Referat Profil Dispepsia

66
Profil Penderita Dispepsia yang di Endoskopi di RSIM Meidalena Anggresia Bahen 112013231

description

sadfsa

Transcript of Referat Profil Dispepsia

  • Profil Penderita Dispepsia yang di Endoskopi di RSIMMeidalena Anggresia Bahen112013231

  • PendahuluanDispepsia merupakan keluhan yang umum ditemui dalam praktik sehari-hari dan telah dikenal sejak lama dengan definisi yang terus berkembang, mulai dari semua gejala yang berasla dari saluran cerna bagian atas, sampai dieksklusinya gejala refluks hingga ke definisi terkini yang mengacu ke kriteria Roma III.

  • Infeksi Helicobacter pylori (Hp) saat ini dipandang sebagai salah satu faktor penting dalam menangani dispepsia, baik organic maupun fungsional, sehingga pembahasan mengenai dispepsia perlu dihubungkan dengan penanganan infeksi Hp dengan penyakit gastroduodenal yang ditandai gejala dispepsia.

  • Prevalensi infeksi Hp di Asia cukup tinggi, sehingga perlu diperhatikan dalam pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan dispepsiaEradikasi Hp menghilangkan gejala dispepsia organik, tetapi untuk dispepsia fungsional masih diperlukan penelian lebih lanjut.

  • Dalam referat ini akan dibahas mengenai profil penderita dispepsia yang telah dilakukan pemeriksaan endoskopi di Rumah Sakit Imanuel Way Halim Lampung. Meliputi jumlah penderita dispepsia, rasio laki-laki dan perempuan, keluhan yang ditemukan pada penderia dispepsia, indikasi dilakukan pemeriksaan endoskopi, diagnosis yang ditemukan setelah dilakukan endoskopi, hasil biopsy yang berkaitan dengan Helicobacter pylori.

  • Definisi Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasala dari daerah abdomen bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut yaitu nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah, dan sendawa.

  • Untuk dispepsia fungsional keluhan tersebut di atas harus berlangsung setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan.

  • EpidemiologiPrevalensi pasien dispepsia di pelayanan kesehatan mencakup 30 % dari pelayanan dokter umum dan 50% dari pelayanan dokter spesialis gastroenterologi.

  • Di Indonesia, infeksi Hp pada pasien ulkus peptikum (tanpa riwayat pemakaian obat-obatan anti-inflamasi non-steroid/OAINS) bervariasi dari 90-100%pasien dispepsia fungsional sebanyak 20-40% dengan berbagai metode diagnostik (pemeriksaan serologi, kultur, histopatologi)

  • Prevalensi infesi Hp pada pasien dispepsia yang menjalani pemeriksaan endoskopik di berbagai rumah sakit pendidikan kedokteran Indonesia (2003-2004) ditemukan sebesar 10.2%.Makassar tahun 2011(55%)Solo tahun 2008 (51,8%)Yogyakarta (30,6%)Surabaya tahun 2013 (23,5%)Jakarta (8%).

  • EtiologiEsofagogastroduodenal : Tukak peptik, gastritis, tumor, dsb.Obat-obatan : Antiiinflamasi non steroid, teofilin, digitaslis, antibiotic dan sebagainya.Hepatobilier : Hepatitis, kolesititis, tumor, disfungsi sphincter Odii, dan sebagainya.

  • Pankreas : Pankreatitis, keganasan.Penyakit sistemik : Diabetes mellitus penyakit tiroid, gagal ginjal, penyakit jantung koroner, dsb.Gangguan fungsional : Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome

  • Pemeriksaan penunjangPemeriksaan laboratorium:- faktor infeksi (leukositosis)- pakreatitis (amylase, lipase)- keganasan saluran cerna (CEA,CA 19-9, AFP

  • Endoskopi memeriksa esofagus, lambung atau usus halus dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.

  • Barium enema untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderitamakan. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa

  • Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia tersebut disertai oleh keadaan yang disebut alarm symptoms,

  • Dispepsia menurut kriteria Roma III adalah suatu penyakit dengan satu atau lebih gejala yang berhubungan dengan gangguan di gastroduodenal :Nyeri episgastrium Rasa terbakar di episgastriumRasa penuh atau tidak nyaman setelah makanRasa cepat kenyang

  • Gejala yang dirasakan harus berlamngsung setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan.

  • Diagnosis infeksi HpTes diagnosis infeksi Hp dapat dilakukan secara langsung melalui endoskopi (rapid urease test, histologi, kultur dan PCR) dan secara tidak langsung tanpa endoskopi (urea breath test, stool test, urine test, dan serologi).

  • Urea breath test saat ini sudah menjadi gold standar untuk pemeriksaan Hp salah satu urea breath test yang ada antara lain CO2 breath analyzer. Syarat untuk melakukan pemeriksaan Hp yaitu harus bebas dari antibiotic dan PPI (proton-pump inhibitor) selama 2 minggu.

  • PatofisiologiPeranan gangguan motilitas gastroduodenalGangguan motilitas gastroduodenal terdiri dari penurunan kapasitas lambung dalam menerima makanan (impaired gastric accommodation), inkoordinasi antroduodenal, dan perlambatan pengosongan lambung.

  • Gangguan motilitas gastroduodenal merupakan salah satu mekanisme utama dalam patofisiologi dispepsia fungsional, berkaitan dengan perasaan begah setelah makan, yang dapat berupa distensi abdomen, kembung, dan rasa penuh

  • Peranan hipersensitivitas viseralHipersensitivitas viseral berpoeran penting dalam patofisiologi dispepsia fungsional, terutam peningkatan sensitivitas saraf sensorik perifer dan sentral terhadap rangsangan reseptor kimiawi dan resptor mekanik intraluminal lambung bagian proksimal.

  • Peranan faktor psikososialGangguan psikososial merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam dispepsia fungsional. Derajat beratnya gangguan psikososial sejalan dengan tingkatan keparahan dispepsia.

  • Peranan asam lambungUmumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata rata normal. Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.

  • Ambang Rangsang PersepsiDinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi, reseptor mekanin, dan nociceptor. Pada dispepsia ini mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau duodenum.

  • Disfungsi AutonomDisfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proximal lambung waktu menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang.

  • HormonalPeran hormonal belum jelas dalam pathogenesis dispepsia fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormone motilin yang menyebabkan gangguan mtilitasantroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin mempengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal

  • Aktivitas Mioelektrik LambungAdanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan elektrogastrografi dilaporkan terjadi pada beberapa kasus dispepsia fungsional, tapi hal ini bersifat inkonsisten

  • Faktor dietetikFaktor diet dapat sebagai faktor pencetus keluhan dispepsia. Kasus dispepsia fungsional biasanya ada perubahan pola makan, seperti makan hanya mampu porsi kecil dan tidak toleran terhadap pola besar. Adanya intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia fungsional dibandingkan kasus kontrol terutama makanan yang berlemak.

  • Peranan infeksi HpPrevalensi infeksi Hp pasien dispepsia fungsional bervariasi dari 39% sampai 87%. Hubungan infeksi Hp dengan gangguan motilitas tidak konsisten namun eradikasi Hp memperbaiki gejala-gejala dispepsia fungsional.

  • Helicobacteradalah nama genus kuman yang berbentuk spiral atau batang bengkok dan berflagela yang mengalami adaptasi untuk dapat hidup dalam mukus (lendir) lambung yang menutupi selaput lendir (mukosa) lambung yang bersuasana asam kuat. Kuman ini dapat bertahan hidup dalam suasana asam kuat dengan cara memproduksi enzim urease.

  • Enzim urease akan mengubah urea yang ada dalam cairan lambung menjadi amoniak. Tubuh kumanHelicobacterselalu diliputi oleh amoniak ini, dan karenanya dapat bertahan terhadap asam lambung.

  • Kuman ini termasuk kuman mikroaerofilik artinya hanya tumbuh dalam suasana dimana didapatkan oksigen dalam kadar rendah. Kuman ini mati pada suasana dengan kadar oksigen normal, dan mati dalam keadaan anaerobik sempurna.

  • PencegahanHindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak.Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.

  • Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.

  • Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit

  • hindari penggunaan OAINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah.

  • TatalaksanaDispepsia belum diinvestigasiStrategi tatalaksana optimal pada fase ini adalah memberikan terapi empiric selama 1-4 minggu sebelum hasil investigasi awal, yaitu pemeriksaan adanya Hp. Untuk daerah dam etnis tertentu serta pasien dengan faktor risiko tinggi, pemeriksaan Hp harus dilakukan lebih awal.

  • Obat yang dipergunakan dapat berupa antasida, antisekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole, rabeprazole, dan lasoprazole dan/atau H2-Receptor Antagonist (H2RA), prokinetik dan sitoprotektor (misalnya rebamipide), dimana pilihan ditentukan berdasarkan dominasi keluhan dan riwayat pengobatan pasien sebelumnya

  • Test and treat dilakukan pada :Pasien dengan dispepsia tanpa komplikasi yang tidak berespon terhadap perubahan gaya hidup, antasida, pemberian PPI tunggal selama 2-4 minggu dan tanpa tanda bahaya.Pasien dengan riwayat ulkus gaster atau ulkus duodenum yang belum pernah diperiksa.

  • Pasien yang akan minum OAINS, terutama dengan riwayat ulkus gastroduodenal.Anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan, purpura trombositopenik idiopatik dan defisiensi vitamin B12.

  • Dispepsia yang telah diinvestigasiPasien-pasien dispepsia dengan tanda bahaya tidak diberikan terapi empiric, melainkan harus dilakukan investigasi terlebih dahulu dengan endoskopi dengan atau tanpa pemeriksaan histopatologi sebelum ditangani sebagai dispepsia fungsional.

  • Dispepsia organikPada ulkus peptikum (ulkus gaster dan/atau ulkus duodenum) obat yang diberikan antara lain kombinasi PPI, misala rabeprazole 2x20 mg/lansoprazole 2x 30 mg dengan mukoprotektor, misalnya rebamipide 3x100 mg.

  • Dispepsia FungsionalApabila setelah investigasi dilakukan tidak ditemukan kerusakan mukosa , terapi dapat diberikan sesuai dengan gangguan fungsional yang ada.Penggunaan prokinetik seperti metoklopramid, domperidon, cisaprid , itoprid dan lain sebagainya dapat memberikan perbaikan gejala pada beberapa pasien dengan dispepsia fungsional.

  • Tatalaksana dispepsia dengan infeksi Hp

    ObatDosisDurasiLini Pertama :PPI*2x17-14 hariAmoksisilin 1000 mg (2x1)Klaritromisin500 mg (2x1)Di daerah yang diketahui resistensi klaritromisin > 20%PPI*2x17-14 hariBismut subsalisilat2x2 tabletMetronidazole500 mg (3x1)Tetrasiklin250 mg (4x1)

  • Jika bismut tidak ada :PPI*2x1 7-14 hariAmoksisilin1000 mg (2x1)Klaritromisin500 mg (2x1)Metrinidazole500 mg (4x1)Lini kedua : Golongan obat ini dipakai bila gagal dengan rejimen yang mengandung klaritromisin.PPI*2x17-14 hariBismut subsalisilat2x2 tabletMetronidazole500 mg (3x1)Tetrasiklin250 mg (4x1)PPI*2x17-14 hariAmoksisilin 1000 mg (2x1)Levofloksasin500 mg (2x1)

  • *) PPI yang digunakan antara lain labeprazole 20 mg, lansoprazole 30 mg, omeprazole 20 mg, pantoprazole 40 mg, esomeprazole 40 mg. Catatan : Terapi sekuensial (dapat diberikan sebagai lini pertama apabila tidak ada resistensi klaritromisin) ; PPI + amoxicillin selama 5hari diikuti PPI + klaritromisin dan nitroimidazole (tinidazole) selama 5 hari.

    Lini ketiga : Jika gagal dengan rejimen lini kedua. Bila memungkinkan , pilihan ditentukan berdasarkan uji resistensi dan/atau perubahan klinis.PPI*2x17-14 hariAmoksisilin 1000 mg (2x1)Levofloksasin500 mg (2x1)Rifabutin

  • Hasil penelitianPada bulan Januari sampai Oktober 2014 dilakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada penderita dispepsia di Rumah Sakit Imanuel dengan jumlah penderita sebanyak 200 orang. Terdapat 78 laki-laki dan 122 perempuan.

  • Chart1

    78

    122

    Perbandingan laki-laki dan perempuan yang menderita Dispepsia

    Sheet1

    Perbandingan laki-laki dan perempuan yang menderita Dispepsia

    Laki-laki78

    Perempuan122

    To resize chart data range, drag lower right corner of range.

  • Chart1

    40

    11

    00

    11

    64

    610

    913

    1120

    1114

    921

    Laki-laki

    Perempuan

    Sheet1

    Laki-lakiPerempuan

    Januari40

    Februari11

    Maret00

    April11

    Mei64

    Juni610

    Juli913

    Agustus1120

    September1114

    Oktober921

  • Chart1

    4

    18

    32

    61

    54

    18

    10

    3

    Distribusi usia pasien dispepsia di RS imanuel

    Sheet1

    Distribusi usia pasien dispepsia di RS imanuel

    < 204

    21-3018

    31-4032

    41-5061

    51-6054

    61-7018

    71-8010

    > 803

  • Dari bulan Januari sampai bulan Oktober, pasien datang dengan keluhan yang bermacam-macam. Tetapi sebagian besar pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hatinya, dan keluhan yang lainnya berupa pasien merasakan cepat kenyang, mual, dan begah.

  • Chart1

    89

    35

    42

    34

    Keluhan penderita dispepsia

    Sheet1

    Keluhan penderita dispepsia

    Nyeri ulu hati89

    Cepat kenyang35

    Rasa penuh setelah makan42

    Mual dan Muntah34

    To resize chart data range, drag lower right corner of range.

  • Tabel 3. Indikasi dilakukan endoskopi saluran cerna bagian atas

    Indikasi dilakukannya endoskopiAlarm symptomps136NSAID32GERD30Kanker lambung3

  • Di Rumah Sakit Imanuel dilakukannya pemeriksaan endoskopi karena atas dasar alarm symptomps, adanya penggunaan obat-obatan seperti NSAID, terdapat GERD, dan adanya kanker lambung. Indikasi dilakukannya endoskopi pada pasien di rumah sakit ini, sebagian besar terdapat alarm symptomps.

  • Chart1

    11

    5

    40

    41

    2

    136

    41

    0

    Jumlah pasien dengan alarm symptomps

    Sheet1

    Jumlah pasien dengan alarm symptomps

    Penurunan berat badan11

    disgafia progresif5

    Muntah rekuren/persisten40

    perdarahan saluran cerna41

    Riwayat keluarga kanker lambung2

    Usia > 45 tahun136

    Anemia41

    Massa di abdomen bagian atas0

  • Tabel 4. Hasil yang telah ditemukan pada penderita dispepsia dari pemeriksaan endoskopi.

    Hasil pemeriksaanJumlahGastritis erosive hemorrhagic77Gastroduodenitis 75Gastroduedenopathy2Gastropathy9Hiatal Hernia Hill119Ulkus gaster16Esofagopthy16Esofagitis2Bile reflux24Duodenopathy2Pangastritis1Duodenitis9Gastroduodenitis76Polip16Divertikel Duodenum1Gastritis7

  • Pada pasien yang telah dilakukan pemeriksaan endoskopi dilakukan biopsi untuk mengidentifikasi histopatologi dan kuman H.pylori. Telah didapatkan hasil dari pemeriksaan histopatologi bahwa dispepsia, pada sebagian besar kasus berhbungan dengan kuman H.pylori pada gaster maupun duodenum.

  • Hasil biopsi

    Chart1

    4434

    8832

    Dengan H.pylori

    Tanpa H.pylori

    Sheet1

    Dengan H.pyloriTanpa H.pylori

    Duodenum4434

    Gaster8832

    To resize chart data range, drag lower right corner of range.

  • KESIMPULANDari data di atas didapatkan bahwa terdapat 200 penderita dispepsia. Dimana perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan kisaran usia sekitar 40-60 tahun. Perempuan sebnayak 122 orang dan laki-laki sebanyak 78 orang. Keluhan yang paling sering dijumpai adalah nyeri pada ulu hati. Dan paling sering dilakukan endoskopi atas dasarnya terdapat alarm symptomps. Dan hasil dari biopsi didapatkan terdapat Helicobacter pylori pada sediaan gaster.

  • Chart1

    44

    88

    Hasil Biopsi Dengan H.pylori

    Sheet1

    Hasil Biopsi Dengan H.pylori

    Duodenum44

    Gaster88

    To resize chart data range, drag lower right corner of range.

  • Chart1

    34

    32

    Hasil Biopsi Tanpa H. pylori

    Sheet1

    Hasil Biopsi Tanpa H. pylori

    Duodenum34

    Gaster32

    3rd Qtr1.4

    4th Qtr1.2

    To resize chart data range, drag lower right corner of range.