Referat Pneumonia Apri Amalia

42
BAB I PENDAHULUAN Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan. Penyakit pneumonia merupakan salah satu dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/ bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita). Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mencatat prevalensi pneumonia pada anak 11,2%. Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare pada balita yaitu sebesar 15,5%. Manifestasi klinis pneumonia bervariasi 1

description

Pediatri

Transcript of Referat Pneumonia Apri Amalia

Page 1: Referat Pneumonia Apri Amalia

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan

jaringan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia

merupakan keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi

tunggal yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,

serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan

inspeksi dan frekuensi pernapasan.

Penyakit pneumonia merupakan salah satu dari infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA), sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/ bakteri) dan

sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia menjadi

penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita).

Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8%

kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama

pneumonia.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mencatat prevalensi pneumonia pada

anak 11,2%. Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare pada

balita yaitu sebesar 15,5%. Manifestasi klinis pneumonia bervariasi mulai dari

keterlibatan sebagian lobus paru sampai berupa sindrom sepsis berat. Diperkirakan

hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,

meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia

Tenggara. Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka

mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut

adalah: pneumonia yang terjadi pada masa bayi berat badan lahir rendah (BBLR),

tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi

vitamin A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya

pajanan terhadap polusi udara (asap rokok atau polusi industri).

1

Page 2: Referat Pneumonia Apri Amalia

BAB II

PEMBAHASAN

Anatomi Sistem Respiratori

Gambar 1: sistem respiratori pada manusia (sumber: www.edoctoronline.com).

Sistem respiratori pada manusia dibagi menjadi dua yaitu respiratorik atas dan

respiratorik bawah. Respiratorik atas mulai dari hidung sampai dengan faring dan

respiratorik bawah mulai dari laring sampai alveolus.

Hidung

Hidung merupakan organ yang pertama kali dilewati oleh udara. Hidung

memberikan kelembapan dan pemanasan udara sebelum masuk ke nasofaring.

Rongga hidung merupakan saluran respiratori primer pada saat bernafas. Saat

bernafas dengan menggunakan pernapasan hidung, terdapat tahanan sebesar lebih dari

50% dari seluruh tahanan pada saluran respiratori. Tahanan tersebut dua kali lipat

lebih banyak bila dibandingkan dengan pernapasan mulut.

2

Page 3: Referat Pneumonia Apri Amalia

Faring

Faring memiliki 3 bagian yang terdiri dari nasofaring yaitu bagian yang

langsung berhubungan dengan rongga hidung, kemudian dilanjutkan dengan orofaring

dan terakhir adalah laringofaring. Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding

kaku di atas, belakang dan lateral, yang secara anatomi termasuk bagian faring.

Orofaring yang merupakan bagian kedua faring, setelah nasofaring, dipisahkan oleh

oto membranosa dari palatum lunak. Yang termasuk bagian orofaring adalah dasar

lidah (1/3 posterior lidah), valekula, palatum, uvula, dinding lateral faring termasuk

tonsil palatine serta dinding posterior faring. Laringofaring merupakan bagian faring

yang dimulai dari lipatan faringoepiglotika ke arah posterior, inferior terhadap

esophagus segmen atas.

Laring

Laring berperan pada proses fonasi dan sebagai katup untuk melindungi

saluran respiratori bawah. Organ ini terdiri dari tulang dan kumpulan tulang rawan

yang disatukan oleh ligament dan ditutupi oleh otot dan membrane mukosa. Epiglottis

merupakan tulang rawan yang berbentuk seperti lembaran, yang melekat pada dasar

lidah dan tulang rawan tiroid.

Trakea dan bronkus

Trakea merupakan bagian dari saluran respiratorik yang bentuknya

menyerupai pipa serta memanjang mulai dari bagian inferior laring sampai daerah

percabangannya. Trakea terbagi menjadi dua bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus

utama kiri memiliki rongga yang lebih sempit dan lebih horizontal bila dibandingkan

dengan bronkus utama kanan. Trakea dan bronkus terdiri dari tulang rawan dan

dilapisi oleh epitel bersilia yang mengandung mucus dan kelenjar serosa. Bronkus

kemudian akan bercabang menjadi bagian yang lebih kecil dan halus yaitu bronkiolus.

Bronkiolus dilapisi oleh epitel bersilia namun tidak mengandung kelenjar serta

dindingnya tidak mengandung jaringan tulang rawan

.

Alveolus

Bronkiolus berakhir pada suatu struktur yang menyerupai kantung, yang

dikenal dengan nama alveolus. Alveolus terdiri dari lapisan epitel dan matriks

ekstraseluler yang dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler. Alveolus mengandung 2

3

Page 4: Referat Pneumonia Apri Amalia

sel utama, yaitu sel tipe 1 yang membentuk struktur dinding alveolus dan sel tipe 2

yang menghasilkan surfaktan. Alveolus memiliki kecenderungan untuk kolaps karena

ukurannya yang kecil, bentuknya yang sferikal dan adanya tegangan permukaan.

Namun hal tersebut dapat dicegah dengan adaya fosfolipid, yang dikenal dengan

nama surfaktan, dan pori-pori pada dindingnya.

Alveolus berdiameter 0,1 mm dengan ketebalan dinding hanya 0,1 µm.

pertukaran gas terjadi secara difus pasif dengan bergantung pada gradient konsentrasi.

Setiap paru mengandung lebih dari 300 juta alveolus. Setiap alveolus dikelilingi oleh

sebuah pembuluh darah.

Paru-paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru

memilki :

o Apeks, Apeks paru meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm di atas calvicula

o Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada

o Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.

o Basis, terletak pada diafragma

Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior,

sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus

dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,

venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar, alveoli.

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru,

disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding

rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura

yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan

pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.

4

Page 5: Referat Pneumonia Apri Amalia

Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan

jaringan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia

merupakan keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi

tunggal yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,

serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan

inspeksi dan frekuensi pernapasan.

Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris,

pneumonia segmentalis dan pneumonia lobularis yang lebih dikenal sebagai

bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah.

Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu:

1) pneumonia masyarakat (commnunity acquired pneumonia), bila infeksinya terjadi

di masyarakat, dan 2) pneumonia RS atau pneumonia nosokomial (hospital acquired

pneumonia), bila infeksinya didapat di Rumah Sakit. Selain berbeda dalam lokasi

tempat terjadinya infeksi, kedua bentuk pneumonia ini juga berbeda dalam spektrum

etiologi, penyakit dasar atau penyakit penyerta, gambaran klinis, dan prognosisnya.

Pneumonia yang didapat di RS sering merupakan infeksi sekunder pada berbagai

penyakit dasar yang sudah ada, sehingga spektrum etiologinya berbeda dengan infeksi

yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, gejala klinis, derajat beratnya penyakit,

dan komplikasi yang timbul lebih kompleks. Pneumonia yang didapat di RS

memerlukan penanganan khusus sesuai dengan penyakit dasarnya.

Faktor Risiko

Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara

lain defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal reflux),

aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapatkan air susu ibu

(ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan

kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.

5

Page 6: Referat Pneumonia Apri Amalia

Epidemiologi

Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita

anak-anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada

dewasa. Di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju, angka kejadian

pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya 30-45 kasus per 1000 anak

pada umur kurang dari 5 tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada umur 5-9 tahun, 6-12

kasus per 1000 anak pada umur 9 tahun dan remaja.

Di RSU Dr.Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari tahun

ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat

sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada usia kurang dari 1 tahun (69%).

Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak 547 kasus

dengan jumlah terbanyak pada umur 1-12 bulan sebanyak 337 orang. Kasus

pneumonia di negara berkembang tidak hanya lebih sering didapatkan tetapi juga

lebih berat dan banyak menimbulkan kematian pada anak. Insiden puncak pada umur

1-5 tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak. Mortalitas diakibatkan oleh

karena Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus, tetapi di negara

berkembang juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan. Dari

data mortalitas tahun 1990, pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian

pada anak dibawah 5 tahun dan 80% terjadi di negara berkembang.

Pneumonia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di

bawah 5 tahun (balita) di Indonesia. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001,

27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh

penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun

2007 mencatat prevalensi pneumonia pada anak 11,2%. Pneumonia merupakan

penyebab kematian kedua setelah diare pada balita yaitu sebesar 15,5%. Diperkirakan

hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,

meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia

Tenggara. Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40%.

Di negara dengan 4 musim, banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim

semi, di negara tropis pada musim hujan.

6

Page 7: Referat Pneumonia Apri Amalia

Etiologi

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada

perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi,

gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab pada

neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia

pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri Gram

negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih

besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,

Haemophillus influenza tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak

yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi

Mycoplasma pneumoniae.

Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, di

samping bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Virkki dkk. melakukan penelitian

pada pneumonia anak dan menentukan etiologi virus saja sebanyak 32%, campuran

bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%. Virus yang terbanyak ditemukan adalah

Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri yang

terbanyak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B, dan

Mycoplasma pneumoniae. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas mempunyai

etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak berusia dibawah 2 tahun.

Secara klinis, umumnya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan pneumonia virus.

Demikian juga dengan pemeriksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak dapat

menentukan etiologi.

Patologi dan Patogenesis

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui

saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang

mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru

yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit,

cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium

hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan

7

Page 8: Referat Pneumonia Apri Amalia

leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut

stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel

akan mengalami degenarasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium

ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena

akan tetap normal.

Gambar 2: healthy airway and airway with pneumonia

Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan

penyakit, sehingga stadium khas yang telah diuraikan sebelumnya tidak terjadi.

Beberapa bakteri tertentu sering menimbulkan gambaran patologis tertentu bila

dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumoniae biasanya

bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru

(bronkopneumonia), dan pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi pada

satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering disebabkan

oleh Staphylococcus aureus pada neonatus atau bayi kecil, karena Staphylococcus

aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin,

stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabkan nekrosis, perdarahan

8

Page 9: Referat Pneumonia Apri Amalia

dan kavitasi. Koagulasi berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan

aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin, sehingga terjadi eksudat

fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi koagulase dan virulensi kuman.

Staphylococcus yang tidak menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit

yang serius. Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan-bulan, tetapi biasanya tidak

memerlukan terapi lebih lanjut.

Manifestasi Klinik

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan

hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,

mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan

perawatan di RS.

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak

adalah imaturitas anatomik dan fisiologik, mikroorganisme penyebab yang luas,

gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya

penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang relatif lebih sering,

dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor

penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu

dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia.

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-

ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,

penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual,

muntah, atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi

ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,

takipnea, napas cuping hidung, air hanger, merintih dan sianosis.

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,

suara napas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan

9

Page 10: Referat Pneumonia Apri Amalia

tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan

auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

Gambar 3 : Gejala-gejala pneumonia

Pneumonia pada Neonatus dan Bayi Kecil

Pneumonia pada neonatus sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak

yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi

dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion,

atau dari serviks ibu. Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan sumber infeksi

dari RS (hospital acquired pneumonia), misalnya dari perawat, dokter, atau pasien

lain; atau dari alat kedokteran, misalnya penggunaan ventilator. Di samping itu,

infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari masyarakat

(community acquired pneumonia).

Spektrum etiologi pneumonia neonatus meliputi Streptococcus group B,

Chlamydia trachomatis, dan bakteri Gram negatif seperti bakteri E. colli,

10

Page 11: Referat Pneumonia Apri Amalia

Pseudomonas sp, atau Klebsiella; disamping bakteri utama penyebab pneumonia

yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B, dan Staphylococcus

aureus. Oleh karena itu, pengobatannya meliputi antibiotik yang sensitif terhadap

semua kelompok bakteri tersebut, misalnya kombinasi antibiotik beta-laktam dan

amikasin, kecuali bila dicurigai adanya infeksi Chlamydia trachomatis yang tidak

responsif terhadap antibiotik beta-laktam.

Penularan transplasenta juga terjadi dengan mikroorganisme Toksoplasma,

Rubela, virus Sitomegalo, dan virus Herpes simpleks (TORCH), Varisela-Zoster, dan

Listeria monocytogenes. Selain itu, RSV, virus Adeno, virus Parainfluenza, virus

Rino, dan virus Entero dapat juga menimbulkan pneumonia. Suatu penelitian

melaporkan bahwa 25% infeksi virus Adeno pada bayi terjadi bersamaan dengan

infeksi RSV dan virus Parainfluenza, dan 67% bersamaan dengan infeksi bakteri

Haemophillus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau Chlamydia trachomatis.

Prognosis infeksi virus Adeno pada neonatus sangat buruk karena sering terjadi

sepsis.

Gambaran klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas,

mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung, takipnea, letargi,

muntah, tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam.

Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Gambaran klinis tersebut sulit dibedakan

dengan sepsis atau meningitis. Sepsis pada pneumonia neonatus dan bayi kecil sering

ditemukan sebelum 48 jam pertama. Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju,

yaitu dilaporkan 20-50%. Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang

lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap kemungkinan adanya pneumonia

pada neonatus dan bayi kecil berusia di bawah 2 bulan harus segera dirawat di RS.

Infeksi oleh Chlamydia trachomatis merupaka infeksi perinatal dan dapat

menyebabkan pneumonia pada bayi berusia dibawah 2 bulan. Umumnya bayi

mendapat infeksi dari ibu pada masa persalinan. Port d’ entree infeksi meliputi mata,

nasofaring, saluran respiratori, dan vagina. Gejala baru timbul pada usia 4-12 minggu,

pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pada usia 2 minggu, tetapi jarang terjadi

setelah usia 4 bulan. Awitan gejala timbul perlahan-lahan, dan dapat berlangsung

selama beberapa hari hingga berminggu-minggu. Gejala umumnya berupa gejala

11

Page 12: Referat Pneumonia Apri Amalia

infeksi respiratori ringan-sedang, ditandai dengan batuk staccato (inspirasi diantara

setiap satu kali batuk), kadang-kadang disertai muntah, umumnya pasien tidak

demam. Pada pasien seperti ini, panduan tatalaksana adalah berobat jalan dengan

terapi makrolid oral dan observasi yang ketat. Lebih kurang 30% dari infeksi

Chlamydia trachomatis berkembang menjadi pneumonia berat, dikenal juga sebagai

sindrom pneumonitis, dan memerlukan perawatan. Gejala klinis meliputi ronki atau

mengi, takipnea dan sianosis. Gambaran foto rontgen toraks tidak khas, umumnya

terlihat tanda-tanda hiperinflasi bilateral dengan berbagai bentuk infiltrat difus, seperti

infiltrat intersisial, retikulonoduler, atelektasis, bronkopneumonia, dan gambaran

milier. Antibiotik pilihan adalah makrolid intravena.

Pneumonia akibat virus

Etiologi: virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial

pernapasan (Respiratory Syncytial Virus), parainfluenza, influenzae, dan

adenovirus. Pada umumnya, infeksi virus saluran pernapasan bawah jauh lebih

sering selama bulan-bulan musim dan RSV merupakan virus yang paling

lazim yang menyebabkan pneumonia, terutama selama masa bayi. Anak laki-

laki terkena sedikit lebih sering daripada anak perempuan. Tidak seperti

bronkiolitis, dimana angka serangan puncak adalah dalam tahun pertama,

angka serangan puncak untuk pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3

tahun dan sedikit demi sedikit menurun sesudahnya.

Manifestasi klinis: kebanyak virus pneumonia didahului gejala-gejala

pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk. Seringkali anggota

keluarga yang lain sakit. Walaupun biasanya ada demam, suhu biasanya lebih

rendah daripada pneumonia bakteri. Takipnea yang disertai retraksi

interkostal, subkostal, dan suprasternal; pernapasan cuping hidung, dan

penggunaan otot tambahan sering ada. Infeksi berat dapat disertai dengan

sianosis dan kelahan pernapasan. Auskultasi dada dapat menampakkan ronki

dan mengi yang luas, tetapi ronki dan mengi ini sukar dilokalisasi sumbernya

dari suara yang kebetulan ini pada anak yang amat muda dengan dada

hipersonor. Pneumonia virus tidak dapat secara tepat dibedakan dari penyakit

12

Page 13: Referat Pneumonia Apri Amalia

mikoplasma atas dasar klinis murni dan kadang-kadang, mungkin sukar

dibedakan dari pneumonia bakteri. Lagipula, bukti adanya infeksi virus ada

pada banyak penderita yang telah konfirmasi pneumonia bakteria.

Pneumonia Bakteri

Pneumonia bakteri selama masa anak tidak merupakan infeksi yang lazim, bila

tidak ada penyakit kronis yang mendasari, seperti kistik fibrosis atau defisiensi

imunologis. Kejadian yang paling sering mengganggu mekanisme pertahanan paru

adalah infeksi virus yang mengubah sifat-sifat sekresi normal, menghambat

fagositosis, mengubah flora bakteri, dan mungkin sementara mengganggu lapisan

epitel saluran pernapasan normal. Penyakit virus pernapasan sering mendahului

perkembangan pneumonia bakteri beberapa hari.

Pneumonia Streptokokus. Manifestasi klinis: tanda-tanda dan gejala-gejala

pneumonia streptokokus serupa dengan tanda-tanda dan gejala pneumonia

pneumokokus. Mulainya mungkin mendadak, ditandai dengan demam tinggi,

menggigil, tanda-tanda distres respirasi, dan kadang-kadang kelemahan yang

berat. Namun kadang-kadang dapat lebih tersembunyi, dan anak akan tampak

hanya sakit ringan, dengan batuk dan demam ringan. Jika influenzae

mendahului pneumonia, mulainya dapat terlihat hanya sebagai perjalanan

klinis penyakit virus yang semakin berat. Manifestasi laboratorium:

leukositosis sering terjadi pada pneumonia pneumokokus. Kenaikan titer

antistreptolisin serum adalah bukti diagnostik yang mendukung. Penyakit

dapat dicurigai jika banyak streptokokus β-hemolitikus grup A yang terisolasi

dari usapan tenggorok, sekresi nasofaring, sputum, tetapi diagnosis pasti

didasarkan pada penemuan organisme dari cairan pleura, darah, atau aspirat

paru.

Pneumonia Stafilokokus. Manifestasi klinis: penderita yang paling sering

adalah bayi umur kurang dari 1 tahun, sering dengan riwayat dan tanda-tanda

dan gejala-gejala infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari sampai

1 minggu. Mendadak, keadaan bayi berubah, dengan mulai panas tinggi, batuk

dan bukti adanya distres pernapasan. Tanda-tanda dan gejala-gejala adalah

13

Page 14: Referat Pneumonia Apri Amalia

takipnea, pernapasan mendengkur, retraksi sternum dan subkosta, pernapasan

cuping hidung, sianosis dan kecemasan. Jika dibiarkan, bayi lesu tetapi pada

saat bangun iritabel dan tampak toksik. Dispnea berat dan keadaan seperti

syok mungkin ada. Beberapa bayi mempunyai gangguan penyerta saluran

pencernaan, ditandai dengan muntah, anoreksia, diare, dan kembung perut,

akibat ileus paralitikus.

Pneumonia Haemophillus Influenzae. Manifestasi klinis: Pneumonia

Haemophillus influenzae penyebarannya biasanya lobar, tetapi tidak ada tanda

rontgen dada yang khas. Terjadi infiltrat segmental, keterlibatan lobus tunggal

atau multipel, efusi pleura, dan pneumatokel. Anak laki-laki terkena sedikit

lebih sering daripada wanita. Secara patologis, daerah yang terlibat

menunjukkan reaksi radang polimorfonuklear, atau limfosit dengan

penghancuran epitel saluran pernapasan yang lebih kecil yang luas, radang

interstisial, dan edema yang sering mencolok hemoragik.

Tabel.1 Kriteria Takipnea menurut WHO

UmurLaju nafas normal

(frekuensi /menit)

Takipnea

(frekuensi /menit)

0-2 bulan 30-50 ≥ 60

2-12 bulan 25-40 ≥ 50

1-5 Tahun 20-30 ≥ 40

>5 tahun 15-25 ≥ 20

Penegakkan Diagnosis

Anamnesis

- Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak

purulen bahkan bisa berdarah

- Sesak napas

- Demam

14

Page 15: Referat Pneumonia Apri Amalia

- Kesulitan makan/ minum

- Tampak lemah

- Serangan pertama atau berulang untuk membedakan dengan kondisi

imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma.

Pemeriksaan Fisik

- Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan

pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat

menyebabkan anak gelisah atau rewel.

- Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan kemampuan

makan/minum.

- Gejala distres pernapasan seperti takipnea, retraksi subkosta, batuk,

krepitasi, dan penurunan suara paru.

- Demam dan sianosis.

- Anak dibawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia

yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri

yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala

pernapasan tak teratur dan hipopnea.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi

- Pemeriksaan foto dada tidak direkomendasikan secara rutin pada anak

dengan infeksi saluran napas bawah akut ringan tanpa komplikasi.

- Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada penderita pneumonia yang

dirawat inap atau bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan.

- Pemeriksaan foto dada follow-up hanya dilakukan bila didapatkan kolaps

lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang

menetap atau memburuk, atau tidak respons terhadap antibiotik.

- Pemeriksaan foto dada tidak dapat mengidentifikasi agen penyebab.

15

Page 16: Referat Pneumonia Apri Amalia

Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan

untuk membantu menentukan pemberian antibiotik.

- Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum dengan kualitas yang

baik direkomendasikan dalam tatalaksana anak dengan pneumonia berat.

- Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat jalan,

tetapi direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan kondisi berat dan

pada setiap anak yang dicurigai menderita pneumonia bakterial.

- Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi

antigen virus atau tanpa kultur virus jika fasilitas tersedia.

- Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan

pemeriksaan mikroskopis, kultur, serta deteksi antigen bakteri (jika

fasilitas tersedia) untuk penegakkan diagnosis dan menentukan mulainya

pemberian antibiotik.

- Pemeriksaan C-reactive protein (CRP), LED, dan pemeriksaan fase akut

lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak

direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.

- Pemeriksaan uji tuberkulin selalu dipertimbangkan pada anak dengan

riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.

WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan

retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia di negara berkembang. Namun

demikian, kriteria tersebut mempunyai sensivitas yang buruk untuk anak malnutrisi

dan sering overlapping dengan gejala malaria.

Klasifikasi pneumonia (berdasarkan WHO):

Bayi kurang dari 2 bulan

- Pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat

- Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek/ minum, kejang, letargis,

demam, atau hipotermia, bradipnea, atau pernapasan ireguler

16

Page 17: Referat Pneumonia Apri Amalia

Anak umur 2 bulan – 5 tahun:

- Pneumonia ringan: napas cepat

- Pneumonia berat : retraksi

- Pneumonia sangat berat : tidak dapat minum/ makan, kejang, letargis,

malnutrisi.

Pemeriksaan darah perifer lengkap

Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma, umumnya

ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada

pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm

kubik dengan predominan PMN. Leukopenia (< 5000/mm kubik) menunjukkan

prognosis yang buruk. Leukositosis hebat (>30.000/ mm kubik) hampir selalu

menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi, dan

risiko terjadinya komplikasi lebih tinggi. Pada infeksi Chlamydia pneumoniae

kadang-kadang ditemukan eosinofilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan

sel PMN berkisar antara 300-100.000/mm kubik, protein > 2,5 g/dl, dan glukosa

relatif lebih rendah daripada glukosa darah. Kadang-kadang terdapat anemia ringan

dan laju endap darah (LED) yang meningkat. Secara umum hasil pemeriksaan darah

perifer dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri

secara pasti.

Pemeriksaan Rontgen Toraks

Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya

direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen toraks

pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Kadang-kadang

bercak-bercak sudah ditemukan pada gambaran radiologis sebelum timbul gejala

klinis. Akan tetapi, resolusi infiltrat sering memerlukan waktu yang lebih lama setelah

gejala klinis menghilang.

Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis

pneumonia di Instalasi Gawat darurat hanyalah pemeriksaan rontgen toraks posisi AP.

Lynch dkk. mendapatkan bahwa tambahan posisi lateral pada foto rontgen toraks

17

Page 18: Referat Pneumonia Apri Amalia

tidak meningkatkan sensitivitas dan spesifitas penegakan diagnosis pneumonia pada

anak. Foto toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala

klinis distres pernapasan seperti takipnea, batuk, dan ronki, dengan atau tanpa suara

napas yang melemah. Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:

Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,

peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.

Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.

Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris atau

terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanuya cukup besar berbentuk sferis,

berbatas yang tidak terlalu tegas, dan mempunyai lesi tumor paru, dikenal

sebagia round pneumonia.

Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,

berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,

disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

Gambaran foto rontgen toraks penumonia pada anak meliputi infiltrat ringan pada

satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penelitian ditemukan

bahwa lesi pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus

atas. Bila ditemukan di paru kiri, dan terbanyak di lobus bawah, maka hal itu

merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat dengan risiko terjadinya

pleuritis lebih meningkat.

Gambar 4: Right lower lobe consolidation in a patient with bacterial pneumonia (sumber:

www.emedicine.medscape.com)

18

Page 19: Referat Pneumonia Apri Amalia

Diagnosis Banding

Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah suatu infeksi sistem respiratorik bawah akut yang ditandai

dengan pilek, batuk, distres pernapasan dan ekspiratorik effort (usaha napas pada saat

ekspirasi). Di Amerika Serikat sekitar 120.000 bayi dirawat dengan bronkiolitis

pertahun. Umumnya bronkiolitis menyerang pada anak di bawah umur 2 tahun

dengan kejadian tersering kira-kira usia 6 bulan.

Etiologi

Penyebab tersering adalah RSV (lebih dari 50%) diikuti oleh virus

parainfluenza, dan adenovirus. Infeksi oleh adenovirus biasanya dihubungkan dengan

komplikasi yang terjadi seperti bronkiolitis obliterans yang sulit ditangani.

Kemungkinan kejadian bronkiolitis pada anak dengan ibu perokok lebih tinggi

dibandingkan pada anak dengan ibu yang tidak merokok.

Manifestasi klinis

Umumnya anak pernah terpajan dengan anggota keluarga yang menderita

infeksi virus beberapa minggu sebelumnya. Gejala awal yang mungkin timbul adalah

tanda-tanda infeksi respiratorik atas akut berupa demam, batuk, pilek, dan bersin.

Setelah gejala di atas timbul biasanya diikuti oleh adanya kesulitan bernapas (sesak)

yang umumnya pada saat ekspirasi. Pada pemeriksaan fisis didapatkan frekuensi nafas

yang meningkat (takipneu), disertai adanya ekspirasi yang memanjang bahkan mengi.

Pada kasus yang berat mengi dapat terdengar tanpa stetoskop.

Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis dijumpai gambaran

hiperinflasi, dengan infiltrat yang biasanya tidak luas. Bahkan ada kecenderungan

ketidaksesuaian antara gambaran klinis dan gambaran radiologis. Berbeda dengan

pneumonia bakteri, gambaran klinis yang berat akan menunjukkan gambaran kelainan

radiologis yang berat pula, sementara pada bronkiolitis gambaran klinis berat tanpa

gambaran radiologis berat.

Pada pemeriksaan laboratorium (darah tepi) umumnya tidak memberikan

gambaran yang bermakna, dapat disertai dengan limfopenia. Pemeriksaan serologis

19

Page 20: Referat Pneumonia Apri Amalia

RSV dapat dilakukan secara cepat, di negara maju pemeriksaan ini menjadi

pemeriksaan rutin apabila dicurigai adanya infeksi RSV.

Komplikasi Pneumonia

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis

purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstra pulmoner seperti meningitis purulenta.

Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia

bakteri.

Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik

ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang

cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena miokarditis

merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan

teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.

Penatalaksanaan

Pasien pneumonia mempunyai indikasi untuk perawatan di rumah sakit. Sesak

yang terjadi harus ditangani dengan segera. Pneumonia pada bayi usia di bawah 2

bulan biasanya menunjukkan gejala yang cukup berat. Tata laksana pasien meliputi

terapi suportif dan terapi etiologik. Terapi suportif berupa pemberian makanan atau

cairan sesuai kebutuhan serta koreksi asam-basa dan elektrolit sesuai kebutuhan.

Terapi oksigen diberikan secara rutin. Jika penyakitnya berat dan sarana tersedia, alat

bantu napas mungkin diperlukan terutama dalam 24-48 jam pertama. Bagian yang

sangat penting dari tata laksana pneumonia adalah pemberian antibiotik.

Idealnya tata laksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun

karena berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia diberikan

antibiotik secara empiris. Pneumonia viral seharusnya tidak diberikan antibiotik,

namun pasien dapat diberi antibiotik apabila terdapat kesulitan membedakan infeksi

virus dengan bakteri; di samping kemungkinan infeksi bakteri sekunder tidak dapat

disingkirkan.

20

Page 21: Referat Pneumonia Apri Amalia

Streptokokus dan pneumokokus sebagai kuman Gram positif dapat dicakup

oleh ampisilin, sedangkan hemofilus suatu kuman gram negatif dapat dicakup oleh

kloramfenikol. Dengan demikian keduanya dapat dipakai sebagai antibiotik lini

pertama untuk pneumonia anak tanpa komplikasi. Secara umum pengobatan antibiotik

untuk pneumonia diberikan dalam 5-10 hari, namun dapat sampai 14 hari. Pedoman

lain pemberian antibiotik sampai 2-3 hari bebas demam.

Pada pasien pneumonia community acquired, umumnya ampisilin dan

kloramfenikol masih sensitif. Pilihan berikutnya adalah obat golongan sefalosporin

atau makrolid.

Mengenai penggunaan makrolid pada pneumonia telah banyak dilaporkan.

Penggunaan azitromisin dan klaritromisin pada IRBA (infeksi respiratori bawah akut)

sama efektifnya dengan pemberian co-amoksiklav. Pemberian azitromisin

tolerabilitasnya cukup baik serta efek sampingnya minimal bila dibandingkan dengan

co-amoksiklav.

Pemberian azitromisin sekali sehari selama 3 hari efektifitasnya setara dengan

pemberian co-amoksiklav selama 10 hari. Penggunaan klaritromisin secara

multisenter pada pneumonia mendapatkan hasil yang cukup baik dalam hal efektifitas

dan efek sampingnya. Efek samping gangguan gastrointestinal seperti mual, nyeri

abdomen didapatkan pada sebagian kecil pasien yang tidak berbeda bermakna dengan

antibiotik lain.

Tatalaksana umum

Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92% pada saat bernapas dengan udara kamar harus

diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk

mempertahankan saturasi oksigen > 92%.

- Pada pneumonia berat, atau asupan per oral kurang, diberikan cairan

intravena dan dilakukan balans cairan ketat

- Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak

dengan pneumonia

21

Page 22: Referat Pneumonia Apri Amalia

- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan

pasien dan mengontrol batuk

- Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk

memperbaiki mucocilliary clearance

- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya

setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.

Kriteria Rawat Inap

Bayi:

- Saturasi oksigen < 92%, sianosis

- Frekuensi napas > 60 kali / menit

- Distres pernapasan, apnea intermitten, atau grunting

- Tidak mau minum/ menetek

- Keluarga ridak bisa merawat di rumah

Anak:

- Saturasi oksigen < 92%, sianosis

- Frekuensi napas > 50 kali / menit

- Distres pernapasan

- Grunting

- Terdapat tanda dehidrasi

- Keluarga ridak bisa merawat di rumah.

Pneumonia rawat jalan

Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama

secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat

jalan, dapat diberikan antibiotik tunggal oral dengan efektifitas yang mencapai 90%.

Penelitian multisenter di Pakistan menemukan bahwa pada pneumonia rawat jalan,

pemberian amoksisilin dan kotrimoksazol dua kali sehari mempunyai efektifitas yang

sama. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol

adalah 4 mg/kgBB.

22

Page 23: Referat Pneumonia Apri Amalia

Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai

terapi alternatiuf beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan

pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.pneumoniae dan bakteri atipik.

Pneumonia rawat inap

Pilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan beta-

laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta-

laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin,

amikasin, atau sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi

antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa

komplikasi, meskipun tidak ada studi kontrol mengenai lama terapoi antibiotik yang

optimal.

Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai

sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering terjadi sepsis dan

meningitis , antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti

kombinasi beta-laktam/klavulanat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi

ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral

selama 10 hari.

Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan

adalah antibiotik beta-laktam dengan/atau tanpa klavulanat; pada kasus yang lebih

berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru

intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau

keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.

Pemberian antibiotik

- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5

tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan

pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah. Alternatifnya

adalah co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritromisin, dan azitromisin.

23

Page 24: Referat Pneumonia Apri Amalia

- M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua, maka antibiotik

golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada

anak ≥ 5 tahun.

- Makrolid diberikan jika M. pneumoniae atau C. pneumoniae dicurigai sebagai

penyebab.

- Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumoniae sangat

mungkin sebagai penyebab.

- Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau kombinasi

flucloxacillin dengan amoksisilin.

- Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat

menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat

pneumonia berat.

- Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah: ampisilin dan kloramfenikol, co-

amoxiclav, ceftriaxone, cefotaxime, dan cefuroxime.

- Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan

setelah ,mendapat antibiotik intravena.

Rekomendasi UKK Respirologi

Antibiotik untuk community acquired pneumonia:

Neonatus – 2 bulan: Ampisillin + gentamisin

Umur > 2 bulan:

- lini pertama Ampisilin, bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat

ditambahkan kloramfenikol.

- lini kedua seftriakson.

Bila klinis terdapat perbaikan, antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan

antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.

24

Page 25: Referat Pneumonia Apri Amalia

Nutrisi

- Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral harus

dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT) atau

intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan

pernapasan, khususnya pada bayi/ anak dengan ukuran lubang hidung kecil.

Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil.

- Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami

overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon

antidiuretik.

Kriteria pulang

- Gejala dan tanda pneumonia menghilang.

- Asupan per oral adekuat.

- Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral).

- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol.

- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah.

Prognosis

Pada pneumonia virus: Kebanyakan anak dengan pneumonia virus sembuh

tanpa banyak peristiwa dan tidak mempunyai sekuele. Walaupun perjalanan

dapat diperpanjang, terutama pada bayi. Namun, bukti semakin bertambah,

bahwa beberapa penderita, terutama bayi dapat terjadi bronkiolitis obliteran,

paru hiperlucent unilatreal, atau komplikasi lain sesudah satu episode

pneumonia virus. Adenovirus terutama tipe 1,3,4,7 dan 21, agaknya dalam hal

ini merupakan agen yang paling berbahaya, mampu menyebabkan pneumonia

fulminan akut mematikan.

Pada pneumonia bakteri: Di era sebelum antibiotik, angka mortalitas pada bayi

dan anak kecil berkisar 20-50% dan pada anak yang lebih tua 3-5%. Lagipula,

insiden empiema kronis dengan fungsi paru berubah adalah relatif tinggi.

Dengan terapi antibiotik yang tepat yang diberikan pada awal perjalanan

25

Page 26: Referat Pneumonia Apri Amalia

penyakit, angka mortalitas selama masa bayi dan anak sekarang < 1 %, dan

morbiditas jangka-lama rendah.

Pencegahan

Pencegahan untuk pneumococcus dan H.influenzae dapat dilakukan dengan

vaksin yang sudah tersedia dengan efektifitas 70% untuk vaksin pneumokok dan 95%

untuk H.influenzae. pemberian imunisasi memberikan arti yang sangat penting dalam

pencegahan pneumonia. Pneumonia diketahui dapat sebagai komplikasi dari campak,

pertusis dan varisela sehingga imunisasi dengan vaksin yang berhubungan dengan

penyakit tersebut akan membantu menurunkan insiden pneumonia. Pneumonia yang

disebabkan oleh H.influenzae dapat juga dicegah dengan pemberian imunisasi Hib.

26

Page 27: Referat Pneumonia Apri Amalia

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan

jaringan interstitial. Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak

diderita anak-anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan

pneumonia pada dewasa. Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan

penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum

etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme

penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar.

Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan

bakteri Gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi

yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh Streptococcus

pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan

pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan

infeksi Mycoplasma pneumoniae.

Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan

penyakit, sehingga stadium khas yang telah diuraikan dalam patogenesis pneumonia

dapat tidak terjadi. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena

harus dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering

terjadi sepsis dan meningitis. Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan

imunisasi yang lengkap dan rutin berkaitan dengan penyebab pneumonia.

27

Page 28: Referat Pneumonia Apri Amalia

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Kliegman Behrman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol 2.

Jakarta: EGC.

Asih, R. 2006. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak “Pneumonia”. Divisi

Respirologi Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr.Soetomo Surabaya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2000. Konsensus Pneumonia Anak. Bagian

Pulmonolgi FK UI Jakarta.

Kenneth, M. 2002. Community Acquired Pneumonia in Children. New

England Journal of Medicine, vol.346, no.6, 2002.

Pudjadi, Marisa T. 2012. Angka Kejadian KID pada pneumonia. Jurnal Sari

Pediatri vol.14. Jakarta.

Punjiadi, Antonius H. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak

Indonesia.

Said, M. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Ikatan Dokter

Anak Indonesia.

Supriyatno, B. 2006. Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Jurnal Sari

Pediatri vol.8. Jakarta.

28