Referat Nervus Optikus

17
Referat Kecil NERVUS OPTIKUS Disusun oleh: Andriano Arie Wibowo 0708120302 Pembimbing: Dr. H. AMSAR AT, Sp.S Bagian Ilmu Penyakit Saraf 0

description

referat

Transcript of Referat Nervus Optikus

Page 1: Referat Nervus Optikus

Referat Kecil

NERVUS OPTIKUS

Disusun oleh:

Andriano Arie Wibowo

0708120302

Pembimbing:

Dr. H. AMSAR AT, Sp.S

Bagian Ilmu Penyakit Saraf

Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

2012

0

Page 2: Referat Nervus Optikus

NERVUS OPTIKUS

I. Anatomi

Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Retina

berfungsi menerima cahaya dan merubahnya menjadi sinyal fotokimia, untuk

selanjutnya meneruskan sinyal tersebut ke otak. Retina terdiri dari 3 macam sel

saraf (neuron), yaitu sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor (batang dan

kerucut), sel bipolar, serta sel ganglion. Sel batang bertanggungjawab untuk

penglihatan pada daerah kurang cahaya dan sel kerucut bertanggungjawab untuk

penglihatan pada daerah cukup cahaya dan warna (gambar 1). 1,2

Gambar 1. Lapisan neuron pada retina1

Cahaya yang masuk ke mata diubah menjadi sinyal elektrik di retina.

Cahaya tersebut mencetuskan reaksi fotokimiawi di sel batang dan kerucut, yang

mengakibatkan pembentukan impuls yang akhirnya dihantarkan ke korteks

visual.1,2 Sel-sel bipolar retina menerima input pada dendritnya dari sel batang dan

kerucut, kemudian menghantarkan impuls lebih jauh ke arah sentral pada lapisan

1

Page 3: Referat Nervus Optikus

sel ganglion. Akson panjang sel ganglion melewati papilla optika (diskus nervi

optica) dan meninggalkan mata sebagai nervus optikus, yang mengandung sekitar

1 juta serabut. Pada bagian tengah kaput nervus optikus tersebut keluar cabang-

cabang dari arteri centralis retina yang merupakan cabang dari A. oftalmika.1,

Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di

depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung

menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal

dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut

temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan

untuk ke korpus genikulatum lateral dan nucleus pretektalis (gambar 2).1,3

Gambar 2. Perjalanan serabut saraf nervus optikus (tampak basal)1,4

Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan

jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di nukleus pretektalis di batang

otak menghantarkan impuls visual (saraf afferent) yang membangkitkan refleks

visual seperti refleks pupil.1,3 Selanjutnya, dari korpus genikulatum lateral, jaras

visual terus melalui traktus genikulokalkarina (radiasio optik) ke korteks visual.

Daerah berakhirnya serabut di korteks disebut korteks striatum (area 17/area

2

Page 4: Referat Nervus Optikus

Brodmann). Ini merupakan pusat persepsi cahaya. Di sekitar area 17, terdapat area

yang berfungsi untuk asosiasi rangsang visual, yaitu area 18 dan 19.3,5

Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang

membawa impuls penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic

radiation) atau traktus genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus

kalkarina. Korteks penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a.

kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri posterior. Serabut yang berasal

dari bagian parietal korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang

bawah sedangkan serabut yang berasal dari temporal membawa impuls dari

lapang pandang atas (gambar 3).1,4

Gambar 3. Radiatio optika1

Untuk serabut yang mengurus refleks pupil, dari nukleus pretektalis,

kemudian bersinaps dengan neuron berikutnya yang mengirimkan serabut ke

nucleus Edinger Westphal sisi yang sama dan sisi kontralateral. Dari sini rangsang

kemudian diteruskan melalui nervus okulomotorius ke sfingter pupil (gambar 4).5,6

3

Page 5: Referat Nervus Optikus

Gambar 4. Jaras refleks pupil6

II. Pemeriksaan Sistem Visual

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada sistem visual antara lain:5,6

1. Pemeriksaan visus

2. Pemeriksaan refleks pupil

3. Pemeriksaan lapang pandang

4. Pemeriksaan funduskopi

5. Pengenalan warna

Apabila pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan

nervus optikus dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka

dilakukan pemeriksaan visus dan lapang pandang secara kasar, tetapi apabila

dicurigai adanya gangguan, maka dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti, dan

juga dilakukan pemeriksaan funduskopi.5

Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen (gambar 5)

pada jarak 6 meter. Kartu Snellen berisi huruf-huruf yang disusun semakin ke

bawah semakin kecil. Pada orang normal, kartu Snellen dapat dibaca dalam jarak

6 meter. Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan

pemeriksaan menggunakan pinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat

gangguan refraksi (gambar 6).5

4

Page 6: Referat Nervus Optikus

Gambar 5. Kartu Snellen dan pemeriksaan visus menggunakan pinhole 5

Cara pemeriksaan visus dengan kartu Snellen adalah:5

1. Pasien disuruh membaca kartu Snellen dari jarak 6 meter.

2. Kemudian ditentukan sampai barisan mana dapat dibaca oleh pasien.

3. Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman

penglihatannya adalah normal (6/6).

4. Apabila tidak 6/6 maka visusnya tidak normal dan hal ini dinyatakan dengan

menggunakan pecahan, misalnya 6/18, ini berarti bahwa orang normal bisa

membaca dalam jarak 18 meter sedangkan ia hanya bisa membaca dalam jarak

6 meter.

Selain menggunakan kartu Snellen, pemeriksaan visus juga dapat

dilakukan dengan menggunakan:5

1. Hitung jari tangan

Normal jari tangan bisa dihitung pada jarak 60 meter. Bila seseorang tidak

dapat menghitung jari tangan pada jarak 3 meter tetapi bisa menghitung

pada jarak 2 meter maka visusnya 2/60.

2. Gerakan tangan

5

Page 7: Referat Nervus Optikus

Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 300 meter. Bila seseorang

tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat

pada jarak 1 meter berarti visusnya 1/300.

Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya

langsung dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahaya langsung maksudnya

adalah mengecilnya pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan

refleks cahaya tidak langsung atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada

mata yang tidak disinari cahaya.5

Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer

penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu

titik. Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke

semua jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 – 100o dari titik fiksasi,

ke medial 60o, ke atas 50 – 60o, dan ke bawah 60 – 75o. Terdapat dua jenis

pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secara kasar (tes konfrontasi) dan

pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimetri atau perimetri.5

Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai

keadaan fundus okuli terutama retina dan papil nervus optikus. Pemeriksaan

dilakukan dengan menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk

lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan

sekitarnya tegas, batas di bagian nasal agak kabur. Selain itu juga terdapat lekukan

fisiologis. Pembuluh darah muncul di bagian tengah, bercabang ke atas dan ke

bawah. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena berkelok-kelok. Perbandingan

besar vena : arteri adalah 3:2 sampai 5:4.5

Pengenalan warna bergantung kepada sel-sel kerucut di retina, yang

terbanyak terdapat di macula. Sel kerucut mempunyai tiga pigmen, yaitu biru,

hijau dan merah-kuning. Satu sel kerucut hanya mempunyai satu pigmen. Dalam

pengiriman impuls, terdapat dua system warna yaitu merah-hijau dan kuning-biru.

Pengenalan warna diperiksa dengan menggunakan kartu ishihara.6

III. Gangguan Sistem Visual

3.1. Kelainan pada pemeriksaan visus

6

Page 8: Referat Nervus Optikus

Apabila terdapat penurunan visus, perlu diselidiki apakah gangguan ini

disebabkan oleh kelainan oftalmologik (bukan saraf), misalnya kelainan kornea,

uveitis, katarak dan kelainan refraksi. Pemeriksaan kasar dengan menggunakan

kertas yang berlubang kecil (pinhole, lubang peniti) dapat memberi kesan adanya

faktor refraksi dalam penurunan visus. Bila dengan melihat lubang kecil, huruf

bertambah jelas, maka faktor yang berperan adalah gangguan refraksi.5

3.2. Kelainan pada pemeriksaan refleks pupil

Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika

terdapat lesi yang mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan

pada refleks pupil atau refleks cahaya tersebut. Kelainan tersebut termasuk

diataranya:7

1. Kegagalan cahaya untuk mencapai retina, misalnya akibat katarak dan

kekeruhan cairan vitreus pada pasien diabetes melitus.

2. Penyakit pada retina, seperti retinitis atau scar.

3. Penyakit atau kelainan pada nervus optikus seperti neuritis optik, neuritis

retrobulbar, dan atrofi nervus optikus.

4. Kelainan yang mengenai traktus optikus dan hubungannya dengan batang

otak.

5. Penyakit atau kelainan pada batang otak.

6. Penyakit atau kelainan pada nervus okulomotorius atau ganglion siliare.

3.3. Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang

Lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik,

akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau

medan penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau

anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan

arteri centralis retina yang memperdarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri

karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian

menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut

amaurosis fugax.1

7

Page 9: Referat Nervus Optikus

Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan

temporal yang disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian

lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan

menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika

bagian temporal akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim

kontralateral, sedangkan lesi pada serabut parietal akan menyebabkan

quadroanopsia inferior homonim kontralateral (gambar 7).1

Gambar 6. Gangguan lapang pandang1

3.4. Kelainan pada pemeriksaan funduskopi

Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu

diperhatikan adalah papil yang mengalami atrofi dan sembab atau papiledema.

Atrofi papil terbagi atas primer dan sekunder. Pada atrofi primer, warna papil

menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang. Gambaran ini

dijumpai pada tahap lanjut dari neuritis retrobulbaris. Pada atrofi sekunder, warna

papil juga pucat tetapi batasnya tidak tegas. Atrofi sekunder merupakan akibat

lanjut dari papilitis dan papiledema. Lamina cribrosa terlihat pada atrofi primer.

8

Page 10: Referat Nervus Optikus

Atrofi primer dijumpai pada kasus lesi nervus optikus atau khiasma optikum

(misalnya pada tumor hipofisis atau arachnoiditis opto-khisamatis). Atrofi

sekunder merupakan akibat lanjut dari papiledema misalnya pada pasien yang

menderita tekanan tinggi intracranial yang lama.6

Gambar 7. Atrofi primer dan sekunder8

Papilitis dan neuritis retrobulbaris merupakan kelompok dari neuritis

optika. Neuritis optika sering disebabkan oleh proses infeksi, intoksikasi dan

demielinisasi. Pada papilitis, papil dan sekitarnya akan terlihat sembab, infiltrat

dan perdarahan biasanya disertai perburukan visus yang hebat. Gambaran papilitis

terlihat jika proses patologik neuritis optika terletak pada serabut-serabut yang

berada intra okuler. Pada neuritis retrobulbaris, papil terlihat normal, proses

patologiknya terjadi di nervus optikus, setelah serabut saraf melewati lamina

kribosa.7

Papiledema ialah sembab papil yang bersifat noninfeksi dan terkait pada

tekanan intrakranial yang meninggi. Gambaran fundus hampir tidak bisa

dibedakan dengan gambaran papilitis, bedanya pada papiledema daya penglihatan

masih bertahan lama sampai terjadi atrofi. Pada neuritis optika, daya penglihatan

hilang secara akut dan hampir tidak terasa nyeri, baik di dalam mata maupun di

kepala.6

9

Page 11: Referat Nervus Optikus

Gambar 8. Papiledema8

3.2 Kelainan pada pengenalan warna

Kelainan pengenalan warna bisa total atau parsial, dengan berkurangnya

satu atau lebih sifat warna: kecerahan, corak, dan kejenuhan. Kelainan juga bisa

terjadi akibat gangguan pada sistem pengiriman impuls, biasanya merah-hijau.

Kelainan ini merupakan kelainan sex-linked, penderitanya adalah laki-laki.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Frotscher M, Baehr M. Duus’ topical diagnosis in neurology. 4th completely

revised edition. Stuttgart: Thieme; 2005. 130-137,155

2. Pauwels LW, Akesson EJ, Stewart PA, Spacey SD. Cranial nerves in health

and disease. 2nd edition. London: BC Decker Inc: 2002. 28 - 41

3. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi V. Jakarta : Dian

Rakyat; 2004. 121-130

4. The targets of the optic nerve. [20 September 2011]. Diunduh dari:

http://thebrain.mcgill.ca/flash/d/d_02/d_02_cr/d_02_cr_vis/d_02_cr_vis.html.

5. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2006. 25-37

6. Ropper AH, Brown RH. Adams and victor’s principles of neurology. 8 thed.

New York: McGraw-Hill, 2005; 203-221,241

7. Gilroy J. Basic neurology. 3rd edition. New York: Mc Graw-Hill; 2000.

10

Page 12: Referat Nervus Optikus

8. Riordan-Eva Paul and Whitcher John P. The Optic Nerve. In : Vaughan &

Asbury's General Ophthalmology 17th Edition. New York : Mc Graw-Hill

Lange. 2007.

11