Referat Terapi Konservatif ESRD

28
BAB I PENDAHULUAN Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang perlu diperhatikan, di amerika serikat lebih dari 20 juta orang menderita penyakit ginjal kronik yang artinya satu dari sembilan penduduk dewasa. Penyakit ginjal kronik merupakan suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam yang mengakibatkan penuruan fungsi ginjal yang progresif dan sering berakhir dengan gagal ginjal kronik. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. Terapi pada gagal ginjal kronik tergantung dari derajat penyakit, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Dialisis dan transplantasi ginjal merupakan terapi pilihan yang di anjurkan pada pasien dengan End Stage Renal Disease (ESRD), hal ini masih menimbulkan masalah tentang efekasi dari kedua terapi ini terhadap angka kematian dan kualitas hidup pasien. Terapi konservatif merupakan salah satu pilihan dalam terapi End Stage Renal Disease (ESRD) tanpa dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal, artinya pasien yang menolak atau tidak dilakukan dialisis dan transplantasi ginjal maka dapat dilakukan terapi konservatif. Pada dasarnya terapi konservatif ini masih menjadi perdebatan, karena terapi ini hanya terfokus pada pengendalian gejala dan peningkatan kualitas hidup pasien 1

Transcript of Referat Terapi Konservatif ESRD

Page 1: Referat Terapi Konservatif ESRD

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang perlu

diperhatikan, di amerika serikat lebih dari 20 juta orang menderita penyakit ginjal kronik

yang artinya satu dari sembilan penduduk dewasa. Penyakit ginjal kronik merupakan suatu

proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam yang mengakibatkan penuruan fungsi

ginjal yang progresif dan sering berakhir dengan gagal ginjal kronik. Uremia adalah suatu

sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal

pada penyakit ginjal kronik. Terapi pada gagal ginjal kronik tergantung dari derajat penyakit,

pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau

transplantasi ginjal. Dialisis dan transplantasi ginjal merupakan terapi pilihan yang di

anjurkan pada pasien dengan End Stage Renal Disease (ESRD), hal ini masih menimbulkan

masalah tentang efekasi dari kedua terapi ini terhadap angka kematian dan kualitas hidup

pasien. Terapi konservatif merupakan salah satu pilihan dalam terapi End Stage Renal

Disease (ESRD) tanpa dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal, artinya pasien yang

menolak atau tidak dilakukan dialisis dan transplantasi ginjal maka dapat dilakukan terapi

konservatif. Pada dasarnya terapi konservatif ini masih menjadi perdebatan, karena terapi ini

hanya terfokus pada pengendalian gejala dan peningkatan kualitas hidup pasien sehingga

fungsi ginjal secara progresif akan semakin menurun. Sebuah penelitian ilmiah menunjukan

bahwa perawatan konservatif pada ESRD memiliki angka harapan hidup dan kualitas hidup

yang tidak berbeda secara statstik dengan pasien yang menjalani dialisis, tetapi terdapat juga

penelitian lain yang menyangkal penelitian ini sehingga masih menjadi masalah apakah terapi

konservatif bisa dijadikan terapi pengganti dialisis atau hanya sebagai terapi alternatif pada

pasien dengan ESRD. Referat ini membahas tentang terapi konservatif yang di anjurkan pada

pasien ESRD berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terbaru dengan tujuan dapat

dijadikan acuan untuk melakuakan terapi ESRD tanpa dialisis atau transplantasi ginjal.

1

Page 2: Referat Terapi Konservatif ESRD

BAB II

PEMBAHASAN

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal

yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia.

Epidemiologi

Di amerika, CKD di derita oleh lebih dari 20 juta penduduk atau satu dari sembilan penduduk

dewasa. Kebanyakan dari pasien tidak menyadari kondisinya karena sifatnya yang

asimtomatik sampai penyakit ginjal menjadi parah dan semakin progresif. Lebih dari 70%

kasus CKD yang berat (stage 5 dan ESRD) di amerika serikat akibat dari diabetes melitus

atau hipertensi. 12% pasien dengan glumeluronefrits, penyakit batu ginjal dan penyakit

urologi lainnya menjadi salah satu penyebab dari CKD sedangkan 15% tidak diketahui

penyebabnya.

Etiologi

Penyebab penyakit ginjal kronis ( CKD ) meliputi :

Penyakit ginjal diabetes

Hipertensi

Penyakit vaskular

Penyakit glomerulus ( primer atau sekunder )

Penyakit ginjal Cystic

Penyakit tubulointerstitial

Disfungsi atau Obstruksi saluran kemih

penyakit batu ginjal berulang

kelainan kongenital ginjal atau saluran kemih

unrecovered acute kidney injury

Penyakit pembuluh darah yang dapat menyebabkan CKD meliputi:

renal artery stenosis

ANCA-negative vasculitides

Atheroemboli

2

Page 3: Referat Terapi Konservatif ESRD

Hipertensi nephrosclerosis

Renal Vein thrombosis

Penyakit glomerular primer meliputi :

nefropati membranosa

Alport syndrome

Immunoglobulin A ( IgA ) nefropati

Focal segmental glomerulosklerosis ( FSGS )

glomerulonefritis membranoproliferatif ( MPGN )

Complement Related diseases (atypical hemolytic-uremic syndrome (HUS), dense

deposit disease)

Rapidly progressive glomerulonephritis

Penyebab sekunder dari penyakit glomerular meliputi :

Diabetes mellitus

lupus eritematosus sistemik

Rheumatoid arthritis

Mixed Connective tissue disease

Scleroderma

Wegener granulomatosis

Mixed cryoglobulinemia

Endokarditis

Hepatitis B dan C

Sifilis

Human immunodeficiency virus ( HIV )

Infeksi parasit

Penggunaan heroin

Penisilamin

Amiloidosis

Light chain deposition disease

Neoplasia

trombotik thrombocytopenic purpura ( TTP )

Shiga - toksin atau Streptococcus pneumoniae - HUS t

Henoch - Schönlein purpura

3

Page 4: Referat Terapi Konservatif ESRD

Reflux nephropathy

Penyebab penyakit tubulointerstitial meliputi :

Obat-obatan ( misalnya , sulfonamide , allopurinol )

Infeksi ( virus, bakteri , parasit )

Sindrom Sjögren

Tubulointerstitial nephritis and uveitis (TINU) syndrome

Hipokalemia kronis

hiperkalsemia kronis

Sarkoidosis

Multiple myeloma

Logam berat

Radiasi nefritis

ginjal polikistik

Cystinosis , dan penyakit keturunan lainnya

Obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan dari salah satu berikut :

Benign Prostat Hipertrofi (BPH)

Urolithiasis ( batu ginjal )

striktur uretra

Tumor

Neurogenic bladdew

cacat dari ginjal saluran kemih (kongenital)

fibrosis retroperitoneal

Klasifikasi

National Kidney Foundation mangklasifikasikan tingkat penyakit ginjal kronik dengan

melihat nilai Glumerolus Filtration Rate (GFR) (ml/min/1,73m2). Pasien dengan GFR ≥ 90

dapat diklasifikasikan dalam stage 1 yaitu kerusakan ginjal dengan GFR yang normal atau

meningkat, terapi yang diberikan berupa pengobatan terhadap kondisi komorbid dan

pencegahan terhadap risiko penyakit kardiovaskular . Stage 2 didapatkan ketika nilai GFR

60-89 yang berarti kerusakan ginjal dengan penurunan GFR yang ringan, langkah yang

dilakukan dengan memperkirakan progresifitas penyakit. Stage 3 didapatkan ketika nilai GFR

30-59 yang berarti penurunan GFR yang sedang, langkahnya adalah dengan evaluasi dan

4

Page 5: Referat Terapi Konservatif ESRD

pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin ada pada pasien. Pasien dengan GFR 15-29

dikatakan sebagai penyakit ginjal kronik stage 4 yang artinya penurunan GFR yang berat,

pada pasien ini sudah mulai dipersiapkan untuk terapi pengganti (transplantasi, dialisis).

Sedangakan pasien dengan End Stage Renal Disease atau penyakit ginjal kronik stage 5

dengan GFR <15 dan harus sudah memulai terapi pengganti (transplantasi, dialisis)

Diagnosis

Gejala dan tanda

Pada awal penyakit, CKD biasanya asimptomatis atau tanpa gejala. Gejala dapat berkembang

secara perlahan dengan penuruan Glomerulus Filtration Rate (GFR) yang bersifat progresif.

Gejala juga bisa meliputi dari penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi

saluran kemih, batu saluran kemih, hipertensi dan lain-lain. Gejala sindrom uremia seperti

lemah, letargi, anoreksia, nausea, mual, dan muntah juga sering terjadi. Gejala lain seperti

gangguan neurologi berupa iritabilitas, kurang konsentrasi, gangguan memori, parastesi dan

kejang.

5

Page 6: Referat Terapi Konservatif ESRD

Pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan pada CKD adalah hipertensi yang sering

ditemukan pada awal CKD dan semakin memburuk seiring dengan meningkatnya

progresifitas penyakit ini. Pasien dengan uremia biasanya memperlihatkan penyakit yang

kronik. Kulit bisa terdapat pucat dan terdapat memar ringan pada tubuh. Pada pasien dengan

gangguan kardiopulmonary tanda yang didapatkan dapat berupa ronki basah, cardiomegaly,

distensi vena jugular, edama dan pericardial friction rub (jarang). Status mental pada juga

dapat didapatkan beragam mulai dari bingung, stupor sampai koma. Pasien dengan penyakit

ginjal perlu diketahui faktor yang menjadi penyebab penyakit tersebut.

Symptoms and signs of uremia

Pemerikasaan laboratorium

6

Page 7: Referat Terapi Konservatif ESRD

Pemeriksaan laboratorium penyakit ginjal bisa didapatkan sesuai dengan penyakit yang

mendasari. Diagnosis CKD dapat dilakukan dengan melihat adanya peningkatan dari serum

kreatinin selama minimal 3 bulan. Persisten proteinuria atau gambaran ginjal abnormal

(polysistic renal) juga dapat mendiagnosis CKD sekalipun GFR masih normal. Anemia,

hipopospatemia, hipokalemia, hipokalsemia, dan asidosis metabolik dapat ditemukan pada

penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik. Pada pemeriksaan urinalisis menunjukan

isotenuria saat konstentrasi dan fungsi tubular sudah berkurang. proteinuria bisa didapatkan

pada kasus CKD.

Komplikasi

1. Komplikasi kardiovaskular:

a. Hipertensi

b. Coronary Artery Disease (CAD)

c. Congestive Heart Failure

d. Perikarditis

2. Kerusakan metabolisme mineral (kerusakan metabolisme kalsium, paratiroid hormon)

3. Komplikasi hematologik

a. Anemia

b. Koagulopati

4. Hiperkalemia

5. Gangguan metabolisme asam (asidosis metabolik)

6. Komplikasi neurologis (ensefaopati, neuropati)

7. Gangguan endokrin

Penatalaksanaan End Stage Renal Disease

Pasien dengan GFR 5 – 10 mL/min/1,73 m (dengan atau tanpa sindrom uremia) maka dialisis

atau transplantasi ginjal diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasien.

Edukasi pada pasien merupakan hal yang penting untuk melakukan terapi ini karena tidak

banyak pasien yang menolak untuk melakukan dialisis atau transplantasi ginjal.

1. Dialisis (hemodialisis dan peritonial dialisis)

Terapi dialisis dilakukan dengan mengganti fungsi ginjal yaitu membuang produksi

yang tidak terpakai dan cairan yang berlebihan dari darah dengan menggunakan

7

Page 8: Referat Terapi Konservatif ESRD

membran semipermaebel. Dialisis merupakan terapi untuk pasien dengan penyakit

ginjal yang kronik (ESRD) dan tidak menyembuhkan ginjal yang sudah rusak tetapi

hanya bersifat menggantikan fungsi ginjal sementara. Terdapat 2 jenid dialisis:

hemodialisis dan peritonial dialisis.

Hemodialisis

Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan mesin dialisis (dialiser), dengan

mengakses sirkulasi darah melalui dua jarum, mesin hemodialisis atau lebih dikenal

dengan ginjal buatan ini terdiri dari terdiri dari ribuan derat berongga yang terbuat

dari membran semipermeabel. Terapi biasanya dilakukan selama empat sampai enam

jam setidaknya tiga kali perminggu.

Peritoneal dialisis

Perotonial dialisis adalah salah satu bentuk dialisis dengan menggunakan membran

peritonium yang bersifat semipermeabel. Hal ini dilakukan dengan menjalankan

cairan ke dalam rongga peritonium melalui tabung dan kemudian dikeluarkan. Untuk

dialisis peritonial akut biasa dipakai stylet-catheter (kateter peritonium) untuk

8

Page 9: Referat Terapi Konservatif ESRD

dipasang pada abdomen masuk dalam kavum peritonium, sehingg ujung kateter

terletak dalam kavum douglasi. Setiap kali 2 liter cairan dialisis dimasukan dalam

cavum peritonium melalui kateter tersebut. membran peritonium nertindak sebagai

membran dialisis yang memisahkan antara cairan dialisis dalam kavum peritonium

dan plasma darah dalam pembuluh darah di peritonium. Sisa-sisa metabolisme seperti

ureum, kreatinin, kalium dan toksin lain yang dalam keadaan normal dikeluarkan

melalui ginjal, pada gangguan faal ginjal akan tertimbun dalam plasma darah. Karena

kadarnya yang tinggi akan mengalami difusi melalui membran peritonium dan akan

masuk kedalam cairan dialisat dan dari sana akan dikeluarkan dari tubuh. Sementara

itu, setiap waktu cairan dialisat yang sudah dikeluarkan diganti dengan cairan dialisat

yang baru.

FILL DRAIN

Fill : Dialisis Peritoneal bekerja di dalam tubuh, Cairan dialisis mengalir melalui

tabung ke rongga perut dan mengumpulkan produk yang tidak terpakai dari darah.

Drain : Secara berkala, larutan (solution) dialisis dialirkan dari rongga perut

membawa limbah produk dan kelebihan air dari darah.

Terdapat tiga jenis peritoneal dialisis yaitu continuous ambulatory peritoneal dialysis

(CAPD) dimana pasien mengganti dialisat empat sampai enam kali dalam satu hari

secara manual, continuous cyclic peritoneal dialysis (CCPD) yang dilakukan setiap

hari dan dilakukan pada malam hari, penggantian dialisat tiga sampai empat kali dan

9

Page 10: Referat Terapi Konservatif ESRD

nocturnal intermittent peritoneal dialysis (NIPD) dimana pasien menggunakan mesin

dialisis saat malam hari tanpa ada cairan dalam rongga perut pada siang hari.

Komplikasi tersering dari peritoneal dialisis adalah peritonitis. Peritonitis dapat timbul

dengan gejala seperti mual, muntah, diare atau konstipasi dan demam. Staphylococus

aureus merupakan kuman infeksi yang sering terjadi pada komplikasi peritonitis

tetapi streptococcus dan kuman gram negatif lain juga termasuk sering.

2. Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal adalah proses dimana ginjal akan diambil dari pendonor yang

hidup atau meninggal dan ditransplantasikan ke penerima donor yang sesuai.

Transplantasi kadang-kadang dapat terjadi sebelum dialisis dimulai jika tersedia

donor yang masih hidup. Selain itu, obat-obatan anti-rejeksi seperti kortkosteroid,

antimetabolik (azathioprine atau mycophenolate mofetil) dan calcineurin inhibitor

(sirolimus) harus diminum seumur hidup untuk mencegah penolakan dari imunitas

tubuh penerima donor. Transplantasi diutamakan kepada pasien yang tidak memiliki

kondisi medis serius yang bisa semakin diperburuk apabila dilakukan transplantasi

dan operasi besar.

Terapi Konservatif

Terapi konservatif dapat dikatakan sebagai pilihan lain dalam terapi ESRD, dimana dialisis

atau transplantasi ginjal tidak dilakukan. Terapi konservatif atau labih dikenal dengan

perwatan konservatif merupakan manajemen terapi yang bersifat suportif dengan fokus

terhadap pengobatan gejala pada pasien dengan ESRD tanpa dilakukan dialisis, artinya

perjalanan penyakit akan tetap berlangsung. Perawatan juga bergantung pada manajeman diet

makanan dan penggunaan obat-obatan, selain itu dilakukan juga terapi yang fokus terhadap

kondisi psikologis, masalah emosional dan sosial yang behubungan dengan penyakit ginjal

yang diderita.

Perawatan konservatif bertujuan untuk melestarikan fungsi ginjal selama mungkin tapi tidak

bisa menghentikan penurunan fungsi ginjal dan tidak bisa menggantikan fungsi ginjal.

Dialisis dan transplantasi, sementara ini merupakan pengobatan yang efektif tetapi tidak

sepenuhnya menggantikan fungsi ginjal dan tidak menyembuhkan penyakit yang mendasari

atau penyakit terkait. Memilih perawatan konservatif artinya menerima bahwa fungsi ginjal

10

Page 11: Referat Terapi Konservatif ESRD

akan semakin berkurang secara progresif dengan kemungkinan yang bisa mengarah kepada

kematian. Tetapi sebaliknya mereka yang memilih dialisis tidak juga mengarah pada

kelangsungan hidup yang lebi lama.

1. Memilih Perawatan Konservatif

Keputusan untuk memilih perawatan konservatif dibuat dalam konsultasi dengan

dokter. Terapi ini merupakan yang tepat bagi sebagian orang yang menganggap

dialisis sebagai hal yang tidak mungkin meningkatkan kualitas hidup atau panjang

hidup dan bahkan dapat secara signifikan mengurangi kenikmatan hidup mereka

secara keseluruhan. Sebuah penelitian menunjukan bahwa perawatan konservatif yang

berkepanjangan pada pasien lanjut usia dengan ESRD memiliki nilai klinis dan

kualitas hidup yang sama dengan pasien ynag menerima dialisis. Selain pandangan

yang berkembang sekarang bahwa setiap orang khususnya staff medis selalu

merokemendasikan dialisis sebagai pilihan utama, maka dari itu konsultasi dengan

dokter dan keluarga penting dalam menentukan untuk melakukan perawatan

konservatif. Dalam membuat keputusan untuk memilih terapi konsevatif sebaiknya

tidak dilakukan secara terburu-buru, informasi yang tepat tentang keuntungan dan

kerugian terapi konservatif menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih terapi

koneservatif.

2. Terapi simptomatis

Ketika fungsi ginjal menjadi sangat terganggu dan mencapai 15% dari fungsi normal,

kebanyakan orang akan mengalami bebrapa gejala penyakit ginjal mulai dari gejala

ringan sampai gejala yang berat. Gejala yang sering dialami meliputi gatal pada

tubuh, mual, kehilangan nafsu makan, kelelahan, kesemutan di tangan atau kaki,

memar, retensi cairan dengan bengkak pada pergelangan kaki dan sesak napas.

Dialisis umumnya meningkatkan beberapa gejala tetapi yang lain biasanya

membutuhkan terapi obat tambahan. Sebagian besar gejala yang dialami pasien dapat

dikendalikandengan obat atau diet, tetapi jelas kesehatan akan semakin menurun

seiring dengan penurunan fungsi ginjal. Hal ini juga tidak bisa memprediksikan

seberapa lama pasien akan hidup karena setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-

beda pada ginjalnya.

Perawatan gejala klinis

11

Page 12: Referat Terapi Konservatif ESRD

Ketika fungsi ginjal sangat berkurang, beberapa gejala dapat dialami pasien salah

satunya adalah sindrom uremia dengan berbagai tingkat keparahan yang berbeda juga.

Maka dari itu perwatan yang bersifat paliatif dalam mengendalikan gejala pada pasien

ESRD sangat diperlukan untuk tetap meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kurang Energi atau kelelahan

Salah satu fungsi ginjal dalam metabolisme tubuh adalah menghasilkan

erythropoietin (EPO), suatu hormon glikoprotein yang membantu sumsum

tulang belakang dalam menghasilkan sel-sel darah merah. Pada penurunan

fungsi ginjal maka jumlah erythropoietin yang diproduksi ginjal juga ikut

meenurun yang berakibat pada penurunan jumlah sel darah merah atau

anemia. Anemia dapat menyebabkan lemas, lesu, sesak nafas (jarang) dan

mengurangi kemampuan untuk beraktifitas sehari-hari. Erythropoietin dapat

tersedia dalam bentuk injeksi dengan dosis teratur (50 u/kg selama 3 kali

dalam seminggu) akan meningatkan tingkat energi dan mengurangi gejala

anemia lainnya yang berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal. Selain itu

juga dilakukan evaluasi terhdap penyebab anemia yang lainnya seperti

kurangnya asupan makanan, defesiensi besi, defesiensi asam folat dan vitamin

B12. Seringkali pasien yang diberikan injeksi erythropoietin juga diberikan

besi (IV atau oral) untuk mencegah defesiensi zat besi pada pasien.

Metallic taste dan nafsu makan yang hilang

Penimbunaan ureum dalam darah dapat meinmbulkan rasa makanan yang

berbeda (metallic taste) yang menyababkan urermic breath, hal ini

menyebabkan nafsu makan pasien berkurang sehingga berat badan juga ikut

berkurang. pemberian suplemen dan hidrasi yang baik pada pasien ESRD

dapat dipertimbangkan, pasien penyakit kronik yang sudah mendekati

kematian cenderung menolak asupan nutrisi dan hidrasi karena mereka

beranggapan bahwa pilihan nutri dan hidrasi bukanlah langkah yang baik

dalam pengobatan terkait dengan kondisi sosial dan klinis pasien. Keluarga

dan orang terdekat pasien sebaiknya memberikan dukungan sosial dan kasih

sayang daripada memaksa pasien untuk makan atau minum dengan harapan

dapat timbul kesadaran dari pasien.

Mual dan muntah

12

Page 13: Referat Terapi Konservatif ESRD

Mual dan muntah dapat timbul akibat penurunan fungsi ginjal pada pasien

ESRD, konsulltasi tentang asupan makanan dan gizi yang seimbang dapat

membantu pasien untuk mendapatkan nutrisi dan kalori yang dibutuhkan.

Makanan kecil dengan frekuensi yang sering juga disarankan pada pasien dan

menghindarai makanan tertentu sesuai dengan kondisi pasien merupakan

salah satu rekomendasi yang baik. Pemberian obat-obatan juga dapat

diresepkan pada pasien untuk mengurangi gejala yang dirasakan

(ondansentron 4-8 mg 2kali/hari, metoclopramide 10-20 mg setiap 6-8 jam) .

Kulit gatal

kulit gatal merupakan gejala yang cukup sering pada pasien dengan penyakit

ginjal. Ketidakseimbangan kimia tubuh, perubahan sistem saraf dan kulit

kering merupakan beberapa hal yang berkontribusi untuk gejala ini.

Pemberian obat-obatan untuk membantu mengurangi gatal perlu diberikan

(antihistamin,), selain itu krim kulit untuk merawat kulit agar tidak kering

juga bisa membantu.

Gangguan tidur dan restless leg

Kebanyakan pasien dengan dialisis atau pasien dengan ESRD tanpa dalisis

memiliki kesulitan untuk tidur karena rasa sakit, tidak nyaman, gelisah dan

rasa tidak nyaman pada kaki (restless leg) sehingga menyebabkan kaki

cenderung tidak bisa diam dan menendang. Olahraga yang ringan pada siang

atau pagi hari dapat membantu mengurangi gejala ini, sebaliknya olahraga

beberapa sebelum tidur dalam membantu memperburuk gangguan tidur dan

rasa tidak nyaman pada kaki. Pemeberian obat-obatan untuk mengurangi

gangguan tidur juga dapat diresepkan pada pasien ini (lorazepam 0,5 mg oral

pada malam hari atau temazepam 7,5-15 mg oral) .

Sesak nafas

Sesak nafas merupakan kondisi dimana pasien kesulitan bernafas yang

mungkin disertai rasa tidak nyama didada dan nafas pendek.

Kesulitan nafas pada pasein dengan penyakit ginjal dapat dihubungkan

dengan cairan ekstra yang dapat masuk ke paru-paru, selain iru kondisi pasien

ESRD yang anemia memungkinkan sel darah merah yang membawa oksigen

kedalam tubuh menjadi berkurang dan menyebabkan nafas pendek. Obat-

obatan untuk mengurangi retensi cairan dan anemia dapat menjadi pilihan

untuk mengurangi gejala sesak.

13

Page 14: Referat Terapi Konservatif ESRD

Perasaan dingin

Anemia pada pasien ESRD dapat menimbulkan rasa dingin sepanjang waktu,

bahkan di ruangan yang hangat, mengobati anemia dengan memberikan

injeksi EPO akan membantu mengontrol gejala ini.

Bengkak

Pada penyakit ginjal kronik, fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan menjadi

berkurang sehingga meyebabkan edema atau pembengkakan di pergelangan

kaki, tangan dan wajah. Diet pembatasan cairan dan pemberian obat-obatan

untuk mengontrol retensi cairan juga diperlukan pada pasien ini.

Perasaan mengantuk

Ketika uremic toxic menumpuk di otak, maka akan mempengaruhi

konsentrasi dan memori sehingga pasien kadang terlihat bingung. Perasaan

mengantuk juga menjadi hal yang cukup sering seiring dengan penurunan

fungsi ginjal.

Nyeri

Kematian akibat penyakit ginjal kronik biasanya tidak menimbulkan rasa

sakit dan pasien cenderung tenang. Beberapa pasien mungkin mengalami

gejala nyeri dari kondisi medis lainnya. Pada pasien dengan keluhan nyeri,

pemberian obat-obatan analgesik bisa diberikan untuk mengontrol rasa nyeri.

Nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang pemberian acetaminophen,

aspirin dan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dapat diberikan,

sedangkan nyeri dengan intensitas sedang sampai berat obat-obat diatas dapat

diberikan dengan kombinasi opoid.

Tanggapan emosional

Penyakit kronis sering dikaitkan dengan berbagai perasaan. Pasien cenderung

sering mengalami berbagai tanggapan emosional sepanjang perjalanan

penyakit ginjal kroniik yang dideritanya seperti shock, penolakan, kemarahan,

depresi, kecemasan, rasa bersalah dan ketakutan tentang masa depan yang

mungkin terjadi pada pasien dan orang-orang yang dicintai. Hal seperti ini

merupakan reaksi normal pada pasien-pasien dengan penyakit kronik.

Konsultasi dengan dokter tentang harapan pasien terhadap panyakitnya

merupakan hal yang perlu dilakukan dengan harapan dapat mengurangi

perasaan emosional pasien sekalipun seringkali apa yang diharapkan pasien

tidak sesuai dengan kenyataannya.

14

Page 15: Referat Terapi Konservatif ESRD

Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat pasien juga merupakan salah satu langkah

suportif dalam terapi konservatif. Pasien juga diberikan pendekatan secara medis, psikologik,

sosial dan spiritual.

Sebuah jurnal yang berjudul “Conservative Management of End-Stage Renal Disease without

Dialysis: A Systematic Review” (Nina R. O’Connor MD and Pallavi Kumar MD) membahas

perbandingan antara manajemen konservatif dengan dialisis pada pasien dengan End Stage

Renal Disease (ESRD) yang dilihat dari prognosis dan kualitas hidup (Quality of Life) dari

pasien. Jurnal ini bersifat systematic Review yang berarti jurnal yang membandingkan antara

beberapa penelitian yang membahas tentang perbandingan efekasi antara manajemen

konservatif dan dialisis pada ESRD.

Manejemen konservatif pada jurnal ini mencangkup pengendalian terhadap keseimbangan

cairan, pengobatan anemia, koreksi asidosis dan hiperkalemia. Pengaturan terhadap tekanan

darah, metabolisme kalsium dan modifikasi diet juga dilakukan. Penilian dilakukan dengan

melihat prognosis dan kualitas hidup pasien.

Total 13 artikel dari 138 yang diajukan untuk dibahas dan dibandingkan, 7 merupakan studi

cohort, 5 studi cross sectional dan 1 studi observasional

Hasil pada penelitian yang dinilai dari prognosis, menunjukan dari 7 artikel yang merupakan

studi kohort terdapat 2 artikel (murtagh et al, 2007 and smith et al, 2007) memiliki angka

harapan hidup yang tidak jauh berbeda antara pasien dengan manajemen konservatif dan

pasien dengan dialisis sedangkan 5 artikel lainnya cenderung terdapat perbedaan yang cukup

signifikan antara kedua kelompok (Tabel 2).

15

Page 16: Referat Terapi Konservatif ESRD

16

Page 17: Referat Terapi Konservatif ESRD

Hasil lainnya dari 6 artikel yang dinilai dari kualitas hidup pasien , didapatkan tingkat

kualitas hidup yang hampi sama di antara kedua kelompok

17

Page 18: Referat Terapi Konservatif ESRD

Jurnal ini menyimpulkan bahwa manajemen konservatif merupakan alternatif lain yang perlu

juga didiskusikan kepada pasien dan keluarga saat konseling tentang dialisis, pasien yang

menolak dialisis dapat hidup dalam beberapa bulan dan tahun dengan melakukan pendekatan

perawatan suportif yang tepat berupa terapi konservatif.

Jurnal diatas bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk pasien dalam menjalankan terapi

penyakit ginjal kronik, sehingga terapi konservatif dapat dijadikan pilihan atau alternatif bagi

pasien yang menolak dialisis atau transplantasi ginjal.

18

Page 19: Referat Terapi Konservatif ESRD

BAB III

KESIMPULAN

Penyakit Ginjal Kronik (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia. Pasien dengan Penyakit Ginjal

Kronik stage 5 atau End Stage Renal Disease (ESRD) memiliki fungsi ginjal yang sangat

menurun dan memerlukan penanganan khusus melalui dialisis atau transplantasi ginjal untuk

mengganti fungsi ginjal yang sudah mulai rusak.

Pasien dengan ESRD yang menolak dialisis atau transplantasi ginjal dapat dipertimbangkan

untuk dilakukan terapi konservatif yang merupakan terapi yang bersifat suportif dengan

fokus terhadap pengobatan gejala pada pasien dengan ESRD tanpa dilakukan dialisis,

Perawatan juga bergantung pada manajeman diet makanan dan penggunaan obat-obatan,

selain itu dilakukan juga terapi yang fokus terhadap kondisi psikologis, masalah emosional

dan sosial yang behubungan dengan penyakit ginjal yang diderita dengan angka harapan

hidup selama berbulan-bulan sampai tahun.

19

Page 20: Referat Terapi Konservatif ESRD

DAFTAR PUSTAKA

Papadikis A, Maxine. Current Medical Diagnosis and Treatment. McGraw Hill Lange. 2013

http://emedicine.medscape.com

O’Connor, Nina R . Conservattive Management of End-Stage Renal Disease without

Dialysis: A Systematic Review. Journal of palliative medicine. 2012

Renal Resources Centre. An introduction to Conservative care of advanced kidney disease.

Australia 2010

20