Referat Tumor Colorectal

63
REFERAT STASE BEDAH “ TUMOR COLORECTAL ” DISUSUN OLEH : Masrida Rezki 2008730086 PEMBIMBING : dr. Asep Tajul Sp.B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR PROGRAM STUDI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Transcript of Referat Tumor Colorectal

Page 1: Referat Tumor Colorectal

REFERAT

STASE BEDAH

“ TUMOR COLORECTAL ”

DISUSUN OLEH :

Masrida Rezki

2008730086

PEMBIMBING :

dr. Asep Tajul Sp.B

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR

PROGRAM STUDI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

Page 2: Referat Tumor Colorectal

A. EMBRIOLOGI

Embriologi traktus gastrointestinal (GI) dimulai pada minggu ke-empat masa gestasi.

Usus primitif terbentuk dari lapisan endoderm dan dibagi menjadi tiga segmen: foregut,

midgut, dan hindgut. Midgut dan hindgut nanti akan membentuk kolon, rektum, dan anus.

Midgut akan membentuk usus halus, kolon asenden, dan kolon transversum

proksimal, dan menerima suplai darah dari arteri mesenterika superior. Saat minggu ke-enam

masa gestasi, midgut bergerak menuju keluar kavitas abdomen, dan berputar 270°

berlawanan arah jarum jam disekitar arteri mesenterika superior dan akhirnya akan

menempati tempat terakhirnya, yaitu di dalam kavitas abdomen pada minggu kesepuluh masa

gestasi.

Hindgut akan berkembang menjadi kolon transversus distalis, kolon desenden,

rektum, dan anus proksimal, semuanya menerima suplai darah dari arteri mesenterika

inferior. Saat minggu keenam masa gestasi, bagian ujung distal hindgut (kloaka) terbagi

menjadi septum urorektal pada sinus urogenital dan rektum. Bagian distal kanalis analis

terbentuk dari ektoderm dan mendapat suplai darah dari arteri pudenda interna.

Page 3: Referat Tumor Colorectal

Gambar 1. Pada minggu ketiga masa gestasi, usus primitif terbagi menjadi tiga bagian, foregut (F) pada bagian

kepala, hindgut (H) pada bagian ekor, dan midgut (M) diantara hindgut dan foregut. Tahap perkembangan

midgut: herniasi fisiologis (B), kembali ke abdomen (C), fiksasi (D). Pada minggu keenam masa gestasi, septum

urogenital bermigrasi kea arah kaudal (E) dan memisahkan traktus urogenital dan intestinal (F, G).

B. ANATOMI

INTESTINUM CRASSUM ( USUS BESAR )

Intestinum crassum terdiri dari ileum sampai anus. Intestinum crassum terbagi

menjadi caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon

descendens, dan colon sigmoideum ; rectum dan canalis analis. Fungsi utama intestinum

crassum adalah mengabsorbsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak dicerna

sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feses.

Caecum

Lokasi dan deskripsi

Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan

intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaka dextra.

Panjang caecum sekitar 2 ½ inch (6 cm) dan seluruhnya diliputi oleh peritoneum. Caecum

mudah bergerak, walaupun tidak mempunyai mesenterium. Adanya lipatan peritoneum

Page 4: Referat Tumor Colorectal

disekitar caecum membentuk recessus ileocaecalis superior, recessus ileocaecalis inferior,

dan recessus retrocaecalis.

Seperti pada colon, stratum longitudinale tunica muscularis terbatas pada tiga pita

tipis yaitu taenia coli yang bersatu pada appendix vermiformis dan membentuk stratum

longitudinale tunica muscularis yang sempurna pada appendix vermiformis. Caecum sering

teregan oleh gas dan dapat diraba melalui dinding anterior abdomen pada orang hidup.

Pars terminalis ileum masuk ke intestinum crassum pada tempat pertemuan caecum

dengan colon ascendens. Lubangnya mempunyai katup yang membentuk sesuatu yang

dinamakan papilla ilealis. Appendix vermiformis berhubungan dengan rongga caecum

melalui lubang yang terletak dibawah dan belakang ostium ileale.

Hubungan

Ke anterior : Lengkung-lengkung intestinum tenue, kadang-kadang sebagian

omentum majus, dan dinding anterior abdomen pada regio iliaca dextra.

Ke posterior : Musculus psoas major dan musculus iliacus, nervus femoralis, dan

nervus cutaneus femoralis lateralis. Appendix vermiformis sering ditemukan di

belakang caecum.

Ke medial : Appendix vermiformis berasal dari permukaan medial caecum.

Page 5: Referat Tumor Colorectal

Perdarahan

Arteriae. Arteri caecalis anterior dan arteria caecalis posterior membentuk arteria

ileocolica, sebuah cabang arteria mesenterica posterior.

Venae. Mengikuti arteria yang sesuai dan mengalirkan darahnya ke vena mesenterica

superior.

Aliran limfe

Pembuluh limfe berjalan melalui beberapa nodi mesenterici dan akhirnya mencapai

nodi mesenterici superior.

Persarafan

Saraf-saraf berasal dari cabang saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)

membentuk plexus mesenterici superior.

Papilla ilealis

Papilla ilealis merupakan struktur rudimenter, terdiri atas dua lipatan horizontal tunica

mucosa yang menonjol disekitar lubang ileum. Papilla ilealis mempunya peranan keci atau

tidak berperan pada pencegahan refluks isi caecum ke dalam ileum. Stratum circulare pada

Page 6: Referat Tumor Colorectal

ujung bawah ileum ( disebut sphincter ileocalis ) berperan sebagai sphincter dan mengatur

aliran isi dari ileum ke dalam colon. Tonus otot polos secara refleks akan meningkat bila

caecum teregang. Hormon gastrin yang dihasilkan oleh gaster, menyebabkan relaksasi tonus

otot ini.

Colon Ascendens

Lokasi dan deskripsi

Panjang colon ascendens sekitar 5 inci (13 cm) dan terletak di kuadran kanan bawah.

Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus

hepatisdexter, lalu colon ascendens membelok ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan

melanjutkan diri sebagai colon transversum. Peritoneum meliputi bagian depan dan samping

colon ascendens dan menghubungkan colon ascendens dengan dindinh posterior abdomen.

Hubungan

Ke anterior : Lengkung-lengkung usus haus, omentum majus dan dinding abdomen.

Ke posterior : Musculus iliacus, crista iliaca, musculus quadratus lumbroum, origo

musculus transversus abdominis dan polus inferior ren dextra. Nervus

iliohypogastricus dan nervus ilioinguinalis berjalan dibelakangnya.

Perdarahan

Arteriae. Arteria ileocolica dan arteria colica dextra yang merupakan cabang arteria

mesenterica superior.

Venae. Venae mengikuti arteriae yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterica

superior.

Aliran limfe

Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke nodi lymphoidei yang terletak sepanjang

perjalanan arteria, vena colica dan akhirnya mencapai nodi mesenterici superior.

Persarafan

Saraf berasal dari caang saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari plexus

mesentericus superior.

Page 7: Referat Tumor Colorectal

Colon Transversum

Lokasi dan deskripsi

Panjang colon transversum sekitar 15 inci (38 cm) dan berjalan menyilang abdomen,

menempati regio umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra di bawah

lobus hepatis dexter dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dan pancreas.

Kemudian colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien.

Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada flexura coli dextra dan digantung ke diaphragma

oleh ligamentum phrenicocolicum.

Mesocolon transversum, menggantungkan colon transversum dari facies anterior

pancreas. Mesocolon transversum dilekatkan pada pinggir superior colon transversum, dan

lapisan posterior omentum majus dilekatkan pada pinggir inferior. Karena mesocolon

transversum sangat bervariasi dan kadang dapat mencapai pelvis.

Hubungan

Ke anterior : Omentum majus dan dinding anterior abdomen (regio umbilicalis dan

hypogastrium)

Ke posterior : pars descendens duodenum , caput pancreatis dan lengkung jejenum

dan ileum.

Page 8: Referat Tumor Colorectal

Perdarahan

Arteriae. Dua per tiga bagian proksimal colon transversum diperdarahi oleh arteria

coloca media, cabang arteria mesenterica superior. Sepertiga bagian distal diperdarahi oleh

arteri colica sinistra, cabang arteri mesenterica inferior.

Venae. Venae mengikuti arteriae yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterica

superior dan mesenterica inferior.

Aliran limfe

Cairan limfe dari dua per tiga proksimal colon transversum dialirkan ke nodi colici

dan kemudian ke dalam nodi mesenterici superior. Sedangkan cairan limfe dari sepertiga

distal colon transversum dialirkan ke dalam nodi colici dan kemudian ke nodi mesenterici

inferior.

Persarafan

Dua per tiga proksimal colon transversum dipersarafi oelh saraf simpatis dan nervus

vagus melalui plexus mesentericus superior; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf simpatis

dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inferior.

Page 9: Referat Tumor Colorectal

Colon Descendens

Lokasi dan deskripsi

Panjang colon descendens sekitar 10 inci (25 cm) dan terletak di kuadran kiri atas dan

bawah. Colon ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pelvis, disini colon

transversum melanjutkan diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan

depan dan sisi-sisinya serta menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen.

Hubungan

Ke anterior : Lengkung-lengkungan intestinum tenue, omentum majus, dan dinding

anterior abdomen.

Ke posterior : Margo lateralis ren sinistra, origo musculus quadratus lumborum,

crista iliaca, musculus iliacus, dan musculus psoas major sisnistra. Nervus

iliohypogastricus dan nervus ilioinguinalis, nervus cutaneus femoris lateralis, serta

nervus femoralis juga terletak dibelakangnya.

Perdarahan

Arteriae. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae merupakan cabang arteria

mesenterica inferior.

Venae. Vena mengikuti arteria yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterica

inferior.

Aliran limfe

Cairan limfe dialirkan ke nodi lymphoidei colici dan nodi mesenterici inferior yang

terletak di sekitar pangkal arteria mesenterica inferior.

Persarafan

Saraf simpatis & parasimpatis n. splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inf.

Colon Sigmoideum

Lokasi dan deskripsi

Panjang colon sigmoid sekitar 10-15 inci (25-28cm) dan merupakan lanjutan colon

descendens yang terletak didepan apertura pelvis superior. Dibawah colon sigmoideum

Page 10: Referat Tumor Colorectal

berlanjut sebagai rectum yang terletak di depan vertebra sacralis ketiga. Colon sigmoideum

mudah bergerak dan tergantung ke bawah masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk

lengkungan. Colon sigmoideum dihubungkan dengan dinding posterior pelvis oleh

mesocolon sigmoideum yang berbentuk seperti kipas. Lengkung-lengkung sigmoideum

bervariasi, tetapi umumnya melengkung ke sebelah kanan linea mediana sebelum

berhubungan dengan rectum.

Hubungan

Ke anterior : Pada laki-laki, vesica urinaria ; pada perempuan, facies posterior uterus

dan bagian atas vagina

Ke posterior : Rectum dan sacrum. Colon sigmoideum juga berhubungan dengan

lengkung-lengkung ileum terminalis.

Perdarahan

Arteriae. Arteria sigmoideae cabang dari arteria mesentericainferior. Venae. Cabang-

cabang vena mesenterica inferior, bermuara ke sistem vena porta.

Aliran limfe

Kelenjar limfe berjalan di sepanjang arteri sigmoidea, dari sini cairan limfe dialirkan

ke nodi mesenterici inferior.

Persarafan

Saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus hypogastricus inferior.

Rectum

Lokasi dan deskripsi

Panjang rectum sekitar 5 inci (13 cm) dan berawal didepan vertebra sacralis II sebagai

lanjutan colon sigmoideum. Rectum berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan os

coccgis, dan berakhir di depan ujung coccygis dengan menembus diaphragma pelvis dan

melanjutkan diri sebagai canalis analis. Bagian bawah rectum melebar membentuk ampulla

recti.

Bila dilihat dari depan, sebagian kecil rectum tampak deviasi ke kiri, tetapi bagian

bawahnya berada di planum medianum. Bila dilihat dari lateral, rectum mengikuti lengkung

Page 11: Referat Tumor Colorectal

anterior os sacrum sebelum melengkung ke bawah dan belakang pada perbatasannya dengan

canalis analis.

Musculus puborectalis, yang merupakan bagian dari musculus levator ani,

membentuk suatu cincin yang melingkari perbatasan rectum dengan canalis analis dan

bertanggung jawab atas penarikan bagian usus ini ke depan, sehingga terbentuk angulus

anorectalis.

Peritoneum meliputi facies anterior dan lateral sepertiga bagian pertama rectum dan

hanya meliputi permukaan anterior pada sepertiga bagian tengah, sedangkan sepertiga bagian

bawah rectum tidak diliputi peritoneum. Tunica muscularis rectum tersusun atas stratum

longitudinale otot polos disebelah luar stratum circulare dan disebelah dalam. Ketiga taenia

coli colon sigmoideum bersatu dan membentuk pita lebar pada facies anterior dan posterior

rectum.

Tunika mucosa rectum bersama dengan stratum circulare membentuk tiga lipatan

permanen yang dinamakan plicae transversae recti. Plicae ini adalah plicae semisirkularis

yang bervariasi jumlah dan posisinya.

Hubungan

Ke posterior : Rectum berhubungan dengan os sacrum dan os coccygis, musculus

piriformis, musculus coccygeus, dan musculus levator ani; plexus sacralis; dan

truncus symphaticus

Ke anterior : Pada laki-laki, dua per tiga bagian atas rectum yang diliputi oleh

peritoneum berhubungan dengan colon sigmoideum dan lengkung ileum yang

menempati excavatio rectovesicalis. Sepertiga bagian bawah rectum yang tidak

diliputi peritoneum berhubungan dengan facies posterior vesica urinaria, ujung

terminal ductus deferens, vesicula seminalis pada masing-masing sisi, serta dengan

prostat. Struktur-struktur ini tertanam di dalam facia pelvis visceralis.

Pada perempuan, dua pertiga bagian atas rectum yang diliputi oleh peritoneum

berhubungan dengan colon sigmoideum, lengkungan ileum yang terdapat pada excavatio

rectouterina (cavum douglasi). Sepertiga bagian bawah rectum yang tidak diliputi peritoneum

berhubungan dengan facies posterior vagina.

Page 12: Referat Tumor Colorectal

Perdarahan

Arteriae. Arteria rectalis superior, media dan inferior.

Arteria rectalis superior merupakan lanjutan arteria mesenterica inferior dan

merupakan arteria utama yang memperdarahi tunica mucosa rectum. Arteria rectalis superior

masuk ke pelvis dengan berjalan turun pada radix mesocolon sigmoideum dan bercabang dua

menjadi ramus dextra dan sinistra. Kedua cabang ini mula-mula terletak di belakang rectum

dan kemudian menembus tunica muscularis dan mendarahi tunica mucosa. Arteri ini

beranastomosis satu dengan yang lain serta dengan arteria rectalis media dan arteria rectalis

inferior.

Arteria rectalis media merupakan cabang kecil arteria iliaca interna. Pembuluh ini

berjalan ke depan dan medial rectum, terutama mendarahi tunica muscularis.

Arteri rectalis inferior merupakan cabang arteria pudenda interna di dalam

perineum. Arteria rectalis inferior beranastomosis dengan arteria rectalis media pada junctio

anorectalis.

Venae. Venae pada rectum sesuai dengan arterianya. Vena rectalis superior

merupakan cabang sirkulasi portal dan mengalirkan darahnya ke vena mesenterica inferior.

Vena rectalis media bermuara ke vena iliaca interna dan vena rectalis inferior

bermuara ke vena pudenda interna. Gabungan antara venae rectales membentuk anastomosis

portal-sistemik yang penting.

Aliran limfe

Pembuluh limfe rectum mengalirkan cairan limfe ke nodi rectales superior. Pembuluh

limf kemudian mengikuti arteria rectalis superior ke nodi mesenterici inferiores. Pembuluh

limfe dari rectum bagian bawah mengikuti arteria rectalis media ke nodi iliaci interni.

Persarafan

Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior. Rectum

hanya peka terhadap regangan.

Page 13: Referat Tumor Colorectal

C. FISIOLOGI

Secara garis besar, fungsi kolon adalah sebagai pencerna nutrien, sedangkan dimana

fungsi rektum adalah eleminasi feses. Pencernaan nutrien tergantung pada koloni flora

normal, motilitas usus, dan absorpsi dan ekskresi mukosa.

a. Pencernaan Nutrien

Saat terjadi proses pencernaan, nutrien yang masuk ke dalam tubuh tercampu oleh

cairan biliopankreas dan GI. Usus halus mengabsorpsi sebagian besar nutrien, dan juga

beberapa cairan garam empedu yang tersekresi ke lumen. Namun untuk cairan, elektrolit,

dan nutrien yang sulit terabsorpsi oleh usus halus akan diabsorpsi oleh kolon agar tidak

kehilangan cairan, elektrolit, nitrogen, dan energi terlalu banyak. Untuk mencapai ini,

kolon sangat bergantung pada flora normal yang ada. Kira-kira sebanyak 30% berat

kering feses mengandung bakteri sebanyak 1011 sampai 1012 bakteri/gram feses.

Orgnasime yang paling banyak adalah bakteri anaerob dengan spesies yang

terbanuak dari kelas Bacteroides (1011 sampai 1012 organisme/mL). Eschericia coli

merupakan bakteri spesies yang paling banyak 108 sampai 1010 organisme/mL). Flora

normal ini berguna untuk memecah karbohidrat dan protein serta mempunyai andil dalam

metabolism bilirubin, asam empedu, estrogen, dan kolesterol, dan juga vitamin K. Flora

normal juga berguna untuk menekan jumlah bakteri patogen, seperti Clostridium difficile.

Jumlah bakteri yang tinggi dapat menyebabkan sepsis pada pasien dengan keadaan umum

yang buruk dan dapat menyebabkan sepsis inta-abdomen, abses, dan infeksi pada luka

post-operasi kolektomi.

b. Urea Recycling

Urea merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen. Pada manusia dan

sebagian besar mamalia tidak mempunyai enzim urease, namun flora normal bakteri pada

ususnya kaya akan enzim urease. Kondisi patologis urea yang paling umum adalah gagal

hepar. Ketika hepar tidak mampu menggunakan kembali urea nitrogen yang diabsorpsi

kolon, ammonia masuk ke blood-brain barrier dan menyebabkan gangguan

neurotransmiter, dimana akan menyebabkan koma hepatik.

c. Absorpsi

Total luas absorpsi kolon kurang lebih sekitar 900 cm2 dan air yang masuk

kedalam kolon perharinya mencapai 1000 – 1.500 mL. Air yang tersisa di kolon hanya

Page 14: Referat Tumor Colorectal

sekitar 100 – 150 mL/hari. Absorpsi natrium per harinya juga cukup tinggi, yaitu dari

sebanyak 200 mEq/L natrium per hari yang masuk ke kolon, pada feses hanya tersisa 25 –

50 mEq/L.

Epitel kolon dapat memakai berbagai macam sumber energi; namun, n-butirat

akan teroksidasi ketika ada glutamin, glukosa, atau badan keton. Karena sel mamalia

tidak bisa menghasilkan n-butirat, epitel kolon bergantung pada bakteri lumen untuk

memproduksinya dengan cara fermentasi. Kurangnya n-butirat disebabkan oleh inhibisi

fermentasi akibat antibiotik spektrum luas, yang menyebabkan kurangnya absorpsi

sodium dan air sehingga menyebabkan diare.

Sebagai penyeimbang akibat kehilangan natrium dan air, mukosa kolon menyerap

asam empedu. Kolon menyerap asam empedu yang lolos terserap dari ileus terminalis,

sehingga membuat kolon menjadi bagian sirkulasi enterohepatika. Ketika absorpsi asam

empedu pada di kolon melewati batas, bakteri akan mengkonjugasi asam empedu. Asam

empedu yang terkonjugasi akan mengganggu absorpsi natrium dan air, sehingga

menyebabkan diare sekretoris atau diare koleretik. Diare sekretoris dapat dilihat saat

setelah hemikolektomi sebagai fenomena transien dan lebih permanen reseksi ileus

ekstensif.

d. Motilitas

Fermantasi pada kolon terbentuk sesuai morfologi-morfologi kolon. Kolon dapat

dibagi menjadi tiga segmen anatomis: kolon dextra, kolon sinistra, dan rektum. Kolon

dextra merupakan ruangan fermentasi pada traktus GI, dengan sekum sebagai segmen

kolon yang memiliki aktivitas bakteri yang aktif. Kolon bagian kiri merupakan tempat

penyimpanan sementara dan dehidrasi feses. Transit pada kolon diatur oleh system saraf

autonom. Sistem saraf parasimpatis mensuplai kolon melalui nervus vagus dan nervus

pelvikus. Serat-serat saraf saat mencapai kolon akan membentuk beberapa

pleksus;pleksus subserosa, pleksus myenterika (Auerbach), submukosa (Meissner), dan

pleksus mukosa. Motilitas usus berbeda-beda tiap segmen anatomi. Pada kolon sebelah

kanan, gelombang antiperistaltik, atau retropulsif, menimbulkan aliran retrograd sehingga

isi dari usus terdorong kembali ke sekum. Pada kolon sebelah kiri, isi dari lumen usus

terdorong ke arah kaudal oleh kontraksi tonis, sehingga terpisah-pisah menjadi globulus-

globulus. Kontraksi yang ketiga, mass peristaltic, merupakan gabungan antara gerakan

retropulsif dan tonis.

Page 15: Referat Tumor Colorectal

D. HISTOLOGI

Dinding dari usus besar berbeda dengan usus kecil. Mukosa kolon terdiri dari

epitel simple Columnar kecuali pada saluran anal. Oleh karena makanan diserap sebelum

memasuki usus besar, makanya tidak didapati plika sirkular, villi dan juga tidak ada sel

yang menghasilkan enzim pencernaan. Namun mukosanya lebih tebal, kriptanya lebih

dalam, dan terdapat sel goblet yang banyak dalam kriptanya.

Lubrikasi dihasilkan oleh sel goblet untuk mempermudah pengeluaran feses dan

melindungi dinding usus dari asam yang mengiritasi dan gas yang dilepaskan dari

bacteria resident di kolon. Mukosa dari saluran anal sedikit berbeda, pada daerah ini

sering terjadi abrasi. Hal ini bergantung dari lipatan yang panjang yakni anal columns dan

memiliki epitel stratified squamous. Sinus anal berhenti pada anal columns,

mengeluarkan mukus apabila ditekan oleh feses, yang membantu mengosongkan kanal

anal. Garis horizontal yang menghubungkan bagian margin inferior dari sinus anal

disebut linea pectinate. Mukosa superior pada garis ini disyarafi oleh sensory visceral

fiber dan relatif tidak sensitif pada sakit. Area inferior dari linea ini sangat sensitif pada

rasa sakit, merefleksikan rasa sakit pada serabut somatik sensorik. Dua buah pleksus

superfisial dihubungkan dengan anal canal, satu dengan anal columns dan lainnya

dengan anus. Jika adanya vena yang mengalami inflamasi, maka akan timbul varikositis

disebut hemoroid.

Page 16: Referat Tumor Colorectal

E. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti, namun diketahui bahwa

proliferasi neoplastik pada mukosa colorectal berhubungan dengan perubahan kode genetik,

pada germ line atau mutasi somatik yang didapat.

Faktor herediter

Faktor herediter merupakan salah satu faktor risiko. Diperkirakan bahwa 10-15%

carcinoma colorectal merupakan kasus familial, seperti pada Familial adenomatous

Polyposis (FAP) dan sindroma Lynch. 

Usia 

Usia merupakan faktor risiko dominan untuk carcinoma colorectal. Insidensi

meningkat diatas 50 tahun. Namun individu pada usia berapapun tetap saja dapat

menderita carcinoma colorectal, sehingga bila ditemukan gejala-gejala keganasan harus

tetap dievaluasi.

Diet dan lingkungan

Penelitian menunjukkan bahwa carcinoma colorectal lebih sering terjadi pada

populasi yang mengkonsumsi diet tinggi lemak hewani dan rendah serat. Diet lemak

jenuh dan tidak jenuh yang tinggi meningkatkan risiko carcinoma colorectal, sedangkan

diet asam oleat yang tinggi (minyak ikan, minyak kelapa, minyak zaitun) tidak

meningkatkan risiko. Lemak dapat secara langsung meracuni mukosa colorectal dan

menginduksi perubahan ke arah keganasan. Sebaliknya, diet tinggi serat dapat

menurunkan risiko. Diduga adanya hubungan antara konsumi alkohol dengan insidensi

carcinoma colorectal. Konsumsi calcium, selenium, vitamin A, C, dan E, carotenoid,

fenol tumbuhan dapat menurunkan risiko carcinoma colorectal. Obesitas dan gaya hidup

sedenter dapat meningkatkan mortalitas pasien carcinoma colorectal. Pengaturan diet dan

gaya hidup yang baik akan mencegah terjadinya carcinoma colorectal.

Inflammarory bowel disease

Pasien dengan Inflammatory bowel disease, khususnya colitis ulceratif kronis,

berhubungan dengan meningkatnya risiko carcinoma colorectal. Hal ini diduga bahwa

inflamasi kronis merupakan predisposisi perubahan mukosa ke arah keaganasan. Risiko

Page 17: Referat Tumor Colorectal

tinggi terjadi keganasan bila onset pada usia muda, mengenai seluruh colon, dan

menderita lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan skrining colonoscopy

dengan biopsi mukosa multipel secara acak setiap tahunnya pada pasien setelah 7-10

tahun menderita pancolitis. 

Faktor risiko lainnya

Merokok berhubungan dengan meningkatnya risiko adenoma colon, khususnya

setelah penggunaan lebih dari 35 tahun. Pasien dengan ureterosigmoidostomy

meningkatkan risiko terjadinya adenoma dan carcinoma. Tingginya kadar growth hormon

dan insulin like growth factor-1 akan meningkatkan risiko. Irradiasi pelvis dapat

meningkatkan risiko carcinoma recti. Identifikasi faktor risiko carcinoma colorectal

penting untuk menentukan program skrining dan surveillance.

F. PATOGENESIS

i. Defek genetik

Selama dua dekade terakhir, penelitian ilmiah memfokuskan tentang defek

genetik dan abnormalitas molekular yang berhubungan dengan progresi dan

perkembangan adenoma dan karsinoma kolorektal. Mutasi dapat menyebabkan aktivasi

onkogen (K-ras) dan/atau aktivasi tumor-suppressor genes [APC, DCC (deleted in

colorectal carcinoma), p53]. Karsinoma kolorektal diperkirakan berkembang dari polip

adenoma dengan akumulasi mutasi-mutasi ini.

Page 18: Referat Tumor Colorectal

Defek pada gen Adenomatous Polyposis Coli (APC) pertama kali ditemukan pada

pasien dengan Familial Adenomatous Polyposis (FAP). Dengan menyelidiki

keluarganya, karakteristik mutasi pada gen APC dapat diidentifikasi. APC gen terdeteksi

pada 80% penderita kanker kolorektal. Mutasi gen ini hanya ditemukan pada adenoma

atau karsinoma saja, tetapi tidak pada jaringan disekitarnya. Hal ini menandakan bahwa

mutasinya adalah mutasi somatik. Karena APC adalah gen penekan tumor, pada

kehilangan kedua alelnya dapat menghilangkan aktifitas penekan tumornya. Mutasi yang

terjadi, disebabkan oleh pembentukan kodon stop yang terlalu awal, yang menghasilkan

protein APC yang terpotong. Pada FAP, tempat mutasi berkaitan dengan gambaran klinis

penyakit. Contohnya, mutasi pada ujung lengan 3’ atau 5’ menyebabkan pembentukan

bentuk FAP yang lemah, sedangkan pusat mutasi pada gen memperparah penyakit.

Sehingga, pengetahuan tentang mutasi spesifik pada keluarga dapat digunakan sebagai

petunjuk untuk menentukan keputusan klinis.

Inaktifasi hanya pada APC tidak mampu menyebabkan karsinoma. Mutasi pada

APC akan mencetuskan akumulasi kerusakan-kerusakan genetik yang akhirnya

menyebabkan keganasan lewat jalur loss of heterozygosity (LOH). Mutasi tambahan

pada jalur ini termasuk aktivasi K-ras onkogen, dan hilangnya tumor-suppressor gene

DCC dan p53.

Gen Kromosom Kelas Gen Fungsi Keterangan

Adenomatous

Polyposis Coli (APC)

5q Tumor

suppressor

Adhesi dan komunikasi

interseluler

Mutasi pada FAP,

Gardner’s dan Turcot’s

syndrome.

Deleted in Colorectal

Carcinoma (DCC)

18q Onkogen Interaksi dan adhesi sel Pertumbuhan tumor,

invasi, dan metastasis

P53 17p Tumor

suppressor

Transkripsi faktor untuk

gen yang mencegah

pertumbuhan tumor

>50% kanker kolon

mempunyai mutasi p53

K-ras 12p Onkogen Transduksi signal 50% kanker kolon

mempunyai aktivitas K-ras

hMSH2, hMLH1,

hPMS1, hPMS2

2p Mismatch

repair

Memperbaiki kesalahan

replikasi DNA

HNPCC

Gen-gen yang Terlibat dalam Kanker Kolorektal. (Sumber: Allen Jl. Molecular Biology of colorectal

cancer: a clinician’s view. Perspect Colon Rectal Surg 1995;8:181-202)

Page 19: Referat Tumor Colorectal

K-ras diklasifikasikan sebagai proto-onkogen karena mutasi hanya pada satu alel

saja dapat merusak seluruh siklus sel. Gen K-ras merupakan produk protein G yang ikut

dalam transduksi sinyal intrasel. Ketika K-ras yang aktif berikatan dengan guanosin

triphosphate (GTP); terjadi hidrolisis GTP menjadi guanine diphosphate (GDP) sehingga

menonaktifkan protein G. Mutasi pada K-ras akan menyebabkan ketidakmampuan untuk

menghidrolisis GTP, sehingga protein G akan terus tetap aktif. Diperkirakan mekanisme

inilah yang menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol.

DCC merupakan tumor-suppressor gene dan jika kehilangan kedua alelnya akan

mernyebabkan degenerasi maligna. Peran produk gen DCC berhubungan dengan adhesi

sel dan interaksi sel dan matriks, yang mungkin penting untuk mencegah pertumbuhan

tumor, invasi, dan metastasis (Jeffrey A., 2000). Fungsi utamanya nampaknya terletak

pada system saraf sentral, yang berfungsi dalam migrasi dan diferensiasi akson.

Observasi tersebut menimbulkan hipotesis bahwa DCC mungkin terlibat dalam adhesi

dan diferensiasi kanker kolorektal, namun teori ini masih belum di buktikan (53). Mutasi

pada DCC terlihat pada 70% kasus dan mungkin bisa berdampak negatif pada prognosis.

Jalur LOH sampai ke perkembangan kanker kolorektal. (Sumber: Allen Jl. Molecular Biology of colorectal

cancer: a clinician’s view. Perspect Colon Rectal Surg 1995;8:181-202)

Mutasi gen APC atau hilangnya kromosom 5q (mutasi didapat pada sindroma poliposis adenomatosa)

Hiperproliferasi sel kripta dan proliferasi klonal sel batang yang menyebabkan timbulnya adenoma kecil

Aktivasi onkogen K-ras dalam adenoma kecil dan proliferasi penggandaan sel yang bermutasi

Adenoma intermediet

Hilangnya DCC, sehingga terjadi proliferasi dengan alterasi genetik multipel

Adenoma tingkat akhir dengan displasia

Hilangnya p53 atau mutasi sehingga terjadi proiferasi maligna

Karsinoma invasif

Page 20: Referat Tumor Colorectal

Tumor-suppressor gene p53 berhubungan dengan beberapa keganasan. Protein

p53 nampaknya menjadi fakor determinan yang paling penting dalam tumorigenesis

kolorektal. Kebanyakan gen yang teraktifasi oleh P53 dimungkinkan dapat mencegah

pertumbuhan. Sehingga, inaktivasi P53 akan menimbulkan pertumbuhan sel yang tidak

terkontrol. Mutasi pada P53 dapat ditemukan pada setengah kanker manusia, membuat

gen ini menjadi jalur pusat biokimia dalam keganasan manusia.

ii. Jalur genetik

Dua jalur utama inisiasi dan progresi tumor dapat dijelaskan menjadi jalur Lost

of Heterozygosity (LOH) dan replication error (RER). Jalur LOH dicirikan dengan

delesi kromosom dan aneuploiditas tumor dan sedikitnya ada tujuh buah gen yang

terlibat dalam jalur LOH ini. Delapan puluh persen karsinoma muncul dari mutasi pada

jalur LOH. Sisanya yang 20% muncul dari jalur RER, yang dicirikan dengan kesalahan

dalam perbaikan mismatch (kesalahan pasangan) pada replikasi DNA.

Jalur RER sampai ke perkembangan kanker kolorektal. (Sumber: Allen Jl. Molecular Biology of colorectal

cancer: a clinician’s view. Perspect Colon Rectal Surg 1995;8:181-202)

Beberapa gen telah terdeteksi dalam kesalahan perbaikan DNA RER, yaitu

hMSH2, hMLH1, hPMS1, hPMS2, dan hMSH6/GTBP. Mutasi hanya pada salah satu

Mutasi atau mismatch pada gen-gen yang bertugas memperbaiki kerusakan gen

Akumulasi mutasi somatik di dalam mikrosatelit

Gangguan fungsi mikrosatelit

Gangguan fungsi gen yang mengandung atau diregulasi oleh mikosatelit (Gen reseptor TGR-Beta tipe-II)

Akumulasi perubahan-perubahan genetik pada gen-gen yang berhubungan dengan karsinoma

Sekuens adenoma-karsinoma(umumnya tidak melibatkan APC, MCC, K-ras, DCC, p53)

Page 21: Referat Tumor Colorectal

gen ini, cukup untuk membuat mutasi sel, yang mungkin dapat timbul pada proto-

onkogen atau tumor suppressor gen. Mismatch ini membuat terus meningkatnya

kesalahan eplikasi, sehingga terjadi instabilitas mikrosatelit (pertumbuhan sel kanker

ditempat lain yang berdekatan) dan malfungsi gen. Jika telah terbentuk mikrosatelit

yang tidakstabil, maka akan mudahnya terjadi mikrometastasis di tempat lain akibat

struktur sel-sel mikrosatelit yang mudah lepas.

Faktor-faktor molekular yang berhubungan dengan perkembangan keganasan kolorektal. “Faktor

Genetik” muncul pada saat lahir yang menginisiasi karsinogenesis atau dapat disebabkan oleh faktor

lingkungan yang menyebabkan kerusakan genetik dan karsinogenesis. (Sumber: Allen Jl. Molecular

Biology of colorectal cancer: a clinician’s view. Perspect Colon Rectal Surg 1995;8:181-202)

Faktor Genetik Faktor lingkunganField effect

Mutasi Inisial

Meningkatnya kecepatan mutasi

Mutasi (inaktifasi) kedua

Gen APC

Jalur LOH

Mutasi somatik atau hilangnya alel K-ras,

DCC, p53

Pertumbuhan klonal

Karsinoma

Metastasis

Gen MMR

Jalur RER

Instabilitas mikrosatelit (TGF-beta, dan lainnya)

Page 22: Referat Tumor Colorectal

G. TUMOR JINAK

Polip adalah petumbuhan jaringan yang menonjol ke dalam lumen traktus

gastrointestinal. Secara umum ,terdapat 2 tipe polip jinak yaitu polip non-neoplastik dan

polip neoplastik. Polip non-neoplastik terdiri dari hamartoma, polip hyperplastik dan

polip inflamasi. Polip neoplastik terdiri dari berbagai macam polip adenomatous dan

poliposis coli herediter.

i. Polip non-neoplastik

Hamartoma

Hamartoma dikarakteristikkan dengan pertumbuhan yang berlebihan dari

komponen colon normal seperti epitel dan jaringan penghubung. Hamartoma tidak

mempunyai potensi keganasan dan kurang atipik atau invasi. Polip Juvenil, Sindroma

Cronkhite-Canada, Sindroma Peutz-Jeghers mempunyai karakteristik hamartoma.

a. Polip Juvenil

Terdapat pada anak-anak, kadang-kadang pada dewasa, dan ditemukan pada

seluruh colon. Biasanya tumor mengalami regresi spontan dan tidak bersifat ganas.

Gejala klinis utama adalah perdarahan spontan, kadang disertai lendir; karena selalu

bertangkai, dapat menonjol keluar dari anus pada saat defekasi; nyeri abdomen karena

autoamputasi polip atau intussussepsi. Karena bisa mengalami regresi spontan,

terapinya tidak perlu agresif. 

b. Sindroma Cronkhite-Canada

Dikarakteristikan dengan poliposis gastrointestinal yang menyeluruh,

hiperpigmentasi kulit, alopecia, dan distrofi kuku. Kelainan ini tidak diturunkan

secara genetik. Onset rata-rata pada umur 60 tahun. Predileksi polip yang paling

sering di gaster dan colon, jarang pada oesophagus dan usus halus. Gejala klinisnya

adalah nyeri abdomen, diare, perdarahan, anorexia sehingga terjadi penurunan berat

badan, malabsorbsi, dan anemia. Remisi terjadi spontan atau setelah pemberian terapi

medikamentosa atau gastrectomy parsial. Penatalaksanaan dengan polipectomy untuk

diagnosis dan terapi suportif. 

Page 23: Referat Tumor Colorectal

c. Sindroma Peutz-Jeghers

Dikarakteristikan dengan poliposis gastrointestinal yang menyeluruh dan area

pigmentasi pada mukokutan. Sindroma ini diturunkan melalui gen autosomal

dominan. Seluruh traktus gastrointestinal dapat terkena, namun paling sering di usus

halus. Onsetnya pada usia muda, antara 10-30 tahun. Gejala klinik berupa muntah,

perdarahan, nyeri abdomen. Pembedahan merupakan terapi konservatif untuk

mengatasi gejala sekunder akibat ulserasi polip, obstruksi atau intussussepsi.

Progresifitas ke arah keganasan jarang terjadi. Beberapa pasien mempunyai

kecenderungan timbulnya keganasan pada organ lain seperti pankreas, payudara, dan

ovarium. 

Polip hiperplastik

Merupakan polip kecil yang berdiameter kurang dari 5 mm yang berasal dari

epitel mukosa yang hiperplastik. Dikenal juga sebagai polip metaplastik. Tipe ini

merupakan polip colon yang paling sering. Polip hiperplastik sendiri adalah non-

neoplastik, namun sering ditemukan pada pasien carcinoma colon. Etiologinya belum

jelas, diduga karena infeksi virus. Umumnya polip ini tidak bergejala, tetapi disarankan

dilakukan polypectomy dan dibiopsi untuk diagnosis histologik.

Polip inflamasi

Tipe polip ini dapat singel atau multipel. Bila multipel, biasanya terdapat

inflammatory bowel disease. Polip sebaiknya dibuang dan diperiksa secara patologis.

Jika terdapat colitis ulseratif aktif maka harus diterapi.

ii. Polip neoplastik

Polip adenomatous

Adenoma colon dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe menrut gambaran

histopatologinya yaitu tubular, villous, dan tubulovillous. Tipe yang paling sering

adalah tubular. Kebanyakan polip ini berukuran kecil, dapat pedunculate atau sessile.

Polip yang kecil berbentuk bulat dan licin, sedangkan yang lebih besar berlobus. Tipe

villous lebih jarang. Polip ini berukuran lebih besar, sessile dan lembut seperti beludru.

Tipe tubulovillous mempunyai karakteristik antara tipe tubular dan villous. Polip yang

Page 24: Referat Tumor Colorectal

berukuran besar, tipe villous, dan atipik berhubungn dengan meningkatnya risiko

keganasan.

Patofisiologi adenoma dikarakteristikan sebagai proliferasi berlebihan dengan

maturasi sel yang lambat. Normalnya sel epitel mukosa colon diganti setiap 4 sampai 8

hari, dengan keseimbangan antara pembentukan dan kematian sel, dan migrasi dari 2/3

basal kripta colon. Pada adenoma, proliferasi juga terjadi pada bagian atas kripta

dengan akumulasi sel pada permukaan luminar.

Kebanyakan pasien dengan polip adenoma adalah asimptomatik, namun dapat

juga terdapat hematochezia, obstruksi, nyeri, mucus discharge, atau diare. Kebanyakan

polip ini ditemukan secara kebetulan. Saat polip ditemukan pada sigmoidoscopy, maka

sebaiknya dilakukan polypectomy total untuk evaluasi patologis, kecuali jika polip

terlalu besar atau sessile. Colonoscopy tetap diperlukan karena kemungkinan adanya

carcinoma colon atau adenoma pada bagian proximal. Total polipectomy merupakan

tindakan diagnostik dan terapetik. Komplikasi polipectomy adalah perforasi dan

perdarahan.

Pada polip colorectal dapat ditemukan carcinoma invasif. Carcinoma invasif

pada polip pedunculate adalah sebuah invasi yang melewati mucosa muscularis.

Carcinoma invasif pada polip sessile selalu memerlukan reseksi colon. Polipectomy

total merupakan terapi definitifnya. Colectomy dengan membuang nodus limfatikus

diindikasikan jika ada risiko tinggi. Sebagai follow up, jika pada adenoma terdapat

carcinoma invasif, maka colonscopy perlu diulang 3 bulan, 1 tahun dan 3 tahun. Jika

pada adenoma terdapat carcinoma in situ atau benign seluruhnya, maka endoscopy

diulang 1 tahun dan 3 tahun kemudian.

Dewasa ini, hipotesis yang diterima adalah bahwa kebanyakan carcinoma colon

berasal dari adenoma benign sebelumnya. Predileksi tersering pada adenoma dan

carcinoma adalah di colon distal dan caecum. Carcinoma timbul dari adenoma yang tak

diterapi. Adenoma yang lebih dari 15 tahun akan berisiko menjadi carcinoma. Sering

terdapat koeksistensi antara bekas adenoma dengan carcinoma colon. Deteksi dini dan

pembuangan polip adenoma diharapkan dapat menurunkan insidensi carcinoma colon. 

Page 25: Referat Tumor Colorectal

Poliposis neoplastik herediter

a. Familial adenomatous poliposis (FAP)

Merupakan kelainan herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.

Gambaran utamanya adalah polip adenoma difus pada seluruh traktus

gastrointestinal bagian bawah. Biasanya timbul pada dekade kedua, namun dapat

juga timbul lebih awal. Kelainan ini berpotensi menjadi keganasan, dimana jika

tidak diterapi, maka insidensi perubahan keganasan adalah 100%.

Usia rata-rata diagnosis carcinoma adalah 40 tahun, namun dapat juga

didiagnosis pada awal dekade pertama. Perjalanan penyakit dihambat dengan

pembuangan colon yang terkait secepat dan seagresif mungkin sebelum onset

keganasan. Proctocolectomy total dengan anastomosis ileal pouch-anal dapat

mencegah carcinoma colorectal dan menyediakan jalur untuk defekasi. Alternatif

lainnya adalah colectomy subtotal dengan ileoproctostomy, jika tidak ada polip pada

rectum. Keluarga pasien perlu diperiksa dengan proctoscopy setiap tahunnya mulai

dari usia 10 tahun, sehingga diagnosis dan terapi yang cepat dapat mencegah

carcinoma colorectal.

Page 26: Referat Tumor Colorectal

b. Sindroma Gardner’s

Merupakan varian dari familial adenomatous poliposis, yang terdiri dari

poliposis difus pada bagian bawah usus halus, osteoma, kista epidermoid, hipertropi

kongenital dari epitel retina berpigmen, polip gaster, usus halus, pakreas, tiroid,

adrenal, paratiroid, retroperitoneal fibrosis dan desmoid tumor. 

c. Sindroma Turcot’s

Berhubungan dengan familial poliposis dan tumor susunan saraf pusat.

Kebanyakan tumor otak adalah medulloblastoma dan glioblastoma. Sindroma

Turcot’s merupakan varian fenotip dari pamilial poliposis dan sindroma Gardner’s,

dan diturunkan secara autosomal resesif.

H. TUMOR GANAS

i. Hereditary colorectal carcinoma 

Familial Adenomatous Polyposis (FAP)

Merupakan polip adenoma yang berproses menuju keganasan mengikuti

runtutan adenoma-carcinoma, dimana jika tidak diterapi, maka insidensi perubahan

keganasan adalah 100%. 

Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (Lynch’s Syndrome)

Sindroma ini dikrakteristikan oleh autosomal dominan yang diturunkan,

manifestasi keganasan terjadi pada usia muda, lesi predominan pada proximal colon,

dan adanya tendensi lesi synchronous dan metachronous. Pasien sebaiknya diterapi

dengan colectomy subtotal. Carcinoma berkembang dari polip adenoma melelui

progresifitas adenoma-carcinoma yang tipikal. Pada varian dari sindroma ini terdapat

peningkatan insidensi keganasan endometium, gaster, ovarium, dan traktus urinarius.

Kriteria untuk sindroma ini adalah:

Pada gambaran histopatologis, sejurang-kurangnya didapatkan asdanya 3

hubungan dengan carcinoma colorectal, 2 dari hal tersebut merupakan derajat

pertama.

Yang terlibat sekurang-kurangnya 2 generasi

Sekurang-kurangnya 1 pasien didiagnosis dibawah umur 50 tahun.

Page 27: Referat Tumor Colorectal

ii. Carcinoma colorectal

- Insidensi

Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang paling sering pada traktus

gastrointestinal. Insidensi carcinoma colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian

juga angka kematiannya. Insidensi pria sebanding dengan wanita. Carcinoma recti

lebih sering pada laki-laki, sedangkan carcinoma colon lebih sering pada wanita.

Penyakit ini berhubungan dengan usia dan terjadi lebih sering pada usia diatas 50

tahun.

- Predileksi

Sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan di rectosigmoid.

- Patologi

Secara makroskopis terdapat 3 tipe carcinoma colorectal. Tipe polipoid atau

vegetatif tumbuh menonjol ke dalam lumen usus., berbentuk bunga kol dan terutama

ditemukan di caecum dan colon ascendens. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan

sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di colon

descendens, sigmoid dan rectum. Bentuk ulceratif terjadi karena nekrosis di bagian

sentral, terdapat di rectum. Pada tahap lebih lanjut, sebagian besar carcinoma colon

dapat mengalami ulserasi dan menjadi ulcus maligna.

- Gejala klinis

Gejala dan tanda dini carcinoma colorectal tidak ada. Umumnya gejala

pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau

akibat metastasis.

Carcinoma colon kanan:

Jarang terjadi stenosis dan faeces masih cair sehingga tidak ada faktor

obstruksi. Gambaran klinis tumor caecum dan colon ascendens tidah khas, gejala

umumnya nerupa dyspepsia, kelemahan umum, penurunan berat badan, dan anemia.

Oleh karena itu pasien sering datang dalam keadaan terlambat. Nyeri pada carcinoma

colon kanan bermula di epigastrium.

Page 28: Referat Tumor Colorectal

Carcinoma colon kiri dan rectum.

Sering bersifat skirotik sehingga banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi,

terlebih karena faeces sudah padat. Menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti

konstipasi atau defekasi dengan tenesmus. Makin ke distal letak tumor, faeces makin

menipis, atau seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir.

Tenesmus merupakan gejala yang biasa didapat pada carcinoma rectum. Nyeri pada

colon kiri bermula di bawah umbilicus

Page 29: Referat Tumor Colorectal

Pada pemerikasaan fisik, bila tumor kecil maka tidak teraba pada palpasi

abdomen, bila sudah terba berarti sudah menunjukkan keadaan lanjut. Massa di colon

sigmoideum lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain colon. Pemeriksaan colok

dubur merupakan keharusan.

Pemeriksaan penunjang

1. Endoskopi

a. Rectosigmoidoskopi 

Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan

colon sigmoideum bagian distal. 

b. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi

Sigmoidoskop dan colonoskop yang fleksibel dengan video atau

fiberoptik dapat memperlihatkan gambaran colon dan rectum dengan mutu

yang baik. Sigmoidoskopi dan colonoskopi dapat digunakan untuk

diagnostik dan terapetik, merupakan metode yang paling akurat untuk

menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi dan dapat untuk

melakukan biopsi. Colonoskop untuk diagnostik memiliki satu saluran untuk

lewatnya alat-alat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter, dan sebagai

jalan untuk melakukan penghisapan dan irigasi. Colonoskop untuk terapetik

mempunyai 2 saluran yang dapat digunakan secara simultan untuk irigasi /

penghisapan dan untuk lewatnya alat-alat.

2. Pencitraan

a. X-ray foto polos dan colon in loop

X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam

mengevaluasi pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos

abdomen (supine, tegak, dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas usus

yang menunjukkan adanya obstruksi. Colon in loop berguna untuk

mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif

untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi

massa yang kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk

mengevaluasi massa colon yang nonobstruksi.

Page 30: Referat Tumor Colorectal

b. CT scan

Computed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma

colorectal, karena kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis.

c. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)

Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3

dimensi untuk mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan

kesensitivitasan maka dilakukan persiapan usus per oral, pemberian kontras

per oral dan rectal, pendistensian colon. Alat ini sensitif untuk melihat

carcinoma colorectal yang berukuran lebih dari 1 cm. colonoskopi tetap

dibutuhkan jika terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan pada

obstruksi colon proximal. Keterbatasannya adalah terjadinya false positif

akibat faeces, penyakit divertikula, lipatan haustrae, artefak, dan

ketidakmampuan mendeteksi adenoma yang datar.

d. MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif daripada CT scan

dalam mendeteksi keterlibatan tulang atau dinding pelvis akibat perluasan

carcinoma colorectal. Penggunaan endorectal coil akan menambah sensitivitas.

e. PET

Positron Emmision Tomography (PET) digunakan untuk pencitraan

jaringan dengan kadar glikolisis anaerob yang tinggi seperti pada tumor ganas.

PET digunakan sebagai tambahan pemeriksaan CT scan dalam staging

carcinoma colorectal dan dapat digunakan untuk membedakan kanker rekuren

dengan fibrosis. 

f. Endorectal ultrasound

Endorectal ultrasound digunakan untuk mengevaluasi kedalaman

invasi carcinoma recti. Dinding rectum yang normal terdiri atas 5 lapisan.

Ultrasound dapat membedakan tumor jinak dari tumor invasif berdasarkan

integritas lapiasan submukosa. Ultrasound dapat membedakan tumor

superficial T1-T2 dengan tumor yang lebih dalam T3-T4. Keakurasian

Page 31: Referat Tumor Colorectal

ultrasound dalam mendeteksi kedalamam invasi tumor intramural berkisar

antara 81-94%. Ultrasound juga dapat mendeteksi pembesaran nodus

limfatikus perirectal, yang menunjukkan metastasis ke nodus limfatikus,

dimana keakurasiannnya adalah 58-83%. Ultrasound juga dapat digunakan

untuk mendeteksi rekurensi lokal setelah pembedahan.

3. Laboratorium

a. Pemeriksaan darah samar pada faeces

Digunakan untuk tes skrining pada tumor colorectal yang

asimptomatik, pada individu dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan

tes serial karena kebanyakan carcinoma colorectal berdarah secara intermiten.

Tes ini merupakan tes nonspesifik untuk peroxidase yang terkandung dalam

haemoglobin. Perdarahan traktus gastrointestinal akan memberikan hasil

positif. Beberapa makanan (daging, beberapa buah dan sayuran, dan viamin C)

dapat memberikan false positif, sehingga pasien sebaiknya diet selama 2-3 hari

sebelum tes. Tes ini dapat ditingkatkan spesifik dan sensitivitasnya dengan

menggunakan immunochemical. Hasil positif pada tes ini sebaiknya

dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.

b. Tumor marker

Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk

pasien carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA) yang paling

umum digunakan, sedangkan CA 19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA

dapat meningkat pada 60-90% pasien dengan carcinoma colorectal. Namun

CEA bukan merupakan tes skrining yang efektif untuk keganasan. CEA tidak

spesifik karena dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma selain

carcinoma colorectal.

c. Tes serum

Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT,

SGGT, dan LDH dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.

Page 32: Referat Tumor Colorectal

o Biopsi

Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi

dapat mendeskripsikan tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling

sering didapat pada carcinoma colorectal adalah adenocarcinoma (95%). 

o Biopsi nodus limfatikus sentinel

Teknik ini digunakan pada beberapa keganasan, biasanya pada

carcinoma mammae dan melanoma. Tujuan biopsi ini adalah untuk

mengidentifikasi nodus limfatikus pertama yang sering menjadi tempat

pertama metastasis. Pada colorectal carcinoma, teknik ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil staging. Pemeriksaan yang intensif dengan potongan

histopatologi yang multipel, imunohistokimia, dan reverse transcriptase

polymerase chain reaction (RT-PCR) dapat mendeteksi mikrometastasis

pada pasien yang diketahui N0 pada teknik konvensional.

- Diagnosis

Diagnosis carcinoma colorectal ditegakan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kepastian diagnosis ditentukan

berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi.

- Diagnosis banding

Tabel 4. Diagnosis banding

Colon kanan Colon tengah Colon kiri Rectum

Apendicular abscess

Massa periappendicular

Amuboma

Enteritis regionalis Ulcus pepticum

Carcinoma gaster

Abscess hepar

Hepatocellular carcinoma

CholecystitisKelainan pancreas

Kelainan saluran empedu Colitis ulcerative

Polip

Diverticulitis 

Page 33: Referat Tumor Colorectal

Endometriosis

Polip

Prokitis

Fissura ani

Haemorrhoid

Carcinoma ani

4. Klasifikasi

American Joint Committee on Cancer memakai sistem TNM. Sistem ini

memisahkan dan mengidentifikasi berdasarkan kedalaman dari invasi tumor (T),

status nodus limfatikus regional (N) dan ada tidaknya metastase (M).

Tabel 5. Klasifikasi carcinoma colorectal berdasarkan sistem TNM.

TNM

Stadium

Modified Dukes

StadiumDeskripsi

T1 N0 M0 A Limited to submucosa

T2 N0 M0 B1 Limited to muscularis propria

T3 N0 M0 B2 Transmural extension

T2 N1 M0 C1 T2, enlarged mesenteric nodes

T3 N1 M0 C2 T3, enlarged mesenteric nodes

T4 C2 Invasion of adjacent organs

Any T, M1 D Distant metastases present

Tumor Primer

TX: Tumor primer tidak bisa ditemukan

T0: Tidak ada bukti tumor primer

Tis: Carcinoma insitu

T1: Tumor menginvasi submukosa

T2: Tumor menginvasi muscularis propria

T3: Tumor menginvasi muscularis propria sampai subserosa atau kedalam non

peritonealisasi pericolic atau perirectal

T4: Tumor menyebabkan adanya perforasi ke peritoneum visceral atau invasi ke

organ atau struktur lain.

Page 34: Referat Tumor Colorectal

Nodus limfatikus regional

NX: Nodus limfatikus regional tidak ditemukan

N0: Tidak ada metastase nodus limfatikus regional

N1: Metastase pada 1-3 nodus limfatikus pericolica atau perirectal

N2: Metastase pada 4 atau lebih nodus limfatikus pericolica atau perirectal

N3: Metastase pada semua nodus limfatikus sepanjang cabang pembuluh darah

Metastase jauh

MX: Adanya metastase jauh tidak dapat dinilai

M1: Tidak ada metastase

M2: Metastase

Sistem TNM ini dapat dikonversikan ke sistem Duke yang lebih sederhana

Stadium I dari TNM sama dengan Duke A

Stadium II dari TNM sama dengan Duke B

Stadium III dari TNM sama dengan Duke C

Stadium IV dari TNM sama dengan Duke D

5. Metastasis

Carcinoma colorectal mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh

sambil menembus dinding dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral

ke jaringan dan organ visceral lainnya. Penyebaran perkontinuitatum

menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya seperti ureter, vesica urinaria,

uterus, vagina, atau prostat. 

Keterkaitan nodus limfatikus regional merupakan bentuk yang paling

sering pada penyebaran carcinoma colorectal dan biasanya mendahului

metastasis jauh atau menyebabkan carcinomatosis. Penyebaraan ke nodus

limfatikus meningkat dengan pertambahan ukuran tumor, diferensiasi

histologis yang buruk, invasi limfovaskular dan kedalaman invasi.

Pada carcinoma colon, penyebaran limfatik biasanya mengikuti aliran vena

besar dari segmen colon yang terkait. Penyebaran limfatik dari rectum

Page 35: Referat Tumor Colorectal

mengikuti 2 jalur. Pada rectum bagian atas, pengaliran ascendens sepanjang

pembuluh rectalis superior ke kelenjar mesenterica inferior. Pada rectum

bagian bawah, pengaliran limfatik terjadi sepanjang pembuluh rectalis media.

Penyebaran sepanjang pembuluh rectalis inferior ke kelenjar iliaca interna atau

inguinal jarang terjadi kecuali jika tumor mengenai canalis analis atau aliran

limfatik proximal diblok oleh tumor.

Tempat yang paling sering terkena pada metastasis jauh carcinoma

colorectal adalah hepar. Metastasis ini timbul dari penyebaran hematogen

melalui system vena portal. Seperti pada penyebaran ke nodus limfatikus,

risiko metastasis ke hepar meningkat dengan peningkatan ukuran tumor dan

grade tumor, namun tumor yang kecil pun dapat menyebabkan metastasis jauh.

Paru-paru juga merupakan tempat penyebaran hematogen carcinoma colorectal,

namun jarang terjadi. Penyebaran ke peritoneal mengakibatkan carcinomatosis

(metastasis peritoneal difus) dengan atau tanpa ascites.

6. Penatalaksanaan

Terapi kuratif adalah tindakan bedah. Tujuan utama tindakan bedah

adalah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif.

Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif.

Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan gejala penyebaran lokal maupun

jauh.

Tindakan bedah terdiri atas reseksi luas carcinoma primer dan kelenjar

limfe regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi

juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia,

fistel dan nyeri.

Pada carcinoma caecum atau colon ascendens dilakukan hemicolectomy

kanan. Pembuluh darah ileocolica, colica dextra, dan cabang kanan dari colica

media diligasi dan dipisahkan. Ileum terminal sekitar 10 cm ikut direseksi,

kemudian dibuat anastomosis ileum dengan colon transversum. 

Pada carcinoma di flexura hepatica atau di proximal colon transversum

dilakukan hemicolectomy kanan yang diperluas. Caranya sama dengan

hemicolectomy kanan namun dilakukan ligasi pembuluh darah colica media

Page 36: Referat Tumor Colorectal

pada pangkalnya. Colon kanan dan proximal colon transversum direseksi dan

dilakukan anastomosis ileum dengan colon transversum distal. Jika aliran

darah diragukan, maka reseksi dapat diperluas sampai flexura lienalis dan

dilakukan anastomosis ileum dengan colon descendens. 

Pada carcinoma colon transversum tengah dan distal dilakukan colectomy

transversum. Dilakukan ligasi pembuluh darah colica media. Kemudian

dilakukan anastomosis colocolonik. 

Pada carcinoma colon transversum distal, flexura lienalis, dan colon

descendens dilakukan hemicolectomy kiri. Cabang kiri pembuluh darah colica

media, colica kiri, dan cabang pertama pembuluh darah sigmoid

diligasi.Kemudian dibuat anastomosis colocolonik.

Pada carcinoma colon transversum distal dapat dilakukan hemicolectomy

kiri yang diperluas. Caranya sama dengan hemicolectomy kiri, namun

dilakukan ligasi pada cabang kanan pembuluh darah colica media.

Pada carcinoma colon sigmoideum dilakukan colectomy sigmoideum.

Dilakukan ligasi dan pemisahan cabang sigmoig dari arteri mesenterica

inferior. Colon sigmoideum direseksi sampai batas refleksi peritoneum dan

dibuat anastomosis colon descendens dengan rectum bagian atas.

Colectomy total dan subtotal dilakukan pada pasien dengan familial

adenomatous poliposis. Pada prosedur ini, pembuluh darah ileocolica, colica

dextra, colica media, dan colica sinistra diligasi dan dipisahkan. Pembuluh

darah rectalis superior dipertahankan. Jika diperlukan untuk mempertahankan

colon sigmoideum, maka pembuluh darah sigmoid distal dipertahankan dan

anastomosis dibuat antara ileum dan colon sigmoideum distal (subtotal

colectomy dengan anastomosis ileosigmoid). Jika colon sigmoideum direseksi,

pembuluh darah sigmoidf diligasi dan dipisahkan, dan dibuat anastomosis

ileum dengan rectum bagian atas (total abdominal colectomy dengan

anastomosis ileorectal). Jika anastomosis dikontraindikasikan, maka dibuat

end-ileostomy dan rectum atau colon sigmoideum digunakan sebagai fistula

mucus atau Hartmann pouch.

Page 37: Referat Tumor Colorectal

Gambar 14. reseksi colon A. carcinoma caecum, B. carcinoma flexura hepatica, C. carcinoma

colon transversum, D. carcinoma flexura lienalis, E. carcinoma colon descendens, F.

carcinoma colon sigmoideum

Pada carcinoma rectum, teknik pembedahan dipilih tergantung dari

letaknya, khususnya jarak batas bawah carcinoma dan anus. Sedapat mungkin

anus dengan sphincter ani eksternus dan sphincter ani internus akan

Page 38: Referat Tumor Colorectal

dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis. Pada carcinoma recti

1/3 proximal dilakukan reseksi anterior. Pada carcinoma recti 1/3 tengah

dilakukan reseksi dengan mempertahankan sphincter anus. Pada carcinoma

recti 1/3 distal dilakukan amputasi rectum melalui reseksi abdominoperineal

Quenu-Miles.

Reseksi anterior

Dilakukan reseksi proximal rectum melalui incisi abdominal sampai

pelvis tanpa melakukan incisi pada perineal, sacral dan daerah lainnya.

Terdapat 3 tipe reseksi anterior yaitu:

a) High anterior resection

Reseksi bagian distal colon sigmoideum dan bagian atas rectum.

Biasanya digunakan untuk tumor jinak pada rectosigmoid junction. Rectum

tidak seluruhnya dibebaskan dari kelengkungan sacrum, bagian atas rectum

dibebaskan namun peritoneum pelvis tidak dipisahkan. Arteri mesenterica

inferior dan vena mesenterica inferior diligasi pada pangkalnya secara

terpisah. Dibuat anastomosis antara colon dan ujung rectum (biasanya

ujung ke ujung).

b) Low anterior resection

Digunakan untuk carcinoma recti atas dan tengah. Rectosigmoid

dibebaskan, peritoneum pelvis dibuka, dan arteri mesenterica inferior

diligasi dan dipisahkan. Rectum dipisahkan dari sacrum. Diseksi dilakukan

distal dari batas anorectal, diperluas ke posterior melalui fascia rectosacral

sampai coccyx dan ke anterior melalui fascia Denonvilier sampai vagina

pada wanita atau vesicular seminalis dan prostat pada pria. Rectum dan

mesorectum dipisahkan. Anastomosis rectum letak rendah biasanya

memerlukan pembebasan flexura lienalis dan ligasi serta pemisahan vena

mesenterica inferior dengan pancreas. Alat stapler sirkuler dapat digunakan

untuk membuat anastomosis. Penyulit yang sering terjadi dalah gangguan

fungsi seks.

c) Extended low anterior resection

Page 39: Referat Tumor Colorectal

Extended low anterior resection diperlukan untuk membuang tumor

yang berada di distal rectum, beberapa centimeter di atas sphincter ani.

Rectum dibebaskan seluruhnya sampai batas musculus levator ani, diseksi

ke anterior diperluas sepanjang septum rectovaginal pada wanita dan distal

vesicular seminalis dan prostat pada pria. Setelah reseksi, dibuat

anastomosis coloanal. Karena adanya risiko bocornya anastomosis dan

terjadinya sepsis ketika anastomosis dibuat pada distal rectum atau canalis

analis, maka dapat dibuat ileostoma semetara.

Prosedur Hartmann dan fistula mucus

Biasanya dilakuan pada pasien dengan carcinoma rectum dimana

anastomosis pada pelvis tidak dapat dibuat. Prosedur Hartmann ditujukan

untuk reseksi colon atau rectum tanpa anstomosis dimana colostomi atau

ileostomi dibuat dan distal colon atau rectum ditinggalkan sebagai kantung

tertutup. Kondisi ini biasanya digunakan ketika colon kiri atau sigmoideum

direseksi dan sisa rectum ditutup dan ditinggalkan di pelvis. Jika colon

distal cukup panjang untuk mencapai dinding abdominal. Maka dapat

dibuat fistula mucus dengan membuka usus yang tak berfungsi dan

menjahitnya ke kulit.

Reseksi abdominoperineal menurut Quenu-Miles

Reseksi ini membuang rectum, canalis analis, dan anus dengan

pembuatan permanen colostoma dari colon descendens atau sigmoideum.

Prosedur pada abdomen dan pelvis sama dengan extended low anterior

resection. Rectum dan sigmoid dengan mesosigmoid dilepaskan, termasuk

kelenjar limfe pararectum dan retroperitoneal sampai kelenjar limfe

retroperitoneal. Kemudian melalui incisi perineal anus dieksisi dan

dikeluarkan seluruhnya dengan rectum melalui abdomen. Diseksi perineal

dibuat dengan eksisi canalis analis dengan batas sirkumferensial yang lebar.

Diseksi perineal dapat dapat dilakukan dengan posisi lithhotomy atau posisi

prone setelah penutupan abdomen dan pembuatan colostoma. Penutupan

luka meninggalkan defek perineal yang besar, khususnya bila telah

digunakan radiasi, maka diperlukan penutupan dengan flap pada beberapa

pasien. Penyulit yang sering terjadi dalah gangguan fungsi seks.

Page 40: Referat Tumor Colorectal

Stadium Terapi

Stadium 0 

(Tumor In Situ) Eksisi lokal secara komplit melalui endoskopi

Stadium 1 

(Carcinoma Colorectal terlokalisasi) Reseksi colon atau rectum

Dapat ditambah adjuvant kemoterapi pada pasien tertentu (usia muda, temuan

histologi yang beresiko tinggi)

Stadium 2 

(Carcinoma Colorectal terlokalisasi) Reseksi colon atau rectum

Dapat ditambah adjuvant kemoterapi pada pasien tertentu (usia muda, temuan

histologi yang beresiko tinggi)

Stadium 3 

(Metastasis ke nodus limfatikus) Adjuvant kemoterapi, radioterapi

imunoterapi.

Reseksi radikal

Stadium 4 

(Metastasis jauh) Adjuvant kemoterapi

Reseksi hepar bila terdapat metastasis ke hepar

Terapi Paliatif

Reseksi laparoskopik

Laparoskopik merupakan teknologi dengan invasif yang minimal, yang

sekarang dapat digunakan untuk reseksi colon. Keuntungan cara ini adalah

mengurangi nyeri post operatif, pengembalian fungsi usus yang lebih cepat,

berkurangnya imunosupresif yang timbul setelah operasi yang menyebabkan

hasil post operatif yang lebih baik, dan hasil kosmetik yang lebih baik.

Kerugiannya adalah memerlukan waktu operasi yang lebih lama.

Pada carcinoma terbatas dapat dilakukan eksisi lokal melalui rectoskop

atau colonoskopi. Cara lain yang dapat digunakan atas indikasi dan seleksi

khusus adalah fulgerasi (koagulasi listrik). Cara ini digunakan pada penderita

yang berisiko tinggi untuk pembedahan. Koagulasi dengan laser digunakan

sebagai terapi paliatif. Radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi digunakan

Page 41: Referat Tumor Colorectal

sebagi terapi adjuvant. Tindak bedah yang didahului dan disusuli radioterapi

disebut terapi sandwich.

Terapi paliatif

Dilakukan bila tumor tidak dapat direseksi untuk mencegah dan

mengatasi obstruksi atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup

penderita baik. Jika tumor tidak dapat diangkat maka dapat dilakukan bedah

pintas atau anus pretenaturalis. Pada metastasis ke hepar yang tidak lebih dari

2 atau 3 nodul dapat dipertimbangkan eksisi metastasi. Pemberian sitostatika

melalui arteri hepatica, yaitu perfusi secara selektif, kadang disertai terapi

embolisasi.

7. Prognosis

Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi

penyebaran carcinoma dan tingkat keganasan sel tumor. (lihat tabel 6). Bila disertai

diferensiasi sel tumor yang buruk, maka prognosisnya sangat buruk.

I. TUMOR COLORECTAL LAINNYA

Tumor carcinoid

Tumor carcinoid jarang ditemukan, jika ada biasanya di rectum. Tumor carcinoid

kecil umunnya tidak bertanda, sedangkan carcinoid lebih besar di colon kanan atau

rectum menyebabkan tanda lokal dan bermetastasis ke hati. Pada 5% penderita ditemukan

sindroma carcinoid. Tumor carcinoid dapat diatasi dengan eksisi lokal.

Limfoma

Limfoma merupakan tumor ganas selain carcinoma yang agak jarang ditemukan

di colon. Yang paling sering terkena adalah caecum, dengan penyebaran ke ileum

terminal. Gejalanya adalah perdarahan dan obstuksi. Secara klinis tumor ini sulit

dibedakan dengan adenocarcinoma. Limfoma non Hodgkin sering disertai

imunodefisiensi. Terapinya adalah dengan reseksi colon. Adjuvant terapi diberikan

tergantung dari stadium penyakit.

Page 42: Referat Tumor Colorectal

Lipoma

Lipoma sering terjadi pada submukosa colon dan rectum. Lipoma umumnya

asimptomatis, tapi dapat juga menyebabkan perdarahan, obstruksi, dan intususepsi.

Secara radiologis, lipoma sukar dibedakan dari tumor ganas, tapi secara endoscopy

mukosa terlihat utuh. Eksisi dilakukan bila bergejala. 

Leiomyoma dan leiomyosarcoma

Leiomyoma dan leiomyosarcoma merupakan tumor yang berasal dari otot polos

dinding usus. Leiomyoma jarang ditemukan di colon dan jarang menimbulkan perdarahan

dan obstruksi kecuali bila besar. Sebagian leiomyoma dapat berubah menjadi

leiomyosarcoma. Karena sulit dibedakan dengan leiomyosarcoma maka tumor ini

sebaiknya direseksi. Leiomyosarcoma dapat menyebabkan perdarahan dan obstruksi.

Diperlukan reseksi radikal.

J. TUMOR LAINNYA

Tumor lain yang mungkin ditemukan adalah neurofibroma ( pada Morbus Von

Recklinghausen), limfangioma, hemangioma, dan melanoma pada rectum.

Page 43: Referat Tumor Colorectal

DAFTAR PUSTAKA

Schwart’z : Principles of Surgery 8th ed. New York. McGraw-Hill Companies.2007,

chapter 39.

Snell. Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta :

EGC . 2006

Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem, Edisi I. Jakarta : EGC.

2001.

Townsend: Sabiston Textbook of Surgery, 17th ed., Copyright © 2004 Elsevier.

Sadlar, T.W. Langman’s medical embriology, chapter 13. Page 286