Referat Rad

36
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini perkembangan penyakit semakin pesat, salah satunya gangguan atau penyakit-penyakit pada saluran kemih atau sistem urinaria. Penyakit-penyakit tersering pada sistem urinaria ini adalah penyakit-penyakit seperti pembesaran ginjal, sumbatan pada saluran kemih seperti batu, dan infeksi. Gangguan pada sistem urinaria ini secara klinis sulit dibedakan. Keluhan yang dirasakan oleh pasien anatara lain sakit pinggang, gangguan kencing, dan rasa tidak enak di perut dan pinggang belakang. Oleh karena itu sukar untuk dibedakan. Untuk membantu menegakan diagnosis diperlukan sebuah pemeriksaan yang sesuai dan akurat sehingga dapat memebantu menentukan diagnosis penyakit serta dapat menentukan langkah untuk penatalaksanaannya. Cara – cara pemeriksaan sistem urinaia atau traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah intravena pyelografi ( IVP ) dan setiap pemeriksaan traktus urinarius harusnya dibuat terlebih dahulu foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, besar ( ukuran ), dan posisi kedua ginjal. Intravena pyelografi ( IVP ) merupakan pemeriksaan dasar dari pemeriksaan radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media kontras dan biasanya mendahului pemeriksaan 1

description

utfyjk

Transcript of Referat Rad

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini perkembangan penyakit semakin pesat, salah satunya gangguan atau

penyakit-penyakit pada saluran kemih atau sistem urinaria. Penyakit-penyakit tersering pada

sistem urinaria ini adalah penyakit-penyakit seperti pembesaran ginjal, sumbatan pada

saluran kemih seperti batu, dan infeksi. Gangguan pada sistem urinaria ini secara klinis sulit

dibedakan. Keluhan yang dirasakan oleh pasien anatara lain sakit pinggang, gangguan

kencing, dan rasa tidak enak di perut dan pinggang belakang. Oleh karena itu sukar untuk

dibedakan. Untuk membantu menegakan diagnosis diperlukan sebuah pemeriksaan yang

sesuai dan akurat sehingga dapat memebantu menentukan diagnosis penyakit serta dapat

menentukan langkah untuk penatalaksanaannya.

Cara – cara pemeriksaan sistem urinaia atau traktus urinarius dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya adalah intravena pyelografi ( IVP ) dan setiap pemeriksaan

traktus urinarius harusnya dibuat terlebih dahulu foto polos abdomen. Yang harus

diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, besar ( ukuran ), dan posisi kedua ginjal.

Intravena pyelografi ( IVP ) merupakan pemeriksaan dasar dari pemeriksaan

radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media kontras dan biasanya mendahului

pemeriksaan lain. Pemeriksaan ini dianggap menguntungkan karena bisa menunjukkan atau

menampakkan seluruh system traktus urinarius.

IVP digunakan untuk menemukan berbagai kelainan termasuk frekuensi berkemih

yang terlalu sering, nyeri pada punggung bagian bawah, dapat juga mendeteksi masalah pada

traktus urinarius seperti batu ginjal, pembesaran prostate, tumor pada ginjal, ureter, dan

vesica urinaria.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TRAKTUS URINARIUS

Traktus urinarius merupakan sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan

mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal (renal dextra et sinistra), dua

ureter (ureter dextra et sinistra), kandung kemih (vesika urinaria), dan uretra.

1. Ginjal

Ginjal merupakan organ retroperitoneal berbentuk kacang yang berarti terletak di belakang

peritoneum yang melapisi rongga abdomen, di kedua sisi columna vertebralis. Kedua ginjal

terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3 pada posisi berbaring. Pada perunahan posisi dari

berbaring ke tegak terjadi penurunan maksimum 5 cm (1-1 ½ corpus vertebrae). Ginjal kanan

biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.batas medial

ginjal cekung dan mempunyai apertura seperti celah yang dikenal sebagai hilus. Ukuran ginjal

rata-rata: panjang 10-14 cm, lebar 5-7 cm, tebal ± 3 cm. Ginjal normal memiliki berat kurang

lebih 150 gram.

Permukaan ginjal diliputi oleh kapsula fibrous yang tipis tetapi kuat, dan diluar kapsul ini

terdapat jaringan lemak, yang dikenal sebagai kapsula adipose. Jaringan lemak ini

2

memungkinkan ginajal terlihat pada foto polos karena lebih radio lusen daripada struktur

muskuler yang mengelilinginya. Ginjal memiliki batasan-batasan:

Ginjal kanan:

- Superior : glandula adrenal dextra

- Anterior : lobus dextra hepatic, duodenum, fleksura hepatica dari colon

- Posteriro : diafragma dan dinding otot posterior dari rongga perut

Ginjal Kiri:

- Superior : glandula adrenal sinistra

- Anterior : limpa, gaster, pancreas, fleksura splenicus dari colon

- Posterior : diafragma dan dinding otot posterior dari rongga perut

LAPISAN GINJAL

Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu

tua. Lapisan struktur ginjal secara kasar ginjal terbagi atas :

- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis): sebuah jaringan merah

kecoklatan yang terletak di bawah capsula fibrosa dan sisi terluar dari pyramid

3

- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris): lapisan terdalam dari ginjal yang

terdapat pyramid.

Ginjal terdiri dari 3 lapisan konsentrat dari jaringan ikat yang berfungsi melindungi dan

mempertahankan posisi ginjal, yaitu:

- Capsula fibrosa; sebuah lapisan kolagen yang menutupi permukaan luar dari seluruh

organ. Fungsinya untuk memelihara bentuk ginjal dan memeberikan perlindungan

mekanis.

- Perirenal fat: sebuah lapisan lemak, yang berada di luar capsula fibrosa.

- Fascia renal: sebuah serat kolagen yang berasal dari kapsula fibrosa yang melalui lapisan

lemak dimana mengelilingi struktur dari ginjal.

Pada potongan longitudinal ginjal, terdiri dari:

1. Cortex: tebalnya ± 13-15 cm, mengandung sejumlah renal corpuscle, tubulus contortus

dan pembuluh darah kecil. Tiap corpuscle terdiri dari glomerolus. Tipa renal unit juga

mengandung bagian permulaan suatu collecting tubule yang berjalan radier kebagian

sentral ginjal dan mengosongkan isisnya ke collecting tubule yang lebih besar.

2. Medulla: mengandung 8-18 struktur pyramid yang disebut piramida renalis. Basis renalis

bergabung dengan cortex renalis dan puncaknya menonjol ke dalam sinus renalis,

membentuk papilla renalis. Piramid di collecting tubule dan loop of henle (yang

berhubungan dengan tubulus contortus). Collecting tubule mengosongkan isinya ke

dalam apex piramid atau papilla melalui pembukaan-pembukaan kecil.

3. Columna: berasal dari cortex dan terletak diantara piramid-piramid. Mengandung arteri

yang lebih besar setelah mereka masuk ke dalam ginjal (a. interlobaris). Arteri

interlobaris membelok horizontal waktu mencapai basis piramid dan membentuk a.

arcuarta dimana arteri-arteri interlobaris memasuiki cortex rennalis dan arteriolae

4. Pelvis renalis: membentuk permukaan sistem duktus ysng menuju ke buli-buli dan

merupakan pelebaran ureter yang berbentuk cerobong, sebagian di dalam dan sebagian di

4

luar sinus renalis. Pelvis renalis terletak diantara pembuluh-pembuluh darah besar dan

dibentuk oleh:

5. Calyx minor: merupakan invaginasi yang mengelilingi 1 atau lebih papilla renalis,

berbentuk cawan untuk menerima urine. Tiap calyx mempunyai lebih kurang 8

infundibulum kecil.

6. Calyx mayor: calyx mayor bersatu menjadi pasangan-pasangan atau kelompok-kelompok

untuk membentuk 2 atau 3 calyx mayor yang kemudian bersatu membentuk pelvis

renalis. Bentuk pelvis renalis dan calyces mempunyai banyak varias-variasi dan

diperlihatkan secara radiography terpisah dari gambaran ginjal:

URETER

Ureter merupakan sepasang otot berbentuk tabung antara ginjal dan vesica urinaria.

Panjangnya sekitar 25-30 cm dan terletak retroperitoneal. Ureter berjalan sampai vesica urinaria

melalui bagaian bawah dan tengah dari muskulus Psoas Major. Ureter memasuki dinding

belakang dari vesika urinaria tanpa menembus cavum peritoneal. Ureter berjalan menuju dinding

vesika urinaria terdapat bagian yang disebut oblique angel dan beberapa bagian yang menyempit

pada ureter, fungsinya adalah untuk mencegah agar cairan urin tidak kembali ke dalam renal saat

ureter berkontraksi. Lubang masuk ke vesika urinaria bersifat katup dan mencegah aliran balik

dari vesika urinaira ke ureter.

Ukuran lumen bervariasi dan secara bertahap tetap mengalami peristaltic. Terdapat 3

daerah penyempitan normal:

1. Uretero pelvic junction

5

2. Penyelingsn a. iliaca externa atau a. iliaaca communis

3. Padan waktu ureter masuk ke vesika urinaria

VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk

menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra

dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak

di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,

bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian

yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan

inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan

sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular).

Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae

merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan

collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam

keadaan kosong.

Ukuran dan bentuk vesika urinaria bervariasi sesuai dengan tingkat distensinya dan usia.

Vesika urinaria pada bayi cenderung berada di extrapelvis tetapi pada orang dewasa terletak di

dalam pelvis kecuali dalam keadaan distended. Di anterior berbatasan dengan symphisis pubis.

Pada laki-laki dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens dan vesica seminalis, pada wanita

oleh uterus dan vagina. Pada laki-laki, prostat terdapat pada bagian bawah vesika urinaria.

6

Orificium uretra internum terletak pada titik terendah dari vesika urinaria. Biasanya

sekitar 2-2,5 cm posterior dari Sympisis Pubis. Vesica urinaria ditututpi peritoneum hanya pada

aspek superiornya. Untuk melihat vesica urinaria sebaiknya digunakan kontras. Bila terdapat

struktur yang globuler pada vesica urianria yang distended, harus dibuat beberapa proyeksi untuk

memperlihatkan keseluruhan tepinya. Pada keadaan tidak distended, sulit menentukan adanya

filling defect.

URETRA

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju

lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria

memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan

kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria

memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan

bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter),

sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih

dan bersifat volunter).

7

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars

spongiosa.

• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior

kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut

dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.

• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian

ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini

menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot

polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter

(somatis).

• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars

membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus

spongiosum di bagian luarnya.

B. IVP (Intra Vena Pielography)

8

1. Definisi

Intravena pielografi (IVP) atau pielografi intravena (PIV) atau dikenal sebagai

Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat menggambarkan keadaan

system urinaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menggambarkan

adanya berbagai macam kelainan dan gangguan pada sistema urinaria. Pielografi adalah

pemeriksaan foto roentgen pelvis ginjal dan ureter dengan cara memasukan zat kontras

kedalamnya. Zat tersebut dimasukan intravena, sehingga pemeriksaanya disebut

pielografi intravena.

2. Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi dari dilakukanya pemeriksaan radiologi dengan IVP adalah :

a. Kecurigaan patologis pada traktus urinarius

b. Indikasi klinis utama yaitu: hematuri, nyeri pinggang, kolik ginjal, infeksi saluran

kencing berulang, kecurigaan tumor di sistema urinarius, disuria, frekuensi,

kecurigaan renal calculus

Kontraindikasi IVP :

a) Alergi terhadap media kontras

b) Hasil ureum dan kreatinin yang tidak normal ( normalnya ureum < 60mg

%, dan kreatinin <2mg%)

c) Kelainan atau penyakit jantung

d) Pasien dengan riwayat jantung atau serangan jantung

e) Multiple myeloma

f) Diabetes melitus tidak terkontrol

g) Pasien yang sedang dalam keadaan kolik

h) Penggunaan obat metformin, karena diketahui menyebabkan reaksi

dengan agen kontras

3. Bahan Kontras dan Dosis

Pada awal tahun 1930 diperkenalkan iodide organik yang secara selektif dieksresi dan

dikonsentrasi oleh ginjal sehingga memungkinkan memperlihatkan gambaran tractus

urinarius dengan memuaskan. Iopax, Skiodan, Neo Iopax dan Neoskiodan (mengandung

lebih sedikit yodium dan kurang toksik) merupakan senyawa-senyawa yang pertama-

tama digunakan, saat ini yang sering digunakan :

9

(a) Conray (Meglumine iothalamat 60%)

(b) Hypaque sodium/sodium diatrizoate 50%

(c) Urografin76% (methyl glucamine diatrizoat)

(d) Urografin 60-70%

Pada anak-anak bila memakai hypaque 45 %, dosis yang dipakai 1,5 ml/kgBB.

Sedangkan bila memakai urografin 76 % dosis yang dipakai berdasarkan pada umur 0-1

tahun : 7-10 ml; 1-2 tahun : 10-12 ml; 2-6 tahun : 12-15 ml; umur 6-12 tahun : 15-20 ml.

pada umumnya kecepatan pemberian intravena adalah 20 ml/menit.

4. Persiapan pasien

Sebelum pasien disuntik dengan zat kontras sebanyak 20-30cc untuk orang

dewasa, harus dilakukan terlebih dahulu anamnesa mengenai riwayat alergi atau bila ada

kecurigaan dapat dilakukan uji kepekaan berupa pengujian subkutan atau intravena. Bila

penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan IVP dibatalkan, harus disiapkan

obat adrenergic dan antihistamin untuk digunakan bila terjadi reaksi sensitivitas yang

berat.

Malam sebelum pemeriksaan diberikan castor oli (catharsis) atau laksans untuk

membersihkan colon dari feses yang menutupi daerah ginjal. Untuk mendapatkan

keadaan dehidrasi ringan, pasien diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuanya

untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan

kedua ginjal akan dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Pasien juga dilarang

merokok dan banyak bicara.

Suntikan media kontras diberikan kepada pasien melalui jarum atau kanula ke

dalam vena secara perlahan-lahan kedalam v. antecubiti dan foto abdomen dibuat pada 4-

5 menit, 8-5 menit, 25-40 menit, 60 menit, 90 menit, 2 jam dan kemudian dengan interval

1 jam kalau perlu sampai 8 jam. Biasanya hanya 3 foto pertama sudah cukup. Foto

dengan posisi tegak biasanya dibuat pada 30 menit (atau bila visualisasi maksimal)

bersama-sama 1 foto dalam posisi berbaring. Kompresi abdomen oleh banyak ahli

radiologi dianggap berguna. Pada beberapa klinik, kaki diangkat lebih tinggi dari kepala

(posisi trendelenburg) untuk membantu konsentrasi kontras di tractus urinarius bagian

10

atas. Hal ini memberikan pandangan yang komprehensif anatomi pasien dan beberapa

informasi tentang fungsi sistem ginjal.

5. Gambaran Pielografi Normal

Foto pertama selalu foto AP abdomen tanpa kontras, dengan fokus pada tractus

urinarius. Foto ini selalui mendahului IVP. Film ini diambil dalam keadaan ekspirasi

penuh, pasien berbaring, abdomen dikompresi dengan band yang dapat ditegangkan atau

alat-alat lain untuk mengurangi ketebalan abdomen yang harus dilalui sinar. Foto ini

harus mencakup costa ke- 11 dan simfisis pubis.

Pertama-tama lihatlah tulang, costa,vertebra, dan pelvis, untuk mengesampingkan

adanya infeksi, metastase, atau kelainan-kelainan yang lain. Kemudian lihat garis bentuk

psoas. Garis psoas tidak selalu terlihat, hal ini tidaklah penting, tetapi perubahan dari

garis otot psoas normal yang lurus biasanya penting. Identifikasi ginjal,perhatikan bentuk

dan ukurannya, kemudian lihat daerah kandung empedu. Perhatikan adakah klasifikasi.

Bila colon terlalu banyak berisi feces atau gas, ginjal bisa tidak jelas terlihat dan

batu pada ureter atau buli mungkin terlewatkan. Kosongkan usus dan ulangi foto. Tulang-

tulang, otot psoas kiri dan kedua ginjal terlihat dengan jelas. Ukuran kedua ginjal

haruslah sama ( yang kiri biasanya lebih tinggi dari yang kanan )dan garis luarnya

haruslah rata. Biasanya terlihat penonjolan halus pada sisi lateral ginjal kiri. Penonjolan

lokal yang lain mencurigakan suatu kista atau tumor ginjal. Pengkerutan, baik lokal atau

seluruh ginjal, mencurigakan adanya suatu infeksi kronis. Pada pielogram normal akan

diperoleh gambaran, ginjal berupa deskripsi radiologic harus meliputi contour, ukuran,

posisi, mobilitas, gambaran umum dan hubungannya dengan struktur didekatnya, variasi

normal harus diketahui. Contour ginjal biasanya terlihat pada foto polos abdomen karena

adanya lapisan lemak perirenal, biasanya cembung pada tepi luarnya dan cekung pada

halusnya. Pada bayi cenderung lobulated tetapi pada dewasa tidak ada. Satu ginjal dapat

tampak lebih besar dari yang lain, variasi ini penting dalam mendeteksi bermacam-

macam kelainan.

Tinggi ginjal pada ekspirasi sebagai berikut: hilus ginjal kanan biasanya

berhadapan dengan processus tranversus vertebrae L2 dan ginjal kiri 1-2 cm lebih tinggi.

Pada laki-laki: Ginjal kanan : panjang : 11,3 – 14,5 cm, lebar : 5,4 – 7,2 cm

Ginjal kiri : panjang : 11,6 – 14,8 cm, lebar : 5,3 – 7,3 cm

11

Pada Wanita Ginjal kanan : panjang : 10,7 – 13,9 cm, lebar : 4,8 – 5,6 cm

Ginjal kiri : panjang : 11,1 – 14,1 cm, lebar : 5,1 – 6,7 cm

Pada respirasi terjadi pergeseran ginjal 1-3 cm. Pada perubahan posisi dari

berbaring ke tegak pergeseran sampai 5 cm (1-1 ½ corpus vertebrae). Gambaran pelvis

renalis dan calyces sangat bervariasi. Pelvis renalis yang normal memungkinkan drainage

yang sama dari semua bagian ginjal dan memungkinkan aliran urine yang bebas ke ureter

dan vesica urinaria. Radiologis biasanya tampak 1 pelvis renalis, 2-3 calyx mayor dan 6-

14 calyx minor. Calyx superior biasanya 1 garis dengan ureter, sedangkan calyx inferior

terletak horizontal.

Calyx mayor hanya merupakan saluran, sedangkan calyx minor mempunyai leher

dan ujung yang melebar berbentuk cawan (cupping). Cupping ini dibentuk oleh

penonjolan papillae minor ke dalam calyces. Tepi cawan harus tajam dan berbatas tegas.

Harus dibedakan bayangan calyx yang bulat (dilihat dari ujungnya) dari clubbed calyx

yang abnormal.

Foto serial memperlihatkan adanya perubahan ukuran dan contour calyces yang

disebabkan karena motilitas, kontraksi dan relaksasi pelvis dan ureter. Perubahan ini

merupakan fisiologis. Ureter biasanya keluar dari pelvis renalis pada titik rendah dan

berjalan langsung kebawah menuju ke vesica urinaria. Rotasi Segera setelah kontras

diberikan, muncul pada sinar-x sebagai “Renal Blush”. Ini adalah kontras yang disaring

melalui korteks. Pada selang waktu 3 menit, blush ginjal masih jelas (pada tingkat lebih

rendah) tetapi calyces dan pelvis ginjal sekarang terlihat. Pada 9 - 13 menit kontras mulai

mengosongkan ke dalam ureter dan perjalanan ke kandung kemih yang sekarang telah

mulai mengisi. Untuk memvisualisasikan kandung kemih benar, berkemih pasca kontras

akan diambil, sehingga sebagian besar kontras (yang dapat menutupi patologi)

dikosongkan.

6. Jenis prosedur pelaksanaan IVP

a. IVP Darurat

Prosedur ini dilakukan pada pasien yang datang ke IGD, biasanya dengan kolik

ginjal berat dan tes hematuria positif. Dalam hal ini dokter memerlukan pemeriksaan

untuk mengetahui apakah pasien memiliki batu ginjal dan apakah itu yang menyebabkan

sumbatan dalam sistem kemih.

12

Pasien dengan batu ginjal tetapi tidak disertai sumbatan, biasanya dipulangkan

dan akan disarankan periksa dengan seorang ahli urologi.

Pasien dengan batu ginjal dan obstruksi biasanya diperlukan untuk tinggal di

rumah sakit untuk pemantauan atau perawatan lebih lanjut.

Sebuah IVP Darurat dilakukan kira-kira sebagai berikut:

a. KUB(Kidney, Ureter, Bladder) polos atau sinar-x abdomen;

b. suntikan media kontras, biasanya 20-40 cc;

c. sinar-x abdomen yang tertunda, diambil di sekitar 15 menit pasca injeksi.

Jika obstruksi tidak jelas di film pasca berkemih diambil dan pasien dikirim

kembali ke departemen darurat. Jika obstruksi terlihat, film pasca berkemih masih

diambil, namun diikuti dengan serangkaian radiografi diambil pada interval "double

time". Misalnya, pada 30 menit pasca injeksi, 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan sebagainya,

sampai obstruksi terlihat menghilang. Waktu penundaan ini dapat memberikan informasi

penting bagi urolog di mana dan seberapa parah obstruksi tersebut.

b. IVP Rutin

Prosedur ini yang paling umum untuk pasien yang memiliki hematuria

mikroskopik atau makroskopik yang tidak dapat dijelaskan. Hal ini digunakan untuk

memastikan adanya tumor atau gangguan yang mirip perubahan anatomi. Urutan gambar

kira-kira sebagai berikut:

polos atau Kontrol gambar KUB;

langsung kontras hanya daerah ginjal;

5 menit kontras hanya daerah ginjal.

Pada titik ini, kompresi mungkin atau tidak dapat diterapkan (ini merupakan

kontraindikasi pada kasus obstruksi). Dalam pyelography, kompresi melibatkan menekan

pada daerah perut bagian bawah, yang menghasilkan distensi pada saluran kemih atas.

Jika kompresi diberikan: 10 menit pasca injeksi kontras dari daerah ginjal yang

diambil, diikuti oleh KUB pada rilis kompresi.

Jika kompresi tidak diberikan: sebuah KUB standar diambil untuk menunjukkan

pengosongan ureter. Hal ini terkadang dapat dilakukan dengan pasien berbaring

dalam posisi tengkurap.

7. Tahapan Pembacaan Foto IVP

13

Tabel 1. Tahapan Pembacaan Foto IVP

Foto Polos Abdomen:

Pre peritoneal fat tampak terlihat jela

Psoas sign tampak terlihat jelas dan simetris

Distribusi udara dalam usus minimal

Tidak ada bayangan opasitas abnormal

Sistema tulang intak

FOTO POLOS ABDOMEN

14

Menit Uraian

0

5

15

30

60

PM

Foto polos perut

Melihat fungsi ekskresi ginjal. Pada ginjal normal system pelvikaliseal sudah

tampak

Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli

Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai kemungkinan terdapat

perubahan posisi ginjal ( ren mobilis)

Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih antara lain : filling defect,

hidronefrosis, double system, atau kelinan lain. Pada buli-buli diperhatikan

adanya indentasi prostat, trabekulasi, penebalan otot detrusor, dan sakulasi buli-

buli.

Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli-buli.

5 menit 15 menit

15

30 menit 60 menit post voiding

8. Kelainan yang dapat dilihat pada IVP

Kelainan-kelainan yang dapat terlihat pada IVP :

1. Kelainan pada ginjal

a. Kongenital, yaitu pada kelainan perkembangan ginjal

Kelainan letak ginjal (ektopik) :

Unilateral pelvis kidney

Horse kidney

Dystopic left kidney fused right kidney

Nearly complete agenesis to left kidney

Foto horse kidney

i. Kelainan ginjal

- Hipoplasia

- Aplasia

- Kista

b. Radang

Terjadinya perubahan pada pasien pelvis renis dari bentuk cupping sampai dengan

blunting (menggelembung). Termasuk didalamnya :

i. Pyelonefritis kronis

16

Pyelonefritis jarang ditemukan pada usia remaja, tetapi insidennya bertambah

pada usia tua dan disebabkan karena adanya retensi urin. Faktor penting pada

infeksi traktus urinarius pada wanita adalah masuknya organism kolon

kedalam buli-buli melalui uretra dan selanjutnya menjalar ke bagian

proksimal traktus urinarius. Infeksi hematogen sering disebabkan oleh kuman-

kuman streptococcus dan staphylococcus. Lesi di ginjal dapat bersifat local

atau difus. Pada stadium akut terdapat udem jaringan interstitial dengan

infiltrasi leukosit. Jika infeksi menjadi kronis akan terbentuk jaringan ikat dan

terjadi parut pengerutan ginjal.

ii. Renal abses

Infeksi supuratif akut parenkim ginjal biasanya mulai dari korteks menyebar

melalui hematogen. Penyebab terbanyak adalah kuman staapylococcus. Jika

terjadi satu atau lebih abses kecil dalam parenkim, maka biasanya tidak

ditemukan gambaran roentgen yang khas. Tapi jika abses ini bersatu

membentuk suatu abses besar atau karbunkel, maka pada foto polos akan

tampak perbesaran ginjal, dengan gambaran lemak perirenal pada daerah

tersebut suram. Pemeriksaan pyelografi intravena baru berarti jika fungsi

ginjal cukup untuk memperlihatkan system kalik. Ditemukan kompresi

perpindahan letak atau obliterasi kalik-kalik yang disebabkan oleh abses.

c. Tumor

i. Nefroblastoma

17

Tampak ada desakan dari

system kalises bagian bawah

sehingga menyerupai bunga lily

yang jatuh atau layu dan

disebut “dropping lily sign”.

ii. Wilms tumor

Tumor wilms jarang ditemukan pada waktu lahir atau bulan-bulan pertama

kelahiran. Tumor ini berasal dari congenital. Timbul dalam ;parenkim ginjal,

mungkin dari sisa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari focus tunggal,

kadang-kadang lebih dari satu area. Tumor wilms biasanya dikelilingi oleh

jaringan pseudokapsul yang memisahkannya dari kompresi parenkim ginjal

normal. Diagnosis ditegakkan dengan pyelograf intravena, ultrasonografi dan

computed tomografi.1

iii. Karsinoma sel ginjal

Disebut juga hipernefroma, adenokarsinoma ginjal, karsinoma sel terang

(clear sel carcinoma). Tumor ini terutama didapat pada orang dewasa. Jarang

terlihat pada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Berasal dari mana saja dalam

substansi ginjal, mungkin dari sel epitel atau tubuli ginjal. Pada pyelogram

tampak massa dalam ginjal.

d. Batu

18

Batu ginjal batu ureter

19

Batu Staghorn Batu Ginjal Batu ureter

20

Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam – macam. Batu kecil

di dalam kalik tidak selalu memberikan keluhan, jadi dapat tanpa gejala. Keluhan

yang paling banyak bila batu berada di dalam ureter. Batu besar yang mengisi system

pelviokalik ( batu staghorn ) dapat merusak seluruh ginjal. Biasanya terjadi

peradangan dan obstruksi. Gambaran klinis yang lazim adalah kolik ureter, hematuria

dan radang traktus urinarius.

Batu ginjal akan selalu terletak di dalam bayangan ginjal, apapun posisi

penderita. Foto lateral atau miring akan membantu membedakan batu ginjal dengan

batu empedu atau kalsifikasi yang lain. Batu ginjal bisa tunggal atau multipel, halus

atau kasar. Biasanya amat dense dan bias juga bilateral. Bentuknya bisa sesuai dengan

bentuk pelvis dan calyx renalis. Bila besar, disebut ``staghorn``; ini menyebabkan

infeksi yang berulang. Fragmen yang kecil bisa masuk ke dalam ureter dan

menyebabkan kolik renal atau obstruksi.

Penilaian batu ginjal, penting diperhatikan :

i. Jumlah, densitas, dan bayangan batu

ii. Lokasi

iii. Komplikasi ( obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur )

iv. Nefrokalsinosis

2. Kelaianan pada ureter

a. Batu

21

i. Radioiopak; tampak pada foto polos. Pemeriksaan IVP untuk menentukan

lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal dari batu.

ii. Radiolusen; tidak tampak pada foto polos, pada IVP tampak luput isi ( filling

defect ) pada ureter, dengan kemungkinan pelebaran bagian proksimalnya.

Diagnosis banding adalah tumor dan bekuan darah.

c. Radang

Pada radang ureter ( uretritis ), ureter tampak irregular dan

dapat berupa dilatasi ureter. Adanya batas tampak adanya

obstruksi dari derajat ringan sampai obstruksi total yang

menyebabkan ureterektasi dan hidronefrosis.

d. Tumor

Gambaran radiologis berupa luput isi ( filling

defect ), kemungkinan dilatasinya di

proksimalnya. Diagnosis banding ialah batu

radiolusen dan bekuan darah.

Foto Hidronefrosis

e. Trauma: Striktur: biasanya terjadi akibat peradangan, trauma terutama oleh

instrument

3. Kelainan pada vesika urinaria

Pada keadaan normal dinding

vesika urinaria licin dan rata. Pada

keadaan radang dindingnya irregular dan

kemungkinan disertai defek. Adanya

batu buli – buli, penyebab utamanya

adalah obstruksi dan infeksi.

22

Kebanyakan adalah radioopak dan dengan mudah dilihat pada foto polos

abdomen. Adanya filling defect biasanya disebabkan karena keganasan pada

vesika urinaria. Bila buli-buli akan diperiksa setelah urografi intravenous, lihatlah

pada foto menit ke 20. Bila pengisian tidak sempurna, dudukanlah penderita dan

foto setelah 20-menit lagi. Pastikan bahwa penderita tidak kencing selama waktu

menunggu tersebut.

(1) Buli-buli yang besar, bisa karena

(a) Obstruksi prostate.

(b) Obstruksi urethra (striktur karena gonococcus, phimosis, karsinoma

penis atau ketup urethra).

(c) Paralysis (neuroganic baldder).

(2) Buli-buli yang kecil

Biasanya terjadi setelah infeksi :

(a) Tuberkulosa

(b) Schistomiasis

(c) Setelah irradiasi pelis atau operasi untuk penyaki medulla spinsalis

(jarang)

(3) Garis bentuk buli-buli yang tidak teratur atau kasar

(a) Kasar dengan garis bentuk buli-buli yang tidak jelas, sering

disebabkan karena adanya hipertrofi otot dinding buli-buli dengan

trabekulasi atau diverticula.

(b) Cystitis konis bisa juga menyebabkan garis bentuk yang amat kasar

tanpa diverticula.

(c) Penyebab lain:

neurogenic bladder.

(4) Batu: Sering besar dan

tunggal, bisa mengalami

23

kalsifikasi atau tidak. Bisa terjadi pada dewasa atau anak-anak, bisa

multipel dan/atau berlapis-lapis.

(5) Kalsifikasi

Schistomiasis menyebabkan klasifikasi seperti kulit telur, yang bisa tipis

atau tebal, pada sebagian atau seluruh buli-buli. Bila klasifikasi hanya

berupa suatu bercak yang kecil, biasanya karena tuberkulosa, tetapi

schistomiasis atau encrusted papillae bisa juga menyeabkan hal ini.

(6) Penekanan pada Buli-buli

i. Perdarahan pelvis

ii. Penekanan pada atap buli-buli

iii. Pembesaran prostat

iv. Karsinoma buli-buli

v. Schistomiasis

H. Komplikasi pemberian kontras dan pencegahannya

Reaksi yang tidak menguntungkan dari pemberian kontras adalah :

1. Toxic rection berupa aritmia jantung, oedem paru, perasaan nyeri dan panas

pada lengan daerah yang disuntik.

2. Allergic reaction berupa urtikaria, konjungtivitis, rhinitis, bronkospasme, dan

angioneurotik oedem.

3. Idiosyncratic reaction berupa akut anafilaksis, reaksi vagal, mual, muntah,

perasaan tidak enak pada perut, perasaan ingin kencing atau berak, batuk dan

bersin.

24

Pencegahan terjadinya komplikasi dari pemeriksaan IVP adalah :

1. Anamnesa mencari riwayat alergi obat – obatan.

2. Pengobatan pendahuluan dengan derivate steroid.

3. Pengobatan pendahuluan dengan anti histamine.

4. Uji kepekaan dengan zat kontras yang akan digunakan, kalau mungkin ganti

kontras.

I. Keuntungan dan kerugian IVP

Keuntungan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan IVP adalah :

1. Kita mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu mendiagnosa

dan terapi pada kelainan – kelainan di organ traktus urinarius.

2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang terjadi

komplikasi.

3. IVP merupakan proses pemeriksaan radiology yang cepat, tanpa rasa sakit dan

lebih murah.

Kerugian dari IVP adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang

diberikan. Dan adanya efek radiology dengan adanya prosedur dari IVP tersebut.

25

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian – uraian diatas diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Intravena pyelografi ( IVP ) adalah pemeriksaan foto rontgen dengan cara

memasukkan zat kontras melalui sebuah vena yang kemudian akan mengisi traktus

urinarius.

2. Indikasi dari IVP adalah bila ada kecurigaan patologis pada traktus urinarius.

3. Keuntungan dari IVP adalah kita bisa mendapatkan informasi yang terperinci untuk

membantu diagnosa dan terapi pada kelainan – kelainan traktus urinarius.

Kerugiannya adalah bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang diberikan dan

adanya efek radiasi.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, Sjahriar, Kartoleksono, Sukonto, Ekayuda, Iwan, 1999, Radiologi Diagnostik,

Balai Penerbit FK UI, Jakarta

2. Dermroredjo, Sutaryan, 1992, Pemeriksaan IVP pada Kista Ginjal Kongenital,

Laboratorium Radiologi RSUP Sardjito, Yogyakarta.

3. Radiological Society of North America, Inc. ( RSNA ), 2005,

http://www.radiologyinfo.org

4. Purnomo, Basuki. B ., 2003, Dasar – Dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

5. Palmer, PES, Cockshott, WP, Hegedus, V, Samuel,E, 1995, Petunjuk Membaca Foto

Untuk Dokter Umum,ECG,Jakarta

6. Ghazali,Rusdy, 2001, Radiologi Diagnostik, FK UGM, Yogyakarta

7. Mary’s, Saint, 2005, http://www.saintmarysreno.com

8. Fasal, Arif, 2000, Kuliah Radiologi, FK UMY, Yogyakarta

9. The Yale University of Medicine ,Intravenous Pyelography, 2006,

http://www.healthanswer.com

27