REFERAT urologi

32
REFERAT PENATALAKSANAAN BPH Disusun oleh: Sri Wahyudi NIM. G4A013004 PROGRAM PROFESI DOKTER

description

referat

Transcript of REFERAT urologi

REFERAT

PENATALAKSANAAN BPH

Disusun oleh:

Sri WahyudiNIM. G4A013004

PROGRAM PROFESI DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN SMF ILMU BEDAH RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO

2015

LEMBAR PENGESAHAN

REFERATPENATALAKSANAAN BPH

Oleh:Sri WahyudiNIM. G4A013004

Disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinikProgram Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman SMF Ilmu Bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto

Telah dipersentasikan pada tanggal Juni 2015

Mengesahkan,

dr. Tri Budiyanto, Sp.U.Pembimbing

13

BAB IPENDAHULUANKelenjar prostat adalah salah satu organ genital pria yang terletak di inferior kandung kemih, di depan rectum dan membungkus uretra pars prostatica. Volume prostat bertambah sesuai dengan bertambahnya usia (Nickel, 2013). Pembesaran prostat benigna atau lebihdikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria lanjur usia lanjut1. Istilah benign prostatic hyperplasia merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat1,2,3. Hiperplasia prostat benigna terjadi 70% pada pria diatas 60 tahun dan meningkat menjadi 90% pada usia 80 tahun. 1,4. Akibat dari pembesaran kelenjar prostat dapat menyebabkan terjadinya obstruksi, 1,5. Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur vesika urinaria dan ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan pada pasien BPH sering berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) atau iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan pada dapat tahap selanjutnya terjadi retensi urine1,2,4. Office of Health Economic Inggris mengeluarkan proyeksi prevalensi BPH bergejala di Inggris dan Wales beberapa tahun ke depan7, dimana diperkirakan jumlanya akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada tahun 2031.Terdapat beberapa faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan testosterone, selai itu juga terdapat pengaruh hormon (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi sel-sel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein tersebut berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat3.Terapi yang diberikan pada pasien BPH tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien4. Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KELENJAR PROSTAT Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram . Prostat memiliki kapsula fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat sebagai bagian fascia pelvis visceralis.

Sumber : K. OH, William (2000) Gambar 2.1. Organ prostat pada priaKelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus yaitu lobus medius, 2 lobus lateralis, lobus anterior dan lobus posterior. Arteri-arteri untuk prostat terutama berasal dari arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media, cabang arteria iliaca interna. Vena-vena bergabung membentuk plexus venosus prostaticus. B. DEFINISI BPH Benign prostatic hypertophi adalah pertumbuhan nodul- nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostatdimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh menekan kelanjar normal yang tersisa (wilson). Benigna Prostat Hiperplasi adalah perbesaran prostat, kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine, dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter (Brunner & Suddarth, 2000).C. ETIOPATOGENESISPenyebab BPH belum jelas, terdapat beberapa teori yang menjelaskan terjadinya BPH diantaranya yaitu:1. Teori DHT (dihidrotsosteron)Testosteron dengan bantuan enzim 5- -reductase dikonversikan menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar prostat.2. Teori ReawakeningJaringan kembali seperti perkembangan pada masa emgriologik (jaringan periuretral tumbuh libih cepat dibandingan dengan jaringan di sekitarnya). Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang pertumbuhan epitel.3. Teori stem cell hypothesisTeori ini berasumsi bahwa pada kelenjar prostat selain berhubungan denan stroma dan epitel juga ada hubungan antara jenis sel sel yang ada dalam jaringan prostat. Stem sel akan berkembang menjadi apliflying, dan kemudian berubah menjadi sel trasit yang terantung secara mutlak pada androgen. 4. Teori growth factorTeori berdasarkan interaksi antara unsur epitel dan stroma,factor pertumbuhan dibuat oleh stroma yang dipengaruhi androgen. Adanya ekspresi perlebihan epidermis growth factor dan atau fibroblast growth factor atau adanya penurunan ekspresi transforming growth factor- b akan menyebabkan ketidak seimbangan pertumbuhan prosta dan menghasilkan pertumbuhan prostat. Factor penting yang berpengaruh dalam BPH adalah dihidrotestosteron, dan penuaaan. Dihidrotestosteron berasala dari testosteron dengan bantuan enzim 5- reductase. Di dalam sitoplasma prostat ditemukan reseptor dihidrotestosteron dimana reseptor ini akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT akan berikatan d engan reseptor membentih kompleks DHT- reseptor yang kemudian masuk keinti sel dan mempengaruhi RNA dan akan merangsang sintesis protein sehingga terjadi proliferase sel. Dengan bertambahnya umur terdapa gangguan keseimbangan hormone testosterone dan estrogen. Hormone estrogen lebih tinggi dan akan mempengaruhi prostat.Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatica dan akan menghambat aliran urin sehingga meningkatkan tekanan di kantung kemih. Untuk mengeluarkan urin kantung kemih harus berkontraksi terus menerus sehingga akan menyebabkan perubahan anatomi kantung kemih tersebut berupa hipertrofi otot detrusor trabekulasi selula, sakula dan diventrikel kantung kemih. Pada fase penebaln otot detrusor akan menimbulkan gejala Lower Urinary Track Symptoms (LUTS).Semakin meningkatnya retensi uretra maka otot detrusor masuk ke fase dekompensasi dan tidak dapat berkontraksi lagi. Sehingga terjadi retensi urin. Tekanan dikantung kemih akan meningkatkan pada kesua ureter sehingga dapat menimbulkan terjadinya refluks vesico-ureter. Apabila berlangsung lama dan terus menerus makan akan menyebabkan terjadinya hidroureter, hidronefrosis dan pada akhirnya gagal ginjal. D. KLASIFIKASOrganisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO Prostate Symptom Score (PSS), yang terdiri dari:1. Derajat ringan: skor 07,2. Derajat sedang: skor 8193. Derajat berat: 19 Tabel 1. Derajat penyakit BPH (Sumber: Sjamsuhidajat dkk, 2012).Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin

I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba 100 mL

IV - Retensi urin total

E. MANIFESTASI KLINIS1. Anamnesis Gejala klinis hanya terjadi sekitar 10% pada laki-laki yang mengidap kelainan ini. Hal ini dikarenakan BPH mengenai bagian dalam prostat, manifestasinya yang tersering adalah gejala obstruksi saluran kemih bawah (Kumar dkk., 2007), selain itu juga BPH akan menimbulkan gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih. a) Keluhan pada saluran kemih bagian bawah1) Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin tidak bisa keluar), sulit memulai miksi (hesitansi)), pancaran miksi lemah (poor stream), (kencing terputus-putus(Intermiten), mengejan saat buan air kecil (starining), menetes pada akhir miksi (terminal dribbling), dan rasa tidak puas setelah miksi (incomplete emptying) 2) Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).b) Gejala pada saluran kemih bagian atasKeluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis.

c) Gejala diluar saluran kemihPasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. 2. Pemeriksaan fisik Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE) merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping pemerik-saan fisikpada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat5,13. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. UrinalisisPemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antara-nya: karsinoma buli-buli in situ atau striktura uretra. Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.2. Pemeriksaan fungsi ginjal

Obstruksi infravesika akibat BPH menyebabkan gangguan pada traktus urinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan bahwagagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%. 3. Pemeriksaan PSA (Prostate Specifi Antigen)

PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific. Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH. Makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan prostat. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah:a) 40-49 tahun: 0-2,5 ng/mlb) 50-59 tahun:0-3,5 ng/mlc) 60-69 tahun:0-4,5 ng/mld) 70-79 tahun: 0-6,5 ng/mlSebagian besar guidelines yang disusun diberbagai negara merekomendasikan pemerik-saan PSA sebagai salah satu pemeriksaan awal pada BPH. 4. Catatan harian miksi (voiding diaries)

Voiding diaries saat ini dipakai secara luasuntuk menilai fungsi traktus urinarius bagian bawah dengan reliabilitas dan validitas yangcukup baik. Pencatatan miksi ini sangat berguna pada pasien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan yang menonjol. Dengan mencatatkapan dan berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan dapat diketahui seorang pasien Sebaiknya5. Uroflometri

Uroflometri adalah pencatatan tentang pancaran urine selama proses miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif. Dari uroflometri dapat diperoleh informasi mengenai volume miksi,pancaran maksimum (Qmax), pancaran rata-rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai. Hasil uroflometri tidak spesifik menunjukkan penyebab terjadinya kelainan pancaran urine,sebab pancaran urine yang lemah dapat disebabkan kelemahan otot detrusor. 6. Pemeriksaan residual urine

Residual urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine yang tertinggal di dalam buli-buli setelah miksi. Jumlah residual urine ini pada orang normal adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53 mL. Beberapa negara terutama di Eropa merekomendasikan pemeriksaan PVR sebagai bagian dari pemeriksaan awal pada BPH dan untuk memonitor setelah watchful waiting. Karen variasi intraindividual yang cukup tinggi, pemeriksaan PVR dikerjakan lebih dari satu kali dan sebaiknya dikerjakan melalui melalui USG. Transabdominal

7. Pencitraan traktus urinariusPencitraan traktus urinarius pada BPH meliputi pemeriksaan terhadap traktus urinarius bagian atas maupun bawah dan pemeriksaan prostat. USG, ternyata bahwa 70-75% tidak menunjukkan adanya kelainan pada saluran kemih bagian atas;edangkan yang menunjukkan kelainan, hanyasebagian kecil saja (10%) yang membutuhkanpenanganan berbeda dari yang lain. 8. UretrosistoskopiPemeriksaan ini secara visual dapat mengetahui keadaan uretra prostatika dan bulibuli. Terlihat adanya pembesaran prostat, obstruksi uretra dan leher buli-buli, batu buli-buli, trabekulasi buli-buli, selule, dan divertikel bulibuli. Uretrosistoskopi dikerjakan pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan untuk menentukan perlu dilakukan TUIP, TURP atau prostektomi terbuka. Disamping itu pada kasus yang disertai dengan hematuria atau dugaan danya karsinoma buli-buli sistoskopi sangat membantu dalam mencari lesi pada buli. 9. Pemeriksaan urodinamikaKalau pemeriksaan uroflometri hanya dapat menilai bahwa pasien mempunyai pancaran urin yang lemah tanpa dapat menerangkan penyebabnya, pemeriksaan uro-dinamika (pressure flow study) dapat mem-bedakan pancaran urine yang lemah itu disebabkan karena obstruksi leher buli-buli dan uretra atau kelemahan kontraksi otot detrusor.

G. KOMPLIKASI

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung pada derajat keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi obyektif kesehatan pasien yang diakibatkan oleh penyakitnya. Pilihannya adalah mulai dari: tanpa terapi (watchful waiting), medikamentosa, dan (3) terapi intervensi. Di Indonesia, tindakan Transurethral Resection of the prostate (TURP) masih merupakan pengobatan terpilih untuk pasien BPH.Tabel 1 Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna

ObservasiMedikamentosaTerapi intervensi

Pembedahan Invasive miimal

Watchful waitingAntagonis adrenergik-Inhibitor reduktase-5FitoterapiProstatektomi terbukaEndourologi:TURPTUIPTULPElektrovaporisasiTUMTHIFUStent uretraTUNAILC

a. Watchful waitingWatchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi perkembangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh dokter. Pilihan tanpa terapi ini ditujuka untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Beberapa guidelines masih menawarkan watchful waiting pada pasien BPH bergejala dengan skor sedang (IPSS 8-19). Pasien dengan keluhan sedang hingga berat (skor IPSS > 7), pancaran urine melemah, dan terdapat pembesaran prostat > 30 gram tentunya tidak banyak memberikann respon terhadap watchful waiting.Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya :1) Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam2) Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokela 3) Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin,4) Kurangi makanan pedas dan asin, 5) Jangan menahan kencing terlalu lama5.Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk memilih terapi yang lain.

b. Medikamentosa

Pasien BPH bergejala biasanya memer-lukan pengobatan bila telah mencapai tahap tertentu.Pada saat BPH mulai menyebabkan perasaan yang mengganggu, apalagi membahayakankesehatannya, direkomen-dasikan pemberian medikamentosa. Dalam menentukan pengobatanperlu diperhatikan beberapa hal, yaitu dasar pertimbangan terapi medikamentosa, jenis obat yang digunakan, pemilihan obat, dan evaluasi selama pemberian obat. Dengan memakai skoring IPSS dapat ditentukan kapan seorang pasien memer-lukan terapi. Sebagai patokan jika skoring >7 berarti pasien perlu mendapatkan terapi medikamentosa atau terapi lain. Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: 1) Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik 2) Mengurangi volume prostat sebagai kom-ponen statik. Jenis obat yang digunakan adalah:1) Antagonis adrenergik reseptor yang dapat berupa:a) Preparat non selektif: fenoksibenzaminb) Preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, dan indoraminc) Preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin, terazosin, dan tamsulosinPenggunaaan antagonis alfa 1 adrenergenik karena secara selektif dapat mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadirelakasi didaerah prostat. Obat-obat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran urin. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala- gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam 1-2 minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing, sumbatan di hidung dan lemah. Ada obat-obat yang menyebabkan ekasaserbasi retensi urin maka perlu dihindari seperti antikolinergenik, antidepresan, transquilizer, dekongestan, obatobatini mempunyai efek pada otot kandung kemih dan sfingter uretra.2) Inhibitor 5 redukstaseObat yang dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis 1X5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat dari golongan alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang besar. Efektifitasnya masih diperdebatkan karena obat ini baru menunjukkan perbaikan sedikit, 28 % dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan pengobatan bila dilakukan terus menerus, hal ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi. Efek samping dari obat ini diantaranya adalah libido impoten dan gangguan ejakulasi.

3) FitofarmakaPenggunaan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat.Substansinya misalnya pygeum africanum, saw palmetto, serenoa repeus. Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1- 2 bulan dapat memperkecil volum prostat.

c. Terapi intervensi Terapi intervensi dibagi dalam 2 golongan, yakni teknik ablasi jaringan prostat ataupembedahan dan teknik instrumentasi alternatif. Yang termasuk ermasuk ablasi jaringan prostat adalah: pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, laser prostatektomi. Sedangkan teknik instrumentasi alternatif adalah interstitial laser coagulation, TUNA, TUMT, dilatasi balon, dan stent uretra. . Terapi pembedahan dibagi menjadi pembedahan terbuka dan pembedahan endourologi.1) Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang biasa digunakan adalah :a) Prostatektomi suprapubikAdalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Insisi dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat diangat dari atas. Teknik demikian dapat digunakan untuk kelenjar dengan segala ukuran, dan komplikasi yang mungkin terjadi ialah pasien akan kehilangan darah yang cukup banyak dibanding dengan metode lain, kerugian lain yang dapat terjadi adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur bedah abdomen mayor.b) Prostatektomi perinealAdalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat berguan untuk biopsy terbuka. Pada periode pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat dengan rectum. Komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan ini adalah inkontinensia, impotensi dan cedera rectal.c) Prostatektomi retropubikAdalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis. Meskipun jumlah darah yang hilang lebih dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih mudah dilihat, akan tetapi infeksi dapat terjadi diruang retropubik.2) Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik diantaranya:a) Transurethral Prostatic Resection (TURP)Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gr.Tindakan ini dilaksanakan apabila pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra. Setelah TURP yang memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih secara terus menerus dilaksanakan untuk mencegah pembekuan darah. Manfaat pembedahan TURP antara lain tidak meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal dirumah sakit lebih singkat.Komplikasi TURP adalah rasa tidak enak pada kandung kemih, spasme kandung kemih yang terus menerus, adanya perdarahan, infeksi, fertilitas.b) Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)Adalah prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini dilakukan apabila volume prostat tidak terlalu besar atau prostat fibrotic. Indikasi dari penggunan TUIP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil (30 gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan memasukan instrument kedalam uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi uretral. Komplikasi dari TUIP adalah pasien bisa mengalami ejakulasi retrograde (0-37%). PROGNOSIS

BAB IIIKESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA