Referat Psoriasis Rtf

28
Referat PSORIASIS VULGARIS OLEH: TRI SANDIARTI RISKIYANA 205.12.1.0002 RINA ANGGRAINI 205.12.1.0019 PEMBIMBING: Dr. Boedhy Setyanto, Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG RSUD KANJURUHAN KEPANJEN MALANG 2010

description

gg

Transcript of Referat Psoriasis Rtf

  • Referat

    PSORIASIS VULGARIS

    OLEH:

    TRI SANDIARTI RISKIYANA205.12.1.0002

    RINA ANGGRAINI205.12.1.0019

    PEMBIMBING: Dr. Boedhy Setyanto, Sp.KK

    KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

    RSUD KANJURUHAN KEPANJENMALANG

    2010

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan hidayah-

    Nya panulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Psoriasis vulgaris. Ucapan

    terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Boedhy setyanto Sp.KK atas bimbingan

    dalam penulisan referat ini. Tujuan penulisan referat ini adalah dalam rangka memenuhi

    salah satu syarat kelulusan pada Kepaniteraan Klinik (KKS) di bagian Ilmu penyakit kulit

    dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang-RSUD Kanjuruhan Kepanjen

    Malang.

    Penulis menyadari referat ini masih memiliki kekurangan, untuk itu kritik dan saran

    penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan referat ini. Semoga referat ini

    bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

    Malang, 15 Juni 2010

    Penulis

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Pendahuluan

    Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,

    ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,

    berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner (Adhi

    Djuanda, 2002).

    Dewasa ini kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak

    berbahaya tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, mengingat bahwa perjalanannya

    menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit

    berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di

    Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian

    pula bangsa Indian di Amerika. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita,

    psoriasis terdapat pada semua usia tetapi umumnya pada orang dewasa (Adhi Djuanda,

    2002).

    Penyebab psoriasis masih belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor resiko

    timbulnya psoriasis seperti faktor genetik dan faktor imunologi. Berbagai faktor pencetus

    pada psoriasis diantaranya stress psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner), endokrin,

    gangguan metabolik, obat, alkohol dan merokok. Stress psikis merupakan faktor pencetus

    yang utama (Adhi Djuanda, 2002).

  • 1.2 Batasan Masalah

    Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi, patogenesis,

    patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan penyakit psoriasis vulgaris

    1.3 Tujuan Penulisan

    Penulisan referat ini bertujua untuk:

    1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,

    penatalaksanaan dan prognosis penyakit psoriasis vulgaris.

    2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

    3. Memenuhi salah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu

    Penyakit Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD

    Kanjuruhan Kepanjen Malang.

    1.4 Metode Penulisan

    Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada

    beberapa literatur.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan

    residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama

    yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai juga fenomena tetesan lilin, Auspitz

    signs dan Koebner. Psoriasis merupakan jenis penyakit kulit yang penderitanya

    mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini

    terkadang untuk jangka waktu lama atau hilang timbul, penyakit ini secara klinis

    sifatnya tidak mengancam jiwa, tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi

    pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta

    menggangu kekuatkan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik.

    Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya

    berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada penderita

    psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 24 hari, (bahkan bisa terjadi lebih

    cepat) pada psoriasis juga terjadi pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.

    2.2 EPIDEMIOLOGI

    Psoriasis bisa terjadi pada semua individu, tidak ada hubungan dengan jenis

    kelamin, etnik, warna kulit atau bangsa. Penyakit ini bisa timbul kapan saja, dari bayi

    (jarang) sampai orang lanjut usia. Namun puncak umur rata rata adalah antara 15 dan

  • 25 tahun. Kulit gelap lebih jarang kena psoriasis daripada kulit pucat atau putih.

    Secara statistik diperkirakan sekitar 2 % pendudk dunia bisa terjangkit psoriasis.

    2.3 ETIOLOGI

    Faktor genetik diduga ikut berperan, bila orangtuanya tidak menderita

    psoriasis resiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orangtuanya

    menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit

    dikenal dua tipe yaitu psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis

    tipe II dengan awitan lambat bersifat non familial. Hal lain yang mendukung adanya

    faktor genetik adalah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I

    berhubungan dengan HLA-B13, B17,Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan

    dengan HLA-BR7 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-

    B27.

    Faktor imunologik juga berperan, defek genetik pada psoriasis dapat

    diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen

    (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk

    aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada

    dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfosit

    dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh

    limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya

    bertambah. Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya

    proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen

    maupun endogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn

  • over time) lebih cepat hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.

    Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun.

    Lebih 90% kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.

    Berbagai faktor pencetus pada psoriasis antara lain stress psikis, infeksi local, trauma

    (fenomena Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, alcohol dan merokok.

    Stress psikis merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan

    erat dengan salah satu bentuk psoriasis yaitu psoriasis gutata, sedangkan hubunganya

    dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas

    dan menapouse. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa

    pasca partus memburuk. Gangguan metabolisme contohnya hipokalsemi dan dialisis

    telah dilaporkan sebagai faktor pencetus.

    2.4 PATOGENESIS

    Kulit didesain dengan spesifikasi klinis sedemikian rupa sehingga mampu

    melindungi manusia dari luka atau infeksi, serta beberapa faktor imunologik, di

    antaranya sitokin TNF- , sebuah sinyal bahaya yang dikeluarkan oleh jaringan-

  • jaringan yang sedang mengalami luka kepada sistem imunologi. Pelepasan TNF-

    dari sel-sel yang terdestruksi pada luka nantinya akan memanggil sitokin-sitokin dan

    kemokin lainnya sehingga memodifikasi permukaan endotel pada venula-venula

    pascakapiler. Proses ini merupakan mekanisme alamiah yang memfasilitasi

    ekstravasasi leukosit ke jaringan yang sedang luka.

    Leukosit yang keluar dari pembuluh darah nantinya akan merembes

    memasuki dermis melalui beberapa proses yang melibatkan beberapa molekul, di

    antaranya LFA-1 (terkandung dalam contoh obat di atas, efalizumab). Leukosit yang

    memasuki dermis melalui gradien kemotaktik akan mulai memediasi fungsi efektor,

    misalnya untuk membunuh bakteri atau jamur. Selama perjalanannya leukosit yang

    menuju jaringan luka ini juga akan mengeluarkan TNF- ke sirkulasi. Dengan

    demikian semakin lama akan semakin banyak leukosit yang terpanggil ke tempat

    luka. Inilah proses imunosurveilans yang melibatkan jaringan luka dan sel-sel

    imunitas.

    Dalam kenyataannya, proses imunitas merupakan rangkaian adaptasi

    fisiologis yang senantiasa berubah demi mempertahankan hidup. Adaptasi imunitas

    ini dilakukan oleh sel-sel T yang populer dengan sebutan imunitas spesifik dan

    nonspesifik, meskipun dalam kerjanya dibantu oleh sel-sel dan molekul-molekul

    lainnya. Setiap sel T memiliki keunikan yang spesifik untuk antigen tertentu. Inilah

    target utama penyembuhan yang dilakukan oleh sistem imun alami. Yang penting

    ialah bagaimana menempatkan sel-sel T tersebut pada tempat dan waktu yang tepat.

  • Penempatan sel T diatur oleh pajanan jutaan antigen yang masuk ke tubuh

    manusia. Awalnya semua sel T merupakan sel T naif (null) yang berkelana di dalam

    pembuluh darah serta sebagian tersimpan di kelenjar getah bening (KGB) proses ini

    sangat.tergantung dengan LFA-1-. Ketika berada di KGB, sel-sel T akan 'dijemput'

    oleh sel-sel dendritik di jaringan terdekat KGB tersebut untuk diundang ke jaringan

    tadi. Ketika terdapat luka di jaringan, sel dendritik akan menjadi matur serta

    bermigrasi ke KGB karena dirangsang oleh sinyal berbahaya (misalnya TNF- )

    kemudian 'memberi tahu' (dengan mekanisme MHC kelas III) antigen apa yang

    sedang menyerang jaringan tersebut.

    Sebagaimana dipahami, MHC ( majorhistocompatibility complex) merupakan

    cara pengenalan antigen dari sel-sel yang terpajan antigen melalui ligan reseptor

    kepada sel T yang naif. Sel T naif ini terdiri dari sel-sel dengan reseptor yang khas.

    Sel T dengan reseptor CD28 akan berikatan dengan MHC dengan reseptor CD80 dan

    CD86 (kostimulasi), sedangkan sel T dengan reseptor LFA-1 akan berikatan dengan

    ICAM-1 ( intercellular adhesion molecules 1) pada sel dendritik.

    Sel T Menyerang :

    Setelah proses permulaan tadi, sel-sel T naif yang telah berikatan dengan

    reseptornya yang cocok akan bereplikasi dan multiplikasi, kemudian

    mengekspresikan molekul baru pada permukaannya. Sebagian menjadi sel T memori,

    sebagian lagi memulai kerjanya menuju lokasi anatomi yang sedang mengalami

    kerusakan. Sel-sel T dari KGB yang telah 'dididik' oleh MHC, dalam hal ini sel

  • dendritik, akan menuju ke lokasi kejadian perkara. Sedangkan sel T dari organ serupa

    KGB, yakni Patch Peyer di usus, akan menuju ke lamina propria usus.

    Sel T yang menuju ke kulit akan mengekspresikan Cutaneous Lymphocyte

    Antigen (CLA), reseptor chemokine CC 4 dan 10, serta LFA-1. Nantinya ekspresi

    CLA dan kawan-kawannya akan berinteraksi dengan pembuluh darah untuk

    menghasilkan E-selectin dan P-selectin, ligan chemokine CC (misalnya CCL17),

    serta ICAM-1. Reaksi inilah yang membantu sel T untuk melawan antigen-antigen

    yang masuk ke kulit. Jika memang tidak ada antigen yang masuk ke kulit, maka

    perlahan-lahan sel-sel T ini akan masuk ke pembuluh limf dan berjalan menuju KGB

    terdekat. Konsep sel T memori dengan CLA, LFA-1, dan reseptor CC inilah yang

    menjawab pertanyaan mengapa reaksi antigen di kulit berlangsung sangat cepat.

    Pasalnya, pelepasan TNF- dan sitokin-sitokin lainnya akan merangsang

    pembentukan ICAM-1,chemokine, dan E-selectin dalam jumlah yang besar.

    Pada intinya, selain TNF- , banyak mediator yang membuat sel T lebih cepat

    masuk ke kulit. Perlindungan ekstra ketat ini memang istimewa dimiliki oleh kulit

    guna melakukan adaptasi imunosurveilans yang cepat serta melawan kemungkinan

    infeksi patogen yang sangat mudah untuk masuk ke kulit. Sistem elegan inilah yang

    menjadi dasar kelainan pada penderita psoriasis. Para penderita psoriasis memiliki

    autoantigen psoriasis yang diproduksi di tubuh dan spesifik dilawan oleh sel-sel T

    memori yang berada di sekitar kulit. Ketika ada autoantigen psoriasis datang, sel-sel T

    otomatis akan menyerang dan otomatis pula menghasilkan mediator-mediator di atas,

    termasuk TNF- dan LFA-1. Selain itu, di samping sel-sel T jaringan yang telah luka

  • akibat reaksi antigen dengan sel T juga akan memproduksi TNF- yang akhirnya

    akan memperburuk keadaan psoriasis.

    Keadaan ini ditandai dengan respon perproliferasi epidermis serta gejala

    umum psoriasis. Inilah proses reversibel dari psoriasis dan hanya bisa dihentikan

    dengan cara memblok aktivasi sel-sel T pada lesi tersebut.

    Proses Perlawanan :

    Dari contoh di atas, misalnya etanercept, TNF- yang larut maupun tak larut

    akan diikat bersama IgG yang berikatan dengan reseptor p75 TNF- . Konsep ini

    sangat bermanfaat mengingat TNF- sebenarnya dibuat oleh leukosit (termasuk sel T)

    dan.sel-sel yang bukan turunan dari sumsum tulang (termasuk kulit) yang

    bersemayam di sekitar kulit.

    Etanercept ini kabarnya telah terbukti ampuh mengobati rheumatoid arthritis,

    inflammatory bowel disease (IBD), dan psoriasis arthritis. Studi terbaru (namun

    belum diaplikasikan secara luas) obat semacam etanercept ini juga mampu mengatasi

    keluhan pada psoriasis biasa/psoriasis vulgaris. Sedangkan obat seperti efalizumab,

    yang memiliki target CD11a atau L terbukti ampuh memblok interaksi LFA-1.

    Antibodi monoklonal ini mampu menghalangi interaksi ICAM-1 dan ICAM-2.

    Bedanya dengan jenis etanercept, efalizumab terfokus melawan LFA-1 yang notabene

    hanya dihasilkan oleh leukosit, tidak seperti TNF- yang bisa juga dihasilkan oleh

    sel-sel lainnya. Sel T sangat bergantung pada LFA untuk melakukan perlawanan,

    terutama ketika ekstravasasi ke tempat yang rusak.

  • 2.5 GEJALA KLINIS

    Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi

    eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp,

    perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku

    serta lutut, dan daerah lumbosakral.

    Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan

    skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium

    penyembuhan sering eritem yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir.

    Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar

    kelainan bervariasi : lentikuler, numuler atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika

    seluruhnya atau sebagian besar lentikuler disebut psoriasis gutata, biasanya pada

    anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut oleh Streptococcus. Pada

    psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Kedua

    fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tak

    khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya

    liken planus dan veruka plana juvenilis. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang

    berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan

    oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada

    fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh

    papilomatosis, caranya skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, setelah skuamanya

    habis maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan

    tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma

  • pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang

    sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomena kobner yang timbul kira-kira

    setelah 3 minggu. Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak

    kira-kira 50%, yang agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa

    lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tak khas adalah kuku yang keruh, tebal,

    bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya (hyperkeratosis

    subungual) dan onikolisis.

  • EXAMPLES OF PSORIASISGambar A-J menampilkan bentuk-bentuk lesi psoriasis di kulit. Lesi bisa muncul di seluruh bagian tubuh. Gambar D adalah contoh psoriasis yang minimal. K-M merupakan contoh-contoh psoriasis yang ada di kuku. Pada penderita athlete's foot, bentuk kuku jari-jarinya juga bisa sangat mirip dengan psoriasis pada kuku. Jadi tidak salah jika diagnosis psoriasis sering dilihat dari penampilan kuku jarinya. Gambar K dan L menampilkan lubang-lubang di kuku, dan gambar M menunjukkan karakteristik warna kekuningan atau coklat yang dikenal sebagai "oil spot."

  • 2.6 BENTUK KLINIS

    Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis antara lain :

    1. psoriasis vulgaris

    bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan

    pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.

  • 2. psoriasis gutata

    diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan

    diseminata, umumnya setelah infeksi streptococcus di saluran napas bagian

    atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda.

    Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun

    viral.

    3. psoriasis inversa

    Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor

    sesuai dengan namanya. Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal

    paha, dibawah payudara, dan di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan

    panggul Tipe psoriasis ini pertama kali tampak sebagai bercak (lesions) yang

    sangat merah dan biasanya lack the scale associated dengan psoriasis plak.

    Bercak itu bisa tampak licin dan bersinar.

  • Psoriasis Inverse sangat (particularly irritating) menganggu karena

    iritasi yang disebabkan gosokan/garukan dan keringat karena lokasinya di

    lipatan-lipatan kulit dan daerah sensitif (tender). terutama sangat mengganggu

    bagi penderita yang gemuk dan yang mempunyai lipatan kulit yang dalam.

    Pengobatan bisa sukar, karena kulit peka pada daerah lipatan-lipatan. Krem

    steroid dan salep diyakini sangat efektif, tetapi tidak boleh di tutup dengan

    plastic. Penggunaan berlebihan atau kesalahan pemakaian steroid, terutama

    pada lipatan-lipatan kulit, dapat menimbul efek samping, terutama penipisan

    pada kulit dan meninggalkan tanda. Karena pada daerah ini cenderung timbul

    infeksi disebabkan yeast dan jamur, dokter akan menguji untuk infeksi dan

    mungkin akan menggunakan krem cair oles steroid di gabungkan dengan

    obat-obatan lain, seperti, 1% atau 2% hydrocortisone dengan anti-yeast atau

    anti-jamur. Krem/salep lain, seperti Dovonex(daivonex), coal tar atau

    anthralin, bisa juga efektif untuk pengobatan psoriasis pada lipatan kulit,

    tetapi bisa menyebabkan iritasi. Obat-obatan ini harus dipergunakan secara

    hati-hati dan dibawah pengawasan dokter. Penderita psoriasis inverse yang

    telah parah mungkin sewaktu-waktu memerlukan obat telan/minum seperti

    methotrexate (MTX), untuk mengontrol penyakit mereka. Desember 2000

    yang lalu, badan POM Amerika mensahkan (approved) obat yang disebut

    Protopic (dikenal juga dengan nama generik tacrolimus) untuk eksim. banyak

    dokter kulit menemukan bahwa obat ini bekerja dengan baik pada bercak-

    bercak psoriasis pada lipatan kulit. Elidel (dikenal juga dengan nama generik

    pimecrolimus) dapat juga dipergunakan untuk penderita psoriasis inverse.

  • Pada umumnya Elidel tidak se-efektif Protopic, tapi lebih tidak berminyak.

    Kadang-kadang sebuah obat yang diberikan pakai resep oleh seorang dokter,

    pembuatannya dicampur oleh seorang apoteker, atau dibawa keluar negeri

    dengan nama brand Castederm) digunakan untuk pengobatan psoriasis

    inverse. Obat berbentuk cairan dapat dioleskan pada bercak kulit dan dapat

    membantu mengeringkan bercak-bercak psoriasis pada lipatan kulit, seperti

    penggunaan macam-macam bedak kulit. Sebagian orang akan menggunakan

    krem pada malam hari dan bedak pada pagi hari, Zeasorb dan Zeasorb AF

    adalah bedak yang efekfif untuk digunakan untuk psoriasis inverse.

    Pengobatan dengan penyuntikan pertama kali dipelajari dan diakui untuk

    penderita psoriasis plak, obat tersebut efektif juga dipergunakan untuk

    mengobati psoriasis inverse.

    4. psoriasis eksudativa

    bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada

    bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.

  • 5. psoriasis seboroik

    gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan

    dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak

    dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada

    tempat seboroik.

    6. psoriasis pustulosa

    terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata, dan generalisata.

    Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis pustulosa palmo-plantar (barber).

    Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata

    akut.

    7. Eritroderma psoriatic

    eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topical yang terlalu

    kuat atau oleh penyakit sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk

    psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama yang tebal

  • universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar yakni lebih

    eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.

    2.7 PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

    Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni:

    parakeratosis, hiperkeratosis, akantosis. Pada stratum spinosum terdapat

    kelompok leukosit yang disebut abses munro. Selain itu terdapat pula

    papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.

  • 2.8 DIAGNOSA BANDING

    1. Dermatofitosis

    Pada stadium penyembuhan dermatofitosis , eritema dapat terjadi hanya

    dipinggir sehingga menyerupai dermatofitosis.

    2. Sifilis psoriasiformis

    Sifilis stadium II dapat menyerupai sifilis psoriasiformis

    3. Dermatitis seboroik

    Skuama dermatitis seboroik berminyak dan kekuning-kuningan dan bertempat

    predileksi pada tempat yang seboroik.

    2.9 PENGOBATAN

    2.9.1 PENGOBATAN SISTEMIK

    1. kortikosteroid

    kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dosisnya kira-kira ekivalen dengan

    prednisone 30 mg per hari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan,

    kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan

    menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosis generalisata

    2. obat sitostatik

    obat sitostatik yang biasanya digunakan adalah metotreksat. Indikasinya ialah

    untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan

    eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar.

    Kontraindikasinya adalah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik,

  • kehamilan penyakit infeksi aktif, (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum,

    kolitis ulserosa dan psikosis. Setiap 2 minggu diperiksa : Hb, jumlah lekosit,

    hitung jenis, jumlah trombosit, dan urin lengkap. Efek sampingnya

    diantaranya ialah nyeri kepala, alopesia, juga terhadap saluran cerna, sumsum

    tulang belakang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri

    lambung, stomatitis ulserasi, dan diare

    3. Levodopa

    levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Diantara penderita

    Parkinson yang sekaligus juga menderita psoriasis, ada yang membaik

    psoriasisnya dengan pengobata levodopa.

    4. DDS

    DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa

    tipe barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya adalah anemia

    hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis

    5. Etretinat

    merupakan retinoid aromatic digunakan bagi psoriasis yang sukar

    disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat pula

    digunakan untuk eritroderma psoriatika. Pada psoriasis obat tersebut

    mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal

    6. Siklosporin

    efeknya adalah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat

    nefrotoksis dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya

    setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

  • 2.9.2 PENGOBATAN TOPIKAL

    1. preparat ter

    2. kortikosteroid

    3. ditranol (antralin)

    4. pengobatan dengan penyinaran

    5. calcipotriol

    6. tazaroten

    7. emolien

    2.9.3 FOTOTERAPI

    1. PUVA

    Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang

    sinergik. Mula-mula 10-20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian

    dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, diantaranya 4 x

    seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah pengobatan 3-4 minggu,

    setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan (maintenance) seminggu sekali atau

    dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan untuk

    eritroderma psoriatik dan psoriasis pustulosa.

    2. UV B (290-320 nm)

  • 2.9.4 TERAPI BIOLOGIK

    Yaitu terapi yang menggunakan protein (agen biologic) dalam bentuk

    antibody monoclonal, protein fusi, sitokin rekombinan yang bekerja selektif pada

    elemen spesifik system imun.

    4 strategi pengobatan menggunakan agen biologik:

    1. Menghilangkan sel T yang patogen. Orang dengan psoriasis memiliki sel T yang

    sangat aktif dan patogenik, yaitu set T tidak normal dan bersifat menimbulkan

    penyakit. Sel T ini berjumlah banyak dan mengeluarkan bahan yang membuat kulit

    memerah, tebal, dan merangsang sel cepat membelah diri.

    2. Menghambat aktivasi sel T.

    3. Mengubah keseimbangan sitokin.

    4. Menghambat sitokin.

    Keunggulan pengobatan menggunakan agen biologik, yaitu tidak mempengaruhi

    sel-sel normal. Hanya mempengaruhi sel-sel patogen, contohnya yaitu etarnecept

    (anti TNF alfa). Dalam penggunaan terapi biologik, remisi (kesembuhan sementara)

    dapat bertahan panjang. Setelah beberapa bulan, obat digunakan kembali. Dengan

    pengobatan, khususnya pengobatan biologik, risiko keparahan penyakit semakin

    berkurang, dan menekan gejala penyakit sehingga tidak mengganggu kualitas hidup

    penderita.

  • 2.10 PROGNOSIS

    Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan

    residif.

  • BAB III

    KESIMPULAN

    Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan

    residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama

    yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai juga fenomena tetesan lilin, Auspitz

    signs dan Koebner. Psoriasis merupakan jenis penyakit kulit yang penderitanya

    mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini

    terkadang untuk jangka waktu lama atau hilang timbul, penyakit ini secara klinis

    sifatnya tidak mengancam jiwa, tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi

    pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta

    menggangu kekuatkan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik.

    Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya

    berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada penderita

    psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 24 hari, (bahkan bisa terjadi lebih

    cepat) pada psoriasis juga terjadi pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.

    Gejala klinis :

    Gatal

    efloresensi : Plak eritema, batas jelas, tertutup skuama tebal, transparan,

    berlapis2, lepas dibagian tepi, lekat dibagian tengah

    Auspitz sign

    Koebner phen

    Fenomena tetesan lilin

  • Bentuk klinis :

    Psoriasis vulgaris

    Psoriasis gutata

    Psoriasis inversa

    Psoriasis pustulosa

    Psoriasis seboroik

    Psoriasis eritroderma

    Terapi :

    Pengobatan topical:

    preparat ter

    kortikosteroid

    ditranol (antralin)

    pengobatan dengan penyinaran

    calcipotriol

    tazaroten

    emolien

    Fototerapi:

    UV B (290-320 nm)

    Psoralen + UVA (PUVA)

    Terapi biologik

    Yaitu terapi yang menggunakan protein (agen biologic) dalam bentuk

    antibody monoclonal, protein fusi, sitokin rekombinan yang bekerja selektif

    pada elemen spesifik system imun.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Barakbah et al. 2007. Atlas penyakit kulit dan kelamin. FK UNAIR. Surabaya hal

    131-136

    Djuanda A. 2001. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI, Jakarta. hal 189-194.

    Kapita Selekta Kedokteran. 2005. FK UI, Jakarta

    Sel T Menyerang :Proses Perlawanan :