referat pemasangan gips.docx
-
Upload
didit-fajar-nugroho -
Category
Documents
-
view
52 -
download
0
description
Transcript of referat pemasangan gips.docx
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gips dalam bahasa latin dinamakan sulfat calcicus, dalam bahasa Inggris
disebut plaster of paris, dan dalam bahasa Belanda gips powder.(Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan,1995)
Gips adalah merupakan mineral yang terdapat di alam dengan formula Ca
SO4, H2O dan merupakan batu putih
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur
tubuh dimana gips ini dipasang.
Gips merupakan fiksasi eksternal yang sering dipakai, yang terbuat dari plaster
of paris, fiber glass, dan plastic yang disediakan dalam bentuk verban yang
dipakai untuk immobilisasi bagian-bagian tubuh yang dilaksanakan. (Price
Wilson)
Ace bondage plaster yang harus dibasahkan sebelum pamakaian,
mengeringnya lambat, berat, kekuatan, dan integritasnya hilang bila basah.
Bila plaster cast perlu perbikan pada umumnya harus diganti semua.
Fiber glass cepat kering dan ringan, boleh terkena air dan kekuatannya
tidak rusak. Plastic cast boleh dipanaskan dan dibentuk kembali bila perlu
perbaika. Kerugiannya bahwa jenis fiber glass tertentu, pengeringannya
harus memakai sinar ultraviolet dan penderita yang memakai fiber glass
atau plastic suka menderita luka lecet pada kulit yang tertutup cast.kecuali
bila dikeringkan dengan kapas pengering yang hangat.
Tepung gips hampir sama dengan kapur yang dipakai untuk pengapur
rumah. Sifatnya tepung gips itu hampir bersamaan dengan tepung semen,
yakni apabila dicampur dengan air, keadaannya berubah menjadi beku dan
keras. Hanya perbedaannya gips menjadi lebih cepat menjadi beku dank
eras seperti semen. Dan lagi sifat tepung gips menarik uap air dari dalam
udara. Kalau hal ini terjadi, maka tepung gips itu tidak baik lagi dipakai
untuk memebuat pembalut gips, sebab bila dijadikan gips palk atau
circulair gips, tidak bias lagi menjadi keras dan kering, selamanya menjadi
lembab (tidak kering betul).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh.
(Engram Barbara,1998: 280).
1.2. Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui tentang tehnik pemasangan gips yang meliputi,
indikasi pemasangan gips, tujuan pemasangan gips, jenis-jenis gips, bahan-bahan
gips, tehnik pembuatan gips, persiapan pemasangan gips, tehnik pemasangan gips,
jenis pemasangan gips, pembukaan gips, komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. INDIKASI PEMASANGAN GIPS
1. Pasien dengan dislokasi
2. Pasien dengan fraktur
3. Penyakit tulang misalnya spondilitis TBC
CTEV (Conginetal Talipes Equino Varus) dan scoliosis
B. TUJUAN
1. Imobilisasi kasus dislokasi sendi dan patah tulang fiksasi
2. Imobilisasi kasus penyakit tulang, misalnya dilaksanakan pada pos operasi
3. Koreksi cacat tulang, misalnya patah tulang, dislokasi, scoliosis, dan lain-lain
4. Mencegah patah tulang
5. Sebagai pembalut darurat
6. Menyokong jaringan cedera selama proses penyembuhan
7. Memberikan tenaga traksi
8. Secara umum gips memungkinkan mobilisasi pasien sementara membatasi
gerakan pada bagian tubuh tertentu.
C. JENIS-JENIS GIPS
Jenis dan ketebalan gips yang akan dipasang tergantung pada kondisi klien yang
ditangani. Secara umum, sendi pada proksimal dan distal area yang akan
dimobilisasi harus disertakan dalam gips. Namun, pada beberapa bentuk fraktur,
konstruksi dan pencetakan gips dilakukan sedemikian rupa sehingga sendi masih
dapat digerakkan sedangkan garis fraktur diimobilisasi.
Ada beberapa jenis gips (Suzzane C.Smeltzer, 2001: 2282):
1. Gips lengan pendek
Memanjang dari bawah, siku sampai lipatan telapak tangan, melingkar erat di
dasar ibu jari. Bila ibu jari dimasukkan, dinamakan spika ibu jari atau gips
gauntlet.
Gb:
2. Gips lengan panjang
Memanjang dari seetinggi lipat ketiak di sebelah proksimal lipatan telapak
tangan, siku biasanya diimobilisasi dalam posisi tegak lurus.
Gb:
3. Gips tungkai pendek
Memanjang dari baawah lutut sampai dasar jari kaki. Kaki dalam sudut tegak
lurus pada posisi netral.
Gb:
4. Gips tungkai panjang
Memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari
kaki. Lutut harus sedikit fleksi.
Gb:
5. Gips berjalan
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat. Bias dissertai
telapak untuk berjalan.
6. Gips tubuh
Melingkar di batang tubuh
Gb:
7. Gips spika
Melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau
dua ekstrimitas (gips spika tunggal atau ganda)
Gb:
8. Gips spika bahu
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu, dan siku
9. Gips spika pinggul
Melingkari batang tubuh dan satu ekstrimitas bawah; dapat gips spika tunggal atau ganda.
D. BAHAN-BAHAN GIPS
1. Plaster
gips tradisional terbuat dari bahan gips
gips pembalut dapat menngikuti kontur tubuh secara halus.
Gulungan crinoline diimpregnasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus
(Kristal gipsum). Bila basah, terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan
panas (reaksi eksotermis). Panas yang dihasilkan selama reaksi ini sering
mengganggu kenyamanan,maka harus menggunakan air dingin.
Gips harus ditempatkan di tempat terbuka agar panas dapat keluar secara
maksimal.
Gips memerlukan waktu 24 sampai72 jam untuk mongering
2. Nonplaster
Secara umum, berarti gips fiberglas, bahan poliuretan yang diaktivasi air
ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan
karena lebih kuat, ringan, tahan air, dan tidak mudah pecah.
Dibuat dari serat rajutan terbuka tak meyerap yang diimpregnasi dengan
dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya
hanya dalam beberapa menit.
Nonplaster berpori-pori sehingga masalah kulit dapat dihindari.
Tidak menjadi lunak apabila terkena air, sehingga memungkinkan
hidroterapi (terapi menggunakan media air). Bila basah dapat dikeringkan
dengan pengering rambut yang disetel dingin. Pengeringan yang merata
sangat penting agar tidak melukai kulit.
E. TEKNIK PEMBUATAN GIPS
1. Siapkan meja dan bentangkan gas, di atasnya dibubuhi tepung gips.
2. Tangan kiri memegang gulungan pembalut yang sudah dibubuhi tepung tadi.
Hal ini dikerjakan berulang-ulang, maksudnya agar tepung masuk kecelah-
celah benang pembalut (gaas), sehingga tebal tepung gips dipergunakan gaas
tadi kira-kira 1,5 mm.
3. Setelah itu diletakkan pembalut baru di atasnya, lalu bubuhi tepung gips,
digosok seperti yang pertama tebalnya.
Dalam mengerjakan pekerjaan ini ujung dari gas yang telah ditaburi dengan
tepung gips harus ditindih dengan benda pemberat dan ditegangkan, gunanya
agar telapak tangan lebih mudah menggosokkan tepung gips ke kiri dank e
kanan, hal ini dilakukan di atas gaas tadi.
4. Bila sebagian pembalut tadi telah selesai langsung digulung sampai tergulung
sempurna, tapi dalam penggulungan tidak boleh padat harus longgar supaya
mudah dan cepat air masuk ke dalam bila di rendam dalam air. Bila
pembuatan gips di atas adalah dipergunakan bilamana tidak ada gips yang
sudah jadi (plaster gips).
F. PERSIAPAN PRE/POST PEMASANGAN GIPS
1. RO foto
2. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien tentang:
a. Perencanaan pemasangan gips
b. Pelaksanaan
c. Guna pemasangan gips
d. Tujuan pemasangan gips
3. Persiapan alat untuk pembuatan gips
a. Pembalut kasa sepanjang 2,5 m, lebarnya 5-15 cm.
b. Tepung batu putih
c. Gunting perban
d. Meja atau bangku untuk pembalut gips
e. Batu penidis
f. Plester gips (siap untuk digunakan)
4. Persiapan pelaksanaan pemasangan gips
a. Waskom berisi air panas/hangat-hangat kuku
b. Tempat menyimpan pembalut gips yang sudah dibuat
c. Gunting verban
d. Nier bekken
e. Gaas secukupnya
f. Handuk
g. Zeil
h. Sabun dalam tempatnya
i. Alat cukur
j. Talk (oil)
k. Food book
l. Spongs rubs
5. Persiapan alat untuk membuka gips :
a. Gergaji listrik
b. Gergaji kecil manual
c. Tang kecil, besar
d. Gunting besar
G. TEKNIK PEMASANGAN GIPS
1. Sebelum gips dipasang perawat menjelaskan prosedur kerja pada pasien.
2. Daerah yang akan digips dicukur, dibersihkan, dicuci dengan sabun lalu
dikeringkan dan dibubuhi talk secukupnya, atau dapat juga menggunakan
krim/oil.
3. Setelah itu dipasang spong rubs, pada bagian tubuh tersebut (terbuat dari
bahan yang menyerap keringat) gunanya untuk permukaan kulit tetap kering
4. Pada penonjolan-penonjolan tulang atau bony prominence atau sepasang
bantalan atau Cushion, biasanya terbuat dari spons
5. Kemudian dipasang padding (pembalut dibuat dari bahan kapas sintetik)
6. Setelah yakin bahwa bagian tubuh yang akan di gips sudah berada dalam
posisi yang dikehendaki gips direndam untuk beberapa saat.
7. Lama pencelupan tergantung dari jenis gips, ada yang cepat kering, dan ada
yang harus menunggu sampai gelembung-gelembung udara dari gips keluar,
setelah itu untuk mengurngi jumlah air gips diperas pada kedua ujungnya.
8. Selanjutnya dilakukan pembalutan gips secara melingkar mulai dari distl ke
proksimal, tidak boleh terlalu kendor atau terlalu kencang.
9. Untuk mendapatkan bentuk keluar dari gips yang baik (mulus tidak berbenjol-
benjol), pada waktu membalut overlaving dianjurkan dalam jarak yang tetap,
biasanya 50 % dari lebar gips.
10. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan. Pegang gips yang sedng
dalam proses pengerasan dengan telapak tangan, jangan diletakkan pada
permukaan keras atau pada tepi yang tajam, hindari tekanan pada gips.
11. Menjelang gips menjadi keras dilakukan moulding yaitu gips dibentuk sesuai
yang diinginkan.
H. JENIS PEMASANGAN GIPS
1. Gips sirkuler
Dipasang biasanya pada keadaan dimana memerlukan imobilisasi atau fiksasi
yang lebih stabil.
2. Gips spalk
Hanya merupakan proteksi.
3. Gips plaster
Gips ini dapat kering setelah 12-48 jam tergantung dari ukurannya.
4. Gips silinder kering dalam waktu 12-24 jam, tapi badan gips biasanya
mencapai 48 jam baru kering.
5. Gips plastic kering 8-10 jam. Dalam udara kering (tidak lembab) akan lebih
cepat dan efisien dalam proses pengeringan gips.
I. PEMBUKAAN GIPS
Pembukaan gips adalah dibelah mengguanakan gergaji listrik. Gergaji sangat
bising tetapi bila pemakaiannnya tepat tidak akan merusak kulit yang ada di
bawah gips. Kulit yang terbungkus di dalam gips untuk beberapa lama akan
dilapisi eksudat dan kulit yang mati. Untuk membersihkannya dipakai minyak
pelumas kulit, kemudian dibersihkan dengan air hangat. Proses ini berlangsung
beberapa hari, cara membersihkan yang tergesa-gesa akan menimbulkan iritasi.
Prosedur pelepasan gips (Suzzanne C. Smeltzer, 2001: 2289):
Prosedur Rasional
Informasikan kepada pasien
mengenai prosedurnya
Meningkatkan kerja sama dan
mengurangi ketakutan akan
prosedur ini.
Yakinkan pasien bahwa gergaji
listrik atau pemotong gips tidak
akan mengiris kulit.
Mengurangi ansietas (pisau
berosilasi untuk memotong gips)
Gips akan dibelah dengan Membelah gips. Mencegah rasa
menggunakan tekanan berganti-
ganti dan gerakan linear pisau
sepanjang garis potongan.
terbakar akibat kontrak lama
antara pisau osilasi dan bantuan.
Gunakan pelindung mata (pasien
dan operator pemotong)
Melindungi mata dari partikel
gipsyang berterbangan.
Potong bantalan dengangunting Membebaskan semua bahan gips
Sokong bagian tubuh ketika gips
diambil
Mengurangi stress pada bagian
tubuh yang telah diimobilisasi
Cuci dan keringkan bagian yang
habis diimobilisasi dengan lembut,
oleskan minyak pelumas
Mengangkat kulit mati yang telah
menumpuk selama imobilisasi.
Mencegah kulit tetap kenyal.
Ajari pasien untuk mencegah
menggosok dan menggaruk kulit
Mencegah kerusakan kulit
Ajari pasien untuk secara bertahap
kembali ke kegiatan aktif bagian
tubuh menurut pandangan sesuai
program terapeutik
Melindungi bagian yang menjadi
lemah akibat stress yang
berlebihan. Latihan progresif
dapat mengurangi kekakuan dan
fungsi otot.
Ajari pasien untuk mengontrol
pembengkakan dengan meninggikan
ekstrimitas atau menggunakan
balutan elastic bila perlu.
Memperbaiki peredaran darah
(missal aliran balik vena) dan
mngontrol pengumpulan cairan.
J. KOMPLIKASI
1. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen dapat terjadi apabila terjadi peningkatan tekanan
jaringan dalam rongga yang terbatas (missal: gips, kompartemen otot) yang
akan memperburuk peredaran darah dan fungsi jaringan dalam rongga yang
tertutup tadi.
2. Luka tekan (dekubitus)
Tekanan gips pada jaringan lunak mengakobatkan anoksia jaringan dan ulkus.
Ekstrimitas bawah yang merupakan tempat paling rentan terhadap tekanan
adalah tumit, punggung kaki, kaput fibula, dan permukaan anterior patella.
Pada ekstrimitas atas, tempat tekanan utama terletak pada epikondilus medialis
humeri dan prosesus stiloideus ulnae.
Umumnya pasien dengan luka tekan mengeluh nyeri dan rasa kencang di
tempat itu. Bila tekanan tidak dihilangkan, daerah yang nekrotik akan meleleh,
menodai gips, dan mengeluarkan bau. Ketidaknyamanan mungkin tidak
dirasakan ketika ulkus sedang terjadi. Kehilangan jaringan yang ekstensif
dapat terjadi bila tanda dan gejala ulkus tekanan tidak terpantau dan tidak
dilaporkan.
3. Sindrom disuse
Selama digips, pasien diajari untuk menegangkan atau melakuakan kontraksi
otot (missal kontraksi otot isometric) tanpa menggerakan bgian itu, ini dapat
membantu mengurangi atrofi otot dan memeperatahankan kkuatan otot. Pasien
dengan gips di tungkai, diminta “meluruskan” lutut. Pasien dengan gips di
lengan didorong untuk “mengepalkan” tangan. Latihan penegangan otot
(missal: latihan penegangan otot kuadrisep dan gluteus) penting untuk
menjaga otot yang penting untuk untuk berjalan.
BAB III
KESIMPULAN
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki
sifat menyerap air dan bila terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan
menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan
melingkari sepanjang ekstremitas dan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas.
Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gips sirkuler, sedangkan jika
gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai. Gips yang ideal
adalah dapat membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Penggunaan gips
sesudah operasi lebih memungkinkan klien mobilisasi dari pada pasien ditraksi.
Gips diindikasikan untuk klien dengan immobilisasi dan penyangga fraktur,
stabilisasi dan istirahatkan, koreksi deformitas. Menegurangi aktifitas pada daerah
yang terinfeksi serta untuk membuat cetakan tubuh orthotic.
DAFTAR PUSTAKA
Apley AG, Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics Fractures. Butterworth
Heinemann,
Capernito, LyndaJuall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1995. Penerapan proses keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem musculoskeletal.
Jakarta:Departemen Kesehatan.
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, ed.8,vol.1. Jakarta: EGC.
Wim de jong; R.sjamsuhidajat , 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisis II. EGC
Jakarta