Referat Glaukoma Akut Final a4
date post
31-Dec-2015Category
Documents
view
178download
34
Embed Size (px)
description
Transcript of Referat Glaukoma Akut Final a4
Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)
REFERAT
GLAUKOMA AKUT
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS DAN MELENGKAPI SYARAT DALAM MENEMPUH PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
ILMU PENYAKIT MATA RSUD KOTA SEMARANG
DISUSUN OLEH :
CLEMENT DREW
406107045
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 21 MARET 2011 23 APRIL 2011
SEMARANGHALAMAN PENGESAHANNama: Clement Drew
NIM: 406107045
Universitas: Tarumanagara
Fakultas: Kedokteran Umum
Tingkat: Program Studi Profesi Dokter
Diajukan: 9 April 2011
Bagian: Ilmu Penyakit Mata
Judul: Glaukoma Akut
Bagian Ilmu Penyakit Mata
RSUD Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
MengetahuiKetua SMF Ilmu Penyakit Mata
Pembimbing
RSUD Kota Semarang
dr. Hj. Siar Dyah Priyantini, Sp. M dr. Hj. Siar Dyah Priyantini, Sp. M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas seluruh bimbingan dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis sanggup menulis referatnya dengan judul GLAUKOMA AKUT, sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 21 Maret 2011 sampai dengan 23 April 2011. Selain itu, besar harapan dari penulis bilamana referat ini dapat membantu proses pembelajaran dari pembaca sekalian.
Dalam penulisan referat ini, penulis telah mendapat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. dr. Jhoni Abimanyu, MM. selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
2. dr. Djoko Trihadi, Sp.PD FCCP, selaku Ketua Diklat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
3. dr. Nanik Sri Mulyani, Sp M, selaku Wakil Direktur bagian Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang dan selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
4. dr. Hj. Siar Dyah Priyantini, Sp.M, selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang dan selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
5. Ibu Farida Faisal dan Bapak Puriyoso Siswartono selaku staf Poliklinik Mata di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
6. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 21 Maret 2011 sampai dengan 23 April 2011.
Penulis menyadari bahwa referat ini tidak luput dari kekurangan karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang bermanfaat untuk mencapai referat yang sempurna.
Akhir kata, semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
BAB I.PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II.EPIDEMIOLOGI....................................................................................3BAB III.ETIOLOGI.............................................................................................6BAB IV.PATOFISIOLOGI....................................................................................7BAB V.MANIFESTASI DAN GEJALA KLINIS.......................................................9BAB VI.PEMERIKSAAN...................................................................................17BAB VII.DIAGNOSIS.........................................................................................15BAB VIII.DIAGNOSIS BANDING........................................................................22BAB IX.PENCEGAHAN....................................................................................23BAB X.PENATALAKSANAAN..........................................................................26BAB XI.PROGNOSIS........................................................................................37BAB XII.RINGKASAN........................................................................................38DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, pengelihatan manusia bergantung dari anatomi bola mata, histologi jaringan mata, dan fisiologi dari proses pengelihatan itu sendiri. Kelainan dari anatomi bola mata manusia, contohnya saja anoftalmi, tentu akan menyebabkan kebutaan yang permanen, sebab secara anatomis, bola mata yang digunakan untuk melihat, tidak terbentuk. Ataupun kelainan pada jaringan bola mata, contohnya keratitis dengan infiltrat yang terletak tepat di jalur pengelihatan, tentunya akan mengganggu pembentukan bayangan yang baik untuk ditangkap retina dan diproses oleh otak manusia. Kelainan dari fungsi bola mata, contohnya pada glaukoma dimana terjadi penekanan pada saraf optik sehingga stimulus yang seharusnya dapat disampaikan untuk diproses di otak menjadi terganggu bahkan sampai menyebabkan kebutaan.1,2)Pada kesempatan ini, penulis akan membahas mengenai glaukoma, salah satu kelainan mata yang dimana terdapat kelainan pada ketiga faktor utama yang telah disebutkan diatas. Glaukoma sendiri berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang terkesan pada pemeriksaan pupil dari penderita glaukoma.1,2) Glaukoma merupakan kelainan dimana terjadinya peningkatan tekanan intra okuler yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan pengelihatan dari penderita glaukoma. Namun glaukoma tidak selalu membutuhkan tekanan intra okuler yang lebih tinggi dari normalnya untuk dapat menimbulkan gangguan pengelihatan, contohnya saja pada penderita low-tension glaukoma, dimana tekanan intra okuler tidak mencapai batas yang patut dicurigai glaukoma namun terjadi proses penurunan kemampuan melihat pasien seperti pada glaukoma yang klasik.
Glaukoma sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan proses perajalanan penyakitnya, yakni glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Keduanya memiliki tanda dan gejala yang berbeda, namun dasar terapi glaukoma pada keduanya tetap sama, yaitu menurunkan tekanan intra okuler dari bola mata. Tekanan bola mata dipengaruhi oleh dua hal, yakni produksi dari aqueos humor dan pengeluarannya. Penulis akan memfokuskan pembahasan referat in pada glaukoma akut, dimana menurut patofisiologinya terjadi karena glaukoma sudut tertutup.4)Pada glaukoma akut, serangannya dapat terjadi secara mendadak disertai dengan gejala yang sifatnya berat, seperti nyeri yang hebat pada mata yang terkena, penurunan pengelihatan mendadak, hiperemia pada mata yang terkena, pupil yang cenderung midriasis, kornea keruh, fotofobi, terdapat halo ketika melihat ke suatu sumber cahaya. Hal-hal tersebut terjadi secara mendadak dan dapat segera membuat penderita menjadi buta karenanya. Oleh karena itu, pengenalan tanda dan gejala glaukoma akut merupakan hal yang harus dimengerti dan dikenali oleh petugas-petugas medis. Jikalau pasien datang ke fasilitas medis yang kurang lengkap, selekasnya pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang memadai untuk melakukan terapi sedini mungkin untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi.1,2)BAB IIEPIDEMIOLOGIII. 1. EPIDEMIOLOGI
DI indonesia glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal angka kebutaan yang terjadi karena glaukoma termasuk tinggi. Umumnya pada kelainan glaukoma kronik atau glaukoma sudut terbuka, penurunan kemampuan melihat dari pasien turun secara perlahan, sehingga sering kali pasien tidak menyadarinya sampai kerusakan saraf yang terjadi sudah sangat lanjut. Namun glaukoma akut atau glaukoma sudut tertutup sering kali juga terlewatkan karena kurangnya kemampuan petugas kesehatan dalam mengenali tanda dan gejala dari glaukoma akut. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat indonesia menyebabkan pasien menjadi lebih pasif dalam mencari bantuan medis, sehingga sebagai seorang dokter, harus dapat menjadi seseorang yang proaktif dalam mendeteksi dan mencegah terjadinya kebutaan karena glaukoma dengan cara melakukan screening tekanan bola mata secara rutin.3)Diperkirakan 50000 orang di Amerika Serikat menderita kebutaan karena glaukoma. Prevalensi glaukoma secara acak pada orang berusia lebih dari 40 tahun adalah 1,5%. Namun pengaruh ras juga sangat besar, karena prevalensi glaukoma pada orang berkulit hitam berusia 45-65 tahun, 15 kali lebih besar dari orang berkulit putih.4)Di Indonesia, glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga, dengan prevalensi glaukoma sebesar 0,4% dan menyebabkan kebutaan sehingga 0,16% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Ras asia memiliki kecenderungan untuk mengalami glaukoma sudut tertutup yang lebih besar dibandingkan dengan ras lainnya.5)Berdasarkan umur, glaukoma akut lebih sering terjadi ketika seseorang sudah berumur lebih dari 50 tahun dan jarang terjadi bila usiannya dibawah 50 tahun. Ras mongolia, vietnam-amerika, jepang, dan cina memiliki kecenderungan yang lebih besar dibandingkan dengan ras lainnya.5)II. 2. FAKTOR RESIKO
Sesuai dengan penyebab terjadinya glaukoma akut, dimana ter