REFERAT KARSINOMA NASOFARING

download REFERAT KARSINOMA NASOFARING

of 22

description

hj

Transcript of REFERAT KARSINOMA NASOFARING

REFERAT KARSINOMA NASOFARING

REFERAT KARSINOMA NASOFARINGDisusun oleh : Dewida Maulidatu S

Konsulen : dr. Edy Riyanto, Sp. THT-KLKanker Nasofaring Definisi adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.Karsinoma nasofaring merupakan kanker ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel squamosa (National Cancer Institude, 2009).

ANATOMI NASOFARING

Struktur penting yang ada di Nasopharing

Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari tuba auditivaTorus tubarius, penonjolan di atas ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan karena cartilago tuba auditivaTorus levatorius, penonjolan di bawah ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan karena musculus levator veli palatini.Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus tubariusPlica salpingopharingea, lipatan di belakang torus tubarius, merupakan penonjolan dari musculus salphingopharingeus yang berfungsi untuk membuka ostium faringeum tuba auditiva terutama ketika menguap atau menelan.

Recessus Pharingeus disebut juga fossa rossenmuller. Merupakan tempat predileksi Karsinoma Nasofaring.Tonsila pharingea, terletak di bagian superior nasopharynx. Disebut adenoid jika ada pembesaran. Sedangkan jika ada inflammasi disebut adenoiditis.Tonsila tuba, terdapat pada recessus pharingeus.Isthmus pharingeus merupakan suatu penyempitan di antara nasopharing dan oropharing karena musculus sphincterpalatopharingMusculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernama raffae pharingei

ETIOLOGI

GenetikVirusLingkungan

HISTOPATOLOGIKlasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO, hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu :Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi. (Averdi R, 2012).

GEJALA KLINISGejala Telingamendengung (Tinnitus) pendengaran menurun

Gejala hidungEpistaksisTerjadinya penyumbatan pada hidung

Gejala mataDiplopiaJulingKebutaan

Tumor sign :Pembesaran kelenjar limfa pada leher, merupakan tanda penyebaran atau metastase dekat secara limfogen dari karsinoma nasofaring.

Cranial sign :Gejala cranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai saraf-saraf kranialis.

Gejalanya antara lain :Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini merupakan metastase secara hematogen.Sensitibilitas derah pipi dan hidung berkurang.Kesukaran pada waktu menelan AfoniSindrom Jugular Jackson atau sindroma reptroparotidean mengenai N. IX, N. X, N. XI, N. XII. DIAGNOSIS1. Anamnesis2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan status generalis dan status lokalis.Pemeriksaan nasofaring:Rinoskopi posteriorNasofaringoskopi fiber/rigid

3. Pemeriksaan PenunjangCT-ScanPemeriksaan foto tengkorak potongan anteroposterior, lateral dan Waters menunjukan massa jaringan lunak di daerah nasofaring.Foto dasar tengkorak memperlihatkan destruksi atau erosi tulang di daerah fossa serebri media.Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal dan lain -lain dilakukan untuk mendeteksi metastasis Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi virus E-B nasofaringoskopi

STADIUMT = Tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya.

T0 : Tidak tampak tumorT1 : Tumor terbatas pada 1 lokasi di nasofaringT2 : Tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam rongga nasofaringT3 : Tumor meluas ke kavum nasi dan / atau orofaringT4 : Tumor meluas ke tengkorak dan / sudah mengenai saraf otakN = Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional

N0 : Tidak ada pembesaran kelenjarN1 : Terdapat pembesaran kelenjar homolateral yang masih dapat digerakkanN2 : Terdapat pembesaran kelenjar kontralateral / bilateral yang masih dapat digerakkanN3 : Terdapat pembesaran kelenjar baik homolateral, kontralateral atau bilateral, yang sudah melekat pada jaringan sekitar.

M = Metastase, menggambarkan metastase jauh

M0 : Tidak ada metastase jauhM1 : Terdapat metastase jauh.Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat ditentukan :

Stadium I : T1 N0 M0Stadium II : T2 N0 M0Stadium III : T3 N0 M0 T1,T2,T3 N1 M0Stadium IV : T4 N0,N1 M0 Tiap T N2,N3 M0Tiap T Tiap N M1

Menurut American Joint Committee Cancer tahun 1988, tumor staging dari nasofaring diklasifikasikan sebagai berikut :

Tis : Carcinoma in situT1 : Tumor yang terdapat pada satu sisi dari nasofaring atau tumor yang tak dapat dilihat, tetapi hanya dapat diketahui dari hasil biopsi.T2 : Tumor yang menyerang dua tempat, yaitu dinding postero-superior dan dinding lateral.T3 : Perluasan tumor sampai ke dalam rongga hidung atau orofaring.T4 : Tumor yang menjalar ke tengkorak kepala atau menyerang saraf kranial (atau keduanya) (Chan, 2002 dan Roenzin, 2007).

PENATALAKSANAANRADIOTERAPISampai saat ini pengobatan pilihan terhadap tumor ganas nasofaring adalah radiasi, karena kebanyakan tumor ini tipe anaplastik yang bersifat radiosensitif.

Tujuan Radioterapi

1. Radiasi KuratifSasaran radiasi adalah tumor primer, KGB leher dan supra klavikular. Dosis total radiasi yang diberikan adalah 6600-7000 rad dengan fraksi 200 rad, 5 x pemberian per minggu. Setelah dosis 4000 rad medulla spinalis di blok dan setelah 5000 rad lapangan penyinaran supraklavikular dikeluarkan.

2. Radiasi PaliatifDiberikan untuk metastasis tumor pada tulang dan kekambuhan lokal. Dosis radiasi untuk metastasis tulang 3000 rad dengan fraksi 300 rad, 5 x per minggu. Untuk kekambuhan lokal, lapangan radiasi terbatas pada daerah kambuh.

Daerah penyinaran

1. Seluruh nasofaring2. Seluruh sfenoid dan basis oksiput3. Sinus kavernosus4. Basis kranii, minimal luasnya 7 cm2 meliputi foramen ovale, kanalis karotikus dan foramen jugularis lateral.5. Setengah belakang kavum nasi6. Sinus etmoid posterior7. 1/3 posterior orbit8. 1/3 posterior sinus maksila9. Fossa pterygoidea10. Dinding lateral dan posterior faring setinggi fossa midtonsilar11. Kelenjar retrofaringeal12. Kelenjar servikalis bilateral termasuk jugular posterior, spinal aksesori dan supraklavikular.

teknik radioterapi1. Radiasi Eksterna / TeleterapiSumber sinar berupa aparat sinar-X atau radioisotop yang ditempatkan di luar tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi. Besar energi yang diserap oleh suatu tumor tergantung dari :

a. Besarnya energi yang dipancarkan oleh sumber energib. Jarak antara sumber energi dan tumorc. Kepadatan massa tumor.

Teleterapi umumnya diberikan secara fraksional dengan dosis 150-250 rad per kali, dalam 2-3 seri. Diantara seri 1-2 atau 2-3 diberi istirahat 1-2 minggu untuk pemulihan keadaan penderita sehingga radioterapi memerlukan waktu 4-6 minggu.

2. Radiasi Interna / BrachiterapiSumber energi ditaruh di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di dalam rongga tubuh. Ada beberapa jenis radiasi interna :a. Interstitialb. Intracavitair

3. IntravenaLarutan radioisotop disuntikkan ke dalam vena.

RESPON RADIASIPenilaian respon radiasi berdasarkan kriteria WHO :

- Complete Response : menghilangkan seluruh kelenjar getah bening yang besar.- Partial Response : pengecilan kelenjar getah bening sampai 50% atau lebih.- No Change : ukuran kelenjar getah bening yang menetap.- Progressive Disease : ukuran kelenjar getah bening membesar 25% atau lebih (Asroel,2002).

KOMPLIKASIKomplikasi diniBiasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah radioterapi, seperti :

Xerostomia - Mual-muntahMukositis AnoreksiDermatitis- Eritema

Komplikasi lanjutBiasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi, seperti :- Kontraktur- Gangguan pertumbuhan

KEMOTERAPIKemoterapi sebagai terapi tambahan pada karsinoma nasofaring ternyata dapat meningkatkan hasil terapi. Terutama diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh (Adlin, 2005).3. OperasiTindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi.Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain (Widjoseno, 2005)ImunoterapiDengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi (Guigay, 2006).

OPERASITindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.

IMUNOTERAPIDengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi (Guigay, 2006).

KESIMPULANKarsinoma nasofaring merupakan kanker ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel squamosa. Kejadian karsinoma nasofaring merupakan paling banyak di indonesia, penyebab nya adalah genetik, infeski virus EBV dan lingkungan. Penatalaksanaan karsinoma nasofaring dapat dilakukakn dengan radioterapi, kemoterapi, operasi dan imunoterapi.

TERIMAKASIH