Referat hipertensi

31
REFERAT HIPERTENSI ILMU PENYAKIT JANTUNG RSU HAJI SURABAYA Pembimbing: dr. Donny Hendrasto, Sp.JP Penyusun: Antonius Yansen S. 2009.04.0.0017 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH

description

Referat hipertensi

Transcript of Referat hipertensi

REFERATHIPERTENSIILMU PENYAKIT JANTUNGRSU HAJI SURABAYA

Pembimbing:dr. Donny Hendrasto, Sp.JP

Penyusun:Antonius Yansen S.2009.04.0.0017

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2014

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN1BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA22.1. Definisi22.2. Klasifikasi32.3. Epidemiologi42.4. Patogenesis dan Patofisiologi42.5. Diagnosis82.6. Manajemen122.7. Hipertensi pada Kehamilan172.8. Hypertensive Crisis182.9. Hipertensi Resisten20Daftar Pustaka21

BAB 1PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyakit kronik yang sangat umum terjadi di seluruh dunia. Statistik menunjukkan bahwa terdapat 7,6 juta kematian dan 92 juta disabilitas di seluruh dunia sebagai akibat dari hipertensi. Di Amerika Serikat, hipertensi merupakan penyakit kronik terbanyak, alasan nomor satu pasien mengunjungi dokter, dan paling banyak diresepkan obat. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko mayor dari penyakit jantung dan stroke dan berkontribusi pada banyak sekali kematian di seluruh dunia. 1,2Hipertensi juga dikenal sebagai silent killer. Penyakit ini berlangsung kronis dan sering kali asimptomatis, namun diam-diam merusak banyak organ tubuh, mulai dari jantung, otak, ginjal, hingga mata. 3Meskipun statistik menunjukkan jumlah penderita yang begitu besar, hipertensi masih sering kali terabaikan. Penyakit ini dianggap tidak memerlukan penanganan dari spesialis dan hanya sepertiga pasien di Amerika Serikat yang mencapai target terapi. Hal ini menunjukkan masih banyak hipertensi yang tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik. 1,2 Prevalensi hipertensi akan terus meningkat jika tidak ada pencegahan dan penanganan yang baik. 4 Untuk itu, sangat penting bagi seorang klinisi untuk memahami hipertensi. Pada makalah ini akan dibahas pengertian, patogenesis, diagnosis hingga tatalaksana dari hipertensi.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefinisiMenurut JNC 7 (Joint National Committee 7), definisi dari hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Penentuan ini berdasarkan rata-rata dua kali pengukuran tekanan darah pada posisi duduk. JNC 7 mengklasifikasikan hipertensi menjadi 2 grade dan terdapat kategori prehipertensi. Adanya kategori prehipertensi ke dalam klasifikasi bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan, karena orang pada kategori tersebut beresiko dua kali lipat lebih besar untuk menjadi hipertensi. Klasifikasi ini hanya untuk orang dewasa diatas 18 tahun. Berikut ini adalah klasifikasi hipertensi dari JNC 7. 5Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC 7KlasifikasiTD Sistolik (mmHg)TD Diastolik (mmHg)

Normal< 120dan< 80

Prehipertensi120-139atau80-89

HIPERTENSI: TD Sistolik 140 atau TD diastolik 90

Hipertensi grade 1140-159atau90-99

Hipertensi grade 2 160atau 100

Selain dari klasifikasi JNC 7, terdapat beberapa istilah terkait hipertensi: White coat hypertension: adalah istilah di mana tekanan darah selama menjalankan aktivitas harian berada dalam batas normal, namun jika diperiksa di klinik termasuk hipertensi. 1,2,3,4 Persistent / sustained hypertension: adalah istilah di mana tekanan darah meningkat baik diukur di klinik maupun di rumah, selama menjalankan aktivitas. 4 Isolated systolic hypertension: adalah istilah di mana tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg. Prevalensinya meningkat berdasarkan usia, dan mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung dan stroke. 1,2,3,4 Isolated diastolic hypertension: adalah istilah di mana tekanan darah sistolik 55 tahun untuk laki-laki, 65 tahun untuk wanita) Riwayat keluarga dengan penyakit jantung cardiovascular yang prematur (< 55 tahun untuk laki-laki, < 65 tahun untuk wanita)Untuk pemeriksaan fisik, tentunya adalah dengan pemeriksaan tekanan darah. Persiapan untuk pemeriksaan tekanan darah meliputi persiapan alat, yaitu manometer merkuri (gold standart) dengan manset yang sesuai (panjang 80% lingkar lengan, lebar 40% lingkar lengan) dan stetoskop. Manometer aneroid dan elektronik cenderung kurang akurat. Untuk persiapan pasien, maka pasien harus diistirahatkan 5 menit, posisi duduk di kursi, kaki di atas lantai, pakaian ketat dilepas, lengan disangga sehingga posisinya setinggi jantung dan hindari percakapan selama pemeriksaan. 1,4,6

Gambar 2.4. Pemeriksaan tekanan darah 6

Langkah-langkah pemeriksaan tekanan darah: 1,4,6 Pasang manset pada lengan atas dengan pusat inflatable bag di atas A.brakhialis (sisi dalam lengan atas) dan sisi bawah manset 2,5 cm di atas fossa antecubitii Cari A.brakhialis, biasanya sedikit medial dari tendon biceps Lakukan pemeriksaan palpatori tekanan darah sistolik: ibu jari atau jari lain diletakkan di atas A.brakhialis, manset dipompa sampai sekitar 30 mmHg di atas tingkat pulsasi mulai tidak teraba, kemudian manset dikendurkan pelan-pelan dan akan didapatkan tekanan darah sistolik saat pulsasi mulai teraba kembali Letakkan stetoskop di atas A.brakhialis, manset dipompa hingga 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik palpasi, dikendurkan pelan (2-3 mmHg/detik), tentukan tekanan darah sistolik (Korotkoff 1-mulai terdengar suara) dan tekanan darah diastolik (Korotkoff 5-suara mulai hilang) Bandingkan kanan kiri (normalnya beda 5-10 mmHg)JNC 7 merekomendasikan pengulangan pemeriksaan tekanan darah sekitar 5 menit setelah pemeriksaan pertama. 5 Sedangkan menurut American society of hypertension, diagnosis hipertensi dikonfirmasi setelah kunjungan berikutnya (1-4 minggu setelah pengukuran pertama), dengan kedua pengukuran tersebut harus tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg untuk menegakkan diagnosis. 8Di samping, pemeriksaan darah di klinik, terdapat pemeriksaan tekanan darah lainnya. Ambulatory blood pressure measurement adalah teknik pengukuran tekanan darah multipel, otomatis dan non invasif selama periode waktu tertentu, biasanya tiap 15-30 menit selama 24 jam. Teknik pengukuran ini memerlukan monitor dan tube yang menghubungkan monitor dengan manset. Normalnya, tekanan darah adalah 300 mg proteinuria dalam waktu 24 jam Preeclampsia superimposed on underlying hypertension Untuk pengobatan dari hipertensi pada kehamilan, obat pilihan utamanya adalah methyldopa, karena tingkat keamanannya baik. Obat pilihan lain yang juga aman antara lain clonidine dan hydralazine. Sedangkan obat-obatan beta bloker sebaiknya digunakan dengan hati-hati, karena dapat memperlambat pertumbuhan janin. Obat anti hipertensi yang harus dihindari adalah golongan diuretik karena menurunkan cairan tubuh serta golongan ACE inhibitor dan Angiotensin receptor blocker karena memperlambat pertumbuhan janin dan menyebabkan gagal ginjal pada fetus. 1

2.8. Hypertensive CrisisHypertensive crisis merupakan kondisi peningkatan tekanan darah dalam waktu relatif singkat yang disertai kerusakan atau mengancam kerusakan organ dan memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan dan keparahan kerusakan. Ada 2 macam: Hypertensive emergency: kondisi peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan kerusakan target organ secara akut Hypertensive urgency: mengancam kerusakan target organ tapi belum didapatkan tanda-tanda kerusakan target organ 1,2Tidak ada tekanan darah tertentu yang digolongkan sebagai krisis, namun kebanyakan pada tekanan darah 220/120, mulai muncul kerusakan organ. Diagnosis dari hypertensive crisis dapat berdasarkan anamnesa keluhan hipertensi maligna, misalnya pada jantung terdapat angina pectoris, sesak nafas. Pada ginjal didapatkan oliguria dan pada sistem saraf pusat dapat ditemukan sakit kepala, gangguan kesadaran dan penglihatan. Pada pemeriksaan fisik, dipusatkan pada organ-organ target. Pada jantung dapat ditemukan tanda-tanda payah jantung seperti takikardia, gallop, dan ronki pada paru. Sedangkan pada sistem saraf pusat dapat ditemukan gejala gangguan kesadaran dan penglihatan. Pada pemeriksaan retina, dapat ditemukan papiledema dan perdarahan. Pemeriksaan laboratorium yang penting antara lain: BUN, kreatinin, dipstick urinalysis untuk mendeteksi hematuria/ proteinuria, EKG, dan foto thorax. 1,2Penatalaksanaan dari hypertensive crisis pada prinsipnya adalah menurunkan tekanan darah dengan cepat pada hipertensi emergency (dalam beberapa jam, menggunakan obat injeksi). Sedangkan pada hipertensi urgency, penurunan tekanan darah dapat dalam jangka waktu satu hari dan menggunakan obat oral. 1 Pilihan obat injeksi antara lain:Tabel 2.7. Pilihan obat anti hipertensi parenteral untuk hypertensive crisis 2

Tabel 2.8. Dosis dan cara pemberian obat parenteral untuk hypertensive crisis 2

2.9. Hipertensi resistenHipertensi resisten adalah kegagalan mencapai target tekanan darah pada pasien yang telah meminum dosis maksimal dari 3 regimen meliputi diuretik. Harus disingkirkan kemungkinan adanya white coat hypertension dan pseudohypertension. Kemungkinan lainnya adalah kurang patuhnya pengobatan, beban volume karena penyakit ginjal, serta konsumsi garam atau alkohol berlebihan. Karena banyak pasien mengalami overload cairan, maka dapat dilakukan peningkatan atau penambahan terapi diuretik. Sekitar 60% pasien merespons dengan cara ini. 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Fuster V, Walsh RA, ORourke RA, Poole-Wilson P. Hursts The Heart 12th Edition. New York: Mc Graw Hill; 2012.

2. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrisons Principles of Internal Medicine 18th edition. New York: Mc Graw Hill; 2012.

3. Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwalds Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine 8th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2008.

4. Yogiantoro M, Pranawa, Irwanadi C, Santoso D, Mardiana N, Thaha M, Widodo, Soewanto. Hipertensi. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: Airlangga University Press; 2007. p. 210-217.

5. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. National Heart, Lung, and Blood Institute Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure; National High Blood Pressure Education Program Coordinating Committee. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003; 289(19):2560-2572.

6. Pickering TG, Hall JE, Appel LJ, Falkner BE, Graves J, Hill MN, Jones DW et al. Recommendation for Blood Pressure Measurement in Humans and Experimental Animals. Hypertension. 2005; 45: 142-161. 7. Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. Stuttgart: Georg Thieme Verlag; 2000. p. 208-213.

8. Weber MA, Schiffrin EL, White WB, Mann S, Lindholm LH, Kenerson JG, Flack JM et al. Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Community: A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension. The Journal of Clinical Hypertension. 2014; 16 (1): 14-26.

9. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology 10th edition. New York: Mc Graw Hill; 2007.

10. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb C, Handler J, Lackland DT et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults: Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA. 2014; 311 (5): 507-520.

1