Referat Psoriasis & Parapsoriasis

39
Referat Psoriasis & Parapsoriasis BAB I PSORIASIS I.1 Definisi Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Ausplitz, dan Kobner. 1 Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa. 1 I.2 Epidemiologi Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalannya menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3 -7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di Amerika. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa. 1 I.3 Etiopatogenesis

description

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Transcript of Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Page 1: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

BAB I

PSORIASIS

I.1 Definisi

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan

adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan

transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Ausplitz, dan Kobner. 1

Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain,

misalnya psoriasis pustulosa. 1

I.2 Epidemiologi

Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian,

tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalannya menahun

dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di

Eropa dilaporkan sebanyak 3 -7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada

bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di

Amerika. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua

usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.1

I.3 Etiopatogenesis

Faktor genetik berperan. Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis, risiko psoriasis

12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis risikonya mencapai 34 –

39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat

familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong

adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan

dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2,

sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27.1

Faktor imunologik, juga berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan

pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.

Keratinosit psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang

Page 2: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.

Sedangkan lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD 8. Pada lesi psoriasis

terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan pada

imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan

antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada psoriasis pembentukan

epidermis lebih cepat, hanya 3 – 4 hari, sedangkan kulit normal lamanya 27 hari.1

Berbagai faktor pencetus pada psoriasis yang disebut dalam kepustakaan, di antaranya

stres psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat, juga

alkohol dan merokok. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai

hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata, sedangkan hubungannya

dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoriasis gutata yang

sembuh setelah diadakan tonsilektomia. Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus.

Faktor endokrin rupanya mempengaruhi perjalanan penyakit. Puncak insiden psoriasis pada

waktu pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada

masa pascapartus memburuk. Gangguan metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialisis telah

dilaporkan sebagai faktor pencetus. obat yang umumnya dapat menyebabkan residif ialah

betaadrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid

sistemik.1

Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini, yaitu:4

- Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.

- Faktor- faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian menyebutkan bahwa

68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan penyakitnya

lebih berat dan hebat.

- Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis paru,

dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.

- Penyakit metabolik, seperti diabetes mellitus yang laten.

- Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.

- Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh pada musim

panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat.

I.4 Gejala Klinis

Page 3: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma. Sebagian

penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp, perbatasan daerah tersebut

dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.1

Tempat predileksi dari psoriasis.3

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi dengan skuama di atasnya.

Eritema sirkumsrip dan merata tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah

menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih

seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, nummular atau plakat, dapat

berkonfluensi, jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya

pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut oleh Streptococcus.1

Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah adalah merah, papul dan berkembang

menjadi kemerahan, plak yang berbatas tegas (Gambar 2.2 sampai dengan 2.4). Lokasi plak pada

umumnya terdapat pada siku, lutut, skalp, umbilikus, dan intergluteal.2

Page 4: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Pasien psoriasis dengan kulit cerah, lesi primer adalah plak merah

dengan sisik putih perak.2

Plak kronis psoriasis, papul merah salmon dengan batas tegas (kiri) dan Plak kronis psoriasis

yang menyebar, berwarna merah salmon berbatas tegas (kanan).2

Page 5: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Pada pasien psoriasis dengan kulit gelap, distribusi hampir sama, namun papul dan plak

berwarna keunguan denan sisik abu-abu.

Pasien dengan kulit gelap, plak dan papul berwarna keunguan dan sisik berwarna abu-abu (kiri)

dan pasien Afrika-Amerika dengan plak keunguan yang tebal, dan sisik abu-abu pada dorsal jari

(kanan).2

Pada telapak tangan dan telapak kaki, berbatas tegas dan mengandung pustule steril dan menebal

pada waktu yang bersamaan. Trauma eksternal, meliputi goresan dan garukkan pada kulit

menyebabkan plak psoriatik yang lama,hal ini dikenal dengan Fenomena Kobner.2

Plantar kaki pasien psoriasis, menebal dengan bermacam-macak sisik.2

Page 6: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner (isomorfik). Kedua

yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tak khas, hanya kira-kira 47%

yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana

juvenilis.1

Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada

goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores

dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-

bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara mengerjakannya demikian: skuama yang

berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka

pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan

yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis,

misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan psoriasis dan disebut

fenomen kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.1

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50% , yang

agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukanlekukan miliar. Kelainan

yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan

tanduk di bawahnya (hyperkeratosis subungual), dan onikolisis.1

Psoriasis pada kuku.3

Di samping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula

menyebabkan kelainan pada sendi. Penyakit ini umumnya bersifat poliartikular, tempat

predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30 – 50 tahun. Sendi

membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang

ditemukan.1 Psoriasis arthritis diklasifikasikan menjadi 5 subgrup: (1) asimetris oligoartrikular

Page 7: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

arthritis, ditemukan pada 70% pasien dengan arthritis dan ditandai dengan sausage-shaped

digits, (2) keterlibatan sendi metakarpofalangeal simetris, (3) keterlibatan sendi interfalang

distal, dengan deformitas swan neck, (4) arthritis mutilans, ditandai dengan resorpsi tulang, dan

(5) spondilitis atau spondiloarhtropati. Usia puncak seiktar 40 tahun, dan sering kali onset

bersifat akut.2

Psoriasis Arthritis, stadium akhir yang mengarah kepada arthritis mutilans.3

Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:1

1. Psoriasis Vulgaris

Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena

lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.1

Psoriasis vulgaris, lesi primer berbatas tegas, papul merah salon dengan sisik perak.3

2. Psoriasis Gutata

Page 8: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata,

umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau

morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang

lain baik bakterial maupun viral.1

Pasien psoriasis gutata, lesi predominan ungu dan abu-abu.2

3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)

Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan namanya.1

Psoriasis inversa pada daerah siku.3

4. Psoriasis Eksudativa

Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini

kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.1

5. Psoriasis Seboroik (Seboriasis)

Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis

seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain

berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.1

6. Psoriasis Pustulosa

Page 9: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri,

kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, bentuk

lokalisata, dan generalisata. Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis pustulosa palmoplantar

(Barber). Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (Von

Zumbusch).1

Psoriasis pustulosa palmoplantar bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau

telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril dan

dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.1

Psoriasis pustulosa palmar.3

Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) dapat ditimbulkan oleh berbagai

faktor provokatif, misalnya obat yang tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik. Obat

lain contohnya, penisilin dan derivatnya, serta antibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin,

kalium iodide, morfin, sulfapiridin, sulfonamide, kodein, fenilbutason, dan salisilat. Faktor lain

selain obat ialah hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional, serta infeksi bakterial

dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah mendapat psoriasis.

Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah menderita psoriasis.1

Gejala awalnya ialah kulit nyeri, hiperalgesia disertia gejala umum berupa

demam,malaise, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin eritematosa. Setelah

beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dalam

beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul

berkonfluensi membentuk lake of pus berukuran beberapa cm.1 Pustul besar spongioform terjadi

akibat migrasi

Page 10: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

neutrofil ke atas stratum malphigi, di mana neutrofil ini beragregasi di antara keratinosit yang

menipis dan berdegenerasi.3 Kelainan-kelainan semacam itu akan terus menerus dan dapat

menjadi eritroderma. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, kultur pus dari

pustul steril.1

Psoriasis von Zumbusch, pustul multipel pada kulit yang eritematosa (kiri) dan Psoriasis von

Zumbusch (kanan).3

7. Eritroderma Psoriatik

Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh

penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi

karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak

samar-samar, yakni eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.1 Manifestasi klinis tipe ini, difus,

eritema generalis dan sisik yang meluas. Kulit merasa hangat dan aliran darah kutaneus

meningkat.2

I.5 Histopatologi

Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni parakeratosis dan akantosis. Pada

stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut pula abses Munro. Selain itu terdapat

pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.1

Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan keratinisasi

sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel tanduk ini

masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam stratum korneum dapat ditemukan kantong-

kantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses

Page 11: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Munro. Pada puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh

sebukan sel radang limfosit dan monosit.4

I.6 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan bidang dermatopatologi, serologi dan kultur. Pada

pemeriksaan dermatopatologi dapat ditemukan penebalan lapisan epidermis (akantosis), dan

penipisan epidermis pada bagian pemanjangan papilla dermal, peningkatan mitosis sel

keratinosit, fibroblast dan endothelial, parakerotik hyperkeratosis, serta inflamasi sel dermis

(limfosit dan monosit) dan epidermis (limfosit dan polimorfonuklear), membentuk mikroabses

Munro pada stratum korneum.3

Pemeriksaan serologi dapat ditemukan titer antistreptolisin pada psoriasis gutata akut

dengan infeksi streptokokus yang mendahuluinya. Onset mendadak dari psoriasis dapat

berhubungan dengan infeksi HIV. Penentuan status serologi HIV hanya diindikasikan pada

pasien dengan risiko tinggi. Asam urat serum meningkat pada 50% pasien, biasanya berkolerasi

denan penyebaran penyakit yang dapat menyebabkan artritis gout. Penurunan kadar asam urat

menunjukkan efektivitas terapi. Pemeriksaan kultur diambil dari tenggorokan untuk mengetahui

infeksi Streptococcus group A-β hemolitikus.3

I.7 Diagnosis Banding

Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak khas, maka

harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatosis eritroskuamosa.1 Pada

diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa psoriasis terdapat tanda-tanda yang khas,

yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan fenomena

Auspitz.1

Pada stadium penyembuhan telah dijelaskan, bahwa eritema dapat terjadi hanya di

pinggir hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya ialah keluhan pada dermatofitosis

gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.1 Sifilis stadium II dapat menyerupai

psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis. Penyakit tersebut sekarang jarang terdapat,

perbedaannya pada sifilis terdapat sanggama tersangka, pembesaran kelenjar getah bening

menyeluruh, dan tes serologic untuk sifilis (T.S.S) positif.1

Page 12: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan

kekuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik.1 Psoriasis gutata akut

didiagnosis banding dengan erupsi obat makulopapular, sifilis sekunder dan pityriasis rosea. Plak

dengan sisik kecil didiagnosis banding dengan dermatitis seboroik, likenplanus kronis simpleks,

tinea korporis, dan mikosis fungoides. Psoriasis dengan plak luas didiagnosis banding dengan

tinea korporis dan mikosis fungoides. Psoriasis pada daerah scalp didiagnosis banding dengan

tinea kapitis dan dermatitis seboroik. Psoriasis inverse didiagnosis banding dengan tinea,

kandidiasis, intertrigo, penyakit Paget ekstramammae. Psoriasis pada kuku didiagnosis banding

dengan onikomikosis.3

I.8 Pengobatan

Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Pada pengobatan psoriasis gutata yang

biasanya disebabkan oleh infeksi di tempat lain, setelah infeksi tersebut diobati umumnya

psoriasis akan sembuh sendiri.1

I.8.1 Topikal

Preparat Ter

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang. Menurut

asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari:1

- Fosil, misalnya iktiol.

- Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

- Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens

Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup efektif

ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari batubara lebih efektif daripada ter berasal dari

kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga besar1

Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara,

karena ter tesbut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis yang

menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter dari

kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara dikuatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi

eritroderma.1

Page 13: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau kurang sedap dan

berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis detergens tidak demikian.1 Konsentrasi

yang biasa digunakan 2 – 5%, dimulai dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan

konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara

menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 – 5 %. Sebagai vehikulum harus digunakan

salap.1

Kortikosteroid

Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan vehikulum bergantung pada

lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di tempat lain digunakan salap.

Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang, bila digunakan potensi

kuat pada muka dapat memberik efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan

berupa strie atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat

atau sangat kuat bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan

frekuensinya dikurangi. 1

Ditranol (Antralin)

Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang

digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ – ½

jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.1

Calcipotriol

Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g. Perbaikan

setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik daripada salep betametason 17-

valerat. Efek sampingnya pada 4 – 20% berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat

pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat

dihentikan.1

Tazaroten

Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan normalisasi

petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang

menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %.

Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat

penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar,

dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.1

Page 14: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain lipatan),

ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari,

fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi

emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.1

I.8.2 Fototerapi

Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat

digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara alamiah, tetapi

sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan akan memperberat psoriasis. Karena itu digunakan

sinar ultraviolet artifisial, di antaranya sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar tersebut dapat

digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen)

dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan

cara Goeckerman. 1

Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata, pustular, dan

eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan salep likuor karbonis

detergens 5 -7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB

pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali

dinaikkan sebagai 15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan

ialah pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Hasil baik

dicapai pada 73,3% kasus terutama tipe plak. 1

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Mula-

mula 10 – 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat

bermacam-macam bagan, di antaranya 4 x seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah

pengobatan 3 – 4 minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan seminggu sekali atau

dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik

dan psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaan yang lama

kemungkinan akan terjadi kanker kulit. 1

I.8.3 Pengobatan Cara Goeckerman

Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter berasal dari batubara dan

sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai ter dan sinar tersebut. Yang

Page 15: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

pertama digunakan ialah crude coal tar yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4 – 6

minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada

UVA. 1

I.8.4 Sistemik

Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis. Dimulai dengan prednisone dosis rendah 30-60 mg,

atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan,

kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan

kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata. 1

Sitostatik

Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah untuk psoriasis,

Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar

terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem

hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberculosis, ulkus peptikum, colitis

ulserosa, dan psikosis). Cara penggunaan metotreksat ialah demikian. Mula-mula diberikan tes

dosis inisial 5 mg per os untuk mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika

tidak terjadi efek yang tidak dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg, dengan interval 12 jam

dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg –

5 mg per minggu. Biasanya dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak perbaikan. Cara lain

ialah diberikan i.m. 7,5 mg – 2,5 mg dosis tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih banyak

menimbulkan efek samping daripada cara pertama. Jika penyakitnya telah terkontrol dosis

diturunkan dan masa interval diperpanjang kemudian dihentikan dan kembali ke terapi topikal.

Setiap 2 minggu diperiksa Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah trombosit dan urin lengkap.

Setiap ½ bulan diperiksa fungsi ginjal dan hati. Bila jumlah leukosit kurang dari 3500,

metotreksat agar dihentikan. Jika fungsi hepar normal, biopsi hepar dilakukan setiap dosis total

mencapai 1,5 g. kalau fungsi hepar abnormal, biopsi dikerjakan setiap dosis total mencapai 1 g.

Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan, penyakit

infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, colitis ulserosa, dan psikosis. Efek

samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi tuberkulosis,

nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran

Page 16: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi

enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia,

trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis portal dan sirosis

hepatik. 1 Pada psoriasis arthritis, penggunaan obat ini harus digunakan secara dini untuk

mencegah kerusakan tulang. Metotreksat satu kali dalam seminggu dapat digunakan sebagai lini

pertama, infliximab atau etanercept juga memiliki efektivitas tinggi. 3

Levodopa

Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Di antara penderita Parkinson yang

sekaligus juga menderita psoriasis ada yang membaik psoriasisnya dengan pengobatan levadopa.

Menurut uji coba yang dilakukan, obat ini berhasil menyembuhkan kira-kira sejumlah 40% kasus

psoriasis. Dosisnya antara 2 x 250 mg – 3 x 500 mg. Efek sampingya berupa mual, muntah,

anoreksia, hipotensi, gangguan psikis dan gangguan pada jantung. 1

DDS

DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe Barber dengan

dosis 2×100 mg/hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan

agranulositosis.1

Etretinat (Tegison, tigason)

Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis yang sukar

disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis

pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut

mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. 1 Dosisnya bervariasi :

pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan

menjadi 1½ mg/kgbb/hari. 1 Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir

pada mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan

persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan teratogenik.

Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan. 1

Asitretin (neotigason)

merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa

dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan

etretinat yang lebih dari 100 hari. 1

Siklosporin

Page 17: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya menghambat kalsineurin. Kalsineurin adalah

enzim fosfatase dependent kalsium dan memgang peranan kunci dalam defosforilasi protein

regulator di sitosol, yaitu NFATc (Nuclear Factor of Activated T Cell). Setelah mengalami

defosforilasi, NFATc ini mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk mengaktifkan gen yang

bertanggung jawab dalam sintesis sitokin, terutama IL-2. Siklosporin juga mengurangi produksi

IL-2 dengan cara meningkatkan ekspresi TGF-β yang merupakan penghambat kuat aktivasi

limfosit T oleh IL-2. Meningkatnya ekspresi TGF-β diduga memegang peranan penting pada

efek imunosupresan siklosporin.5 Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.

Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat

dihentikan dapat terjadi kekambuhan. 1

Terapi Biologik (Antibodimonoklonal dan Protein Fusi)

Beberapa protein, ditargetkan secara spesifik pada reseptor yang

berhubungan pada sel T atau sitokin, sudah dibuktikan dan sedang dikembangkan. Terapi ini

harus dikerjakan oleh spesialis dermatologi yang familiar dengan dosis, interaksi obat dan efek

samping jangka pendek maupun jangka panjang.3

Alefacept adalah protein fusi antigen berhubungan dengan human lymphocyte function (LFA)-3-

IgG1 yang mencegah interaksi LFA 3 dan CD2. CD2 mengatur memori efektor sel T (CD45Ro),

yang menjelaskan deplesi sel oleh Alefacept. Obat ini diberikan intramuscular satu kali dalam

seminggu, tatapi lebih dari sepertiga pasien tidak memberikan respons dengan alasan yang tidak

diketahui. Pemberian secara berulang dapat meningkatkan respons dan dapat memungkinkan

remisi jangka panjang.3

Efalizumab adalah antibodi monoclonal humanized anti CD1 yang menghambat interaksi LFI-1

dengan molekul adhesi intrasel ligan. Obat ini diberikan sukutan satu kali dalam seminggu dan

memiliki efektivitas tinggi, tetapi beberapa pasien menunjukkan eksaserbasi dari penyakit.3

Antagonis Tumor necrosis factor (TNF) α yang efektif terhadap psoriasis adalah infliximab,

adalimumab, dan etanercept. Infliximab adalah antibodi monoclonal dengan spesifitas, afinitas,

dan aviditas tinggi untuk TNF α. Obat ini diberikan secara infus intravena pada minggu 0, 2 dan

6 dan memiliki efektivitas tinggi pada psoriasis (meskipun untuk saat ini hanya FDA yang

mengizinkan untuk arthritis psoriasis). Adalimumab juga sangat efektif. Adalimumab merupakan

antibodi monoclonal rekombinan manusia (human recombinant monoclonal antibody) yang

memiliki target spesifik pada TNF α. Obat ini diberikan secara subkutan setiap minggu dan

Page 18: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

memiliki efektivitas serupa dengan infliximab. Etanercept merupakan human recombinant,

melarutkan reseptor TNF α yang mengikat TNF α dan menetralkan aktivitasnya. Oat ini

diberikan secara sukutan dua kali seminggu dan kurang efektif dibandingkan infliximab dan

adalimumab tetapi sangat efektif pada arthritis psoriasis.3

I.9 Prognosis

Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi psoriasis bersifat kronis dan residif. 1

Psoriasis gutata akut timbul cepat. Terkadang tipe ini menghilang secara spontan dalam beberapa

minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini berkembang menjadi psoriasis plak kronis.

Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat remisi setelah beberapa bulan atau tahun, dan dapat saja

rekurens sewaktu-waktu seumur hidup. 3

Pada psoriasis tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai dengan remisi dan

eksaserbasi yang tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga dapat berkembang menjadi

psoriasis tipe ini. Pasien denan psoriasis pustulosa generalisata sering dibawa ke dalam ruang

gawat darurat dan harus dianggap sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah

menunjukkan negatif. Relaps dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun. 3

BAB II

PARAPSORIASIS

II.1 Definisi

Penyakit ini pertama kali dilukiskan oleh Brocq pada tahun 1902 dengan ciri-ciri seperti

kasusnya jarang ditemukan, etiologinya belum diketahui, keadaan umum penderita baik,

umumnya tidak disertai keluhan, perjalanannya perlahan dan menahun, kelainan kulit berupa

Page 19: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

eritema dan skuama dan terapinya sukar. Kemudian ternyata bahwa parapsoriasis tidak selalu

menahun, tetapi ada bentuk akut.

Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, pada

umumnya tanpa keluhan, kelainan kulit terutama terdiri atas eritema dan skuama, berkembang

biasanya perlahan-lahan, perjalanan umumnya kronik.

Parapsoriasis plak kecil adalah kondisi tanpa gejala kronis, ditandai dengan munculnya

plak kecil dan bersisik yang terus menerus, terutama pada batang tubuh. Parapsoriasis plak kecil

atau small-patch parapsoriasis (SPP) sinonim dengan nama Chronic superficial scaly dermatitis,

Persistent superficial dermatitis, Digitate dermatosis dan Xanthoerythroderma perstans.

Parapsoriasis plak besar atau large-patch parapsoriasis (LPP) adalah sebuah kondisi

kronis yang ditandai oleh adanya plak eritematosa yang menetap, besar dan biasanya pada batang

tubuh dan kadang-kadang pada tungkai. LPP sinonim dengan nama Parakeratosis variegata,

Retiform parapsoriasis, Atrophic parapsoriasis dan Poikilodermatous parapsoriasis.

II.2 Etiologi

Penyebab parapsoriasis plak kecil dan plak besar masih belum diketahui. Keduanya

dikarakteristikkan oleh adanya infiltrate limfoid kutaneus superfisial yang terdiri dari sel T

CD4+. Perbedaannya berada pada densitas sel T, dimana pada pada plak kecil cenderung memilki

densitas sel T yang lebih sedikit.

Ada kemungkinan bahwa pemahaman lengkap tentang patogenesis parapsoriasis akan

mengembang dengan pemahaman kita tentang patogenesis kedua dermatitis kronis dan mikosis

fungoides, karena parapsoriasis muncul untuk menjembatani gangguan ini. Sel T yang

menengahi penyakit kulit inflamasi milik jaringan kulit terkait limfoid Skin Associated Lymphoid

Tissue (SALT).(7)

Sel-sel T mengekspresikan antigen limfosit terkait kulitdan lalu lintas antara kulit dan

domain sel T dari kelenjar getah bening perifer melalui limfatik dan aliran darah.(7)

II.3 Patogenesis

Parapsoriasis adalah penyakit yang berkembang secara perlahan-lahan dan kronik.

Namun, penyakit ini mempunyai tahap yang berbeda pada gangguan lymphoproliferative yang

berlanjut dari kronik dermatitis kecutaneous T-cell lymphoma (CTCL).

Page 20: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Parapsoriasis plak kecil merupakan proses reaktif dari sebagian besar sel T CD4+.

Patogenesis yang pasti dari proses pembentukan parapsoriasis masih belum pasti, akan tetapi

telah didemonstrasikan bahwa sel T kutaneus superfisial berhubungan dengan adanya plak pada

parapsoriasis.(11)

Pola genotip diobservasi pada parapsoriasis plak kecil sama dengan yang diobservasi

pada dermatitis kronik dan pola klonalitas sel T sama dengan respon sel T spesifik yang telah

distimulasi oleh antigen. Klon multiple dominan dapat dideteksi oleh reaksi rantai polymerase

(PCR) dari penggunaan gen reseptor sel T, yang mendukung proses reaktif. Limfosit tidak

menunjukkan gambaran khas histologis untuk memperkirakan perubahan terjadinya keganasan.

Beberapa ahli percaya bahwa parapsoriasis plak kecil merupakan lymphoma sel T yang hancur.

Bagaimanapun sampai saat ini belum ada bukti yang jelas, seperti perubahan genetic (contohnya,

mutasi TP53) yang diobservasi pada keganasan lain yang terdapat untuk mendukung hal ini.

Namun, pencarian untuk memverifikasi hipotesis ini adalah identifikasi terbaru dari peningkatan

aktivitas telomerase pada sel T dari CTCL stadium awal, lymphoma stadium lanjut dan pada

parapsoriasis, yang mana aktivitasnya tidak terdapat pada sel T normal.

Parapsoriasis plak besar merupakan gangguan inflamasi kronik, dan patofisiologinya

telah dispekulasi menjadi stimulasi antigen jangka panjang. Gangguan ini dihubungkan dengan

penggandaan sel T dominan, salah satunya bisa terdapat diatas 50 % dari infiltrasi sel T. Jika

gambaran histologisnya benigna tanpa atypical lymfosit, maka dapat diklasifikasikan sebagai

parapsoriasis plak besar. Namun jika terdapat limfosit atipikal, maka pasien bisa diklasifikasikan

sebagai CTCL.

II.4 Manifestasi Klinis

Lesi dari parapsoriosis plak kecil atau small-patch parapsoriasis (SPP) berbentuk bulat

atau lesi oval yang terpisah-pisah dengan plak yang sangat tipis terutama pada bagian batang

tubuh. Ukurannya kurang dari 5 cm dan biasanya asimptomatik dengan sedikit skuama halus.

Sebuah variasi yang khas dengan lesi berbentuk jari dikenal sebagai ‘digitate dermatosis’

mempunyai lesi yang berwarna kekuningan atau coklat kekuningan, mengikuti alur kulitdan

memberikan gambaran seperti ‘fingerprint’. Panjang lesi tidak lebih 5 cm. Kronik superfisial

dermatitis adalah nama lain dari parapsoriasis plak kecil. Lesi digitate dengan warna kekuningan

dulunya disebut xanthoerythrodermia perstants.

Page 21: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Gambar 1: Parapsoriasis plak kecil dengan diameter kurang dari 5 cm 7

Gambaran parapsoriasis berupa digitate dermatosis, lesi yang mirip dengan jari tangan 5

Lesi dari large–patch parapsoriasis (LPP) atau parapsoriasis plak besar biasanya

berbentuk oval atau memiliki bentuk yang irregular. Plak nya juga bisa menjadi tipis,

asmiptomatik atau sedikit gatal. Plak yang dimilikinya bisa berbatas tegas atau dapat menyatu

dengan kulit disekitarnya. Ukuran parapsoriasis bervariasi tapi pada umumnya lebih besar dari 5

cm bahkan lebih dari 10 cm. Lesi pada plak besar paling banyak ditemukan pada daerah badan,

dan area fleksura, selain itu bisa juga ditemukan pada daerah kepala dan payudara pada wanita.

Warna lesinya berupa warna coklat muda atau merah muda serta dilapisi oleh skuama halus.

Permukaannya ditutupi skuama kecil dan biasanya sedikit berkerut,seperti kerutan pada kertas

rokok. Telangiektasia atau warna pigmen yang menjadi lebih gelap bisa juga terjadi pada lesi

yang atropi prominen.Ketiganya yaitu telangiektasis, bintik-bintik hipermentasi dan atropi adalah

poikilodermal atau poikilodermal atropikan vaskuler.

Page 22: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Parapsoriasis Plak besar. Terdapat plak yang irregular dan dengan ukuran yang bervariasi

pada lengan7

Parapsoriasis plak besar (Poikilodermatous variant)7

Parapsoriasis plak besar (Retiform variant)7

II.5 Diagnosis

Page 23: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Anamnesis penderita parapsoriasis plak kecil didapatkan onset penyakit satu bulan

sampai beberapa tahun dan biasanya sembuh sendiri. Parapsoriasis plak besar merupakan

penyakit kronik yang onsetnya sampai bertahun-tahun biasanya lebih dari satu dekade dan bisa

berubah menjadi mikosis fungoides atau cutaneous T-cell lymphoma (CTCL). Selain itu harus

diterapi karena tidak bisa sembuh dengan sendirinya.

Pemeriksaan fisik pada parapsoriasis plak kecil didapatkan lesi yang berbatas tegas,

terdapat sedikit skuama, berwana pink salmon, ukuran diameternya kurang dari 5 cm dan

menyebar pada badan dan ekstremitas.Sedangkan pada parapsoriasis plak besar didapatkan lesi

yang eritema berbentuk arcuata, diameter lebih dari 5 cm, tempat predileksi ekstremitas bagian

proximal dan badan. Warna lesi sedikit eritema atau seperti salmon, terdapat skuama yang

berkeping-keping dan atopik, tampak seperti kertas rokok.

Pada pemeriksaan penunjang histopatologi untuk parapsoriosis plak kecil menunjukkan

infiltrate sel limposit pada perivaskular superfisial. Pada epidermis menunjukkan spongiosis

ringan, hyperkeratosis fokal, krusta, parakeratosis dan kadang-kadang eksositosis. Pada

epidermis parapsoriasis plak besar bisa ditemukan akantotik ringan dan hiperkeratosis dengan

spot-spot parakeratosis.

Parapsoriasis kecil, Terdapat infiltrasi limfoid perivaskular superfisial, spongiosis ringan,

parakeratosism dan krusta fokal.7

Page 24: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Parapsoriasis plak besar. Variasi atipikal. Infiltrat lymposit superficial dengan

epidermotropism dan epidermis atopik7

Parapsoriasis plak besar. Terdapat hiperkeratotik ringan dan parakeratotik fokal pada

epidermis dengan infiltrasi perivaskular superfisial.

Sel-sel limfosit kebanyakan kecil dan terdapat sel epidermotropisme fokal7

Pada pemeriksaan laboratorium untuk parapsoriasis plak kecik didapatkan spongiform dermatitis

dengan daerah fokal hiperkeratosis, parakeratosis, dan eksositosis. Pada dermis terdapat infiltrat

superfisial vaskular lymphohistiocytic dan edema kulit sedangkan parapsoriasisi plak besar

memberi gambaran nonspesifik atau didapatkan infiltrat sel mononuklear mirip pita (CD4 +)

dengan atrofi epidermis, vakuolisasi dari lapisan sel basal, dilatasi kapiler, tidak ada limfosit

atipikal dan eksositosis ringan.

II.6 Diagnosis Banding

Diagnosis parapsoriasis plak kecil dan parapsoriasis plak besar didasarkan pada korelasi

antara temuan klinis dan histopatologis, tes lainnya mempunyai sensitivitas yang rendah.

Diagnosa banding untuk parapsoriasis plak kecil dan parapsoriasis plak besar meliputi:

Page 25: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Hampir serupa:

Parapsoriasis plak kecil Parapsoriasis plak besar

1.

2.

3.

4.

5.

Dermatitis nummular

Pitiriasis rosea

Psoriasis plaque dan gutata

Pigmented purpuric dermatoses

Pitiriasis likenoides kronik

Tinea korporis

Plaque-type psoriasis

Dermatitis kontak

Subacute cutaneous lupus erythematosus

Perlu dipertimbangkan:

Parapsoriasis plak kecil Parapsoriasis plak besar

1.

2.

3.

4.

5

6

7

8

9

10

11

12.

Tinea versikolor

Dermatitis seboroik

Drug eruption

xerosis

Dermatitis atopik

Dermatomyositis

Drug eruption

Erythema dyschromicum perstans

Pigmented purpuric dermatoses

Early inflammatory morphea

Atrophoderma of Pasini-Pierini

Erythema annulare centrifugum

Pityriasis rubra pilaris

Genodermatoses with poikiloderma

Chronic radiodermatitis

Tidak perlu dimasukkan dalam diagnosa banding:

Parapsoriasis plak kecil Parapsoriasis plak besar

1.

2.

Mikosis fungoides Mikosis fungoides

Sifilis sekunder

II.7 Penatalaksanaan

Line pertama 5

Page 26: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

- Emollients

- Topical corticosteroid

- Topical tar products

- Sunbathing

- Broadband ultraviolet B phototherapy

- Narrowband ultraviolet B phototherapy

-

Line kedua5

- Tipical bexarotene

- Topical imiquimmod

- Psoralen and ultraviolet A prhototherapy

- Topical mechlorethamine

- Topical carmustin

Pasien dengan parapsoriasis plak kecil harus diyakinkan kembali dan mungkin

memerlukan pengobatan. Pengobatan dapat menggunakan emolien, preparat topical tar,

kortikosteroid topical, dan atau Broadband/Narrowband ultraviolet B phototherapy. Awalnya

pasien harus dianalisis setiap 3 sampai 6 bulan dan selanjutnya setiap tahun untuk memastikan

bahwa prosesnya stabil.5

Pasien dengan parapsoriasis plak besar memerlukan terapi yang lebih aggresif seperti

kortikosteroid topical dengan potensi tinggi dikomnbinasi dengan Broadband/Narrowband

ultraviolet B phototherapy, atau psoralen dan ultraviolet A (PUVA). Tujuan terapi adalah untuk

menekan progresi ke arah Mikosis Fungoides (MF). Metode terapi lain, seperti nitrogen topikal,

telah digunakan, biasanya pada tipe poikilodermatosis. Pasien harus dianalisis setiap 3 bulan dan

setiap 6 bulan hingga 1 tahun untuk melihat progresi. Sebaiknya dilakukan biopsi multipel

berulang terhadap kecurigaan lesi. Kasus yg memuaskan para ahli patologi klinis terhadap

kriteria MF awal dapat diterapi dengan Broadband/Narrowband ultraviolet B phototherapy,

PUVA, Nitrogen topikal, gel bexarotene, imiquimod topikal, atau carmustine topikal (BCNU).

Terapi radiasi sinar elektron umumnya disiapkan pada penyakit yang lebih lanjut seperti lesi

infiltratif MF.5

II.8 Prognosis

Page 27: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Parapsoriasis plak kecil maupun besar dapat bertahan selama tahunan hingga decade

dengan sedikit perubahan secara klinis maupun histopatologi. Kurang lebih 10-30% kasus

parapsoriasis plak besar berprogresi menjadi MF. Dalam konteks ini, Parapsoriasis plak besar

mewakili stadium benigna akhir dari spectrum MF, dengan transformasi ke large cell lymphoma.

Dibandingkan dengan parapsoriasis plak besar, parapsoriasis plak kecil adalah benigna

secara klinis. Pasien dengan parapsoriasis plak kecil sangat jarang dan menurut beberapa penulis

merupakan varian nonprogresive spectrum MF.5

Page 28: Referat Psoriasis & Parapsoriasis

Referat Psoriasis & Parapsoriasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2013. p. 189-95, 195-6.

2. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor S.C., Editors.

Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.

3. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A. Fitzpatrick’s color atlas

and synopsis of clinical dermatology. 6th ed. New York:Mc Graw Hill;2009.h.169-93.

4. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit.

Jakarta:Hipokrates;2000.h.116,9.

5. Wolff K., Johnson R.A. Parapsoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A. Fitzpatrick’s color

atlas and synopsis of clinical dermatology. 6th ed. New York:Mc Graw Hill;2009.h.236-

43.

6. Wood GS, Reizner G. Other Papulosquamous Disorder In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. London: Mosby; 2008.

7. Wood GS, Hu C-H, Liu R. Parapsoriasis and Pityriasis Lichenoides In: Wolff K,

Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's

Dermatology in general medicine. 8th ed. USA: McGraw-Hill; 2012. p. 423-34.

8. In: James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrew’s Disease of The Skin Clinical

Dermatology. 10th ed. London: Mosby; 2006. p. 207.

9. In: Sterry W, Paus R, Burgdorf W, editors. Thieme Clinical Dermatology. New York: Thieme; 2006. p. 280.

10. Whittaker SJ. Cutaneous Lymphomas and Lymphotic Infiltrates In: Burns T, Breathnach

S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 8 th ed. USA: Blackwell;

2010. p. 57.-.8.

11. Lewin J, Latkowski J-A. Digitate Dermatosis (small-plaque parapsoriasis). Dermatology

Online Journal. 2012:3.