
11/35
Sungai yang mengalir di satuan ini adalah sungai Bawang (Prumpung), sungai daerah
Eragombong, sungai Gending, sungai Gumarang, sungai daerah bukit Selaranda, sungai daerah
gunung Gedog dan sungai daerah gunung Bulukuning. Sungai-sungai yang mengalir di satuan ini
memiliki beberapa tipe aliran yang berbeda antar satu sungai dengan sungai lainnya. Untuk
sungai yang mengalir di daerah bukit Selaranda, gunung Gedog dan gunung Bulukuning bertipe
aliran radial. Sungai Gumarang dan sungai Bawang bertipe aliran rektangular, sedangkan untuk
sungai Gending bertipe aliran dendritik.
Penamaan satuan perbukitan homoklin Selaranda didasarkan pada bentukan morfologi berupa
perbukitan yang memiliki dip homogen berarah relatif keselatan dan mempunyai nilai
kemiringan kurang dari 450dan lebih dari 20
0(homoklin).
2.6 Kesimpulan Geomorfologi
Berdasarkan topografi, daerah Waturanda terdiri dari dataran landai dan dataran tinggi.
Selain itu daerah ini dialiri sejumlah sungai yang memiliki pola aliran dendritik, radial dan parallel.
Sungai yang ada umumnya merupakan sungai dewasa dicirikan dengan kelokan-kelokan
dengan sudut besar. Sungai-sungai tersebut bermuara pada sungai utama Lok Ulo yang merupakan
sungai tua.
Interpretasi pada peta geomorfologi menunjukkan adanya pola kelurusan bukit maupun
sungai. Kelurusan ini menunjukkan adanya kesamaan pola maupun terjadinya suatu erosi sehingga
memisahkan daerah tersebut.
Daerah Waturanda terbagi menjadi lima satuan geomorfologi, satuan tersebut diantaranya :
Satuan Dataran Aluvial Luk Ulo, Satuan Lembah Antiklin Kedungjati, Satuan Bukit Gamping
Jatibungkus, Satuan Bukit Basalt Luk Ulo, Satuan Perbukitan Homoklin Selaranda.
Stratigrafi daerah Waturanda
3.1 Stratigrafi regional
Wilayah karangsambung berada pada zona Pegunungan Serayu selatan dan termasuk
dalam stratigrafi Kebumen (Sukendar Asikin, 1987). Karangsambung tersusun dari berbagai
formasi dan menunjukkan umur yang berbeda. Terdapat pula satuan mlange yang berumur pra
tersier.
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
12/35
1. (Gambar 3. Formasi Daerah Karangsambung pada stratigrafi zona
pegunungan Serayu selatan)
Batuan Pra Tersier
Merupakan batuan tertua yang tersingkap di Zone Pegunungan Serayu Selatan
mempunyai umur Kapur Tengah s/d Paleosen (Sukendar Asikin 1974).
Kelompok batuan ini disimpulkan sebagai kompleks melange yang terdiri dari
graywacky, skiss, lava basalt berstruktur bantal, gabro, batugamping merah, rijang,
lempung hitam yang bersifat serpihan. Semuanya merupakan campuran yang bersifat
tektonik.
Formasi Karangsambung
Merupakan kumpulan endapan olisthostrom, terjadi akibat pelongsoran karena
gaya berat di bawah permukaan laut, melibatkan endapan sedimen yang belum mampat,
berlangsung pada lereng parit di bawah pengaruh endapan turbidit. Merupakan sedimen
pond dan diendapkan di atas bancuh Luk-Ulo, terdiri dari konglomerat polimik, lempung
abu-abu, serpih dan beberapa lensa batugamping foraminifera besar. Hubungan tidak
selaras dengan batuan Pra Tersier.
Formasi Totogan
http://3.bp.blogspot.com/-1-UvEjO8fJA/TbgBGbgy9FI/AAAAAAAAABY/s9aAhHQ8a40/s1600/3.jpg -
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
13/35
Harloff (1933) dan Tjia HD (1966) menamakan sebagai Tufa Napalan I,
sedangkan Suyanto &Roskamil (1974) menyebutnya sebagai lempung breksi.
Litologinya berupa breksi dengan komponen batulempung, batupasir, batugamping, napal
dan tufa. Mempunyai umur Oligosen - Miosen Awal, dan berkedudukkan selaras di atas
Formasi Karangsambung
Formasi Waturanda
Formasi ini terdiri dari batuan - batuan batupasir vulkanik dan breksi vulkanik,
berumur Miosen Awal - Miosen Tengah, selaras di atas Formasi Totogan. Formasi ini
mempunyai Anggota Tuff, dimana Harloff (1933) menyebutnya sebagai Eerste Merger
Tuff Horizon.
Formasi Panosogan
Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Waturanda, litologinya terdiri dari
perselingan batupasir, batulempung, tufa, napal dan kalkarenit. Ketebalan formasi ini
1000 meter, mempunyai umur Miosen Awal - Miosen Tengah.
Formasi Halang
Menindih selaras di atas Formasi Penosogan, dengan litologi terdiri dari
perselingan batupasir, batulempung, napal, tufa dan sisipan breksi. Merupakan kumpulan
sedimen turbidit bersifat distal sampai proksimal, pada bagian bawah dan tengah kipas
bawah laut, berumur Miosen Awal - Pliosen.Anggota Breksi Halang,Sukendar Asikin
menamakan sebagai Formasi Breksi II dan berjemari dengan Formasi Penosogan. Namun
Sukendar Asikin (1974) meralat bahwasanya Anggota Breksi ini menjemari dengan
Formasi Halang.
Formasi Peniron
Peneliti terdahulu menamakan sebagai Horizon Breksi III. Formasi Peniron
menindih selaras di atas Formasi Halang dan merupakan sedimen turbidit termuda yang
diendapkan di Zone Pegunungan Serayu Selatan. Litologinya terdiri dari breksi aneka
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
14/35
bahan (polimik) dengan komponen andesit, batulempung, batupasir dengan masa dasar
batupasir sisipan tufa, batupasir, napal dan batulempung.
Batuan Vulkanik Muda
Mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan semua batuan yang lebih tua di
bawahnya. Litologi terdiri dari breksi dengan sisipan batupasir tufan, dengan komponen
andesit dan batupasir. Komponen tersebut merupakan aliran lahar pada lingkungan darat.
Berdasarkan pada ukuran komponen yang membesar ke utara, hal ini menunjukkan arah
sumber di utara yaitu Gunung Sumbing berumur Plistosen.
Struktur Geologi daerah Waturanda
4.1 Struktur geologi regional
Pulau Jawa oleh Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi beberapa zona fisiografi.
Untuk daerah Jawa Tengah zona fisiografinya dibagi menjadi empat bagian (gambar 4), dari
selatan ke utara masingmasing :
a. Dataran Pantai selatan
b. Pegunungan Serayu Selatan
c. Pegunungan Serayu Utara, dan
d. Dataran Pantai Utara
(Gambar 5. Letak Pegunungan serayu selatan pada fisiografi Jawa Tengah - Van
Bemmelen, 1949)
http://2.bp.blogspot.com/-itDPDLj7VR4/TbgBupM__GI/AAAAAAAAABc/-SIoOszIaRw/s1600/4.jpg -
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
15/35
Daerah Karangsambung merupakan bagian dari zona pegunungan Serayu
Selatan. Posisi Zone Pegunungan Serayu Selatan pada sistem konvergensi antara Lempeng
Hindia - Australia dengan Tepi Benua Erasia selama Zaman Tersier adalah
merupakan Wilayah Retro Arc Fold Thrust Belt. Wilayah tersebut sama dengan Zone
Kendeng (Pringgoprawiro, 1976), dan Zone Bogor (Martodjojo, 1985)
Di daerah Lok Ulo (Karang Sambung) dimana batuan Pra-tersier dan tersier
tersingkap, dapat dibedakan adanya dua pola struktur utama, yaitu yang arahnya timur laut-
barat daya dan barat timur. Pola yang berarah timur laut barat daya merupakan batuan pra
tersier yang terdiri dari kompleks mlange yang berumur Kapur Atas Paleosen (Sukendar
Asikin, 1974). Hubungan antara satu batuan dengan yang lainnya memiliki lingkungan dan
genesa pembentukan berbeda yang terdapat di mlange, umumnya berupa sesar yang berarah
timur laut-barat daya atau ke arah Meratus. Pola yang berarah barat-timur terdiri dari
perlipatan dan sesar, dan umumnya melibatkan batuan berumur tersier.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola yang arahnya timur laut - barat daya
sangat dominan di bagian timur Jawa Tengah ini, merupakan jejak tektonik Kapur-Paleosen
yang berbentuk jalur subduksi akibat interaksi antara lempeng Indo Australia dan lempeng
Mikro Sunda. Jalur tersebut juga merupakan kelanjutan dari jalur subduksi yang tersingkap di
Ciletuh Jawa barat.
Menurut Paltrinieri dkk. (1976), di daerah Lok Ulo pada jaman Eosen Tengah,
lingkungan pengendapan telah berubah dari endapan laut dalam menjadi laut dangkal pada
jaman berikutnya, yaitu Eosen Akhir sampai Oligosen. Ini menunjukkan bahwa sebelum
Miosen daerah Lok Ulo dan sekitarnya merupakan suatu jalur pengangkatan, dan membentuk
suatu jalur pemisah antara daerah pengendapan (cekungan) utara dan selatan.
Jalur pemisah tersebut terbentang dari Semarang, Wonosobo-Banjarnegara-Cilacap,
dan merupakan batas tektonik penting antara bagian barat dan timur pulau Jawa (Utung dan
Sato, 1978). Di sebelah barat dari batas tektonik ini, poros-poros perlipatan mengarah ke
barat laut-tenggara sedangkan sebelah timurnya berarah barat-timur.
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
16/35
4.2 Struktur Geologi Daerah Waturanda
Terdapat 2 struktur besar dan beberapa struktur kecil di daerah pemetaan
Waturanda. Struktur besar tersebut adalah :
1. Struktur Antiklin Kedungjati
2. Sesar Naik Krembeng (diperkirakan)
Sedangakan struktur kecil didaerah pemetaan yang hanya diperkirakan tanpa
adanya perhitungan adalah kekar dan kenampakan sesar secara lokal pada singkapan.
1. Struktur Antiklin Welaran
Struktur antiklin Welaran ini merupakan struktur salah satu anggota dari rangkain
antiklin (antiklinorium) yang membentuk antiklin besar Karangsambung. Sumbu dari
struktur antiklin ini terletak di daerah sungai Welaran. Sumbu ini diperkirakan terletak
sepanjang aliran sungai Welaran yang diperkuat dengan kelurusan sungai Welaran dan
ditemukannya singkapan sumbu antiklin di sungai Welaran. Struktur antiklin inidiketahui dari adanya arah dip yang berlawanan dan saling bertolak belakang, dip yang
satu berarah relatif kearah utara, sedangkan dip yang lainnya berarah selatan. Dip yang
berarah selatan inilah yang akhirnya membentuk homoklin, karena besar sudut
kemiringannya yang kurang dari 450dan lebih dari 20
0yang sebagian besar mendominasi
arah dan besar sudut kemiringan lapisan di daerah pemetaan Waturanda.
2. Sesar Naik Krembeng (diperkirakan)
Sesar naik Krembeng hanya bisa diperkirakan karena tidak dilakukan perhitungan
yang berkaitan dengan gaya yang terdapat pada sesar, seperti perhitungan shear facture,
arah breksiasi dan hal lain sebagainya. Sesar naik didaerah Krembeng diinterpretasikandari adanya kelurusan yang terdapat pada sungai Krembeng yang terlihat pada peta dan
adanya daerah hancuran di daerah sungai Krembeng. Disimpulkannya jenis sesar yang
ada di daerah sungai Krembeng menjadi sesar naik adalah karena adanya mikrofold di
daerah tersebut. Mikrofold merupakan salah satu penanda adanya gaya kompresional dan
gaya kompresional tersebut pada umumnya terjadi pada sesar naik.
4.3 Kesimpulan Struktur Waturanda
Daerah Waturanda berada formasi Waturanda berumur Eosen Awal. Daerah ini
mempunyai trend kemiringan ke arah Selatan. Pada interpretasi struktur, daerah ini
merupakan salah satu sayap Antiklin cekungan Amphitheater Karangsambung.
Lingkungan pengendapan tiap satuan kecuali satuan Aluvial berada pada laut
dalam. Satuan Aluvial berada pada lingkungan fluvial.
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
17/35
BAB III
Sejarah Geologi Waturanda
1.1 Pembentukan Satuan Batulempung A
Sejarah geologi daerah waturanda dimulai dengan pengendapan batulempung A
pada lingkungan laut dalam. Satuan ini merupakan satuan berfragmen yang dicirikan oleh
adanya fragmen batugamping dan fragmen lava basalt di lapisan batulempung tersebut.
Batugamping dikatakan sebagai fragmen pada satuan batulempung A ini karena kontak
antara batugamping dengan batulempung tidak menerus. Hal ini mungkin terjadi
mungkin akibat terjadinya transportasi yang dialami batugamping dari lokasi tertentu
sehingga tertransportasikan ke satuan batulempung.
1.2 Pembentukan Satuan Breksi
Satuan batuan berikutnya adalah satuan breksi. satuan breksi ini berselingan
dengan batupasir kasar dan berangsur menjadi batu pasir halus. Secara umum fragmen
breksi tersebut adalah batuan basalt. Untuk pengendapan breksi dibutuhkan arus yang
kuat dan material yang diendapkan tidak jauh dari sumbernya dengan transportasi yang
singkat. Karena diketahuai fragmen breksi dominan basalt, maka lingkungan
pengendapannya adalah laut. Perselingan dengan batupasir kasar karena ada perubahan
http://1.bp.blogspot.com/-O6fVD7ipdLM/TbgCTfitXVI/AAAAAAAAABg/x72V35xTeU0/s1600/Waturanda+1.bmphttp://2.bp.blogspot.com/-bZ3cDurafyk/TbgCd2zvdZI/AAAAAAAAABk/ZKcFjRDOmR4/s1600/Waturanda+2.bmp -
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
18/35
kuat arus dalam proses pembentukannya. Pembentukan satuan breksi ini dapat dijelaskan
secara detail dengan menggunakan teori arus turbidit.
1.3 Pembentukan Satuan Batupasir
Selanjutnya adalah pengendapan satuan batupasir dengan dicirikan adanya
perlapisan batupasir sisipan lempung. Batupasir pada satuan ini berangsur dari batupasir
breksian menjadi batupasir halus. Dengan kata lain bahwa lingkungan pengendapan
satuan ini adalah dilaut. Satuan ini juga dapat terbentuk dengan skema turbidit dengan
dicirikan adanya struktur parallel laminasi di suatu lapisan dan cross laminasi pada
batupasir.
1.5 Pembentukan Satuan Batulempung B
http://3.bp.blogspot.com/-dspKjpZOZUI/TbgCt315H1I/AAAAAAAAABo/0IVggj7T2Nk/s1600/Waturanda+3.bmphttp://2.bp.blogspot.com/-bZ3cDurafyk/TbgCd2zvdZI/AAAAAAAAABk/ZKcFjRDOmR4/s1600/Waturanda+2.bmphttp://3.bp.blogspot.com/-dspKjpZOZUI/TbgCt315H1I/AAAAAAAAABo/0IVggj7T2Nk/s1600/Waturanda+3.bmphttp://2.bp.blogspot.com/-bZ3cDurafyk/TbgCd2zvdZI/AAAAAAAAABk/ZKcFjRDOmR4/s1600/Waturanda+2.bmphttp://1.bp.blogspot.com/-WTbBJyP3ay4/TbgC7w-T7DI/AAAAAAAAABs/8g7zIkEF77M/s1600/Waturanda+4.bmphttp://3.bp.blogspot.com/-dspKjpZOZUI/TbgCt315H1I/AAAAAAAAABo/0IVggj7T2Nk/s1600/Waturanda+3.bmp -
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
19/35
Berikutnya menuju lingkungan pengendapan yang lebih dangkal dengan
ditemukannya perselingan batulempung dengan batugamping kalkarenit, sehingga
disimpulkan bahwa lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal. Setelah perselingan
tersebut kemudian terbentuklah perselingan batupasir dengan batulempung, hal ini dapat
terjadi dikarenakan suplai bahan pembentuk lapisan gamping telah habis karena
lingkungannya pengendapannya menuju kearah daratan dengan dicirikan adanya karbon
pada sebagian lapisan batupasir. Kemudian kembali lagi kelingkungan pengendapan
batugamping sehingga terbentuk lagi perselingan batupasir dengan batulempung.
1.6 Pembentukan daerah Waturanda
Setelah endapan-endapan tersebut terjadi atau terbentuk, kemudian terangkat
kepermukaan yang diakibatkan oleh proses tektonik. Akibat proses tektonik yang
berpengaruh pada batuan batuan tersebut maka terbentuklah pola kemiringan, struktur-
struktur geologi kemudian dengan seiring waktu dan telah tersingkap ke permukaan maka
proses pelapukan dan erosi pun turut serta membentuk sehingga batuan yang resisten
maupun tidak resisten terbentuk menjadi perbukitan, sungai, lembah, dan lain-lain.
http://4.bp.blogspot.com/-hkx9siMlNKM/TbgDMeDqi4I/AAAAAAAAABw/32Wsqr3GtcU/s1600/Waturanda+5.bmphttp://1.bp.blogspot.com/-WTbBJyP3ay4/TbgC7w-T7DI/AAAAAAAAABs/8g7zIkEF77M/s1600/Waturanda+4.bmphttp://4.bp.blogspot.com/-hkx9siMlNKM/TbgDMeDqi4I/AAAAAAAAABw/32Wsqr3GtcU/s1600/Waturanda+5.bmphttp://1.bp.blogspot.com/-WTbBJyP3ay4/TbgC7w-T7DI/AAAAAAAAABs/8g7zIkEF77M/s1600/Waturanda+4.bmp -
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
20/35
1.7 Pembentukan Satuan Dataran Aluvial
Kemudian setelah proses-proses pelapukan serta erosi yang membentuk
geomorfologi daerah Waturanda tersebut, terbentuklah endapan baru yang berada di K.
Luk Ulo yang dinamakan dengan Satuan Dataran Aluvial K. Luk ulo. Satuan ini tidak
selaras dengan satuan-satuan yang sebelumnya karena satuan-satuan sebelumnya telah
mengalami proses deformasi yang dikontrol oleh proses tektonik sehingga menghasilkan
kemiringan perlapisan satuan batuan yang sudah tidak mendatar dan kemudian
diendapkan lagi endapan Aluvial yang mendatar. Sehingga hubungan antara satuan
batuan disebut tidak selaras.
Daerah : K.WelaranK. Luk Ulo
Tujuan : Pra pemetaan
Tanggal : 3 Oktober 2010
Cuaca : Cerah
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
21/35
1.1
1.2
1
.3
1
.4
1.5
1
.6
1
.7
1.8
Batupasir , abu-abu, paralel laminasi, klastik kasar, permeabilitasbaik, porositas baik, terpilah buruk.
Batulempung, abu-abu kehitaman, karbonatan lemah, kompak,
kemas tertutup, ukuran butir lempung.
N 242 E / 55 NW, N240 E / 48 NW.
Singkapan batulempung sisipan batupasir kasar & batupasir halus.Batulempung, abu-abu kecoklatan, membundar, mineral sedikit
kwarsa, hornblend, kompak.Batupasir kasar, abu-abu kehitaman, membundar, porositas baik,
kemas terbuka.Batupasir halus, abu-abu, membundar, porositas baik, terpilah baik,
kompak.
Breksi, abu-abu, semen lempung, kemas terbuka, fragmen :batupasir, andesit, terpilah buruk,besar butir krikil.
Gamping, putih kekuningan, kompak, kemas terbuka, porositas baik,
permeabilitas baik, non klastik.
N 152 E / 58 SW.
Batugamping, putih kekuningan, kompak, fragmen pasir, fosil,
kemas terbuka, pilah buruk.N 110 E / 21 SW.
Lava basalt, warna hitam, ada spot-spot merah, amigdaloidal,
afanitik porviritik, struktur lava bantal, mineral ; plagioklas, zeolit, olivin.
Batupasir halus, coklat, kemas tertutup, porositas baik, permeabilitasbaik, membundar, non karbonatan, kompak.
N 110 E / 63 SW.
Batupasir kasar, abu-abu kecoklatan, pasir kasar, porositas baik,
kemas tertutup, terpilah baik, kompak.N 192 E / 43 SW.
Breksi , coklat kehitaman, fragmen ; batuan beku ( 30 50 cm
andesit ), matrix pasir, kemas terbuka, kompak, terpilah buruk, porositas
baik.
N 155 E / 45 SW.
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
22/35
Daerah : SemampirK. Sadang
Tujuan : Pra pemetaan
Tanggal : 4 Oktober 2010
Cuaca : Cerah
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
23/35
.1
.2
.3
.4
.5
.6
Batulempung, abu-abu, tidak kompak ( lembek ), kemas tertutup,porositas baik, permeabilitas sedang, besar butir halus.
Batulempung, abu-abu, tidak kompak, kemas tertutup, porositas
baik, permeabilitas sedang, besar butir halus.
N 309 E / 35 SW.
Batulempung, abu-abu kehitaman, non karbonatan, tidak kompak,kemas tertutup, porositas baik.
Batulempung, abu-abu kehitaman, non karbonatan, tidak kompak,
kemas tertutup, porositas baik.
Batupasir kasar, abu-abu kehitaman, pasir kasar, porositas baik,
kemas tertutup, terpilah baik, kompak.
Breksi , coklat kehitaman, fragmen ; batuan beku, batupasir, matrixpasir kasar, kemas terbuka, kompak, terpilah buruk, porositas baik.
N 104 E / 67 NW.
Batupasir, abu-abu, kemas tertutup, porositas baik, permeabilitas
baik, membundar, non karbonatan, kompak.Batulempung, abu-abu, non karbonatan, tidak kompak, kemas
tertutup, porositas buruk.
N 110 E / 19 SW.
Daerah : PrumpungK. Jaya
Tujuan : Pemetaan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
24/35
Tanggal : 5 Oktober 2010
Cuaca : Cerah
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
25/35
3.1
3
.2
3.3
3
.4
3
.5
3
.6
Breksi, abu-abu kehitaman, kemas terbuka, matriks pasir, terpilahburuk, non karbonatan, fraamen ; batuan beku, batupasir.
Batupasir, abu-abu, kemas tertutup, porositas baik, non karbonatan.
N 110 E / 55 SW.
Breksi, abu-abu kehitaman, kemas terbuka, matriks pasir, terpilahburuk, non karbonatan, fraamen ; batuan beku, batupasir.
Batupasir, abu-abu, kemas tertutup, porositas baik, non karbonatan.
N 115 E / 57 SW.
Breksi perselingan batupasir.Breksi, abu-abu kehitaman, kemas terbuka, matriks pasir, terpilah
buruk, non karbonatan, fraamen ; batuan beku, batupasir, bentuk fragmen
menyudut.
Batupasir, abu-abu, kemas tertutup, porositas baik, terpilah baik,bentuk butir membundar, non karbonatan.
N 140 E / 48 SW.
Perselingan batupasir dan breksi, berangsur menjadi batupasir.Breksi, abu-abu kehitaman, kemas terbuka, matriks pasir, terpilah
buruk, non karbonatan, fraamen ; batuan beku, batupasir, bentuk fragmen
menyudut.Batupasir, abu-abu, kemas tertutup, porositas sedang, terpilah baik,
bentuk butir membundar, non karbonatan.N 98 E / 39 SW.
Batupasir sisipan lempung, abu-abu, nonkarbonatan, kemas tertutup,
porositas sedang, permeabilitas sedang.N 100 E / 35 SW.
Breksi, abu-abu kehitaman, kemas terbuka, matriks pasir, terpilahburuk, non karbonatan, fraamen ; batuan beku, batupasir, bentuk fragmen
menyudut.Batupasir, abu-abu, kemas tertutup, porositas sedang, terpilah baik,
bentuk butir membundar, karbonatan.Batulempung, abu-abu kehitaman, karbonatan, tidak kompak, kemas
tertutup, porositas baik.N 100 E / 35 SW.
Daerah : PrumpungK. Jaya
Tujuan :Pemetaan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
26/35
Tanggal : 5 Oktober 2010
Cuaca : Cerah
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
27/35
3.7
3.8
Perselingan batulempung dengan batupasir, dominan batulempung.Batulempung, abu-abu kehitaman, non karbonatan, tidak kompak,
kemas tertutup, porositas baik.
Batupasir, abu-abu, kemas tertutup, porositas sedang, terpilah baik,
bentuk butir membundar, non karbonatan.
N 104 E / 55 SW.
Batupasir, abu-abu gelap, kemas tertutup, porositas baik, terpilah
baik, bentuk butir membundar, non karbonatan.Batupasir, abu-abu terang, kemas tertutup, porositas sedang, terpilah
baik, bentuk butir membundar, karbonatan.Batulempung, abu-abu terang, karbonatan, kompak, kemas tertutup,
porositas baik.
Daerah : K. JayaK. Gumarang
Tujuan : Pemetaan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
28/35
Tanggal : 6 Oktober 2010
Cuaca : Cerah
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
29/35
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
.8
.9
Perselingan batulempung dengan batupasir ( dominan batulempung).
Batulempung, abu2 gelap, kompak sedang, ripple mark, load cast,
non karbonatan.
Batupasir, abu-abu kehijauan, karbonatan, terpilah baik.
N 96 E / 30 SW.
Batugamping, abu-abu keputihan, kompak, karbonatan, butir kasar.
Batupasir, karbonatan lemah, kwarsa, ukuran butir pasir halus,parallel laminasi, cross laminasi, bentuki butir agak membulat.
N 74 E / 30 SW.
Dominan Batupasir, karbonatan, kwarsa, ukuran butir pasir halus,
parallel laminasi, cross laminasi, bentuki butir agak membulat.
Antiklin N 65 E / 33 SE , N 292 E / 34 NE, 19, N 62 E.
Batupasir, abu-abu terang, karbonatan, kemas terbuka, porositassedang.
BatulempungN 85 E / 25 SE.
Perselingan batupasir dengan batulempung dan dominanbatulempung.
N 75 E / 29 SW.
Kontak breksi dengan batupasir kasar.N 105 E / 30 SW.
Batulempung, batupasir, dominan batulempung.
N 107 E / 62 SW.
N 198 E / 67
N 270 E / 67
Daerah : K. Krembeng
Tujuan : Pemetaan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
30/35
Tanggal : 7 Oktober 2010
Cuaca : Mendung
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
31/35
5.1
5
.2
5
.3
5.4
5
.5
5.6
5
.7
5
.8
Batupasir, coklat, karbonatan, kemas terbuka, terpilah sedang,porositas baik, kompak.
N 95 E / 25 SW.
Perselingan batupasir halus dengan batulempung.
Batupasir halus, karbonatan, kuning kecoklatan, hampir membundar,kompak sedang.
N 95 E / 32 NE.
Perselingan gamping dengan batulempung.
Gamping pasir kasar (kalkarenit), kompak, kuning kecoklatan,karbonatan, porositas baik.
N 80 E / 20 SE.
Perselingan batupasir halus dengan batulempung.Batupasir halus, kuning kecoklatan, karbonatan, kompak sedang,
porositas sedang, permeabilitas sedang, kemas terbuka.Batulempung, abu-abu terang, karbonatan, kompak sedang.N 75 E / 41 SE.
Perselingan batupasir kasar dengan batulempung.
N 92 E / 12 NW.
Perselingan batupasir kasar dengan batulempung.
N 118 E / 40 NW.
Gamping pasiran ( kalkarenit )
N 293 E / 13 NE.
Batupasir perselingan dengan batulempung.N 80 E / 30 SW.
Daerah : K. SusuK. Depok
Tujuan : Pemetaan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
32/35
Tanggal : 8 Oktober 2010
Cuaca : Cerah
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
33/35
.1
.2
.3
.4
Batupasir, coklat kekuningan, non karbonatan, kompak sedang, agakmembulat.
N 110 E / 50 SE.
Batugamping, putih kekuningan, kompak, nonklastik.
Batulempung, abu-abu, kompak sedang.N 244 E / 6 SE.
Perselingan batupasir dengan batulempung.N 120 E / 65 SW.
Singkapan batulempung, abu-abu, kompak sedang.
Daerah : K. Curug
Tujuan : Pemetaan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
34/35
Tanggal : Oktober 2010
Cuaca : Cerah
okasi
Catatan
-
7/22/2019 Referensi Laporan Kuliah Geologi Lapangan
35/35
.1
.2
.3
N 31 E / 55 SE, N 235 E / 54 NW.Batulempung sisipan batupasir.Batulempung , abu-abu, kompak, sedang, membundar, karbonatan.
Batupasir halus, kompak sedang, karbonatan.
Singkapan batulempung berfragmen, abu-abu gelap, fragmen 310cm, karbonatan lemah.
Batulempung berfragmen sisipan pasir, mikrofold.
http://ferdinansiburian.blogspot.com/2011/04/laporan-kuliah-geologi-lapangan-daerah.html
http://ferdinansiburian.blogspot.com/2011/04/laporan-kuliah-geologi-lapangan-daerah.htmlhttp://ferdinansiburian.blogspot.com/2011/04/laporan-kuliah-geologi-lapangan-daerah.htmlhttp://ferdinansiburian.blogspot.com/2011/04/laporan-kuliah-geologi-lapangan-daerah.html