Referat Tenggelam Yg Bener

25
Page | 1 BAB I Pendahuluan Definisi mati merupakan berhentinya secara permanen fungsi berbagai organ vital (paru-paru, jantung, dan otak) sebagai satu kesatuan yang utuh yang ditandai dengan berhentinya konsumsi oksigen. Kematian dapat terjadi dengan berbagai cara, seperti luka tusuk, luka tembak, terbakar, terjerat, tenggelam, masih banyak cara kematian yang mungkin terjadi. Lebih lanjut akan di bahas mengenai kematian dengan cara tenggelam. Kematian karena tenggelam terjadi akibat asfiksia. Asfiksia meruppakan suatu keadaan yang ditandai dengan gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida atau keadaan hiperkapnea. Tenggelam dapat di bagi menjadi dua berdasarkan kondisi paru yaitu typical dan atypical, sedangkan typical ini sendiri di bedakan menjadi dry drowning, Immersion Syndrome, sub emersion of the unconscious, dan Delayed death.

description

tenggelam

Transcript of Referat Tenggelam Yg Bener

Page 1: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 1

BAB I

Pendahuluan

Definisi mati merupakan berhentinya secara permanen fungsi berbagai organ vital

(paru-paru, jantung, dan otak) sebagai satu kesatuan yang utuh yang ditandai dengan

berhentinya konsumsi oksigen. Kematian dapat terjadi dengan berbagai cara, seperti luka

tusuk, luka tembak, terbakar, terjerat, tenggelam, masih banyak cara kematian yang mungkin

terjadi. Lebih lanjut akan di bahas mengenai kematian dengan cara tenggelam.

Kematian karena tenggelam terjadi akibat asfiksia. Asfiksia meruppakan suatu

keadaan yang ditandai dengan gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan

oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida atau

keadaan hiperkapnea.

Tenggelam dapat di bagi menjadi dua berdasarkan kondisi paru yaitu typical dan

atypical, sedangkan typical ini sendiri di bedakan menjadi dry drowning, Immersion

Syndrome, sub emersion of the unconscious, dan Delayed death.

Page 2: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 2

BAB II

Tenggelam

2.1 Definisi Terbenam atau Tenggelam

Kematian karena tenggelam atau terbenam adalah salah satu bentuk dari mati lemas/

asfiksia, dimana asfiksia tersebut dapat disebabkan karena korban terbenam seluruhnya

atau sebagian terbenam di dalam benda cair. (1,2)

Peyidikan pada kasus-kasus tersebut perlu dilakukan dengan baik oleh karena selain

kasusnya banyak ditemukan namun perlu juga dilakukan penentuan apakah kasus

terbenam itu kasus kecelakaan, bunuh diri, atau pembunuhan. Penyidikan ditujukan

terutama untuk mendapat kejelasan apakah korban masih hidup sewaktu terbenam atau

sudah menjadi mayat sewaktu dibenamkan.(1,2)

2.2 Klasifikasi Tenggelam

2.2.1 Klasifikasi tenggelam berdasarkan kondisi paru adalah: (2,3)

1. Typical drowning (wet drowning)

Pada typical drowning ditandai dengan adanya hambatan pada saluran nafas

dan paru karena adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini

cairan masuk ke dalam saluran pernafasan setelah korban tenggelam. Pada kasus

wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi, yaitu akibat asfiksia,

fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema paru pada kasus

tenggelam air asin. Tanda yang ditemukan pada typical drowning berupa busa

halus pada saluran nafas, emphysema aquosum (emphysema hydroaerique),

adanya benda asing di saluran nafas, paru atau lambung, pendarahan di liang

telinga, perdarahan konjungtiva, dan kongesti pembuluh darah vena.

2. Atypical drowning

Page 3: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 3

Pada atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak adanya

cairan dalam saluran nafas. Karena tidak khasnya tanda otopsi pada korban

atypical drowning maka untuk menegakkan diagnosis kematian selain tetap

melakukan pemeriksaan luar juga dilakukan penelusuran keadaan korban sebelum

meninggal dan riwayat penyakit dahulu.

Atypical drowning dibedakan menjadi : (4)

a. Dry drowning

Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernafasan, akibat

spasme laring. Dry drowning dapat terjadi secara klinis atau karena panyakit atau

kecelakaan atau karena cedera berulang seperti pada olahraga selancar.

Mekanisme yang dapat menyebabkan dry drowning antara lain:

Paralisis otot

Luka tusuk pada torso yang mempengaruhi kemampuan diafragma untuk

melakukan gerakan respirasi

Perubahan pada jaringan yang mengabsorbsi oksigen

Spasme laring yang persisten pada saat terbenam air

Menghirup udara selain oksigen yang tidak membunuh secara langsung seperti

helium

Kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan kadar sodium

dalam darah yang kemudian menyebabkan edema otak.

Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau trakea, tiba

tiba terjadi spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks, lendir tebal, busa dan buih

dapat terbentuk, menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air tidak

pernah memasuki paru-paru. Volume darah sirkulasi meningkat pada daerah paru

akibat penarikan semua darah dari abdomen, kepala dan ekstremitas yang

ditimbulkan oleh tekanan negative yang meningkat pada paru. Terjadi pula

perubahan vascular pada daerah paru. Pembuluh darah yang membawa daerah yang

kaya oksigen menjadi sangat sempit dan hanya cukup satu sel darah merah yang

dapat melewati pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh darah juga menjadi tipis

Page 4: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 4

yang memungkinkan oksigen masuk ke dalam darah dan karbondioksida dikeluarkan

dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi pertukaran gas karena tidak adanya

oksigen dalam paru. Sedangkan tekanan negatif yang muncul menyebabkan

tertariknya cairan dari pembuluh darah ke dalam paru sehingga menyebabkan edema

paru dan pasien tenggelam karena cairan tubuhnya sendiri.

Pada saat yang sama, system simpatik merespon kondisi spasme pada laring.

Sistem ini menyebabkan vasokontriksi yang menyebabkan peningkatan tekanan

darah yang akhirnya memperburuk proses edema paru yang sudah ada.

b. Immersion syndrome (vagal inhibition)

Terjadi dengan tiba-tiba pada korban tenggelam di air yang sangat dingin (<200

C atau 680 F) akibat reflek vagal yang menginduksi disaritmia yang menyebabkan

asistol dan fibrilasi ventrikel sehingga menyebabkan kematian. Umumnya korban

berusia muda dan mengkonsumsi alcohol. Refleks ini dapat juga timbul pada korban

yang masuk ke air dengan kaki terlebih dulu yang menyebabkan air masuk ke

hidung, atau teknik menyelam yang salah dengan masuk air dalam posisi horizontal

sehingga menekan perut. Tidak akan ditemukan tanda-tanda khas dari tenggelam

diagnosis ditegakkan dengan menelusuri riwayat korban sebelum meninggal.

c. Sub emersion of the unconscious

Bisa terjadi pada korban yang memanng menderita epilepsy atau menderita

penyakit jantung khususnya hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala

saat masuk ke air atau dapat pula pecahnya aneurisma serebral dan muncul cerebral

hemorrhage yang terjadi tiba-tiba.

d. Delayed death (near drowning and secondary drowning)

Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak sadar dan bisa

bernafas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya memburuk. Pada kondisinya

memburuk. Pada kasus ini terjadi perubahan kimia dan biologi paru yang

menyebabkan kematian terjadi lebih dari 24 jam setelah tenggelam di dalam air.

Page 5: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 5

Kematian terjadi karena kombinasi pengaruh edema paru dan gangguan elektrolit

(asidosis metabolic)

2.2.2 Perbedaan tenggelam di air tawar dan air asin (2)

1. Tenggelam di air tawar

Sejumlah besar air masuk ke dalam saluran pernafasan hingga ke paru-paru,

mengakibatkan perpindahan air secara cepat melalui dinding alveoli karena tekanan

osmotic yang besar dari plasma darah yang hipertonis. Kemudian diabsorbsi ke

dalam sirkulasi dalam waktu yang sangat singkat dan menyebabkan peningkatan

volume darah hingga 30% dalam menit pertama. Akibatnya sangat besar dan

menyebabkan gagal jantung akut karena jantung tidak dapat berkompensasi dengan

cepat terhadap volume darah yang sangat besar (untuk meningkatkan cardiac output

dengan cukup). Akibat hipotonisitas plasma darah yang mengalami dilusi, terjadi

rupture sel darah merah (hemolisis) , pengeluaran kalium ke dalam plasma

(menyebabkan anoksia miokardium yang hebat). Mekanisme dasar kematian yang

berlangsung vepat diakibatkan oleh serangan jantung yang sering kali berlangsung

dalam 2-3 menit.

2. Tenggelam di air asin

Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada darahm sehingga air

akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstisial paru yang akan

menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi , hipovolemi. Hemokonsentrasi

akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah

jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah tenggelam.

2.3 Mekanisme Tenggelam (5)

Terendam dalam medium cair mengakibatkan kematian dengan berbagai

mekanisme. Kebanyakan kematian individual terjadi akibat dari terhirupnya cairan

(typical (khas) atau `wet` drowning / tenggelam basah), menghasilkan gangguan

pernapasan dan selanjutnya hipoksia serebri. Sebagian, diperkirakan sekitar 15-20%,

tidak menghirup cairan (atypical (tidak khas) atau `dry drowning`/ tenggelam kering).

Page 6: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 6

Kemungkinan lain, kematian dapat tertunda, setelah episode near-drowning / hampir

tenggelam; kematian biasanya terjadi akibat ensefalopati hipoksia atau perubahan-

perubahan sekunder dalam paru-paru. Pada beberapa kasus, khususnya dimana keadaan

terapung dipertahankan secara buatan, kematian terjadi akibat hipotermia.

Ketika seseorang terbenam di bawah permukaan air, reaksi awal yang dilakukan

ialah mempertahankan nafasnya. Hal ini berlanjut hingga tercapainya batas kesanggupan,

dimana orang itu harus kembali menarik nafas kembali. Batas kesanggupan tubuh ini

ditentukan oleh kombinasi tingginya konsentrasi Karbondioksida dan konsentrasi rendah

Oksigen di mana oksigen dalam tubuh banyak digunakan dalam sel. Menurut Pearn, batas

ini tercapai ketika kadar PC02 berada diatas 55 mm Hg atau merupakan ambang hypoxia,

dan ketika kadar Pa02 di bawah 100 mmHg ketika PC02 cukup tinggi. (1)

Ketika mencapai batas kesanggupan ini, korban terpaksa harus menghirup

sejumlah besar volume air. Sejumlah air juga sebagian tertelan dan bisa ditemukan di

dalam lambung. Selama pernapasan dalam air ini, korban bisa juga mengalami muntah

dan selanjutnya terjadi aspirasi terhadap isi lambung. Pernapasan yang terengah-engah di

dalam air ini akan terus berlanjut hingga beberapa menit, sampai akhirnya respirasi

terhenti. Hipoksia serebral akan semakin buruk hingga tahap irreversibel dan terjadilah

kematian. Faktor-faktor yang juga menentukan sejauh mana anoksia serebral menjadi

irreversibel adalah umur korban dan suhu di dalam air. Misalnya pada air yang cukup

hangat, waktu yang diperlukan sekitar 3 hingga 10 menit. Tenggelamnya anak-anak pada

air dengan suhu dingin yang cukup ekstrim selama 66 menit masih bisa tertolong melalui

resusitasi dengan sistem syaraf/neurologik tetap utuh. Juga, berapa pun interval waktu

hingga terjadi anoksia, penurunan kesadaran selalu terjadi dalam waktu 3 menit setelah

tenggelam. (1)

Akan tetapi jika korban terlebih dahulu melakukan hiperventilasi saat terendam ke

dalam air. Hiperventilasi dapat menyebabkan penurunan kadar CO2 yang signifikan.

Kemudian hipoksia serebral karena rendahnya P02 dalam darah, bersamaan dengan

penurunan hingga hilangnya kesadaran, dapat terjadi sebelum batas kesanggupan

(breaking point) tercapai. (1)

Terdapat sejumlah perubahan-perubahan akibat hal tersebut pada paru-paru.

Refleks vasokonstriksi mengakibatkan hipertensi pulmonal, dan bronkokonstriksi dengan

akibat meningkatnya tahanan jalan nafas, keduanya terjadi. Fungsi paru menurun dengan

Page 7: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 7

drastis akibat surfaktan mengalami denaturasi; hal ini, bersama-sama dengan kehilangan

cepat jaringan paru yang tersedia untuk pernapasan normal, menghasilkan rasio

ventilasi/perfusi yang secara mencolok tampak abnormal. Pada tingkat selular terdapat

gangguan luas dari lapisan endotelial vaskular dan sel-sel epitel bronkial/alveolar. (5)

Air yang diaspirasi dengan cepat melewati septum alveolar dan dinding kapiler

dan meninggalkan paru-paru dalam bentuk darah yang kini telah diencerkan. Air laut

secara osmotik bersifat hipertonik, 3-4 kali lebih kuat dari plasma (sekitar 3.5% garam

terlarut); cairan, karenanya, ditarik keluar dari darah kedalam ruang-ruang alveolar.

Perubahan yang diakibatkaan pada tegangan permukaan di paru mengakibatkan

ketidakstabilan alveoli dan berbagai derajat kolaps. Cairan alveoli yang bocor ini

tertimbun dalam ruangan-ruangan udara dan penimbunan cairan sekunder tersebut dalam

paru-tenggelam sekunder-dapat mengakibatkan kematian. Derajat edema dapat

ditingkatkan oleh faktor-faktor tambahan lebih jauh seperti sifat kimia dari medium

cairan yang diinhalasi, adanya muntahan atau infeksi yang teraspirasi. (5)

Terdapat perubahan-perubahan patofisiologi sistemik lebih lanjut yang

berhubungan dengan inhalasi cairan. Terdapat bukti percobaan yang dimana terdapat

perubahan-perubahan yang bermakna terhadap perubahan volume darah, osmolaritas,

kekentalan dan kadar elektrolit plasma yang terjadi. Perubahan-perubahan tersebut secara

umum tidak dijumpai pada keadaan klinis atau sedikit bermakna secara klinis. Tentu saja,

berlainan dengan yang terjadi pada cairan yang dihirup pada insiden near-drowning,

pasien dapat mengalami hipovolemik yang bermakna sebagai akibat kehilangan cairan

kedalam paru-paru dan jaringan sistemik. (5)

Sebagaimana yang sudah diindikasikan, sekitar 15-20% kematian akibat

tenggelam merupakan `dry` drowning (tenggelam kering) dimana tidak terdapat inhalasi

dalam daripada cairan. Hipoxia merupakan masalah utama yang sering diakibatkan, tetapi

dengan adanya spasme glottis yaitu jika sejumlah kecil volume air yang memasuki laring

atau trakea, ketika itu pula tiba-tiba terjadi spasme laring akibat pengaruh reflex vagal.

Mukosa yang kental, berbusa, dan berbuih dapat dihasilkan, hingga menciptakan suatu

‘perangkap fisik’ yang menyumbat jalan napas. ‘Spasme laring’ tidak dapat ditemukan

pada saat otopsi karena pada kematian telah terjadi relaksasi otot-otot laring. Dalam

situasi yang lain, terjadi peningkatan cepat tekanan  alveoli - arterial, yang terjadi pada

saat air teraspirasi sehingga menyebabkan hypoxia progresif. (1)

Page 8: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 8

Beberapa faktor secara terpisah dapat memudahkan kematian dengan mekanisme ini: (1)

Intoksikasi alkohol (mungkin akibat penekanan aktifitas kortikal yang mempengaruhi

akitivitas simpatis dan parasimpatis yang tidak terkekang)

Adanya penyakit alamiah yang mendasari seperti atherosklerosis koroner.

Terendam dalam cairan dengan terkejut, secara tidak terduga

Takut atau telah melakukan aktifitas fisik yang penuh semangat sebelumnya

(meningkatkan katekolamin yang beredar, bersama dengan timbunan oksigen, dapat

memudahkan terjadinya aritmia jantung)

2.4 Pemeriksaan Post Mortem

1. Pemeriksaan Luar

Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada

pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama bagian atas

tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dab labia mayora pada wanita, kulit telapak

tangan dan kaki mengelupas. Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina) , sering

dijumpai; keadaan ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau

merupakan perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis. Cutis anserina tidak

mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik. (2)

Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada

mulut atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut adalah masuknya

cairan ke dalam saluran pernapasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika

bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya

upaya pernapasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuknya

pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan. (2)

Perdarahan berbintik (petechial haemorrhages), dapat ditemukan pada kedua

kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah. Pada pria denitalianya dapat

membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang paling sering dijumpai adalah semi-

ereksi. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda

bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai akibat

dari masuknya korban ke dalam air. (2)

Page 9: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 9

Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa

berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau

rumput yang tergenggam, adanya cadaveric spasme menunjukkan bahwa korban masih

dalam keadaan hidup pada saat terbenam. (2)

Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi

akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-benda di skeitarnya;

luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan “darah”, sehingga tidak jarang memberi kesan

korban dianiaya sebelum ditenggelamkan. (2)

Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke sungai,

kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga menyebabkan kerusakan pada

kepala atau patahnya tulang leher. Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat

dipastikan bahwa kasusnya merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa

ditemukan mati dalam empang yang dangkal, maka harus dipikirkan kemungkinan

adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah diberi racun korban dilempar ke tempat

tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan. (2)

2. Pemeriksaan Dalam

Diagnosis kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan, bila

tidak di temukan tanda yang khas baik pada pemeriksaan luar atau dalam. Pada mayat

yang ditemukan terbenam dalam air, perlu diingat bahwa mungkin korban telah meninggal

sebelum masuk ke dalam air. (2)

Sebelum kita melakukan pemeriksaan dalam pada korban tenggelam, kita

perlu memperhatikan apakah mayat tersebut sudah dalam keadaan pembusukan lanjut atau

belum. Apabila mayat telah mengalami pembusukan lanjut, maka pemeriksaaan dan

pengambilan kesimpulan akan menjadi lebih sulit.(2)

Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda seperti : (6)

a. Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air) dalam saluran

pernapasan (trakea dan percabangannya).

b. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi kandung

jantung. Pada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini terutama terjadi

pada kasus tenggelam di laut.

Page 10: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 10

c. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum inter alveolar.

Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak paltauf

akibat robeknya penyekat alveoli (polsin), petekie subpleural dan bula

emfisema jarang terdapat dan bukan merupakan tanda khas tenggelam tetapi

mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.

d. Dapat juga di temukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak masuk ke

dalam alveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah melalui proses

imbibisi, ini dapat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.

e. Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan.

f. Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan sebagainya yang

mungkin pula terdapat dalam usus halus.

3. Pemeriksaan diatome (4)

Alga (ganggang) bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang

tahan panas dan asam kuat. Diatom ini dapat dijumpai dalam air tawar, air laut, air

sungai, air sumur dan udara.

Diatoms biasanya ditemukan di dalam air seperti kolam, danau, sungai, kanal

dan lain lain, akan tetapi konsentrasinya dapat tinggi atau rendah di dalam air

tertentu, tergantung pada musim. Berdasarkan karakteristik lain yaitu kedalaman air

tidak didapatkan bukti adanya pertumbuhan diatom di bawah 100m.

Pemeriksaan diatome dilakukan pada jaringan paru yang masih segar, bila

mayat telah membusuk , pemeriksaan diatom dilakukan dari ginjal, otot skelet atau

sumsum tulang paha.

Tes dilakukan untuk menentukan adanya diatome pada jaringan tubuh. Jika

pada otak, hati atau sumsum tulang ditemukan diatome maka hal ini dapat dijadikan

bukti kuat terjadinya peristiwa tenggelam. Pada mayat yang sudah membusuk, dimana

kelainan-kelainan yang dapat memberi petunjuk tenggelam sulit ditemukan maka tes

ini akan sangat bermanfaat.

Pada korban mati tenggelam diatome akan masuk ke dalam saluran

pernapasan dan saluran pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, ia di

absorpsi dan mengikuti aliran darah pada waktu korban masih hidup. Diatome ini

Page 11: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 11

dapat sampai ke hati, paru, otak, ginjal dan sumsum tulang. Bila diatome positif

berarti korban masih hidup sewaktu tenggelam.

Pada saat tenggelam berlangsung, diatom masuk ke rongga paru-paru

seseorang yang terbuka ketika air terisap, dan air yang masuk menekan rongga paru-

paru dan memecahkan alveoli. Melalui alveoli yang pecah diatoms dapat masuk ke

jantung, hati, ginjal, sumsum tulang dan otak. Pada diameter dan ketebalan alveoli

paru-paru diketahui sangat kecil akan tetapi tidak mustahil semua diatom-diatom

dapat masuk ke dalam organ dan rongga paru-paru dimana dapat menembus melalui

jaringan kapiler ini disebut “ Drowning Associated Diatoms” (DAD). (4)

Sebelum hasil diagnosa kematian dengan korban tenggelam haruslah

diketahui morfologi dan morphometric suatu diatom dari korban tenggelam sebab

penetrasi suatu diatom di kapiler paru-paru tergantung atas kepadatan dan ukuran

diatom tersebut.

Saat ini penggunaan analisa diatome cenderung digunakan pada sistem yang

tertutup seperti sumsum tulang femur atau kapsul ginjal dari tubuh yang belum

membusuk. sebaiknya diatom yang ditemukan harusnya cocok dari sumsum tulang

dan tempat dimana tenggelam, ini merupakan bukti yang kuat yang dapat mendukung

dan dapat menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat masih hidup atau tidak..

Cara pemeriksaan diatome adalah (4)

i. Ambil jaringan paru sebanyak 150-200 gram, bersihkan lalu masuk ke dalam

tabung Erlenmeyer, masukkan H2SO4 pekat sampai menutup seluruh jaringan

paru dan biarkan selama 24 jam sehingga seluruh jaringan paru hancur dan

seperti bubur hitam,

ii. Panaskan dengan api yang kecil sampai mendidih sehingga semuanya benar-

benar hancur

iii. Tuangkan ke dalamnya beberapa tetes HNO3 pekat, sampai warnanya kuning

jernih

iv. Cairan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000rpm

Page 12: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 12

v. Sedimennya dicuci dengan akuades kemudian disentrifuge lagi. Sedimennya

dilihat dibawah mikroskop. Periksalah kerangka diatome yang berupa sel-sel

yang cerah dengan dinding bergaris-garis bentuk bulat, panjang, dan lain-lain. (6,7)

Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan cukup banyak,

4-5/LPB atau 10-20 per satu sediaan; atau pada sumsum tulang cukup ditemukan

hanya satu.(6)

Asterionella sp. Cymatopleura sp.

Coscinodiscus sp.

Page 13: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 13

Triceratium sp. Bellerochea sp.

Melosira sp. (Auxospores)                Amphiprova sp

Achnanthes sp. Amphipleura sp.

Anomoeneis sp.

Page 14: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 14

Biddulphia sp. Cyclotella sp.

Surirella sp.

Penyokong berupa teknik yang menekankan pada penunjukkan terdapatnya

sejumlah diatom dalam jumlah yang bermakna yang diperoleh dari tubuh yang

diangkat dari air dapat menegaskan: (7,8)

Bahwa kematian merupakan akibat dari tenggelam.

Bahwa seseorang masih hidup saat air masuk.

Tempat tenggelam dengan membandingkan spesies diatom dalam air

dan dalam tubuh.

1. Pemeriksaan getah paru.

Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer, ambil sedikit

cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek tutup dengan kaca

penutup dan lihat dengan mikriskop. Selain diatom dapat pula terlihat ganggang atau

tumbuhan jenis lainnya.6

Pemeriksaan getah paru yang diperiksa adalah getah paru subpleural dengan

syarat paru-paru belum mengalami pembusukan, yang dicari adalah benda asing yang

berasal dari air setempat, misalkan :pasir, lumpur, telur cacing, tanaman air.9

Page 15: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 15

Beberapa kemungkinan kesimpulan dari pemeriksaan getah paru : (8)

o Getah paru (+), tidak ditemukan sebab kematian lain, kemungkin korban mati

tenggelam.

o Getah paru (+), ditemukan sebab kematian lain , Mungkin meninggal karena

tenggelam, mungkin karena sebab lain

o Getah paruh (-), mungkin meninggal dalam air jernih, mungkin karena vagal

reflek & spasme larynx, mungkin dimasukkan ke dalam air setelah korban

meninggal dunia.

2. Gettler chloride (pemeriksaan darah jantung)

Sejumlah tes telah dikembangkan dalam beberapa tahun untuk menentukan

korban tenggelam. Yang paling terkenal ialah tes Gettler chloride, dimana darah

dianalisa dari sisi kanan dan kiri jantung. Jika level chloride kurang pada sisi kanan

daripada sisi kiri, korban disangka telah tenggelam dalam air garam. Jika lebih tinggi

pada sisi kanan jantung daripada sisi kiri, maka diperkirakan korban tenggelam dalam

air tawar. Tes juga dilakukan untuk elemen lain pada darah, seperti membandingkan

grafitasi spesifik darah pada kanan dan kiri atrium. Semua tes yang telah disebut di

atas tidak pasti dan tidak mendukung dalam menyimpulkan tenggelam.6

Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat menyokong diagnosis,

walaupun secara tersendiri kurang bermakna.6

Tes ini untuk mengetahui ada tidakanya hemodilusi atau hemokonsentrasi

pada masng-masing sisi dari jantung, dengan cara memeriksa gaya berat spesifik dan

kadar elektrolit antara lain kadar sodium atau chlorida dari serum masing-masing sisi.

Tes ini baru dianggap reliabel jika dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kematian.9

Page 16: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 16

DAFTAR PUSTAKA

1. Dimaio V, Dimaio D. Death by drowning in Forensic Pathology. Second edition. CRC

press LLC. 2001.

2. Mun’im A. Tenggelam. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa Aksara.

Jakarta. 1997.

3. Smith S. Mati terbenam/tenggelam. Bagaimana Dokter Mengetahui Sebab Kematian.

Medical Group.

4. Singh R, Kumar M, ell. Drowning Associated Diatoms. Department of Forensic Science.

Punjabi University. [cited 2008 Mar 5] available from : http://www.icmft.org

5. Krishan Vij,2011,Textbook of Forensic Medicine and Toxicology : Principles and

practice,5/e

6. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi T, Mun’in A, et al, 1997, Ilmu

kedokteran Forensik, FKUI, Jakarta

7. RAO D, Dr. Dinesh Rao’s Forensic Pathology, Drowning,

http://www.forensicpathologyonline.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=101&Itemid=125

8. Apuranto, H. Asphyxia. 2010.

www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/ASPHYXIA.pdf

9. Wilianto W. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam. Cited 24 Desember

2013. Available from : http://journal.unair.ac.id/filerPDF/5%20DIATOM%20_fiish_.pdf

10. Chada V. Kematiaan akibat asfiksia. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Widya Medika.

Jakarta. 1995.

Page 17: Referat Tenggelam Yg Bener

P a g e | 17

11. Dahlan S,2000, Ilmu kedokteran forensic: pedoman bagi dokter dan penegak hukum.

Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.