REFERAT.UROLOGI

download REFERAT.UROLOGI

of 20

description

referat urologi

Transcript of REFERAT.UROLOGI

REFERATVESIKOLITHIASIS Disusun oleh :

Rachma Dewi AG1A212030

Niken FebriharsariG1A212079

Rifqi MaziyansyahG1A212139Ester Moryaan

G1A212140

Akbar Septian

1210221030

Pembimbing :

dr. Tri Budiyanto, Sp.USMF ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2013LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui referat dengan judul :

VESIKOLITHIASISPada Tanggal : Mei 2013Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Kegiatan Kepaniteraan Klinik di SMF Bagian Ilmu Bedah

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :

Rachma Dewi AG1A212030

Niken FebriharsariG1A212079

Rifqi MaziyansyahG1A212139Ester Moryaan G1A212140

Akbar Septian1210221030

Pembimbing :dr. Tri Budiyanto, Sp.UBAB ILAPORAN KASUSA. Identitas Penderita

Nama

: Ny. SUmur

: 77 Tahun

Jenis Kelamin: Pria

Alamat

: Rawalo, BanyumasAgama

: Islam

Status Pernikahan: Menikah

Pekerjaan

: Ibu rumah tanggaNo CM

: 990919B. Anamnesis (Autoanamnesis)Keluhan Utama: Nyeri dan sulit BAKRiwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sering nyeri saat BAK sejak 10 hari yang lalu. Pasien mengaku sakit pertama kali dirasakan sejak 16 tahun yang atau dari tahun 1997, tetapi keluhan saat itu dirasakan hilang timbul. Selain itu pasien juga mengaku pada tahun 1997 pernah BAK disertai batu. Saat BAK pasien harus mengejan terlebih dahulu, dan penderita merasa BAK tidak puas serta lebih sering ingin BAK. Keluhan disertai juga dengan nyeri pinggang di sebelah kiri yang hilang timbulRiwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang sama

: iyaRiwayat cedera pada saluran kemih

: disangkal

Riwayat penyakit infeksi pada saluran kemih: disangkal

Ruwayat penyakit batu ginjal atau saluran kemih: disangkal

Riwayat darah tinggi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat operasi

: disangkalRiwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama

: disangkal

Riwayat darah tinggi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat penyakit keganasan

: disangkalC. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum / Kesadaran: Sedang / Compos Mentis

Vital Sign:TD: 140/90 mmHg

N : 80x/menit

RR: 18x/mnt

S : 36.5 oC

BB: 40 kg

TB: 155 cm1. Kepala

Bentuk kepala: Mesocephal, simetrisRambut: Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merataMata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikTelinga: Simetris, tidak terdapat discharge

Hidung: Tidak terdapat deviasi septum, tidak terdapat discharge Mulut: Bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar2. Leher

I: Tidak terdapat deviasi trakhea, tidak tampak benjolan

Pal: Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

3. Thorax

Paru

I: Datar, pergerakan simetris

Pal: Tidak terdapat ketinggalan gerak, fremitus taktil dex = sin

Per: Sonor

Aus: Suara dasar vesikuler, tidak terdapat suara tambahan

4. Jantung

I: IC terlihat di SIC V 2 jari medial LMCS

Pal: IC teraba di SIV V 2 jari medial LMCS, IC tidak kuat angkat

Per: Batas jantung dalam batas normal

Aus: S1 > S2 reguler, tidak terdapat suara tambahan5. Abdomen

I: Datar

Aus: BU + NormalPer: Timpani

Pal: Supel, terdapat nyeri tekan suprapubik, hepar dan lien tidak

Teraba. tidak terdapat pembesaran pada kelenjar limfe inguinal

6. Ekstremitas

Keempat ekstremitas tidak sianosis, tidak terdapat edema

Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar limfe axilla dextra maupun sinistra

7. Genitalia Eksterna

I: tidak terdapat kelainan

Pal: Tidak terdapat nyeri tekanD. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Lab tanggal 11 April 2013

Darah lengkapHb

: 10,3/dl(12-16 g/dl)Leukosit

: 10680/ul

(4800-10800/ul)Ht

: 32 %

( 37-47 %)Eritrosit

: 3,4/ul x10 6

( 4,2-5,4/ul)Trombosit

: 546.000/ul ( 150.000-450.000/ul)MCV

: 93,9 fL

( 79-99 fL)MCH

: 30,1 pg ( 27-31 pg)MCHC

: 32,1 %

( 33-37%)RDW

: 15,8 %

( 11,5-14,5 %)MPV

: 8,4 fL

(7,2-11,1 fL)Hitung jenis Basofil

: 1,3 %

(0-1%)Eosinofil

: 4,2 % (2-4%)Batang

: 0,00 % (2-5%)Segmen

: 69,9 %

(40-70%)Limfosit

: 16,5% (25-40%)Monosit

: 8,1%

(2-8%)PT

: 13,3 detik

(11,5-15,5 detik)APTT

: 28,7 detik

(25-35 detik)Kimia KlinikGDS

: 130 mg/dl

( 200 mg/dl)SGOT

: 29 UI/L

(15-37 UI/L)

SGPT

: 24 UI/L (30-65 UI/L)Ureum darah: 37,5

(14,98-38,52 mg/dl)Kreatinin darah: 1,53

(0,80-1,30 mg/dl)Natrium

: 144

(140-145 mmol/L)Kalium

: 3,9

(3,5-5,1 mmol/L)USG

Severe hidronefrosis kiri dan hidroureter proksimal kiri

Peningkatan ekogenisitas korteks (sesuai kriteria brenbidge grade 2) dan atrofi ginjal kanan(proses kronis

Vesikolithiasis ukuran 5,71 cm x 8,05 cm x 4,18 cm

Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intra abdomen di atasE. ResumeAnamnesis1. Wanita

2. Usia 77 tahun

3. Sakit saat BAK sejak 10 hari yang lalu4. BAK lancar, tapi harus mengejan dahulu5. Tidak puas setelah miksi

6. Sering ingin BAK7. Tidak ada riwayat BAK kemerahan

8. Ada riwayat nyeri pinggang

9. Ada riwayat BAK keluar batu

10. Tidak ada riwayat cedera saluran kemih, infeksi saluran kemih.Pemeriksaan Fisik

1. Tekanan darah: 140/90, termasuk hipertensi grade 12. Terdapat nyeri tekan suprapubik pada palpasi abdomen

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan USG didapatkan hasil Vesikolithiasis ukuran 5,71 cm x 8,05 cm x 4,18 cmF. Diagnosis KerjaVesicolitiasisG. Diagnosis Banding

Ca BuliH. Usulan Pemeriksaan Penunjang

X Foto BNO

Urinalisis

I. PenatalaksanaanMedikamentosa:

Ketorolac 10 mg, 2x1Non Medikamentosa:

Minum banyak air putih

Pengambilan batu:

Vesikolitektomi/section altaJ. Prognosis

Ad Vitam

: ad bonam

Ad Sanationam: ad bonam

Ad Functionam: ad bonamBAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Latar BelakangSecara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pafda tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukkan batu. Faktor resiko Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor factor itu adalah factor intrinsic yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsi yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya (Purnomo, 2003)Faktor intrinsic antara lain herediter (keturunan), Umur : Penyakit ini sering didapatkan pada usia 30-50 tahun, Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki lebih banyak dari pasien perempuan. Faktor ekstrinsik yaitu Geografi, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu). Iklim dan temperatur, Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. Dan penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas (Purnomo, 2003)B. Anatomi Vesika UrinariaVesika urinaria atau yang sering disebut kandung kemih merupakan tempat menampung urin yang berasal dari ginjal mellalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sfingter. Vesika urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain (Netter, 2006)

Gambar 1. Anatomi Vesika Urinaria

Pada laki-laki terletak di bagian anterior dari rectum sedangkan pada wanita terletak di sebelah anterior vagina dan uterus. Kandung kemih memiliki tiga bentuk membuka pada daerah triangular yang disebut sebagai trigone. Pada saat kosong, vesika urinaria akan terlihat kolaps dan akan tampak rugae-rugae. Apabila terisi penuh kandung kemih akan menegang dan rugae akan menghilang. Bentuk, ukuran dan posisi vesika urinaria bervariasi tergantung dari jumlah urine yang terdapat di dalamnya. Secara umum volume kandung kemih berkisar antara 350 500 ml. Fungsi dari kandung kemih ialah menampung urine yang dialirkan oleh ureter dari ginjal dan dibantu uretra kandung kemih berfungsi mendorong kemih keluar tubuh. (Netter, 2006)Vaskularisasi Vesika Urinaria: a. A. Vesicalis Superior cbg dari A. Hypogastrica

b. A, Vesicalis Inferior cbg dari A. HypogastricaPersarafan Vesika Urinaria: Oleh saraf otonom para sympatic yang berasal dari N. Splanchnicus Pelvicus (sacral 2-3-4) dan saraf simpatis ganglion symphaticus (Lumbal 1-2-3) (Netter, 2006).C. DefinisiVesicolithiasis adalah keadaan dimana terdapat batu di bagian bawah traktus urinarius biasanya disebabkan oleh diet protein non hewani. Sedangkan yang bagian atas disebabkan oleh diet protein hewani. Batu dapat berasal dari vesika urinaria disebut batu primer; atau berasal dari ginjal disebut batu sekunder (Purnomo, 2008).Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu infeksi (struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala obstruktif dan iritatif saat berkemih dan tidak sering datang dengan keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-tiba (Purnomo, 2008).

Gambar 2. Anatomi Sistem UrologiD. EtiologiFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :1. Faktor Endogen: Faktor genetik, pada hiperkalsiuria, hipositraturia, hiperurikosuria, dan hiperoksalouria.

2. Faktor Eksogen, Faktor lingkungan, pekerjaan, infeksi dan jenis cairan yang diminum, faktor diet juga dapat berperan penting dalam mengawali pembentukan batu (Sjabani, 2006)E. PatogenesisPenyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih.

Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama pada usia 30-50 tahun serta pasien yang menderita infeksi saluran kemih.

Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah asam urat, oksalat, fosfat, sistin dan xantin. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi akan membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih (Purnoemo, 2009).

Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urin, konsentrasi solute didalam urin, laju aliran urin di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar (Purnoemo, 2009).Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urin), yaitu pada sistem kalises ginal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertrikel obstruksi ontravesica kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu (Poernomo, 2009).Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi akan membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih (Purnoemo, 2009).Beberapa teori pembentukan batu adalah (Muslim, 2007) :1. Teori Nukleasi: Batu terbentuk didalam urin karena adanya inti batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap didalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.2. Teori Matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.3. Teori Penghambat Kristalisasi: Urin orang normal mengandung zat-zat penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu didalam saluran kemih.4. Teori Supersaturasi: Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Di sini terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, xantin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

Faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi kalkulogenesis antara lain:

a. Infeksi Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

b. HipertensiPada penderita darah tinggi, aliran darah berubah dari aminer menjadi turbulensi. Hal ini menyebabkan pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranals plaque) atau disebut juga perkapuran ginjal, yang dapat berubah menjadi batu.c. Obsruksi dan Statis UrinAdanya obstruksi dan statis urin menyebabkan infeksi karena memberikan kesempatan bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak.

d. Jenis Kelamin

Data menunjukan bahwa batu saluran kencing banyak ditemukan pada pria. Hal ini disebabkan saluran kemih pria lebih panjang dan sempit daripada wanita (Lina,N. 2008)

e. KeturunanTernyata keluarga penderita batu saluran kencing lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita batu saluran kencing dari pada orang lain karena umumnya memiliki habit perilaku dan kebiasaan yang serupa.f. Air minumMemperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan trebentuknya batu sakuran kemih, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih. Konsumsi air minum yang banyak, akan meningkatkan dieresis dan mengefektifkan efek washout. Kandungan mineral pada air minum juga turut kontribusi pada kalkulogenesis. Air yang mengandung sodium karbonat seperti softdrink serta phospidic acid (Alon, U.S. 2008).

g. PekerjaanPekerja-pekerja yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan pekerja yang lebih banyak duduk. Namun kekurangannya, mereka beraktivitas mengeluarkan keringat yang banyak, di bawah terik matahari sehingga banyak cairan tubuh serta elektrolit yang hilang yang tidak diimbangi dengan pemasukan cairan.

h. MakananPada golongan masyarakat yang lebih banyak makanan protein hewani angka morbiditas batu saluran kemih berkurang.

i. Suhu Tempat yang bersuhu panas misalnya didaerah panas menyebakan banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu sakuran kemih.F. Faktor Predisposisi1. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih2. Usia3. Jenis kelamin4. Pernah mengalami infeksi saluran kemih5. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat6. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih7. Masukan cairan kurang dari pengeluaran8. Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.

G. Manifestasi KlinikGejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain, nyeri saat berkemih/disuria hingga stranguria, perasaan tidak enak sewaktu berkemih, dan saat berrkemih tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancer kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat berkemih seringkali dirasakan (referred pain) pada ujung penis, skrotum, perineum. Pinggang, sampai kaki. Pada anak kecil sering kali menarik-narik penisnya (pada anak laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan) (Purnomo, 2003).Selain itu juga masih bisa menyebabkan gejala-gejala lain seperti, mual-muntah, retensio urin, hematuria, dan nyeri di sekitar daerah suprapubik.H. Pemeriksaan Diagnostik.Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan juga pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang lain, yang digunakan untuk menegakkan diagnosis (Sjamsuhidayat, 2005):1. Urinalisa, warna kuning, coklat atau gelap.2. Darah lengkap3. Foto polos abdomen, menunjukan kemungkinan adanya batu di dalam saluran kemih..

4. IVP ( intra venous pylografi ), menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.

5. Pielogram retrograde, menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.6. USG, bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil.Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada pasien (Sjamsuhidayat, 2005)I. Penatalaksanaan.1. Pencegahan (Sjabani, 2006)a. Menurunkan konsentrasi reaktanb. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu

Sitrat: dengan meminum jeruk nipis atau lemon sesudah makan malamc. Pengaturan diet

1. Meningkatkan masukan cairan

2. Hindari masukan soft drink lebih dari 1 liter per-minggu

3. Kurangi masukan protein

4. Membatasi masukan natrium

2. Medika mentosa

Pemberian obat disesuaikan dengan kelainan metabolic yang ada3. Pengambilan batu

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah :

a. Vesikolitektomi atau secsio alta.b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal (ESWL).c. Ureteroskopi.J. Komplikasi1. Hidronefrosis,Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal (Aronson, 2003).2. Uremia,Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine (Aronson, 2003).

3. Pyelonefritis,Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra (Aronson, 2003).

4. Gagal ginjal akut sampai kronis;5. Obstruksi pada kandung kemih;6. Perforasi pada kandung kemih;7. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.BAB IIIKESIMPULAN

1. Vesicolithiasis adalah keadaan dimana terdapat batu di bagian bawah traktus urinarius biasanya disebabkan oleh diet protein non hewani.2. Faktor Endogen: Faktor genetik, pada hiperkalsiuria, hipositraturia, hiperurikosuria, dan hiperoksalouria.

3. Faktor Eksogen: Faktor lingkungan, pekerjaan, infeksi dan jenis cairan yang diminum, serta faktor diet juga dapat berperan penting dalam mengawali pembentukan batu.4. Penatalaksanaan untuk penyakit ini, pertama-tama dengan pencegahan, lalu diberikan terapi medikamentosa, dan dengan pengambilan batu.BAB IVDAFTAR PUSTAKA

Aronson, M.D., Rose B.D. 2003. Diagnosis and Acute Management of Suspect Nephrolitiasis. Uptodate. 12.1.Lina, Nur. 2008. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani, RSI Sultan Agung Semarang). Tesis. Semarang: Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Muslim, Rifky. 2007. Batu Saluran Kemih : Suatu Problema Gaya Hidup dan Pola Makan Serta Analisis Ekonomi pada Penatalaksanaannya. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed.US : Saunders; 2006.Purnomo Basuki B. 2003. Dasar - dasar urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.

Purnomo Basuki B. 2008. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.Sjamsuhidajat R, De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.Sjamsuhidajat R, De Jong W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.