REFERAT PROLAPS REKTUM
-
Upload
raya-kurniawan -
Category
Documents
-
view
475 -
download
28
description
Transcript of REFERAT PROLAPS REKTUM
BAB I
PENDAHULUAN
. Prolaps rektum merupakan suatu keadaan turunnya rektum melalui anus
atau suatu keadaan berupa keluarnya seluruh tebal dinding rektum. Prolaps rektum
jarang ditemukan bahkan jarang dibahas, tetapi jumlah kasus yang sebenarnya
tidak diketahui karena jarang dilaporkan khususnya bila terjadi pada daerah
terpencil. Prolaps rektum lebih sering terjadi pada orang dewasa dan bayi. Prolaps
rektum atau prosidensia yang lengkap pada orang dewasa biasanya terjadi pada
perempuan, terutama pada perempuan usia di atas 60 tahun.1,2 Kausa prolaps
rektum pada orang dewasa akibat kurangnya daya tahan jaringan penunjang
rektum yang biasanya disertai tingginya tekanan intraabdomen. Bagian
puborektum otot levator melipatkan rektum sehingga rektum dan anus
membentuk sudut tajam. Prolaps rektum pada anak ditemukan sebagai kelainan
bawaan atau karena kebiasaan menahan fesesnya. Pada orang dewasa, prolas
kadang disebabkan oleh cedera otot puborektalis atau paralisis otot panggul.
1
BAB II
ISI
I. ANATOMI REKTUM
Rektum bersinambung di superior dengan colon sigmoid. Rektum mulai
pada kira-kira setinggi bagian ketiga sakrum ( vertebrae S3 ). Panjang rektum kira-
kira 12 cm, mengikuti lengkung sakrum dan coccygeus hingga kira-kira 3 cm
melewati ujung coccygeus dan berakhir dengan membelok ke posteroinferior
menjadi canalis analis.3,4
Gambar 1 Rektum dan Otot-otot Penahannya
M. puborectalis membentuk suatu hubungan pada juncture antara rektum
dan kanalis analis, membentuk angulus anorektalis. Di inferior rektum terletak di
posterior dekat glandula prostate pada pria dan vagina pada perempuan. Akhir dari
rektum terletak posterior terhadap rektum tendineum perinea pada kedua jenis
kelamin, dan apex prostat pada pria.4
Peritoneum Pembungkus Rektum
Dua pertiga bagian rektum dibungkus oleh peritoneum. Peritoneum
membungkus 1/3 bagian superior rektum pada facies anterior dan lateralisnya,
2
daerah 1/3 media mempunyai peritoneum hanya pada facies anteriornya, 1/3
inferior rektum tidak dibungkus oleh peritoneum.4
Pada laki-laki, peritoneum melipat dari facies anterior rektum ke dinding
posterior vesica urinaria, pada tempat itu peritoneum membentuk lantai kantung
rectovesicalis. Pada anak laki-laki, di mana vesica urinaria berada pada abdomen,
peritoneum membentang ke inferior hingga basis prostat. Pada saat vesica urinaria
berpindah ke dalam pelvis minor pada masa pubertas, hubungan-hubungan
peritoneum seperti pada orang dewasa dicapai. Pada perempuan, peritoneum
melipat ke rektum forniks posterior vaginae dan pada tempat tersebut peritoneum
membentuk lantai kantung rectouterina (cavitas Douglasii).3,4
Pada laki-laki dan perempuan, peritoneum melipat ke lateralis dari rektum
membentuk fossa pararectal pada tiap sisi rektum di bagian 1/3 superiornya. Fossa
pararectal memungkinkan rektum untuk menggelembung.4
Rektum dan Flexuranya
Meskipun sesuai asal namanya (rectus=lurus), rektum melengkung
mengikuti lengkungan sacrococcygealis. Pars terminalisnya menekuk tajam dalam
arah posterior, di mana rektum beralih menjadi canalis analis. Walaupun
umumnya mempunyai caliber lebih kecil dari colon sigmoid, diameter rektum
membesar sewaktu melintas ke inferior. Pars inferiornya yaitu ampulla recti sangat
melebar.4
Rektum membentuk huruf “S” pada planum coronalis. Ada tiga
kecembungan di rektum yang ditunjukkan oleh flexura, yang menyebabkan
terdapatnya lipatan bagian dalam (valvula) membrana mukosa yang disebut plica
rectalis transversa (plica transversalis), yang sebagian tertutup lumen rektum.4
Plica rectalis terdiri dari membrane mukosa yang membungkus otot polos
sirkuler. Bentuk rektum dipertahankan oleh perluasan taenia coli (pita muscularis)
pada dinding anterior dan posterior rektum.4
Hubungan – hubungan Rektum
Rektum berhubungan di posterior dengan: 4
(1) 3 vertebrae sacralis bagian inferior,
3
(2) os coccygeus,
(3) ligamentum anococcygeum,
(4) vasa sacralis media,
(5) cabang-cabang a. rectalis superior, dan
(6) ujung inferior truncus symphaticus.
Rektum dikelilingi oleh suatu selubung facialis dan melekat dengan
longgar ke facies anterior sacri.4
Di anterior pada laki-laki, rektum berhubungan dengan: 4
(1) basis vesica urinaria,
(2) pars terminalis ureter,
(3) ductus deferens,
(4) vesicula seminalis, dan glandula prostat.
Kedua lapisan septum rectovesicalis terletak pada planum medianum
antara vesica urinaria dan rektum dan berhubungan erat dengan vesicular
seminalis dan glandula prostat. Septum rectovesicalis menggambarkan suatu
bidang potensial yang menjadi pemisah antara rektum dan glandula prostat.3,4
Pada perempuan hubungan anterior rektum adalah :4
(1) vagina : rektum terpisah dari fornix posterior vagina,
(2) cervix uteri : rektum terpisah dari cervix uteri oleh kantung
rectouterina, dan
(3) septum rectovaginalis memisahkan vagina dan rektum pada bagian
inferior kantung rectouterina.
Pasokan Arteri Rektum
Terdapat arteri rectalis yang beranastomosis secara bebas antara satu sama
lain, sebagai berikut.3,4
(1) A. rectalis superior, lanjutan dari a. mesenterica inferior.
Arteri ini memasok pars terminalis colon sigmoid dan pars superior
rektum. Arteri ini melintasi vasa iliaca communis sinistra dan turun ke
4
dalam pelvis minor dalam mesocolon sigmoid. Pada kira-kira setinggi
vertebrae S3, a.rectalis superior membagi diri dalam dua cabang yang
menuruni tiap sisi rektum.
(2) Dua aa.rectalis media, cabang-cabang a.iliaca interna yang memperdarahi
rektum pars media dan inferior.
(3) Dua aa.rectalis inferior, cabang - cabang aa.pudenda interna.
Arteri ini mulai dari fossa ischiorectalis, dam memperdarahi pars inferior
rektum dan canalis analis.
Vaskularisasi kanal anal berasal dari :
A. Hemorrhoidalis superior, cabang dari a. Mesenterika inferior
A. Hemorrhoidalis media, cabang dari a. Iliaca interna
A. Hemorrhoidalis inferior, cabang dari a. Pudenda
Aliran Venosus Rektum
Aliran venosus rektum dialirkan melalui vv.rectalis superior, media, dan
inferior. Terdapat banyak anastomosis di antara vasa ini.3,4
Plexus venosus rectalis mengelilingi rektum dan bergabung ke plexus
venosus vesicalis pada laki-laki dan plexus venosus uterovaginalis pada
perempuan. Plexus venosus rectalis terdiri dari dua bagian :3,4
(1) plexus venosus rectalis internus yang terlatak profunda terhadap epithelium
rektum, dan
(2) plexus venosus rectalis externus yang terletak externa terhadap lapisan
muscularis rektum.
Plexus rectalis internus mengalirkan darahnya ke dalam v.rectalis superior,
tetapi berhubungan bebas dengan plexus venosus rectalis externus. Pars superior
plexus venosus rectalis externus mengalir ke dalam v.rectalis superior yaitu
permulaan dari v.mesenterica superior. Pars inferior plexus venosus rectalis
externus mengalir ke dalam v.iliaca interna.4
5
Gambar 2. Aliran Darah Rektum
Aliran vena diatas anorektal junction melalui sistem porta sedangkan
kanalis ani langsung ke vena cava inferior.
V. Hemorrhoidalis superior
Berasal dari pleksus venosus hemorrhoidalis internus bermuara ke
vena mesenterica inferior kemudian ke vena porta. Vena ini tidak
mempunyai valvula, sering untuk penyebaran kanker.
V. Hemorroidalis inferior
Mengalirkan darah dari vena pudenda interna menuju ke vena
iliaca interna bermuara di vena cava. Sering menimbulkan
menimbulkan gejala hemorrhoid.
6
Aliran Limfe Rektum
Aliran limfe dari rektum mengikuti vasa hemorrhoidales superior ke inn
mesenterika inferior menuju Inn paraaorta, sedang dari kanalis ani menuju ke Inn
inguinalis kemudian ke Inn iliaca eksterna dan Inn iliaca kommunis, sehingga
apabila ada keganasan dan infeksi akan menyebar sampai inguinal.
Saraf-Saraf Rektum
Pasokan saraf ke rektum berasal dari systerna symphaticum dan
parasymphaticum. Plexus rectus media adalah bagian dari plexus hypogastricus
inferior. Empat sampai delapan saraf melintas langsung dari plexus ini ke rektum.
Saraf-saraf parasimpatis berasal dari nn.S2, S3, dan S4 berjalan melalui
nn.splanchnicus pelvicus sacralis. Saraf-saraf sensorik mengikuti jalan-jalan saraf
parasimpatis dan serabut-serabutnya dirangsang oleh regangan dinding rektum.3,4
Inversi kanalis ani diatur oleh saraf somatik sehingga sangat sensitif dengan rasa
sakit, sedang rektum oleh saraf viseral sehingga kurang sensitif terhadap rasa
sakit. Rektum diinervasi oleh sarah simpatik dai pleksus Mesenterika inferior dan
n. Presakralis (hipogastrika) yang berasal dari L 2,3,4 dan saraf parasimpatis S2,3,4
II. HISTOLOGI REKTUM
Rektum terdiri dari 4 lapisan : Tunika mukosa, tunika submukosa, tunika
muskularis, tunika adventitia.
Lumen rektum dilapisi mukosa glanduler usus sedang kanalis ani dilapisi
epitel squamosum stratifikatum lanjutan kulit luar. Daerah batas antara rektum
dan kanalis ani disebut Anorectal Junction ditandai oleh linea pectinea/linea
dentata yang terdiri dari sel – sel transisional.
7
III. FISIOLOGI REKTUM
Proses defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Frekuensi
defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2
atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses ke dalam colon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan
untuk defekasi.6
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Hal ini karena
terdapat sfingter fungsional yang lemah sekitar 20 cm dari anus pada perbatasan
antara colon sigmoid dan rektum. Di sini juga terdapat sebuah sudut tajam yang
menambah resistensi terhadap pengisian rektum. Bila pergerakan massa mendorng
feses masuk ke dalam rektum, secara normal timbul keinginan untuk defekasi,
termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus.6
Pendorongan massa feses yang terus-menerus melalui anus dicegah oleh
kontraksi tonik dari (1) sfingter ani internus, penebalan otot polos sirkular
sepanjang beberapa centimeter yang terletak tepat di dalam anus, dan (2) sfingter
ani eksternus, yang terdiri dari otot lurik volunter yang mengelilingi sfingter
internus dan meluas ke sebelah distal.6
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi. Salah satu dari
refleks-relfleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh system saraf
enterik setempat. Hal ini dijelaskan sebagai berikut. Ketika feses masuk kedalam
rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu sinyal aferen yang
menyebar melalui pleksus mesenterikus untuk memulai gelombang peristaltik
pada colon desenden, colon sigmoid, dan di dalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter
ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mesenterikus;
jika sfingter ani eksternus secara sadar, secara volunter berelaksasi di waktu yang
bersamaan akan terjadi defekasi.6
8
Akan tetapi, refleks defekasi intrinsic jika bekerja sendiri bersifat lemah.
Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya diperkuat
oleh refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sacral medula spinalis.
Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang sinyal dihantarkan pertama-tama
ke medulla spinalis (sacral 2 – 4) dan kemudian kembali ke colon desenden, colon
sigmoid dan rektum dan anus melalui serat-serat saraf parasimpatis dalam nervus
pelvikus.. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik,
merelaksasikan sfingter ani internus dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diafragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi musculus levator ani pada
dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal
dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan
posisi duduk yang meningkatkan tekanan ke bawah ke arah rektum. Jika refleks
defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus sfingter ani eksternus, maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung
kumpulan feses.6
IV. DEFINISI
Prolaps rektum adalah turunnya rektum melalui anus. Dalam hal ini terjadi
penonjolan mukosa rektum atau seluruh dinding rektum. Prolaps rektum yang
bersifat sementara dan hanya mengenai lapisan rektum (mukosa), sering terjadi
pada bayi normal, mungkin karena bayi mengedan selama defekasinya dan jarang
berakibat serius. Prolaps rektum yang bersifat sementara hanya meliputi mukosa
dan biasanya hanya terlihat penonjolan beberapa centimeter. Pada orang dewasa,
prolaps lapisan rektum cenderung menetap dan bisa memburuk, sehingga lebih
banyak bagian dari rektum yang turun. Prolaps rektum yang lengkap disebut
prosidensia. Paling sering terjadi pada wanita di atas usia 60 tahun. 1,2
V. EPIDEMIOLOGI
Prolaps rektum jarang ditemukan bahkan jarang dibahas, tetapi jumlah
kasus yang sebenarnya tidak diketahui karena jarang dilaporkan khususnya bila
9
terjadi pada daerah terpencil. Lebih sering terjadi pada orang dewasa dan bayi.
Prosidensia atau prolaps rektum yang lengkap pada orang dewasa biasanya terjadi
pada perempuan. Pada bayi, prolaps rektum biasanya terjadi pada bayi di bawah
tiga tahun khususnya pada tahun pertama kehidupan.1,2
VI. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PROLAPS REKTUM
Prolaps rektum disebabkan oleh kelemahan ligament dan otot-otot yang
mempertahankan bentuk rektum. Pada sebagian besar orang dengan prolaps
rektum, terdapat kelemahan musculus sfingter ani. Penyebab pasti kelemahan
ligamen dan otot-otot rektum tidak diketahui; akan tetapi, prolaps rektum biasanya
dihubungkan dengan kondisi berikut.7,8,9
o Usia lanjut
o Masa konstipasi yang lama
o Diare lama
o Mengedan lama saat defekasi
o Kehamilan
o Fibrosis kistik
o Chronic obstructive pulmonary disease
o Pertusis
o Sclerosis multiple
o Paralysis (paraplegi)
Ada dua teori yang berhubungan dengan prolaps rektum. Pertama, prolaps
rektum merupakan hernia yang meluncur keluar menyeberang ke dalam fascia
pelvicum. Teori kedua menyatakan bahwa prolaps rektum berawal dari intususepsi
circumferensial interna pada rektum yang mulai 6-8 cm proximal berbatasan
dengan anus. 7
Umumnya gambaran anatomi tertentu pada prolaps rektum ditemukan saat
operasi. Gambaran anatomi tersebut mencakup kelemahan sfingter anus dengan
m. levator diastasis, cul-de-sac douglasi anterior yang dalam, fiksasi rektum
10
posterior yang tidak bagus sepanjang mesenterium rektum, pembesaran
rectosigmoid. Gambaran anatomi ini pada dasarnya tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.7
VII. KLASIFIKASI
Prolaps rektum dikategorikan sesuai dengan tingkat keparahan, mencakup: 3,10,11,12
1) Prolaps internal, rektum telah prolaps, tapi tidak terlalu jauh keluar melalui
anus, seperti lipatan pada telescop, bagian rektum tidak menojol. Dikenal
sebagai prolaps tidak lengkap.
2) Prolaps parsial (atau biasanya disebut prolaps mukosa), hanya lapisan
mukosa rektum menonjol melalui anus. Prolaps mukosa biasanya terjadi
pada anak usia dibawah 2 tahun. Prolaps mukosa biasanya sulit dibedakan
dengan hemorrhoid.
3) Prolaps eksternal, seluruh ketebalan rektum menonjol melewati anus. Juga
dikenal sebagai prolaps lengkap. Dapat menjadi prolaps inkarserata
ataupun strangulata.
11
Gambar 3. Prolaps Rektum
VIII. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Salah satu gejala awal dari prolaps rektum rasa tidak nyaman di sekitar
anorektum selama defekasi. Kesulitan dalam memulai defekasi, sensasi defekasi
terhambat, perasaan defekasi tidak lancar di mana terasa masih tersisa feses
merupakan gejala awal yang umum terjadi pada prolaps rektum. Awalnya, massa
keluar dari anus hanya setelah defekasi dan biasanya masuk kembali saat pasien
berdiri. Kemudian massa terlihat lebih menonjol lagi terutama saat terjadi
ketegangan otot dan manuver valsava seperti bersin dan batuk.3,7
12
Sebagaimana perkembangan penyakit, rektum yang menonjol kemudian
tidak dapat lagi masuk atau memendek secara spontan, sehingga penderita
mungkin harus memasukkannya secara manual. Kondisi ini mungkin lebih lanjut
sampai pada tahap di mana rektum yang menonjol keluar tidak dapat masuk lagi
dan menjadi prolaps terus-menerus. 7
Ada perbedaan klinis prolaps rektum pada anak dan orang dewasa. Pada
anak dengan prolaps rektum umumnya mempunyai susunan anatomi yang normal.
Mukosa rektum keluar saat defekasi dan masuk kembali tanpa menimbulkan nyeri,
kadang tanpa dorongan tangan. Pada sebagian pasien, mukosa yang prolaps
tersebut tidak dapat kembali walau didorong. Hal ini akan menimbulkan udem,
nyeri, dan kadang berdarah.3
Pada orang dewasa, awalnya prolaps masih kecil dan makin lama
bertambah besar. Prolaps tambah besar karena udem, sehingga makin besar dan
tidak dapat dimasukkan lagi karena rangsangan dan bendungan mukus serta
keluarnya darah. Sfingter anus menjadi longgar dan hipotonik sehingga terjadi
inkotinensia feses. Pada pemeriksaan stadium permulaan terdapat penonjolan
mukosa konsentrik.10
Penderita dengan prolaps rektum dapat ditemukan gejala-gejala meliputi
penonjolan massa dari rektum, nyeri saat buang air defekasi, keluar lendir atau
darah dari massa yang menonjol, inkontinensia feses, dan pada massa prolaps
yang lebih besar biasanya penderita kehilangan keinginan untuk defekasi.7
Pada pemeriksaan fisik, stadium permulaan massa yang menonjol terlihat
lipatan mukosa konsentrik radier, seluruh ketebalan dinding dapat dirasakan,
mukosa merah muda dan mengkilat. Pemeriksaan fisik juga mungkin tampak
ulserasi rektum dan penurunan tonus sfingter anus. Pada keadaan kronis sering
ditemukan lendir akibat iritasi. Gejala yang dikeluhkan penderita harus
dikonfirmasi pada pemeriksaan fisik dengan menyuruh penderita duduk di toilet
dan mengedan, dimana setelah itu seharusnya rektum prolaps. Jika tidak prolaps
dengan mengedan, maka dilakukan prosedur fosfat enema untuk merangsang
prolaps. Pada anak-anak, dapat digunakan gliserin supositoria sebagai pengganti
fosfat enema. Pemeriksaan anorektal cukup untuk diagnosis ketika rektum
13
menonjol dari anus di mana paling mudah ditemukan pada prolaps rektum
lengkap.7,10
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam menegakkan diagnosis terutama
untuk prolaps internal ataupun untuk mendiagnosis stadium permulaan.
Kolonoskopi untuk memastikan apakah prolaps murni dari rektum di mana colon
di atasnya normal. Manometri anorektal untuk mengukur seberapa baik otot-otot
di sekitar rektum berfungsi. Videodefaecogram merupakan pemeriksaan X-ray
yang dilakukan saat pasien mengalami defekasi untuk membantu menentukan
apakah prolaps internal dan jika operasi penting dilakukan segera. 10
IX. DIAGNOSIS BANDING
Dalam mendiagnosis prolaps rektum harus diperhatikan beberapa gejala
yang hampir sama dengan hemoroid. Pada prolaps rektum dan hemoroid keduanya
terjadi penonjolan pada anus. Akan tetapi pada hemoroid penonjolannya dapat di
atas linea dentate atau di bawahnya dan penonjolan berupa benjolan kebiru-biruan
sementara pada prolaps rektum penonjolannya terlihat berupa mukosa merah
muda mengkilat. Perdarahan pada prolaps rektum jarang, hanya kadang diketahui
jika rektum telah turun di anus beberapa bulan sampai tahun. Prolaps mukosa
kadang tampak hampir mirip dengan prolaps polip bertangkai atau papil rektum
hipertrofik.10
Pada anak-anak, ujung distal dari invaginasi dapat menonjol ke luar anus
sehingga kadang dianggap dapat tampak sebagai prolaps rektum. Akan tetapi,
keadaan ini dapat dibedakan dengan memasukkan jari dibedakan dengan
memasukkan jari di antara dinding anus yang keluar dengan cincin anus tempat
adanya rongga dalam.10
X. PENANGANAN
Banyak kasus prolaps rektum disebabkan oleh sembelit atau mengejan, tapi
koreksi sembelit dan mengejan mungkin tidak cukup untuk memperbaiki prolaps.
Sebagian besar prolaps memburuk tanpa pembedahan.8
Pada bayi dan anak-anak, diberikan pelunak feses beberapa minggu agar
tekanan ataupun kebutuhan mengedan berkurang. Cara defekasi sebaiknya duduk,
14
tidak jongkok untuk mengurangi tekanan waktu mengedan. Melilit bokong dengan
tali pengikat diantara waktu defekasi, biasanya membantu prolaps sembuh dengan
sendirinya. Perbaikan keadaan umum dan nutrisi merupakan dasar pengobatan.
Diberikan makanan berserat untuk memperlancar defekasi.7,8,10
Perawatan medis biasanya digunakan untuk meredakan gejala-gejala
prolaps rektum atau sementara untuk mempersiapkan orang untuk pembedahan.
Bran atau psyllium, pelunak tinja dan supositoria atau enema sering digunakan.
Pelunak feses, seperti sodium docusate (Colace) atau calcium docusate (Surfak),
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan tekanan mengedan selama
defekasi..7,8
Pada orang dewasa, sering dapat ditangani dengan mengurangi prolaps
secara manual bila masih pada stadium internal. Prolaps lengkap yang sering
dialami orang dewasa dan orang tua memerlukan tindakan bedah. Penanganan
bedah dapat dilakukan melalui laparotomi (abdomen) atau melalui perineum.10
Rektopeksi yang dilakukan melalui laparotomi bukan merupakan operasi
yang ringan. Rektum dimobilisasi dari panggul dan dilepaskan dari jaringan
sekitarnya, kemudian ditarik ke atas dan difiksasi pada sacrum. Fiksasi rektum
atau retropeksi ini dapat dilakukan dengan bahan teflon atau jahitan mersilen.
Kadang dilakukan sigmoidektomi dan colon desendens dianastomosis dengan sisa
rektum.10
Untuk orang yang terlalu lemah untuk menjalani operasi karena usia lanjut
atau kesehatan yang buruk, dilakukan prosedur Thiersch. Pada operasi dengan cara
ini dipasang pita dari bahan sintetik atau benda lain di subkutan sekitar anus yang
mencegah prolaps. Keuntungannya ialah operasi ringan, tetapi terdapat penyulit
impaksi feses, infeksi, dan erosi pita ke dalam rektum.1,8,10
XI. KOMPLIKASI
Prolaps rektum dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada rektum seperti
ulserasi mukosa dan pendarahan. Prolaps inkarserata di mana rektum tidak dapat
masuk lagi juga menjadi penyulit dari prolaps rektum. Selanjutnya dapat terjadi
prolaps strangulata di mana aliran darah ke rektum terhambat. Pada akhirnya dapat
15
terjadi gangren dan nekrosis pada rektum. Tingkat kekambuhan pasca operasi
mencapai 15%, pada jenis operasi apapun. 2,10
XII. PROGNOSIS
Jika dilakukan penanganan tepat waktu, sebagian besar penderita yang
telah menjalani operasi tidak mengalami gejala atau hanya sedikit kekambuhan
prolaps rektum pasca operasi. Akan tetapi, beberapa faktor, seperti umur, tingkat
keparahan prolaps, tipe operasi, dan keadaan umum penderita, mempengaruhi
kualitas dan kecepatan pemulihan penderita.8
XIII. PENCEGAHAN
Diet serat tinggi dan banyak mengkonsumsi buah-buahan dapat
mengurangi resiko konstipasi. Mengedan selama defekasi perlu dihindari.
Seseorang dengan diare kronik, konstipasi, atau hemoroid harus segera berobat
untuk menghindari terjadinya prolaps rektum. Latihan-latihan yang memperkuat
otot sfingter ani dapat juga membantu mencegah terjadinya prolaps rektum.8,10
16
BAB III
KESIMPULAN
Prolaps rektum adalah turunnya rektum melalui anus. Dalam hal ini terjadi
penonjolan mukosa rektum atau seluruh dinding rektum. Prolaps rektum
diklasifikasikan menjadi prolaps internal disebut juga prolaps tidak lengkap,
prolaps mukosa, dan prolaps eksternal disebut juga prolaps lengkap.
Terapi prolaps rektum tergantung tingkat keparahannya. Pada bayi dan
anak-anak, sebagian besar dilakukan penanganan konservatif dan jarang dilakukan
pembedahan. Sedangkan pada orang dewasa yang sering mengalami prolaps
rektum lengkap, terapi dilakukan dengan pembedahan.
Bila dilakukan penganan secara tepat maka tingkat kekambuhan prolaps
rektum sangat kecil atau hampir tidak ada. Akan tetapi, hal tersebut dipengaruhi
oleh keadaan penderita itu sendiri.
Makan makanan serat tinggi dan banyak mengkonsumsi buah-buahan
merupakan cara terbaik untuk menghindari terjadinya prolaps rektum.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisis
ketiga.Jakarta :Erlangga.2006.115
2. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :
EGC.2004.678-679
3. Schwart, Shires, Spencer. Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta : EGC.2000.424
4. Sabiston, Davis C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta : EGC 1994.64
5. Doherty, M Gerard. Current Surgical Diagnosis and Treatment, Ed 12,
McGraw-Hill Companies Inc. 2006.705-707
6. Tou, S; Brown, SR; Malik, Al; Nelson, RL (2008 Oct 8). “Surgery for
complete rectal prolapse in adults.”. Cochrane database of systematic
reviews (Online) (4): CD001758.
7. Altomare, Pucciani (2007) p.14
8. Madhulika, G; Varm, MD. “ Prolapse, Intussusception, & SRUS”.
ASCRS. Retrieved 13 October 2012
9. Diehl, 1Theodore M. (2005). Advanced therapy in gastroenterology
and liver disease. PMPH-USA. P. 521.
10. Al.], senior editors, Bruce G. Wolff...[et (2007). The ASCRS textbook of
colon and rectal surgery. New York: Springer. P.674
18