REFERAT Melanoma Maligna Iris

download REFERAT Melanoma Maligna Iris

of 18

Transcript of REFERAT Melanoma Maligna Iris

REFERAT MELANOMA MALIGNA IRIS

DISUSUN OLEH: ICHWAN ZUANTO (107103003842)

KEPANITERAAN KLINIK SMF MATA RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan referat ini dengan sebaik-baiknya. Referat ini disusun untuk melengkapi tugas di kepanitraan klinik ilmu penyakit mata di SMF Mata RSUP Fatmawati Jakarta. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada para konsulen pembimbing referat kami di Kepaniteraan Klinik SMF Mata RSUP Fatmawati yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan dalam penyusunan referat ini. Kami sadari betul bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah yang kami buat ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi mahasiswa kedokteran. Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb.

Jakarta, September 2011 Penyusun

3

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2 II.1. Anatomi dan Fisiologi Iris ......................................................... 2 II.1.1. Anatomi Iris. II.1.2. Struktur Histologis Iris ... II.1.3. Fisiologi Iris. 2 3 4

II.2. Melanoma Maligna Iris .. 4 II.2.1. Definisi 4 II.2.2. Epidemiologi ........................... 4

II.2.3. Etiologi 5 II.2.4. Patogenesis .. 5 II.2.5. Manifestasi Klinis ... II.2.6. Diagnosis Banding .. II.2.7. Penatalaksanaan .. II.2.8. Prognosis . 7 10 10 12

BAB III. KESIMPULAN ...................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

4

BAB I PENDAHULUAN Melanoma iris jarang ditemukan. Kasus ini hanya terjadi sekitar 5% di antara semua melanoma uveal. Insidensi per tahunnya diperkirakan bervariasi antara 0,2 dan 0,9 per satu juta populasi. Kasus ini terjadi 3 kali lebih sering pada pasien dengan iris yang berwarna cerah (biru/hijau) dibandingkan dengan yang berwarna cokelat. Tumor ini lebih sering terjadi pada salah satu mata saja (unilateral) dan berkembang dari nevus yang ada pada iris sebelumnya. Nevus pada iris merupakan sekelompok melanosit neuroektodermal yang abnormal pada stroma iris. Sebagian besar nevus iris tetap dalam keadaan dorman sepanjang hidup dan tidak memerlukan terapi, namun pada sejumlah kecil kasus, navus iris bertransformasi menjadi suatu keganasan (melanoma maligna). Faktor yang berpengaruh atau sebagai predisposisi terjadinya melanoma uveal adalah melanosit okular, nevus Ota, nevus cutaneous dysplasia, melanoma familial, dan

neurofibromatosis-1. Paparan sinar matahari masih diperdebatkan sebagai salah satu faktor risiko. Sebagian besar kasus melanoma iris terjadi pada separuh bawah iris, yang mendukung faktor risiko paparan sinar matahari. Tanda dan gejala yang biasanya terjadi adalah adanya spot (titik/tanda) yang terlihat pada iris atau terjadinya diskolorasi iris pada salah satu mata. Banyak pasien dengan melanoma iris tidak mempunyai gejala klinis, dan lesi pada pasien-pasien ini biasanya baru terdeteksi dalam pemeriksaan oftalmologis yang menyeluruh. Apabila tumor tersebut mulai tumbuh membesar atau jika mulai muncul keluhan pada pasien, maka diperlukan tindakan operatif. Walaupun dari segi lokasinya iris dapat dengan mudah diperiksa, namun upaya mengklasifikasikan menjadi salah satu di antara malformasi melanositik yaitu nevi dan melanoma sulit untuk dilakukan. Diagnosis yang tidak akurat dapat berujung pada komplikasi sistemik dan morbiditas okular. Apabila tumor dapat terdeteksi pada fase awal, prognosis penyakit tumor tersebut akan baik. Pemilihan tata laksana untuk melanoma iris bergantung pada manifestasi kliniknya. Pada sebagian besar kasus, reseksi lokal dengan pemeriksaan yang teliti terhadap ada tidaknya gangguan pada sudut iridokorneal memperlihatkan hasil pembersihan tumor dengan jangka yang panjang dan morbiditas yang dapat dimaklumi.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Anatomi dan Fisiologi Iris

II.1.1. Anatomi Iris Iris adalah sebuah lapisan didalam mata, yang bertanggung jawab mengontrol diameter dan ukuran pupil dan jumlah cahaya yang masuk ke retina. Warna mata adalah warna dari iris, yang mungkin hijau, biru, atau cokelat. Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris merupakan suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi aqueus humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior.

Gambar Penampang Bola Mata

Gambar Penampang Iris

Pasokan darah ke iris adalah dari sirkulus mayor iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlobang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervi siliares. Iris dibagi menjadi dua bagian besar : 1. Zona pupilar adalah bagian dalam yang tepinya membentuk batas pupil.

6

2. Zona siliar adalah sisa iris yang meluas ke asalnya pada corpus siliar. II.1.2. Struktur Histologi Iris

Secara umum, Iris terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan anterior iris terdiri dari fibroblast, melanosit, dan kolagen. Kemudian lapisan tengah iris (stroma) merupakan bagian paling besar dari iris terdiri dari sel berpigmen dan non pigmen, matrik kolagen, mukopolisakarida, pembuluh darah, saraf, otot spingter pupil. Dan lapisan iris yang terakhir yaitu bagian posterior iris : otot dilatator pupil dan sel berpigmen. Berdasarkan struktur histologisnya, iris terdiri atas lapisan-lapisan berikut: 1. Endotel permukaan. Ini merupakan lapisan tunggal sel-sel endotel datar yang bersambung dengan lapisan posterior kornea. 2. Stroma, jaringan yang terbungkus lekat pada serat jaringan konektif yang menyebar dengan baik, menjaring sejumlah filamen nervus, pembuluh darah, pembuluh limfe dan sel-sel jaringan konektif yang bercabang ireguler. 3. Pada lapisan lebih dalam stroma sebuah jalinan serat otot involunter, selebar 1 mm, melingkari batas zona pupilar iris. Refleks kontraksi sfingter ini mengurangi ukuran pupil. 4. Membran basal terdiri atas jaringan konektif kuat, yang membentuk lapisan penyokong dan lapisan terdalam iris. 5. Lapisan pigmen terdiri atas dua baris sel-sel epitel warna ungu muda, yang terletak pada permukaan tak seimbang membran basal iris. Lapisan pigmen ini

bekerja dalam mencegah penetrasi cahaya melalui iris kedalam ruang gelap bagian dalam iris. II.1.3 Fisiologi Iris Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik. Dalam merespon jumlah cahaya yang masuk ke mata, otot yang melekat ke iris meregangkan atau mengkontraksikan apartura pada sentral iris yang dikenal sebagai pupil. Semakin besar pupil, maka semakin banyak cahaya yang masuk.

II.2.

Melanoma Maligna Iris

II.2.1. Definisi Melanoma terjadi pada sel yang memproduksi melanin, pigmen yang memberi warna pada kulit, yaitu sel melanosit. Mata juga memiliki sel yang memproduksi melanin dan dapat menjadi melanoma. Melanoma yang terletak di mata diistilahkan dengan kanker mata primer. Melanoma meskipun langka terjadi adalah kanker mata yang paling umum terjadi pada orang dewasa. Jika melanoma dimulai di bagian tubuh lain seperti paru-paru atau payudara dan kemudian menyebar ke mata, disebut kanker mata sekunder.

II.2.2. Epidemiologi Meskipun melanoma iris merupakan malignansi primer tersering pada iris, melanoma iris hanya berupa proporsi kecil (3-13%) dari keseluruhan melanoma uvea. Studi klinis dan histopatologis menunjukkan bahwa hanya 13-25% dari seluruh dugaan melanoma iris sebenarnya cocok dengan kriteria melanoma. Melanoma iris lebih sering pada orang kulit putih dan orang dengan iris berwarna terang dibandingkan pada orang Asia atau keturunan Afrika. Tidak diketahui adanya predileksi jenis kelamin. Usia rata-rata melanoma iris terdiagnosa adalah 40-50 tahun, namun demikian penyakit ini dapat mengenai orang dari segala usia. Kebanyakan tumor primer iris adalah jinak. Melanoma iris dianggap kurang agresif dibandingkan dengan melanoma koroid dan corpus siliaris. Angka mortalitas melanoma iris bervariasi mulai dari 0-11% bergantung pada ada atau tidaknya metastase

dan keterlibatan corpus siliaris. Metastase muncul pada 2-10% dari keseluruhan melanoma iris; angka yang lebih tinggi diobservasi pada kasus-kasus keterlibatan corpus siliaris. Proliferasi stroma melanositik pada iris merupakan tumor yang paling sering pada iris, dengan insiden berkisar antara 50-70% dari keseluruhan tumor iris; dari angka ini 10-24% kemungkinan melanoma.

II.2.3. Etiologi Penyebab pasti melanoma tidak diketahui. Ilmuan meyakini bahwa DNA memainkan peran yang menyebabkan sel menjadi kanker. Mutasi DNA dapat menyebabkan sel tidak berfungsi secara normal, dan dapat menimbulkan kanker. Terkadang mutasi ini menurun dalam keluarga, tetapi hal ini juga dapat hilang dengan sendirinya. Meskipun para ilmuan menemukan hubungan antara kanker dan perubahan genetik tertentu, mereka belum menemukan alasan tepat mengapa perubahan ini terjadi. Melanoma paling banyak terjadi pada uvea. Uvea adalah lapisan pada mata yang berada di antara lapisan sklera dan retina dan terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Uvea mengandung banyak pembuluh darah yang berperan dalam memberikan nutrisi ke mata. Melanoma dapat terjadi di bagian depan uvea (iris dan sklera) atau di bagian belakang uvea (koroid). Beberapa faktor risiko melanoma primer antara lain : 1. Warna mata. seseorang dengan mata berwarna biru memiliki risiko besar mengalami melanoma pada mata. 2. Sifat genetik. Kondisi langka yang disebut dysplastic nevus syndrome, yang menyebabkan tahi lalat yang tidak normal juga dapat meningkatkan risiko mengalami melanoma pada kulit dan mata. Sebagai tambahan, orang dengan pigmentasi kulit yang tidak normal pada kelopak mata dan meningkatnya pigmentasi pada uvea juga memiliki peningkatan risiko terjadi melanoma. 3. Sinar matahari. Terkena sinar ultraviolet menjadi penyebab melanoma pada kulit, dan juga menjadi faktor risiko melanoma pada mata meskipun belum terbukti.

II.2.4. Patofisiologi

Melanoma berasal dari melanosit, yang timbul dari neural crest dan bermigrasi ke epidermis, uvea, meninges, dan mukosa ektoderm. melanosit, yang berada di kulit dan menghasilkan pelindung melanin, berada dalam lapisan basal epidermis, di

persambungan dermis dan epidermis. Melanoma maligna yang berkembang di kulit yang sehat dikatakan timbul de novo, tanpa diawali lesi prekursor. Banyak dari melanoma yang disebabkan oleh radiasi matahari. Risiko terbesar yang disebabkan melanoma yang diinduksi oleh paparan sinar matahari dikaitkan dengan luka terbakar yang akut, intens, dan intermiten. Risiko ini berbeda dari kanker sel skuamosa dan kanker sel basal, yang berhubungan dengan paparan sinar matahari jangka panjang. Melanoma juga dapat terjadi di daerah kulit yang tidak terpajan sinar matahari, termasuk telapak tangan, telapak kaki, dan perineum. Lesi tertentu dianggap sebagai prekursor lesi melanoma, termasuk Common Nevus, displastik Nevus, Nevus bawaan, dan Nevus biru. Melanoma memiliki 2 fase pertumbuhan, radial dan vertikal. Selama fase pertumbuhan radial, sel-sel ganas tumbuh secara radial di epidermis. Seiring berjalannya waktu, sebagian besar melanoma berlanjut ke fase pertumbuhan vertikal, di mana sel-sel ganas menyerang dermis dan mengembangkan kemampuan untuk bermetastasis. Banyak gen yang terlibat dalam pengembangan melanoma, termasuk CDKN2A (p16), CDK4, Rb1, CDKN2A (p19), PTEN/MMAC1, dan ras. CDKN2A (p16) berperan penting dalam kejadian melanoma sporadis dan herediter. Gen supresor tumor ini terletak di band 9p21, dan mutasinya berperan dalam berbagai kejadian kanker. Melanoma iris timbul dari proliferasi maligna neuroektodermal turunan melanosit stroma iris, yang menggantikan arsitektur normal stroma iris. Melanoma iris biasanya berupa lesi kecil terpisah, meskipun adakalanya, lesi ini menyebar, infiltratif, multipel, dan bisa menyebabkan heterokromia, uveitis kronis ataupun hifema spontan. Melanoma iris melibatkan > 66% lingkar sudut yang dihubungkan dengan glaucoma sekunder. Studi epidemiologi mengesankan bahwa pemaparan terhadap sinar matahari memainkan peranan penting dalam patogenesis melanoma iris. Glaukoma sekunder pada melanoma iris dihasilkan dari beberapa mekanisme berbeda, termasuk yang berikut ini: invasi sel maligna kedalam jalinan trabekula,

menurunnya aliran akueus akibat makrofag yang mencerna-pigmen menghambat sudut mata, tertutupnya sudut mata, atau neovaskularisasi. II.2.5. Manifestasi Klinis Pada fase awal mungkin tidak akan mengalami gejala apapun ketika mengalami melanoma. Akan tetapi pada kasus yang lain dapat mengalami tanda dan gejala dengan gambaran klinis, termasuk vaskularisasi tumor mencolok, pertumbuhan cepat dan pigmentasi heterogen, dihubungkan dengan komponen sel epiteloid. Keterlibatan sudutsudut iridokorneal sering dihubungkan dengan invasi corpus siliaris. Anamnesa a. Kebanyakan pasien menceritakan adanya riwayat nevus yang telah ada semenjak kanak-kanak yang tiba-tiba mengalami pertumbuhan yang cepat. b. Pasien mungkin datang disebabkan alasan kosmetik. c. Pasien mungkin merasakan nyeri akibat peningkatan tekanan intraokular. Pemeriksaan klinis

a. Melanoma iris mungkin terbatas atau difus. b. Berdasarkan pada Shields, kriteria untuk diagnosa klinis melanoma sebagai berikut: Ukurannya berdiameter > 3 mm dan dengan ketebalan 1 mm. Menggantikan stroma pada iris. Terdapat 3 dari 5 gambaran berikut : fotografi dokumentasi pertumbuhan, glaukoma sekunder, katarak sekunder, vaskularisasi yang menonjol dan/atau ektropion iris. c. Keterlibatan corpus siliaris dihubungkan dengan insiden malignansi yang lebih tinggi.

d. Lokasinya di medial dan penyebaran pigmen ke dalam iris ataupun sudut strukturnya dihubungkan dengan pertumbuhan tumor. e. Kebanyakan tanda-tanda tradisional malignansi ditentang oleh studi baru. Bagaimanapun, meski kebanyakan gambaran klinis mungkin lebih umum terlihat pada tumor jinak dibandingkan pada melanoma maligna, kemunculannya seharusnya memperingatkan dokter mata untuk mengawasi lesi lebih lekat. f. Dokumentasi fotografi penting untuk membuktikan kebenaran perkembangan ukuran ataupun pertumbuhan tumor. g. Angiografi fluoresens segmen anterior mungkin membantu untuk memperlihatkan vaskularisasi lesi namun tidak bisa menegakkan diagnosa. h. Sebuah pemeriksaan oftalmologi dengan seksama, termasuk transiluminasi dan oftalmoskop tak langsung dengan depresi sklera, adalah penting untuk membandingkan antara kista iris, tumor iris primer, dan melanoma corpus siliarsi primer. i. Gonioskopi dan UBM pada seluruh corpus silaris juga harus dilakukan untuk menyingkirkan keterlibatan utama pada pembuatan keputusan terapi apapun. UBM resolusi tinggi digunakan untuk mengukur lesi-lesi kecil (ukuran dan ketebalan lapisan basal) dan untuk menilai keterlibatan tumor pada corpus siliaris anterior, sudut mata dan sklera.

j.

Gejala yang mungkin dialami pasien: timbulnya titik gelap pada iris mata, sensasi silau pada mata, penglihatan kabur pada salah satu mata, hilangnya kemampuan penglihatan di bagian sisi (peripheral), dan timbul sensasi berlekuk pada penglihatan

Gambaran Histologis

a. Melanoma iris sebagian besar bertipe sel spindel dan biasanya berukuran lebih kecil dibandingkan melanoma posterior karena terdeteksi lebih dini. Proliferasi stroma melanositik maligna mengganggu arsitektur stroma iris normal. Klasifikasi Callender termasuk spindel A (jinak) dan spindel B (fasikular, campuran, epiteloid dan nekrotik). Klasifikasi Jakobiec and Silbert termasuk melanoma sel spindel, melanoma epiteloid dan spindel, dan melanoma epiteloid. b. Secara histologis, melanoma ini tersusun atas sel-sel berbentuk kumparan, dengan atau tanpa inti yang menyolok dan ada yang tersusun atas sel-sel tumor epiteloid yang besar. Tumor-tumor yang tersusun atas sel-sel bentuk

kumparan prognosisnya baik, sedangkan yang tersusun atas sel-sel epiteloid yang besar prognosisnya jelek. Pencitraan y y y Foto-foto lesi iris sangat membantu dalam memantau ukuran dan perumbuhannya. Ultrasound biomicroscopy B-scan ultrasound direkomendasikan hanya jika diduga adanya tumor corpus siliaris. y Angiografi fluoresens mungkin memperlihatkan saluran vaskuler ireguler dengan pengisian lambat. Namun, angiografi fluoresens tidak selalu membantu dan biasanya tidak dilakukan pada praktek klinik.

II.2.6. Diagnosa Banding y Leiomioma iris. Transparan dan vaskular. Mungkin sulit dibedakan dari melanoma, y Penyakit metastase. Tumbuh dengan cepat. Lebih mungkin multipel atau bilateral dibandingkan melanoma iris. Sering membebaskan sel dan menghasilkan pseudohipopion). y Nevus. Khasnya menjadi nyata secara klinis pada waktu pubertas, biasanya datar atau ber-elevasi minimal (< 1mm) dan diameternya tidak melebihi 3 mm. Dapat menyebabkan ektropion iris, katarak kortikal, atau glaukoma sekunder. Umumnya tidak vaskular. Lebih sering pada setengah inferior iris. Nevus biasanya tidak tumbuh. y Kista iris. Tidak seperti melanoma maligna, paling memancarkan sinar dengan transiluminasi. y Tumor epitel pigmen iris primer. Biasanya hitam, dibandingkan dengan melanoma yang selalu berwarna coklat tua atau amelanotik. y Radang granuloma (misal sarcoidosis atau tuberculosis). Seringnya memiliki tanda-tanda inflamasi lainnya, seperti presipitat keratik, sinekia dan katarak subkapsular posterior. Mungkin terdapat riwayat iritis atau penyakit inflamasi sistemik.

y

Heterokromia iris kongenital. Iris yang lebih gelap muncul saat lahir atau pada saat masa kanak-kanak. Lesi ini tidak progresif dan biasanya tidak berhubungan dengan glaukoma. Iris memiliki tampilan yang halus.

y

Sindroma nevus iris. Edema kornea, sinekia anterior perifer, atrofi iris, atau pupil ireguler yang muncul bersama dengan nodul iris multipel dan glaukoma.

II.2.7. Penatalaksanaan Prognosis yang lebih jinak dan rasio yang tinggi dalam diagnosis positif palsu telah membuat kecenderungan penggunaan terapi konservatif dalam penanganan suspek melanoma iris. Terapi ini terdiri atas observasi secara periodik terhadap lesi dan intervensi yang bertujuan untuk menyelamatkan mata dan penglihatan pasien apabila terdapat bukti keganasan sedangkan untuk sekarang ini, enukleasi merupakan pilihan utama dalam terapi tumor yang sudah menjalar dengan batas yang tidak jelas. Tindakan ini mempunyai prognosis yang lebih baik. Hanya sekitar 5 % yang berkembang menjadi metastasis, dan dengan rasio mortalitas 5 tahun sekitar 2% 3%. Gambaran histopatologi berupa sel epiteloid atau campuran merupakan tanda yang seringkali hadir pada kasus-kasus keganasan dan dapat menjadi alasan untuk melakukan intervensi medis di awal. Pada tindakan reseksi melanoma iris, pemeriksaan yang teliti untuk ada tidaknya gangguan pada sudut iridokorneal merupakan elemen yang penting dalam perencanaan terapi. Rekonstruksi iris memiliki peran yang penting dalam mengurangi fotofobia postoperatif. Melanoma iris yang kecil tidak menginvasi akar iris, bisa dipantau dengan aman sampai pertumbuhannya bisa didokumentasikan; kemudian bisa diangkat dengan iridektomi. Pada lesi yang menginvasi akar iris dan badan siliar kadang-kadang bisa dilakukan iridosiklektomi. Jika tercatat pada dokumentasi, melanoma iris ini tumbuh, hal tersebut dapat membahayakan mata dan mungkin menyebabkan glaukoma sekunder. y y Pada melanoma iris kecil : dapat diangkat dengan pembedahan. Melanoma iris ukuran sedang : reseksi iris luas, namun radioterapi plaque mungkin bisa dipertimbangkan. Pada radioterapi dapat menimbulkan katarak,

namun jika radiasinya jauh dari pusat retina, retinopati penglihatan-terbatas oleh radiasi menjadi tidak mungkin. y Melanoma ukuran besar : menyebabkan glaukoma yang sulit diobati. Terapinya sulit, dan mungkin perlu pengangkatan bola mata (enukleasi) Pembedahan Pilihan pengobatan untuk lesi yang terus bertumbuh secara khas adalah eksisi. Namun, laporan dalam literatur telah menjelaskan berhasilnya pengobatan lesi-lesi ini dengan brachytherapy dan penyinaran proton beam. Eksisi direkomendasikan jika lesi mengenai batas pupil dan mengganggu penglihatan atau jika glaukoma sekunder tidak terkontrol dengan medikasi. Eksisi harus dipertimbangkan jika lesi bertumbuh dengan cepat atau melewati batas sudut camera oculi dan/atau jika spesimen biospi fine-needle menunjukkan histology maligna. Eksisi harus komplit, juga sektor iridektomi atau iridosiklektomi, jika lesi melewati batas pada sudut camera oculi. Prosedur filtrasi glaukoma harusnya tidak dicoba karena prosedur tersebut dapat menyebabkan pembibitan sel tumor dan metastase. Konsultasikan dengan seorang ahli onkologi jika terdapat dugaan lesi metastatik. Paska pembedahan, pasien harus dimonitor setidaknya setiap 6 bulan untuk perkembangan metastase. Pencegahan Meskipun tidak ada hubungan langsung antara terkena sinar matahari dan melanoma pada mata, keterkaitan antara keduanya telah ditemukan. Karena itu, beberapa dokter merekomendasikan penggunakan kacamata anti sinar UV sebagai tindakan pencegahan yang memungkinkan.

II.2.8. Prognosis Prognosis umumnya baik dengan angka ketahanan hidup 5 tahun lebih dari 95 %; dengan angka kematian 0-3% tanpa keterlibatan corpus siliaris. Metastase dapat muncul pada 2-3,5 % kasus melanoma iris tunggal, dengan angka lebih tinggi pada keterlibatan corpus siliaris.

Pada studi perbandingan hasil visus pasca-operatif pasien melanoma maligna iris, ditemukan bahwa visus pasien tersebut menunjukkan hasil yang bervariasi. Pada studi lain yang mempelajari hubungan signifikan antara hasil visus pasien yang buruk dengan ketajaman visus preoperatif yang buruk dan radiasi preoperatif menunjukkan bahwa hasil visus yang buruk pada pasien tersebut dapat disebabkan oleh komplikasi yang mengancam fungsi penglihatan secara ireversibel, seperti perdarahan vitreus intraoperatif, neovaskularisasi, dan glaucoma serta radiasi preoperatif yang dengan sendirinya dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan.

BAB III KESIMPULANMelanoma terjadi pada sel yang memproduksi melanin, pigmen yang memberi warna pada kulit, yaitu melanosit. Melanoma iris timbul dari proliferasi maligna neuroektodermal turunan melanosit stroma iris, yang menggantikan arsitektur normal stroma iris. Melanoma iris biasanya berupa lesi kecil terpisah, meskipun adakalanya, lesi ini menyebar, infiltratif, multipel, dan bisa menyebabkan heterokromia, uveitis kronis ataupun hifema spontan. Gejala yang mungkin dialami pasien: timbulnya titik gelap pada iris mata, sensasi silau pada mata, penglihatan kabur pada salah satu mata, hilangnya kemampuan penglihatan di bagian sisi (peripheral), dan timbul sensasi berlekuk pada penglihatan. Diagnosis banding penyakit ini antara lain: leiomioma iris, penyakit metastase, nevus, kista iris, tumor epitel pigmen iris primer, radang granuloma, heterokromia iris congenital, dan sindroma nevus iris. Penatalaksanaan pada penyakit ini dengan reseksi lesi tumor iris dan enukleasi sesuai dengan luas lesi tumornya. Penyakit ini dapat dicegah dengan meminimalkan pemaparan terhadap sinar ultraviolet.Prognosis umumnya baik dengan angka ketahanan hidup 5 tahun lebih dari 95 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. 2008. General Ophtalmology. Edisi 16. The McGraw-Hill Companies: United States. 2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. 3. Doko-Mandic, Blanka et al. 2007. Iris Melanoma: Case Report. Acta Clin Croat 2007; 46 (Suppl 1): 107-111. 4. Conway, R.W. et al. 2001. Primary iris melanoma: diagnostic features and outcome of conservative surgical treatment. Br J Ophthalmol 2001;85:848854 5. Kumar, Cotran, dan Robbins. Buku Ajar Patologi, edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.