Referat Neuro

53
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Tiga unsur tingkah laku manusia terhadap alam sekelilingnya ialah pengamatan, pikiran dan tindakan. Dalam bidang neurologi tiga unsur tersebut tertuang dalam fungsi sensorik, luhur dan motorik. Dalam keadaan sakit, unsur-unsur tadi dapat terganggu. Gangguan tersebut dapat berupa gejala neurologic elementer, misalnya hemiparesis, hemihipestesia, koma, kejang dan sebagainya tetapi dapat pula berupa gejala neurologik luhur, yang merupakan kelainan integratif yang kompleks dari ke tiga fungsi di atas. Yang dimaksud dengan fungsi luhur atau fungsi kognitif adalah fungsi-fungsi: 1. bahasa 2. persepsi 3. memori 1

description

fungsi luhur

Transcript of Referat Neuro

Page 1: Referat Neuro

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk

proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Gangguan kognitif

erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan

dipengaruhi oleh keadaan otak.

Tiga unsur tingkah laku manusia terhadap alam sekelilingnya ialah

pengamatan, pikiran dan tindakan. Dalam bidang neurologi tiga unsur tersebut

tertuang dalam fungsi sensorik, luhur dan motorik. Dalam keadaan sakit, unsur-unsur

tadi dapat terganggu. Gangguan tersebut dapat berupa gejala neurologic elementer,

misalnya hemiparesis, hemihipestesia, koma, kejang dan sebagainya tetapi dapat pula

berupa gejala neurologik luhur, yang merupakan kelainan integratif yang kompleks

dari ke tiga fungsi di atas.

Yang dimaksud dengan fungsi luhur atau fungsi kognitif adalah fungsi-fungsi:

1. bahasa

2. persepsi

3. memori

4. emosi

Dalam neurologi, gejala elementer dan luhur dipergunakan untuk menetapkan

adanya kerusakan di otak, baik tentang lokalisasi maupun luas lesinya. Kedua fungsi

tersebut sama pentingnya dalam penetapan diagnosis.

Seperti halnya gejala elementer, maka gejala fungsi Iuhur ini dapat dipakai

untuk menetapkan diagnosis dan rehabilitasi pasien dengan penyakit otak. Pada

kerusakan difus dan berat dari otak, maka semua fungsi-fungsi luhur tersebut dapat

terkena dan hasilnya adalah suatu demensia atau retardasi mental. Tetapi pada

kerusakan yang fokal, maka biasanya hanya satu atau beberapa dari fungsi ini

1

Page 2: Referat Neuro

terganggu. Justru pada kerusakan otak yang fokal inilah, gejala luhur mempunyai

peranan penting. Pada pasien dengan kelainan tingkah laku, perlu ditentukan apakah

kelainan ini disebabkan oleh kerusakan otak (brain damage) ataukah sesuatu yang

fungsional (kasus psikiatrik).

Penelusuran gangguan fungsi luhur inilah yang dapat membedakan kedua

kemungkinan tadi.

2

Page 3: Referat Neuro

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Luhur

Fungsi luhur merupakan sifat khas manusia. Fungsi luhur yang khas bagi

manusia itu mencakup aktifitas yang memiliki hubungan dengan kebudayaan, bahasa,

ingatan dan pengetahuan. Fungsi luhur pada manusia berkembang melalui

mekanisme neuronal yang memungkinkan penyadaran dan pengenalan segala sesuatu

yang berasal dari dunia luar dirinya, sehingga menjadi pengalaman yang dapat

dimanfaatkan untuk mengeksperesikan dirinya terhadap dunia luar.

Gambar 1. Formatio Retikulatis

Sumber : http://www.michaeljuhl.dk/Skovweb

3

Page 4: Referat Neuro

Gambar 2. Formatio Retikularis pada Batang otak

Sumber : http://www.catsclem.nl/medisch/medheh.htm

2.1.1 Memori

Memori menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Memori membuat kita

mampu menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi yang baru dengan mengacu

kepada pengalaman lampau. Evaluasi yang akurat dan tepat dari fungsi memori

merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam evaluasi neuropsikologi pada

manula. Pada usia lanjut perubahan memori dapat disebabkan oleh factor neurologic,

psikiatrik atau proses menua.

Gangguan memori merupakan keluhan yang paling sering dijumpai pada

pasien dengan sindrom mental organic. Mereka mungkin lupa tanggal, bulan, lupa

rincian pekerjaannya atau gagal mengingat janji yang diluar kegiatan rutin sehari-

hari. Mengetahui adanya gangguan memori dapat menolong pasien terhindar dari

kerugian yang besar pada pribadinya.

Memperhatikan dengan seksama hasil tes memori sering dapat

mengungkapkan adanya gangguan organic sebelum terlihat adanya kelainan pada

pemeriksaan neurologi rutin baku. Hal ini disebabkan oleh berbagai penyakit organic

mengakibatkan berbagai jenis gangguan memori, misalnya : deficit memori yang

4

Page 5: Referat Neuro

terisolasi pada sindrom Korsakoff, gangguan memori yang disertai in-atensi dan

agitasi pada keadaan konfusi kacau, atau gangguan memori baru disertai disfungsi

kognitif umum pada demensia. Pada tiap kelainan ini, mekanisme patofisiologi

gangguan memori berbeda-beda. Memori verbal dapat terganggu pada lesi unilateral

hemisfer kiri, dan memori visual non-verbal dapat terganggu pada lesi hemisfer

kanan yang unilateral.

Tidak semua gangguan memori disebabkan oleh kelainan organic. Factor

psikiatrik, terutama depresi dan ansietas dapat juga mempengaruhi fungsi memori dan

kognitif. Sering keluhan disfungsi memorik pada usia lanjut lebih berkaitan dengan

keadaan afektif daripada factor neurologic.

Proses memori terdiri dari beberapa tahapan. Pertama-tama informasi diterima

oleh modalitas sensorik khusus (misalnya raba, auditif, atau visual), dan kemudian

diregistrasi. Sekali input memori telah diterima, dan diregistrasi, informasi ini

disimpan sebentar di memori jangka pendek (memori kerja). Langkah kedua terdiri

dari penyimpanan dan mempertahankan informasi ke dalam bentuk yang lebih

permanen (memori jangka panjang). Proses penyimpanan ini dapat ditingkatkan oleh

repetisi atau oleh penggabungan dengan informasi lain yang sudah berada di dalam

simpanan. Penyimpanan merupakan proses aktif yang membutuhkan upaya melalui

praktek dan latihan. Langkah akhir pada proses memori ialah memanggil kembali

(recall) atau menjumput (retrieval) informasi yang disimpan. Langkah menjumput

merupakan proses aktif, memobilisasi informasi yang telah disimpan. Tiap tahapan

pada seluruh proses memori bertumpu pada integritas langkah-langkah sebelumnya.

Bila ada interupsi dalam urutannya, hal ini dapat menghalangi penyimpanan atau

penjumputan suatu memori. Penelitian mengenai memori memberikan kesan bahwa

tiap aspek memori melibatkan substrata atau sistem neurobiologik yang terpisah,

namun saling berkaitan, dan dengan demikian memproduksi gambaran klinik yang

beragam.

5

Page 6: Referat Neuro

Dengan kemajuan dalam sistem neuropsikologi, sistem memori telah dibagi

menjadi beberapa komponen :

1. Memori implicit

Respon motorik yang dipelajari yang tidak berhubungan dengan akses

kesadaran, misalnya mengendarai mobil dan keterampilan motorik kompleks

lainnya.

2. Memori eksplisit

Berhubungan dengan akses kesadaran, yang kemudian disubklasifikasikan

lagi menjadi :

- Memori episodic

Misalnya menceritakan kembali detil autobiografi dan kejadian

pengalaman pribadi lainnya yang berhubungan dengan waktu tertentu.

- Memori semantic

Penyimpanan pengetahuan dunia secara umum.

Konsep-konsep lain yang berguna adalah :

1. Memori jangka pendek

Memori yang bertanggung jawab untuk mengingat segera materi verbal atau

spasial dalam jumlah sedikit.

2. Memori anterograd

Penerimaan hal-hal baru.

3. Memori retrograde

Mengingat kembali hal yang telah dipelajari.

Di klinik, memori dibagi atas tiga jenis berdasarkan kurun waktu antara

presentasi stimulus dan penjumputan memori. Kata segera, baru, dan lama biasanya

digunakan untuk menyatakan jenis memori.

Memori segera merupakan pemanggilan setelah rentang waktu beberapa

detik, seperti pada pengulangan deretan angka.

6

Page 7: Referat Neuro

Memori baru jangka pendek. Memori baru mengacu pada kemampuan

pasien untuk mengingat kejadian yang baru terjadi, kejadian sehari-hari. Lebih tegas

lagi, memori baru ialah kemampuan untuk mengingat materi yang baru dan

menjumput materi tersebut setelah interval beberapa menit, jam, atau hari.

Memori rimot (jangka panjang). Memori rimot digunakan bagi kemampuan

mengumpulkan fakta atau kejadian yang terjadi bertahun-tahun sebelumnya, seperti

nama guru, atau nama teman satu sekolah dulu.

Anatomi

Dasar anatomis untuk memori episodic adalah sistem limbic (terutama

hipokampus dan thalamus, serta hubungan-hubungannya), sementara memori

semantic terletak pada neokorteks temporal. Memori implicit melibatkan berbagai

struktur termasuk ganglia basalis dan serebelum dan hubungannya dengan korteks

serebri.

Gambar 3. Pusat Memori

Sumber : lecture anatomi SSP blok Neurobihavioural System

Pada pemeriksaan status mental, tiap aspek memori perlu dinilai secara rinci.

Dalam hal ini perlu dinilai memori segera, memori baru dan memori rimot.

7

Page 8: Referat Neuro

Beberapa aspek proses memori terjadi pada bangunan neuroanatomi tertentu

atau sistem neuronal. Penelitian patologi anatomi telah banyak mendokumentasikan

bahwa bangunan limbic terlibat dalam penyimpanan jangka panjang dan penjumputan

informasi baru. Namun demikian, bangunan yang berperan untuk pemanggilan

kembali segera dan memori rimot belum dapat ditentukan. Walaupun jejak memori

visual, verbal dan taktil mungkin sekali disimpan di neokorteks, banyak bangunan

subkortikal dibutuhkan untuk proses total dari memori (registrasi, penyimpanan,

penjumputan). Kerusakan pada berbagai sistem kortikal akan mengakibatkan

berbagai pola gangguan fungsi seperti :

1. Amnesia .

Amnesia umumnya melukiskan defek pada fungsi memori. Rentang waktu

amnesia dapat sesingkat mungkin beberapa detik sampai beberapa tahun. Kejadian ini

paling sering dijumpai pasca trauma kepala, tapi dapat juga terjadi setelah jejas otak

mayor (misalnya stroke). Walaupun istilah amnesia digunakan untuk defek memori

dengan spectrum yang luas, paling sering amnesia digunakan untuk melabel pasien

dengan deficit memori yang relative terbatas (terisolasi), misalnya amnesia pasca

trauma, amnesia retrograde.

Amnesia dapat terjadi akut dan sementara atau kronik dan persisten. Amnesia

dapat terjadi tanpa keadaan lain, atau pada konteks adanya deficit kognitif lainnya.

Amnesia anterograd dan retrograde. Ketidakmampuan mempelajari materi

baru setelah jejas otak disebut amnesia anterograd. Amnesia retrograde berarti

amnesia terhadap kejadian sebelum terjadinya jejas atau insult otak.

Amnesia psikogenik. Dalam hal ini pasien memblok suatu kurun waktu

tertentu. Pasien ini tidak menunjukkan deficit memori baru, ia dapat mempelajari

item baru sewaktu periode amnesia dan setelah periode amnesia berlalu, dan tidak

menderita defek pada memori jangka pendek dan jangka panjang bila dites.

Hilangnya memori yang berdasarkan keadaan psikologis mengakibatkan lubang-

8

Page 9: Referat Neuro

lubang pada memori terhadap kejadian sewaktu adanya amnesia. Kadang pasien

dapat mengingat sebagian dari periode amnesia yang tidak bermuatan trauma

emosional, namun akan memblok kejadian yang secara emosional traumatic.

Amnesia global sementara (transient global amnesia) adalah suatu kondisi

pada pasien usia pertengahan atau usia lanjut yang tiba-tiba menjadi amnesia berat

dengan hilangnya memori anterograd dan retrograde. Memori retrograde dapat hilang

sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Pasien akan tampak panic, menanyakan

pertanyaan sederhana (misalnya “apa yang terjadi ?”) secara berulang-ulang, tetapi

tanpa adanya gangguan kesadaran atau deficit kognitif lainnya. Perbaikan terjadi

dalam beberapa jam, termasuk amnesia retrograde, sehingga pasien hanya mengalami

amnesia pada periode serangan tersebut. Rekurensi jarang terjadi dan prognosisnya

baik. Dahulu, gangguan ini diperkirakan sebagai manifestasi penyakit

serebrovaskuler, namun etiologinya masih belum diketahui, walaupun gangguan ini

berhubungan dengan migren.

Beberapa pasien dengan episode berulang biasanya mengalami epilepsy yang

berasal dari lobus temporalis (amnesia epilepsik transien).

Sindrom amnestik merujuk pada kegagalan memori yang kronik dan persisten

(anterograd dan retrograd), biasanya irreversible, tetapi dengan fungsi kognitif lain

yang masih baik. hal ini disebabkan oleh kerusakan fokal sistem limbic, misalnya

anoksia hipokampus, kerusakan hipokampus akibat ensefalitis virus herpes simpleks,

infark thalamus, defisiensi vitamin B (sindrom Korsakoff), dan cedera kepala

tertutup. Amnesia berat umumnya merupakan gambaran awal penyakit Alzaimer.

Amnesia sering terjadi secara akut dan sementara pada acute confusional state

bersamaan dengan adanya deficit kognitif lainnya, dan juga amnesia dapat terjadi

secara persisten pada demensia.

9

Page 10: Referat Neuro

2.1.2 Fungsi eksekutif, kepribadian dan perilaku.

Fungsi eksekutif sulit didefinisikan dengan tepat, tetapi meliputi kemampuan

untuk membuat rencana, beradaptasi, menangani konsep abstrak, dan menyelesaikan

masalah, digabung dengan aspek perilaku social dan kepribadian, misalnya inisiatif,

motivasi, dan inhibisi.

Lobus frontal hemisfer serebri, terutama area prefrontal, merupakan area yang

penting untuk fungsi eksekutif normal, sementara lobus ventromedial frontal

memiliki peran yang penting dalam kognisi social, kepribadian, dan perilaku.

Gambar 4. Area Frontalis Cerebri

Sumber : lecture anatomi SSP blok Neurobihavioural System

Pasien dengan disfungsi bifrontal dapat menunjukkan hasil yang sangat jelek

pada tes-tes berikut :

- Kelancaran verbal, misalnya dengan membuat daftar belanja yang dibeli

di supermarket, kata-kata yang diawali huruf tertentu.

- Interpretasi peribahasa, menjelaskan maksud konkret peribahasa.

- Perkiraan kognitif, misalnya memperkirakan tinggi suatu gedung.

Dengan kerusakan lobus frontal yang lebih berat, control inhibisi akan hilang,

pasien menjadi mudah tersinggung dan agresif, dengan penurunan perilaku social dan

higien, yang akhirnya mengakibatkan inkontinensia. Sementara beberapa pasien

10

Page 11: Referat Neuro

menjadi suka bergurau dan rebut, yang lain mungkin lebih pasif, berbicara dan

bergerak sedikit, dan pada hal yang ekstrem menjadi mutisme akinetik.

Hilangnya inbihisi lobus frontal normal dapat mengakibatkan timbulnya reflex

primitive, dan dua reflex primitive yang paling berguna adalah :

1. Reflex genggam (grasping) : gerakan menggenggam yang involunter yang

dirangsang dengan mengelus talapak tangan pasien, akan lebih jelas jika

perhatian pasien dialihkan.

2. Reflex mengerutkan bibir (pouting) : dirangsang dengan mengetukkan spatula

yang diletakkan di bibir pasien. Jika positif, bibir akan melipat ke arah

spatula.

Kerusakan bifrontal dapat terjadi akibat trauma, tumor, infark, dan penyakit

degenerative fokal.

2.1.3 Bahasa

Dalam berbahasa tercakup berbagai kemampuan, yaitu : bicara spontan,

komprehensi, menamai, repetisi, membaca dan menulis.

Bahasa merupakan instrument dasar bagi komunikasi pada manusia, dan

merupakan dasar dan tulang punggung bagi kemampuan kognitif. Bila terdapat deficit

pada sistem berbahasa, penilaian factor kognitif seperti memori verbal, interpretasi

pepatah dan berhitung lisan menjadi sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan.

Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sangat penting. Bila

terdapat gangguan, hal ini akan mengakibatkan hambatan yang berarti bagi pasien.

Anak yang sedang berkembang, setelah memiliki kemampuan untuk

mengenal (gnosis) akan belajar memperhatikan dan mengingat perbedaan,

persamaan, dan perbandingan, sehingga ia mulai dapat menafsirkan mana yang berat,

mana yang halus, yang bagus, dan seterusnya. Dengan demikian, pengenalan benda

atau apa saja yang dapat dipegang, diraba dan ditekan dengan mudah dapat dilakukan

secara tepat tanpa melihat. Juga dari bahan apa sesuatu dibuat dapat diketahui dengan

11

Page 12: Referat Neuro

jalan perabaan, penekanan, dan pemegangan, yang secara singkat dinamakan

sensibilitas taktil.

Baik perkembangan bahasa maupun sensibilitas taktil terkait pada

perkembangan gerakan tangkas selanjutnya. Hal ini berarti bahwa mekanisme

neuronal yang mendasari proses mental itu beroperasi di hemisferium dominan.

Pada perkembangan ontogenik terjadi mekanisme neuronal yang khas bagi

manusia, yaitu proses lateralisasi. Perkembangan gerakan tangkas, yang bermula

dengan gerakan canggung sampai akhirnya menjadi gerakan yang luwes dan terampil,

ternyata tidak berjalan serasi pada kedua belahan tubuh. Pada kebanyakan orang,

belahan tubuh kanan dapat bergerak lebih terampil, luwes dan tangkas daripada

belahan tubuh kiri.

G

C E H

B F D

A

Gambar 5. Fisiologi Berbahasa

Sumber : Neurologi Klinis Dasar

Semua impuls auditorif disampaikan kepada korteks auditori primer kedua

sisi. Pada hemisfer yang dominan data auditorik tersebut dikirim (A) ke pusat

12

Page 13: Referat Neuro

Wernicke. Pengiriman data dari hemisfer yang tak dominan ke pusat Wernicke

dilaksanakan melalui serabut korpus kalosum. Di pusat Wernicke suara dikenal

sebagai symbol bahasa. Kemudian data itu dikirim (E) ke pusat pengertian bahasa. Di

situ symbol bahasa lisan (auditorik) diintegrasikan dengan symbol bahasa visual dan

sifat-sifat lain dari bahasa. Bahasa lisan dihasilkan oleh kegiatan di pusat pengertian

bahasa yang menggalakan (F) pusat pengenalan kata (Wernicke), yang pada

gilirannya mengirimkan (B) pesan ke pusat Broca (yang menyelenggarakan produksi

kata-kata) melalui (C) daerah motorik primer dan melalui lobus frontalis (area

motorik suplementer), yang ikut mengatur produksi aktivitas motorik yang tangkas

dalam bentuk kata-kata yang jelas.

Bahasa visual dikembangkan melalui persepsi visual bilateral. Dari korteks

visual primer kedua sisi data visual disampaikan (H) kepada korteks visual sekunder

di hemisferium yang dominan. Data tersebut dikirim (D) ke pusat Wernicke dan ke

(G) pusat pengintegrasian pengertian bahasa.

Manifestasi dari lesi di berbagai lokasi pada hemisferium yang dominan adalah

sebagai berikut :

Lesi A : word deafness, lesi di pusat Wernicke, afasia sensorik.

Lesi B : afasia konduktif (berbahasa verbal terganggu, tapi masih mengerti lengkap

bahasa verbal, lesi di pusat Broca – afasia motorik).

Lesi C : afemia (afasia motorik dengan utuhnya kemampuan untuk mengerti bahasa

lisan dan tertulis dan mampu berekspresi dengan tulisan). Lesi di daerah motorik

suplementer irama dan lafal bahasa kacau.

Lesi D : aleksia tapi tidak agrafia.

Lesi E : afasia transkortikal, lesi di pusat pengertian bahasa- afasia sensorik

transkortikal.

Lesi F : afasia nominatif

13

Page 14: Referat Neuro

Lesi G : agnosia asosiatif tanpa aleksia.

Lesi H : agnosia visual (tidak dapat menyebut nama segala sesuatu yang dilihat).

2.1.3.1 GANGGUAN CARA BERBAHASA

1.Gangguan Artikulasi (disatria)

Disartria (pelo, cadel) merupakan gangguan pada artikulasi, pengucapan kata.

Pada keadaan ini, kemampuan berbahasa seperti gramatika (tata bahasa),

komprehensi dan pemilihan kata tidak terganggu. Disartria disebabkan oleh gangguan

pada control neuromuskuler pada proses artikulasi. Dalam praktek, hal ini biasanya

berarti kesulitan dalam menggerakan palatum, lidah dan bibir sewaktu artikulasi

(berbicara).

2.Disfonia

Disfonia (serak, bindeng) ialah kesulitan dalam fonasi (mengeluarkan bunyi

atau suara). Disfonia terjadi pada gangguan fungsi neuromuskuler yang melibatkan

pita suara atau palatum.

3.Disprosodia

Disprosodi ialah gangguan pada irama bicara. Dalam hal ini, melodi, ritme,

dan intonasi suara terganggu. Sebagai akibatnya pasien bicara secara monoton (irama

datar).

Apraksia oral atau apraksia bukofasial ialah ketidakmampuan melakukan

gerakan terampil dari otot wajah dan otot berbicara sedangkan komprehensi, tenaga

otot, dan koordinasi otot normal. Bila pasien disuruh memperagakan bagaimana cara

menghembuskan geretan yang sedang menyala, pasien yang apraksia mungkin

mengalami kesulitan mengatur bibirnya. Ia mungkin akan menghirup udara pada saat

harus menghembus udara, atau ia mungkin menghembus kuat namun tidak

mengerutkan bibirnya.

14

Page 15: Referat Neuro

4.Aleksia

Aleksia adalah kata yang digunakan untuk menyatakan kehilangan

kemampuan membaca yang sebelumnya ia mampu. Aleksia perlu dibedakan dengan

disleksia. Disleksia merupakan gangguan perkembangan membaca pada anak dengan

intelegensi yang normal.

5.Agrafia

Agrafia ialah gangguan pada bahasa yang dinyatakan dalam penulisan. Jadi,

bukan pada bentuk huruf dan tulisan yang buruk.

6.Afasia

Afasia merupakan gangguan berbahasa. Dalam hal ini pasien menunjukkan

gangguan dalam memproduksi dan atau memahami bahasa. Defek dasar pada afasia

adalah pada pemrosesan bahasa di tingkat integrative yang lebih tinggi. Gangguan

artikulasi dan praksis mungkin ada sebagai gejala penyerta. Afasia biasanya berarti

hilangnya kemampuan berbahasa setelah kerusakan otak. Kata afasia perkembangan

(sering disebut sebagai disfasia) digunakan bila anak mempunyai keterlambatan

spesifik dalam memperoleh kemampuan berbahasa. Dalam hal ini, perkembangan

kemampuan berbahasa yang tidak sebanding dengan perkembangan kognitif

umumnya.

Mutisme adalah kegagalan total untuk bersuara, yang mungkin dapat terjadi

pada disfasia berat atau disartria, atau bagian dari penyakit psikiatrik.

Pada lesi di frontal, pasien tidak bicara atau sangat sedikit bicara, dan

mengalami kesulitan atau memerlukan banyak upaya dalam berbicara. Selain itu

gramatikanya miskin (sedikit) dan menyisipkan atau mengimbuh huruf atau bunyi

yang salah, serta terdapat perseverasi. Pasien sadar akan kekurangan dan atau

kelemahannya. Pemahaman terhadap bahasa lisan dan tulisan kurang terganggu

15

Page 16: Referat Neuro

dibandingkan dengan kemampuan mengemukakan isi pikiran. Menulis sering tidak

mungkin atau sangat terganggu.

Pada lesi di temporoparietal pasien justru terlalu banyak bicara, cara

mengucapkan baik dan irama kalimat juga baik, namun didapat gangguan berat pada

memformulasi dan menamai sehingga kalimat yang diucapkan tidak mempunyai arti.

Bahasa lisan dan tulisan tidak atau kurang difahami, dan menulis secara motorik

terpelihara, namun isi tulisan tidak menentu. Pasien tidak begitu sadar akan

kekurangannya.

Afasia jenis pertama dinamakan afasia Broca atau afasia motorik atau

ekspresif. Afasia jenis kedua dinamakan afasia Wernicke atau sensorik atau reseptif.

Sindrom afasia dapat dibagi dalam afasia motorik dan sensorik atau afasia

ekspresif dan reseptif. Lesi yang menimbulkan afasia motorik terletak di sekitar

daerah Broca. Afasia motorik terberat ialah jika penderita sama sekali tidak dapat

mengeluarkan kata-kata. Adakalanya hanya dapat mengucapkan “ya” atau “he-ng”

saja, sambil menganggukan kepalanya. Namun demikian, ia masih mengerti bahasa

verbal dan visual. Juga perintah-perintah untuk melakukan sesuatu (praksis) bisa

dilaksanakan sesuai dengan makna perintah. Ketidakmampauan untuk menyatakan

fikirannya dengan kata-kata menjengkelkan penderita. Dan yang lebih-lebih menekan

jiwanya ialah bahwa ia sadar akan apa yang hendak diucapkan, tetapi tidak mampu

mengucapkan kata-kata yang terkandung dalam fikirannya. Jadi bahasa internalnya

masih utuh. Pada afasia motorik, umumnya kemampuan untuk menulis kata-kata

masih tidak terganggu, tetapi bisa juga terjadi adanya agrafia.

Afasia motorik yang ringan ialah afasia nominative atau afasia amnestik.

Afasia ini ditandai dengan kesulitan menemukan nama suatu benda. Penderitanya

tidak bisa menemukan simbolik verbal dari benda yang diperlihatkan kepadanya. Ia

tahu abstraksi dari benda tersebut dalam fikiran, tetapi lafal dari abstraksi itu tidak

bisa dinyatakan. Misalnya penderita diminta untuk menyebutkan nama benda yang

disodorkan kepadanya. Ia bisa menjawab sebagai berikut “ tu….itu….tu…tulis…”.

16

Page 17: Referat Neuro

Tetapi ia tidak bisa mengucapkan kata pensil. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

penyimpanan kata pensil utuh, juga persandian abstraksi masih utuh. Tetapi decoding

dari abstraksi terganggu. Lesi yang dapat menimbulkan afasia nominative itu terletak

di luar area Broca, tetapi juga diluar daerah Wernicke. Memang, lesi tersebut

diketemukan di daerah antara daerah Broca dan Wernicke.

Pada afasia motorik yang terberat, adakalanya kata-kata yang bersifat

ledakan-ledakan emosional masih bisa diucapkan secara spontan misalnya “asu”.

Afasia motorik yang mencerminkan kerusakan terhadap seluruh korteks

daerah Broca ialah afasia pada mana penderita tidak bisa melakukan ekspresi dengan

cara apapun, baik secara verbal maupun visual (afasia motorik kortikal). Afasia

motorik pada mana penderita tidak bisa mengucapkan satu kata apapun, namun masih

bisa mengutarakan fikirannya dengan jalan tulis menulis, bisa timbul akibat lesi di

masa putih daerah Broca. Oleh karena itu, afasia motorik termaksud dinamakan juga

afasia motorik subkortikal. Untuk jenis afasia ini digunakan juga istilah awam “pure

word dumbness” atau “bisu kata-kata yang tulen”. Jika seorang penderita afasia

motorik masih bisa membeo, namun tidak mampu lagi untuk mengeluarkan kata-kata

sebagai cara ekspresi aktifnya, maka afasia motorik semacam itu disebabkan oleh

suatu lesi kortikal yang agak besar di daerah Broca dan Wernicke. Afasia motorik

yang berat dengan masih adanya kemampuan untuk membeo ini dinamakan afasia

motorik transkortikal.

Tergolong dalam afasia motorik adalah juga akalkulia ekspresif dan agrafia

ekspresif, yang berarti hilangnya kemampuan untuk ekspresi dengan menggunakan

simbolik matematika dan huruf.

Pada akalkulia ekspresif dan agrafia ekspresif, ekspresi dengan cara berbahasa

masih bisa, tetapi apabila ekspresi itu diwujudkan dalam bentuk tulisan, penderita

sendiri sadar akan ketidakmampuannya. Lesi yang berkorelasi dengan gangguan

terletak di lobus frontalis yang berdampingan dengan korteks motorik.

17

Page 18: Referat Neuro

Afasia sensorik atau afasia persepsif dikenal juga sebagai afasia Wernicke,

kemampuan untuk mengerti bahasa verbal dan visual terganggu atau hilang sama

sekali. Tetapi kemampuan untuk secara aktif mengucapkan kata-kata dan menulis

kata-kata masih ada, kendatipun apa yang diucapkan dan ditulis tidak mempunyai arti

sama sekali. Penderita dengan afasia perseptif tidak mengerti lagi bahasa yang

didengarnya, walaupun ia tidak tuli. Iapun tidak mengerti lagi isi surat yang

dibacanya, walaupun ia tidak buta huruf. Penyimpanan (storage) berikut proses

coding dari apa yang didengar dan ditulis terjadi didaerah antara bagian belakang

lobus temporalis, lobus oksipitalis, dan lobus parietalis. Jika daerah tersebut rusak,

proses coding pun tidak akan menghasilkan apa-apa. Ibaratnya gudang yang bisa

dibuka dengan kunci yang masih kita miliki tetapi isi gudangnya atau gudangnya

sendiri sudah terbakar habis. Derah tersebut dikenal sebagai daerah Wernicke. Dan

daerah itu dapat diumpamakan dengan gudang pengertian. Hancurnya gudang

pengertian berarti hilangnya daya untuk mengerti apa yang dibicarakan atau ditulis.

Hilangnya pengertian berarti juga hilangnya gnosis dan kognisio. Oleh karena kata

dan tulisan yang masih dapat diucapkan dan ditulis oleh seorang penderita tidak lagi

dikenal dan diketahui, maka ia akan berbicara dan menulis suatu bahasa yang tidak

dimengerti oleh dirinya sendiri ataupun orang lain. Adakalanya bahasa baru

(neologisme) mengandung kata-kata yang menyerupai kata-kata yang awajar, tetapi

kebanyakan merupakan ocehan yang tidak mempunyai arti. Ocehan itu dinamakan

jargon afasia.

Semacam afasia sensorik yang ringan, yang dikenal dalam bahasa Inggris

sebagai word deafness (tuli kata-kata), bisa dijumpai. Dalam hal tersebut, penderita

sama sekali tidak mengerti bahasa verbal yang didengarnya, tetapi ia masih bisa

mengerti bahasa tertulis dengan baik. Juga afasia sensorik yang dinamakan buta kata-

kata, pada mana bahasa verbal masih bisa dimengerti, tetapi bahasa visual tidak

mempunyai arti baginya, jarang dijumpai. Tuli kata-kata atau buta kata-kata timbul

akibat lesi kecil di sekitar daerah Wernicke, yang terletak baik di lobus temporalis

ataupun parietal bahkan oksipital.

18

Page 19: Referat Neuro

Sebagai varian dari buta kata-kata ialah agrafia, akalkulia, dan aleksia reseptif.

Dalam hal agrafia ekspresif (akibat lesi di sekitar Broca), ekspresi melalui bahasa ikut

terganggu. Jika kemampuan untuk mengerti bahasa verbal masih utuh tetapi daya

untuk mengerti bahasa tertulis hilang, maka kita namakan gejala tersebut agrafia

reseptif. Demikian juga arti istilah akalkulia reseptif, pada mana si penderita masih

bisa mengerti bahasa verbal tetapi tidak dapat mengerti soal-soal yang menyangkut

hitung berhitung. Pada aleksia reseptif, hanya kemampuan untuk mengerti apa yang

dibaca terganggu, sedangkan ia masih mengerti bahasa verbal. Lesi-lesi yang relevan

bagi afasia reseptif fraksional itu terbatas pada girus angularis dan supramarginalis.

Girus yang tersebut pertama terletak di ujung sulkus temporalis superior dan girus

yang tersebut terakhir terletak di ujung fisura serebri lateralis Sylvii.

a

c

B C

b

W

Gambar 6. Lokalisasi dan subklasifikasi sindrom disfasia

Sumber : lecture Notes Neurologi.

Lesi yang terletak anterior dari garis a, yang melalui sulkus sentral

hemisfer dominan, akan menyebabkan disfasia tidak lancar. Bila lesi tejadi di

19

Page 20: Referat Neuro

posterior garis a, maka kelancaran berbicara akan dipertahankan. Lesi di

bawah garis b yang melalui fisura Sylvii, akan mempengaruhi komprehensi,

sedangkan lesi di atas garis b, komprehensinya masih baik. Lesi yang berada

di dalam garis c mempenagruhi kemampuan pasien untuk mengulangi frase,

di luar lesi ini kemampuan repetisi dipertahankan. Jadi afasia Broca (B)

merupakan afasia tidak lancar, repetisi terganggu, tetapi komprehensi masih

baik. Gambar diatas menunjukkan afasia konduksi (C) dan afasia Wernicke

(W). Afasia global mempengaruhi semua aspek fungsi bahasa.

Pemeriksaan fisik

1. Kelancaran berbicara

Apakah pasien dapat mengeluarkan frase atau kalimat yang panjang yang

normal (lima atau lebih kata) secara spontan? Jika berbicaranya tidak

lancar, maka tata bicara (sintaks) umumnya juga abnormal.

2. Pengertian / komprehensi

Sejumlah benda dijajarkan di depan pasien, dan pasien diperintahkan

menunjuk benda yang disebutkan oleh pemeriksa, misalnya pulpen, jam

tangan, kunci, apakah pasien mampu melakukannya? Apakah pasien dapat

mengeluarkan perintah yang lebih kompleks? (“Coba anda ambil kunci

dan berikan pulpen kepada saya”). Apakah pasien dapat mengerti konsep

di balik pertanyaan (“Apakah nama debu yang tertinggal setelah rokok

habis?”).

3. Repetisi

Apakah pasien dapat mengulang kata-kata tunggal atau seluruh kalimat

seperti ”jika tidak, dan, atau tetapi?”

4. Menyebutkan nama

Misalnya nama-nama benda sehari-hari, seperti jam tangan, pulpen, dan

benda-benda yang kurang familiar – pena, gesper, kumparan.

5. Selain itu, membaca dan menulis dapat diperiksa secara terpisah.

20

Page 21: Referat Neuro

Kerusakan frontal pada berbagai area bahasa yang berbeda dapat disebabkan

oleh trauma, infark, atau tumor. Penyakit otak degenerative (sementara demensia)

jarang menimbulkan deficit seperti ini. Kemampuan menulis terletak di region girus

angularis, yang berada di posterior dari area bahasa mayor. Lesi pada region ini,

selain menyebabkan disgrafia, umumnya juga menyebabkan deficit lainnya seperti

diskalkulia-gangguan dalam komprehensi angka dan tulisan, sehingga menyebabkan

ketidakmampuan berhitung.

7.Apraksia

Apraksia merupakan gangguan didapat pada gerakan motorik yang dipelajari

dan berurutan, yang bukan disebabkan oleh gangguan elementer pada tenaga,

koordinasi, sensorik atau kurangnya pemahaman (komprehensi) atau atensi. Hal ini

merupakan hendaya (impairment) dalam menyeleksi dan mengorganisasi inervasi

motorik yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu aksi.

Apraksia bukanlah gangguan motorik tingkat rendah, namun merupakan defek

dalam perencanaan motorik, yang mencangkup langkah-langkah integrative yang

dibutuhkan pada gerakan terampil atau yang dipelajari. Berbagai jenis apraksia telah

dikemukakan oleh para pakar, tergantung kepada kerumitan (kompleksitas) dan sifat

dari tugas yang dilaksanakan.

Kerusakan pada lobus parietal dominan akan menyebabkan apraksia. Jaras

untuk praksis normal melewati region ini ke area premotorik ipsilateral pada lobus

frontal, dan ke region yang ekuivalen pada hemisfer lainnya melalui korpus kalosum.

1. Apraksia Ideomotor

Merupakan jenis apraksia yang paling sering dijumpai. Penderita tidak

mampu melakukan gerak motorik yang sebelumnya pernah dipelajari, secara

akurat. Pada keadaan ini terdapat ketidakmampuan lobus frontalis untuk

menerjemahkan aksi menjadi gerakan motorik.

21

Page 22: Referat Neuro

Gangguan dapat dilihat pada otot bukofasial, ekstremitas atas atau bawah,

atau otot badan. Pasien misalnya tidak mampu melakukan suruhan berikut :

peragakan bagaimana menghembuskan api pada geretan yang sedang menyala!

Peragakan bagaimana minum dengan menggunakan sedotan! Kegagalan ini

dinamakan : apraksia bukofasial. Kesulitan dalam gerakan lengan atau tungkai

dapat dideteksi dengan : peragakan bagaimana menendang bola! Kegagalan ini

dinamakan apraksia anggota gerak. Kesulitan dalam gerakan tubuh dapat

dideteksi dengan : peragakan bagaimana sikap seorang peninju menangkis

serangan lawan! Kegagalan ini disebutkan apraksia gerak tubuh seluruhnya.

Pasien dengan apraksia ideomotor mungkin tidak mampu menutup

(memejamkan) mata atas suruhan, namun ia dapat mengedipkan mata secara

spontan.

Bila suruhan telah dipahami, informasi meluas ke girus supramarginalis

yang letaknya berbatasan, tempat kata (misalnya :hembus lilin yang menyala) di

asosiasikan dengan memori kinetic yang berada di korteks parietal post rolandik.

Memori dari gerakan ini di transfer melalui jaras C ke daerah pre motor tempat

memori bagi pola motorik dicetuskan. Daerah premotor kemudian mengarahkan

neuron pyramid di daerah motor E untuk melaksanakan gerakan (aksi). Lesi di

salah satu titik sepanjang jalur ini dapat mengakibatkan apraksia ideomotorik.

Banyak pasien dengan mempunyai lesi di daerah ini, pada hemisfer yang

dominan, juga menderita afasia. Oleh karenanya dalam menilai apraksia kita

harus teliti, untuk memastikan bahwa pemahaman tidak terganggu dan gangguan

kinerja motorik bukan disebabkan oleh gangguan komprehensi.

2. Apraksia Ideasional

Merupakan gangguan perencanaan motorik yang kompleks, yang lebih tinggi

dari ideomotorik. Hal ini merupakan kegagalan dalam melaksanakan tugas yang

mempunyai berbagai komponen yang berurutan.

22

Page 23: Referat Neuro

Pada keadaan ini pasien tidak mampu memformulasikan rancangan aksi (plan

of action). Suruhan melakukan aksi jelas difahami, namun pasien tidak mampu

merencanakan rentetan aktivitas yang dibutuhkan untuk melakukan aksi yang

diminta.

Contoh : pasien disuruh menuangkan air dari teko ke dalam gelas, kemudian

meminum air dari gelas. Pasien mungkin akan gagal menuangkan air ke dalam

gelas, dan mungkin mengangkat gelas ke bibirnya atau mengangkat teko dan

minum langsung dari teko.

Apraksia jenis ini merupakan disabilitas yang kompleks yang biasa dijumpai

pada pasien dengan penyakit otak bilateral. Penyakit kortikal yang difus terutama

yang mengenai lobus parietal. Satu unsur menarik pada kinerja pasien dengan

apraksia ideasional ialah adanya kesan ketidakmampuan mengetahui kegunaan

suatu objek.

3. Apraksia berpakaian

Pasien dengan lesi hemisfer kanan seringkali tidak mampu berpakaian dengan

benar. Istilah ‘apraksia’ digunakan secara tidak tepat dalam konteks ini, karena

problem yang ada bukanlah motorik, tetapi lebih ke masalah visuospasial –

berhubungan dengan orientasi terhadap bagian tubuh atau pakaian.

4. Apraksia kostruksional

Kemampuan konstruksional (praksis konstruksional). Tugas konstruksional

seperti menggambar garis dan bangunan balok sangat berguna dalam mendeteksi

penyakit otak organic dan harus dimasukkan pada tiap pemeriksaan status

mentmal. Ketidakmampuan melaksanakan tugas konstruksional disebut

ketidakmampuan konstruksional (apraksia konstruksional).

Fungsi kognitif non verbal, tingkat tinggi ini merupakan tugas motorik

perceptual yang kompleks yang melibatkan integrasi fungsi lobus oksipital,

parietal dan frontal. Karena luasnya daerah kortikal yang dibutuhkan dalam

23

Page 24: Referat Neuro

melaksanakan tugas konstruksional, jejas otak yang dini atau ringan sering telah

mengganggu kinerjanya.

Reproduksi gambar garis atau bangunan balok mencangkup lebih dari hanya

mengorganisasi gerak tangan yang terampil. Reproduksi demikian membutuhkan

persepsi visual yang akurat, integrasi persepsi ke dalam citra kinestetik dan

penerjemahan citra kinestetik ke pola gerak motorik akhir yang dibutuhkan untuk

membangun konstruksi. Tahap akhir tentunya membutuhkan tenaga ekstremitas

serta koordinasi.

8.Agnosia

Agnosia adalah gangguan persepsi sensasi, walaupun sensabilitas primernya

normal. Agnosia dapat melibatkan semua jenis sensasi, misalnya visual, rasa raba

dan persepsi tubuh. Gangguan visuopersepsi yang lebih kompleks umumnya

terjadi pada kerusakan parieto-oksipitotemporal bilateral dan meliputi :

- Ketidakmampuan mengenali benda yang ditunjukkan secara visual

(agnosia objek visual)-gangguan ini hanya dapat didiagnosis jika tidak ada

disfasia, disfungsi visual dasar, atau fungsi intelektual umum yang rendah.

- Ketidakmampuan mengenali wajah-wajah yang familiar (prosopagnosia).

- Defek sentral penglihatan warna.

2.1.5 DEMENSIA

Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala gejala gangguan daya

kognitif global tidak disertai oleh penurunan kesadara secara akut seperti halnya

terjadi pada delirium, namun bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat

berkembang secara mendadak atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua

golongan.

Orang awam menyebutnya dengan nama pikun. Namun pikun selalu

dihubungkan dengan usia yang sudah lanjut. Orang tua dapat menjadi pikun dan hal

ini dianggap lazim. Keluarga seorang yang pikun baru membawa kakek dan

24

Page 25: Referat Neuro

neneknya ke dokter, karena perangai kakek atau neneknya mengganggu. Selama

mereka tidak mengganggu, walaupun pikun, mereka tidak akan dibawa ke dokter.

Mereka dapat mengganggu rumah tangga dalam hal-hal berikut. Mengompol atau

buang air seenaknya saja, menjadi galak terhadap cucu atau istrinya, mengaduk-

ngaduk isi lemari pakaian, sebentar-sebentar mau menangis, bermusuhan atau

terlampau usil terhadap sekelilingnya. Hal-hal itu tampaknya merupakan perubahan

watak dan tabiat saja. Tetapi pada penilaian lebih mendalam, akan ternyata bahwa

fungsi intelektual yang memperlihatkan sifat-sifat perencanaan, regulasi dan

verifikasi, semuanya menurun sekali. Daya berfikir, daya untuk dapat

mempertimbangkan dan berbuat sesuatu selaras dengan tata adab dan karma semua

terganggu dengan nyata.

Etiologi Demensia

Penyebab Demensia

Diturunkan :

- Penyakit Alzeimer familial

- Penyakit Huntington

- Beberapa Ataksia serebelar

- Penyakit Wilson

Trauma :

- Hematoma subdural

- Cedera kepala berat lainnya

Infeksi :

- Sifilis

- Panensefalitis sklerosis subakut

- Demensia terkait AIDS

- Leukoensefalopati multifocal progresif

- Penyakit Whipple serebral (berhubungan dengan

arthritis dan gejala usus)

Inflamasi :

25

Page 26: Referat Neuro

- Sklerosis multiple

- Sarkoidosis, lupus, vaskulitis

Neoplasma :

- Tumor lobus frontalis

- Metastasis serebral multiple

- Hidrosefalus sekunder akibat tumor fossa posterior

(nb : hidrosefalus tekanan normal, tanpa adanya

penyebab structural)

- Paraneoplastik

Vaskuler :

- Demensia multi infark

Metabolic :

- Miksedema

- Defisiensi vitamin B12

- Gagal organ kronik

Obat / toksin :

- Contohnya : barbiturate, alcohol, timbal.

Degenerative :

- Penyakit alzeimer

- Penyakit pick

- Penyakit Parkinson (kadang) dan sindrom rigiditas

akinetik

- Penyakit prion.

Demensia kortikal dan subkortikal

Pembagian subdivisi demensia yang berguna adalah berdasarkan letak lesi,

mulai dari demensia dimana korteks serebri sebagai letak primer penyakit, hingga

demensia dengan struktur subkortikal yang lebih banyak terlibat (walaupun beberapa

gangguan menunjukkan bentuk campuran). Pada demensia kortikal, pasien memiliki

26

Page 27: Referat Neuro

memori, kemampuan bahasa, praksis dan atau fungsi spasial yang terganggu.

Karakterisitik demensia subkortikal adalah fungsi kognitif yang melambat

(bradifrenia), serta gangguan kepribadian dan mood. Pasien nampak apatis dan sulit

dipengaruhi, disertai gambaran lain dari disfungsi frontal. Walaupun memori

terganggu, tetapi bahasa, praksis, dan keterampilan visuospasial umumnya cukup

baik setidaknya pada awal penyakit.

Demensia dapat dibagi dalam demensia yang reversible dan yang tak

reversible. Pembagian dalam demensia senilis dan presenilis menyesatkan karena

demensia dikaitkan dengan usia. Batas usia lanjut dan kurang lanjut itu sangat samar.

Lagipula sebutan senilis dan presenilis bersifat deskriptif, sehingga diagnosis senilis

dan presenilis mudah dibuat tanpa menghiraukan patologinya.

Pada demensia yang reversible, daya kognitif global dan fungsi luhur lainnya

terganggu oleh karena metabolisme neuron-neuron kedua belah hemisferium tertekan

atau dilumpuhkan oleh berbagai sebab. Apabila sebab ini dapat dihilangkan, maka

metabolism kortikal dapat berjalan kembali sempurna. Dengan demikian fungsi luhur

dalam keseluruhannya akan kembali pulih. Apabila sebab ini telah menimbulkan

kerusakan infrastruktur neuron-neuron kortikal, tentu fungsi kortikal tidak akan pulih

kembali dan demensia menetap.

Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah

hemisferium, yang mencangkup daerah persepsi primer, korteks motorik, dan semua

daerah asosiatif menimbulkan demensia. Sebab-sebab yang disebut di atas sebagai

penyebab subacute amnestic confusional syndrome merupakan penyebab juga bagi

demensia reversible dan tak reversible. Karena daerah motorik, pyramidal, dan

ekstrapiramidal ikut terlibat secara difus, maka hemipareses, monoparese dan diplegi

juga dapat melengkapkan sindrom demensia. Apabila manifestasi gangguan korteks

pyramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organic masih dapat

ditimbulkan. Pada umumnya tanda-tanda tersebut mencerminkan gangguan pada

27

Page 28: Referat Neuro

korteks premotor atau prefrontal. Tanda tersebut dapat dibangkitkan dengan refleks-

refleks.

1. Reflex memegang (grasping refleks)

Jari telunjuk dan tengah si pemeriksa diletakkan pada telapak tangan si

penderita. Reflex memegang adalah positif apabila jari pemeriksa dipegang

oleh tangan penderita.

2. Reflex menetek (suck refleks)

Reflex menetek adalah positif bila bibir penderita dicucurkan secara

reflektorik seolah-olah mau menetek, jika bibirnya tersentuh oleh sesuatu,

misalnya sebatang pensil.

3. Snout reflex

Pada penderita dengan demensia tiap kali bibir atau bawah diketuk, m.oblikus

oris berkontraksi.

Gambar 7. Snout Refleks

Sumber : http://www.alzinfo.org/clinical-stages-of-alzheimers-disease

4. Reflex glabela

Orang dengan demensia akan memejamkan matanya tiap kali glabelanya

diketuk. Pada orang sehat, pemejaman mata pada ketukan berkali-kali pada

glabela timbul dua tiga kali saja, dan selanjutnya mata tidak akan memejam

lagi.

5. Reflex palmomental

28

Page 29: Referat Neuro

Pada penderita dengan demensia, goresan pada kulit tenar membangkitkan

kontraksi otot mentalis ipsilateral.

6. Reflex korneomandibular

Pada penderita dengan demensia, goresan kornea membangkitkan pemejaman

mata ipsilateral yang disertai oleh gerakan mandibula ke sisi kontralateral.

7. Reflex kaki tonik

Pada demensia penggoresan pada telapak kaki membangkitkan kontraksi

tonik dari kaki berikut jari-jarinya.

Gejala Demensia.

1. Gangguan memori

Dalam bentuk ketidakmampuan untuk belajar tentang hal-hal baru, atau lupa

akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari.

2. Afasia

Dapat dalam bentuk kesulitan menyebut nama orang atau benda. Penderita

afasia berbicara samar-samar atau terkesan hampa, dengan ungkapan kata-

kata yang panjang, dan menggunakan istilah yang tidak menentu, misalnya

“anu”, “itu”. Bahasa lisan dan tertulis juga dapat terganggu.

3. Apraksia

Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun kemampuan motorik,

fungsi sensorik, dan pengertian yang diperlukan tetap baik.

4. Agnosia

Ketidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda meskipun

fungsi sensoriknya utuh. Sebagai contoh, penderita tidak mengenali kursi,

pena, meskipun visusnya baik.

5. Gangguan fungsi eksekutif

Gejala yang sering dijumpai, gejala ini erat kaitannya dengan gangguan di

lobus frontalis atau jaras subkortikal yang berhubungan dengan lobus

frontalis. Gangguan dalam berfikir abstrak dapat muncul sebagai kesulitan

29

Page 30: Referat Neuro

dalam hal menguasai tugas/ide baru serta menghinari situasi yang

memerlukan pengolahan informasi baru atau kompleks.

6. Tanda klinik dan kondisi medik secara umum

Bergantung pada riwayat penyakit, letak dan tahap perjalanan proses

patologik yang mendasarinya. Penyebab utama demensia adalah penyakit

Alzeimer kemudian diikuti oleh penyakit vascular dan kemudian factor

etiologi multipleks. Penyebab-penyebab lainnya ialah penyakit Pick,

hidrosefalus normotensif, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, trauma

kepala, tumor otak, anoksia, infeksi, penyakit endokrin, defisiensi vitamin,

penyakit hepar, gangguan metabolic, dan sklerosis multipleks.

Membedakan Delirium Dengan Demensia

Delirium Demensia

Terjadi secara tiba-tiba Terjadi secara perlahan

Berlangsung selama beberapa

minggu

Bisa menetap

Berhubungan dengan pemakaian

obat atau gejala putus obat, penyakit

berat, kelainan metabolisme

Bisa tanpa penyakit

Hampir selalu memburuk di

malam hari

Sering bertambah buruk di

malam hari

Tidak mampu memusatkan

perhatian

Perhatiannya 'mengembara'

Kesiagaan berfluktuasi dari

letargi menjadi agitasi

Kesiagaan seringkali

berkurang

Orientasi terhadap lingkungan

bervariasi

Orientasi terhadap lingkungan

terganggu

Bahasanya lambat, seringkali

tidak dapat dimengerti & tidak tepat

Kadang mengalami kesulitan

dalam menemukan kata-kata yg

30

Page 31: Referat Neuro

tepat

Ingatannya bercampur baur,

linglung

Ingatannya hilang, terutama

untuk peristiwa yang baru saja

terjadi

Diagnosis Demensia

1. Pemeriksaan memori

Secara formal pemeriksaan memori dapat dilakukan dengan meminta pasien

untuk mencatat, menyimpan, mengingat, dan mengenal informasi.

Kemampuan untuk mempelajari informasi baru dapat diperiksa dengan minta

penderita untuk mempelajari suatu daftar kata-kata (registration), mengingat

kembali informasi tadi setelah istirahat beberapa menit (retention, recall), dan

mengenal kata-kata dari banyak daftar (recognition). Penderita yang

mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru tidak diperiksa dengan

tebak-tebakan (multiple choice question) karena pada awalnya penderita tidak

mempelajari hal-hal yang tidak ditanyakan. Sebaliknya penderita yang sejak

awal mengalami deficit dalam hal “mendapatkan kembali” dapat diperiksa

dengan MCQ karena gangguannya terletak dalam kemampuan untuk

menggunakan memorinya. Memori lama dapat diperiksa dengan meminta

penderita untuk mengingat orang-orang lain atau bahan-bahan lama yang

dahulu pernah diminatinya (politik, olah raga).

2. Pemeriksaan kemampuan bahasa

Penderita diminta untuk menyebut nama benda di dalam ruangan (misalnya,

dasi, meja, baju) atau bagian dari tubuh, mengikuti perintah atau aba-aba, atau

mengulang ungkapan.

3. Pemeriksaan apraksia

Meminta penderita untuk melakukan gerakan tertentu, misalnya

memperlihatkan bagaimana cara menggosok gigi.

4. Pemeriksaan daya abstraksi

31

Page 32: Referat Neuro

Menyuruh penderita untuk menghitung sampai sepuluh, menyebut seluruh

alphabet, menulis huruf m dan n secara bergantian.

5. Mini Mental State Examination

6. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi

Pemeriksaan laboratorium didasarkan atas hasil anamnesis dan pemeriksaan

fisik.

Pemeriksaan radiologi dapat membantu dalam penyusunan diagnosis banding.

CT Scan atau MRI mungkin memperlihatkan atrofi otak, lesi otak fokal

(stroke, tumor, hematom subdural), hidrosefalus, atau iskemia otak

periventrikuler. Pemeriksaan fungsional imaging, misalnya PET (positron

emition tomografi) tidak dikerjakan secara rutin, namun dapat membantu

informasi untuk diagnosis banding kasus-kasus yang tidak memperlihatkan

adanya kelainan pada CT Scan atau MRI, misalnya perubahan di lobus

parietal pada penyakit Alzeimer atau perubahan di lobus frontal pada

degenerasi lobus frontalis.

EVALUASI NEUROPSIKOLOGIS

Fungsi kognitif yang terdistribusi dan terlokalisasi dapat dinilai secara klinis

dengan menggunakan berbagai komponen pemeriksaan. Selain itu terdapat tes mental

standar seperti pemeriksaan mental mini / mini mental state examination (MMSE).

Domain Nilai maksimum

Orientasi :

- Tahun, bulan, hari, tanggal, musim

- Negara, provinsi, kota, nama rumah

sakit, nama ruang rawat.

5

5

Registrasi :

- Pemeriksa menyebutkan 3 kata/ 3

32

Page 33: Referat Neuro

benda dan minta pasien mengulangi

kata-kata tadi (kemudian

mengulangi lagi sebanyak 3 kali).

Atensi :

7 serial : hentikan setelah 5 jawaban, 1 poin

untuk setiap jawaban yang benar; alternative

lain minta pasien untuk menyebut huruf yang

membentuk kata DUNIA, dari belakang ke

depan.

5

Mengingat kembali :

- Pasien diminta untuk mengulang

kembali 3 kata yang telah

disebutkan sebelumnya.

3

Bahasa :

- Pasien diminta untuk menyebutkan

merek pulpen dan merek jam.

- Pasien diminta untuk mengulang “

jika tidak, dan atau tetapi”

- Berikan perintah 3 tahap. Nilai 1

untuk setiap tahap (misalnya :

ambil kertas ini dengan tangan

kanan, lipat jadi dua, dan letakkan

di atas meja).

- Pasien diminta untuk membaca dan

mematuhi suatu perintah yang

ditulis pada selembar kertas yang

menyatakan “tutup mata”

- Pasien diminta untuk menulis

sebuah kalimat – beri nilai bila

kalimat mamsuk akal, dan

2

1

3

1

1

33

Page 34: Referat Neuro

mengandung subjek dari kata kerja.

Meniru :

- Pasien diminta untuk meniru

gambar pentagon yang saling

berpotongan.

1

TOTAL 30

Skor di bawah 24/30 pada tes ini mengindikasikan demensia. Akan tetapi,

keseluruhan nilai tes ini tidak sensitive pada tahap awal demensia, teutama jika

kemampuan intelektual premorbid cukup tinggi, dan pada deficit kognitif

sirkumskrip, terutama yang melibatkan fungsi hemisfer non dominan dan lobus

frontal. Oleh karena itu, banyak pasien dengan deficit kognitif membutuhkan evaluasi

psikometrik yang lebih detail oleh neuropsikologi.

34

Page 35: Referat Neuro

BAB 111

KESIMPULAN

1. Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk

proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan.

2. Fungsi otak yang lebih tinggi dapat disubklasifikasi menjadi : Fungsi yang

terdistribusi serta fungsi terlokalisasi.

3. Fungsi yang terdistribusi antara lain mencangkup : Atensi dan konsentrasi,

Memori, Fungsi eksekutif yang lebih tinggi, Konduksi social dan kepribadian.

4. Fungsi yang terlokalisasi tergantung dari struktur dan fungsi normal dari suatu

area tertentu pada satu hemisfer serebri. Terdiri dari fungi hemisfer dominan

(bahasa dan praksis), serta fungsi hemisfer non dominan (pengabaian,

apraksia berpakaian, apraksia konstruksional, agnosia).

5. Demensia ialah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan

kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun

bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara

mendadak atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia.

6. Fungsi kognitif yang terdistribusi dan terlokalisasi dapat dinilai secara klinis

dengan menggunakan tes mental standar seperti pemeriksaan mental mini /

mini mental state examination (MMSE).

35

Page 36: Referat Neuro

DAFTAR PUSTAKA

1. Duus, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta : EGC.

2. Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Notes : Neurologi. Jakarta : Erlangga.

3. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gajah Mada University

Press.

4. Lumbantobing. 2008. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :

Balai Penerbit FK-UI.

5. Marjono, Mahar dan Priguna Sidharta. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta :

Dian Rakyat.

6. Sidharta, Priguna. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta : Dian

Rakyat.

7. Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian

Rakyat.

8. Snell, Richard S. 2006. Neuroanatomi Klinik. Jakarta : EGC.

36