Referat Sinusitis GS
-
Upload
made-helen-virginia -
Category
Documents
-
view
121 -
download
35
Transcript of Referat Sinusitis GS
Referat Sinusitis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi tiap individu. Ada empat pasang
sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid, dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil
pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang.1
Dokter seringkali didatangi pasien yang mengaku menderita gangguan
sinus. Orang awam sering kali menyalahkan sinus paranasal sebagai penyebab
banyak gejala dibandingkan dengan stuktur anatomi tubuh lainnya tetapi, memang
suatu fakta tak dapat disangkal bahwa infeksi sinus seperti yang kita ketahui, kini
jauh lebih jarang dibandingkan era pra-antibiotik. Pasien sering kali masih
mengaitkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, sumbatan hidung, drainase
postnasal, kelemahan, halitosis dan dyspepsia dengan disfungsi sinus. Namun
demikian, penyakit sinus menimbulkan kumpulan gejala yang agak karakteristik
yang hanya bervariasi sesuai beratnya penyakit dan lokasinya.3
Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga
sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rhinosinusitis adalah penyakit
inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat
prevalensinya. Rhinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang
berat, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk
memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis
dari penyakit rhinosinusitis ini. Penyebab utama sinusitis adalah infeksi virus,
diikuti oleh infeksi bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah
sinus ethmoid dan maksilaris. Bahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke
orbita dan intracranial, komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat
atau faktor predisposisi yang tidak dapat dihindari. Tatalaksana dan pengenalan
dini terhadap sinusitis ini menjadi penting karena hal diatas. Terapi antibiotic
1
Referat Sinusitis
diberikan pada awalnya dan jika telah terjadi hipertrofi, mukosa polipoid dan atau
terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi.3
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas wajib dalam mengikuti program studi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorokan RSPAD
Gatot Subroto.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami tentang anatomi dan fisiologi sinus
paranasal, definisi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, diagnosis,
pentalaksanaan dan komplikasi sinusitis.
2
Referat Sinusitis
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya sinus, akhiran umum dalam
kedokteran -itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan
sinus paranasal. Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena
alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.
Terdapat empat sinus disekitar hidung yaitu sinus maksilaris (terletak di
pipi), sinus ethmoidalis (di antara kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi)
dan sinus sphenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis adalah peradangan
mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus
disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.1
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI RONGGA HIDUNG DAN SINUS
PARANASAL
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknya bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang
sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil
pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang.
Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.1
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga
hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus
sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak
lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak
yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sphenoid dimulai pada usia
8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus
ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.1
3
Referat Sinusitis
Tulang-tulang pembentuk dinding lateral hidung dijelaskan dalam gambar 1.
Gambar 1. Tulang-tulang pembentuk dinding lateral hidung (1. Nasal; 2. Frontal; 3. Etmoid;
4. Sfenoid; 5. Maksila; 6. Prosesus palatina horizontal; 7. Konka superior
(etmoid); 8. Konka media (etmoid); 9. Konka inferior; 10. Foramene
sfenopalatina; 11. Lempeng pterigoid media; 13. Hamulus pterigoid media)10
Gambar 2. Anatomi Sinus
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
maksila bervolume 6-8 mL, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan
akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 mL saat dewasa.1
4
Referat Sinusitis
Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah permukaan
fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah
permukaan infra temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga
hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah
prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior
dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum
etmoid.1
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:1
1. Dasar dari sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu
premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2) kadang-kadang juga gigi taring (C)
dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus,
sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.
2. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.
3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase
kurang baik. Lagipila drenase juga harus melalui infundibulum yang sempit.
Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat
radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drenase sinus maksila dan
selanjutnya menyebabkan sinusitis.
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke
empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum
etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan
akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan
kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada yang lainnya dan dipisahkan
oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya
mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya tidak
berkembang.1
Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan
dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-
lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus
5
Referat Sinusitis
pada foto rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh
tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari
sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui
ostiumnya yang terletak di resesus frontal. Resesus frontal adalah bagian dari
sinus etmoid anterior.1
Sinus etmoid merupakan sinus yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini
dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus
lainnya. Itu dikarenakan sinus frontal dan sinus maksila mula-mula mengalirkan
isinya melalui sinus etmoidalis sebelum mencapai hidung. Sehingga jka sinus
etmoid tidak mengeluarkan isinya dengan lancar, sinus-sinus lain juga akan ikut
tersumbat. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramida dengan
dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi
2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.1
Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang
tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di
antara konka media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi
antara 4-17 sel (rata-rata 9 sel). Berdasarkan letaknya sinus etmoid dibagi menjadi
sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior
yang bermuara di meatus superior. Sel-sel etmoid anterior biasanya kecil-kecil
dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media, sedangkan sinus etmoid
superior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di postero-
superior dari perlekatan konka media.1
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut
resesus frontal yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid terbesar
disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang
disebut infundibulum tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan
dan peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan
pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.1
6
Referat Sinusitis
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina
kribosa, dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid
posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.1
Gambar 3. Dinding lateral diperlihatkan tanpa konka. Muara sinus paranasal,
demikian pula duktus lakrimalis dapat terlihat membuka pada meatus yang bersesuaian.
Sinus sfenoid terletak dibagian belakang hidung, jauh di dalam tengkorak,
terletak di lokasi di mana mata dan otak bertemu. Sinus sfenoid dibagi dua oleh
sekat yang disebut septum intersfenoid. Setiap sinus sfenoid berukuran seperti
sebuah anggur besar. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan
lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 mL. Saat sinus
berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan
menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi
pada dinding sinus sfenoid. Arteri karotis berjalan melalui dinding luar sinus
sfenoid. Batas-batasnya adalah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan
kelenjar hipofise, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan
7
Referat Sinusitis
dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna, dan sebelah posteriornya
berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.1
Pada sepertiga tengah dinding lateral lateral hidung terdapat daerah yang
rumit dan sempit disebut kompleks ostio-meatal yang merupakan muara-muara
saluran dari sinus maksila, sinus frontal, dan sinus etmoid anterior. Kompleks
ostio-meatal terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus
unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan
ostiumnya dan ostium sinus maksila.1
Sistem Mukosiliar
Seperti pada mukosa hidung, didalam sinus juga terdapat mukosa bersilia
dan palut lender di atasnya. Didalam sinus silia bergerak secara teratur untuk
mengalirkan lender menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah
tertentu polanya.1
Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpor mukosiliar dari sinus.
Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infudibulum
etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba Eustachius. Lendir yang
berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resessus sfenoetmoidalis,
dialirkan ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada
sinusitis didaptkan sekret pasca-nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada
sekret di rongga hidung.1
FISIOLOGI SINUS PARANASAL
Sampai saat ini belum ada kesepakatan pendapat mengenai pernyataan
bahwa sinus paranasal mempunyai fungsi fisiologis yang nyata. Ada juga
beberapa yang berpendapat bahwa sinusparanasal tidak mempunyai fungsi apa-
apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka. Negus adalah
salah satu pendukung opini bahwa sinus juga berfungsi sebagai indra penghidu
dengan jalan memudahkan perluasan dari etmokonka, terutama sinus frontalis dan
sfenoidalis. Etmoidalis yang dilapisi epitel penghidu dapat ditemukan pada
8
Referat Sinusitis
beberapa binatang misalnya anjing atau kucing. Pada manusia, sinus biasanya
kosong dan indra penghidu kita jauh lebih rendah dari etmokonka; etmokonka
manusia jelas telah menghilang selama proses evolusi.1
Ada beberapa teori yang mengatakan sinus paranasal mempunyai fungsi
yaitu sebagai berikut:1
1. Pengatur kondisi udara ( Air Conditioning )
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi.
àKeberatan terhadap teori ini adalah karena ternyata tidak didapati
pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung.
Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000
volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam
untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak
mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang banyak mukosa hidung.
2. Penahan suhu ( Thermal Insulators )
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan ( buffer ) panas, melindungi
orbita dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah – ubah.
Akan tetapi kenyataannya sinus – sinus paranasal yang besar tidak terletak
diantara hidung dan organ – organ yang dilindungi.
3. Membantu keseimbangan kepala
Sinus paranasal membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat
tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang
hanya akan memberikan pertambahan 1 % dari berat kepala, sehingga
teori ini tidak dianggap bermakna.
4. Membantu resonansi suara
Sinus paranasal mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara
dan mempengaruhi kualitas suara.
à Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak
memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula
9
Referat Sinusitis
tidak ada korelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan –
hewan tingkat rendah.
5. Peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
6. Membantu produksi mucus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mucus di rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena
mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
2.3. ETIOLOGI
Sinusitis akut
Agen etiologi sinusitis dapat berupa virus, bakteri atau jamur. Sinusitis
virus biasanya terjadi selama infeksi saluran pernafasan atas. Bakteri penyebab
sinusitis akut tersering ialah Streptococcus pneumonia, dapat juga Haemofillus
influenzae, Staphilococcus aureus yang ditemukan pada 70% kasus.3
Dapat pula disebabkan rinitis akut : infeksi faring, seperti faringitis,
adenoiditis, tonsilitis akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1,
P2; berenang dan menyelam; trauma langsung yang dapat menyebabkan
perdarahan mukosa sinus paranasal; dan barotrauma serta adanya faktor
predisposisi antara lain :
Obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung, tumor
dan polip.
Rinitis kronik dan rinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus.
Lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering yang dapat menyebabkan
perubahan pada mukosa dan kerusakan silia.
Sinusitis subakut
10
Referat Sinusitis
Etiologi dan faktor predisposisi kurang lebih sama dengan sinusitis akut,
hanya tanda-tanda radang akutnya sudah reda.
Sinusitis kronik
Polusi bahan, alergi, dan defisiensi imunologik menyebabakan silia rusak,
sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah
terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang mengganggu draenase sekret,
sehingga silia rusak, dan seterusnya. Jika pengobatan pada sinusitis akut tidak
adekuat, maka akan terjadi infeksi kronik.
2.4. EPIDEMIOLOGI
Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama
di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan
konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari
sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar. Data
dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus
berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar
102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Di Amerika Serikat, lebih dari 30
juta orang menderita sinusitis. Virus adalah penyebab sinusitis akut yang paling
umum ditemukan. Namun, sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima
pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap
tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan
untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat.4
Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga
sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit
inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat
prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang
berat.
2.5. PATOFISIOLOGI
11
Referat Sinusitis
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostiumostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliarry clearance) di dalam KOM (kompleks
osteomeatal). Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk
bersama udara pernapasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak
dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif didalam rongga sinus
yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa
dianggap sebagai rinosinusitis non-nacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa
hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, sekret yang berkumpul didalam
sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret
menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan
memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada
faktor presdiposisi, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob
berkembang. Mukosa makin membengkan dan ini merupakan rantai siklus yang
terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi,
polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan
tindakan operasi.1
2.6. KLASIFIKASI
Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas :1
Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai 4 minggu,
Sinusitis subakut, bila infeksi antara 4 minggu sampai 3 bulan,
Sinusitis kronik, bila infeksi sudah lebih dari 3 bulan
Berdasarkan letaknya, sinusitis terbagi atas:3
Sinusitis maksilaris
Sinusitis etmoidalis
Sinusitis frontalis
12
Referat Sinusitis
Sinusitis sphenoidalis
Sedangkan berdasarkan penyebabnya, sinusitis dibagi atas:3
Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu
yangmenyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis.
Contohnya rinitisakut (influenza), polip, dan septum deviasi
Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering
menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan
molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus
influenza, Steptococcusviridans, Staphylococcus aureus, Branchamella
catarhatis
2.7. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
Untuk menegakkan diagnosis dari sinusitis adalah didasari oleh anamnesa
dan adanya keluhan dan tanda klinis dari pasien dan juga didasari atas
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tambahan seperti transluminasi
sinus, pemeriksaan radiologik, nasal endoskopi, CT scan, biakan kuman, dan tes
alergi.4
Anamnesis
Pada anamnesis biasanya pasien dengan sinusitis akut datang dengan
keluhan hidung tersumbat disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan inggus
yang purulen yang seirng kali turun ke tenggorok (post nasal drip). Perlu
ditanyakan pula gejala-gejala lainnya seperti demam, lesu, nyeri kepala,
hiposmia/.anosmia, dan halitosis.1,3,4
Keluhanan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan
ciri khas dari sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain
(referred pain). Nyeri pipi menadakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di
belakang kedua mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh
kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di
verteks, oksipitalm belakang bola mata, dan daerah mastoid. Pada sinusitis
maksila kadang-kadang ada nyeri laih ke gigi dan telinga.1
13
Referat Sinusitis
Pada sinusitis kronik, keluhan tidak khas, sehingga sulit didiagnosis.
Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala di bawah ini yaitu sakit kepala
kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga
akibat sumbatan kronik muara tuba eusthacius, gangguan ke paru seperti bronkitis
(sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang
meningkat dan sulit diobati. Pada anak mukopus yang tertelan dapat
menyebabkan gastroenteritis.3
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik sinusitis pada inspeksi didapati adanya
pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah, biasanya pada sinusitis
maxilaris. Pembengkakkan di kelopak mata atas mungkin terjadi pada sinusitis
frontalis. Pada palpasi dan perkusi, nyeri tekan dan nyeri ketuk dirasakan pada
pipi dan gigi menunjukkan adanya sinusitis maxilaris, nyeri tekan pada atap orbita
menunjukkan adanya sinusitis frontalis. Dan nyeri tekan di daerah kantus medius
menunjukkan adanya sinusitis ethmioidalis.2
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan udem, pada
sinusitis maksilaris, ethmoidalis anterior dan frontalis tampak mukopus keluar
dari meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoidalis posterior dan sinusitis
sphenoid keluar mukopus dari meatus superior Pada rinoskopi posterior tampak
post nasal drip. Pada sinusitis kronik tampak nanah pada meatus medius atau
meatus superior pada pemeriksaan rinoskopi anterior dan pada rinoskopi posterior
tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.4
Pada pemeriksan transluminasi sinus dilakukan di kamar gelap, dan sumber
cahaya diletakkan di mulut pasien pada salah satu sisi palatum durum, maka
cahaya tersebut akan dihantarkan melalui rongga sinus dan akan memberikan
gambaran sinar yang samar-samar dan berbentuk bulan sabit di bawah mata. Akan
tetapi pemeriksaan ini hanya terbatas pada sinus maksila dan sinus frontalis saja.
Pemeriksaan ini bermakna bila hanya satu sisi sinus yang terkena, maka akan
tampak lebih suram dibandingkan dengan yang normal.1,4,5
14
Referat Sinusitis
Sinoskopi, merupakan pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan
endoskop. Endoskop dimasukan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior
atau di fossa koana. Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus,
apakah ada sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista, bagaimana
keadaan mukosa, apakah ostiumnya terbuka.1
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan radiologik pada sinusitis akut mula-mula berupa
penebalan mukosa selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa
yang membengkak hebat atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus.
Akhirnya tebentuk gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang
terlihat pada foto tegak sinus maksilaris. oleh karena itu radiogram sinus harus
dibuat dalam posisi waters, PA dan lateral.2,3
Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya
terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala
pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini
terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.
Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai
sinus frontal, sphenoid dan etmoid.7
Gambar 4. Foto kepala posisi waters
15
Referat Sinusitis
Gambar 5. Penjelasan Anatomi
Pemeriksaan pencitraan dengan menggunakan CT Scan dan MRI juga
dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari sinusitis. Cara ini mampu
menggambarkan secara detail area dari sinus dan area nasal, biasanya digunakan
untuk kasus yang kronis dan sinusitis akut yang rekuren serta pada kasus-kasus
sulit.4,5
CT Scan disarankan hanya untuk pemeriksaan sinusitis akut jika terdapat
komplikasi atau beresiko tinggi terhadap terjadinya komplikasi. MRI tidak
seefektif CT Scan dalam penggambaran anatomi dari sinus paranasal. Disamping
harganya yang lebih mahal, biasanya MRI tidak dipakai kecuali pemeriksa
menitikberatkan pada tumor, infeksi jamur, atau komplikasi yang mengenai
tulang tengkorak.
CT-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level,
perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal,
penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-hal yang
mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan:
a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar
membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama
makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.
b. Polip yang mengisi ruang sinus
c. Polip antrokoanal
d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus
16
Referat Sinusitis
e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh
massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan
sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran
perifer
Gold Standart untuk mendiagnosa sinusitis yang disebabkan oleh bakteri
adalah pemeriksaan mikrobiologis ( pungsi sinus dan kultur bakteri). Biakan
bakteri yang berasal dari hidung bagian depan hanya sedikit bernilai dalam
interpretasi bakteri dalam sinus maksilaris, bahkan dapat memberikan informasi
yang salah karena biakan dari hidung depan akan mengungkapkan organisme
dalam vestibulum nasi termasuk flora normal seperti stafilokok dan beberapa
kokus gram positif lainnya yang tidak ada kaitannya dengan bakteri yang dapat
menimbulkan sinusitis. Suatu biakan dari posterior hidung atau nasofaring justru
lebih memberikan banyak manfaat dan jauh lebih akurat namun sangat sulit dalam
pengerjaannya. Biakan bakteri pada sinusitis kronik dapat ditemukan infeksi
campuran dari berbagai macam mikroba.4,5
KRITERIA DIAGNOSIS
TABEL 1. Kriteria diagnosis sinusitis antara lain:4,5
Kriteria mayor Kriteria minor
Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala
Sakret nasal dan post nasa purulen Rasa lelah
Kongesti nasal Halitosis
Obstruksi nasal Nyeri gigi
Hiposmia atau anosmia Nyeri atau rasa tertekan/ penuh pada
telinga
Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua
kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.
17
Referat Sinusitis
2.8. GEJALA KLINIS
2.8.1. Sinusitis Akut
Keluhan utama rinosinositis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/ rasa
tekanan oada muka dan ingus purulen, yang sering kali turun ke tenggorok (post
nasal-drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.2
Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan
ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain
(referred pain). Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/ anosmia, halitosis, post
nasal-drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.2,3,7
Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung
mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau. Demam dan menggigil
menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus.7
Sinusitis maksilaris
Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala
yang tak jelas biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin.
Wajah terasa bengkak penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala
mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Sering kali terdapat
nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk serta nyeri pada palpasi dan
perkusi. Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan
maksila.Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau
busuk. Batuk iritiatif non produktif sering kali ada.3
Sinusitis etmoidalis
Sinusitis etmoidalalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali
bermanifestasi selulitis orbita. Pada dewasa. Sering kali bersama-sama
dengan sinusitis maksilaris, serta dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis
yang tak dapat dielakan. Gejala berupa nyeri tekan di antara kedua mata dan
di atas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung. Pada anak, dinding
lateral labirin etmoidalis (lamina papirasea) sering kali merekah dan karena
itu sering kali menimbulkan selulitis orbita.3
Sinusitis frontalis
18
Referat Sinusitis
Sinusitias frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus
etmoidalis anterior.penyakit ini terutama ditemukan pada dewasa, dan selain
daripada gejala inferksi yang umum, pada sinusitis frontalis terdapat nyeri
kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari
dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda
hingga menjelang malam.pasien biasanya menyatakan bahwa dahinya terasa
nyeri bila disentuh, dan mungkin terdapat pembengkakan supraorbita. Tanda
patognomotik adalah nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di daerah
sinus yang terinfeksi.3
Sinusitis sphenoidalis
Sinusitis sphenoidalis akut terisolasi amat jarang. Sinusitis ini dicirikan oleh
nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium, oksipital, belakang bola
mata, dan daerah mastoid. Namun penyakit ini lebih lazim penjadi
pansinusitis dan oleh karena itu menjadi satu dengan gejala infeksi sinus
lainnya.3
2.8.2. Sinusitis Kronik
Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-
kadang hanya 1 atau2 dari gejala-gejala di bawah ini yaitu sakit kepala kronik,
post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat
sumbatan kronik muara tuba eusthacius, gangguan ke paru seperti bronkitis (sino-
bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat
dan sulit diobati. Pada anak mukopus yang tertelan dapat menyebabkan
gastroenteritis.3,7
2.9. DIAGNOSIS BANDING
19
Referat Sinusitis
Diagnosis banding untuk sinusitis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:7
Gejala Sinusitis akut Sinusitis kronik Rhinitis alergi Common cold ISPA
Bakteri
Nyeri wajah Ada, berat Ada, tidak
terlalu dominan
Jarang Tidak ada Tidak ada
Waktu Lebih dari 10-
14 hari, < 4
minggu
Lebih dari 12
minggu,
biasanya hilang
timbul
Tidak pasti,
kambuh bila
terdapat
pajanan alergi
7-10 hari 10-14 hari
Sekret Kental, putih-
kuning- hijau
Kental, tebal,
banyak. Putih-
kuning- hijau
Encer, tipis,
bening
Agak encer,
bening- putih
Kental,
putih;
kuning-
hijau
Post nasal drip Ada karena sekret sangat kental Jarang Jaranf Ada
Demam Ada Kadang Tidak ada Kadang Ada
Batuk Kronik Kronik Kadang Ada Ada
Sakit kepala Ada, bertambah ketika menunduk,
nyeri spesifik sesuai sinus yang
meradang, biasanya unilateral dan
timbul pada pagi hari. Pada kasus
sinusitis akut terasa lebih sakit
Tidak ada Jarang Kadang
Sakit gigi Pada sinusitis maksilaris Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Napas berbau Ada Kadang Tidak ada Tidaka ada Kadang
Hidung
tersumbat
Ada Ada Kadang Ada Ada
Bersin-bersin Tidak ada Tidak ada Kadang Ada Ada
Ciri khas Gejala pada hidung cenderung
bilateral, inflamasi berat
padansinusitis bakteri
Timbul gejala
di tempat laing
Gejala pada hidung cenderung
unilateral
Tabel 2. Diagnosis banding Sunusitis.
2.10. PENATALAKSANAAN
20
Referat Sinusitis
Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik.
Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan
pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien
sinusitis akut, yaitu:
Sinusitis akut
Terapi medikamentosa
1. Dapat diberikan terapi antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat
diperpanjang sampai gejala semuanya hilang. Pemilihannya hampir selalu
empirik karena kultur nasal tidak dapat diandalkan dan aspirasi sinus
maksila merupakan kontraindikasi.
Jenis antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin.
Jika resisten dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis
sefalosporin generasi ke-2. Diberikan selama 10-14 hari meskipun
gejala klinik sudah hilang.
2. Dekongestan lokal maupun sistemik. Dekongestan lokal berupa obat
tetes hidung, untuk membantu draenase sinus selama 5 hari untuk
menghindari rinitis medikamentosa. Sedangkan dekongestan sistemik
hanya 2, yaitu : Pseudoefedrin dan fenilpropanolamin.
3. Analgetik selain untuk menghilangkan rasa nyeri juga untuk
mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia serta merangsang
pemecahan fibrin.
Sinusitis subakut
21
Referat Sinusitis
1. Antibiotik, diberikan antibiotik spektrum luas selama 10 atau 14 hari.
2. Dekongestan ( Obat tetes hidung ) untuk memperlancar draenase, selama 5-10
hari, karena bila terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa.
3. Analgetik, antihistamin, dan mukolitik.
4. Diatermi dengan sinar gelombang pendek (Ultra Short Wave Diatermy, UKG)
sebanyak 5-6 kali di daerah sinus yang sakit, untuk memperbaiki vaskularisasi
sinus.
5. Terapi pencucian Proetz ( Proetz Displecement Therapy ), yang pada
prinsipnya membuat tekanan negatif dalam rongga hidung dan sinus paranasal
serta menghisap sekret ke luar. Cara ini dipakai untuk mencuci sinus etmoid
dan sinus sfenoid. Untuk sinus frontal dan sinus maksila cara ini kurang
efektif.
6. Pada sinusitis maksila, dapat dilakukan tindakan pungsi, irigasi, atau
antrostomi, yaitu lubang di meatus inferior yang menghubungkan hidung
dengan sinus maksila.
7. Tindakan intranasal lain yang mungkin diperlukan agar drainase sekret lancar
berdasarkan kelainan yang ada pada pasien adalah operasi koreksi septum,
pengangkatan polip, dan konkotomi total atau parsial.
Sinusitis kronis
Terapi Medikamentosa memiliki peran terbatas karena umumnya disebabkan
obstruksi sinus yang persisten
1. Dapat diberikan obat-obat simtomatis dan antibiotik selama 2-4 minggu
untuk mengatasi infeksinya. Antibiotik yang dipilih mencakup anaerob,
seperti penisilin V, Klindamisin atau augmentin merupakan pilihan yang
tepat jika penesilin tidak efektif.
2. Steroid nasal topikal contohnya beklometason yang digunakan sebagai
antiinflamasi dan alergi.
3. Pada sinusitis maksila dapat dilakukan pungsi, atau antrostomi dan irigasi
sedangkan pada sinusitis etmoidalis ,sfenoidalis dan frontalis dapat
dilakukan pencucian proetz.
22
Referat Sinusitis
Terapi Radikal
Dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat draenase
sinus yang terkena.
1. Operasi Caldwell –luc dapat dilakukan pada kelainan sinus maksila.
2. Etmoidektomi dapat dilakukan pada kelainan sinus etmoidalis.
3. Operasi Killian secara intranasal dan ekstra nasal dilakukan pada kelainan
sinus frontal.
4. Draenase secara intranasal juga dapat dilakukan pada kelainan sinus
sfenoid.
Gambar 6. Prosedur tindakan Caldwell.
Gambar 7. Caldwell procedure
Pada perkembangan terakhir Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BESF)
yang mempunyai prinsip membuka dan membersihkan daerah kompleks
ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga mukosa
23
Referat Sinusitis
sinus menjadi normal kembali. Bila gejala akut sinusitis tidak reda dengan
pengobatan, terutama bila serangan timbul lebih dari 4-6 kali per tahun, gejala
menetap di antara 2 serangan, dan diperkirakan ada masalah lain yang
mendasarinya maka sebaiknya pasien juga dirujuk, karena mungkin diperlukan
tindakan pembedahan.2
Gambar 8. Endoscopic sinus surgery
2.11. Komplikasi Sinusitis
Sinusitis merupakan suatu penyakit yang tatalaksananya berupa rawat jalan.
Pengobatan rawat inap di rumah sakit merupakan hal yang jarang kecuali jika ada
komplikasi dari sinusitis itu sendiri. Walaupun tidak diketahui secara pasti,
insiden dari komplikasi sinusitis diperkirakan sangat rendah. Salah satu studi
menemukan bahwa insiden komplikasi yang ditemukan adalah 3%. Sebagai
tambahan, studi lain menemukan bahwa hanya beberapa pasien yang mengalami
komplikasi dari sinusitis setiap tahunnya. Komplikasi dari sinusitis ini disebabkan
oleh penyebaran bakteri yang berasal dari sinus ke struktur di sekitarnya.
Penyebaraan yang tersering adalah penyebaran secara langsung terhadap area
yang mengalami kontaminasi.3,7
Komplikasi dari sinusitis tersebut antara lain :3
1. Komplikasi lokal
a) Mukokel
24
Referat Sinusitis
b) Osteomielitis (Pott’s puffy tumor)
c) Kelainan paru
2. Komplikasi orbital
a) Inflamatori edema
b) Abses orbital
c) Abses subperiosteal
d) Trombosis sinus cavernosus.
3. Komplikasi intrakranial
a) Meningitis
b) Abses Subperiosteal
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada
sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau
intracranial.7
CT scan merupakan suatu modalitas utama dalam menjelaskan derajat
penyakit sinus dan derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan
kranium. Pemeriksaan ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronik
atau berkomplikasi.8
2.11.1 Komplikasi lokal
A. Osteomielitis
Infeksi sinus dapat menjalar hingga struktur tulang mengakibatkan
osteomielitis baik di anterior maupun posterior dinding sinus. Penyebaran
infeksi dapat berasal langsung atau dari vena yang berasal dari sinus.
Osteomielitis paling banyak ditemukan pada dinding sinus frontal. Sekali
tulang terinfeksi, bisa menyebabkan erosi pada tulang tersebut dan
mempermudah terjadinya penyebaran infeksi di bawah subperiosteum yang
berujung pembentukan abses subperiosteal. Erosi bisa mempengaruhi bagian
anterior atau posterior dari dasar sinus yang mempermudah terjadinya
penyebaran ekstrakranial atau intrakranial. Jika abses subperiosteal berbatasan
25
Referat Sinusitis
dengan dasar anterior dari tulang frontal itu disebut dengan Pott`s puffy tumor.
Pasien dengan Pott`s puffy tumor selalu muncul pada usia lebih dari 6 tahun
karena sinus frontalis belum terbentuk pada usia di bawah 6 tahun.3,8,9
Gambar 9. Gambaran Pott`s puffy tumor pada osteomielitis
B. Mukokel
Mukokel adalah penyakit kronis berupa lesi kistik yang mengandung
mukus pada sinus paranasal. Mukokel tumbuh secara perlahan memakan
waktu tahunan untuk menimbulkan keluhan. Dan keluhan berhubungan
dengan bertambah besarnya mukokel. Sesuai dengan pertambahan besarnya,
mukokel dapat menekan dinding sinus sehingga mengawali erosi tulang.
Setelah terjadi erosi pada dinding sinus, mukokel dapat mengenai seluruh
struktur. Mukokel kebanyakan terjadi pada sinus frontalis, diikuti dengan
sinus etmoid dan maksila. Gejala dari sinus frontal atau etmoid dapat
menyebabkan sakit kepala, diplopia dan proptosis. Bola mata yang proptosis
secara khas berpindah ke arah bawah dan luar. Mukokel sinus maksilaris
biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada foto rongent sinus. Mukokel
pada lokasi ini jarang menyebabkan gejala karena sinus maksilaris luas dan
mukokel jarang menjadi cukup besar untuk menyebabkan kelainan pada
tulang. Mukokel sinus maksilaris dapat menimbulkan gejala, jika menghambat
ostium sinus maksilaris. Mukokel dapat bergejala pada setiap sinus ketika
mukokel terinfeksi membentuk mukopyocele. Gejalanya hampir sama dengan
mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat. Diagnosis ditegakkan oleh CT
26
Referat Sinusitis
scan sinus. Mukokel yang mempunyai gejala ditata laksana dengan tindakan
bedah mengangkat mukokel dan membersihkan sinus. Eksplorasi sinus secara
bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan berpenyakit serta
memastikan suatu drainase yang baik, atau obliterasi sinus merupakan prinsip-
prinsip terapi.8
Gambar 10. Gambaran MRI mukokel sinus frontal bilateral
C. Kelainan Paru
Seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal
disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga
menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum
sinusitisnya disembuhkan.
2.11.2. Infeksi orbita
Infeksi orbita disebabkan oleh penetrasi ruang orbita saat operasi atau
trauma, kebanyakan disebabkan oleh bakteri yang menyebar dari sinus yang
terinfeksi. Oleh karena ruang orbita dibatasi oleh beberapa sinus, seperti sinus
frontalis, etmoid, dan maksilari, infeksi dari sinus tersebut berpotensial menyebar
hingga ruang orbita. Sinus etmoid sangat mempengaruhi penyebaran infeksi ke
ruang orbita. Hal ini dipengaruhi karena sangat eratnya hubungan antara dinding
sinus dengan orbita. Dinding yang tipis menyebabkan infeksi lebih mudah
27
Referat Sinusitis
menyebar. Sinus etmoid mempunyai dinding yang paling tipis, disebut lamina
papyracea yang batas lateral dan medialnya adalah orbita. Sehingga infeksi pada
orbita biasanya dimulai dari bagian medial. Walaupun jarang terjadi dinding sinus
yang lebih tebal dapat juga menyebabkan infeksi orbita. Sekali infeksi menyebar
melalui dinding sinus, batas periosteal dinding sinus berperan sebagai barrier
tambahan untuk memproteksi orbita dari penyebaran infeksi. Jika terbentuk abses
di antara dinding dengan periosteum, disebut abses subperiosteal. Jika periosteum
rusak maka akan terbentuk abses orbita.3
Gambar 11. Gambaran selulitis periorbita
28
Referat Sinusitis
Gambar 12. Gambar klasifikasi komplikasi infeksi orbita pada sinusitis
2.10.3. Komplikasi Intrakranial
Komplikasi intrakranial sangat jarang, terjadi hanya satu hingga 3 kali
setiap tahunnya. Penggunaan antibiotik menurunkan insiden komplikasi ini.
Komplikasi dari intrakranial meliputi (1) meningitis, (2) abses epidural, (3) abses
subdural, (4) abses otak. Pasien pada umumnya memiliki lebih dari satu
komplikasi intrakranial, seperti abses epidural/subdural terjadi bersamaan dengan
abses otak atau meningitis. Berikut ini frekuensi relatif jumlah komplikasi
intrakranial dari sinusitis.3,9
Tabel 3. Frekuensi Komplikasi Intrakranial
Komplikasi intracranial Frekuensi relatif (%, range)
Meningitis 34 % (17 – 54)
Abses otak 27 % (0 – 50)
Abses epidural 23 % (0 – 44)
Abses subdural 24 % (9 – 86)
29
Referat Sinusitis
Persentase pasien dengan > 1
komplikasi intracranial
28 %
Banyak studi yang telah memperlihatkan bahwa sejumlah besar
komplikasi ini lebih sering terjadi pada pria (lebih dari 3 : 1 pria/wanita).
Penyebab hal ini tidak diketahui secara pasti , tapi berlaku bahwa pada setiap
golongan umur dan mungkin terkait dengan jenis kelamin, memiliki perbedaan
anatomi dan drainase vena sinus.17
Gambar 13. Lokasi komplikasi intrakranial dari sinusitis
Patogenesis dari komplikasi intrakranial ini mirip dengan terjadinya komplikasi
pada infeksi infraorbital. Infeksi intrakranial bisa berkembang dari penyebaran
luas melalui invasi dinding sinus menuju tulang yang terkontaminasi, dan
kemudian ke struktur intrakranial melalui osteitis atau cacat congenital atau defek
traumatik. Berbeda dengan infeksi orbital, metode tersering dari komplikasi
intrakranial ini adalah melalui penyebaran emboli septik via vena diploik kalvaria
dan tidak adanya katup pada sistem vena juga bertanggung jawab terhadap
drainase dari wajah bagian tengah dan sinus paranasal. 8
30
Referat Sinusitis
2.12. PENCEGAHAN
Mencegah radang selaput lendir atau sinusitis :
Minum banyak : membantu meringankan hidung yang tersumbat dan sekret
hidung dapat mengalir.
Pemberian obat yang adekuat dan dosis yang tepat.
Menggonsumsi obat yang teratur sesuai petunjuk dokter.
Menghindari zat-zat alergen yang mengakibatkan pembengkakan mukosa
hidung.
2.13. PROGNOSIS
Kira-kira 40% kasus sinusitis akut sembuh spontan tanpa antibiotik, angka
kekambuhan setelah keberhasilan pengobatan adalah kurang dari 5%. Sedangkan
pada sinusitis kronik, hasil akhir yang memuaskan tercapai jika pasien diobati
secara dini dengan penanganan medis yang agresif, selain itu FESS dapat
mengembalikan kesehatan sinus dengan meredakan gejala secara komplit atau
moderat pada 80-90% pada pasien dengan sinusitis yang rekuren atau yang tidak
responsif terhadap pengobatan.8,9
31
Referat Sinusitis
BAB III
PENUTUP
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Rinitis dan
sinusitis biasanya terjadi bersamaan dan saling terkait pada kebanyakan individu,
sehingga terminologi yang digunakan saat ini adalah rinosinusitis. Komplikasi akibat
sinus paranasal sangat bervariasi, baik lokal, intra orbital maupun intra kranial. Sinusitis
dengan komplikasi intra orbita adalah penyakit yang berpotensi fatal. Kesehatan sinus
dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar
didalam komplek osteo meatal (KOM). Komplikasi dari sinusitis tersebut antara lain
komplikasi lokal, orbital dan intrakranial. Komplikasi lokal antara lain mukokel dan
osteomielitis (Pott’s puffy tumor). Komplikasi orbital adalah inflamatori edema, abses
orbital dan trombosis sinus cavernosus. Komplikasi intrakranial antara lain meningitis
dan abses subperiosteal.
32
Referat Sinusitis
DAFTAR PUSTAKA
1. Endang Mangunkusumo, Damayanti Soetjipto. Sinusitis. Dalam : Soepardi EA,
Iskandar N, editor. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-5.
Jakarta: Balai penerbit FK-UI; 2001.h.151-3.
2. Damayanti Soetjipto, Endang Mangunkusumo, Sinus Paranasal. Dalam : Soepardi
EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-
5. Jakarta: Balai penerbit FK-UI;2001.h.145-9.
3. Hilger PA. Penyakit Sinus Paranasalis. Dalam: Adams GL, Boies RL, Highler
PA, editor. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta ; 1997.h.240-57.
4. Harvey S. How is sinusitis diagnosed?. diambil dari:
http://www.umm.edu/patiented/articles/how_sinusitis_diagnosed. Diakses tanggal
10 Desember 2012.
5. Sinusitis. Diambil dari www.eyeconx.com. Diakses tanggal 10 Desember 2012.
6. Swatz m. Rongga mulut dan faring, dalam : Effendi H, Hartamto H.editor. Buku
ajar diagnostic fisik. Cetakan pertama. Jakarta. Penerbit buku kedokteran
EGC.1995.h.125-27
7. Itzhak Brook. Sinusitis. Diambil dari
http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview.Diakses tanggal 10
Desember 2012.
8. Chronic sinusitis, Screening and diagnosis. Diambil dari www.MayoClinic.com
diakses tanggal 10 Desember 2012
9. Diagnosis Sinusitis. Diambil dari:
http://www.sinustreatmentcenter.com/BOOK/chapter3_0109.pdf. Diakses tanggal
10 Desember 2012
33