Referat Saraf
-
Upload
juan-avila-johannes -
Category
Documents
-
view
128 -
download
4
description
Transcript of Referat Saraf
BAB I
PENDAHULUAN
Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi
akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap.
Sakit kepala kronik biasanyadisebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi,
namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis
servikal, penyakit gigi atau mata, disfungdi sendi temporo mandibular, hipertensi,
sinusitis, dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya.1
Sakit kepala biasa disebabkan gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin,
umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik. Prevalensi
sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang
menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75
% dari jumlah di atas adalah tipe tension headache.
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman
yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala. dan daerah wajah. IHS tahun 1988 menyatakan bahwa nyeri pada
wajah termasuk juga dalam sakit kepala. Kini penanganan akan sakit kepala sudah
memiliki standarisasi dari IHS untuk membedakan akan cluster headache, migrain,
tension headache dan dengan nyeri kepala lainnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Cephalgia
Cephalgia merupakan nyeri dikepala. Cepha berarti kepala dan
ischialgia artinya nyeri. Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang
umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab. Sakit kepala adalah rasa sakit
atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari struktur
sensitif terhadap rasa sakit. 1
2.2 Etiologi
Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari
berbagai macam penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-
organ dikepala, jaringan system persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala
kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun
dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis
servikal, penyakit gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular,
hipertensi, sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai
macam gangguan medis umum lainnya. 7
2.3 Epidemiologi
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi
penyakit, jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin
sublingual dan faktor genetik. Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1
dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20
juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah
tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar
dan bekerja sebanyak 62,7 %.Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria
dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia
besar dari 12 tahun. HIS juga mengemukakan cluster headache 80 ± 90 %
terjadi pada pria dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15
tahun. 5
2
2.4 Anatomi Cephalgia
Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam
berbagai cara berdasarkan perbedaanan atomis, spesialisasi fungsional, dan
perkembangan evolusi. Otak terdiri dari batang otak terdiri atas otak tengah,
pons, dan medulla, serebelum, otak depan (forebrain) yang terdiri atas
diensefalon dan serebrum. 1
Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari
nukleus basal dan korteks serebrum. Masing-masing bagian otak memiliki
fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai berikut: asal dari sebagian
besar saraf kranialis periferpusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan
pencernaan, pengaturan refleks otot yangterlibat dalam keseimbangan dan
postur, penerimaaan dan integrasi semuamasukan sinaps dari korda spinalis;
keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, pusat tidur. 1
Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan
tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih.
Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: mengatur banyak fungsihomeostatik,
misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupanmakanan,
penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, sangat terlibatdalam
emosi dan pola perilaku dasar. 1
Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk semua masukan
sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan
dalam kontrol motorik. Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot,
koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola ± pola gerakan
yang tidak berguna. 1
Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan
volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir,
mengingat, membuat keputusan,kreativitas dan kesadaran diri. Korteks
serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus, parietalis,
lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing-masing lobus ini
memilikifungsi yang berbeda-beda. Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus
trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala,
tenggorokan dan leher bagian atas. 1
Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus,
vagus, dan saraf dari C1 ± 3 beramifikasi pada grey matter area ini. Nukleus
3
trigeminoservikalis terdiri daritiga bagian yaitu pars oralis yang berhubungan
dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars
interpolaris yang berhubungan dengantransmisi sensasi taktil diskriminatif
seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif
dan suhu. 1
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti
aferendari C2 selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3.
Selain itu, aferen C3 juga akan beramifikasi ke C1 dan C2. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher bagian atas.
Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala
dan yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan
mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya
sedikit yang meluas ke arah kaudal. 1
Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini
meluas ke pars kaudal. Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2 dan V3.
V1, oftalmikus, menginervasi daerah orbita dan mata, sinus frontalis,
duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta pembuluh darah yang
berhubungan dengan bagian duramater ini.V2, maksilaris, menginervasi
daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan duramater bagian fossa
kranial medial. V3, mandibularis, menginervasi daerah duramater bagian fossa
cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga, senditemporo mandibular dan
otot menguyah. 1
Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi
meatus auditorius eksterna dan membran timfani. Saraf kranial IX
menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf kranial IX dan X
innervasi faring dan laring. Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah
C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis dari C1 menginnervasi otot suboccipital
triangle - obliquus superior, obliquus inferior dan rectus capitis posterior
major dan minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk
ke otot leher superfisial posterior, Longissimus capitis dan splenius sedangkan
cabang besarnya bagian medial menjadigreater occipital nerve. 1
Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dariobliquus
inferior ,dan balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui
semispinalis capitis yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke kulit kepala
4
melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal linedan the
aponeurosis of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan
saraf lesser occipital yang mana merupakancabang dari pleksus servikalis dan
mencapai kulit kepala melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid.
Ramus dorsalis dari C3 memberi cabang lateral ke longissimus capitis dan
splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. 1
Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang
mengelilingi sendi C2-3 zygapophysial bagian lateral dan posterior. Daerah
sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu intrakranial
dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena kortek sserebrum,
arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior.
Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian
dariorbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah
dan luar,gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri
adalah parenkimotak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus. 1
2.5 Fisiologi Cephalgia
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap
saat bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri
inilah, seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri
tersebut. 4
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri
oleh stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal,
dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum
karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan (iskemia
jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan
langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik. 4
Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak
berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi
dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk
penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan,
memar jaringan, dll. Pada suhu 450C, jaringan–jaringan dalam tubuh akan
mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi. 4
5
Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti
bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim
proteolitik.Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan
substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve
endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri
tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal
sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan
dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal
yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena
kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap
ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan
iskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik. 4
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve
endings. Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga
pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan
sendi, falks, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya
diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri
pada organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan
berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai slow-chronic-aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu nyeri akut (fast pain) dan nyeri
kronik (slow pain). Nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu
0,1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya
stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer
menuju korda spinalis melalui serat Aδ dengan kecepatan mencapai 6-30
m/detik. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga
merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS.
Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milidetik. 4
Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebih dari
1 detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya
stimulus mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah
stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda
spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5-2 m/detik.
Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P. 4
6
Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang
ditempuh dapat dibagi menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway
dan slow- chronic pain pathway. Setelah mencapai korda spinalis melalui
dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuron pada kornu
dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya
akan menuju ke otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk fast pain
dan paleospinotalamikus untuk slow pain. 4
Traktus neospinotalamikus untuk fastpain, pada traktus ini, serat Aδ
yang mentransmisikan nyeri akibat stimulus mekanik maupun termal akan
berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu dorsalis dan
mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini
memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn
anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir pada, area retikular
dari batang otak (sebagian kecil), nukleus talamus bagian posterior (sebagian
kecil), kompleks ventrobasal (sebagian besar). Traktus lemniskus medial
bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada daerah
ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan
memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut
diberikan. 4
Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain
mentransmisikan sinyal dai serat C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit
sinyal dari serat Aδ. traktus ini , saraf perifer akan hampir seluruhnya berakhir
pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering disebut
dengan substansia gelatinosa.Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui
sebuah ataubeberapa neuron pendek yangmenghubungkannya dengan area
lamina V lalu kemudian kebanyakan serabut saraf iniakan bergabung dengan
serabut saraf dari fast-sharp pain pathway. Setelah itu, neuronterakhir yang
panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras antero lateral.
Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak
dan hanya sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung
diteruskan ke talamus. Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga
area yaitu nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon, area
tektum dari mesensefalon, regio abu-abu dari peraquaductus yang
mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak
7
nyaman dari tipe nyeri. Dari area batang otak ini, multipel serat pendek neuron
akan meneruskan sinyal kearah atas melalui intralaminar dan nukleus
ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu darihipotalamus dan bagian
basal otak. 4
2.6 Klasifikasi Cephalgia
Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer, sakit
kepala sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya.
Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi migraine, tension type headache,
cluster headache dengan sefalgia trigeminal/autonomik, dan sakit kepala
primer lainnya. Sakit kepalasekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang
disebabkan oleh karena trauma padakepala dan leher, sakit kepala akibat
kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan
kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala akibatadanya zat atau withdrawal,
sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat gangguanhomeostasis, sakit
kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung,
dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat
kelainan psikiatri. 7
2.7 Patofisiologi Cephalgia
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab
memicu nyeri kepala yaitu (Lance, 2000) peregangan atau pergeseran
pembuluh darah; intrakranium atau ekstrakranium, traksi pembuluh darah,
kontraksi otot kepala dan leher (kerja berlebihan otot), peregangan
periosteum(nyeri lokal), degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi
pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi
enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin). 2
2.8 Cephalgia Primer
Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang merupakan
penyakit utama atau nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural-
organik. Menurut ICHD-2 nyeri kepala primer dibagi ke dalam 4 kelompok
besar yaitu : 7
1) Migraine
8
2) Tension Type Headache
3) Cluster Headache dan Chronic Paroxysmal Hemicrania
4) Other primary headaches
1) Migren
Definisi
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah
nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 ± 72 jam. Nyeri
biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai
berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah,
fotofobia dan fonofobia. 3
Etiologi dan Faktor Resiko Migren
Etiologi migren yaitu perubahan hormon (65,1%), penurunan
konsentrasi esterogen dan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi,
makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah,
natriumnitrat), vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein),
zat tambahan padamakanan (MSG), stress (79,7%), rangsangan sensorik
seperti sinar yang terang menyilaukan (38,1%) dan bau yang menyengat
baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, faktor fisik seperti
aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitasseksual) dan perubahan pola tidur,
perubahan lingkungan (53,2%), alcohol (37,8%), merokok (35,7%). Faktor
resiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga,wanita, dan
usia muda. 3
Epidemiologi Migren
Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan
75% diantaranya adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia
tetapi biasanyamuncul pada usia 10 ± 40 tahun dan angka kejadiannya
menurun setelah usia 50tahun. Migren tanpa aura lebih sering
diabndingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1. 4
Klasifikasi Migren
9
Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa
aura,dan migren kronik (transformed ). Migren dengan aura adalah migren
dengan satu ataulebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi
serebral korteks dan atau tanpadisfungsi batang otak, paling tidak ada satu
aura yang terbentuk berangsur ± angsur lebih dari 4 menit, aura tidak
bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala mengikutiaura dalam
interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit. Migren tanpa aura
adalahmigren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral dan terkena
pada periorbital.Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan
klinisnya dapat berubah berbulan- bulan sampai bertahun- tahun dan
berkembang menjadi sindrom nyerikepala kronik dengan nyeri setiap hari. 4
Patofisiologi Migren
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren.
Teorivaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh
darah otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai
pada korteks visual danmenyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjut
dan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai.
Teori cortical spread depression, dimana pada orang migrain
nilaiambang saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu
berlaku short-lasting wave depolarization oleh pottasium-liberating
depression(penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan
terjadinya periode depresi neuron yangmemanjang. Selanjutnya, akan
terjadi penyebaran depresi yang akan menekanaktivitas neuron ketika
melewati korteks serebri. Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya
vasodilatasi akibataktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung
saraf trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP
(calcitonin gene related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel
mast meningens dan akan merangsang pengeluaranmediator inflamasi
sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga bekerja padaarteri
serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan peningkatan aliran
darah. Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second
order neuron yang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri. 4
10
Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan
lokussereleus sehingga terjadi peningkatan kadar epinefrin. Selain itu,
sistem ini jugamengaktifkan nukleus dorsal rafe sehingga terjadi
peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin
akan menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan
aliran darah di otak. Penurunan aliran darah diotak akan merangsang
serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka dapat
terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka
akanmenyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial
yang akan menyebabkan nyeri kepala pada migrain. 4
Diagnosa Migren
Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda-
tanda khas migren. Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura
mensyaratkan bahwaharus terdapat paling tidak tiga dari empat
karakteristik berikut, yaitu migren dengansatu atau lebih aura reversibel
yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks danatau tanpa disfungsi
batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur-angsur
lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, sakit kepala
mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit. 5
Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan
bahwaharus terdapat paling sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur
hidup yangmemenuhi kriteria berikut :
a. Berlangsung 4 ± 72 jam
b. Paling sedikit memenuhi dua dari:
1. unilateral
2. Sensasi berdenyut
3. Intensitas sedang berat
4. Diperburuk oleh aktifitas
5. Bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
Pemeriksaan Penunjang Migren
11
Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain (jika ada indikasi)
adalah pencitraan (CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
Diferensial diagnosa Migren
Diferensial diagnosa migren adalah malformasi arteriovenus,
aneurismaserebri, glioblastoma, ensefalitis, meningitis, meningioma,
sindrom lupuseritematosus, poliarteritis nodosa, dan cluster headache. 5
Terapi Migren
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis
danfisiologis, mencegah berlanjutnya dilatasi ekstrakranial, menghambat
aksi mediahumoral (misalnya serotonin dan histamin), dan mencegah
vasokonstriksi arteriintrakranial untuk memperbaiki aliran darah
otak.Terapi tahap akut adalah ergotamin tatrat, secara subkutan atau
IMdiberikan sebanyak 0,25-0,5 mg. Dosis tidak boleh melewati 1mg/24
jam. Secaraoral atau sublingual dapat diberikan 2 mg segera setelah nyeri
timbul. Dosis tidak boleh melewati 10 mg/minggu. Dosis untuk
pemberian nasal adalah 0,5 mg (sekalisemprot). Dosis tidak boleh
melewati 2 mg (4 semprotan).
Kontraindikasi adalah sepsis, penyakit pembuluh darah,
trombofebilitis, wanita haid, hamil atau sedang menggunakan pil anti
hamil. Pada wanita hamil, haid atau sedang menggunakan pilanti hamil
berikan pethidin 50 mg IM. Pada penderita penyakit jantung iskemik
gunakan pizotifen 3 sampai 5 kali 0,5 mg sehari. Selain ergotamin juga
bisa obat ± obat lain (lihat tabel 6). Terapi profilaksis menggunakan
metilgliserid malead,siproheptidin hidroklorida, pizotifen, dan propanolol
(lihat tabel 7)Selain menggunakan obat ± obatan, migren dapat diatasi
dengan menghindari aktor penyebab, manajemen lingkungan,
memperkirakan siklusmenstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis. 5
Komplikasi Migren
12
Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala
yangdisebabkan oleh penggunaan obat ± obatan analgesia seperti aspirin,
asetaminofen, dllyang berlebihan. 5
Pencegahan Migren
Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik, tidur
cukup,mengatasi hipertensi, menggunakan kacamata hitam untuk
menghindari cahayamatahari, mengurangi makanan (seperti keju, coklat,
alkohol, dll.), makan teratur, danmenghindari stress. 5
2) Tension Type Headche (TTH)
Tension type headache merupakan sensasi nyeri pada daerah
kepala akibat kontraksi terusmenerus otot- otot kepala dan tengkuk
(M.splenius kapitis, M.temporalis, M.masseter, M.sternokleidomastoid,
M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula) 6
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi, bekerja
dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi
otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.6
Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)
TTH terjadi 78% sepanjang hidup dimana Tension Type Headache
episodik terjadi 63% danTension Type Headache kronik terjadi
3%.Tension Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien
wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56%. Biasanya
mengenai umur 20 ± 40 tahun. 7
Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan
TensionType Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila
frekuensi serangantidak mencapai 15 hari setiap bulan.Tension Type
13
Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit ± 7
hari.Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan
lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan. 6
Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa
literatur dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang
berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai berikut, yaitu: (1) disfungsi
sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer dimana
disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan
disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf
perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpa disertai
iskemia otot, transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars
kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron. (3) Pada nukleus
trigeminal dan kornu dorsalis (aktivasi molekul NO) sehingga
meningkatkan input nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial lalu
akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas
otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter
pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentralnosiseptif pada
nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikuti
hipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang
deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan
ekstrasefalik. Selain itu,terdapat juga penurunan supraspinal decending
pain inhibit activity, (5) kelainanfungsi filter nyeri di batang otak sehingga
menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai
nyeri, (6) terdapat hubungan jalur serotonergik danmonoaminergik pada
batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya TTH. Defisiensi kadar
serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal serotonin platelet.
penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot
temporal danmaseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan
non-physiological motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif
yang akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi nyeri
supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi danansietas akan
meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasisentral
14
pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan
NO pada kornu dorsalis.Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu
sakit kepala. Ada beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1)
adanya stress fisik (kelelahan)akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi
sehingga kadar CO2 dalam darah 16 menurun yang akan mengganggu
keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akanmenyebabkan
terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion
kalsiummasuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang
berlebihan sehinggaterjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf
simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan
mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferengamma trigeminus yang akan
menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptidaini akan
merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi menjadi
3tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. 6
Alarm reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer
yang akan mengakibatkankekurangan asupan oksigen lalu terjadilah
metabolisme anaerob. Metabolismeanaerob akan mengakibatkan
penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan
enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.
Stage of resistance, dimana sumber energi yang digunakan berasal
dariglikogen yang akan merangsang peningkatan aldosteron, dimana
aldosteron akanmenjaga simpanan ion kalium.
Stage of exhausted, dimana sumber energi yangdigunakan berasal
dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga terjadi deplesiK+.
Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf. 6
Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-
kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2)
intensitas ringan-sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas.
Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia
dan fonofobia.Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang-berat,
tumpul sepertiditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih
hebat pada daerah kulitkepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi
15
spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas,
gangguan konsentrasi, kadang vertigo, danrasa tidak nyaman pada bagian
leher, rahang serta temporomandibular. 6
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat
dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH
biasanya tidak memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan
kepala maupun MRI. 6
Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-
artrosisdeformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca
punksi lumbal,migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit
kepala pada arteritistemporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial,
sakit kepala pada penyakitkardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia. 6
Terapi Tension Type Headache (TTH)
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus
dibimbing untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk
bed rest ,massage, dan atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi
adalah simpel analgesia dan atau muclesrelaxants. Ibuprofen dan naproxen
sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika
pengobatan simpel analgesia (asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal
maka dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam bentuk kombinasi
seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas pengobatan. 6
Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan
tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan
ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya
jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh
dengan terapi obat berupa analgesia. TTh biasanya mudah diobati sendiri.
Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka
16
>90% pasien dapat disembuhkan. Komplikasi TTH adalah rebound
headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dan lain-lain yang berlebihan. 6
Pencegahan Tension Type Headache (TTH)
Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress
denganolahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage,
yoga, stretching), meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah
kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan behavioral therapy. Selain
itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah posisi
tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat. 6
3) Cluster Headache
Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala
vaskular yang juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton,
sfenopalatinaneuralgia, nyeri kepala histamine, sindrom Bing,
erythrosophalgia, neuralgiamigrenosa, atau migren merah (red migraine)
karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah yang
mengalami nyeri. 6
Epidemiologi
Cluster headache adalah penyakit yang langka. Dibandingkan
denganmigren, cluster headache 100 kali lebih lebih jarang ditemui. Di
Perancis prevalensinya tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan sekitar
1/10.000 penduduk, berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara
lainnya. Serangan pertama muncul antara usia 10 sampai 30 tahun pada
2/3 total seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73 tahun pernah
dilaporkan. Cluster headachesering didapatkan terutama pada dewasa
muda, laki-laki, dengan rasio jeniskelamin laki-laki dan wanita 4:1.
Serangan terjadi pada waktu-waktu tertentu, biasanya dini hari menjelang
pagi yang akan membangunkan penderita dari tidurnya. 6
Etiologi cluster headache
17
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:6
Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi
pembuluhdarah sekitar.
Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
Pelepasan histamin
Letupan paroxysmal parasimpatis.
Abnormalitas hipotalamus.
Penurunan kadar oksigen.
Positron emision tomografi (PET) scanning dan Magnetic resonance
imaging (MRI) membantu untuk memperjelas penyebab cluster headache
yangmasih kurang dipahami. Patofisiologi dasar dalam hipotalamus gray
matter. Pada beberapa keluarga, suatu gen autosom dominan mungkin
terlibat, tipe alel-alel sensitif aktivitas kalsium channel atau nitrit oksida
masih belumteridentifikasi.
Vasodilatasi arteri karotis dan arteri oftalmika dan peningkatan
sensitivitas terhadap rangsangan vasodilator dapat dipicu oleh refleks
parasimpatetik trigeminus. Variasi abnormal denyut jantung dan
peningkatan lipolisis nokturnal selama serangan dan selama remisi
memperkuat teori abnormalitas fungsi otonom dengan peningkatan fungsi
parasimpatis dan penurunan fungsi simpatis. Serangan sering dimulai saat
tidur, yang melibatkan gangguan irama sirkadian. Peningkatan insidensi
sleep apneu pada pasien- pasien dengan cluster headache menunjukan
periode oksigenasi pada jaringan vital berkurang yang dapat memicu
suatu serangan. 6
Patofisiologi
Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan jelas
akan tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain:
Cluster headache, timbul karena vasodilatasi pada salah satu cabangarteri
karotis eksterna yang diperantarai oleh histamine intrinsic (TeoriHorton).
Serangan cluster headache merupakan suatu gangguan kondisi fisiologis
otak dan struktur yang berkaitan dengannya, yang ditandaioleh disfungsi
hipotalamus yang menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi
otonom. Hal ini menimbulkan defisiensi autoregulasi darivasomotor dan
18
gangguan respon kemoreseptor pada korpus karotikusterhadap kadar
oksigen yang turun. Pada kondisi ini, serangan dapatdipicu oleh kadar
oksigen yang terus menurun. Batang otak yangterlibat adalah setinggi
pons dan medulla oblongata serta nervus V, VII, IX, dan X. Perubahan
pembuluh darah diperantarai oleh beberapamacam neuropeptida
(substansi P, dll) terutama pada sinus kavernosus (teori Lee Kudrow) 5
Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh
International Headache Society (IHS) adalah sebagai berikut:8,9
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b.Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri
temporal selama 15-180 menit bila tidak di tatalaksana.
c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1.Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2. Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3. Edema kelopak mata ipsilateral
4. Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6.Kesadaran gelisah atau agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Pada tahun 2004 American Headache Society menerbitkan kriteria
baru untuk mendiagnosa cluster headache. Untuk memenuhi kriteria
diagnosis tersebut, pasien setidaknya harus mengalami sekurang-kurangnya
lima serangan nyeri kepala yang terjadi setiap hari selama delapan hari,
yang bukan disebabkan oleh gangguan lainnya.
Selain itu, nyeri kepala yang terjadi parahatau sangat parah pada
orbita unilateral, supraorbital atau temporal, dan nyeri berlansung antara 18
sampai 150 menit jika tidak diobati, dan disertai satu ataulebih gejala-gejala
berikut ini: injeksi konjungtiva atau lakrimasi ipsilateral, hidung tersumbat
atau rinore ipsilateral, edema kelopak mata ipsilateral, wajahdan dahi
berkeringat ipsilateral, ptosis atau miosis ipsilateral, atau kesadaran gelisah
atau agitasi.
19
Cluster headache episodik didefinisikan sebagai setidak-tidaknya
terdapat dua periode cluster yang berlangsung tujuh sampai 365 har idan
dipisahkan periode remisi bebas nyeri selama satu bulan atau lebih.
Sedangkan cluster headache kronis adalah serangan yang kambuh lebih dari
satu tahuun periode remisi atau dengan periode remisi yang berlangsung
kurang dari satu bulan. 6
Penatalaksanaan Cluster headache
Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit
sering memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal
yang cepat. Berikan oksigen inhalasi dengan kadar 100% sebanyak 10-12
liter/menit.
Triptan: Sumatriptan 20 mg intranasal efektif pada pengobatan akut
cluster headache.Dihidroergotamin 1 mg intarmuskularefektif pada
pengobatan akut cluster headache. Lidokain: tetes hidung topikal lidokain
dapat digunakan untuk mengobati serangan akut cluster headache. Pasien
tidur telentangdengan kepala dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30°
dan beralihke sisi sakit kepala. Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1
mllidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit. 7
Pencegahan Cluster headache
Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster headache ditentukan oleh
lamanya serangan, bukan oleh jenis episodik atau kronis. Preventif
dianggap jangka pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada seberapa
cepat efeknya dan berapa lama dapat digunakan dengan aman. Banyak ahli
sekarang ini mengajukan verapamil sebagai pilihan pengobatan lini
pertama, walaupun pada beberapa pasien dengan serangan yang singkat
hanya perlu kortikosteroid oralatau injeksi nervus oksipital mungkin lebih
tepat.
Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik
dibandingkan dengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan
dosis verapamil yang relatif lebih tinggi pada cluster headache.
Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama
empat hari yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterimasebagai
20
pendekatan pengobatan perventif jangka pendek. Pengobatanini sering
menghentikan periode cluster, dan digunakan tidak lebih dari sekali
setahun.
Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache.
Dosis biasanya adalah 100-200 mg perhari, dengan efek samping yang
samaseperti penggunaannya pada migraine.
Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif
dansalah satu penelitian terkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan
placebo. Dosis biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari. Obat-obat
pencegahan lainnya termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari). 7
2.9. Nyeri Kepala Sekunder
Kriteria diagnosis untuk nyeri kepala sekunder :
Nyeri kepala dengan satu (atau lebih) memenuhi kriteria C dan
D
Penyakit lain diketahui dapat menimbulkan nyeri kepala telah
diketahui sebelumnya
Nyeri kepala yang timbul berhubungan dengan penyakit lain
Nyeri kepala berkurang dengan hebat atau sembuh dalam
waktu 3 bulan (lebih singkat dari kelainan lainnya) setelah
pengobatan yang baik atau remisi spontan dari penyakit
penyebabnya
Jenis-jenis nyeri kepala sekunder:
1) Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau
leher
2) Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan pembuluh darah
3) Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan bukan pembuluh
darah kranialis
4) Nyeri kepala yang berhubungan dengan subastansi dan
withdrawal
5) Nyeri kepala yang berhubungan dengan infeksi
6) Nyeri kepala yang berhubungan dengan kelainan metabolik
7) Nyeri kepala yang berhubungan dengan kelainan kranium,
21
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur
facial atau kranial lainnya
8) Neuralgia kranialis dan lainnya
9) Nyeri kepala yang tidak terklasifikasi
Sakit kepala sekunder merupakan sakit kepala yang disebabkan
adanya suatu penyakit tertentu (underlying disease). Pada sakit kepala
kelompok ini, rasa nyeri di kepala merupakan tanda dari berbagai
penyakit.
1) Nyeri kepala berhubungan dengan trauma kepala dan/atau
leher
Nyeri kepala merupakan gejala yang dapat muncul setelah
trauma pada kepala, leher atau otak. Biasanya nyeri kepala karena
trauma pada kepala muncul dengan gejala lain seperti dizziness,
kesulitan berkonsentrasi, kegugupan, perubahan personalitas, dan
insomnia. Namun demikian, biasanya nyeri kepala adalah keluhan
yang paling mencolok.
Sangat mudah ditegakkan hubungan antara nyeri kepala dan
trauma kepala atau leher jika nyeri kepala muncul segera atau di
hari-hari pertama setelah trauma. Sangat sulit jika nyeri kepala
muncul beberapa minggu atau bulan setelah trauma, terutama jika
jenis nyeri kepala yang timbul seperti tension type headache (TTH)
dan prevalensi TTH pada populasi sangat tinggi.
Klasifikasi nyeri kepala berhubungan dengan trauma kepala
dan/atau leher adalah :
Nyeri kepala akut post-traumatik
Nyeri kepala kronik post-traumatik
Nyeri kepala akut berhubungan dengan whiplash injury
Nyeri kepala kronik berhubungan dengan whiplash injury
Nyeri kepala berhubungan dengan hematom intrakranial
Nyeri kepala berhubungan dengan trauma kepala dan/atau
leher lainnya
Nyeri kepala post-kraniotomi
22
Berdasarkan tingkat keparahan dibagi menjadi :
Cidera kepala Ringan Sedang Berat
~Penurunan
kesadaran
(-)/ <10
menit
>10 menit -
6 jam
>6 jam
~GCS 15 - 14 13 - 8 >8
~Defisit
Neurologis
(-)
(+)
(+)
CT Scan (-) (+) kelainan (+)kelainan
Onset sakit kepala 7 hari 7 hari 7 hari
Kesembuhan 3 bulan 3 bulan > 3 bulan
Nyeri kepala post cedera kepala ringan dapat memberikan
gejala kognitif, perilaku, dan kesadaran. Mungkin tidak ditemukan
abnormalitas dalam pemeriksaan neurologis, pencitraan (MRI, CT-
Scan), EEG, lumbal pungsi, tes fungsi vestibular, maupun tes
neuropsikiatri.
Nyeri kepala post cedera kepala kronik dapat memberikan
gejala sindrom post-traumatik seperti gangguan keseimbangan,
penurunan konsentrasi, penurunan fungsi kerja, mudah murah,
mood yang depresi, gangguan tidur, dan sebagainya. 8
2) Nyeri kepala berhubungan dengan kelainan pembuluh darah
Kelainan pembuluh darah yang bermanifestasi sebagai nyeri kepala
antara lain adalah :
Stroke iskemik dan transient ischaemic attacks (TIA)
Pendarahan intrakranial non-traumatik
Malformasi pembuluh darah
Arteritis
Nyeri arteri karotis atau arteri vertebralis
23
Trombosis vena serebral
Kelainan pembuluh darah intrakranial lainnya, seperti
cerebral autosomal dominant arteriopathy with subcortical
infarcts and leukoencephalopathy (CADASIL),
mitochondrial encephalopathy, lactic asidosis and stroke-
like episode (MELAS).
Nyeri kepala yang dialami karena stroke muncul disertai
dengan defisit neurologis fokal dan atau perubahan kesadaran
biasanya mempermudah untuk membedakannya dengan nyeri
kepala primer. Nyeri kepala muncul karena stroke pada kurang
lebih 17-34% kasus, dan lebih sering terjadi pada stroke yang
mengenai arteri basilaris daripada arteri karotis. Nyeri kepala lebih
sering muncul dan lebih parah pada stroke hemoragik
dibandingkan dengan stroke iskemik. Nyeri kepala bisa menjadi
penanda awal terjadinya pendarahan serebral yang membutuhkan
operasi secepatnya untuk mengurangi kompresi. Nyeri kepala
jarang sekali muncul akibat infark lakunar tetapi sangat sering
muncul pada diseksi arteri. 8
Beberapa nyeri kepala sekunder yang sering terjadi, misalnya :
1. Nyeri kepala karena sakit gigi
Keluhan sakit gigi (nyeri gigi) dapat disebabkan karena berbagai
penyakit pada gigi sehingga kelainan / penyakit pada gigi perlu
dicari dan diatasi oleh dokter gigi.
2. Nyeri kepala pada sinusitis
Nyeri kepala ringan hingga berat dirasakan di daerah muka, pipi
atau dahi, biasanya disertai juga dengan keluhan 'THT' (telinga,
hidung dan tenggorakan) yang lain, misalnya berdahak, hidung
mampet, hidung meler dan lain-lain.
3. Nyeri kepala pada kelainan mata
'Iritis', 'glaukoma' dan 'papilitis', dapat menimbulkan nyeri sedang
hingga berat pada mata dan sekitarnya. Mata tampak memerah
disertai dengan gangguan penglihatan.
4. Nyeri kepala pada tekanan darah tinggi ('hipertensi')
24
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala.
Semua penderita nyeri kepala harus mengetahui tekanan darahnya.
Minum obat sakit kepala tanpa menurunkan tekanan darah dapat
berbahaya, karena 'hipertensi' merupakan ancaman bagi terjadinya
kerusakan organ target hipertensi (ginjal, otak, jantung dan
pembuluh darah).
5. Nyeri kepala akibat putus obat ('withdrawal headache')
Nyeri kepala juga bisa terjadi karena terlalu lama (lebih dari 15
hari) minum obat sakit kepala, kemudian ketika 'putus obat' malah
menimbulkan keluhan nyeri kepala.
Gambar. Gambaran Karakteristik Cephalgia
Tabel Karakteristik Cephalgia
Cephalgia Sifat Lokasi Lama
nyeri
Frekuensi Gejala ikutan
25
Migren
tanpa aura
Berdenyu
t
Unilateral/bilateral 4-72
jam
Sporadik, <
5 serangan
nyeri
Mual muntah ,
fotofobia,fonofobia
Migren
dengan
aura
Berdenyu
t
Unilateral < 60
menit
Sporadik, 2
serangan
didahului
gejala
neurologi
fokal 5-20
menit
Gangguan visual,
gangguan sensorik,
gangguan bicara
Tension
Tipe
Headache
Tumpul,
tekan
diikat
bilateral 30’ -7
hari
Terus
menerus
Depresi ansietas
stress
Cluster
Headache
Tajam,
menusuk
Unilateral orbita,
supraorbital
15-180
menit
Periodik 1 x
tiap 2 hari –
8x perhari
Lakrimasi
ipsilateral.,
rhinorrhoea
ipsilatral,
miosis/ptosis
ipsilatral, dahi &
wajah berkeringat
Neuralgia
trigeminus
Ditusuk-
tusuk
Dermatom saraf V 15-60
detik
Beberapa
kali sehari
Zona pemicu nyeri
ALGORITMA DIAGNOSIS NYERI KEPALA
26
27
28
Tabel Red Flag Cephalgia
29
Red Flag ConsiderPossible Investigation
Sudden Onset Headache SAH, Bleed into a mass Neuroimaging
AV Malformaion, Mass lesion Lumbal Pucture
(especially posterior fossa)
Worsening Pattern Headache Mass Lesion, SDH Neuroimaging
Medical Overuse
Headache with systemic illness Meningitis, Encephalitis Neuroimaging
Lyme Disease,Collagen Lumbal Pucture
Vascular disease, systemic Blood Test
infection
Focal Neurological signs other Mass Lesion, AV Malformation Neuroimaging
than typical visual or sensorial Collagen Vascular Disease Collagen Vascular
aura Evaluation
Papiloedema Mass Lesion, Pseudotumor Neuroimaging
Encephalitis, Meningitis Lumbal Pucture
BAB III
PENUTUP
Cephalgia atau sakit kepala merupakan suatu gejala yang sering dikeluhkan.
Cephalgia bukan sebuah diagnosis suatu penyakit. Perbedaan gejala, onset, dan nyeri
pada cephalgia berbeda-beda, maka harus lebih teliti untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan. Cephalgia harus diklasifikasikan secara cermat untuk mengetahui
penyebabnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M dan M. Frostcher. Diagnosis Topik Neurologi Duus : Anatomi,
Fisiologi, Tanda, Gejala. EGC : Jakarta, 2010.
2. Bigal ME, Lipton R. Headache : classification in Section 6 :Headache and
fascial pain Chapter 54 McMahon ebook p.1-13.
3. Cephalalgia an international journal of headache, the international
classification of headache disorder 2nd edition. International Headache Society
2004, vol 24, sup 1. United Kingdom: Blackwell Publishing 2004.
4. Chawla J. Migraine Headache: Differential Diagnoses & Workup. Diunduh
dari : http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis.
5. Ginsberg, Lionel. Lectures notes Neurologi. Ed. Ke -8. Erlangga : Jakarta,
2008. Stephen D, Silberstein. Wolff’s headache and Other Head
Ache.London : Oxford University Press.2001
6. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Ed. Ke-2. FKUGM : Yogyakarta, 2009.
7. ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache
Disorders). Diunduh dari
http://hisclassification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
8. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache Neurology and Neurosurgery Illustrated.
London: Churchill Livingstone.2004.66-72.ISH Classification ICHD II
( International Classification of Headache Disorders) available at : http://ihs-
classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
9. Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner.Cerebrum.A Textbook of
Neuroanatomy. United Kingdom: Blackwell.2006.69-70.Price, Sylvia dan
Lorraine M.
31