Referat KPD

35
1 BAB I PENDAHULUAN Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Menurut Profil Kesehatan Indonesia, 2005, salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab yang paling sering terjadi pada saat mendekati persalinan. Kejadian KPD mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%. Kemungkinan infeksi ini dapat berasal dari dalam rahim (intrauterine), biasanya infeksi sudah terjadi tetapi ibu belum merasakan adanya infeksi misalnya kejadian ketuban pecah dini. Hal ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnya. Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan. Beberapa penulis mendefinisikan KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum

description

kebidanan

Transcript of Referat KPD

Page 1: Referat KPD

1

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, angka

kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang

ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Menurut Profil Kesehatan Indonesia, 2005, salah

satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000

kelahiran hidup. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab yang paling sering terjadi pada

saat mendekati persalinan. Kejadian KPD mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur

kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%. Kemungkinan infeksi ini dapat

berasal dari dalam rahim (intrauterine), biasanya infeksi sudah terjadi tetapi ibu belum

merasakan adanya infeksi misalnya kejadian ketuban pecah dini. Hal ini dapat menyebabkan

morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnya.

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban

pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan.

Beberapa penulis mendefinisikan KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti

tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1

jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks

pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada primigravida kurang dari 3

cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm.

Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya

selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika ketuban pecah sebelum umur

kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan preterm atau preterm premature

rupture of the membranes (PPROM).

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya membran korioamnion sebelum inpartu. Periode

laten adalah jarak antara pecahnya ketuban dan inpartu. Tidak ada kesepakatan tentang lamanya

jarak antara pecahnya ketuban dan inpartu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa KPD.

Page 2: Referat KPD

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan

yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu.

Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan

berlangsung. Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of the membrane

(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi

kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

2. 2 Etiologi

Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui

dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang

berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.

Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah:

Faktor Umum

Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina

atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan

infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini. Membrana khorioamniotik terdiri dari

jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan

akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik.

Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm dengan ketuban pecah

dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis.

Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis adalah

bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri-

bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal

ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban.

Faktor umum yang lain adalah keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya

Page 3: Referat KPD

3

kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia

trachomatis dan Neischeria gonorhoe.

Faktor obstetrik

Servik yang inkompetensia, serviks konisiasi, serviks menjadi pendek. Kelainan pada

serviks yang disebabkan oleh pemakaian alat-alat seperti aborsi terapeutik, loop electrosurgical

excision procedure (LEEP) yang tujuannya untuk mengobati displasia serviks serta diagnosa dini

kanker serviks dan sebagainya. Kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada

servik uteri (akibat persalinan, kuretase). Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus) misalnya tumor, hidramnion, gemelli.cKelainan letak misalnya lintang,

sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat

menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

Faktor keturunan

Faktor keturunan berlaku jika ada kelainan genetik dan berlaku defisiensi vitamin C dan

ion Cuprum (Cu) dalam serum.

Faktor lain

Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD.

Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis

menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. Faktor golongan darah yaitu,

akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan

termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban. Faktor lain yaitu:

Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.

Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.

Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C.

Prosedur medis.

Usia ibu hamil yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari ibu yang

lebih muda. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan dan peningkatan berat badan yang

sedikit sewaktu kehamilan juga merupakan antara etiologi KPD.

Page 4: Referat KPD

4

Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm:

kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)

riwayat persalinan preterm sebelumnya

perdarahan pervaginam

pH vagina di atas 4.5

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.

flora vagina abnormal

fibronectin > 50 ng/ml

kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress

psikologis

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumnya

Trauma

servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia

kehamilan 23 minggu

Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Faktor-faktor yang dihubungkan dengan partus preterm:

iatrogenik : hygiene kurang (terutama), tindakan traumatik

maternal : penyakit sistemik, patologi organ reproduksi atau pelvis, pre-eklampsia,

trauma, konsumsi alkohol atau obat2 terlarang, infeksi intraamnion subklinik,

korioamnionitis klinik, inkompetensia serviks, servisitis/vaginitis akut, Ketuban Pecah

pada usia kehamilan preterm.

fetal : malformasi janin, kehamilan multipel, hidrops fetalis, pertumbuhan janin

terhambat, gawat janin, kematian janin.

cairan amnion : oligohidramnion dengan selaput ketuban utuh, ketuban pecah pada

preterm, infeksi intraamnion, korioamnionitis klinik.

placenta : solutio placenta, placenta praevia (kehamilan 35 minggu atau lebih), sinus

maginalis, chorioangioma, vasa praevia.

Page 5: Referat KPD

5

uterus : malformasi uterus, overdistensi akut, mioma besar, desiduositis, aktifitas uterus

idiopatik

Beberapa faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini:

Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-

penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama

dengan hipermotilitas rahim ini.

Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban )

Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis )

Factor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi,

cervix incompetent dan lain-lain.

Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

2.3 Epidemiologi

Dalam keadaan normal, 8 hingga 10% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban

Pecah Dini. Ketuban Pecah Dini Prematur pula terjadi pada 1% kehamilan. Mengikut referensi

Ilmu Kebidanan, kejadian Ketuban Pecah Dini pada umur kehamilan sebelum 34 minggu,

kejadiannya sekitar 4%. Dikemukan bahwa kejadian ketuban pecah dini, 5 % diantaranya segera

diikuti oleh persalinan dalam 5-6 jam, sekitar 95 % diikuti oleh persalinan dalam 7-95 jam, dan

selebihnya memerlukan tindakan konservatif atau aktif dengan menginduksi persalinan atau

operatif.

Menurut jurnal Acta Medice Iranica 2003, berlaku perbedaan insiden mengikut ras yaitu,

berlaku peningkatan drastic pada wanita kulit hitam yaitu dari 5.1% ke 12.5% dan pada wanita

kulit putih dari 1.5% menjadi 2.2%. Sosioekonomi rendah belum dapat dijadikan parameter yang

mempengaruhi Ketuban Pecah Dini. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per

100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai

sebab. Antaranya, 65% adalah disebabkan komplikasi dari Ketuban Pecah Dini.

Page 6: Referat KPD

6

2.4 Gejala Klinis

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air

ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes

atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala

janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk

sementara.

Manifestasi klinis infeksi

2.5 Patofisiologi

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500 cc. Air ketuban

berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak alkalis atau

netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik,

kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein

kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.

Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah

janin sudah punyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa

permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk

berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak

sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan

mekonium. Asal air ketuban dari (1) kencing janin (fetal urin), (2) transudasi dari darah ibu, (3)

sekresi dari epitel amnion dan (4) asal campuran (mixed origin).

- Febris di atas 38oC, Nyeri abdomen, nyeri tekan uterus

- Ibu takikardia (>100 denyut per menit)

- Fetal takikardia (>160 denyut per menit)

- Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau

- Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3)

Page 7: Referat KPD

7

Fungsi air ketuban adalah:

Untuk proteksi janin.

Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.

Agar janin dapat bergerak dengan bebas.

Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.

Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang

kemudian dikeluarkan melalui kencing janin.

Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.

Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-

500 cc.

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan

peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan

biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh.

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan

struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan

menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktro resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah

berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam

askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi

kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan

spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1). Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara

MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitikdari matriks ekstraseluler dan membrane

janin.Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit

periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.5

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga, selaput ketuban

mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran

uterus, kontraksi rahim dan geakan janin. Pada trisemster terkhir terjadi perubahan biokimia pada

selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban

pecah dini premature sering terjadi pada polihiramnion, inkompetens serviks, dan solusio

Page 8: Referat KPD

8

plasenta. Selain itu, faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini adalah factor

eksternal misalnya infeksi.5

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen

matriks ektraseluler amnion, kotion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua

bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi, dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi

mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas

“matriks degrading enzyme”.

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan

trofoblas.Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi

interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan

aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi

depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah

dan mudah pecah spontan.

Patofisiologi pada infeksi intrapartum :

Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara

ruang intraamnion dengan dunia luar.

Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran

infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.

Page 9: Referat KPD

9

Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui

plasenta (sirkulasi fetomaternal).

Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang

terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini perlu

mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas neonatal yang berhubungan dengan

persalinan dan risiko infeksi terhadap ibu dan janin.

Hal yang segera harus dilakukan dalam penanganan ketuban pecah dini adalah ;

Pastikan diagnosis

Tentukan umur kehamilan

Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal dan janin

Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin.

Dalam menghadapi ketuban pecah dini, harus dipertimbangkan beberapa hal berikut ;

1) Fase laten :

Lamanya sejak ketuban pecah sampai terjadinya proses persalinan.

Semakin panjang fase laten, semakin besar kemungkinan terjadinya infeksi.

Mata rantai infeksi merupakan ascendens infeksi, antara lain ;

- Korioamnionitis:

Abdomen terasa tegang

Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis

Protein c reaktif meningkat

Kultur cairan amnion positif.

- Desiduitis : infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.

Page 10: Referat KPD

10

2) Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang mempunyai program

untuk mengukur BB janin. Semakin BB janin semakin besar kemungkinan kematian dan

kesakitan sehingga tindakan terminasi memerlukan pertimbangan keluarga.

3) Presentasi janin intrauteri

Presentasi janin merupakan penunjukuntuk melakukan terminasi kehamilan.Pada letak

lintang atau bokong, harus dilakukan dengan jalan seksio sesarea.Pertimbangan komplikasi

dan resiko yang akan dihadapi janin dan maternal terhadap tindakan terminasi.

4) Usia kehamilan

Makin muda kehamilan antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk

mempertahankan janin hingga lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi

akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal.

Medika Mentosa

Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal pasca

ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan risiko terjadinya sindrom distress

pernafasan ( 20 – 35,4% ), hemoragi intraventrikular ( 7,5 – 15,9% ), enterokolitis nekrotikans

(0,8 – 4,6%). Rekomendasi sebagian besar menggunakan betamethason (celestone)

intramuscular 12 mg setiap 24 jam selama 2 hari. National Institute of Health

merekomendasikan pemberian kortikosteroid sebelum masa gestasi 30 – 23 minggu, dengan

asumsi viabilitas fetus dan tidak ada infeksi intra amniotik. Pemberian kortikosteroid setelah

masa gestasi 34 minggu masih controversial dan tidak direkomendasikan kecuali ada bukti

immaturitas paru melalui pemeriksaan amniosentesis.

Antibiotik

Pemberian antibiotic pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi neonatal dan

memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang digunakan meliputi ampisilin 2 gram

Page 11: Referat KPD

11

dengan kombinasi eritromisin 250 mg setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian amoksisilin

250 mg dan eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk lima hari. Pasien yang mendapat kombinasi

ini dimungkinkan dapat mempertahankna kandungan selama 3 minggu setelah penghentian

pemberian antibiotik setelah 7 hari.

Tabel Penggunaan Antibiotik Bagi Menangani Ketuban Pecah Dini.

KETUBAN PECAH ≥ 37 MINGGU

INFEKSI NON-INFEKSI INFEKSI NON-INFEKSI

Penisilin

Gentamisin

Metronidazol

Lahirkan bayi

Amoksilin +

Eritromisin

untuk 7 hari

Steroid untuk

pematangan

paru

Penisilin

Gentamisin

Metronidazol

Lahirkan bayi

Lahirkan bayi

Berikan

penisilin atau

ampisilin

Antibiotik setelah persalinan

PROFILAKSIS INFEKSI NON-INFEKSI

Stop antibiotik Lanjutkan untuk 24-48 jam

setelah bebas panas

Tidak perlu antibiotik

Agen Tokolitik

Pemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi namun tidak

memperbaiki luaran neonatal.Tidak banyak data yang tersedia mengenai pemakaian agen

tokolitik untuk ketuban pecah dini.Pemberian agen tokolitik jangka panjang tidak diperkenankan

dan hingga kini masih menunggu hasil penelitian lebih jauh.

TatalaksanaKetuban Pecah Dini

Kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan pada ketuban pecah dini :

Konservatif

Page 12: Referat KPD

12

Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa kehamilan dapat

diperpanjang. Tirah baring ini juga dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotic sebagai

profilaksis (mencegah infeksi). Antibiotic yang dianjurkan :

Ampicillin (untuk infeksi Streptococcus β ) : 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan

ampicillin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

Eritrosin dosis tinggi (untuk infeksi Clamydia trachomatis, ureoplasma, dan lainnya) .

Bahaya menunggu terlalu lama adalah kemungkinan infeksi semakin meningkat sehingga

terpaksa harus dilakukan terminasi.

Tatalaksana aktif

Dilakukan untuk memperpanjang usia kehamilan dengan pemberian kombinasi :

Kortikosteroid untuk pematangan paru (Betametazon IM 12 mg 24 jam atau

deksametazon IM 6 mg 12 jam selama 2 hari)

Tokolitik untuk mengurangi atau menghambat kontraksi uterus, dapat diberikan :

- Β – Sympathomimetic : Ritodrine

- Magnesium sulfat

- Indometacin

- Nifedipine : Epilate

- Atosiban : Tractocile

Antibiotic untuk profilaksis infeksi (mengurangi peranan infeksi sebagai pemicu

terjadinya proses persalinan)

Tindakan tatalaksana aktif juga tidak terlalu banyak meningkatkan maturitas janin dan

paru.Dalam keadaan terpaksa harus dilakukan terminasi kehamilan untuk menyelamatkan janin

dan maternal.

Dalam menunda persalinan ini, ada lima criteria yang dapat dipertimbangkan :

Usia kehamilan < 26 minggu. Sulit mempertahankan kehamilan sampai aterm atau

sampai usia kehamilan sekitar 34 minggu. Bahaya infeksi dan oligohiramnion akan

Page 13: Referat KPD

13

menimbulkan masalah pada janin. Bayi dengan usia kehamilan kurang dari 26 minggu

sulit untuk hidup dan beradaptasi di luar kandungan.

Usia kehamilan 26 - 31 minggu. Persoalan tentang sikap dan komplikasi masih sama

dengan usia kandungan < 26 minggu. Namun pada rumah sakit yang sudah maju,

dimungkinkan adanya perawatan intensif neonatus. Pertolongan bayi dengan berat <

2.000 gram dianjurkan dengan seksio sesarea.

Usia kehamilan 31 - 33 minggu. Dilakukan amniosintesis untuk menetukan kematangan

paru, atau test busa (bubble test). Memperhatikan kemungkinan infeksi intrauteri. Bayi

dengan berat > 2.000 gram sangat mungkin ditolong.

Usia kehamilan 34 - 36 minggu. BB janin sangat baik sehingga dapat dilakukan induksi

persalinan atau seksio sesarea.

Usia kehamilan > 36 minggu. Sudah dianggap aterm sehingga dapat hidup diluar

kandungan dan selamat.Kehamilan pada usia ini dapat di induksi dengan oksitosin. Bila

gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 – 50 µg intravaginal setiap 6

jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotic dosis tinggi dan

persalinan diakhiri.

- Bila pembukaan / skor pelviks < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.

- Bila pembukaan / skor pelviks > 5, induksi persalinan5.

Tatalaksana agresif

Tidakan agresif dilakukan bila ada indikasi vital sehingga tidak dapat ditunda karena

mengancam kehidupan janin atau maternal. Indikasi vital yang dimaksudkan yaitu :

Infeksi intrauteri

Solution plasenta

Gawat janin

Prolaps tali pusat

Evaluasi detak janin dengan KTG menunjukkan hasil gawat janin atau redup

BB janin cukup viable untuk beradaptasi di luar kandungan.

Page 14: Referat KPD

14

Pemilihan ketiga sikap diatas sangat sulit bila pada ketuban pecah dini, janin masih

premature. Keadaan janin yang premature akan menghadapi berbagai kendala umum akibat

ketidakmampuannya beradaptasi dengan kehidupan diluar kandungan. Hal ini diakibatkan organ

vital yang belum siap untuk menghadpi situasi yang sangat berbeda dengan keadaan intrauteri

sehingga menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau

petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit

Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar

Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan

seksual atau mandi berendam

Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur

Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri

Skema di bawah menunjukkan tatalaksana untuk Ketuban Pecah Dini Prematur dan Aterm.

Page 15: Referat KPD

15

Page 16: Referat KPD

16

Page 17: Referat KPD

17

2.7 Komplikasi

Komplikasi timbul pada Ketuban Pecah Dini ini tergantung pada usia kehamilan. Ia dapat

terjadi infeksi maternal ataupon neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali

pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal.

Persalinan Prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung

umur kehamilan.

Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.

Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24 jam.

Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi

korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi

korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering

daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat

sebanding dengan lamanya periode laten.

Komplikasi Ibu:

- Endometritis

- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)

- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak)

- Syok septik sampai kematian ibu.

Komplikasi Janin

- Asfiksia janin

- Sepsis perinatal sampai kematian janin.

Page 18: Referat KPD

18

Hipoksia dan Asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi

asfiksia atau hipoksia.Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan oligohidramnion,

semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Penekanan tali pusat (Prolapsus)

Gawat janin, kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau

letak lintang), trauma pada waktu lahir dan prematur.

Gambar .Prolapsus Tali Pusat.

Sindrom Deformitas Janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,

kelainan disebabkan oelh kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonary.5

Tabel . Komplikasi Maternal dan Perinatal.

Komplikas

i

Bentuk Keterangan

Maternal *Antepartum

-Korioamnionitis 30-60%

-Solusio plasenta

*Intrapartum

*Sepsis jarang terjadi

karena pemberian

antibiotic dan resusitasi

Page 19: Referat KPD

19

-Trauma persalinan akibat induksi/operatif.

*Kemungkinan retensio dari plasenta

*Postpartum

-Trauma tindakan operatif

-Infeksi masa nifas

-Perdarahan postpartum.

*Trauma tindakan operasi

-Trias komplikasi :

^ Infeksi

^ Trauma tindakan

^ Perdarahan

Neonatus *Semakin muda usia kehamilan dan semakin

rendah berat badan janin, maka komplikasi makin

berat.

*Komplikasi akibat prematuritas;

-mudah infeksi

-mudah terjadi trauma akibat tindakan persalinan

-mudah terjadi aspirasi air ketuban dan

menimbulkan asfiksia sehingga menyebabkan

kematian.

*Komplikasi postpartum;

-Penyakit Respiratory Distress Syndrome (RDS)

atau hialin membrane

-Hipoplasia paru dengan akibatnya

-Tidak tahan terhadap hipotermia.

-Sering terjadi hipoglikemia

-Gangguan fungsi alat vital.

*Komplikasi akibat oligohidramnion;

-Gangguan tumbuh kembang yang menyebabkan

deformitas.

-Gangguan sirkulasi retroplasenta yang

*Kejadian komplikasi

yang diindikasikan untuk

terminasi kehamilan;

-Prolaps tali pusat

-Infeksi intrauteri

-Solusio plasenta

*Untuk membuktikan

terjadi infeksi intrauteri

dapat dilakukan

amniosentesis dengan

tujuan untuk;

-kultur cairan amnion

-pemeriksaan glukosa

-alfa fetoprotein

-fibronektin

*Upaya untuk tirah baring

dan pemberian antibiotic

dapat memperpanjang

Page 20: Referat KPD

20

menimbulkan asidosis dan asfiksia.

-Retraksi otot uterus yang menimbulkan solusio

plasenta.

*Komplikasi akibat ketuban pecah;

-Prolaps bagian janin terutama tali pusat dengan

akibatnya.

-Mudah terjadi infeksi intrauteri dan neonatus.

usia kehamilan supaya

berat badan janinnya lebih

besar dan lebih mamput

untuk hidup di luar

kandungan.

2.8 Preventif

Pencegahan primer

Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini, dianjurkan bagi ibu hamil untuk

mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal trimester ke tiga, serta tidak

melakukan kegiatan yang membahayakan kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus

dinasihatkan supaya berhenti merokok dan mengambil alkohol. Berat badan ibu sebelum

kehamilan juga harus cukup mengikut Indeks Massa Tubuh (IMT) supaya tidak berlaku mana-

mana komplikasi. Selain itu, pasangan juga dinasihatkan supaya menghentikan koitus pada

trimester akhir kehamilan bila ada faktor predisposisi.

Pencegahan sekunder

Mencegah infeksi intrapartum dengan;

Antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg, ampicillin iv 4 x 1 mg, amoxicillin

iv 3 x 1 mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta IU, metronidazol drip.

Pemberian kortikosteroid : kontroversi. Di satu pihak dapat memperburuk keadaan ibu

karena menurunkan imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin

(surfaktan). Di RSCM diberikan, bersama dengan antibiotika spektrum luas. Hasil cukup baik.

Page 21: Referat KPD

21

2.9 Prognosis

Prognosis pada ketuban pecah dini sangat variatif tergantung pada :

Usia kehamilan

Adanya infeksi / sepsis

Factor resiko / penyebab

Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan

Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit

bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu

mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.

Page 22: Referat KPD

22

BAB III

PENUTUP

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia

luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Ukuran keberhasilan suatu pelayanan

kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan

dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah dini

merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran

prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan infeksi pada

ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah

dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka

dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan

ketat.

KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan

mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian

perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan

kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang

sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif . Dilema

sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada

kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan,

sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya

infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan

dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.

Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban

yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak

adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen

yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan

pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk

Page 23: Referat KPD

23

mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau

prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering

timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom

(RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.

Penatalaksanaan yang optimal harus mempertimbangkan 2 hal tersebut di atas dan faktor-

faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun

tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada

panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat

menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

Page 24: Referat KPD

24

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar R. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif dan Obstetri

Sosial. Jilid I. Ed. II. Jakarta. EGC. 1998.p. 255-8.

2. Komite Medik RSUP DR.Sardjito, Ketuban Pecah Dini dalam Standar Pelayanan medis

RSUP DR. Sardjito, Buku I, Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta, 1999, hal : 32 – 33

3. Manuaba.I.B.G. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan Obstetri

Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta, 2001, hal : 221 – 225.

4. Jonathan G. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetrik dan Ginekologis. At a Glance

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik; alih bahasa, Artsiyanti D.; editor, Amalia S., Rina A..

Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007. Pp 32-5.

5. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. In Prawirohardjo S.(ed.) Ilmu Kebidanan. Bagian Ketiga:

Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir. Edisi Keempat. Cetakan Kedua.

Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. Pp 677-82.

6. American College of Obstetricians and Gynecologists. Premature rupture of membranes.

Clinical management guidelines for obstetrician-gynecologists. ACOG practice bulletin no.

1. Int J Gynaecol Obstet. 2008;63:75–84.

7. Reece, E.A MD at al; Clinical Obstetric The Fetus & Mother 3rd edition : “Prelabor rupture

of the mambranes”; Blackwell Publishing 2007; 1130 – 1173

8. DeCherney, AH. MD et al; LANGE Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &

Gynecology 10thedition : “Premature Rupture of Membranes”; McGraw-Hill 2007; 279 –

281.

9. Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar Kuliah

Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan. Ketuban Pecah Dini. Cetakan

Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp 456-60.

10. Kenneth J. Leveno,F. Gary Cunningham, Norman F. Gant, James M. Alexander, Steven L.

Bloom, Brian M. Casey, Jodi S. Dashe, Jeanne S. Sheffield, Nicole P. Yost. Obstetri

Williams Panduan Ringkas. Edisi 21. Jakarta ECG, 2009 ;h 469

Page 25: Referat KPD

25

11. Morgan G., Hamilton C. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Trans Syamsi R.M.,

Ketuban Pecah Dini (KPD). Kapoh R.P. Jakarta. Penerbit EGC. 2009. Pp 391-4.

12. Premature Rupture of Membrane. http://Scrib.com/ diunduh tanggal 1 Juni 2011.

13. Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of Membranes. Acta

Medica Iranica. [Online] 2003. Vol 41. No.3. Diunduh dari

http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf. Diunduh pada 6 September 2013.

14. Benzion Taber. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2001; h. 368-73.

15. Fortner, Kimberly B.; Szymanski, Linda M.; Fox, Harold E.; Wallach, Edward E. Preterm

Labor and Premature Rupture of Membranes. Johns Hopkins Manual of Gynecology and

Obstetrics ebooks. 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007.

16. Morgan G., Hamilton C. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Trans Syamsi R.M.,

Ketuban Pecah Dini (KPD). Kapoh R.P. Jakarta. Penerbit EGC. 2009. Pp 391-4.