Referat Top

23
LAPORAN KASUS I. IDE NTITAS PASIE N  Nama : Tn. F Umur : 26 Tahun Jenis Kelamin : Laki Laki Agama : Islam Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia Alamat : Camba-Maros Tangg al Pe mer iks aa n : 19 Okt ob er 20 11 Dokter pemeriksa : dr. M II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Keluar darah dari mata kiri Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak ± 1 yang lalu y ang lalu akibat kecelakaan lalu lintas , saat itu mobil yang dikendara i ber tabrakan deng an pengend ara mobil lai n dan bagi an waj ah  pasien terkena kaca depan. Mata merah (+). Air mata berlebih (+), Nyeri (+), kotoran mata berlebih (-), rasa mengganjal (-), silau (-) riwayat keluar darah (+) dari bola mata, Riwayat keluar cairan seperti gel tidak jelas, Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat memakai kaca mata (-). 1

Transcript of Referat Top

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 1/23

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

  Nama : Tn. F

Umur : 26 Tahun

Jenis Kelamin : Laki Laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis/IndonesiaAlamat : Camba-Maros

Tanggal Pemeriksaan : 19 Oktober 2011

Dokter pemeriksa : dr. M

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Keluar darah dari mata kiri

Anamnesis Terpimpin :

Dialami sejak ± 1 yang lalu yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas, saat itu mobil

yang dikendarai bertabrakan dengan pengendara mobil lain dan bagian wajah

 pasien terkena kaca depan. Mata merah (+). Air mata berlebih (+), Nyeri (+),

kotoran mata berlebih (-), rasa mengganjal (-), silau (-) riwayat keluar darah (+)

dari bola mata, Riwayat keluar cairan seperti gel tidak jelas, Riwayat hipertensi (-),

Riwayat DM (-), Riwayat memakai kaca mata (-).

1

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 2/23

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

A.INSPEKSI

 No Pemeriksaan OD OS

1 Palpebra Edema (-) Edema (+)

2 Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (+)

3 Silia Sekret (-) Sekret (-)

4 Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)

5 Kornea jernih Jernih

6 Bilik mata depan Normal Kesan dangkal

7 Iris Coklat, Kripte (+), Coklat, kripte (+)

8 Pupil Bulat, sentral, RC (+) Unround,sentral,RC

(+)

9 Lensa Jernih Jernih10 Mekanisme muscular 

ODS

OD

OS

Kesegala arah Kesegala arah

B. PALPASI

 No Pemeriksaan OD OS

1 Tensi okuler Tn Tn-1

2 Nyeri tekan (-) (+)

3 Massa tumor (-) (-)4 Glandula pre-aurikuler Tdk ada pembesaran Tidak ada pembesaran

C. TONOMETRI : TOD : 6/5,5 = 14,6 mmHg

TOS : 15/5,5 = -

D. VISUS : VOD = 3/60 R 

: VOS = 2/60 R 

E. CAMPUS VISUIL : Tidak dilakukan pemeriksaan.

F. COLOR SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan.G. LIGHT SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan

2

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 3/23

H. PENYINARAN OBLIK  :

 No Pemeriksaan OD OS

1 Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+), sub kojungtiva bleeding (+), laserasi konjungtiva &sclera (+) di daerah nasal, vitreus

(+) di bibir luka.

2 Kornea Jernih Jernih

3 Bilik Mata Depan Normal Kesan dangkal, hefema (+) 1/8BMD

4 Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

5 Pupil Bulat, sentral, RC (+) Unround, Sentral, RC (+)

6 Lensa Jernih Jernih

I. DIAFANOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaan

J. OFTALMOSKOP: FOS : Refleks fundus (+), papil N.II kesan normal, a/v 2/3,

CDR : 0,3, retina perifer kesan normal

K. SLIT LAMP : Tidak dilakukan pemeriksaan

L. SEIDEL TES : Tidak dilakukan pemeriksaan

M. LABORATORIUM

 Darah Rutin :

WBC 10,59 x 103

RBC 4,45 x 106

HGB 14

HCT 39%

PLT 189

HbsAg -

3

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 4/23

IV. RESUME

Seorang laki laki umur 26 tahun datang ke UGD RSWS dengan keluhanutama keluar darah dari mata kiri yang dialami ± 1 hari yang lalu sebelum masuk 

rumah sakit akibat terkena kaca mobil bagian depan. Mata merah (+). Air mata

 berlebih (+), Nyeri (+), riwayat keluar darah (+) dari bola mata.

Pada pemeriksaan inspeksi, OS edema palpebra (+),lakrimasi (+),

konjungtiva hiperemis (+), subkonjungtiva bleeding (+), laserasi konjungtiva dan

sclera(+) di daerah nasal,vitreus (+) di bibir luka. BMD kesan dangkal, hifema

(+) 1/8 BMD, iris coklat, kripte (+), pupil unround RC (+), lensa jernih. Pada

 pemeriksaan palpasi didapatkan OS : Tensi okuler (Tn-1), nyeri tekan (+). OD

dalam batas normal. Pada pemeriksaan visus, VOD = 3/60, VOS= 2/60

(Ruangan)

V. DIAGNOSIS

OS Trauma Okulus Perforans

 Foto klinis pasien

VI. TERAPI

• IVFD RL 28 tpm/i

• Inj. TT 0,5 cc/IM

• Cefotaxim 1 g/12jam/IV

• Antrain 1 amp/ 8 jam / IV

4

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 5/23

• Dexametason 1 amp/8jam/IV

C. LFX MD 1 tts/jam OS ( Post op )

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• CT-Scan orbita axial sentrasi orbitaᴓ

• Lab lengkap

• Foto thoraks

VIII. ANJURAN

• Rencana OS Eksplorasi + jahit sclera

IX. DISKUSI

Dari anamnesis, pasien mengeluh keluar darah dari mata kiri akibat

terkena kaca mobil. Ini bisa disebabkan oleh adanya laserasi pada konjungtiva

dan sclera sehingga mengakibatkan perdarahan pada subkonjungtiva. Hematom

subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau

 bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episclera.

Penglihatan pasien juga menjadi kabur setelah trauma. Pada pemeriksaan

fisis didapatkan VOS = 2/60, adanya hifema pada Bilik Mata Depan (BMD).Hifema adalah adanya darah di dalam kamera anterior. Hifema atau adanya darah

dalam bilik mata depan dapat terjadi karena trauma tumpul Bila pasien duduk 

hifema akan terlihat mengumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema

dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Darah dalam cairan aqueus

humor dapat membentuk lapisan yang terlihat. Perdarahan dalam kamera okuli

anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus siliaris, Penglihatan

kabur ini bisa disebabkan oleh adanya gangguan media refraksi. Humor aqueus

adalah salah satu media refrakta, adanya darah dalam humor aqueus membuat

 pembiasaan cahaya tidak berjalan sempurna yang membuat sinar datang menjadi

terhalang sehingga membuat visus pasien menurun.

5

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 6/23

Hasil pemeriksaan di atas mendukung untuk didiagnosa sebagai suatu

trauma Okulus Perforans. Pada penatalaksanaan dianjurkan rawat inap,

farmakoterapi dan bedah mikro. Sebelum pembedahan jangan diberi obat

sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan

intraokular yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan

antitoksin tetanus (Injeksi TT) diberikan untuk menghindari komplikasi akibat

infeksi akibat luka laserasi sclera tersebut. Pada penutupan luka segmen anterior,

harus digunakan teknik-teknik bedah mikro.

Cedera perforasi memerlukan tindakan eksplorasi dengan segera dan

repair oleh ahli oftalmologi, dimana pada pasien ini penanganan yang dilakukan

OS eksplorasi dan jahit sclera.

Penanganan tersebut bertujuan untuk memperbaiki penglihatan pasien

semaksimal mungkin, mencegah terjadinya infeksi sekunder dan

mempertahankan struktur bola mata.

6

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 7/23

TRAUMA OKULUS PERFORANS

I.PENDAHULUAN

  Trauma okuli merupakan salah satu masalah kesehatan

dunia. Meskipun termasuk kasus yang masih dapat dicegah,

trauma okuli tetapi menjadi salah satu penyebab mortilitas,

morbiditas dan disability . Dalam kenyataannya, trauma okuli

menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh

dunia terutama pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda

terutama laki-laki merupakan kelompok yang kemungkinan besarmengalami trauma okuli. Trauma dapat merusak mata, terkadang

sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan lebih

  jauh lagi, mata harus dikeluarkan. Kebanyakan trauma mata

adalah ringan, namun karena luka memar yang luas pada

sekeliling struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari

sebenarnya.1,2

Mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,

kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau

menegedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga

7

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 8/23

orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit

sehingga mengganggu fungsi penglihatan. 3 

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah

terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Trauma

dapat mengenai jaringan mata, seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa,

retina, papil saraf optik dan orbita. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-

 bentuk yaitu trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia, dan trauma

radiasi. Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda

yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras

(kencang) ataupun lambat. Trauma tembus bola mata dimana struktur okular 

mengalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga

dapat tertahan dalam mata. Penggunaan sabuk pengaman dalam kendaraan

menurunkan insidensa cedera tembus akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma kimia

dan trauma radiasi dimana reaksi resultan jaringan okular menyebabkan

kerusakan.3,4

Trauma mata sering merupakan penyabab kebutaan unilateral pada anak 

dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang

 parah. Dewasa muda (terutama pria) merupakan kelompok yang kemungkinan

 besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan aki,

cedera akinat olah raga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan

yang paling sering menyebabkan trauma mata. 1,2,5

Efek dari trauma pada mata, yaitu : (1). Closed globe injury atau trauma

non-perforans : bola mata intak, tapi dapat didapatkan luka disekitar bola mata.

(2).Trauma penetrasi : terdapat luka tembus (penetrasi) pada bola mata, akan tetapi

tidak sampai menembus bola mata dari depan ke belakang. (3).Trauma perforasi :

terdapat trauma tembus masuk dan tembus keluar. Pada tipe ini termasuk trauma

yang berat. (4). Blowout fracture of the orbit .6

II. DEFINISI

8

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 9/23

Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga

orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata

sebagai indra penglihat.7

Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :

a. Adanya dinding orbita yang tertembus

 b. Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luar 

c. Prolaps bisa muncul, bisa tidak.

III.EPIDEMIOLOGI

Pada studi yang lain, di simpulkan bahwa olahraga dihubungkan dengan

trauma pada pemakai kacamata umumnya terjadi pada usia di bawah 18 tahun dan

 jatuh dihubungkan dengan trauma pada pemakai kaca mata umumnya terjadi pada

usia 65 tahun atau lebih. Meskipun kacamata dihubungkan dengan trauma yang

terjadi, resep kacamata dan non resep kacamata hitam telah ditemukan untuk 

memberikan perlingdungan yang menghasilkan insidens yang rendah pada trauma

serius mata bagi penggunannya. 2,6

Epidemiologi internasional untuk trauma pada bola mata khususnya

 penetrasi pada bola mata (luka pada kornea) terbanyak menurut jenis kelamin

adalah pada laki-laki, menurut umur pada usia antara 25-30 tahun. 8

IV.ANATOMI BOLA MATA

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di

  bagian depan (koenea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga

terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. 3

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu : 3

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

9

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 10/23

terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan

sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar 

dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea

dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi

 perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan

uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan

 pupilyang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam

 bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris

dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terkenal di

 badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan

siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos

humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal

iris di batas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang tereltak paling dalam dan

mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis

membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada

saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara

retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut

ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga didalam bola mata dan bersifat

gelatin yang hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Bila

terdapat jaringan ikat didalam badan kaca disertai dengan tarikan pada

retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina. Lensa terletak dibelakang

  pupil yang dipegang di daerah ekuatornya peranan p pada badan siliar 

melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau

melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

10

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 11/23

 

Gambar 1. Anatomi bola mata 9

Terdapat 6 otot penggerak bola mata dan terdapat kelenjar lakrimal yang

terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita. 3

11

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 12/23

Gambar 2. Muskulus penggerak bola mata 10

Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan yang menutupi sklera

dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui

konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel

goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.3

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian yaitu :3

a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar 

digerakkan dari tarsus.

 b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera

dibawahnya.

c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

 peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Sclera bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan

 pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sclera berjalan dari papil saraf optic sampai

kornea. Sclera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vascular, sclera mempunyai

kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun

sclera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul.

Kekakuan sclera dapat meninggi pada pasien diabetes mellitus, dan merendah pada

eksoftalmus goiter,miotika dan meminum air banyak.3

V. ETIOLOGI 

Keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata adalah kecelakaan

di rumah, kekerasan, ledakan aki atau baterai, cedera akibat olah raga , dan

kecelakaan lalu lintas. 7

12

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 13/23

VI. PATOFISIOLOGI

Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitucoup, countercoup, equatorial, dan global reposititioning. Cuop adalah kekuatan

yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang

getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur 

orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mta cenderung

mengambang dan merupah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata

akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seprti yang

diharapkan.2

Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar 

 bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda sing. Meskipun demikian

kabanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan

 pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea

yang mana hal ini dapat menjadi serius.2

Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga

kemungkinan merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva,

sklera, kornea dan lensa), dan struktur mata bagian belakang (retina dan

 persarafan). Benturan tumpul juga bisa menyebabkan patah tulang di sekeliling

mata. Dalam 24 jam pertama setelah terjadinya cedera, darah yang merembes ke

dalam kulit di sekitar mata biasanya menyebabkan memar (kontusio), biasanya

disebut mata hitam. Jika suatu pembuluh darah di permukaan mata pecah, maka

 permukaan mata akan menjadi merah. Perdarahan ini biasanya bersifat ringan. 11

Kerusakan pada mata bagian dalam seringkali lebih serius dibandingkan

kerusakan pada permukaan mata. Perdarahan di dalam bilik anterior (hifema

traumatik) merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani oleh dokter 

spesialismata. Perdarahan berulang dan peningkatan tekanan di dalam mata bisa

menyebabkan kornea menjadi merah sehingga penglihatan menjadi berkurang dan

13

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 14/23

meningkatkan resiko terjadinya glaukoma. Darah bisa merembes ke dalam mata,

iris bisa mengalami robekan atau lensa bisa mengalami pergeseran.11

Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-

gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli

anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler 

okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan

dalam kornea.12

VII. KLASIFIKASI

Berdasarkan Birminghamm Eye Terminology System (BETTS), trauma

okuli dibagi atas 2 yaitu:13

Trauma bola mata tertutup (closed globe injury)

• Kontusio

• Laserasi lamellar 

Trauma bola mata terbuka (Open-globe Injury)

• Ruptur 

• Laserasi:

Penetrasi,

Intraocular foreign body (IOFB)

Perforasi

Penting untuk membedakan luka penetrasi dengan luka perforasi. Luka

  penetrasi masuk sampai kedalam struktur, sedangkan luka perforasi melewati

struktur. Sebagai contoh, sebuah objek melewati kornea dan menetap di kamera

anterior lalu berperforasi di kornea dan penetrasi ke mata. 14

14

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 15/23

VIII. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang sering muncul pada cedera mata meliputi :7

- Mata merah, nyeri, fotofobia, blefarospasme

- Perdarahan Subkonjunctiva, laserasi konjunctiva

- Enoftalmia (perpindahan mata yang abnormal ke belakang atau ke

 bawah akibat hilangnya isi atau patah tulang orbita)

- bilik mata dangkal akibat perforasi kornea

- Berpindahnya pupil yang disebabkan karena kolapsnya COA

- Hifema pada bilik mata depan

- Tekanan Intra Okuli rendah (mata lunak)

- Ekstrusi isi okuler (iris, lensa, vitereus, dan retina)

- Hipopion, yaitu adanya bahan purulen dalam kamera anterior.

IX.DIAGNOSIS

Diagnosis trauma okuli perforans dapat di tegakkan berdasarkan anamnesis,

 pemerksaan fisis dan pemeriksaan penunjang jika tersedia. 2

Evaluasi dari pasien dengan suspek trauma okuli perforans harus meliputi

  pemeriksaan umum yang lengkap dan pemeriksaan oftalmologi. Sebaiknya

 pemeriksa harus menentukan keadaan visual, yang mana kebanyakan prediktor 

dari hasil akibat trauma mata. Pada trauma yang unilateral, adanya deffect pupil

yang afferent harusnya terlihat. Sayangnya, pemeriksaan dari kedua bagian ini

kemungkinan dilakukan oleh staf ruang emergency (darurat). Oleh karena itu

seorang ahli mata harus memeriksa ketajaman visual dan pupil serta bantuan

 penjelasan (keterangan) dari yang bukan ahli mata tentang bagian terpenting dari

  pemeriksaan ini. Seorang ahli mata harus memeriksa tanda penting yang

menunjang atau diagnosis dari trauma okuli perforans.14

Jika disuspek dengan trauma perforasi yang signifikan, pemeriksaan  forced 

duction, gonioscopy, tonometry, dan scleral depression harus dilakukan.

Pemeriksaan  Ancylarry harus selalu dilakukan pada keadaan ini. Tanpa melihat

15

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 16/23

hasil laboratorium, semua kasus harus ditanganindengan baik untuk pasien yang

telah terkena infeksi blood gorne.14

1. Anamnesis

Anamnesa harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum

dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat

 progresif lambat atau berawitan mendadak. 5

Anamnesa yang teliti sangat penting : 4

• Penggunaan palu dan alat pahat dapat melepaskana serpihan-serpihan logam

yang akan menembus bola mata, dan hanya meninggalkan petunjuk 

 perdarahan subkonjungtiva yang mengindikasikan adanya penetrasi sklera

dan benda asing yang tertinggal.

• Kawat yang tegang, atau paku, dapat menembus kornea dengan cepat,

kadang menghasilkan jalur yang hampir tidak terlihat.

• Trauma tumpul pada mata juga dapat menyebabkan kerusakan orbita.

Gejala pasien berhubungan dengan derajat dan jenis trauma yang dialami.

  Nyeri, lakrimasi dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma,

namun, gejala ringan dapat menyamarkan benda asing intraokular yang  berpotensi membutakan. Seperti pada semua pengambilan anamnesa, penting

untuk menanyakan tentang riwayat mata dan pengobatan sebelumnya. 4

2. Pemeriksaan Fisik 

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencacatan ketajaman

 penglihatan. 5

Tanpa Slit lamp 4

Pemeriksaan tergantung pada tipe trauma. Pada semua kasus, penting

untuk memeriksa tajam penglihatanpada mata yang mengalami trauma dan yang

tidak mengalami trauma. Bila diduga terdapat trauma tembus, penglihatan pada

mata yang cedera mungkin hanya bisa diperiksa secarakasar. Kulit di sekitar 

orbita dan kelopak mata harus diperiksa dengan teliti untuk luka tembus. 4

16

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 17/23

Konjungtiva dan sklera harus diperiksa untuk mencari laserasi. Jika

anamnesa sesuai, maka harus dipertimbangkan adanya perdarahan

subkonjungtiva sebagai lokasi potensial terjadinya perforasi sklera. Fundus

harus diperiksa dengan midriasis penuh.

Kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel

(abrasi), laserasi dan benda asing. Penetesan fluoresens akan

mengidentifikasikan luas abrasi dan, jika pekat, akan mengidentifikasi

kebocoran akueous melalui luka tembus. Jika bola mata terlihat utuh dan diduga

terdapat benda asing subtarsal (ditandai oleh abrasi kornea yang halus, vertikal

dan linier) maka kelopak mata atas harus dibalik. Tindakan ini akan

memperlihatkan bagian dalam kelopak dan memungkinkan identifikasi dan

 pengkatan benda asing. 4

Bilik mata anterior. Pada trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan

ke dalam bilik mata anterior di mana perdarahan ini terkumpul dengan batas

cairan (hifema). Hal ini disebabkan oleh rupturnya akar pembuluh darah iris

atau iris terobek dari insersinya pada korpus siliar (dialisis iris) sehingga

meneybabkan pupil yang berbentuk D. Hifema juga didapatkan pada trauma

tembus mata, dan bentuk pupil dapat terdistorsi jika iris perifer telah memblok 

luka tembus. Pupil juga dapat mengalami dilatasi akibat trauma tumpul. 4

Lensa. Dislokasi lensa setelah trauma tumpul dapat diperlihatkan oleh

 bergetarnya diafragma iris pada pergerakan mata (iridodnesis). Kejernihan lensa

harus dinilai dengan slit lamp dan terhadap refleks fundus setelah dilakukan

dilatasi pupil. Katarak terbentuk dengan tiba-tiba pada trauma langsung.

Taruma tumpul juga menyebabkan katarak subkapsular posterior dalam

hitungan jam setelah cedera, namun hal ini dapat bersifat sementara. 4

Fundus harus diperiksa dengan oftalmoskopi direk setelah midriasis penuh

dilakukan. Jika tidak terdapat keluhan neurologis yang menyertai cedera dan

tidak ada kecurigaan penetrasi mata, pupil dapat di dilatasi. Jika tidak terlihat

detil struktur mata, maka hal ini menunjukkan terjadinya perdarahan vitreous.

17

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 18/23

Daerah perdarahan retina dan daerah berwarna putih (edema) dapat dilihat

(komosio retina). Dialisis retina (suatu pemisahan retina perifer dari

 pertautannya dengan pars plana korpus siliaris) dan lubang makula. Lempeng

optik dapat berwarna pucat akibat neuropati optik traumatik yang disebabkan

avulsi pembuluh darah yang memperdarahi saraf optik. 4

Dengan Slit lamp

Slit lamp akan memungkinkan pemeriksaan yang lebih detail, yang dapat

menunjukkan:

- Bilik mata anterior yang lebih dangkal dibandingkan dengan mata kontralteral

dapat mengimplikasikan trauma tembus anterior.

- Hifema mikroskopik di mana terdapat sel darah merah dlaam bilik mata

anterior namun tidak cukup untuk membentuk hifema.

- Adanya sel darah putih dalam ruang anterior.

- Resesi sudut iridokornea dilihat dengan lensa kontak goniskopi (insersi) otot

siliar ke dalam spur sklera bergerak ke posterior). Ini didapatkan pada trauma

tumpul.

- Peningkatan tekanan intraokuler dengan tonometri aplanasi. Hal ini dapatmenyertai hifema atau dislokasi lensa. 4

PENATALAKSANAAN

Trauma tembus kornea dan sklera. Setelah teridentifikasi, tidak diperlukan

 pemeriksaan tambahan pada bola mata. Namun, letakkan penutup mata dengan

lembut di atas mata dan pasien kemudian dirujuk untuk mendapatkan tatalaksana

segera. Jika terjadi laserasi pada kornea berikan juga tetanus toxoid i.m. Cedera

serius ini, yang seringkali memiliki implikasi serius pada penglihatan,

membutuhkan penjahitan bedah mikro yang teliti untuk menegmbalikan integritas

 bola mata. Begitu mata mengalami pemulihan setelah perbaikan primer, sering

diperlukan operasi tambahan untuk mengangkat katarak, mengangkat benda

18

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 19/23

asing, dan memperbaiki ablasio retina atau mengangkat gel vitreous untuk 

mencegah terjadinya ablasio retina.4

Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus

dihindari sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan

diberi obat sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada

 jaringan intraokular yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas

dan padaikan pelindung  Fox (atau sepertiga bagian bawah corong kertas) pada

mata. Analgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan,

dengan restriksi makan dan minum. Induksi anestesia umum jangan

menggunakan obat-obat penghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat

meningkatkan secara transien tekanan di dalam bola mata sehingga meningkatkan

kecenderungan herniasi isi intraokular. Anak juga lebih baik diperiksa awal

dengan bantuan anestetik umum yang bekerja singkat. 5,12

Pada cedera berat, ahli oftalmologis harus selalu mengingat kemungkinan

timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu

 berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap. 5,12

1. Hyfema

Gambar 3. tampak gambaran hifema akibat trauma tumpul 3

Dengan parasintesis yang merupakan tindakan pembedahan

dengan mengeluarkan darah atau nanah dari bilik mata depan, dengan

teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus kearah

kornea yang sejajar dengan permukaan iris, biasanya dilakukan penekanan

 pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan akan keluar. Bila

darah tidak keluar maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik.

19

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 20/23

2. Laserasi corneoscleral

Gambar 4. Mengembalikan hubungan anatomi pada laserasi korneosklera 14

KOMPLIKASI

Komplikasi yang ditentukan setelah trauma okuli perforans :3,6 

- Iridodialysis

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris

sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan

satu matanya. Pada iridodialysis pupil akan terlihat lonjong. Biasanya

iridodialysis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan

demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan

melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.

20

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 21/23

- Katarak traumatik 

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun

tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul

akan terlihat katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa

menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak 

tercetak  (imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus dapat

menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan

cepat akibat proliferasi epitel sehingga terbentuk kekeruhan terbatas kecil.

Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak 

dengan cepat disertai dengan terdapatnya lensa di dalam bilik mata depan.

- Glaukoma sekunder

Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan jaringan

di dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga

menimbulkan glaukoma sekunder.

PROGNOSIS

Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor, seperti: 2

- Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik 

- Tempat luka pada bola mata

- Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing

- Benda asing megnetik atau non megnetik 

- Dalamnya luka tembus, apakahvtumpul atau luka ganda

- Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus

Mata sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi

sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun

trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan berat

dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. 1

21

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 22/23

Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak 

dapat di terapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga dapat

terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang dapat timbul

glaucoma sekunder pada mata beberapa tahun setelah cedera awal jika jalinan

trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita berat juga dapat menyebabkan

masalah kossmetik dan okulomotor. 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Trauma okuli perforans Aviabel from : http://www.

lasmangka.blogspot.com/2009/06/trauma-oculi-perforans.html 

2. Trauma okuli perforans. Available from : http://www.trauma-

okuliperforans_10.htm

3. Ilyas, Sidarta. 2004. Trauma mata :  Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI;

 jakarta. Hal.;3-6, 259-276.

22

8/3/2019 Referat Top

http://slidepdf.com/reader/full/referat-top 23/23

4. James, Bruce.. 2006. Trauma : Oftalmologi edisi kesembilan. Erlangga; Jakarta,

Hal.;176-83.

5. Vaughan, daniel, g. 2000. Trauma ; Oftalmologi Umum edisi ke-14. Widya

medika; Jakarta, hal;380-83.

6. Eye injury. Available From : en.wikipedia.org/wiki/Eye_ injury - 70k – 

7. Rukayah Siti, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Trauma Okuli

Dekstra Perforans. 2004. Malang. Hal 1-2

8. Aronson AA. Corneal laseration.. Available From :

emedicine.medscape.com/article/798005-overview - 64k 

9. Anatomi mata. Available from : http://www.doctorology.net.

10. Wilson, T.A., Visual system anatomi.

Available From;http://www.disaboom.com/Themes/Disaboom2.0/images

11. Nurcahyo. Cedera mata. Available from : http://www.cederamata.htm

12. Rahmawan A. Trauma tumpul bola mata. Available from : http://www.trauma-

tumpul-bola-mata-occular.html

13. Trauma Terminology System (BETTS) Available from:

www.weironline.org/WEIRBETT.

14. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Structure and Function of the External Eye and

Cornea. In: Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Basic and Clinical Science Course:

External Disease and Cornea 2008-2009. Singapore: American Academy of 

Ophthalmology; 2007. p.5-14, 387-420