Referat Hana-Proptosis Ec Fistula Sinus Cavernosa
-
Upload
hana-fachir -
Category
Documents
-
view
149 -
download
18
description
Transcript of Referat Hana-Proptosis Ec Fistula Sinus Cavernosa
BAB I
PENDAHULUAN
Proptosis adalah penonjolan abnormal bola mata kearah depan . Biasa juga
disebut sebagai exophthalmos. Etiologi proptosis bisa dikarenakan inflamasi,
kelainan vascular, atau infeksi.1
Carotid cavernosus fistula adalah hubungan tidak normal antara arteri
karotis interna dengan sinus kavernosus, umumnya disebabkan oleh adanya
trauma pada dasar tengkorak. Adanya hubungan pendek ini menimbulkan dua
akibat penting yaitu hipertensi venosa simultan (khususnya vena-vena didalam
orbita dan isinya, menyebabkan gangguan drainase venosa) dan vascular stealing
syndrome pada area yang dipasok oleh arteri karotis interna, yang kemudian
menimbulkan hipoksia otak. Bar Benjamin pertama kali menjelaskan kondisi ini
pada tahun 1809 sebagai eksoftalmus unilateral pada pasien yang kehilangan
penglihatan pada mata yang terkena. Gejala dan tanda klinik Carotid cavernosus
fistula adalah: bising pembuluh darah (bruit) yang dapat didengar oleh penderita
atau pemeriksa dengan menggunakan stetoskop, proptosis disertai hiperemi dan
pembengkakan konjungtiva, diplobia (penglihatan kembar) dan penurunan visus
(daya lihat), nyeri kepala dan nyeri pada orbita, pulsasi pada mata, dan
kelumpuhan otot-otot penggerak mata.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Carotid cavernosus fistula (CCF) adalah hubungan yang tidak normal
antara arteri karotis internal/eksternal dan sinus kavernosus. CCF dapat
diartikan sebagai perubahan, perpindahan atau pergeseran arteri vena di
duramater.3
B. Anatomi
Sinus kavernosus adalah suatu trabekula sinus vena yang berlokasi
antara selubung dari duramater dan bersebelahan dengan sela tursika.
Substansi dari sinus berjalan ke ujung dalam sinus kavernosus dari arteri
karotis interna, dan dikelilingi oleh pleksus parasimpatis. Selanjutnya yang
berjalan keluar dari sinus sebelah lateral dari arteri karotis adalah nervus
trokhlearis (IV). Nervus kranial ketiga dan keempat berlokasi di dalam
duramater dan dinding lateral dari sinus kavernosus, sepanjang nervus
V.1 pada duramater. Nervus V.2 berjalan di duramater pada fossa tengah
lateral dari sinus kavernosus.4-6
Sinus kavernosus termasuk dalam kelompok sinus vena dura antero
inferior, bilateral kiri dan kanan. Masing-masing sinus terletak pada tulang
sphenoidalis, dan berada dari fissura orbitalis superior ke arah puncak
dari portio petrous tulang temporal, dengan jarak kira-kira lebih dari 2 cm.
Sinus sphenoidalis dan kelenjar hipofisis berada di medial dari sinus
2
kavernosus dan sebelah lateralnya adalah fossa kranial media dan lobus
temporal.
Sinus kavernosus bukanlah rongga vena yang besar. Biasanya sinus ini
terdiri
dari beberapa pleksus vena yang bervariasi ukurannya. Dimana pleksus ini ada
yang terbagi, menyatu dan menjadi lengkap di sekeliling daerah kavernosus
dari arteri karotis, menjadikan daerah kavernosus ini tidak terurai, tidak
terpisah, sehingga membentuk anyaman vena. Sinus kavernosus terbagi atas
empat ruangan vena dengan parameter jarak daerah kavernosus dengan arteri
karotis. Yaitu:
• Medial
• Antero inferior
• Postero superior
• Lateral
Bagian medial dari sinus kavernosus ini terletak antara glandula hipofisis
dan arteri karotis interna. Daerah ini mempunyai lebar 7 mm, tetapi bisa
tidak nyata apabila arteri berliku-liku. Bagian antero inferior berada pada
kelengkungan dibawah kurva pertama dari portio intrakavernosus dan arteri
karotis. Nervus abdusen memasuki daerah ini setelah melewati keliling arteri
sebelah lateral. Bagian postero superior berada antara arteri karotis dan
sebelah posterior, setengahnya adalah atap dari sinus kavernosus. Percabangan
arteri meningohipofisis dari arteri karotis interna terjadi didaerah ini. Ketiga
daerah diatas lebih besar dibandingkan dengan bagian lateral dari sinus
3
kavernosus. Bagian lateral lebih sempit, ketika nervus abdusen melewati
daerah ini, nervus ini melekat ke arteri karotis interna dan sebelah lateralnya
adalah dinding sinus. Daerah kavernosus dari arteri karotis dan nervus
abdusen berlokasi dekat dengan badan sinus kavernosus dan merupakan
trunkus okulosimpatis.4-8
Sinus kavernosus dinamakan seperti ini karena sinus ini membentuk suatu
struktur yang retikular (gambar 1). Sinus ini juga membentuk suatu garis
melintang dengan filamen yang menjalin. Sinus membentuk struktur iregular
dimana lebih besar bagian samping dibandingkan dengan bagian depan, dan
terletak diatas sisi tulang sphenoidalis, memanjang dari fissura orbitalis
superior ke bagian apeks (puncak) dari portio petrous dari tulang temporal.
Masing-masing sinus terbuka kesamping ke arah sinus petrosal. Pada dinding
medial dari masing-masing sinus berjalan arteri karotis interna, bergabung
dengan filamen dari pleksus karotis. Berjalan dekat dengan arteri ini adalah
nervus abdusen, didinding bagian lateral adalah nervus okulomotor (N III)
dan nervus trochlearis (N IV), berjalan juga seiring adalah nervus oftalmika
dan nervus maksilaris yang merupakan divisi dari nervus trigeminus.4-8
Tiap sinus cavernosus (satu dari tiap bagian otak) meliputi bagian sebagai
berikut:9,10
- Vertikal dari superior ke inferior
1. N. oculomotor (CN III); berfungsi menggerakkan otot mata ekstraokular
dan mengangkat kelopak mata, di mana saraf ini mengineversi m. rektus
4
internus (medialis), m. rektus superior, m. rektus inferior, m. levator
palpebrae; serabut visero-motoriknya mengurus m. sfingter pupile.
2. N. trochlear (CN IV); berfungsi menggerakkan otot mata ekstraokular dan
mengangkat kelopak mata, di mana saraf ini mengineversi m. oblikus
superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat digerakkan kearah bawah
dan nasal.
3. N. ophthalmic, V1 cabang dari N. trigeminal (CN V); yang mengurus
sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal dan
sebagian mukosa hidung
4. N. maxillary, V2 cabang dari CN V; yang mengurus sensibilitas rahang
atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maxillaries dan mukosa hidung.
- Horizontal
1. A. interna (dan plexus sympathetic). Terlihat juga bagian cavernosus dari
a. carotis interna.
2. N. abducens (CN VI); berfungsi menggerakkan otot mata ekstraokular dan
mengangkat kelopak mata, di mana saraf ini mengineversi m. rektus
internus (lateralis). Kerja otot ini menyebabkan lirik mata kearah temporal.
Struktur dari bagian sinus dipisahkan dengan adanya aliran darah
sepanjang aliran sinus dengan mengaliri membran dari sinus. Sinus
kavernosus menerima aliran darah dari: 9
Vena orbitalis superior melalui fissura orbitalis superior.
Vena serebralis dari sinus sphenoidalis yang kecil dimana berjalan
sepanjang bagian bawah dari bagian sayap kecil tulang sphenoidalis. Ini
5
juga berhubungan dengan sinus transverse dengan memakai sinus petrosal
superior.
Vena jugularis interna melalui sinus petrosal inferior.
Pleksus vena melalui foramen vasalii, foramen ovale dan foramen
Lacerum.
Vena – vena angularis melalui vena ophtalmika.
Masing-masing sinus berhubungan melalui sinus intrakavernosus anterior
dan posterior. 9
Vena oftalmika superior dan vena oftalmika inferior sama sekali tidak
mempunyai katup. Vena oftalmika superior mulai dari sudut sebelah dalam
dari orbita berada pada bahagian dalam dari vena yang dinamakan naso frontal
yang berhubungan dengan anterior dengan vena angular, bagian ini mengikuti
posisi yang sama seperti arteri oftalmika, dan menerima anak-anak cabang
6
dari cabang pembuluh yang membentuk sebuah rangkaian tunggal yang
pendek. Bagian ini lewat antara dua ujung dari m.rektus superior dan m.oblig
superior dan melewati bagian medial dari fisura orbitalis superior dan berakhir
pada sinus kavernosus.12-14
Vena oftalmika inferior, berjalan mulai dari jaringan vena pada bagian
depan dari lantai orbita, bagian ini menerima vena dari M.rektus inferior,
M.obliqus superior, sakus lakrimali, dan kelopak mata yang berjalan ke
belakang pada bagian bawah dari orbita dan membagi dalam dua cabang.
Salah satu dari vena tersebut berjalan melewati fissura orbitalis superior dan
bergabung dengan pleksus vena pterigoid, dimana yang lain masuk tulang
kranial melalui fissure orbitalis superior dan berakhir pada sinus kavernosus.12-
14
Masing-masing sinus kavernosus mempunyai hubungan bilateral melalui
sinus intra kavernosus dan sinus basilar. Sinus intra kavernosus ada dua
bagian, yaitu bagian anterior dan posterior, yang bejalan menggabungkan
kedua sinus melalui garis tengah. Bagian anterior berjalan melalui bagian
depan melalui hipofisis serebral dan bagian posterior disamping hipofisis
7
serebri yang akhirnya membentuk siklus sinus kavernosus (sinus siklus) yang
mengelilingi hipofisis. 12-14
Dalam kerangka anatominya, sinus kavernosus sangat sulit untuk pecah/
ruptur karena struktur trabekulanya, tetapi studi terbaru menunjukkan sinus
kavernosus adalah pleksus vena dengan ukuran yang bervariasi, dimana sinus
ini bercabang dan bersatu.12-14
C. Etiologi
Carotid cavernosus fistula sekitar 25% terjadi secara spontan, terutama
pada perempuan berusia paruh baya hingga perempuan berusia tua, dan
mungkin terkait dengan aterosklerosis, hipertensi sistemik, penyakit kolagen
vaskular, kehamilan, gangguan jaringan ikat (misalnya, Ehlers-Danlos), dan
trauma minor. CCF akibat trauma serebral sekitar 75% seperti kecelakaan
kendaraan bermotor, perkelahian, dan jatuh. Luka yang terjadi dapat berupa
luka penetrans atau nonpenetrans dan mungkin berhubungan dengan fraktur
tulang wajah atau basis tengkorak. CCF iatrogenik juga dilaporkan setelah
pembedahan trans-sphenoidal hipofisis, endarterektomi, operasi sinus
ethmoidal, dan prosedur perkutaneus gasserian dan retro-gasserian.3
D. Klasifikasi
a. Carotid cavernosus fistula Direct
Patogenesis
Carotid cavernosus fistula direct adalah adanya hubungan langsung
antara aliran tinggi arteri karotis interna secara langsung ke dalam
sinus cavernosus sehingga menyebabakan aliran darah vena–vena yang
8
bermuara ke sinus kavernosus mengalami gangguan. CCF indirect
disebabkan oleh trauma pada 75% kasus. Fraktur basal kranium dapat
menyebabkan arteri karotis di sinus intrakavernosus robek. Ruptur
spontan arteri karotis dapat terjadi pada aneurisme atau dengan
aterosklerosis arteri.15
Gejala da tanda klinis
Gejala dapat muncul setelah beberapa hari atau beberapa
minggu setelah cedera kepala dengan trias klasik yaitu
proptosis berpulsasi, kemosis konjungtiva dan suara bruit yang
terdengar oleh pasien di dalam kepala.15
Tanda yang muncul biasanya ipsilateral dari fistula, namun
dapat terjadi bilateral maupun kontralateral, sebab terdapat
hubungan silang antar kedua sinus kavernosus kiri dan kanan.
Tanda yang muncul dapat berupa:15
o Injesi epibulbar berat
o Ptosis (karena keterlibatan nervus III dan kemosis
hemoragi).
o Proptosis yang berpulsasi berhubungan dengan adanya bruit
dan thrill
o Meningkatnya tekanan intraokular karena meningkatnya
tekanan vena episkleral dan kongesti orbital
9
o Iskemik segmen anterior, ditandai dengan udem epitel
kornea, sel-sel inflamasi pada aquos humor dan atrofi
iris (pada kasus yang parah), katarak dan rubeosis iridis
o Oftalmoplegi mucul pada 60-70% kasus yang
disebabkan keruskan nervus motorik okular disebabkan
oleh trauma atau karena aneurisma intravascular atau
karena fistula yang terjadi. N. VI yang paling sering terlibat
karena belokasi di dalam sinus kavernosus
o Pada pemeriksaan fundus didapatkan pembengkakan
diskus optikus, dilatasi vena dan perdarahan intraretinal
dan gangguan aliran darah retina.
o Gangguan penglihatan: kehilangan penglihatan yang
terjadi langsung disebabkan oleh kerusakan Nervus
optikus akibat trauma kepala. Kehilangan penglihatan
yang terjadi kemudian dapat terjadi karena keratopati
eksposur, glaukoma sekunder, oklusi vena retina
sentralis, iskemik segmen anterior.
b. Carotid cavernosus fistula Indirect
Patogenesis
Carotid cavernosus fistula Indirect atau yang disebut sebagai dural
shunt. Pada fistula ini arteri karotis internal yang berada pada sinus
kavernosus intak. Aliran darah arteri yang melalui cabang meningeal
dari artari karotis interna atau eksterna secara tidak langsung masuk
10
ke dalam sinus kavernosus. Oleh karena alirannya lambat, gejala klinis
biasanya lebih ringan dibandingkan dengan fistula direk.15
Gejala da tanda klinis
Gejala muncul bertahap dengan gejala mata merah unilateral
atau bilateral.14
Tanda yang dapat ditemukan adalah:15
o injeksi epibulbar ringan dengan atau tanpa kemosis
o pulsasi okular yang dapat dinilai dengan menggunakan
tonometri applanasi
o peningkatan tekanan intraocular
o proptosis ringan dengan bruit yang ringan
o oftalmoplegia akibat palsi nervus kranialis VI, atau
pembengkakan padan muskulus ekstraokular.
o Pemeriksaan fundus dapat normal atau terdapat dilatasi
vena.
Klasifikasi CCF didasarkan pada Barrow et al, terbagi menjadi empat tipe
angiografi. Tipe A merupakan hubungan langsung antara arteri karotis interna
dan sinus cavernosus. Tipe B,C,D merupakan hubungan tidak langsung (jalan
pintas) dural disebabkan adanya fistula dari sinus cavernosus yang timbul dari
arteri dural dan tidak secara langsung dari arteri karotis interna. Tipe B, C, dan
D cenderung menjadi fistula dengan aliran dan tekanan yang rendah dengan
suatu tanda dan gejala yang berlangsung lebih lambat.
Beberapa tipe Carotica Covernosa Fistula menurut letak fistulanya, yaitu:16
11
1. Fistula tipe A terdiri dari suatu hubungan langsung antara arteri karotis
interna intrakavernosus dan sinus kavernosus. Fistula ini biasanya
memiliki aliran dan tekanan yang tinggi. komunikasi langsung antara
segmen luas dari arteri karotis intracavernous dan sinus kavernosus.
2. Fistula tipe B terdiri dari suatu shunt dural antara cabang intrakavernosus
pada arteri karotis interna dan sinus kavernosus.
3. Fistula tipe C terdiri dari suatu shunt dural antara cabang mening pada
arteri karotis eksterna dan sinus kavernosus.
Fistula tipe D adalah suatu kombinasi antara tipe B dan tipe C, dengan
shunt dural antara cabang arteri karotis interna dan eksterna dan sinus
kavernosus.
E. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada CCF direk, gejala biasanya muncul beberapa hari atau
beberapa minggu setelah trauma dengan trias gejala proptosis
pulsatil, kemosis konjungtiva, dan adanya bruit.
Adanya riwayat trauma atau riwayat operasi
Riwayat aterosklerosis, hipertensi sistemik, penyakit kolagen
vaskular, Pseudoxanthoma elasticum, penyakit jaringan ikat
(misalnya, sindrom Ehlers-Danlos), atau kehamilan
Keluhan bisa berupa:
Mata merah
Diplopia
12
Bruit (suara dengung atau desah)
Penurunan visus
Bulging pada mata
Nyeri pada kepala dan daerah orbita
2. Pemeriksaan fisik
Status ophthalmologi yang bisa ditemukan pada penyakit carotid
cavernosus
fistula adalah:3
Proptosis
Edema kelopak mata
Pulsasi pada mata (terlihat dan / atau teraba)
Pulsating exophthalmos
Bruit pada mata
Konjungtiva arterialisasi dan kemosis
Keratopati eksposure
Pelebaran pembuluh darah retina
Udem diskus optikus
Perdarahan intraretinal
Vitreous hemorrhage
Retinopati proliferatif
Oklusi vena retina sentralis
Peningkatan tekanan intraokular
Glaukoma neovaskular
13
Glaukoma sudut tertutup
Konjungtiva arterialisasi dan kemosis
3. Pemeriksaan penunjang
CT Scan, MRI, dan angiograpi orbital untuk memastikan diagnosis.
Hasilnya akan menunjukkan adanya pembesaran muskulus
ekstraokuler, pelebaran vena ophthalmic superior, dan pelebaran sinus
kavernosus yang terkena.3
Pemeriksaan lain: Tonometri (sebaiknya dengan
pneumotonometer) biasanya menunjukkan pulsase amplitudo yang
lebih besar pada sisi lesi.3
14
Gambar disamping menunjukkan Pembesaran v. ophthalmic superior pada MRA
Gambar disamping menunjukkan Fistula carotid cavernosa kanan
15
F. Diagnosis Banding
Dural Cavernous Fistula
OrbitalHemorrhage
Orbital Tumor
arteriovenous malformation
cavernous sinus thrombosis
cavernous sinus tumors
skull base tumors
G. Tatalaksana
1. Farmakologi
Tujuan tatalaksana farmakologi adalah untuk mengurangi angka
morbiditas dan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Obat-obat yang
digunakan untuk menurunkan produksi aqueous humor adalah beta-
blocker, inhibitor karbonik anhidrase (topikal atau oral), dan alpha2-
agonis. 3
Beta blocker
16
Menurunkan tekanan intra okuler dengan cara mengurangi produksi
aqueous humor. Obat-obat golongan beta blocker adalah Timolol
0,25% atau 0,5%, Levobunolol 0,25% atau 0,5%, Metipranolol 0,3%,
Carteolol 1,0%, Betaxolol ophthalmic.3
Inhibitor karbonik anhidrase
Meurunkan tekana intra okuler dengan cara menurunkan sekresi
aqueous humor. Obat-obat golongan Inhibitor karbonik anhydrase
adalah Dorzolamide 2%, Brinzolamide 1%, Acetazolamide, dan
Methazolamide.3
Alpha2-agonis
Obat-obat golongan Alpha2-agonis adalah Brimonidine dan
Apraclonidine 0,5% atau 1%.2
2. Nonfarmakologi
Pada CCF direk penatalaksanan non farmakologi adalah menutup
fistula dari arteriovenous dengan tetap menjaga patensi arteri
karotis interna. Tekhnik yang digunakan adalah operasi repair dari
kerusakan arteri karotis interna intrakavernosus, elektrotrombosis,
embolisasi, atau oklusi dengan balon pada fistula.3
Pada CCF dural kemungkinan bisa untuk meutup secara spontan,
tetapi pada kasus dimana lesi menyebabkan gejala progresif atau gejala
dan tanda yang buruk, standar embolisasi atau oklusi balon
endovascular umumnya dilakukan. Jika teknik ini tidak berhasil,
operasi langsung pada sinus kavernosus dapat dipertimbangkan.
17
Dalam kasus di mana pendekatan intravaskular standar tidak
mungkin, maka bisa dilakukan kanulasi pada vena oftalmik
superior.3
3. Konsultasi
Konsultasi ke neurosurgical untuk penatalaksanaan carotid
cavernosus
fistula.3
H. Komplikasi
Komplikasi jarang dilaporkan, biasanya selama proses terapi. Embolisasi dari
CCF dapat memberikan komplikasi yang menetap atau karena
pembukaan kembali fistula.3
I. Prognosis
Carotid cavernosus fistula direk jarang membuka kembali setelah
penutupan menggunakan teknik balon. Pada dural carotid cavernosus
fistulae dapat terjadi rekanalisasi atau terbentuk vesikel baru setelah
embolisasi. Amplitudo pulsasi okular harus diperiksa pascaoperasi pada
semua pasien, sebaiknya menggunakan pneumotonometer.3
Setelah fistula ditutup, gejala dan tanda-tanda biasanya mulai
untuk meningkat dalam beberapa jam sampai hari. Tingkat perbaikan
berhubungan dengan tingkat keparahan tanda-tanda dan waktu munculnya
18
fistula. Sebanyak 90% pasien dengan CCF direk ataupun indirek jika
tidak diobati akan mengalami kemunduran penglihatan.3
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan paparan tinjauan pustaka diatas dapat disimpulkan :
1. Carotid cavernosus fistula (CCF) adalah hubungan yang tidak normal antara
arteri karotis internal/eksternal dan sinus kavernosus.
2. Carotid cavernosus fistula sekitar 25% terjadi secara spontan, sekitar 75%
akibat trauma serebral seperti kecelakaan kendaraan bermotor, perkelahian,
dan jatuh. CCF iatrogenik juga dilaporkan setelah pembedahan trans-
sphenoidal hipofisis, endarterektomi, operasi sinus ethmoidal, dan prosedur
perkutaneus gasserian dan retro-gasserian.
3. CCF terbagi menjadi dua yaitu direct dan indirect. Gejala klinis yang muncul
bergantung dari jenis CCF-nya.
4. Terapi pada CCF terbagi menjadi farmakologi dan non-farmakologi. Pada
farmakologi diberikan obat-obatan yang bertujuan mencegah komplikasi.
Terapi non-farmakologi adalah menutup fistula dari arteriovenous dengan
tetap menjaga patensi arteri karotis interna.
19
20