REFERAT LEIOMIOMA

43
1 BAB I PENDAHULUAN Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. 1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan menopause. Di Indonesia angka kejadian

Transcript of REFERAT LEIOMIOMA

Page 1: REFERAT LEIOMIOMA

1

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma

merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang

menumpanginya.1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana

prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi

uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun

jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri

secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia,

ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia

di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia

35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri

dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan menopause. Di Indonesia angka

kejadian mioma uteri ditemukan 2,39%-11,87% dari semua penderita ginekologi yang

dirawat.

Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial

pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat

dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering

untuk dilakukan histerektomi.

Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling

efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu

sendiri.

Page 2: REFERAT LEIOMIOMA

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Mioma uteri atau disebut juga leiomioma merupakan tumor jinak yang berasal dari

otot polos dan jaringan fibrosa. Leioma uteri biasanya terjadi pada dekade ketiga dan

keempat, ditandai dengan perkembangan tumor mutipel, berbatas tegas, tidak berkapsul,

berwarna abu-abu putih, lunak, dan biasanya bulat. Mereka sebagian besar berada didalam

miometrium corpus uteri, tetapi dapat juga terjadi dalam serviks, biasanya pada dinding

posteriornya. Disebut juga fibromyoma uteri, uterine myoma, atau juga fibroid. 1

EPIDEMIOLOGI

Myoma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling sering ditemukan. Diperkirakan

bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun penderita myoma uteri walaupun tidak disertai

gejala-gejala atau sekitar 20-25% terdapat pada wanita usia reproduktif dan 3-9 kali lebih

banyak terdapat pada wanita berkulit hitam daripada berkulit putih. Di Indonesia myoma

uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Myoma

dapat ditemukan tunggal maupun multipel. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27%

wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang-sarang myoma.3,4,5

HISTOPATOLOGI

Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskuler dan mukosa 2.

Page 3: REFERAT LEIOMIOMA

3

Lapisan serosa terbentuk dari peritoneum yang menyelubungi uterus, di mana

peritoneum melekat erat kecuali pada daerah di atas kandung kemih dan pada tepi lateral di

mana peritoneum berubah arah sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

Endometrium. Bagian terdalam dari uterus, yaitu lapisan mukosa yang melapisi

rongga uterus pada wanita yang tidak hamil, disebut endometrium. Endometrium berupa

membran tipis, berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat

terlihat ditembusi oleh banyak sekali lubang-lubang kecil, yaitu muara kelenjar uterina.

Karena perubahan berulang-ulang yang terjadi selama masa reproduksi, dalam keadaan

normal tebal endometrium sangat bervariasi, yaitu dari 0,5 mm hingga 5 mm. Endometrium

terdiri dari epitel permukaan, kelenjar, dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang di

dalamnya banyak terdapat pembuluh darah.

Epitel permukaan endometrium terdiri dari 1 lapis sel-sel kolumner tinggi, bersilia dan

tersusun rapat. Selama sebagian besar siklus endometrium, nukleus yang oval terletak pada

bagian bawah sel, namun tidak sedekat dasar sel seperti pada endoserviks. Silia telah terbukti

didapatkan pada sel-sel endo-metrium berbagai mamalia; sel bersilia terlokalisir pada bagian

tertentu, sedangkan aktivitas sekresi rupanya hanya ditemukan pada sel yang tidak bersilia.

Arah gerak silia pada tuba falopii maupun uterus ternyata sama yaitu mengarah ke bawah dari

ujung tuba yang mempunyai fimbria menuju ostium eksterna.

Kelenjar uterina yang berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, yang dalam

keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari sebuah sarung tangan. Kelenjar dapat meluas

melampaui ketebalan endometrium ke arah miometrium, yang kadangkala sedikit

ditembusinya. Secara histologis, kelenjar bagian dalam menyerupai epitel permukaan dan

dibatasi oleh satu lapis epitel kolumner yang sebagian bersilia dan menempel pada membrana

basalis yang tipis. Kelenjar mensekresikan cairan encer alkali.

Page 4: REFERAT LEIOMIOMA

4

Pada monograf klasik karangan Hitschmann dan Adler yang diterbitkan pada tahun

1908, dilaporkan bahwa endometrium terus menerus mengalami perubahan yang dikontrol

oleh hormon pada tiap siklus ovarium. Setelah menopause, endometrium menjadi atrofi;

epitelnya menjadi gepeng, biasanya kelenjar menghilang dan jaringan antar kelenjar berubah

menjadi jaringan fibrosa.

Jaringan ikat endometrium di antara epitel permukaan dan miometrium adalah stroma

mesenkimal. Segera setelah menstruasi, stroma terdiri dari sel-sel yang tersusun rapat dengan

nukleus berbentuk oval atau menyerupai cerutu, dengan sitoplasma yang sangat sedikit. Jika

dipisahkan karena edema, sel-sel nampak menyerupai bintang dengan tonjolan sitoplasma

yang bercabang-cabang membentuk anastomosis. Sel-sel ini tersusun lebih rapat di sekitar

kelenjar dan pembuluh darah dibandingkan di tempat lain. Beberapa hari sebelum menstruasi,

sel stroma biasanya membesar dan menjadi lebih vesikuler, seperti sel-sel desidua; dan

bersamaan itu terdapat infiltrasi difus lekosit.

Miometrium. Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus dan

terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin di

dalamnya. Menurut Schwalm dan Dubrauszky (1966), banyaknya serabut otot pada uterus

sedikit demi sedikit berkurang ke arah kaudal, sehingga pada serviks, otot hanya merupakan

10% dari massa jaringan. Pada dinding korpus uteri sebelah dalam, relatif terdapat lebih

banyak otot dibandingkan lapisan luarnya, sedangkan pada dinding anterior dan posterior

terdapat lebih banyak otot dibandingkan dinding lateral. Selama kehamilan, terutama melalui

proses hipertrofi, miometrium sangat membesar; namun tidak terjadi perubahan yang berarti

pada otot di serviks.

Page 5: REFERAT LEIOMIOMA

5

Gambar 1. hitologi dari uterus

Pada gambaran mikroskopis, leiomioma dikarakteristikkan dengan kumparan atau

pola bundar dari sel otot polos yang mirip dengan miometrium normal. Sel otot seragam

dalam ukuran dan bentuk dengan nukleus yang oval dan panjang. Gambaran mitosis jarang

hampir tidak ada. Mungkin ditemukan fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik,

degenerasi kistik dan perdarahan. Sangat jarang sekali transformasi menjadi ganas. Kalau

adapun, dengan kemungkinan terkecil 2.

Hanya 2 % leiomioma bersifat soliter. Setiap tumor dibatasi oleh pseudokapsul, bidang

pembelahan potensial yang berguna untuk enukleasi pembedahan. Leiomioma dapat

multinoduler dan biasanya berwarna lebih muda dibandingkan dengan jaringan miometrium

normal. Pada irisan tertentu leiomioma menunjukan pola trabekulasi atau pusaran air

(whorled) otot polos dan jaringan ikat fibrosa dengan perbandingan yang bervariasi. Sel-sel

myoma mempunyai reseptor estrogen yang lebih banyak daripada sel-sel myometrium yang

normal dan hal ini sesuai yang ditemukan oleh penelitian Puukka dan kawan-kawan tapi sel-

sel myoma yang tumbuh di endometrium mempunyai reseptor estrogen yang rendah. Sel-sel

myoma tidak mempunyai reseptor progesteron 2

Page 6: REFERAT LEIOMIOMA

6

Gambar 2. histopatologi leiomioma

KLASIFIKASI

Menurut lokalisasi, myoma uteri terdapat di:

a. cervical

b. corporal

Cervical lebih jarang sekitar 5% tetapi bila mencapai ukuran besar dapat

menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan juga secara teknik

operasinya lebih sukar3. Sedangkan corporal atau terdapat pada corpus uteri insidennya dapat

mencapai 95%. Terkadang leiomioma uteri ini dapat ditemukan di tuba falopii atau

ligamentum rotundum.

Menurut posisi myoma terhadap lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3 jenis :

1. myoma submukosa

2. myoma intramural/interstitial

3. myoma subserosa/subperitonal

Page 7: REFERAT LEIOMIOMA

7

4. myoma intraligamenter

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),

submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%)3

1. Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini

dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan

keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan

keluhan gangguan perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya

benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan

histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami

infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata

adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari

rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang

dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus,

penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,

jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor.

Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai

bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak

pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong

kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

Page 8: REFERAT LEIOMIOMA

8

3. Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan

uterus diliputi oleh serosa. Myoma jenis ini juga dapat bertangkai. Jika myoma

subserosa yang bertangkai ini mendapat perdarahan extrauterine dari pembuluh darah

omentum, maka tangkainya dapat atrofi dan diserap sehingga terlepas sehingga

menjadi “parasitic myoma”. Kadang-kadang vena yang ada di permukaan pecah dan

menyebabkan perdarahan Intra abdominal. Malah myoma subserosa ini juga dapat

tumbuh diantara 2 lapisan peritoneal dari ligamentum latum menjadi “myoma

intraligamenter” yang dapat menekan ureter dan A. iliaca, sehingga menimbulkan

gangguan miksi dan rasa nyeri.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut

wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam

satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga

ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan

jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan

pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena

pertumbuhan.

Page 9: REFERAT LEIOMIOMA

9

Gambar 3. mioma uteri berdasarkan letak dan lapisan-lapisan uterus

Perubahan Sekunder 4,5,6

1. Degenerasi jinak, yang terbagi menjadi:

Atrofi, sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan, mioma uteri menjadi

kecil.

Degenerasi hialin, perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia

lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi

sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan

satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

Degenerasi kistik, dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari

mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruang-ruang yang tidak teratur berisi

Page 10: REFERAT LEIOMIOMA

10

seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan

limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor

ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

Degenerasi membatu (calcareous degeneration), terutama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rontgen.

Degenerasi merah (carneous degeneration), perubahan ini biasanya terjadi pada

kehamilan dan nifas. Patogenesis dari degenerasi ini diperkirakan karena adanya

suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat

dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh

pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila

terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,

tumor pada uterus membesardan nyeri pada perabaan.

Gambar 4. Degenerasi Merah pada myoma uteri.

Degenerasi lemak, jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Page 11: REFERAT LEIOMIOMA

11

Infeksi, sering ditemukan pada myoma submukosa yang bertangkai

( pedunculated), yang menjadi nekrosis dan kemudian terjadi infeksi.

Degenerasi mukoid, timbul apabila terjadi hambatan pada pasokan darah pada

myoma, biasanya pada tumor yang cukup besar. Daerah yang mengalami

hyalinisasi akan menjadi mukoid, dengan lesi yang tampak licin, dengan

konsistensi seperti gelatin. Yang nantinya dapat menjadi degenerasi kistik.

2. Degenerasi malignansi/Sarcomatosa/Ganas 4,5,6.

Myoma uteri yang menjadi leiomyosarkoma sangat jarang, ditemukan kurang dari 1%

(0,13- 0,29%) dari semua jenis sarkoma uteri. Kecurigaan malignansi apabila myoma

uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran myoma pada menopause. Pada

pemeriksaan patologi anatomi, ditemukan bentuk hiperseluler dan pembesaran dari

nuleus. Sering juga ditemukan gambaran mitosis sel dan nekrosis sel. 4,5,6

Gambar 5. Leiomyosarkoma.

Page 12: REFERAT LEIOMIOMA

12

ETIOLOGI

1. Penelitian dengan glukosa 6- phosfat dehidrogenase menyatakan bahwa, multiple

tumor pada uterus yang sama berasal dari sel miometrium dan tidak melalui proses

metastase.3

2. Sitogenetik. 2,3

Penelitian mengatakan bahwa kelainan sitogenetik merupakan 50% dari penyebab

timbulnya myoma uteri. Terdapat gangguan kromosom, terutama pada kromosom 6,

7, 12, dan 14 yang hingga kini dapat diteliti. Terutama gangguan dari kromosom 12

yang paling sering menyebabkan myoma.

Gambar 6. Gangguan Kromosom pada Mioma Uteri

Hormonal.2

- Myoma jarang ditemukan sebelum pubertas dan berhenti berkembang setelah

menopause.

- Myoma baru jarang timbul pada menopause

- Perkembangan myoma dapat meningkat selama kehamilan

Page 13: REFERAT LEIOMIOMA

13

- Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) agonis menghasilkan keadaan

hipoestrogen, yang dapat mengurangi ukuran dari myoma. Hal ini dapat

dijadikan sebagai salah satu cara untuk pengobatan.

Faktor lokal.2

Faktor seperti suplai darah dan hubungan dengan tumor yang lain, dapat berpengaruh

terhadap perkembangan dan besarnya tumor. Terdapat juga faktor pertumbuhan yang

berperan.

- Epidermal growth factor (EGF) merangsang sintesis DNA pada myoma dan

sel miometrium.

- Estrogen akan merangsang myoma melalui EFG.

GEJALA KLINIS

Sebagian besar mioma ini memberikan gejala (kebetulan ditemukan). Gejala mioma uteri

tergantung dari:

a. Jenis mioma (subserosa, intramural, submukosa)

b. Besarnya mioma

c. Perubahan (degenerasi) dan komplikasi yang terjadi

Gejala-gejala mioma uteri sebagai berikut :

a. Perdarahan yang abnormal.

b. Nyeri.

c. Akibat tekanan.

d. Infertilitas.

Page 14: REFERAT LEIOMIOMA

14

e. Abortus.

Perdarahan yang abnormal

Merupakan gejala yang tersering (+ 30%) dan manifestasi klinik yang paling penting

pada leiomyoma. Biasanya dalam bentuk menorrhagia, metrorrhagia, dysmenorrhea. Jenis

mioma yang sering menyebabkan perdarahan adalah mioma submukosa.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

1. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma

endometrium.

2. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa

3. Atrofi endometrium di atas myoma submukosa

4. Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara

serabut myometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya

dengan baik.

Nyeri

Gejala ini tidak khas untuk myoma. Nyeri timbul karena gangguan sirkulasi darah pada

myoma, infeksi, nekrosis, torsi myoma yang bertangkai atau karena kontraksi myoma

subserosa dari cavum uteri. Rasa nyeri yang diakibatkan infark dari torsi atau degenerasi

merah dapat menyerupai Akut Abdomen (disertai enek dan muntah-muntah).

Myoma yang sangat besar dapat menyebabkan “sensasi berat (penuh)” pada daerah

panggul, sensasi massa dalam pelvis, atau sensasi massa yang dapat diraba melalui dinding

perut. Punggung yang pegal atau sakit adalah gejala yang umum karena penekanan terhadap

urat saraf yang menjalar ke punggung, pinggang dan tungkai bawah.

Page 15: REFERAT LEIOMIOMA

15

Pada myoma Geburt menyebabkan kanalis servikalis sempit sehingga timbul

dysmenorrhae.

Penekanan pada Organ Sekitar

Bila menekan kandung kemih, akan menimbulkan kerentanan kandung kemih (Bladder

Irritability), pollakisuria dan dysuria. Bila urethra tertekan, bisa timbul retentio urine. Bila

berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada rektum tidak begitu

besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi dan kadang-kadang sakit pada waktu

defekasi. Tumor dalam Cavum Douglasi dapat menyebabkan retensio urine. Kalau besar

sekali, mungkin ada gangguan pencernaan, kalau terjadi tekanan pada Vena Cava Inferior

akan terjadi oedema tungkai bawah.

Myoma pada cervical dapat menyebabkan sekret vaginal yang serosanguineous,

perdarahan vaginal, dyspareunia dan infertilitas (3).

Infertilitas 3,4,7,8

Hubungan antara myoma dengan infertilitas sampai saat ini masih belum jelas. Myoma

yang menyebabkan infertilitas primer hanya 2-10% dari pasien. Jenis myoma yang

berhubungan dengan infertilitas adalah myoma submukosa yang bertangkai dan myoma yang

terletak di dekat cornu. Infertilitas sekunder yang disebabkan myoma dikarenakan perdarahan

uteri abnormal, motilitas uterine atau tuba yang berpengaruh dengan transport sperma,

maupun implantasi dari ovum yang sudah dibuahi.

Myoma intramural yg besar, yang berlokasi di cornu dan dapat menutup tuba pars

interstitialis.

Page 16: REFERAT LEIOMIOMA

16

Perdarahan berulang pada pasien dengan myoma submukosa dapat menghalangi

implantasi. Lapisan endometrium di bawah myoma, dapat menjadi daerah yang kurang

baik untuk berimplantasi.

Meningkatnya insiden aborsi dan persalinan premature ditemukan pada pasien dengan

myoma submukosa atau myoma intramural

Kurang berhasilnya pembuahan in vitro muncul pada pasien yang memiliki myoma

submukosa yang cukup besar.

Abortus Spontan 3,4

Insidens abortus spontan yang secara sekunder berhubungan dengan mioma tidak

diketahui tapi insidens ini 2 x lebih banyak daripada wanita hamil normal. Contohnya,

kejadian abortus spontan sebelum myomectomi kira-kira 40% dan sesudah myomektomi

kira-kira 20%.

DIAGNOSIS

1. Pemeriksaan fisik

a. Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus.

Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh

satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa

massa seperti ini adalah bagian dari uterus. Myoma uteri dapat dipalpasi:

irregular, tumor nodular, dan menonjol keluar mendesak dinding abdomen. Pada

pemeriksaan panggul yang paling sering ditemukan adalah pembesaran uterus.

Bentuk dari uterus biasanya asimetris, irregular dan mobile.

Pada kasus myoma submukosa, dapat ditemukan pembesaran uterus yang

biasanya simetris.

Page 17: REFERAT LEIOMIOMA

17

Beberapa myoma subserosa yang keluar dari uterus dan dapat bergerak bebas,

yang dapat disalah artikan sebagai tumor adnexa maupun tumor diluar

panggul.

Diagnosis dari myoma cervical atau myoma submukosa yang bertangkai ditentukan

apabila tumor keluar melalui kanalis servikalis.

2. Temuan laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan

uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma

menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.

Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan

mioam terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan

kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan

adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus

yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui

ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran

ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran

uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan

akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.14

b. Hiteroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Page 18: REFERAT LEIOMIOMA

18

Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi

jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas

dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3

mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma

submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang

tidak dapat disimpulkan.

DIAGNOSIS BANDING

Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah4 :

a. Tumor ovarium yang solid, palpasi bimanual pada mioma uteri bila

massa tumor digerakkan akan terasa gerakan pada portio. Jika tidak terdapat

gerakkan portio atau gerakkan terpisah, berarti suatu tumor adneksa atau mioma

subserosum. Sondase juga digunakan untuk menentukan pembesaran uterus. Jika

sondase > 6-7 cm berarti pembesaran berasal dari uterus, bukan tumor adneksa.

Dianosa dapat ditunjang dengan USG

b. Kehamilan uterus gravidus , Pada kehamilan terdengar BJA, teraba

ballotement dan bagian-bagian janin dan test HCG positif.

Pada mioma submukosa yang dilahirkan diagnosa bandingnya adalah :

a. Inversio uteri

Pada mioma intramural, diagnosa bandingnya adalah :

a. Adenomios

b. Khoriokarsinoma

c. Karsinoma korporis uteri atau sarcoma uteri

Diagnosis banding lain :

1. Retensio urine

Pada palpasi, vesika urine yang penuh dapat diduga sebagai suatu myoma. Untuk

menyingkirkan dugaan tersebut maka sebelum pemeriksaan, vesika urin harus

dikosongkan terlebih dahulu

2. Polip serviks

Page 19: REFERAT LEIOMIOMA

19

Polip serviks ini biasanya berukuran besar dan rapuh, mudah berdarah dengan

sentuhan yang ringan.

3. Mioma servikal

Merupakan mioma intramural yang terdapat di daerah serviks uteri. Mioma ini

tidak memiliki tangkai seperti pada mioma geburt.

PENATALAKSANAAN

A. Konservatif

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi

harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12

minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil

tindakan operasi.

Dalam hal ini sangat diperlukan pemeriksaan secara tepat dan berkala mengenai rasa

nyeri, tekanan, dan besarnya myoma.

Pemeriksaan Bimanual harus dilakukan tiap 3- 6 bulan untuk menentukan

pembesaran uterus dan perkembangan dari myoma. Setelah ditentukan bahwa

perkembangan uterus stabil, kemudian dapat dilakukan pemeriksaan berkala tiap

tahunnya.

Biopsy Endometrium diindikasikan pada pasien dengan perdarahan massif.

Harus dipastikan dengan pemeriksaan darah rutin, karena anemia defisiensi besi

sering ditemukan pada pasien dengan menoragia, dan preparat besi dianjurkan

untuk mengganti kehilangan yang berkaitan dengan perdarahan uterus.

NSAIDs (Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs) menghambat sintesis dari

prostaglandin, yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah darah haid.

B. Terapi medikamentosa

Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri

secara menetap belum tersedia padasaat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan

terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.

Page 20: REFERAT LEIOMIOMA

20

Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH,

progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen

lain (gossipol,amantadine).

1. GnRH analog

Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan mioma uteri

yang diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan, ditemukan pengurangan

volume uterus rata-rata 67% pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus

sebesar 20% dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma

sebanyak 80%.18,19

Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya

menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah

menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioama uteri

memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian GnRHa.4,15

Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling

rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan pemberian pengobatan

medikamentosa dengan GnRHa adalah:

- Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.

- Mengurangi anemia akibat perdarahan.

- Mengurangi perdarahan pada saat operasi.

- Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.

- Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.

- Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi.

Page 21: REFERAT LEIOMIOMA

21

2. Progesteron

Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada

pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg

perhari selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi tablet 200 mg, dan pengobatan

ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini.

3. Danazol

Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis substansial

didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar 20-25%

dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi androgenik. Tamaya,

dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma terjadi peningkatan aktifitas 5-

reduktase pada miometrium dibandingkan endometrium normal. Mioma uteri

memiliki aktifitas aromatase yang tinggi dapat membentuk estrogen dari

androgen.

4. Gestrinon

Merupakan suatu trienik 19-nonsteroid sintetik, juga dikenal dengan R 2323 yang

terbukti efektif dalam mengobati endometriosis. Menurut Coutinho(1986),

melaporkan 97 wanita, A(n=34) menerima 5 mg gestrinon peroral 2x seminggu,

kelompok B(n=36) menerima 2,5 mg gestrinon peroral 2x seminggu, dan

kelompok C(n=27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginam 3x seminggu. Data

Page 22: REFERAT LEIOMIOMA

22

masing-masing dievaluasi setelah 4 bulan didapatkan volume uterus berkurang

18% pada kelompok A, 27% pada kelompok B, tetapi pada kelompok C

meningkat 5%. Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95% pasien

amenore, Coutinho menyarankan penggunaan gestrinon sebagai terapi preoperatif

untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan dengan

mioma uteri.

5. Tamoksifen

Merupakan turunan trifeniletilen yang mempunyai khasiat estrgenik maupun

antiestrogenik, dan dikenal sebagai “selective estrogen receptor modulator”

(SERM). Beberapa peneliti melaporkan pada pemberian tamoksifen 20 mg tablet

perhari untuk 6 wanita premenopause dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana

volume mioma tidak berubah, dimana kerjanya konsentrasi reseptor estradiol total

secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar

progesteron bila diberikan berkelanjutan.11

6. Goserelin

Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan

sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Pada pemberian

goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat

menghilangkan gejala menoragia dan nyeri pelvis. Pada wanita premenopause

dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan

histerektomi terutama menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram

3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram

sehari sekali dengan cara pemberian injeksi subkutan.

Page 23: REFERAT LEIOMIOMA

23

Page 24: REFERAT LEIOMIOMA

24

Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang signifikan

disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh efek samping

berupa keringat dingin. Pemberian dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi

estrogen tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit

diterima. Peneliti mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan

goserelin dikombinasi dengan HRT (estrogen konjugasi 0,3 mg) dan

medroksiprogesteron asetat 5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti

adalah volume mioma uteri, keluhan pasien, corak perdarahan kandungan mineral,

dan fraksi kolesterol. Kadar HDL kolesterol meningkat selama pengobatan,

sedangkan plasma trigliserid meningkat selama pemberian terapi.11

7. Antiprostaglandin

Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan menoragia,

dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk menoragia yang

diinduksi oleh mioma uteri.

Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian Naproxen 500-1000 mg setiap

hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi

mioma, meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7% wanita

dengan menoragia idiopatik.

C. Embolisasi Arteri Uterina

Suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara

memasukkan agen emboli ke arteri uterina. Dewasa ini embolisasi arteri uterina

pada pasien yang menjalani pembedahan mioma. Arteri uterina yang mensuplai

aliran darah ke mioma dihambat secara permanen dengan agen emboli (partikel

Page 25: REFERAT LEIOMIOMA

25

polivynil alkohol). Keamanan dan kemudahan embolisasi arteri uterina tidak

dapat dipungkiri, karena tindakan ini efektif.

Proses embolisasi menggunakan angiografi digital substraksi dan dibantu

fluoroskopi. Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh darah atau

memperlihatkan ekstrvasasi darah secara tepat.23 Agen emboli yang digunakan

adalah polivinyl alkohol adalah partikel plastik dengan ukuran yang bervariasi.

Katz dkk memakai gel form sebagai agen emboli untuk embolisasi arteri uterina.

Tingkat keberhasilan penatalaksanaan mioma uteri dengan embolisasi adalah 85-

90%.

D. Bedah

1. Indikasi. Terapi pembedahan dipilih apabila sudah tidak ada respons dengan

manajemen konservatif.

- Perdarahan Masif, yang sangat mengganggu aktifitas sehari- hari, atau dapat

menimbulkan keadaan anemia dan nyeri panggul yang kronis serta gejala- gejala

yang timbul akibat penekanan myoma.

- Protrusi dari myoma submukosa yang bertangkai dan keluar melalui cerviks.

- Pertumbuhan yang cepat pada tiap umur, karena hal ini dapat merupakan tanda

keganasan.

- Pasien dengan infertilitas, setelah penyebab lain dari infertilitas sudah

disingkirkan dan sudah diusahakan semua pengobatan. Dan apabila

memungkinkan lokasi dan ukuran myoma dapat menyebabkan infertilitas.

- Pembesaran uterus (lebih dari besar uterus pada kehamilan 12 minggu) pada

pasien tanpa keluhan apapun.

- Hidronephrosis atau gangguan fungsi ginjal, yang terlihat melalui USG

maupun pyelografi.

2. Prosedur pembedahan

Page 26: REFERAT LEIOMIOMA

26

Tipe pembedahan sangat tergantung dari usia, keluhan, besar dan letak tumor, dan

keinginan pasien mengenai keturunannya.

a) Miomektomi 3,4,6

Adalah tindakan pengangkatan mioma saja dengan tetap memelihara rahim.

Biasanya dilakukan untuk memelihara kesuburan, pada wanita yang masih ingin

memiliki keturunan. Terdapat 80% perbaikan gejala, 15% mengatakan kekambuhan

gejala, dan 10% membutuhkan pengobatan tambahan.

Pembedahan histeroskopi sangat bermanfaat pada myoma submukosa, 20%

pasien membutuhkan therapy tambahan dalam 5- 10 tahun

Faktor resiko miomektomi abdominal yaitu terjadinya perdarahan selama

operasi, yang dapat memperlama waktu operasi, dan meningkatkan

kemungkinan terjadinya perdarahan post operasi jika dibandingkan dengan

histerektomi.

Kekambuhan setelah miomektomi tergantung dari ras (meningkat pada

Afrika- amerika), usia pasien, dan pada kasus myoma yang cukup sulit.

Pernah dilaporkan 10 tahun angka kekambuhan berkisar 5- 30%.

Pada miomektomi abdominal, dengan membuka cavum uteri untuk

memindahkan mioma intramural maupun mioma submukosa dengan tuntas.

Untuk kehamilan berikutnya, diindikasikan untuk dilakukan Caesar.

Timbulnya kehamilan setelah miomektomi pada infertilitas atau pada abortus

yang berulang dilaporkan sekitar 40%.

Indikasi pada myomektomi laparaskopi sama dengan miomektomi abdominal.

Dengan miomektomi laparaskopi dapat memperpendek waktu penyembuhan

dan mengurangi perlekatan pada rongga panggul setelah operasi.

Miolisis laparaskopi (menggunakan laser) dan cryomyolisis (menggunakan

pemeriksaan dengan suhu 1800C) dapat mengurangi ukuran dari mioma dan

cukup menjanjikan.

Page 27: REFERAT LEIOMIOMA

27

Gambar 7. Myomektomi Laparaskopi

b) Histerektomi

Dengan histerektomi, baik myoma maupun penyakit yang berhubungan

dihilangkan secara permanen, sehingga tidak ada resiko kekambuhan.

Pada pasien dengan perdarahan abnormal yang disebabkan selain karena siklus

anovulatori, harus ditherapi terlebih dahulu sebelum dilakukan histerektomi.

Biopsy dari endometrium sangat penting dilakukan sebelum histerektomi untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya keganasan endometrium.

Aspek medis maupun psikologis pasien harus di evaluasi sebelum dilakukan

pembedahan.

Ovarium tidak perlu diangkat pada wanita usia kurang dari 40-45 tahun. Karena

efek jangka panjang tidak adanya estrogen, dapat menyebabkan osteoporosis dan

gangguan kardiovaskular.

Gambar 8. Histerektomi

Page 28: REFERAT LEIOMIOMA

28

KOMPLIKASI

Degenerasi ganas

Myoma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari

seluruh myoma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan

umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.

Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila

terjadi pembesaran sarang myoma dalam menopause.

Torsi (putaran tangkai)

Sarang myoma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi

akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

Komplikasi lain

Perdarahan, anemia, perlekatan pasca miomektomi, dapat terjadinya ruptur uteri

(apabila pasien hamil post miomektomi).

Page 29: REFERAT LEIOMIOMA

29

BAB III

KESIMPULAN

Myoma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling sering ditemukan.

Diperkirakan bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun penderita myoma uteri walaupun

tidak disertai gejala-gejala atau sekitar 20-25% terdapat pada wanita usia reproduktif dan 3-9

kali lebih banyak terdapat pada wanita berkulit hitam daripada berkulit putih. Di Indonesia

myoma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.

Menurut posisi myoma terhadap lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3: myoma

submukosa, myoma intramural/interstitial, myoma subserosa/subperitonal dan ,myoma

intraligamenter. Terdapat perubahan sekunder pada myoma uteri, yaitu Atrofi, degenerasi

hialin, degenerasi kistik, degenerasi membatu (calcareous degeneration), degenerasi merah

(carneous degeneration), degenerasi lemak, Infeksi, Degenerasi mukoid, Degenerasi

malignansi/Sarcomatosa/Ganas. Etiologi pada myoma masih berupa teori- teori saja, yaitu

berdasarkan sitogenetik, hormonal, dan faktor- faktor lainnya. Gejala-gejala myoma uteri

sebagai berikut : Perdarahan yang abnormal, nyeri, akibat tekanan, tumor/massa di perut

bawah, infertilitas, abortus. Penentuan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik seperti

pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan panggul, selain itu juga ditunjang oleh pemeriksaan

seperti USG, Histeroskopi atau histerosalfingography. Diagnosis banding pada myoma

subserosa, adalah : tumor ovarium yang solid, kehamilan uterus gravidus; pada myoma

submukosa yang dilahirkan diagnosa bandingnya yaitu inversio uteri; pada myoma intramural

diagnosa bandingnya yaitu: adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau

sarcoma uteri.

Therapy terhadap myoma dapat secara bedah dan non bedah. Hal ini tergantung dari gejala

penyakit, status fertilitas, ukuran uterus, dan perkembangan uterus. Tidak semua mioma uteri

memerlukan pengobatan bedah, 55 % dari semua myoma uteri tidak membutuhkan suatu

pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila myoma itu masih kecil dan tidak

menimbulkan gangguan atau keluhan. Pada therapy non bedah bisa dilakukan manajemen

ekspektatif seperti biopsy, penggunaan NSAID’s, preparat kontrasepsi dosis rendah; therapy

GnRH agonis, LNG IUD; pada therapy bedah dapat dilakukan myomektomi, histerektomi

dan embolisasi arteri uterine.

Page 30: REFERAT LEIOMIOMA

30

Komplikasi dapat terjadi degenerasi ganas, torsi (putaran tangkai), dan komplikasi

lain seperti perdarahan, anemia, perlekatan paca myomektomi, dapat terjadinya ruptur uteri

(apabila pasien hamil post myomektomi).

Telah lama diyakini bahwa myoma dapat menimbulkan masalah pada kehamilan

akibat terjadinya peningkatan ukuran myoma. Hal ini disebabkan oleh karena myoma

mengandung reseptor estrogen sehingga diduga akan membesar seiring dengan kehamilan

akibat adanya peningkatan estrogen selama kehamilan. Persalinan dengan myoma uteri

terdapat beberapa masalah yang harus diperhatikan. Timbulnya malpresentasi, terhalangnya

jalan lahir, perdarahan post partum, dan rupture uteri setelah dilakukannya myomektomi.