REFERAT IMUNISASI

34
ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI Pendahuluan Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunologlobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan di metabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh imunologlobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik. 10 Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangnya 1

description

refreat

Transcript of REFERAT IMUNISASI

Page 1: REFERAT  IMUNISASI

ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Pendahuluan

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen

yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua

jenis kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar

tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada

janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian

suntikan imunologlobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan di

metabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah 28 hari, sedangkan

waktu paruh imunologlobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah

kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti

imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung

lebih lama karena adanya memori imunologik.10

Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang, dan menghilangnya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat

(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada

imunisasi cacar. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadii pada jenis

penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit

difteria.3,5,10

1

Page 2: REFERAT  IMUNISASI

JADWAL IMUNISASI REKOMENDASI IDAI

Jadwal Imunisasi IDAI secara berkala akan dievaluasi untuk

penyempumaan, berdasarkan pada hasil penelitian mengenai perubahan pola

penyakit, kebijakan Depkes/WHO, kebijakan global, dan pengadaan vaksin di

Indonesia.

Jadwal imunisasi tahun 2004 berbeda dengan jadwal vaksin terdahulu pada

interval DTP-l, 2, 3 dan polio l, 2, 3 serta interval hepatitis B ke-2 dan ke-3.

Perubahan ini dilakukan berdasarkan bukti bahwa pada interval pemberian

vaksin yang diperbaharui tersebut menghasilkan imunogenisitas yang

maksimal.

Jadwal baru ini mempermudah pada pemberian vaksin kombinasi, khususnya

vaksin kombinasi DTP dengan Hib (DTP/Hib).

Jadwal imunisasi Program Nasional Depkes tetap dapat dipergunakan bersama

jadwal imunisasi IDAI.2,8,10

Imunisasi yang diwajibkan (PPI)

Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, polio, hepatitis B, DTP, dan

campak.

BCG(Bacillus Calmette Guerine)

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

tuberkulosis.

Kontra indikasi:

Adanya penyakit kulit yang berat/menahun

seperti: eksin, furunkulosis dan sebagainya.

Mereka yang sedang menderita TBC.

Gambar

Vaksin BCG & pelarut

2

Page 3: REFERAT  IMUNISASI

Reaksi sesudah imunisasi BCG

1.Reaksi normal lokal

– 2 minggu :indurasi, eritema kemudian menjadi pustula

– 3 - 4 minggu :pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu

pengobatan)

– 8 - 12 minggu :ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm

2.Reaksi pada kelenjar

– Merupakan respon selular pertahanan tubuh

– Kadang terjadidi kel.axilla dan supraklavikula

– Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

– Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)

– Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan

Komplikasi

1. Abses ditempat suntikan

– Abses bersifat tenang (cold abses) sehingga tidak perlu terapi

– Abses matang aspirasi

2. Limfadenitis Supurativa

– Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi

– Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

– Bila telah matang di aspirasi

– Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan

Reaksi pada yang pernah tertular TBC:

• Koch phenomen-Reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah

imunisasi),4 - 6 minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan, dilakukan tes Tuberkulin (Mantoux):

• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC

• Menyuntikkan 0,1 ml PPD didaerah flexor lengan bawah secara intrakutan

• Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan

• Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan

3

Page 4: REFERAT  IMUNISASI

• < 5 mm :negatif

• 6 - 9 mm :meragukan

• > 10 mm :positif

• Test Mantoux (-) : Imunisasi

(+) :pemeriksaan TBC

• Meragukan: Ulang 2 minggu

Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk

mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG,

pada umur 0-l2 bulan, tetap disetujui.

Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml,

diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap

menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak

di tempat lain (bokong. paha), penyuntikan secara intradermal di daerah

deltoid lebih mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus

yang terbentuk tidak membantu struktur otot setempat (dibandingkan

pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior), dan sebagai tanda baku

untuk keperluan diagnosis apabi!a diperlukan.

Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena menfaatnya diragukan

mengingat (1) efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) sekitar 70% kasus

Tuberkulosis berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus

dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi

(23-36%) walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak.

Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG baru yang lebih efektif.

Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien

munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau

pada infeksi HIV).

Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji

tuberkulin terlebih dahulu.2,6,10,14,20

4

Page 5: REFERAT  IMUNISASI

Hepatitis B

Program vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebih

digalakkan, mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk

memutuskan rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.

Diskripsi:

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus yang telah

diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal

dari HbsAG yang dihasilkan dalam sel ragi

(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi

DNA rekombinan. (Vademecum Bio Forma Jan

2002)

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus

hepatitis B.

Kontra indikasi:

Hipersensitif terhadap komponen vaksi. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,

vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

Gambar

Kemasan VaksinHep B

5

Page 6: REFERAT  IMUNISASI

Efek Samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat

penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2

hari.

Jadwal imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat

paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko

transmisi maternal kurang lebih sebesar 45%.

Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hep B-1 (saat bayi

berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respons imun optimal interval

hepB-2 dan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka hepB-3

diberikan 2-5 bulan setelah hepB-2 yaitu pada umur 3-6 bulan.

Jadwal pemberian hepB-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAG

positif yaitu ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, ibu HbsAG

positif atau ibu HbsAG negatif.

Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1

monoivalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi

DTwP/HepB pada umur 2-3-4 bulan.

Hepatitis B saat bayi lahir

Baru lahir dari ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, hepB-1

harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada

umur 1 dan atara umur 3-6 bulan. Apabila semula status HbaAG ibu tidak

diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu

HbsAG positif maka dapat diberikan HBIg (hepatitis B imunoglobulin) 0,5

ml sebelum bayi berumur 7 hari.

Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAG-B ibu positif, dalam waktu 24-48

jam setelah lahir bersamaan dengan vaksin HepB-I diberikan juga HBIg

0,5 ml.

Ulangan vaksinasi hepatitis B

Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan

terhadap anak dari ibu pengidap hepatitis B yang telah memperoleh

6

Page 7: REFERAT  IMUNISASI

imunisasi dasar 3x pada masa bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7%

diantaranya masih memiliki titer antibodi anti HBs yang protektif (titer

anti HBs>10ug/ml). Mengingat pola epidemiologi hepatitis B di Indonesia

mirip dengan pola epidemiologi di Thailand, maka dapat disimpulkan

bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan.

Idealnya, pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs.

Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh

imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan (catch-up vaccination).

Ulangan imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12

tahun. apabila titer pencegahan tercapai (catch-upimmunization).2,6,10,15,20

DTwP dan DTaP

Diskripsi:

Vaksin jerap DPT (DifteriPertusis Tetanus) adalah

vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus

yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah

diinaktivasi.

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan

tetanus.

Cara pemberian dan dosis:

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi

menjadi homogen.

Gambar

Vaksin DPT

7

Page 8: REFERAT  IMUNISASI

Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml

sebanyak 3 dosis.

Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan

dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).

Kontra indikasi

Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius

keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang

mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus

dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat

diberikan DT.

Efek Samping

Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada

tempat penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi,

iritabilitas, dan merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

Jadwal Imunisasi

Imunisasi DTwP dan DTaP dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan

(DTwP atau DTaP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan

interval 4-6 minggu, DTwP atau DTaP-1 diberikan pada umur 2 bulan,

DTwP atau DTaP-2 pada umur 3 bulan dan DTwP atau DTaP-3 pada umur

4 bulan. Ulangan selanjutnya (DTwP atau DTaP-4) diberikan satu tahun

setelah DTwP atau DTaP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DTwP atau

DTaP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.

Vaksinasi ulangan

Pada booster umur 5 tahun dianjurkan tetap diberikan vaksin dengan

komponen partusis (DTwP atau DTaP), mengingat kejadian pertusis pada

dewasa muda penularan pada bayi dan anak.

Sejak tahun 1998, DT-5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah.

Ulangan DT-6 diberikan pada usia 12 tahun, mengingat masih dijumpai

kasus difteria pada umur lebih dari 10 tahun.

8

Page 9: REFERAT  IMUNISASI

Sebaiknya ulangan DT-6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult dose),

tetapi di Indonesia dT tidak ada di pasaran.

Dosis Vaksinasi DTP

DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk

imunisasi dasar maupun ulangan.2,3,5, 10,13,20

Tetanus

Diskripsi:

Vaksin jerap TT (TetanusToksoid) adalah vaksin

yang mengandung toxoid tetanus yang telah

dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3 mg/ml

aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan

sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin

mengandung potensi sedikitnya 40 IU.

Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi

yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS

(Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk

pencegahan tetanus pada ibu bayi.

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.

Cara pemberian dan dosis:

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi

menjadi homogen.

Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang

disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis

pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis

ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan

terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5

dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan interval minimal 1

Gambar

Vaksin TT

9

Page 10: REFERAT  IMUNISASI

tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat

diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode

trimester pertama.

Kontra indikasi:

Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT.

Efek Samping

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan

kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang

gejala demam.

Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi difteria dalam vaksin

DTwP atau DTaP

Perkiraan lama waktu perlindungan antibodi tetanus.

Program imunisasi mengharuskan seorang anak minimal mendapat vaksin

tetanus toksoid sebanyak 5 kali untuk memberikan perlindungan seumur

hidup. Dengan demikian, pada saat wanita usia subur telah mendapat

perlindungan untuk beyi yang akan dilahirkan terhadap bahaya tetanus

neonatorum. Perlindungan tersebut dapat diperoleh dengan cara sebagai

berikut:

- Imunisasi DTwP atau DTaP pada bayi 3 kali (3 dosis) akan

memberikan imunitas selama 1-3 tahun. Dari 3 dosis toksoid tetanus

pada bayi tersebut, diperkirakan setara dengan 2 dosis toksoid pada

anak yang lebih besar atau dewasa.

- Ulangan DTP pada umur 18-24 bulan (DTP 4) akan memperpanjang

imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur

dewasa dihitung setara dengan 3 dosis toksoid.

- Dosis toksoid tetanus kelima (DTP/DT 5) bila diberikan pada usia

masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi yaitu pada

sampai umur dewasa dihitung setara 5 dosis toksoid.

10

Page 11: REFERAT  IMUNISASI

- Upaya ETN dengan target sasaran TT 5 kali juga dilakukan pada anak

sekolah.

Dosis vaksin DTP dan TT diberikan dengan dosis 0,5 ml secara

intrmaskular.2,3,10

Polio

Diskripsi:

Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio

Trivalent yang terdiri dari suspensi virus

poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin) yang

sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan

ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

(Vademecum Bio Forma Jan 2002)

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

poliomielitis.

Cara pemberian dan dosis:

Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis

adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis)

pemberian, dengan interval setiap dosis minimal

4 minggu.

Setiap membuka vial baru harus menggunakan

penetes (dopper) yang baru.

Kontra indikasi:

Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang

berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan

dapat diberikan setelah sembuh.

Efek Samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang

disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

Gambar

Vaksin Polio

(OPV)

(IPV)

11

Page 12: REFERAT  IMUNISASI

Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine)

disamping OPV (Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin

IPV berisi antigen polio (polio 1,2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi

virus polio hidup. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian.

Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat, maupun yang menderita

imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam waktu bersamaan dengan vaksin

DTP.

Jadwal

- Polio-O diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah

endemik polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional

untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang lebih tinggi diperlukan

tambahan imunisasi polio yang diberikan setelah lahir. Mengingat

OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat bayi

meninggalkan rumah sakit/ rumah bersalin agar tidak mencemari bayi

lain karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk

keperluan ini , IPV dapat menjadi alternatif.

- Untuk imunisasi dasar polio (polio 2,3,4), interval diantaranya tidak

kurang dari 4 minggu.

- Dosis OPV, 2 tetes per-oral sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml,

intramuskular.

- Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4,

selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).2,9,19,20

Campak

Diskripsi:

Vaksin campak merupakan vaksin virus yang

dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung

tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain

CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu

kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.

Gambar

Vaksin Campakdan Pelarut

12

Page 13: REFERAT  IMUNISASI

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit

campak.

Cara pemberian dan dosis:

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih

dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril

yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan

pelarut.

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara

subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11

bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7

tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign

campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1 – 6.

Kontra indikasi:

Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang

diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

Efek Samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama 3 hari yang dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.

Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara

subkutan, pada umur 9 bulan.

Hasil penelitian litbangkes Depkes 2000, didapatkan bahwa titer antibodi

campak pada anak usia sekolah 10-12 tahun hanya tinggal 50%

diantaranya yang masih mempunyai antibodi campak diatas ambang

pencegahan. Sedangkan 28,3% diantara kelompok usia 5-7 tahun pernah

menderita campak walaupun sudah diimunisasi saat bayi. Berdasarkan hal

tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada saat masuk

sekolah dasar (5-6 tahun). Namun apabila telah mendapat vaksinasi MMR

pada usia 15-18 bulan, ulangan campak umur 5 tidak diperlukan.

13

Page 14: REFERAT  IMUNISASI

Imunisasi yang di anjurkan

Imunisasi yang dianjurkan kepada bayi/anak namun belum masuk ke

dalam program imunisasi nasional adalah MMR, Hib, tifoid, hepatitis A, varisela

dan influenza. 1,2,9,10,20

MMR

Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm embrio ayam

Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam

Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia

Simpan 2 - 8º C,

Kontra indikasi

imunodepresi, alergi telur, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda

6 – 12 minggu), alergi neomisin, kanamisin.

Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5

ml, secara subkutan.

MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan

imunisasi lainnya.

Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18

bulan imunisasi campak-2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.

Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun. 1,2,9,10,20

14

Page 15: REFERAT  IMUNISASI

Haemophilus Influenza tipe b (Hib)

Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi yang beredar di Indonesia yaitu:

PRP-T dan PRP-OMP (PRP outer membrane protein complex)

Jadwal imunisasi

- Vaksinasi PRP-T diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan.

- Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6

bulan) tidak diperlukan.

- Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DTwP atau

DTaP dalam bentuk vaksinasi kombinasi.

Dosis

- Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.

- Tersedia vaksin kombinasi DTwP/Hib atau DTaP/Hib (vaksin

kombinasi berisi vaksin PRP-T) dalam kemasan Prefilled syringe 0,5

ml.

Ulangan

- Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP pada umur 18 bulan

15

Page 16: REFERAT  IMUNISASI

- Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.

1,2,9,10,20

Deman Tifoid

Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntik (polisakarida) dan

oral. Vaksin capsular Vi polysaccharide diberikan intramuskular atau

subkutan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan di lakukan setiap 3 tahun.

Tifoid oral diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikemas dalam 3 dosis dengan

interval selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5

tahun. Vaksin oral pada umumnya diperlukan untuk turis yang akan berkunjung

ke daerah endemis tifoid. 1,2,9,10,20

Hepatitis A

Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under

exposure).

16

Page 17: REFERAT  IMUNISASI

Jadwal imunisasi

- Vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun.

- Vaksin kombinasi hepB/hepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12

bulan. Maka vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih

dari 12 bulan, terutama untuk catch-up immunization yaitu mengejar

imunisasi hepB sebelumnya atau vaksin hepB yang tidak lengkap.

Dosis pemberian

- Dosis 720 U diberikan dua kali dengan interval 6 bulan, intramuskular

di daerah deltoid.

Kombinasi hepB/hepA (berisi hepB 10 mgr dan hepA 720 ) dalam kemasan

prefilled syringe 0,5 ml intramuskular. 1,2,9,10,20

Varisela

Kesepakatan Satgas Imunisasi IDAI

- Efektif vaksin tidak diragukan lagi, namun cakupan imunisasi tinggi

oleh karena harganya masih mahal sehingga belum terjangkau oleh

semua lapisan masyarakat, maka imunisasi rutin belum dapat

terlaksana.

- Pada cakupan yang rendah, dapat mengubah epidemiologi penyakit

dari masa anak ke dewasa (pubertas), sehingga akibatnya angka

kejadian varisela orang dewasa akan meningkat dibandingkan anak.

17

Page 18: REFERAT  IMUNISASI

- Diketahui bahwa dampak penyakit varisela pada orang dewasa lebih

berat daripada anak, apalagi terjadi pada masa kehamilan dapat

mengakibatkan bayi menderita sindrom varisela konginetal dengan

angka yang tinggi.

- Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka imunisasi varisela diberikan

pada anak yang lebih besar, namun kurang dari 13 tahun.

Jadwal imunisasi

- Untuk menghindarkan perubahan penyakit tersebut, pada saat ini

imunisasi varisela direkomendasikan pada umur 10-12 tahun yang

belum terpajan.

- Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, vaksinasi

dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak.

Dosis

- Dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali.

Untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8

minggu. 1,2,9,10,20

Vaksin kombinasi

Gambar :DPaT + Hib gambar: DPwT + Hib

(Infanrix-Hib ®,Tetract-Hib ®)

Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib

Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib

DPwT/DPaT : dalam vial

Hib dalam PFS (prefilled syringe)

18

Page 19: REFERAT  IMUNISASI

Sebelum disuntikkan, dicampur dengan menyedot DPwT/DPaT ke dalam

PFS Hib

Kontra indikasi

Sama dengan komponen masing-masing vaksin.1,20

Vaksin Pneumokokus

Mencegah IPD (Invasive Pneumococcus Diseases)

Septikemia / bakteremia

Pneumonia

Meningitis

Mencegah Non IPD :

Otitis media

Sinusitis

Konjugasi antigen dengan protein difteria

T cell dependent à cell memory (+)

kekebalan bertahan lama

Jadwal : 2, 4, 6, 12 -15 bulan. 1,20

19

Page 20: REFERAT  IMUNISASI

RINGKASAN IMUNISASI BERDASARKAN UMUR PEMBERIAN

Saat lahir

Hepatitis B-1

Polio-O

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan, apabila status HbsAg-B bersamaan dengan vaksin HB-1. apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui bahwa ibu HsbAg positif maka masih dapat diberikan HB-lg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hariPolio-O diberikan saat kunjung pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari btransmisi virus vaksin kepada bayi lain).

1 bulan

HepatitisB-2

HB-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan

0-2Bulan

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. apabila BCG akan diberikan pada umur>3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin lebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan

DPT-1

Hib-1

Polio-1

DTP diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwP atau DTaP atau diberikan secara kombinasi.

Hib diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan Hib dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP.

Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-14

bulanDPT-2

Hib-2

Polio-2

DTP-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2.Atau:Dikombinasikan dengan Hib-2.

Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-26

bulan

6 bulan

DTP 3Hib 3

Polio 3

HepatitisB-3

DTP 3 diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib 3 (PRP-T).Apabila mempergunakan Hib OMP,Hib 3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan. Polio 3 diberikan bersamaan dengan DTP 3.

HB-3 diberikan umur 3-6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan

Campak Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan. Campak-2 pada SD kls 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, Campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18bulan

MMR

Hib-4

Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).18

bulanDTP-4

Polio-4

DTP-4 (DTwP atau Dtap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3

Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-42

tahunHepatitis A Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua

kali dengan interval 6-12 bulan.2-3

tahunTifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2

tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3

20

Page 21: REFERAT  IMUNISASI

tahun.5

tahunDTP-5

Polio-5

DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwP/DTaP)

Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-56

tahunMMR Diberikan untuk cath-up immunization pada anak yang belum

mendapat MMR-110

tahundT/TT

Varisela

Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahunVaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

JADWAL IMUNISASI TIDAK TERATUR

Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan

jadwal yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk

melanjutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi

hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan respons imunologi

sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mempunyai antibodi yang optimal.

Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal karena

belum mendapat imunisasi lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan

masih dibawah kadar ambang perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life

long immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita

harus menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum

selesai.10,18,19

Tabel : Rekomendasi jadwal untuk vaksinasi yang tidak teratur.2,7,9

BCG Umur <12 bulan, boleh diberikan kapan saja. Umur >12 bulan, imunisasi kapan saja namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin apabila negatif berikan BCG dengan dosis 0,1 ml intrakutan

DTwP atau DTaP

Bila dimulai dengan DTwp boleh dilanjutkan dengan DTaP. Berikan dT pada anak >7 tahun, jangan DTwP atau DTaP apabila vaksin tersedia. Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu /interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya. Bila belum pernah imunisasi dasar usia <12 bulan, imunisasi diberikan sesuai imunitas dasar baik jumlah maupun intervalnya. Bila pemberian ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, maka pemberian ke-5 secepatnya 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, maka pemberian ke-5 tidak perlu lagi

Polio oral Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak perduli berapapun jarak wawktu/interval

21

Page 22: REFERAT  IMUNISASI

keterlambatan dari pemberian sebelumnya.Campak Umur antara 9-12 bulan, berikan kapan saja saat bertemu

Umur anak 1 tahun/lebih, berikan MMRMMR Bila sampai dengan umur 12 bulan belum dapat vaksin campak, MMR bisa

diberikan kapan saja setelah berumur 1 tahun

Hepatitis B Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan dan lengakapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak/interval dan pemberian sebelumnya. Anak dan remaja yang belum pernah imunisasi hepatitis B pada masa bayi, bisa mendapatkan serial imunisasi hepatitis B kapan saja saat berkunjung.

Hib Usia saat ini (bulan)6 – 11

12 – 14

12 – 14

15 – 59

Riwayat imunisasi

1 dosis

2 dosis sebelum umur 12 bulan

1 dosis sebelum umur 12 bulanJadwal tidak lengkap

Rekomendasi imunisasi

1x umur 6-11 bulanUlangan 1x setelah 2 bulanAtau 12-15 bulan

Berikan 1 dosis

Berikan 2 dosis interval 2 bulan

Berikan 1 dosis

22

Page 23: REFERAT  IMUNISASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti dian. 2008. Imunisasi Non PPI. Jember: FK UNEJ

2. Departemen Kesehatan R.I. 2006. Modul Materi Dasar 1 Kebijakan

Program Imunisasi.Jakarta

3. Ganardi. 2000.Imunisasi. Jakarta: Media dika

4. http--vinadanvani_files_wordpress_com-alat_suntik_imunisasi_html

5. IDAI.2008.Tentang imunisasi.html

6. Nurida. 2008. Program Imunisasi di Puskesmas. Jember: RSUD Soebandi

7. Notoatmodjo. 2003Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

8. Pusponegoro.2004.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:

IDAI

9. Prasetyo R. 2008. Pedoman Imunisasi Puskesmas. Jember:FK UNEJ

10. Ranuh et al.2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi

kedua.Jakarta:IDAI

11. World Health Organization.2004.Imunization in Practice.Geneva,

Switzerland.

12. www.medicine.ukm. /wiki/ /Imuniti

13. www.mentorhealthcare.com

14. www. Medicine Tuberkulosis pada Anak.html

15. www.pijar/IMUNISASI.html

16.www.moh.gov/panduan Hib.html

17. www.wikipedia/ensiklopedia/jadwal imunisasi.html

18. Untoro.2008.Siapa yang tidak boleh imunisasi.Jakarta

19. www. Paradigma public health/Isu mutakhir Imunisasi.com

20. www.Biofarma/vaksin.com

23